9
RINGKASAN PENGARUH PENERAPAN METODE COMMUNITY LED TOTAL SANITATION (CLTS) PASCA PEMICUAN TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS) PRASTATI THALIB NIM : 811 409051 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Penerapan metode Community Led Total Sanitation (CLTS) dilatarbelakangi oleh praktik buang air besar sembarangan masyarakat yang masih terus berlanjut meski telah mendapat bantuan proyek sanitasi dasar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan metode Community Led Total Sanitation (CLTS) pasca pemicuan terhadap perubahan perilaku buang air besar sembarangan (BABS) serta untuk menganalisis perubahan perilaku buang air besar sembarangan (BABS). Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan Cross sectional study, yang mengambil lokasi di desa Teratai kecamatan Tabongo kabupaten Gorontalo. Populasi dalam penelitian ini adalah semua KK yang mengikuti penerapan metode CLTS sebanyak 235 KK, dengan jumlah sampel sebanyak 36 KK. Tehnik penarikan sampel menggunakan Cluster Random Sampling. Analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penerapan metode Community Led Total Sanitation (CLTS) pasca pemicuan terhadap perubahan perilaku buang air besar sembarangan (BABS) dengan hasil uji statistik t hitung 3,915 dan nilai signifikan 0,000. Perubahan perilaku buang air besar sembarangan (BABS) 31% dengan nilai R Square sebesar 0,290 memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 0,311. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh bermakna antara penerapan metode Community Led Total Sanitation (CLTS) pasca pemicuan terhadap perubahan perilaku buang air besar sembarangan (BABS), dengan perubahan perilakunya sebesar 31%. Disarankan agar masyarakat perlu menjaga kelangsungan status open defection free serta merubah pola pikir yang masih belum meninggalkan ketergantungan pada subsidi, demi terciptanya sanitasi total. Kata Kunci : Metode CLTS, Perilaku, Buang Air Besar Sembarangan

2730-2720-1-PB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

Citation preview

Page 1: 2730-2720-1-PB

RINGKASAN

PENGARUH PENERAPAN METODE COMMUNITY LED TOTAL

SANITATION (CLTS) PASCA PEMICUAN TERHADAP

PERUBAHAN PERILAKU BUANG AIR BESAR

SEMBARANGAN (BABS)

PRASTATI THALIB

NIM : 811 409051

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Peminatan

Kesehatan Lingkungan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Penerapan metode Community Led Total Sanitation (CLTS)

dilatarbelakangi oleh praktik buang air besar sembarangan masyarakat yang masih

terus berlanjut meski telah mendapat bantuan proyek sanitasi dasar. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan metode Community Led Total

Sanitation (CLTS) pasca pemicuan terhadap perubahan perilaku buang air besar

sembarangan (BABS) serta untuk menganalisis perubahan perilaku buang air

besar sembarangan (BABS).

Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan

Cross sectional study, yang mengambil lokasi di desa Teratai kecamatan Tabongo

kabupaten Gorontalo. Populasi dalam penelitian ini adalah semua KK yang

mengikuti penerapan metode CLTS sebanyak 235 KK, dengan jumlah sampel

sebanyak 36 KK. Tehnik penarikan sampel menggunakan Cluster Random

Sampling. Analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penerapan metode

Community Led Total Sanitation (CLTS) pasca pemicuan terhadap perubahan

perilaku buang air besar sembarangan (BABS) dengan hasil uji statistik thitung

3,915 dan nilai signifikan 0,000. Perubahan perilaku buang air besar sembarangan

(BABS) 31% dengan nilai R Square sebesar 0,290 memiliki nilai koefisien

determinasi sebesar 0,311.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh bermakna antara

penerapan metode Community Led Total Sanitation (CLTS) pasca pemicuan

terhadap perubahan perilaku buang air besar sembarangan (BABS), dengan

perubahan perilakunya sebesar 31%. Disarankan agar masyarakat perlu menjaga

kelangsungan status open defection free serta merubah pola pikir yang masih

belum meninggalkan ketergantungan pada subsidi, demi terciptanya sanitasi total.

Kata Kunci : Metode CLTS, Perilaku, Buang Air Besar Sembarangan

Page 2: 2730-2720-1-PB

1. Pendahuluan

Penyakit berbasis lingkungan

yang diakibatkan kondisi sanitasi

yang buruk masih mendominasi

prevalensi penyakit di Indonesia. Hal

ini menunjukkan bahwa kesadaran

untuk berperilaku hidup bersih dan

sehat masih belum optimal

dilaksanakan oleh masyarakat.

