21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang kreatif. Suatu hasil karya yang kreati memperkaya kehidupan manusia, dan itu pula akan menghabiskan waktu bertahu tahun untuk mengembangkannya. Apabila si pencipta karya-karya tersebut tid sebagai pencipta atau tidak dihargai, karya-karya tersebut mungkin tidak a diciptakan sama sekali. Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) merupakan hak kekayaan yang timbul atau lahir dari kemampuan intelektual manusia. HaKI m menjadikan karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual yang harusdilindungi. Kemampuan intelektual manusia dihasilkan oleh manusia melalui daya, rasa dan karsanya yang diwujudkan dengan karya-karya Karya-karya intelektual juga dilahirkan menjadi bernilai, apalagi dengan manfaat ekonomi yang melekat serta dapat menumbuhkan semangat kreatif untuk mengha karya-karya intelektual. Di Indonesia, pengaturan tentang hak cipta mengalami beberapa kali pe dan pergantian Undang-undang yaitu UU No.8 tahun 1982 yang diperbaharui de UU No. 17 tahun 1987 dan diperbaharui lagi dengan UU No. 12 tahun 1997 ter dengan UU No. 19 tahun 2002 (selanjutnya disebut dengan UUHC). UUHC membaw kemajuan baru dalam perlindungan hak tersebut, yang meliputi perlindungan buku, program computer , dan semua hasil karya tulis lain, ceramah , kul lagu atau music dengan atau tanpa teks, drama, tari, koreografi, 1

29353679 Final Legal Sengketa Kasus Laksamana Raja Di Laut

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang kreatif. Suatu hasil karya yang kreatif akan memperkaya kehidupan manusia, dan itu pula akan menghabiskan waktu bertahuntahun untuk mengembangkannya. Apabila si pencipta karya-karya tersebut tidak diakui sebagai pencipta atau tidak dihargai, karya-karya tersebut mungkin tidak akan pernah diciptakan sama sekali. Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) merupakan hak atas kekayaan yang timbul atau lahir dari kemampuan intelektual manusia. HaKI memang menjadikan karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia yang harus dilindungi. Kemampuan intelektual manusia dihasilkan oleh manusia melalui daya, rasa dan karsanya yang diwujudkan dengan karya-karya intelektual. Karya-karya intelektual juga dilahirkan menjadi bernilai, apalagi dengan manfaat ekonomi yang melekat serta dapat menumbuhkan semangat kreatif untuk menghasilkan karya-karya intelektual. Di Indonesia, pengaturan tentang hak cipta mengalami beberapa kali perubahan dan pergantian Undang-undang yaitu UU No.8 tahun 1982 yang diperbaharui dengan UU No. 17 tahun 1987 dan diperbaharui lagi dengan UU No. 12 tahun 1997 terakhir dengan UU No. 19 tahun 2002 (selanjutnya disebut dengan UUHC). UUHC membawa kemajuan baru dalam perlindungan hak tersebut, yang meliputi perlindungan terhadap buku, program computer , dan semua hasil karya tulis lain, ceramah , kuliah, pidato, lagu atau music dengan atau tanpa teks, drama, tari, koreografi, pewayangan dan

1

pantomime, seni rupa dalam segala bentuk, arsitektur , peta, seni batik, fotografi, sinematografi, dll. Secara lebih mendetail, undang-undang ini memuat beberapa ketentuan baru, antara lain : 1. Database merupakan salah satu ciptaan yang dilindungi 2. Penggunaan alat apapun baik melalui kabel maupun tanpa kabel, termasuk media internet untuk pemutaran produk-produk optik (optical disc) melalui media radio, media audio visual dan atau srana telekomunikasi. 3. Penyelesaian sengketa oleh pengadilan niaga, arbitrase atau alternative penyelesaian sengketa 4. Penetapan sementara pengadilan untuk mencegah kerugian lebih besar bagi pemegang hak 5. Batas waktu proses perkara perdata di bidang hak cipta dan hak terkait baik di pengadilan niaga maupun di Mahkamah Agung 6. Pencantuman hak informasi manajeman elektronik dan sarana kontol teknologi 7. Pencantuman mekanisme pengawasan dan perlindungaqn terhadap produk-produk yang mengggunakan sarana berteknologi tinggi 8. Ancaman pidana atas pelanggaran Hak Terkait 9. Ancaman pidana dan denda minimal 10. Ancaman pidana tetap terhadap perbanyakan penggunaan program computer untuk kepentingan komersial secara tidak sah dan melawan hukum Dari sekian banyak ciptaan yang dilindungi sesuai UU itu, penulis mengkhususkan pembahasannya pada hak cipta atas lagu atau music mengingat banyaknya pelanggaran yang terjadi, Bahkan Indonesia pernah dikecam dunia internasional karena lemahnya perlindungan hukum terhadap hak cipta music dan lagu

