Upload
resigjeflin
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf
1/14
PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP PRESTASI KERJA AUDITOR
DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SEBAGAI
VARIABEL MODERATING
Oleh
Putri Wulandani1. R, Yeasy Darmayanti
1, Dandes Rifa
1
1Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta
E-mail :[email protected]
Abstract
This research aims to obtain the empirically evidence the influence of locus ofcontrol toward the auditors performance with situational style of leadership as
moderating variable. In order to execute the stages of data processing do the collection ofdata and information earlier. A mount of respondents in this research were 71 respondents
who work in the public accounting firm located in the area of Padang, Pekabaru and
Medan. This research used three groups of variable. First, independent variable, locus ofcontrol. Second, moderating variable, situational leadership style and dependent variable,the auditors performance. The examination of hypothesis was done by using multiple
linear regressions were processed by using SPSS program. Related to the result of firsthypothesis showed that locus of control have significant influence toward the auditors
performance. In the second stage of data processing showed that locus of control withsituational leadership style partially have positive influence and significant toward
dependent variable of the auditorsperformance.
Keywords: Locus of Control, AuditorsPerformance and Situational Leadership Style
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf
2/14
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Profesi auditor merupakan profesi yang
unik, Setiawan dan Ghozali (2006),
menyatakan bahwa pada umumnya profesional
(contoh: pengacara dan dokter) sebagai pihak
pertama, bekerja untuk kepentingan klien yang
merupakan pihak kedua (pemohon jasa).
Profesi akuntan publik bukan saja dituntut
untuk melayani klien (pihak kedua), tetapi
lebih mengutamakan tanggung jawab kepada
masyarakat (pihak ketiga). Oleh sebab itu,
auditor diharapkan mampu menjalankan
tanggung jawab yang ada dalam profesinya.
Prestasi kerja auditor merupakan salah
satu tolak ukur kinerja auditor. Cahyono dan
Ghozali (2002) menyatakan bahwa prestasi
kerja merupakan salah satu faktor penting
yang mempengaruhi kepuasan hidup karena
sebagian besar waktu manusia ditempat kerja.
Locus of control merupakan indikator
yang mempengaruhi kepuasan kerja dan
prestasi kerja auditor. Sikap seorang auditor
terhadap pekerjaan yang ditekuni, secara
potensial dipengaruhi oleh bagaimana persepsi
auditor tersebut terhadap pekerjaan. Locus of
control merupakan salah satu aspek
karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh
setiap individu.
Kepemimpinan merupakan salah satu
isu dalam manajemen yang masih menarik
untuk diperbincankan sampai saat sekarang
ini. Media massa, baik elektronik maupun
cetak sering kali menampilkan opini dan
pembicaraan yang membahas seputar
kepemimpinan. Peran kepemimpinan yang
sangat strategis dan penting bagi pencapaian
visi, misi dan tujuan organisasi merupakan
motif yang mendorong manusia untuk selalu
menyelididki seluk beluk yang terkait dengan
kepemimpinan sehingga bias mempengaruhi
prestasi kerja seorang karyawan.
Siagian (1998) mengatakan bahwa
keberhasilan atau kegagalan yang dialami
sebagian besar dari organisasi ditentukan juga
oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh
orang-orang yang diserahi tugas memimpin
organisasi itu. Pendapat tersebut
mencerminkan betapa besar peran
kepemimpinan dalam suatu organisasi,
sehingga seorang pemimpin diharapkan
mempunyai kemampuan untuk memotivasi,
mengarahkan, mempengaruhi dan
berkomunikasi dengan bawahannya.
Gaya kepemimpinan seseorang akan
berpengaruh terhadap prestasi kerja yang
dihasilkan, karena sikap, prilaku, sifat dan
wawasan pemimpin menentukan keberhasilan
dalam menjalankan fungsi-fungsi
kepemimpinannya untuk mengarahkan
bawahan guna mencapai tujuan. Bawahan
akan sangat tanggap terhadap pimpinan, bila
7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf
3/14
2
atasan sangat mengerti akan kebutuhan
karyawan dalam pelaksanaan kerja, karena hal
ini akan berpengaruh terhadap prestasi kerja
karyawan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh locus of
control terhadap prestasi kerja auditor?
