Upload
diah-eka-wiyani
View
20
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
Citation preview
RINGKASAN
PENGARUH PENERAPAN METODE COMMUNITY LED TOTAL
SANITATION (CLTS) PASCA PEMICUAN TERHADAP
PERUBAHAN PERILAKU BUANG AIR BESAR
SEMBARANGAN (BABS)
PRASTATI THALIB
NIM : 811 409051
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Peminatan
Kesehatan Lingkungan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,
Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK
Penerapan metode Community Led Total Sanitation (CLTS)
dilatarbelakangi oleh praktik buang air besar sembarangan masyarakat yang masih
terus berlanjut meski telah mendapat bantuan proyek sanitasi dasar. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan metode Community Led Total
Sanitation (CLTS) pasca pemicuan terhadap perubahan perilaku buang air besar
sembarangan (BABS) serta untuk menganalisis perubahan perilaku buang air
besar sembarangan (BABS).
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan
Cross sectional study, yang mengambil lokasi di desa Teratai kecamatan Tabongo
kabupaten Gorontalo. Populasi dalam penelitian ini adalah semua KK yang
mengikuti penerapan metode CLTS sebanyak 235 KK, dengan jumlah sampel
sebanyak 36 KK. Tehnik penarikan sampel menggunakan Cluster Random
Sampling. Analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penerapan metode
Community Led Total Sanitation (CLTS) pasca pemicuan terhadap perubahan
perilaku buang air besar sembarangan (BABS) dengan hasil uji statistik thitung
3,915 dan nilai signifikan 0,000. Perubahan perilaku buang air besar sembarangan
(BABS) 31% dengan nilai R Square sebesar 0,290 memiliki nilai koefisien
determinasi sebesar 0,311.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh bermakna antara
penerapan metode Community Led Total Sanitation (CLTS) pasca pemicuan
terhadap perubahan perilaku buang air besar sembarangan (BABS), dengan
perubahan perilakunya sebesar 31%. Disarankan agar masyarakat perlu menjaga
kelangsungan status open defection free serta merubah pola pikir yang masih
belum meninggalkan ketergantungan pada subsidi, demi terciptanya sanitasi total.
Kata Kunci : Metode CLTS, Perilaku, Buang Air Besar Sembarangan
1. Pendahuluan
Penyakit berbasis lingkungan
yang diakibatkan kondisi sanitasi
yang buruk masih mendominasi
prevalensi penyakit di Indonesia. Hal
ini menunjukkan bahwa kesadaran
untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat masih belum optimal
dilaksanakan oleh masyarakat.
Masyarakat masih berperilaku tidak
sehat seperti buang air besar di
tempat – tempat terbuka (Open
Defection). Disamping itu, akses
pemenuhan sarana sanitasi yang
layak di daerah perdesaan jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan daerah
perkotaan.
Laporan MDGs tahun 2007
mencatat ada beberapa kendala yang
menyebabkan masih tingginya
jumlah penduduk yang belum
terlayani fasilitas air bersih dan
sanitasi dasar diantaranya adalah
cakupan pembangunan sarana yang
sangat besar, keterbatasan sumber
pendanaan , dan yang paling besar
kendalanya adalah sebaran penduduk
yang tidak merata. Sebaran
penduduk yang tidak merata
menimbulkan tekanan penduduk.
Alhasil, masalah sosial pun muncul
dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Namun faktor yang paling
berpengaruh adalah kemiskinan.
Sementara hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Tahun 2010
menunjukkan bahwa angka cakupan
penduduk yang mempunyai akses
terhadap sarana jamban sehat hanya
38% di perdesaan. Masih sekitar 70
juta penduduk Indonesia yang
BABS, dengan jumlah terbesar
berada di perdesaan. Kondisi tersebut
di atas, membawa kita semua pada
kesadaran bahwa upaya untuk
mengurangi perilaku BABS masih
belum sepenuhnya berhasil.
