16
Tugas Individu Mata Kuliah Manajemen Pembiayaan Pembangunan REVIEW RAPBN 2015 Oleh : Mohammad Akhsan 60800112037 Kelas A2 JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

242641793-RAPBN-Review

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Review RAPBN

Citation preview

Tugas IndividuMata Kuliah Manajemen Pembiayaan Pembangunan

REVIEW RAPBN 2015

Oleh :Mohammad Akhsan60800112037Kelas A2

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

REVIEW RAPBN 2015

RAPBN tahun 2015 memiliki posisi yang unik dan sangat penting, mengingat disusun pada tahun transisi pemerintahan, baik dari sisi mengantarkan proses pergantian pemerintahan maupun dalam pencapaian agenda pembangunan nasional RPJMN 20152019. Dari sisi mengantarkan proses pergantian Pemerintahan, RAPBN tahun 2015 merupakan baseline budget, dalam arti baru mengalokasikan anggaran belanja Kementerian negara/lembaga (K/L) yang hanya memperhitungkan kebutuhan pokok penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, sehingga memberi ruang gerak bagi pemerintahan baru hasil Pemilu tahun 2014 untuk melaksanakan program/kegiatan sesuai dengan platform, visi, dan misi yang direncanakan. Dengan demikian, untuk memberikan ruang gerak yang cukup dengan tetap memperhatikan kesinambungan fiskal, target defisit dalam RAPBN 2015 tetap dijaga pada batas yang aman. Sementara itu, dari sisi pencapaian agenda nasional, RAPBN tahun 2015 dirancang dengan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2015 yang merupakan RKP tahun pertama dalam RPJMN 20152019, yang juga memberikan ruang gerak bagi Pemerintahan hasil Pemilu 2014 untuk melakukan penyesuaian.Selain itu, RAPBN tahun 2015 juga merupakan tahun pertama pemberlakukan UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang mengharuskan alokasi dana desa sebesar 10 persen dari alokasi transfer ke daerah. Untuk tahun 2015, pengalokasian dana desa dilakukan melalui realokasi dana PNPM berbasis desa yang berasal dari belanja kementerian negara/lembaga. Alokasi dana desa tersebut diharapkan dapat membawa dampak langsung pada kesejahteraan masyarakat, terutama dalam memperkuat upaya Pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang makin merata.Postur RAPBN tahun 2015 disusun dengan menggunakan kaidah ekonomi publik yang terdiri atas pendapatan negara, belanja negara, dan pembiayaan anggaran.

Pendapatan NegaraPada tahun 2015, besaran pendapatan negara direncanakan mencapai Rp1.762.296,0 miliar, naik 7,8 persen dari targetnya pada APBNP tahun 2014. Dari total pendapatan tersebut, pendapatan dalam negeri sebesar Rp. 1.758.864 miliar atau menyumbang 99,80 persen bagi pendapatan negara. Untuk pendapatan dalam negeri, penerimaan perpajakan diproyeksikan sebesar Rp. 1.370.827,2 miliar. Sementara untuk penerimaan bukan pajak diproyeksikan sebesar Rp. 388.037 miliar. Proporsi pendapatan dalam negeri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak dapat dilihat dari grafik di bawah ini.

Penerimaan Perpajakan terbagi menjadi dua yaitu Pendapatan Pajak Dalam Negeri dan Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional. Pendapatan pajak dalam negeri tahun 2015 diprediksi sebesar Rp. 1.319.323,4 miliar atau sebesar 75 persen dari total Pendapatan Dalam Negeri. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional diprediksi sebesar RP. 51.503,8 miliar atau hanya sebesar 2,92 persen dari total Pendapatan Dalam Negeri. Sementara itu untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak terbagi dalam beberapa golongan yaitu Penerimaan Sumber Daya Alam, Pendapatan Bagian Laba BUMN, PNBP lainnya dan Pendapatan BLU. Penerimaan SDA tahun 2015 diprediksikan sebesar Rp. 236,698,8 miliar atau sebesar 13,46 persen dari total Pendapatan Dalam Negeri. Pendapatan Bagian Laba BUMN diprediksikan sebesar Rp. 41.000 miliar untuk tahun 2015 ini atau sebesar 2.33 persen dari total Pendaptan Dalam Negeri. PNBP lainnya diprediksikan menyumbang sebesar Rp. 88.260,4 miliar atau sebesar 5,02 persen dari total Pendapatan Dalam Negeri. Dan untuk Pendapatan BLU diprediksikan sebesar Rp. 22.077,8 miliar atau sebesar 1,26 persen saja dari total Pendapatan Dalam Negeri. Dengan demikian, sektor Perpajakan terutama Pajak Dalam Negeri menjadi penyumbang terbesar pendapatan negara yaitu sebesar 74.86 persen dari total Pendapatan Negara. Belanja NegaraBesaran anggaran belanja negara untuk tahun 2015 direncanakan sebesar Rp2.019.868,3 miliar, naik 7,6 persen dari pagunya pada APBNP tahun 2014. Dari total anggaran belanja negara tersebut, belanja Pemerintah Pusat mengambil porsi sebesar Rp1.379.875,3 miliar serta anggaran transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp639.993,0 miliar. Kedua jenis belanja tersebut mengalami kenaikan masing-masing sebesar 7,8 persen dan 7,3 persen dari pagunya pada APBNP tahun 2014. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa 68,31 persen dari total belanja negara digunakan untuk belanja pusat yang terdiri dari belanja kementerian negara/lembaga dan belanja non kementerian negara/lembaga. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 31,69 persen dari total belanja negara tersebut digunakan untuk transfer ke daerah dan dana desa. Proporsi belanja tersebut dapat dilihat dalam grafik berikut :