2. Apakah terdapat pengaruh locus of
control terhadap prestasi kerja auditor
dengan gaya kepemimpinan situasional
sebagai variabel moderating?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menguji secara empiris tentang:
1.
Pengaruh locus of control terhadap
prestasi kerja auditor
2. Pengaruh locus of control terhadap
prestasi kerja auditor dengan gaya
kepemimpinan situasional sebagai
variabel moderating
1.4
TINJAUAN PUSTAKA
1.4.1 Prestasi Kerja
Prestasi kerja diberi batasan sebagai
kesuksesan seseorang dalam melaksanakan
suatu pekerjaan (Maier, 1965). Lebih tegas
lagi adalah Lawler dan Porter (1967)
mengatakan bahwa job performance adalah
successful role achievement yang diperoleh
seseorang dari perbuatan-perbuatannya.
Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja
yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
dan menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan
kepadanya (Heidjrahman, 1992). Sedangkan
Bernardin dan Russel (1993) memberikan
definisi performance is defined as the record
of outcome produced on a specified job
function or activity during a specified time
period (Prestasi kerja didefinisikan sebagai
catatan dari hasil-hasil yang diperoleh melalui
fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan
selama tempo waktu tertentu).
Prabowo (2005) mengemukakan
bahwa prestasi lebih merupakan tingkat
keberhasilan yang dicapai seseorang untuk
mengetahui sejauh mana seseorang mencapai
prestasi yang diukur atau dinilai.
Blumberg & Pringle (1984), dalam
Jewell & Siegall (1990) juga menyatakan
bahwa ada beberapa faktor yang menentukan
prestasi kerja seseorang, yaitu:
1. Kesempatan, meliputi alat, material,
pasokan, kondisi kerja, tindakan rekan
kerja, perilaku pimpinan, mentorisme,
kebijakan, peraturan, prosedur organisasi,
informasi, waktu, serta gaji.
2. Kapasitas, terdiri dari usia, kesehatan,
keterampilan, inteligensi, keterampilan
7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf
4/14
3
motorik, tingkat pendidikan, daya tahan,
stamina, dan tingkat energi.
3. Kemauan, terdiri dari motivasi, kepuasan
kerja, status pekerjaan, kecemasan,
legitimasi, partisipasi, sikap, persepsi atas
karakteristik tugas, keterlibatan kerja,
keterlibatan ego, citra diri, kepribadian,
norma, nilai, persepsi atas ekspektasi
peran, dan rasa keadilan.
Untuk dapat mengevaluasi karyawan
secara objektif dan akurat, seorang penyelia
harus mampu mengukur tingkat kinerja
mereka. Pengukuran kinerja dapat berfungsi
sebagai target atau sasaran, sebagai aktivitas
pengukuran standard dan sebagai informasi
yang dapat digunakan para karyawan, dalam
mengarahkan usaha-usaha mereka melalui
serangkaian prioritas tertentu. Menurut Filippo
(2005), dalam Suyono, (2012), prestasi kerja
seseorang dapat diukur melalui:
1. Mutu kerja, berkaitan dengan ketepatan
waktu, keterampilan, dan kepribadian
dalam melakukan pekerjaan.
2. Kualitas kerja, berkaitan dengan
pemberian tugas-tugas tambahan yang
diberikan oleh atasan kepada bawahannya.
3.
Ketangguhan, berkaitan dengan tingkat
kehadiran, pemberian waktu libur dan
jadwal keterlambatan hadir di tempat kerja.