Penanganan perilaku BABS lebih
difokuskan pada pembangunan
fasilitas dan pemberian subsidi
pembangunan jamban yang ternyata
tidak sepenuhnya dapat merubah
perilaku masyarakat, bahkan hanya
menambah jumlah “monumen”
jamban / toilet yang ada. Analisis
kritis kemudian membawa kita pada
kesimpulan bahwa pendekatan
selama ini kurang tepat. Kesadaran
ini mendorong kita mulai
menggunakan pendekatan baru
seperti pendekatan Community Led
Total Sanitation (CLTS).
Pendekatan CLTS atau sanitasi
total yang dipimpin oleh masyarakat
pertama kali diperkenalkan oleh
Kamar Kar di sebuah komunitas
kecil di district Rajshahi Bangladesh
melalui lembaga yang bernama
(VERC), dan mulai berkembang pada
tahun 2001.Upaya pemecahan
masalah ini dalam bentuk kegiatan
bersama yang teratur dan sistematis,
sehingga menjadi gerakan yang
dikendalikan oleh masyarakat sendiri
untuk mengatasi permasalahan
sanitasi yang dihadapi secara
menyeluruh. Prinsip yang dianut
dalam CLTS adalah tanpa subsidi,
tidak menggurui, tidak memaksa, dan
tidak mempromosikan jamban. Salah
satu indikator keberhasilan
pendekatan CLTS adalah tercapainya
kondisi open defecation free (ODF) /
stop buang air besar sembarangan,
yang ditandai dengan keseluruhan
masyarakat telah buang air besar
hanya di jamban dan membuang
tinja/ kotoran bayi hanya ke jamban,
tidak terlihat tinja manusia di
lingkungan sekitar, upaya
peningkatan kualitas jamban yang
ada supaya semua menuju jamban
aman, kuat, sehat, dan nyaman,
penerapan sanksi, peraturan atau
upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian BAB di
sembarang tempat, dan terakhir
adalah pemantauan mandiri oleh
komunitas.
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah Survei Analitik dengan
rancangan Cross Sectional (Cross
Sectional Study) dimana variabel
independen dan variabel dependen
diteliti dalam waktu yang bersamaan
(point time approach).
Dalam penelitian ini, populasi
sasaran adalah seluruh kepala
keluarga (KK) yang mengikuti
metode CLTS di desa Teratai
Kecamatan Tabongo yang berjumlah
235 kepala keluarga (KK). Jumlah
sampel sebesar 117 KK dengan
menggunakan teknik sampling acak
berkluster (Cluster random
sampling). Adapun jumlah KK yang
menjadi sampel penelitian tersebut
terbagi pada 3 dusun dan setiap
dusun diwakili oleh 39 KK.
Dusun 1 = 39 / 117 x 100 % = 33
/ 100 x 39 = 12
Dusun 2 = 39 / 117 x 100 % = 33
/ 100 x 39 = 12
Dusun 3 = 39 / 117 x 100 % = 33
/ 100 x 39 = 12
Sehingga total sampel keseluruhan
adalah 36 KK.
Teknik pengumpulan data
menggunakan instrumen berupa
angket dengan jumlah item sebanyak
30 nomor, yang terdiri dari angket
variabel independen (X) berupa data
pasca pemicuan sebanyak 10 nomor,
dan angket variabel dependen (Y)
berupa data perilaku sebanyak 20
nomor. Kedua variabel menggunakan
skala Likert yang terdiri dari 4 item
pilihan jawaban, dengan skor untuk
setiap item jawaban yaitu skor (4)
untuk jawaban (a), skor (3) untuk
jawaban (b), skor (2) untuk jawaban
(c), dan skor (1) untuk jawaban (d).
Sebelum instrumen digunakan, perlu
dilakukan uji validitas dan
reliabilitasnya.
