25
1. SEJARAH SINGKAT Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang tegak. Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea plants/java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan songot koneng (Madura). Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudianmenyebar ke wilayah Asia dan Australia. Nama daerah: Kumis kucing (Melayu – Sumatra), kumis kucing (Sunda), remujung (Jawa), se- salaseyan, songkot koceng (Madura). 2. URAIAN TANAMAN 2.1 Klasifikasi Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Lamiaceae Genus : Orthosiphon Spesies : Orthosiphon spp. 2.2 Deskripsi Tanaman terna yang tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar tetapi tidak tampak nyata, tinggi tanaman sampai 2m. Batang bersegi empat agak beralur. Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lanset, lancip atau tumpul pada bagian ujungnya, ukuran daun panjang 1 –

252141956-Kumis-kucing

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kumis kucing

Citation preview

Page 1: 252141956-Kumis-kucing

1. SEJARAH SINGKAT

Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang tegak.

Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea plants/java tea (Inggris), giri-giri

marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan songot koneng (Madura).

Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudianmenyebar ke wilayah Asia

dan Australia.

Nama daerah: Kumis kucing (Melayu – Sumatra), kumis kucing (Sunda), remujung (Jawa), se-

salaseyan, songkot koceng (Madura).

2. URAIAN TANAMAN

2.1 Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Keluarga : Lamiaceae

Genus : Orthosiphon

Spesies : Orthosiphon spp.

2.2 Deskripsi

Tanaman terna yang tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar tetapi tidak tampak

nyata, tinggi tanaman sampai 2m. Batang bersegi empat agak beralur. Helai daun berbentuk

bundar telur lonjong, lanset, lancip atau tumpul pada bagian ujungnya, ukuran daun panjang 1 –

10cm dan lebarnya 7.5mm – 1.5cm, urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul,

dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat

banyak, panjang tangkai daun 7 – 29cm. Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu

pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna

ungu pucat atau putih, dengan ukuran panjang 13–27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu

pendek yang berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 – 18mm, panjang bibir 4.5 – 10mm,

helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan

melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm.

Page 2: 252141956-Kumis-kucing

2.3 Jenis Tanaman

Spesies kumis kucing yang terdapat di Pulau Jawa adalah O. aristatus, O. thymiflorus, O.

petiolaris dan O. tementosus var. glabratus. Klon kumis kucing yang ditanam di Indonesia adalah

Klon berbunga putih dan ungu.

3. MANFAAT TANAMAN

Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai bahan obat-obatan. Di

Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air

kemih (diuretik) sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis

kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk angin dan

sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu

ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit syphilis.

KANDUNGAN KIMIA

Tumbuhan kumis kucing menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid dan senyawa fenol

seperti diterpenoid jenis isopimaran, flavonoid, benzokromen, dan turunan asam organik. Ciri

khas senyawa diterpenoid yang diisolasi dari kumis kucing adalah mempunyai kerangka karbon

jenis isopimaran yang terdiri dari tiga cincin dan mengandung banyak gugus fungsi oksigen

(utamanya pada C-1, 2, 3, dan 7). Cincin C mengandung gugus hidroksi tersier pada C-8 dan

gugus karbonil pada C-14 dan dapat pula mengandung gugus fungsi oksigen pada C-11, 12, dan

20. Gugus-gugus fungsi hidroksi ini seringkali teresterifikasi dengan asam asetat dan benzoat

(Achmad et al., 2007).

(Achmad et al., 2007).

Gambar Kerangka karbon isopimaran

Page 3: 252141956-Kumis-kucing

Senyawa diterpen jenis isopiraman yang banyak mengandung gugus fungsi oksigen (highly

oxygenated diterpenes) telah ditemukan dari kumis kucing di antaranya yaitu ortosifol A dan

ortosifol B (Awale et al., 2001; Masuda 1992; Takeda, 1993).

Dari ekstrak metanol tumbuhan yang berasal dari Indonesia telah ditemukan pula senyawa

isopiraman turunan ortosifol berikutnya yakni senyawa 7-O-deasetil-ortisifol B dan 6-

hidroksiortosifol B (Awale et al., 2003).

Dari herba O. stamineus ditemukan pula beberapa senyawa isopimaran sejenis yaitu ortosfol F,

ortosifol G, ortosifol H (Stampoulis, 1999), ortosifol K (Awale, 2001), ortosifol O, dan ortosifol

P (Awale, 2002).