4. Sikap, merupakan sikap yang ada pada
karyawan yang menunjukkan seberapa
jauh sikap tanggung jawab mereka
terhadap sesama teman, dengan atasan dan
seberapa jauh tingkat kerja sama dalam
menyelesaikan pekerjaan.
1.4.2 Locus of control
Konsep tentangLocus of control (pusat
kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter
(1966), seorang ahli teori pembelajaran sosial.
Locus of control merupakan salah satu variabel
kepribadian (personaility), yang didefinisikan
sebagai keyakinan individu terhadap mampu
tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri
(Kreitner dan Kinicki, 2005).
Engko dan Gudono (2007)
mendefenisikan locus of control adalah cara
pandang seseorang terhadap suatu peristiwa
apakah ia dapat atau tidak dapat
mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya.
Manusia dalam melaksanakan berbagai
kegiatan dalam hidupnya selalu berupaya
memberi respon terhadap faktorfaktor
internal dan eksternal yang ada didalam diri
dan lingkungan sekitar manusia (Kelly, 2006)
Sedangkan menurut Robbins dan Judge
(2007) locus kendali sebagai tingkat dimana
individu yakin bahwa mereka adalah penentu
nasib mereka sendiri. Internal adalah individu
yang yakin bahwa mereka merupakan
pemegang kendali atas apa-apa pun yang
terjadi pada diri mereka, sedangkan eksternal
adalah individu yang yakin bahwa apapun
7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf
5/14
4
yang terjadi pada diri mereka dikendalikan
oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan
kesempatan.
Menurut Rotter (1975), dalam Ghufron
dan Risnawita, (2006) Locus of Control atau
Lokus Pengendalian ini terbagi menjadi dua
yaitu:
1. Lokus pengendalian internal yang
mencirikan seseorang memiliki keyakinan
bahwa mereka bertanggung jawab atas
perilaku kerja mereka di organisasi.
2.
Lokus pengendalian eksternal yang
mencirikan individu yang mempercayai
bahwa perilaku kerja dan keberhasilan
tugas mereka lebih dikarenakan faktor di
luar diri yaitu organisasi.
Kreitner & Kinichi (2005) mengatakan
bahwa hasil yang dicapai locus of control
internal dianggap berasal dari aktifitas dirinya.
Sedangkan pada individu locus of control
eksternal menganggap bahwa keberhasilan
yang dicapai dikontrol dari keadaan
sekitarnya. Seseorang yang mempunyai
internal locus of control akan memandang
dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan,
dan perilaku individu turut berperan di
dalamnya. Pada individu yang mempunyai
external locus of control akan memandang
dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat
diramalkan, demikian juga dalam mencapai
tujuan sehingga perilaku individu tidak akan
mempunyai peran di dalamnya.
1.4.3 Gaya kepemimpinan situasional
Menurut Rivai dan Mulyadi, (2012) gaya
kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari
tindakan seseorang pemimpin, baik yang
tampak maupun yang tidak tampak oleh
bawahannya. Gaya kepemimpinan
menggambarkam falsafah, keterampilan, sifat
dan sikap yang mendasari prilaku seseorang.
Gaya kepemimpinan yang menunjukkan,
secara langsung maupun tidak langsung,
tentang keyakinan seorang pemimpin terhadap
kemampuan bawahannya. Artinya, gaya
kepemimpinan adalah prilaku dan strategi,
sebagai hasil kombinasi dari falsafah,
keterampilan, sifat dan sikap yang sering
diterapkan seorang pemimpin ketika dia
mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.
Gaya kepemimpinan situasional itu
sendiri adalah suatu pendekatan terhadap
kepemimpinan yang menyatakan bahwa
pemimpin memahami prilakunya, siat-sifat
bawahannya, dan situasi sebelum
menggunakan suatu gaya kepemimpinan
tertentu (Rivai dan Mulyadi, 2012).