Teknik analisis data terbagi atas
dua yaitu analisis statistik deskriptif
yang bertujuan untuk
mendeskripsikan karakteristik
responden yang diteliti serta
distribusi item dari tiap-tiap variabel
dengan ukuran deskriptifnya adalah
pemberian angka, baik dalam jumlah
responden maupun dalam angka
prosentase. dan analisis statistik
inferensial dengan menggunakan
“Analisis Regresi Sederhana”, yaitu
untuk melihat pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat,
dengan rumus sebagai berikut:
Ŷ = a + bx
Analisis data menggunakan program
SPSS v.17.
Untuk menguji hipotesis, maka
data yang diperoleh diolah dan
dianalisa secara kuantitatif, dengan
menggunakan analisis regresi dan
korelasi. Analisis korelasi yang
digunakan untuk melihat hubungan
antara kedua variabel dimaksud
adalah dengan menggunakan
Product Moment.
Kuat – lemah atau tinggi –
rendahnya hubungan antara dua
variabel tersebut dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
0.00 – 0.199 = Tingkat hubungan
sangat rendah
0.20 – 0.399 = Tingkat hubungan
rendah
0.40 – 0.599 = Tingkat hubungan
sedang
0.60 – 0.799 = Tingkat hubungan
kuat
0.80 – 1.000 = Tingkat hubungan
sangat kuat ( Sugiyono, 2011 : 231)
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil
Tabel 3.1 Analisis Koefisien
Model B thitung Sig.
1 Constant
(a) 0,222 0,619 0,540
Penerapan
Metode
Community
Led Total
Sanitation
(CLTS)
Pasca
Pemicuan
(b)
0,889 3,915 0,000
Sumber : Data primer
Dari tabel coefficients diatas,
kolom B pada constant (a) adalah
0,222 sedangkan nilai penerapan
metode Community Led Total
Sanitation (CLTS) pasca pemicuan
(b) adalah 0,889. Sehingga
persamaan regresinya dapat ditulis
sebagai berikut :
Ŷ = a + bx
Ŷ = 0,222 + 0,889x
Koefisien b dinamakan
koefisien arah regresi dan
menyatakan perubahan rata-rata
variabel Y untuk setiap perubahan
variabel X sebesar satu unit.
Perubahan ini merupakan
pertambahan bila b bertanda positif
dan penurunan bila b bertanda
negatif. Dari hasil perhitungan
diperoleh b = 0,889 bertanda positif,
ini berarti :
a. Setiap kali variabel x (metode
CLTS) bertambah satu, maka
rata-rata variabel Y (perubahan
perilaku) bertambah 0,889.
b. Bila variabel X (metode CLTS)
diketahui, maka perubahan
perilaku dapat diperkirakan
dengan cara memasukan nilai
tersebut kedalam persamaan.
Misalkan metode CLTS (X) = 80,
maka perubahan perilakunya
adalah :
Ŷ = 0,222 + 0,889 X
= 0,222 + 0,889 (80)
= 0,222 + 71,12
= 71,342
Jadi perubahan perilakunya
diperkirakan sebesar 71,342
Besarnya nilai t dapat dijadikan
petunjuk untuk mengetahui apakah
variabel bebasnya berpengaruh
terhadap variabel terikatnya. Dari
tabel diatas dapat diketahui besarnya
nilai thitung = 3,915 sedangkan besar
signifikansi 0,000 lebih kecil dari
0,005. Dengan demikian thitung berada
diluar dari daerah penerimaan H0,
sehingga H0 ditolak. Artinya, ada
pengaruh penerapan metode
Community Led Total Sanitation
(CLTS) pasca pemicuan terhadap
perubahan perilaku buang air besar
sembarangan (BABS).