2

tersebut. Kasus yang hendak diambil oleh penulis adalah

kasus nyata yang terjadi

tentang penyelesaian sengketa lagu atau music di pengadilan antara pihak Iyeth Bustami dengan Suhaimi Bin Mohd Zain alias Pak Ngah. Melodi lagu Laksmana Raja di Laut (LRD) yang diklaim Nurham Yahya (Tergugat I) sebagai karyanya adalah sama dengan melodi lagu Nostalgia Aidilfitri ciptaan composer Malaysia, Suhaimi Bin Mohd Zain alias Pak Ngah pada tahun 2006 silam. Saat itu posisi Iyeth tidak seperti dihebohkan infotainment di awal-awal terangkatnya kasus Hak Cipta ini, yaitu menjadi Tergugat yang dituntut gantirugi 10 milyar atau ancaman 7 tahun penjar. Tetapi, sebaliknya, sebagai Penggugat III yang sejak awal mengumumkan lagu LRD adalah NN melalui album Zapin Dut Laksmana Raja di Laut. Sekaligus sebagai kuasa Penggugat II yang mewakili Pak Ngah dan EMII Music Publishing Malaysia SDN BHD. Penggugat utamanya (Penggugat I) adalah Masyarakat Melayu Riau dan keturunan Datuk Ibrahim yang menurut catatan sejarah adalah keturunan pendiri Bandar Bengkalis dan diberi gelar Datuk Laksemana Raja Dilaut oleh Sultan Siak Sri Indrapura (lihat Rahzain dan Tarmizi Oemar, Datuk Laksemana Raja Dilaut, diterbitkan Depdikbud & Pemda Tkt II Bengkalis). Inti gugatan mereka adalah penolakan atas pengklaiman Nurham Yahya bahwa teks/lirik lagu LRD adalah karya pribadinya.

3

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Sengketa hak cipta lagu Laksmana Raja di Laut (antara Iyet Bustami dengan composer Malaysia Suhaimi Bin Mohd Zain). Adapun batasan masalah yang ingin penulis ketahui, yakni:1. Bagaimana proses penyelesaian sengketa lagu Laksmana Raja di Laut di dalam

Pengadilan Negeri atau Niaga Medan?2. Apakah proses penyelesaian sengketa lagu Laksmana Raja di Laut sudah dianggap

benar mengingat juga terdapat masalah lintas negara di dalamnya?

1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan analisis kasus hakcipta lagu Laksmana Raja di Laut ini, yakni: 1. Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa lagu Laksmana Raja di Laut di dalam Pengadilan Negeri atau Niaga Medan yang ada. 2. Untuk mengetahui apakah proses penyelesaian sengketa lagu Laksmana Raja di Laut sudah dianggap benar mengingat juga terdapat masalah lintas negara di dalamnya.