Page 4: 252141956-Kumis-kucing

Kemudian dari fraksi kloroform ekstrak metanol herba O. stamineus yang berasal dari Indonesia

ditemukan pula turunan isopiraman berikutnya yaitu ortosifol T, ortosifol U, ortosifol V,

ortosifol W, dan ortosifol X (Awale, 2003).

Page 5: 252141956-Kumis-kucing

Selanjutnya dilaporkan pula penemuan senyawa turunan isopimaran yang teroksigenasi

pada atom C-12 yang diberi nama ortosifol L dan ortosifol R (Awale 2001).

Tambahan lagi dari ekstrak metanol tumbuhan O. stamineus yang berasal dari Indonesia

ditemukan pula bebrapa senyawa turunan isopimaran yang teroksigenasi pada atom C-20 yang

diberi nama sifonol A, sifonol B, sifonol C, dan sifonol D (Awale 2003b).

Page 6: 252141956-Kumis-kucing

Dari air rebusan daun O. aristatus (=O. stamineus) ditemukan pula senyawa diterpen turunan

isopimaran yang mengandung gugus fungsi karbonil pada atom C-3 yang diberi nama

ortosifonon B (Ohashi, 2002b; Shibuya, 1999a).

Herba O. stamineus juga mengandung beberapa senyawa isopimaran sejenis yang mengandung

gugus fungsi karbonil pada C-3 yang berkonjugasi dengan ikatan trangkap pada posisi C-1,2

seperti dicontohkan oleh senyawa ortosifol D dan ortosifol E (Takeda, 1993), ortosifol Y

(Awale 2003a) dan 14-deokso-14-O-asetilortosifol Y (Nguyen, 2004).

Page 7: 252141956-Kumis-kucing

Selanjutnya dari herba O. stamineus yang berasal dari Vietnam dan Indonesia dapat diisolasi

senyawa diterpen turunan isopimaran yang mengandung gugs fungsi karbonil pada atom C-11

yaitu ortosifol I, Ortosifol J, Ortosifol M, ortosifol N, 3-O-deasetilortosifol I dan 2-O-

deasetilortosifol J (Awale, 2003) bersama-sama dengan ortosifonon A (Shibuyya, 1999a),

ortosifonon C, dan ortosifonon D (Nguyen, 2004).

Page 8: 252141956-Kumis-kucing
Page 9: 252141956-Kumis-kucing

Turunan isopimaran yang mengandung tiga gugus karbonil pada atom C-3, C-11, dan C-14 yaitu

ortosifol Q dan ortosifol Z, dan yang mengandung tiga gugus karbonil pada C-2, C-11, dan C-14

yaitu ortosifol S juga dihasilkan oleh O. stamineus (Awale, 2002, 2003a, 2003b).

Page 10: 252141956-Kumis-kucing

Dilaporkan pula bahwa dari herba O. stamineus yang berasal dari Vietnam ditemukan pula

senyawa diterpen yang telah mengalami perubahan kerangka karbon karena perpindahan gugus

vinil dari atom C-13 ke C-13 dan dikenal sbagai turunan staminan. Senyawa-senyawa dimaksud

antara lain staminol A, staminol B, staminol C, neoortosifol A dan neoortosifol B bersama-sama

dengan turunan staminan yang mengandung gugus karbonil tak jenuh pada C-3 yaitu staminol D

(Awale, 2001, 2003a, 2003b; Nguyen, 2004; Shibuya, 1996b; Stampoulis, 1999; Tekuza, 2000).

Page 11: 252141956-Kumis-kucing

Dari ektrak metanol herba O. stamineus yang berasal dari Indonesia diisolasi pula suatu senyawa

norpimaran C19 yang mengandung gugus formil terikat pada atom karbon C-13 menggantikan

gugus vinil yang disebut sifonol E (Awale, 2003).

Selanjutnya O. stamineus juga menghasilka sejumlah senyawa diterpen jenis staminan yang

mempunyai sistem cincin A terbuka seperti dicontohkan oleh norortosifonolida A, sekooertosifol

A, sekoortosifol B, sekokortisfol B dan sekokoortosfol C (Awale, 2002, 2003c).