Menurut Rivai dan Mulyadi (2012)
model kepemimpinan situasional, maksudnya
disini bagaimana seorang manajer mampu
mengidentifikasi isyarat-isyarat yang terjadi
dalam lingkungannya, mendiagnosanya,
7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf
6/14
5
kemudian menghadapi prilaku kepemimpinan
sesuai kondisi lingkungan tersebut. Model
gaya kepemimpinan situasional itu terbagi atas
tiga:
1.
Model kepemimpinan kontingensi
Model ini dikembangkan oleh Fiedler,
model kontingensi dari efektivitas
kepemimpinan memiliki dalil bahwa
prestasi kelompok tergantung pada
interaksi antara gaya kepemimpinan dan
situasi yang mendukung. Kepemimpinann
dilihat sebagai suatu hubungan yang
didasari oleh kekuatan dan pengaruh.
2. Model partisipasi pemimpin
Model ini dikembangkan oleh Vroom dan
Yetton yang menyatakan bahwa
kepemimpinan yang memberikan
seperangkat aturan untuk menentukan
ragam dan banyaknya pengambilan
keputusan partisipatif dalam situasi- situasi
yang berlainan. Kebalikan dari Fiedler,
Vroom dan Yetton berasumsi bahwa
pemimpin harus lebih luwes untuk
mengubah gaya kepemimpinan agar sesuai
dengan situasi.
3.
Model jalur- tujuan
Model ini berusaha meramalkan eektivitas
kepemimpinan dalam berbagai situasi.
Menurut model yang dikembangkan oleh
Robert J. House, pemimpin menjadi efektif
karena pengaruh motivasi mereka yang
positif, kemampuan untuk melaksanakan,
dan kepuasan pengikutnya. Pada model ini
berfokus kepada bagaimana pemimpin
mempengaruhi presepsi pengikutnya pada
tujuan kerja, tujuan pengembangan diri,
dan jalan untuk mencapai tujuan.
Dasar kepemimpinan situasional
Menurut Rivai dan Mulyadi (2012) yaitu:
a. Kadar bimbingan dan pengarahan yang
diberikan oleh pimpinan (prilaku tugas)
b.
Kadar dukungan sosio emosional yang
disediakan oleh pemimpin (perilaku
hubungan), dan
c. Tingkat persiapan atau kematangan
yang diperlihatkan oleh anggota dalam
melaksanakan tugas dan fungsi mereka
dalam mencapai tujuan tertentu.
1.5
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
1.5.1 Pengaruh Locus Of Control Terhadap
Prestasi Kerja Auditor
Penelitian yang dilakukan oleh Sartika
(2007) tentang pengaruh locus of control
terhadap kepuasan kerja dan prestasi kerja
auditor, menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara locus of
controlterhadap prestasi kerja. Sejalan dengan
riset sebelumnya Imani (2007) juga meneliti
tentang analisis pengaruh locus of control
terhadap kinerja dengan kepuasan kerja, juga
menunjukkan terdapat pengaruh signifikan
7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf
7/14
6
locus of control terhadap kinerja karyawan
dengan kepuasan kinerja
Selanjutnya Hadi (2010), juga
melakukan penelitian ulang tentang pengaruh
locus of control terhadap kinerja kerja auditor
pada Kantor Akuntan Publik Sumatra Barat
dan Pekanbaru, menemukan bahwa locus of
control itu mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja auditor. Kemudian
Ayudiati (2010) meneliti tentang pengaruh
locus ofcontrol terhadap kinerja dengan etika
kinerja sebagai variable moderating juga
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara locus of control terhadap
prestasi kerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Agustia
(2011) tentang pengaruh locus of control
terhadap prestasi kerja auditor dengan
kepuasan kerja menunjukkan bahwa pengaruh
langsung locus of control terhadap prestasi
kerja terbukti signifikan yang artinya Jika
seorang auditor cenderung memiliki internal
locus of control, dia yakin akan kemampuan
dirinya untuk menyelesaikan suatu
permasalahan, maka akan menimbulkan
kepuasan kerja dan diharapkan akan
meningkatkan kinerja atau prestasi kerja
auditor. Sebaliknya, apabila seorang auditor
mempunyai kecenderungan mempercayai
faktorfaktor diluar dirinya sebagai penentu
keberhasilan, maka dapat dikatakan dia
memiliki eksternal locus of control, hal ini
justru akan menurunkan prestasi kerja dan
mengakibatkan menurunnya kinerja auditor.