Tabel 3.2 Perhitungan Koefisien
Korelasi Variabel Penerapan Metode
CLTS Pasca Pemicuan
Dengan Perubahan Perilaku BABS
Model
Koefisien
Determinasi
(R Square)
Adjusted
R Square
Perhitung
an
koefisien
korelasi
0.311 0.290
Sumber : Data primer
Tabel tersebut menganalisis
besarnya porsentase pengaruh
variabel bebas atau variabel prediktor
terhadap variabel terikat. Perhatikan
nilai R Square adalah 0,290. Ini
berarti besar koefisien determinasi
(Adjusted R Square) adalah 0,311
atau 31%. Hal ini mengandung
pengertian bahwa pengaruh
penerapan metode Community Led
Total Sanitation (CLTS) pasca
pemicuan terhadap perubahan
perilaku buang air besar
sembarangan (BABS) adalah 31 %.
Sedangkan 69 % dipengaruhi oleh
variabel lain selain metode CLTS.
3.2 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh bermakna
antara penerapan metode Community
Led Total Sanitation (CLTS) pasca
pemicuan terhadap perubahan
perilaku buang air besar
sembarangan (BABS) masyarakat
desa Teratai kecamatan Tabongo
kabupaten Gorontalo. Hasil analisis
perubahan perilaku buang air besar
sembarangan (BABS) pada
masyarakat desa Teratai kecamatan
Tabongo kabupaten Gorontalo
adalah sebesar 31 %. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan
metode Community Led Total
Sanitation (CLTS) memberikan
pengaruh yang secara nyata dalam
merubah perilaku buang air besar
sembarangan masyarakat
dibandingkan dengan metode
sebelumnya, dimana fokus dan tolok
ukur sukses selalu pada pendekatan
fisik dan bukan pada perubahan
perilaku. Alhasil, bangunan fisik
bertambah banyak jumlahnya dan
sebaliknya, praktik buang air besar
sembarangan masih terus berlanjut.
Banyaknya sarana sanitasi terbangun
yang tidak digunakan atau bahkan
rusak karena ketidakmampuan
masyarakat memeliharanya, patut
menjadi perhatian pemerintah
sehingga pemerintah mulai
memikirkan pentingnya
keberlanjutan suatu program dengan
pendekatan yang benar – benar tepat
sasaran dan memberikan perubahan
secara berarti khususnya dalam
merubah perilaku buang air besar
sembarangan (BABS). Dan
pendekatan yang diperlukan
bukanlah pendekatan yang bersifat
top –down melainkan bersifat bottom
– up seperti yang ditunjukkan oleh
metode Community Led Total
Sanitation (CLTS) ini.
Sejalan dengan penelitian
Sudarmansyah (2012) tentang
perbedaan efektivitas metode
Community Led Total Sanitation dan
penyuluhan terhadap Open
Defecation Free di dusun Penggung
desa Penggung kecamatan
Nawangan kabupaten Pacitan,
didapat bahwa metode Community
Led Total Sanitation (CLTS) lebih
efektif dari pada penyuluhan dalam
merubah perilaku Open Defecation
Free (Stop BABS). Artinya
penerapan metode ini sangat
berpengaruh terhadap perubahan
perilaku bebas buang air besar
sembarangan (BABS) dibandingkan
dengan metode lain. Merubah
perilaku tidaklah mudah, apalagi
perubahan perilaku yang diyakini
saat ini sudah tertanam sejak lama
pada orang tersebut. Untuk mencapai
perubahan perilaku sesuai dengan
yang diharapkan dan tidak
membutuhkan waktu yang lama,
diperlukan strategi – strategi yang
tepat sasaran (Setiawati, 2008).
Perubahan perilaku buang air
besar sembarangan pada masyarakat
desa Teratai kecamatan Tabongo
kabupaten Gorontalo berkisar antara
0,20 – 0,399. Artinya antara
penerapan metode Community Led
total Sanitation (CLTS) dengan
perubahan perilaku buang air besar
sembarangan (BABS) memiliki
hubungan yang rendah atau lemah .