1.4 Manfaat Penulisan

4

Manfaat secara khusus yang penulis harapkan dari penulisan analisis studi kasus di bidang HaKI adalah agar penulisan ini dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai bagaimana menyelesaikan suatu sengketa lagu atau music dalam suatu pengadilan, karena kasus hak cipta merupakan kasus yang masih awam di Indonesia. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan ini, antara lain: BAB I, Pendahuluan, yang merupakan pengantar secara keseluruhan dari isi penulisan analisis ini, yang di dalamnya tertuang latar belakang maslah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II, Kerangka Teoritis, merupakan tinjauan yang di dalamnya akan mengemukaan teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar dan pijakan bagi penulis untuk menyelesaikan permasalahan yang dikemukakan pada bab I. BAB III, Analisis, yaitu membahas permasalahan, baik yang pertama maupun yang kedua. Pembahasan yang pertama mengenai bagaimana penentuan pencipta dan pemegang hak cipta atas lagu Laksmana Raja di Laut dan pembahasan kedua mengenai proses penyelesaiannya. BAB IV, Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan adalah tentang jawaban dari rumusan masalah. Sedangkan, saran merupakan rekomendasi penulis kepada ilmu pengetahuan di bidang hukum, khususnya mengenai hak cipta dan penyelesaiannya sengketa alternative. BAB V, Daftar Pustaka.

5

BAB VI, Lampiran.

6

BAB II KERANGKA TEORITIS

2.1 2.1.1

HAK CIPTA Pengertian Hak Cipta Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan Dirjen HaKI, hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta dan penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak cipta berasal dari Bahasa Inggris copyright yang dalam terjemahannya (to) copy berarti menggandakan dan roght berarti hak. Dengan demikian secara bahasa, copyright pada prinsipnya adalah hak untuk menggandakan atau menyebarluaskan suatu hasil karya. Istilah copyright diartikan ke dalam Bahasa Indonesia secara tidak cermat sebagai hak cipta. Hak cipta merupakan salah satu jenisa perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) yang disediakan untuk melindungi karya pengetahuan seni dan sastra.

7

2.1.2

Subjek Hak Cipta Ada dua subjek hak cipta, yaitu: 1. Pemilik hak cipta (Pencipta), adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. 2. Pemegang hak cipta, yaitu: Pemilik hak cipta (pencipta) Pihak yang menerima hak cipta dari pencipta Pihak lain yang menerima lebih lanjut hak cipta dari pihak yang menerima hak cipta tersebut Badan hukum Negara, atas karya peninggalan prasejarah, sejarah, benda budaya nasional lainnya, folklore, hasil kebudayaan yang menjadi milik bersama, dan ciptaan yang tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu diterbitkan.

2.1.3

Pengertian Ciptaan Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keaslian dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni atau sastra. Ciptaan yang dilindngi berupa:

8

Buku, program computer, pamphlet, perwajahan (lay out) karya tulisa yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis lain

Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan yang sejenisnya dengan itu Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan

Lagu atau music dengan atau tanpa teks Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim Seni rupa dalam segala bentuk, seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan

Arsitektur Peta Seni batik Fotografi Sinematografi Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.

9

2.1.4

Hak Terkait Adalah hak eksklusif, bagi: Pelaku, untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya dan untuk memberikan ijin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya melakukan hal itu. Produser, rekaman suara untuk memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya dan untuk memebrikan ijin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya melakukan hal itu , dan Lembaga penyiaran, untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya siarannya dan untuk memberikan ijin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya melakukan hal itu.

2.1.5

Jangka Waktu Berlakunya hak cipta dibagi atas: 1. Berlaku seumur hidup pencipta ditambah 50 tahun sesudah meninggal dunia: Buku, pamphlet, dan semua hasil karya tulis, Drama atau drama musical, tari, koreografi Segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung, Seni batik

10

Lagu atau music dengan atau tanpa teks Arsitektur Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan jenis lain Alat peraga Peta Terjemahan, tafsir, saduran dan bunga rampai

2. Berlaku 50 tahun sejak pertama kali diumumkan: Program computer, Sinematografi Fotografi, Database, dan Karya hasil pengalihwujudan Badan hukum yang memegang atau memiliki ciptaan pada angka 1 dan 2. 3. Berlaku 50 tahun sejak pertama kali diterbitkan, yaitu: Perwajahan karya tulis, dan Penerbit yang memegang hak cipta atas ciptaan yang tidak diketahui penciptanya atau hanya tertera nama samaran penciptanya

11

4.

Berlaku 50 tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali diketahui umum, yaitu negara memegang atau melaksanakn hak cipta atas ciptaan yang tidak diketahui siapa penciptanya dan belum diterbitkan serta ciptaan yang telah diterbitkan tanpa diketahui penciptamya atau penerbitnya.