Masyarakat masih berperilaku tidak

sehat seperti buang air besar di

tempat – tempat terbuka (Open

Defection). Disamping itu, akses

pemenuhan sarana sanitasi yang

layak di daerah perdesaan jauh lebih

sedikit dibandingkan dengan daerah

perkotaan.

Laporan MDGs tahun 2007

mencatat ada beberapa kendala yang

menyebabkan masih tingginya

jumlah penduduk yang belum

terlayani fasilitas air bersih dan

sanitasi dasar diantaranya adalah

cakupan pembangunan sarana yang

sangat besar, keterbatasan sumber

pendanaan , dan yang paling besar

kendalanya adalah sebaran penduduk

yang tidak merata. Sebaran

penduduk yang tidak merata

menimbulkan tekanan penduduk.

Alhasil, masalah sosial pun muncul

dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Namun faktor yang paling

berpengaruh adalah kemiskinan.

Sementara hasil Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) Tahun 2010

menunjukkan bahwa angka cakupan

penduduk yang mempunyai akses

terhadap sarana jamban sehat hanya

38% di perdesaan. Masih sekitar 70

juta penduduk Indonesia yang

BABS, dengan jumlah terbesar

berada di perdesaan. Kondisi tersebut

di atas, membawa kita semua pada

kesadaran bahwa upaya untuk

mengurangi perilaku BABS masih

belum sepenuhnya berhasil.

Penanganan perilaku BABS lebih

difokuskan pada pembangunan

fasilitas dan pemberian subsidi

pembangunan jamban yang ternyata

tidak sepenuhnya dapat merubah

perilaku masyarakat, bahkan hanya

menambah jumlah “monumen”

jamban / toilet yang ada. Analisis

kritis kemudian membawa kita pada

kesimpulan bahwa pendekatan

selama ini kurang tepat. Kesadaran

ini mendorong kita mulai

menggunakan pendekatan baru

seperti pendekatan Community Led

Total Sanitation (CLTS).

Pendekatan CLTS atau sanitasi

total yang dipimpin oleh masyarakat

pertama kali diperkenalkan oleh

Kamar Kar di sebuah komunitas

kecil di district Rajshahi Bangladesh

melalui lembaga yang bernama

(VERC), dan mulai berkembang pada

tahun 2001.Upaya pemecahan

masalah ini dalam bentuk kegiatan

bersama yang teratur dan sistematis,

sehingga menjadi gerakan yang

dikendalikan oleh masyarakat sendiri

untuk mengatasi permasalahan

sanitasi yang dihadapi secara

menyeluruh. Prinsip yang dianut

dalam CLTS adalah tanpa subsidi,

tidak menggurui, tidak memaksa, dan

tidak mempromosikan jamban. Salah

satu indikator keberhasilan

pendekatan CLTS adalah tercapainya

kondisi open defecation free (ODF) /

stop buang air besar sembarangan,

yang ditandai dengan keseluruhan

masyarakat telah buang air besar

hanya di jamban dan membuang

tinja/ kotoran bayi hanya ke jamban,

tidak terlihat tinja manusia di

lingkungan sekitar, upaya

peningkatan kualitas jamban yang

Page 3: 2730-2720-1-PB

ada supaya semua menuju jamban

aman, kuat, sehat, dan nyaman,

penerapan sanksi, peraturan atau

upaya lain oleh masyarakat untuk

mencegah kejadian BAB di

sembarang tempat, dan terakhir

adalah pemantauan mandiri oleh

komunitas.

2. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan

adalah Survei Analitik dengan

rancangan Cross Sectional (Cross

Sectional Study) dimana variabel

independen dan variabel dependen

diteliti dalam waktu yang bersamaan

(point time approach).

Dalam penelitian ini, populasi

sasaran adalah seluruh kepala

keluarga (KK) yang mengikuti

metode CLTS di desa Teratai

Kecamatan Tabongo yang berjumlah

235 kepala keluarga (KK). Jumlah

sampel sebesar 117 KK dengan

menggunakan teknik sampling acak

berkluster (Cluster random

sampling). Adapun jumlah KK yang

menjadi sampel penelitian tersebut

terbagi pada 3 dusun dan setiap

dusun diwakili oleh 39 KK.