Berdasarkan penelitian-penelitian
diatas maka dapat diturunkan hipotesis sebagai
berikut:
H1: Semakin kuat locus of control, maka
semakin tinggi prestasi kerja auditor.
1.4.1 Pengaruh Locus Of Control Gaya
Kepemimpinan Situasional
Terhadap Prestasi Kerja Auditor
Penelitian yang dilakukan oleh Haryati
(2003) mengenai analisis pengaruh gaya
kepemimpinan dan iklim organisasi terhadap
prestasi kerja dan kinerja pegawai
dilingkungan kecamatan Gayang Sari Kota
Semarang menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang positif signifikan dari pengaruh
gaya kepemimpinan iklim organisasi terhadap
prestasi kerja dan kinerja pegawai. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Purnawijayanti
(2005) tentang Pengaruh faktor gaya
kepemimpinan situasional terhadap prestasi
kerja pegawai, menunjukkan hubungan atasan
bawahan, struktur tugas, dan kekuasaan dan
wewenang secara bersamasama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
kerja.
Selanjutnya, Imani (2007) meneliti
tentang analisis pengaruh locus of control
terhadap kinerja dengan gaya kepemimpinan
7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf
8/14
7
sebagai variabel moderating juga
menunjukkan pengaruh signifikan dari locus of
control melalui gaya kepemimpinan terhadap
kinerja karyawan. Susanto (2007) melakukan
penelitian serupa di Indonesia yang
menyatakan bahwa aspek kepemimpinan
situasional dan mentoring mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
kerja auditor. Penelitian yang dilakukan oleh
Sartika (2007), pengaruh gaya kepemimpinan
situasional, motivasi kerja, locus of control
terhadap kepuasan kerja dan prestasi kerja
auditor menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
gaya kepemimpinan situasional, motivasi
kerja, locus of control secara simultan
terhadap prestasi kerja auditor
Selanjutnya penelitian yang dilakukan
oleh Agustia (2011), pengaruh locus of control
dan perilaku kepemimpinan situasional
terhadap prestasi kerja auditor dengan
kepuasan kerja sebagai variable intervening
menyatakan bahwa terdapat pengaruh tidak
langsung antara locus of control melalui gaya
kepemimpinan situasional terhadap prestasi
kerja auditor. Kemudian Susanti (2012)
meneliti kembali tentang pengaruh gaya
kepemimpinan situasional, locus of control,
terhadap prestasi kerja auditor pada akuntan
pemerintah di Kota Padang, menemukan
bahwa terdapat hubungan secara simultan
antara locus of control, gaya kepemimpinan
terhadap prestasi kerja auditor.
Berdasarkan penelitian-penelitian
diatas, maka dapat diturunkan hipotesis
sebagai berikut:
H2 : Semakin kuat gaya kepemimpinan
situasional maka semakin kuat
hubungan antara locus of control
terhadap prestasi kerja auditor.
2. Metodologi
2.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh auditor pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang berada di wilayah Padang, Medan
dan Pekanbaru.
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data primer yang diperoleh dari
hasil kuesioner yang disebarkan secara
langsung oleh peneliti, dengan cara melakukan
observasi lapangan kepada responden.