5. Tanpa jangka waktu atau tak terbatas, yaitu negara yang memegang hak cipta atas foklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjdai milik bersama. 6. 1 januari tahun berikutnya setelah ciptaan diumumkan, diketahui oleh umum atau penciptanya meninggal dunia untuk ciptaan yang dilindungi selama 50 tahun atau selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia.2.1.6 Peralihan Hak Cipta

Hak cipta dapat beralih atau dialihakan kepada pihak lain melalui:

Pewarisan Hibah Wasiat Perjanjian tertulis Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, misalnya pengalihan karena putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

2.1.7 Prosedur Pendaftaran Hak Cipta

12

1.

Permohonan pendaftaran ciptaan diajukan dengan cara mengisi formulir

yang disediakan untuk itu dalam Bahasa Indonesia dan diketik rangkap dua. 2. Pemohon wajib melampirkan:1) Surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui kuasa

2) Contoh ciptaan dengan ketentuan sebagai berikut: Buku dan karya tulis lainnya: dua buah yang telah dijilid dengan edisi terbaik Apabila suatu buku berisi foto seseorang harus dilampirkan surat tidak keberatan dari orang yang difoto atau ahli warisnya Program computer: dua buah disket disertai buku petunjuk pengoperasian dari program computer tersebut CD/ VCD/ DVD : dua buah disertai dengan uraian ciptaannya Alat peraga: satu buah disertai dengan buku petunjuknya Lagu: 10 buah berupa notasi dan atau syair Drama: dua buah naskah tertulis atau rekamannya Tari (koreografi): 10 buah gambar atau duah buah rekamannya Pewayangan: dua buah naskah tertulis atau rekamannya Pantomime: 10 buah gambar atau dua buah rekamannya Tarian pertunjukan: dua buah rekamannya

13

Karya siaran: dua buah rekamannya Seni lukis, seni motif, seni batik, seni kaligrafi, logo dan gambar: masing-masing 10 lembar berupa foto

Seni ukir, seni pahat, seni patung, seni kerajinan tangan dan kolase: masing-masing 10 lembar berupa foto

Arsitektur: satu buah gambar arsitektur Peta: satu buah Fotografi: 10 lembar Sinematografi:dua buah rekamannya Terjemahan: dua buah naskah yang disertai izin dari pemegang hak cipta

Tafsir, saduran, dan bunga rampai: dua buah naskah

3) Salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopinya yang dilegalisasi notaries, apabila pemohon badan hukum 4) Fotokopi kartu tanda penduduk 5) Bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp 75.000,00 atau ciptaan berupa program computer sebesar Rp. 150.000,00 2.2 Lagu Lagu merupakan gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat music) untuk

14

menghasilkan gubahan music yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Dan ragam nada atau suara yang m=berirama disebut juga dengan lagu.

15

BAB III ANALISIS MASALAH

3.1 Proses penyelesaian sengketa lagu Laksamana Raja di Laut di Pengadilan

Negeri atau Niaga Medan

Lagu Laksmana Raja di Laut (LRD) merupakan lagu Melayu yang dipopulerkan oleh Iyeth Bustami sekitar tahun 2005 di album Zapin Dut. Dalam lagu yang dipopulerkannya itu, Iyeth tidak mencantumkan pencipta lagu alias hanya mencantumkan NN (anonym), dikarenakan persoalan mengenai ketidaktahuan siapa pencipta lagu tersebut. Dari hal tersebutlah maka Iyeth Bustami selaku penyanyi LRD terlibat masalah dengan oleh Nurham Yahya, yang ternyata menyatakan dirinya sebagai pencipta dan pemegang hak cipta lagu LRD, di mana juga sudah mendaftarkan hak cipta lagu LRD kepada Dirjen HaKI. Nurham Yahya menuntut agar Iyeth membayar ganti rugi 10 miliyar rupiah. Namun, setelah melalui proses klarifikas serta pencarian fakta oleh pihak Iyeth, akhirnya terbongkar bahwa melodi yang digunakan lagu Laksmana Raja di Laut sama dengan melodi lagu Nostalgia Aidilfitri yang merupakan ciptaan dari composer Malaysia, Suhaimi Bin Mohd Zain alias Pak Ngah, namun Pak Ngah sendiri tidak mengetahui siapa penggubah lirik dari lagunya tersebut. Tetapi yang pasti, dalam pengakuannya Pak Ngah mengakui bahwa melodi yang dipakai dalam lagu LRD sama dengan lagu Nostalgia Aidifitri yang dibuatnya pada tahun 1993. Dikarenakan sudah

mulai adanya titik terang mengenai siapa pencipta asli melodi LRD, maka pada tahun