Dusun 1 = 39 / 117 x 100 % = 33

/ 100 x 39 = 12

Dusun 2 = 39 / 117 x 100 % = 33

/ 100 x 39 = 12

Dusun 3 = 39 / 117 x 100 % = 33

/ 100 x 39 = 12

Sehingga total sampel keseluruhan

adalah 36 KK.

Teknik pengumpulan data

menggunakan instrumen berupa

angket dengan jumlah item sebanyak

30 nomor, yang terdiri dari angket

variabel independen (X) berupa data

pasca pemicuan sebanyak 10 nomor,

dan angket variabel dependen (Y)

berupa data perilaku sebanyak 20

nomor. Kedua variabel menggunakan

skala Likert yang terdiri dari 4 item

pilihan jawaban, dengan skor untuk

setiap item jawaban yaitu skor (4)

untuk jawaban (a), skor (3) untuk

jawaban (b), skor (2) untuk jawaban

(c), dan skor (1) untuk jawaban (d).

Sebelum instrumen digunakan, perlu

dilakukan uji validitas dan

reliabilitasnya.

Teknik analisis data terbagi atas

dua yaitu analisis statistik deskriptif

yang bertujuan untuk

mendeskripsikan karakteristik

responden yang diteliti serta

distribusi item dari tiap-tiap variabel

dengan ukuran deskriptifnya adalah

pemberian angka, baik dalam jumlah

responden maupun dalam angka

prosentase. dan analisis statistik

inferensial dengan menggunakan

“Analisis Regresi Sederhana”, yaitu

untuk melihat pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat,

dengan rumus sebagai berikut:

Ŷ = a + bx

Analisis data menggunakan program

SPSS v.17.

Untuk menguji hipotesis, maka

data yang diperoleh diolah dan

dianalisa secara kuantitatif, dengan

menggunakan analisis regresi dan

korelasi. Analisis korelasi yang

digunakan untuk melihat hubungan

antara kedua variabel dimaksud

adalah dengan menggunakan

Product Moment.

Kuat – lemah atau tinggi –

rendahnya hubungan antara dua

variabel tersebut dapat

diinterpretasikan sebagai berikut :

0.00 – 0.199 = Tingkat hubungan

sangat rendah

Page 4: 2730-2720-1-PB

0.20 – 0.399 = Tingkat hubungan

rendah

0.40 – 0.599 = Tingkat hubungan

sedang

0.60 – 0.799 = Tingkat hubungan

kuat

0.80 – 1.000 = Tingkat hubungan

sangat kuat ( Sugiyono, 2011 : 231)

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil

Tabel 3.1 Analisis Koefisien

Model B thitung Sig.

1 Constant

(a) 0,222 0,619 0,540

Penerapan

Metode

Community

Led Total

Sanitation

(CLTS)

Pasca

Pemicuan

(b)

0,889 3,915 0,000

Sumber : Data primer

Dari tabel coefficients diatas,

kolom B pada constant (a) adalah

0,222 sedangkan nilai penerapan

metode Community Led Total

Sanitation (CLTS) pasca pemicuan

(b) adalah 0,889. Sehingga

persamaan regresinya dapat ditulis

sebagai berikut :

Ŷ = a + bx

Ŷ = 0,222 + 0,889x

Koefisien b dinamakan

koefisien arah regresi dan

menyatakan perubahan rata-rata

variabel Y untuk setiap perubahan

variabel X sebesar satu unit.

Perubahan ini merupakan

pertambahan bila b bertanda positif

dan penurunan bila b bertanda

negatif. Dari hasil perhitungan

diperoleh b = 0,889 bertanda positif,

ini berarti :

a. Setiap kali variabel x (metode

CLTS) bertambah satu, maka

rata-rata variabel Y (perubahan

perilaku) bertambah 0,889.

b. Bila variabel X (metode CLTS)

diketahui, maka perubahan

perilaku dapat diperkirakan

dengan cara memasukan nilai

tersebut kedalam persamaan.