2.2 Pengukuran Variabel
Semua instrument menggunakan Skala
Likertdengan 5 skala nilai yaitu Sangat Tidak
Setuju (STS) dengan nilai 1, Tidak Setuju (TS)
dengan nilai 2, Netral (N) dengan nilai 3,
Setuju (S) dengan nilai 4, dan Sangat Setuju
(SS) dengan nilai 5. Kuesioner dalam
penelitian ini untuk variabel independentlocus
of controldiukur dengan instrument The Work
Locus Of Control (WlLCS) yang
7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf
9/14
8
dikembangkan oleh Agustia, (2011) yang
terdiri atas 20 butir pertanyaan.
Variabel dependent pada penelitian ini
adalah prestasi kerja yang diukur dengan
instrument yang dikembangkan Agustia (2011)
yang terdiri atas 7 butir pertanyaan, Sedangkan
Variabel Moderating dalam penelitian ini
adalah gaya kepemimpinan situasional yang
dikembangkan oleh Rivai dan Mulyadi (2012)
terdiri dari 10 butir pertanyaan.
2.3 Analisis Data
Dari 152 buah kuesioner yang telah
disebarkan, baik diantar secara langsung
maupun dikirimkan lewat pos pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) di wilayah Padang
Medan dan Pekanbaru hanya 71 kuesioner atau
46,71 % dari kuesioner yang disebarkan
dikembalikan oleh responden.
2.3.1 uji validitas
Uji validitas digunakan untuk
mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu pertanyaan dikatakan valid
jika nilai Kaiser Meyer Olkin Of Sampling
(KMO) MSA) dari variabel berada diatas
0,50 dan factor loading harus bernilai besar
atau sama dengan 0,40. Berdasarkan hasil uji
validitas item variabel locus of control,
prestasi kerja dan gaya kepemimpinan
situasional didapatkan nilai KMO untuk semua
item lebih besar dari 0,50. Dengan demikian
setiap item pertanyaan dalam tiap-tiap variabel
dinyatakan valid. Berdasarkan proses
pengolahan data yang telah dilakukan
diperoleh ringkasan hasil pada tabel dibawah
ini :
Tabel 1
Hasil Pengujian Validitas
Variabel `KMO Faktor
loading
Ket
Locus of
control
0,608 0,519- 0,780 Valid
Prestasi kerja 0,639 0,554- 0,870 Valid
Gaya
Kepemimpinan
situasional
0,608 0,551- 0,826 Valid
Sumber: hasi l pengolahan data SPSS
2.3.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan
melihat nilai Croncbach alpha. Hasil uji
reliabilitas menunjukkan bahwa semua
variabel penelitian dinyatakan reliabel dengan
nilai Croncbach alpha lebih besar dari 0,60.
Variabel locus of control, prestasi kerja dan
gaya kepemimpinan situasional dinyatakan
reliabel. Berdasarkan proses pengolahan data
yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasilpada tabel dibawah ini :
7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf
10/14
9
Tabel 2
Uji Reliabelitas
Variabel Cronbach
Alpha
Ket
Locus Of Control 0,650 Reliabel
Prestasi Kerja 0,612 Reliabel
Gaya Kepemimpinan
Situasional
0,693 reliabel
Sumber: hasil pengolahan data SPSS
2.3.3 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang
digunakan untuk mengetahui normal atau
tidaknya pola distribusi data. Dalam
melakukan pengujian normalitas digunakan uji
one sample kolmogrov smirnov. Normalnya
sebuah variabel dapat dilihat dari Asymp. Sig
(2-tailed) > alpha 0,05. Berdasarkan proses
pengolahan data yang telah dilakukan
diperoleh ringkasan hasil pada tabel dibawah
ini :
Tabel 3
Uji Normalitas
Variabel Asymp. Sig Ket
Locus Of Control 0,518 Normal
Prestasi Kerja 0,161 Normal
GayaKepemimpinan
Situasional
0,272Normal
Sumber: hasi l pengolahan data SPSS
2.4 Pengujian Hipotesis
untuk membuktikan pengaruh locus of control
terhadap prestasi kerja dengan gaya
kepemimpinan situasional sebagai variabel
moderating maka dilakukan pengujian