Lemahnya hubungan dipengaruhi
oleh masyarakat yang menganggap
bahwa perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) belum menjadi
kebutuhan meskipun secara umum
masyarakat memiliki pengetahuan
mengenai perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) serta kondisi sanitasi
sangat penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan. Meskipun
demikian, kebutuhan masyarakat
akan sanitasi masih belum menjadi
prioritas mendasar.
Hal ini sesuai dengan fakta yang
diperoleh dilapangan dimana setelah
dilakukan pemicuan, perubahan
perilaku belum mampu mendorong
masyarakat membangun sarana
sanitasi sendiri dan lebih memilih
menggunakan MCK. Hanya
beberapa masyarakat saja yang
terpicu berkomitmen merubah
perilaku buang air besar dengan
membangun jamban pribadi yang
sederhana. Alasan mendasar
mengapa masyarakat belum
terdorong memiliki jamban pribadi
adalah masalah ekonomi yang lemah
serta pola pikir masyarakat yang
belum meninggalkan ketergantungan
pada subsidi. Meskipun pemerintah
telah menyediakan fasilitas berupa
leher angsa bagi masyarakat,
masyarakat belum juga terpicu untuk
memiliki sarana sanitasi sendiri
seperti beberapa masyarakat lainnya.
Disamping belum adanya dorongan
masyarakat memiliki sarana sanitasi
sendiri, perilaku hygiene masyarakat
desa Teratai kecamatan Tabongo
kabupaten Gorontalo yaitu mencuci
tangan dengan sabun setelah buang
air besar belum sepenuhnya total.
Namun kembali kepada tujuan
utama dari metode community Led
Total Sanitation (CLTS) itu sendiri
yaitu merubah perilaku buang air
besar sembarangan dan hasilnya
metode ini memang memberikan
pengaruh dalam merubah perilaku
buang air besar masyarakat desa
Teratai kecamatan Tabongo
kabupaten Gorontalo. Kemajuan
yang perlihatkan oleh metode
community Led Total Sanitation
(CLTS) dalam merubah perilaku
buang air besar sembarangan
(BABS) masyarakat memang tidak
ditandai dengan pembangunan dan
kepemilikan jamban disetiap rumah,
akan tetapi masyarakat sudah mampu
menjangkau sarana sanitasi yang
layak digunakan untuk buang air
besar sehingga tidak ada alasan bagi
masyarakat untuk buang air besar
sembarangan. Salah satu upaya yang
dilakukan pemerintah desa dalam
menjaga kelangsungan status ODF
mereka adalah dengan menerapkan
sanksi untuk mencegah kejadian
buang air besar sembarangan yaitu
denda sebesar Rp. 50.000 bagi setiap
orang yang ditemukan melakukan
praktik buang air besar sembarangan.
Peneliti berasumsi bahwa
kemajuan masyarakat dalam
merubah perilaku buang air besar
sembarangan (31%) dipicu karena
meningkatnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan bahaya
yang ditimbulkan apabila praktik
buang air besar sembarangan
(BABS) masih terus berlanjut.
Sementara faktor lain (69%) diluar
jangkauan peneliti dipengaruhi oleh
kemauan dan tingkat ekonomi yang
masih rendah sehingga keberhasilan
metode tidak disertai dengan
kepemilikan sarana sanitasi sendiri.
Ada sebagian masyarakat yang
mampu membangun jamban
sederhana akan tetapi tidak mau
karena alasan-alasan tertentu,
sebaliknya ada masyarakat yang mau
membangun jamban tapi tertunda
karena masalah ekonomi.
4. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
1. Terdapat pengaruh antara
penerapan metode
Community Led Total
Sanitation (CLTS) pasca
pemicuan terhadap perubahan
perilaku buang air besar
sembarangan (BABS) dengan
hasil uji statistik thitung adalah
3,915 dan nilai signifikan
0,000 lebih kecil dari 0,05.