Page 12: 252141956-Kumis-kucing

Selanjutnya, O. stamineus juga menghasilkan beberapa senyawa diterpen C19 jenis

sekostaminan, yang mempunyai sistem C terbuka, yang diberi nama norstamil A, norstamil B,

norstamil C, norstamilakton A, stamilakton B, dan norstaminon A (Awale, 2001, 2004;

Stampoulis, 1996b; Tekuza, 2000).

Page 13: 252141956-Kumis-kucing
Page 14: 252141956-Kumis-kucing

Penyelidikan menunjukkan bahwa tumbuhan O. stamineus juga mengandug senyawa fenol yang

termasuk golongan flavonoid. Senyawa-senyawa ini dicirikan oleh senyawa jenis flavon yang

termetoksilasi pada posisi C-4′,5,6,7 atau pada posisi C-3′,4′,5,6,7. Misalnya dari fraksi

kloroform ekstrak air ditemukan senyawa 4′,5,6,7,-tetrametoksiflavon atau disebut skutelarein

tetrametil eter, eupatorin, 3′,4′,5,6,7-pentametoksiflavon atau sinensetin dan 3′-hidroksi-4,5,6,7-

tetrametoksiflavon (Schneider, 1973; Matsuura, 1973). Skutelarein tetrametil eter, eupatorin, dan

sinensetin juga ditemukan pada daun O. spicatus (=O. stamineus) (Wollenweber, 1985).

Selanjutnya, telah ditemukan pula beberapa flavonoid yaitu salvigenin dan 5-hidroksi-3′,4′,6,7-

tetrametoksiflavon, bersama-sama dengan apigenin trimetil eter, dan luteolin tetrametil eter

(Malterud, 1989).

Page 15: 252141956-Kumis-kucing

Beberapa senyawa flavon sejenis juga telah ditemukan yaitu 4′,5-hidroksi-6,7-dimetoksi-flavon,

5-hidroksi-4′,6,7-trimetoksiflavon, 6-hidroksi-4′,5,7-trimetoksiflavon, 4′-hidroksi-5,6,7-

trimetoksiflavon, dan 3′,5-dihiroksi-4′,6,7-trimetoksi-flavon telah ditemukan pula dari

(Sumaryono, 1991a, 1991b).

Page 16: 252141956-Kumis-kucing

Tambahan pula, dari daun kumis kucing ditemukan pula dua glikosida flavonol masing-msaing

kaemferol-3-O-beta-glukosida dan kuersetin-3-O-beta-glukosida (Sumaryono, 1991).

Page 17: 252141956-Kumis-kucing

Selain diterpenoid dan flavonoid, tumbuhan kumis kucing juga menghasilkan sejumlah asam

organik. Misalnya dari daun telah ditemukan asam kafeat dan turunannua asam rosmanirat

(Graxza, 1984; Nikonov 1971; Takeda, 1993; Tezuka, 2000).

Selanjutnya dari daun kumis kucing dapat pula diisolasi beberapa asam organik sejenis seperti

asam kafeoil tartarat, asam dikafeoil tartarat, bersama-sama dengan asam litospermat I dan

turunannya, asam litospermat II serta asam litospermat III (Sumaryono, 1991).

Page 18: 252141956-Kumis-kucing
Page 19: 252141956-Kumis-kucing

Senyawa fenol turunan kromen ditemukan pula pada tumbuhan kumis kucing. Misalnya

metilripariokromen A telah diisolasi dari kumis kucing yang merupakan sumber penting bagi

senyawa tersebut (Guerin, 1989; Matsubara, 199a).

Kemudian dari kumiskucing ditemukan pula beberapa senyawa triterpen dan sterol, yaitu asam

oleanolat, hederagenin, asam ursolat, asam betulinat, dan beta-sitosterol (Sheu, 1984; Tezuka,

2000).

Page 20: 252141956-Kumis-kucing

Tumbuhan kumis kucing pada penyulingan uap menghasilkan minyak atsiri yang antara lain

mengandung beberapa senyawa seskuiterpen seperti beta-selinen, beta-elemen, beta-bourbonen,

alfa-guaien, beta-kariofilen oksid, dan beta-humulen sebagai komponen utama (Schmidt, 1986;

Scut, 1986).

Page 21: 252141956-Kumis-kucing

Dari kumis kucing telah diisolasi pula beberapa karoten seperti alfa-karoten, beta-karoten,

kriptoksantin, neo-beta-karoten, alfa-karoten epoksida, dan lutein (Kudritskaya, 1987).

Page 22: 252141956-Kumis-kucing