statistik. Berdasarkan proses pengolahan data
yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4
Pengujian Hipotesis
variabel Koefisien
regresi
sig ket
Konstanta 4,611 0.000
Locus of
control (X1) 0,327 0,003
H1
diteri
ma
Gaya
kepemimpinan
situasional
(X2)
0,347 0,001
X1. X2 0,532 0,000
H2
diteri
ma
R- Square 0,608
F- Test 12,578 sign = 0,000
Sumber: hasil pengolahan data SPSS
Sesuai dengan nilai koefisien regresi
yang terbentuk didalam tahapan pengujian
statistik, maka masing- masing nilai koefisien
regresi yang dimiliki setiap variabel penelitian
7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf
11/14
10
dapat dibuat kedalam sebuah persamaan
regresi linier seperti terlihat di bawah ini:
Y = 4,611 + 0,327X1 + 0,347X2 + 0,532 X1.X2
Pada tahapan pengujian statistik
diperoleh nilai koefisien determinasi 0,608
artinya variabel independen yang diteliti
mampu menjelaskan variasi variabel dependen
sebesar 0,608 atau 60,8% sedangkan sisanya
0,392 atau 39,2% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak ada dalam penelitian ini.
Pada tahapan pengujian statistik
diperoleh nilai signifikan untuk uji F-statistik
atau F-hitung sebesar 12,578 dengan nilai
signifikan sebesar 0,000a. Pada tahapan
pengolahan data digunakan tingkat kesalahan
sebesar 0,05.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
pertama untuk menguji pengaruh locus of
control terhadap prestasi kerja auditor, dari
proses pengujian diperoleh koefisien regresi
sebesar 0,327 dengan nilai thitung 3,367
signifikan sebesar 0,003. Didalam tahap
pengolahan data digunakan tingkat kesalahan
atau alpha sebesar 0,05, hasil yang diperoleh
0,003< alpha 0,05. Keputusannya adalah Ha
diterima Ho ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa locus of control
berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja
auditor.
Artinya jika seorang auditor cenderung
memiliki internal locus of control, dia yakin
akan kemampuan dirinya untuk menyelesaikan
suatu permasalahan, maka akan menimbulkan
kepuasan kerja dan diharapkan akan
meningkatkan kinerja atau prestasi kerja
auditor. Sebaliknya, apabila seorang auditor
mempunyai kecenderungan mempercayai
faktor-faktor diluar dirinya sebagai penentu
keberhasilan, maka dapat dikatakan dia
memiliki eksternal locus of control, hal ini
justru akan menurunkan prestasi kerja dan
mengakibatkan menurunnya kinerja auditor.
Hasil pengujian hipotesis kedua untuk
menguji pengaruh locus of control, gaya
kepemimpinan situasional terhadap prestasi
kerja auditor, dari proses pengujian diperoleh
koefisien regresi sebesar 0,532 dengan nilai
signifikan sebesar 0,000. Didalam tahap
pengolahan data digunakan tingkat kesalahan
atau alpha sebesar 0,05, hasil yang diperoleh
0,000 < alpha 0,05. Variabel bebas locus of
controldengan gaya kepemimpinan situasional
secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel terikat prestasi
kerja auditor. Keputusannya adalah Ha
diterima Ho ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin kuat gaya
kepemimpinan situasional maka semakin kuat
7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf
12/14
11
hubungan antara locus of control terhadap
prestasi kerja auditor.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa adanya pegaruh tidak langsung antara
gaya kepemimpinan situasional dan locus of
controlterhadap prestasi kerja seorang auditor.
Prestasi kerja auditor di suatu kantor akuntan
publik, tidak terlepas dari gaya kepemimpinan
yang ada di kantor akuntan publik tersebut.
Keberhasilan seorang pemimpin umumnya
terlihat dari prestasi kerja karyawannya.