2. Perubahan perilaku buang air
besar sembarangan (BABS)
adalah 31% dengan
perhitungan koefisien
korelasi, nilai dari R Square
sebesar 0,290 memiliki nilai
koefisien determinasi sebesar
0,311. Perubahan perilaku
buang air besar berkisar
antara 0,20 – 0,399 artinya
antara penerapan metode
Community Led total
Sanitation (CLTS) dengan
perubahan perilaku buang air
besar sembarangan (BABS)
memiliki hubungan yang
rendah atau lemah.
4.2 Saran
1. Penerapan metode
Community Led Total
Sanitation (CLTS) pasca
pemicuan menunjukkan
adanya kemajuan dan
pengaruhnya terhadap
perubahan perilaku buang air
besar sembarangan (BABS),
oleh sebab itu pemerintah dan
instansi terkait dapat
melanjutkan program ini
secara berkesinambungan
sehingga diharapkan adanya
peningkatan hasil yang
signifikan secara bertahap.
2. Bagi masyarakat yang
desanya telah menerapkan
metode Community Led Total
Sanitation (CLTS) dan telah
menyandang status open
defection free (Stop BABS),
perlu kiranya menjaga dan
meningkatkan kelangsungan
status ODF serta merubah
pola pikir yang masih belum
meninggalkan
ketergantungan pada subsidi,
demi terciptanya sanitasi
total.
3. Bagi peneliti selanjutnya
yang ingin mengambil
penelitian serupa diharapkan
dapat melakukan wawancara
mendalam kepada masyarakat
agar bisa mengetahui lebih
jelas mengenai hasil-hasil
program ini di masyarakat
dan dapat memberikan
kontribusi guna perbaikan
Program STBM dalam
perubahan perilaku di
masyarakat
5. Daftar Pustaka
Apriatman, Nur. 2011. Stop Buang
Air Besar Sembarangan/
Community - Led Total
Sanitation Pembelajaran Dari
Para Penggiat CLTS. Jakarta :
Pokja AMPL dan Sekretariat
STBM.
Kar, Kamal and Chambers, Robert.
2008. Buku Pegangan sanitasi
Total yang Dipimpin oleh
Masyarakat. Brighton : Plan
UK and Institute of
Development Studies at the
University of Sussex.
Pemerintah Desa Kecamatan
Tabongo, 2010. Rencana
Pembangunan Desa.
Gorontalo : Desa Teratai
Kecamatan Tabongo
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat. 2010.
Field Book Strategi Dan
Langkah Pemicuan
Masyarakat Dalam Program
Pamsimas. Jakarta Pusat :
Sekretariat CPMU Pamsimas.
Penyusun, Tim. 2013. Panduan
Penulisan Skripsi. Gorontalo
: Jurusan Kesehatan
Masyarakat FIKK UNG.
Purwanto. 2008. Metodologi
Penelitian Kuantitatif untuk
Psikologi dan Pendidikan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Romaji. 2010. Efektivitas Metode
Community Lead Total
Sanitation Dalam Merubah
Pengetahuan, Sikap Dan
Perilaku Buang Air Besar
(Studi Di Desa Adan-Adan
Kecamatan Gurah Kabupaten
Kediri).
Setiawati, S dan Dermawan. 2008.
Proses Pembelajaran Dalam
Pendidikan Kesehatan.
Jakarta Timur : Trans Info
Media.
Sudarmansyah, Widya Pratama.
(2012). Perbedaan Efektivitas
Metode Community Led Total
Sanitation dan Penyuluhan
Terhadap Open Defection
Free Di Dusun Penggung
Desa Penggung Kecamatan
Nawanga Kabupaten
Pacitan. [Online].
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar
Statistik Pendidikan. Jakarta :
PT RajaGrafindo Persada
Sugiyono. 2011. Statistika untuk
Penelitian. Bandung :
Alfabeta.
Wahyono, Teguh. 2009. 25 Model
Analisis Statistik dengan SPSS
17. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo.
Water and Sanitation Program, Tim.
2012. Materi Advokasi STBM .
Jakarta : Sekretariat STBM –
Nasional