Misalkan metode CLTS (X) = 80,

maka perubahan perilakunya

adalah :

Ŷ = 0,222 + 0,889 X

= 0,222 + 0,889 (80)

= 0,222 + 71,12

= 71,342

Jadi perubahan perilakunya

diperkirakan sebesar 71,342

Besarnya nilai t dapat dijadikan

petunjuk untuk mengetahui apakah

variabel bebasnya berpengaruh

terhadap variabel terikatnya. Dari

tabel diatas dapat diketahui besarnya

nilai thitung = 3,915 sedangkan besar

signifikansi 0,000 lebih kecil dari

0,005. Dengan demikian thitung berada

diluar dari daerah penerimaan H0,

sehingga H0 ditolak. Artinya, ada

pengaruh penerapan metode

Community Led Total Sanitation

(CLTS) pasca pemicuan terhadap

perubahan perilaku buang air besar

sembarangan (BABS).

Page 5: 2730-2720-1-PB

Tabel 3.2 Perhitungan Koefisien

Korelasi Variabel Penerapan Metode

CLTS Pasca Pemicuan

Dengan Perubahan Perilaku BABS

Model

Koefisien

Determinasi

(R Square)

Adjusted

R Square

Perhitung

an

koefisien

korelasi

0.311 0.290

Sumber : Data primer

Tabel tersebut menganalisis

besarnya porsentase pengaruh

variabel bebas atau variabel prediktor

terhadap variabel terikat. Perhatikan

nilai R Square adalah 0,290. Ini

berarti besar koefisien determinasi

(Adjusted R Square) adalah 0,311

atau 31%. Hal ini mengandung

pengertian bahwa pengaruh

penerapan metode Community Led

Total Sanitation (CLTS) pasca

pemicuan terhadap perubahan

perilaku buang air besar

sembarangan (BABS) adalah 31 %.

Sedangkan 69 % dipengaruhi oleh

variabel lain selain metode CLTS.

3.2 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh bermakna

antara penerapan metode Community

Led Total Sanitation (CLTS) pasca

pemicuan terhadap perubahan

perilaku buang air besar

sembarangan (BABS) masyarakat

desa Teratai kecamatan Tabongo

kabupaten Gorontalo. Hasil analisis

perubahan perilaku buang air besar

sembarangan (BABS) pada

masyarakat desa Teratai kecamatan

Tabongo kabupaten Gorontalo

adalah sebesar 31 %. Hal ini

menunjukkan bahwa penerapan

metode Community Led Total

Sanitation (CLTS) memberikan

pengaruh yang secara nyata dalam

merubah perilaku buang air besar

sembarangan masyarakat

dibandingkan dengan metode

sebelumnya, dimana fokus dan tolok

ukur sukses selalu pada pendekatan

fisik dan bukan pada perubahan

perilaku. Alhasil, bangunan fisik

bertambah banyak jumlahnya dan

sebaliknya, praktik buang air besar

sembarangan masih terus berlanjut.

Banyaknya sarana sanitasi terbangun

yang tidak digunakan atau bahkan

rusak karena ketidakmampuan

masyarakat memeliharanya, patut

menjadi perhatian pemerintah

sehingga pemerintah mulai

memikirkan pentingnya

keberlanjutan suatu program dengan

pendekatan yang benar – benar tepat

sasaran dan memberikan perubahan

secara berarti khususnya dalam

merubah perilaku buang air besar

sembarangan (BABS). Dan

pendekatan yang diperlukan

bukanlah pendekatan yang bersifat

top –down melainkan bersifat bottom

– up seperti yang ditunjukkan oleh

metode Community Led Total

Sanitation (CLTS) ini.

Sejalan dengan penelitian

Sudarmansyah (2012) tentang

perbedaan efektivitas metode

Community Led Total Sanitation dan

penyuluhan terhadap Open

Defecation Free di dusun Penggung

desa Penggung kecamatan

Nawangan kabupaten Pacitan,

didapat bahwa metode Community

Led Total Sanitation (CLTS) lebih

efektif dari pada penyuluhan dalam

merubah perilaku Open Defecation

Page 6: 2730-2720-1-PB

Free (Stop BABS). Artinya

penerapan metode ini sangat

berpengaruh terhadap perubahan

perilaku bebas buang air besar

sembarangan (BABS) dibandingkan

dengan metode lain. Merubah

perilaku tidaklah mudah, apalagi

perubahan perilaku yang diyakini

saat ini sudah tertanam sejak lama

pada orang tersebut. Untuk mencapai

perubahan perilaku sesuai dengan

yang diharapkan dan tidak

membutuhkan waktu yang lama,

diperlukan strategi – strategi yang

tepat sasaran (Setiawati, 2008).