Dalam struktur APBN yang berlaku saat ini, belanja Pemerintah Pusat menurut klasifikasi dikelompokan menjadi 11 fungsi. Dalam RAPBN tahun 2015, belanja Pemerintah Pusat masih didominasi oleh fungsi pelayanan umum, yaitu sebesar 68,1 persen dari total anggaran belanja Pemerintah Pusat, dan sisanya sebesar 31,9 persen tersebar pada fungsi-fungsi lainnya. Relatif tingginya porsi alokasi anggaran pada fungsi pelayanan umum tersebut merupakan konsekuensi dari pelaksanaan fungsi pelayanan umum kepada masyarakat sebagai fungsi utama pemerintah untuk menjamin kualitas dan kelancaran pelayanan kepada masyarakat, yang di antaranya terdiri atas pemberian subsidi, pembayaran bunga utang, dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis pemerintah, penataan administrasi kependudukan, pembangunan daerah, serta penelitian dan pengembangan Iptek.Dengan besaran pendapatan dan belanja negara tersebut, RAPBN tahun 2015 mengalami defisit anggaran sebesar Rp257.572,3 miliar atau 2,32 persen terhadap PDB, yang berarti turun dari defisit APBNP 2014 sebesar 2,40 persen. Defisit RAPBN 2015 tersebut direncanakan akan dibiayai dengan pembiayaan bersumber dari dalam negeri sebesar Rp281.387,3 miliar dan pembiayaan bersumber dari luar negeri sebesar negatif Rp23.815,0 miliar.Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi1. Fungsi Pelayanan UmumAlokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi pelayanan umum dalam RAPBN tahun 2015 direncanakan sebesar Rp939.542,7 miliar, atau menunjukkan peningkatan sebesar 10,2 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2014 sebesar Rp852.645,9 miliar. 2. Fungsi PertahananDalam RAPBN tahun 2015, anggaran pada fungsi pertahanan direncanakan sebesar Rp94.903,2 miliar, menunjukkan peningkatan sebesar 14,0 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2014 sebesar Rp83.221,7 miliar. 3. Fungsi Ketertiban dan KeamananAlokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi ketertiban dan keamanan dalam RAPBN tahun 2015 direncanakan sebesar Rp40.780,2 miliar, yang menunjukkan peningkatan sebesar 14,4 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2014 sebesar Rp35.631,9 miliar. 4. Fungsi EkonomiAlokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi ekonomi dalam RAPBN tahun 2015 direncanakan sebesar Rp119.985,4 miliar, menunjukkan peningkatan sebesar 5,9 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2014 sebesar Rp113.269,5 miliar.5. Fungsi Lingkungan HidupDalam RAPBN tahun 2015, anggaran yang dialokasikan pada fungsi lingkungan hidup mencapai Rp10.376,7 miliar, yang berarti lebih rendah sebesar 1,4 persen jika dibandingkan dengan alokasi anggaran fungsi lingkungan hidup pada APBNP tahun 2014 sebesar Rp10.526,8 miliar.6. Fungsi Perumahan dan Fasilitas UmumDalam RAPBN tahun 2015, anggaran yang dialokasikan pada fungsi perumahan dan fasilitas umum mencapai Rp18.672,8 miliar, yang berarti lebih rendah sebesar 33,0 persen jika dibandingkan dengan alokasi anggaran fungsi perumahan dan fasilitas umum pada APBNP tahun 2014 sebesar Rp27.853,4 miliar.7. Fungsi KesehatanAlokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi kesehatan dalam RAPBN tahun 2015 direncanakan sebesar Rp20.678,1 miliar, menunjukkan peningkatan sebesar 43,8 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2014 sebesar Rp14.378,4 miliar.8. Fungsi Pariwisata dan Ekonomi KreatifDalam RAPBN tahun 2015, alokasi anggaran untuk fungsi pariwisata dan ekonomi kreatif sebesar Rp2.015,5 miliar, jumlah ini menunjukkan peningkatan sebesar 17,4 persen jika dibandingkan dengan alokasinya pada APBNP tahun 2014 sebesar Rp1.717,3 miliar.