Dimana tinggi atau rendahnya prestasi kerja
karyawan, umumnya menunjukkan efektif atau
tidaknya gaya kepemimpinan yang digunakan
seorang pemimpin kepada karyawannya. Para
karyawan akan dapat termotivasi untuk
berprestasi kerja dengan baik, apabila
kebutuhan di dalam hidupnya telah terpenuhi,
baik kebutuhan yang bersifat fisik dan non
fisik. Semakin luas pengetahuan seorang
karyawan, semakin ia dapat mengembangkan
aspirasinya untuk meningkatkan
kesejahteraannya
4. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan bukti empiris tentang pengaruhlocus of control terhadsap prestasi kerja
auditor dengan gaya kepemimpinan situasional
sebagai variabel moderating. Pada penelitian
ini digunakan 71 responden yang bekerja di
Kantor akuntan Publik yang berada didaerah
Padang, Pekanbaru dan Medan. Proses
pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan program SPSS. Berdasarkan
analisis dan pembahasan hasil pengujian
hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian hipotesis pertama
ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel locus of control
(X1) terhadap prestasi kerja auditor (Y).
2. Hasil pengujian hipotesis kedua ditemukan
bahwa variabel bebas locus of control
dengan gaya kepemimpinan situasional
secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel terikat prestasi
kerja auditor.
4.2 Saran
Berdasarkan analisis dan pembahasan
hasil pengujian hipotesis maka diajukan
beberapa saran yang dapat memberikan
manfaat positif bagi peneliti selanjutnya
1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya
memperluas sampel penelitian atau
menggunakan sampel yang lebih banyak
atau yang lebih luas cangkupannya
sehingga dapat mewakili lebih banyak dari
populasi yang dapat digeneralisasi.
2. Masih perlu dilakukan penelitian pada
aspek yang sama untuk mengetahui
konsistensi hasil penelitian ini.
7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf
13/14
12
3. Sebaiknya menambah faktor- faktor lain
yang mempengaruhi prestasi kerja auditor,
sehingga penelitian yang mendatang akan
menghasilkan penelitian yang lebih
lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Rivai, Mulyadi. 2012. gaya kepemimpinandan prilaku organisasi. Jakarta
Prabowo. 2005. Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta
Jewell & Siegall, 1990 organisasi danmanajemen: prilaku, struktur, proses,
Jakarta
Sutrisno,2009. Manajemen Sumber DayaManusia. Jakarta
Suyono,2012, teori, kuesioner dan analisis
data sumber daya manusia (praktikpenelitian). Jakarta
Putri, 2000, A Managers Primer on
Performance Appraisal. Semarang
Ayudiati,2010, skirpsi analisis pengaruh locusof control terhadap kinerja dengan
etika kerja sebagai variabelmoderating. Semarang
Sekaran,2007, research methods for
business. JakartaGhozali, 2010, Aplikasi analisis Multivatiate
dengan program SPSS,.Jakarta
Ghufron dan Risnawita, 2006, Manajemenprilaku organisasi: pendayagunaan
sumber daya manusia. Jakarta:erlangga
Phares, 2005, locus of controlattitudes to
working in virtual times, internationaljournal of project management
Hersey, 2004, teori dan praktekkepemimpinan, Jakarta: Rinika Cipta
Siahaan, 2007, kepemimpinan dalammanajemen: suatu pendekatan prilaku.
Jakarta
Asnawi, 1999, peranan kepemimpinan dalampeningkatan prestasi kerja (kajian
pengembangan organisasi secretariatwilayah/ daerah kabupaten jombang),
Universitas brawijaya. Malang
Agustia, 2011, pengaruh locus of controldanprilaku kepemimpinan situasional
terhadap prestasi kerja auditor dengankepuasan kerja sebagai variabel
intervening. Surabaya: UniversitasAirlangga
Akdon, 2011, Manajemen konfilk Dalan
Organisasi. Bandung
7/25/2019 2351-8533-1-PB.pdf
14/14
13