Perubahan perilaku buang air

besar sembarangan pada masyarakat

desa Teratai kecamatan Tabongo

kabupaten Gorontalo berkisar antara

0,20 – 0,399. Artinya antara

penerapan metode Community Led

total Sanitation (CLTS) dengan

perubahan perilaku buang air besar

sembarangan (BABS) memiliki

hubungan yang rendah atau lemah .

Lemahnya hubungan dipengaruhi

oleh masyarakat yang menganggap

bahwa perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) belum menjadi

kebutuhan meskipun secara umum

masyarakat memiliki pengetahuan

mengenai perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) serta kondisi sanitasi

sangat penting dalam meningkatkan

derajat kesehatan. Meskipun

demikian, kebutuhan masyarakat

akan sanitasi masih belum menjadi

prioritas mendasar.

Hal ini sesuai dengan fakta yang

diperoleh dilapangan dimana setelah

dilakukan pemicuan, perubahan

perilaku belum mampu mendorong

masyarakat membangun sarana

sanitasi sendiri dan lebih memilih

menggunakan MCK. Hanya

beberapa masyarakat saja yang

terpicu berkomitmen merubah

perilaku buang air besar dengan

membangun jamban pribadi yang

sederhana. Alasan mendasar

mengapa masyarakat belum

terdorong memiliki jamban pribadi

adalah masalah ekonomi yang lemah

serta pola pikir masyarakat yang

belum meninggalkan ketergantungan

pada subsidi. Meskipun pemerintah

telah menyediakan fasilitas berupa

leher angsa bagi masyarakat,

masyarakat belum juga terpicu untuk

memiliki sarana sanitasi sendiri

seperti beberapa masyarakat lainnya.

Disamping belum adanya dorongan

masyarakat memiliki sarana sanitasi

sendiri, perilaku hygiene masyarakat

desa Teratai kecamatan Tabongo

kabupaten Gorontalo yaitu mencuci

tangan dengan sabun setelah buang

air besar belum sepenuhnya total.

Namun kembali kepada tujuan

utama dari metode community Led

Total Sanitation (CLTS) itu sendiri

yaitu merubah perilaku buang air

besar sembarangan dan hasilnya

metode ini memang memberikan

pengaruh dalam merubah perilaku

buang air besar masyarakat desa

Teratai kecamatan Tabongo

kabupaten Gorontalo. Kemajuan

yang perlihatkan oleh metode

community Led Total Sanitation

(CLTS) dalam merubah perilaku

buang air besar sembarangan

(BABS) masyarakat memang tidak

ditandai dengan pembangunan dan

kepemilikan jamban disetiap rumah,

akan tetapi masyarakat sudah mampu

menjangkau sarana sanitasi yang

layak digunakan untuk buang air

besar sehingga tidak ada alasan bagi

masyarakat untuk buang air besar

sembarangan. Salah satu upaya yang

dilakukan pemerintah desa dalam

Page 7: 2730-2720-1-PB

menjaga kelangsungan status ODF

mereka adalah dengan menerapkan

sanksi untuk mencegah kejadian

buang air besar sembarangan yaitu

denda sebesar Rp. 50.000 bagi setiap

orang yang ditemukan melakukan

praktik buang air besar sembarangan.

Peneliti berasumsi bahwa

kemajuan masyarakat dalam

merubah perilaku buang air besar

sembarangan (31%) dipicu karena

meningkatnya pengetahuan dan

kesadaran masyarakat akan bahaya

yang ditimbulkan apabila praktik

buang air besar sembarangan

(BABS) masih terus berlanjut.

Sementara faktor lain (69%) diluar

jangkauan peneliti dipengaruhi oleh

kemauan dan tingkat ekonomi yang

masih rendah sehingga keberhasilan

metode tidak disertai dengan

kepemilikan sarana sanitasi sendiri.

Ada sebagian masyarakat yang

mampu membangun jamban

sederhana akan tetapi tidak mau

karena alasan-alasan tertentu,

sebaliknya ada masyarakat yang mau

membangun jamban tapi tertunda

karena masalah ekonomi.

4. Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan

1. Terdapat pengaruh antara

penerapan metode

Community Led Total

Sanitation (CLTS) pasca

pemicuan terhadap perubahan

perilaku buang air besar

sembarangan (BABS) dengan

hasil uji statistik thitung adalah

3,915 dan nilai signifikan

0,000 lebih kecil dari 0,05.