9. Fungsi AgamaAlokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi agama dalam RAPBN tahun 2015 direncanakan sebesar Rp5.154,7 miliar, menunjukkan peningkatan sebesar 39,1 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2014 sebesar Rp3.706,3 miliar.10. Fungsi PendidikanAlokasi anggaran pada fungsi pendidikan mencerminkan upaya Pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan. Alokasi anggaran pada fungsi pendidikan tersebut berkaitan dengan upaya Pemerintah untuk mewujudkan amanat konstitusi untuk mengalokasikan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN. Dalam RAPBN tahun 2015, alokasi anggaran pada fungsi pendidikan sebesar Rp119.459,2 miliar. Alokasi anggaran pada fungsi pendidikan mencerminkan upaya Pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan. Alokasi anggaran pada fungsi pendidikan tersebut berkaitan dengan upaya Pemerintah untuk mewujudkan amanat konstitusi untuk mengalokasikan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN. Dalam RAPBN tahun 2015, alokasi anggaran pada fungsi pendidikan sebesar Rp119.459,2 miliar.11. Fungsi Perlindungan SosialAlokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi perlindungan sosial dalam RAPBN tahun 2015 direncanakan sebesar Rp8.306,8 miliar, yang menunjukkan peningkatan sebesar 3,0 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2014 sebesar Rp8.063,9 miliar.Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada fungsi-fungsi tersebut dapat terlihat dalam diagram berikut ini :

Sementara itu, dalam enam tahun terakhir anggaran infrastruktur selalu lebih rendah dari alokasi subsidi dan nilainya tidak pernah mencapai angka persen dari PDB. Padahal idealnya, alokasi anggaran untuk infrastruktur ini berada pada rentang 4 hingga 4,5 persen. Pemerintah menganggarkan dana infrastruktur dalam RAPBN 2015 sebesar Rp118,8 Triliun yang dialokasikan kepada dua kementerian, yakni Kementrian Pekerjaan Umum (PU) sebesar Rp74,2 triliun dan Kementerian Perhubungan sebesar Rp44,6 triliun. Meski jumlahnya meningkat dibandingkan APBNP 2014, angka tersebut masih lebih rendah dari alokasi untuk subsidi energi dalam RAPBN 2015 yang sebesar Rp363,5 triliun.Untuk meningkatkan anggaran infrastruktur, pemerintah dapat saja mengurangi alokasi dana subsidi BBM secara bertahap dan melakukan peningkatan pendapatan dari sektor pajak. AAlokasi dana untuk infrastruktur juga bisa ditingkatkan hingga 10 persen dari PDB agar Indonesia bisa mengejar ketertinggalan pembangunan infrastrukturnya.Dalam RAPBN 2015 ini juga tidak dihitung adanya kenaikan BBM. Jadi alokasi dana untuk subsidi BBM naik. Namun jika pemerintahan baru menaikkan harga BBM, maka beban subsidi akan berkurang dan anggaran tersebut bisa dialokasikan untuk hal-hal lain termasuk untuk infrastruktur. SubsidiArah kebijakan subsidi pada tahun 2015 mencakup :1. Menjaga stabilitas harga2. Membantu masyarakt miskin dan menjaga daya beli masyarakat3. Meningkatkan produktivitas dan menjaga ketersediaan pasokan dengan harga terjangkau4. Meningkatkan daya saing produksi dan akses permodalan UMKMKarenanya, maka anggaran program pengelolaan subsidi dalam RAPBN tahun 2015 direncanakan mencapai Rp433.512,2 miliar. Jumlah tersebut meningkat Rp30.476,6 miliar bila dibandingkan dengan pagu program pengelolaan subsidi yang ditetapkan dalam APBNP 2014 sebesar Rp403.035,6 miliar. Sebagian besar dari anggaran program pengelolaan subsidi dalam RAPBN tahun 2015 tersebut direncanakan akan disalurkan untuk subsidi energi sebesar Rp363.534,5 miliar, yaitu subsidi BBM, BBN, LPG tabung 3 kg, dan LGV sebesar Rp291.111,8 miliar, dan subsidi listrik sebesar Rp72.422,7 miliar. Sementara itu, untuk subsidi nonenergi Rp69.977,7 miliar, yang meliputi: 1. subsidi pangan sebesar Rp18.939,9 miliar; 2. subsidi pupuk sebesar Rp35.703,1 miliar; 3. subsidi benih sebesar Rp939,4 miliar; 4. subsidi PSO sebesar Rp3.261,3 miliar; 5. subsidi bunga kredit program sebesar Rp2.484,0 miliar; 6. (6) subsidi pajak sebesar Rp8.650,0 miliar.