2. Perubahan perilaku buang air

besar sembarangan (BABS)

adalah 31% dengan

perhitungan koefisien

korelasi, nilai dari R Square

sebesar 0,290 memiliki nilai

koefisien determinasi sebesar

0,311. Perubahan perilaku

buang air besar berkisar

antara 0,20 – 0,399 artinya

antara penerapan metode

Community Led total

Sanitation (CLTS) dengan

perubahan perilaku buang air

besar sembarangan (BABS)

memiliki hubungan yang

rendah atau lemah.

4.2 Saran

1. Penerapan metode

Community Led Total

Sanitation (CLTS) pasca

pemicuan menunjukkan

adanya kemajuan dan

pengaruhnya terhadap

perubahan perilaku buang air

besar sembarangan (BABS),

oleh sebab itu pemerintah dan

instansi terkait dapat

melanjutkan program ini

secara berkesinambungan

sehingga diharapkan adanya

peningkatan hasil yang

signifikan secara bertahap.

2. Bagi masyarakat yang

desanya telah menerapkan

metode Community Led Total

Sanitation (CLTS) dan telah

menyandang status open

defection free (Stop BABS),

perlu kiranya menjaga dan

meningkatkan kelangsungan

status ODF serta merubah

pola pikir yang masih belum

meninggalkan

ketergantungan pada subsidi,

Page 8: 2730-2720-1-PB

demi terciptanya sanitasi

total.

3. Bagi peneliti selanjutnya

yang ingin mengambil

penelitian serupa diharapkan

dapat melakukan wawancara

mendalam kepada masyarakat

agar bisa mengetahui lebih

jelas mengenai hasil-hasil

program ini di masyarakat

dan dapat memberikan

kontribusi guna perbaikan

Program STBM dalam

perubahan perilaku di

masyarakat

5. Daftar Pustaka

Apriatman, Nur. 2011. Stop Buang

Air Besar Sembarangan/

Community - Led Total

Sanitation Pembelajaran Dari

Para Penggiat CLTS. Jakarta :

Pokja AMPL dan Sekretariat

STBM.

Kar, Kamal and Chambers, Robert.

2008. Buku Pegangan sanitasi

Total yang Dipimpin oleh

Masyarakat. Brighton : Plan

UK and Institute of

Development Studies at the

University of Sussex.

Pemerintah Desa Kecamatan

Tabongo, 2010. Rencana

Pembangunan Desa.

Gorontalo : Desa Teratai

Kecamatan Tabongo

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Berbasis Masyarakat. 2010.

Field Book Strategi Dan

Langkah Pemicuan

Masyarakat Dalam Program

Pamsimas. Jakarta Pusat :

Sekretariat CPMU Pamsimas.

Penyusun, Tim. 2013. Panduan

Penulisan Skripsi. Gorontalo

: Jurusan Kesehatan

Masyarakat FIKK UNG.

Purwanto. 2008. Metodologi

Penelitian Kuantitatif untuk

Psikologi dan Pendidikan.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Romaji. 2010. Efektivitas Metode

Community Lead Total

Sanitation Dalam Merubah

Pengetahuan, Sikap Dan

Perilaku Buang Air Besar

(Studi Di Desa Adan-Adan

Kecamatan Gurah Kabupaten

Kediri).

Setiawati, S dan Dermawan. 2008.

Proses Pembelajaran Dalam

Pendidikan Kesehatan.

Jakarta Timur : Trans Info

Media.

Sudarmansyah, Widya Pratama.

(2012). Perbedaan Efektivitas

Metode Community Led Total

Sanitation dan Penyuluhan

Terhadap Open Defection

Free Di Dusun Penggung

Desa Penggung Kecamatan

Nawanga Kabupaten

Pacitan. [Online].

Page 9: 2730-2720-1-PB

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar

Statistik Pendidikan. Jakarta :

PT RajaGrafindo Persada

Sugiyono. 2011. Statistika untuk

Penelitian. Bandung :

Alfabeta.

Wahyono, Teguh. 2009. 25 Model

Analisis Statistik dengan SPSS

17. Jakarta : PT Elex Media

Komputindo.

Water and Sanitation Program, Tim.

2012. Materi Advokasi STBM .

Jakarta : Sekretariat STBM –

Nasional