Tahun 2015 merupakan tahun pertama pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019 dimana beberapa kebijakan terkait anggaran Transfer ke Daerah mengalami beberapa perubahan mendasar, diantaranya diberikannya Dana Desa dan perubahan postur Transfer ke Daerah. Jika pada tahun sebelumnya hanya menggunakan nomenklatur Transfer ke Daerah, tahun 2015 dipergunakan nomenklatur baru, yaitu Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Hal ini merupakan implikasi atas ditetapkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Berdasarkan undang-undang tersebut, selain dana Transfer ke Daerah, mulai tahun 2015, kepada Daerah yang memiliki desa dalam struktur kepemerintahannya juga akan mendapatkan alokasi dari APBN berupa Dana Desa.Secara ringkas, arah kebijakan anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa pada tahun 2015 sebagai berikut:1. Meningkatkan kapasitas fiskal daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah;2. Mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah dan mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antardaerah;3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah;4. Memprioritaskan penyediaan pelayanan dasar di daerah tertinggal, terluar, terpencil, terdepan, dan pasca bencana;5. Mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan infrastruktur dasar;6. Mendorong peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah yang lebih efisien, efektif, transparan, dan akuntabel;7. Meningkatkan kualitas pengalokasian Transfer ke Daerah dengan tetap memperhatikan akuntabilitas dan transparansi;8. Meningkatkan kualitas pemantauan dan evaluasi dana Transfer ke Daerah;9. Menetapkan alokasi Dana Desa sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa melalui realokasi belanja Pemerintah Pusat yang berbasis desa;10. Mengalokasikan Dana Desa kepada kabupaten/kota berdasarkan jumlah desa dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis;11. Menyalurkan Dana Desa kepada kabupaten/kota melalui mekanisme transfer; dan12. Alokasi Dana Desa yang telah ditetapkan dalam APBN tidak mengalami perubahan walaupun terdapat perubahan APBN.Dana Alokasi Umum (DAU)Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan dalam negeri yang dialokasikan kepada daerah dengan tuuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antara daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Besaran DAU nasional ditetapkan sekurang-kurangnya 26 persen dari Pedapatan Dalam Negeri (PDN) neto. Dari 34 provinsi di Indonesia, DAU terbesar direncanakan diterima oleh Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar Rp. 35.567,9 miliar. DAU terkecil diterima oleh provinsi baru yaitu Provinsi Kalimantan Utara sebesar Rp. 1.694,9 miliar. Sementara DKI tidak menerima DAU. Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai prioritas nasional. Dengan kata lain, DAK ini untuk membantu daerah tertentu dalam mendanai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat, guna mendorong percepatan pembangunan di daerah dalam rangka mencapai sasaran dan program Pemerintah yang menjadi prioritas nasional. Untuk alokasi sementara tahun 2015 ini, Provinsi Papua mendapat alokasi terbesar DAK yaitu sebesar Rp. 5.368,1 miliar. Dan provinsi Kalimanatan Timur menerima DAK terkecil yaitu sebesar Rp. 28,4 miliar. Sementara DKI tidak menerima dana DAK. Dana DesaSesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan peraturan pelaksananya, Dana Desa merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada setiap Desa dan digunakan untuk mendanai urusan yang menjadi kewenangan Desa yang meliputi penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.Alokasi Dana Desa dalam APBN bersumber dari belanja Pemerintah Pusat dengan mengefektifkan program yang berbasis Desa yang selama ini telah berjalan secara merata dan berkeadilan. Besaran alokasi anggaran Dana Desa ditetapkan sebesar 10 persen dari dan diluar dana Transfer ke Daerah (on top) secara bertahap dengan tetap memperhatikan kemampuan APBN. Dana Desa dihitung berdasarkan jumlah desa dengan memperhatikan variabel jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis.Berdasarkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, dengan luasnya lingkup kewenangan Desa dan dalam rangka mengoptimalkan penggunaan Dana Desa, maka penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa. Penetapan prioritas penggunaan dana tersebut tetap sejalan dengan kewenangan yang menjadi tanggung jawab Desa.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/NKRAPBN2015.pdf diakses tanggal 2 Oktober 2014 pukul 11.23 PMhttp://www.bareksa.com/id/text/2014/08/18/anggaran- infrastruktur-rapbn-2015-minim-pemerintahan-baru-harus-tingkatkan/6806/analisis diakses tanggal 5 Oktober 2014 pukul 09.45 PM