16

2006 timbul perlawanan dari Masyarakat Melayu Riau dan Keturunan Datuk Ibrahim kepada Nurham Yahya yang mengklaim lagu LRD milikinya. Masalah ini diselesaikan melalui jalur hukum di Pengadilan Negeri atau Niaga Medan, dengan Masyarakat Melayu Riau dan Keturunan Datuk Ibrahim sebagai penggugat I; Pak Ngah, penggugat II; dan Iyeth Bustami sebagai penggugat III, ditemani Hotman Paris Hutapea, selaku pengacara Iyeth. Para penggugat ini hendak menggugat Nurham Yahya, tergugat I; serta Dirjen HaKI sebagai tergugat II. Inti dari gugatan yang ada ialah penolakan atas pengklaiman Nurham Yahya bahwa teks atau lirik LRD adalah karya pribadinya serta meminta kepada Dirjen HaKI untuk membatalkan Surat Pendaftaran Ciptaan (22 Juli 2004) yang mencantumkan nama Nurham Yahya sebagai pencipta dan pemegang hak cipta lagu LRD dan menghapusnya dari Daftar Ciptaan Umum. Dan berdasarkan keputusan pengadilan No. 030 K/N/HaKI/2006, maka Perkara Kasasi Iyeth Bustami diputus kemenangan Iyeth, pada tanggal 10 November 2006.

3.2 Proses penyelesaian sengketa lagu Laksmana Raja di Laut yang seharusnya

dilakukan mengingat juga terdapat masalah lintas negara di dalamnya Dalam kasus ini, proses penyelesaian ditempuh melalui Pengadilan

Negeri/Niaga Medan yan keputusannya mengabulkan semua tuntutan penggugat. Yang sangat penting di antaranya adalah mengembalikan produk folklore Masyarakat Melayu Riau ke tampuknya, yaitu berstatus NN (anonim) yang dalam bahasa Undang-Undang HAKI, hak ciptanya di tangan Negara. Keputusan yang diambil memang sudah tepat, namun masih terdapat kesalahan dalam langkah hukum yang ditempuh mengingat Pak

17

Ngah yang merupakan pihak yang terlibat dalam kasus ini berasal dari Malaysia. Oleh karena itu, kasus sengketa lagu Laksamana Raja di Laut adalah kasus sengketa lintas negara. Mengingat masalah ini adalah masalah lintas Negara, maka tindakan yang sebaiknya ditempuh adalah melalui arbitrase. Menurut H.M.N. Purwosutjipto, arbitrase diartikan sebagai suatu peradilan perdamaian, di mana para pihak bersepakat agar perselisihan mereka tentang hak pribadi yang dapat mereka kuasai sepenuhnya diperiksa dan diadili oleh hakim yang tidak memihak yang ditunjuk oleh para pihak sendiri dan putusannya mengikat bagi keduabelah pihak. Pada dasarnya arbitrase adalah suatu bentuk khusus Pengadilan. Poin penting yang membedakan Pengadilan dan arbitrase adalah bila jalur Pengadilan (judicial settlement) menggunakan satu peradilan permanen atau standing court, sedangkan arbitrase menggunakan forum tribunal yang dibentuk khusus untuk kegiatan tersebut. Dalam arbitrase, arbitrator bertindak sebagai hakim dalam mahkamah arbitrase, sebagaimana hakim permanen, walaupun hanya untuk kasus yang sedang ditangani. Arbitrase merupakan langkah hukum yang paling tepat untuk di tempuh karena dengan cara ini akan mengurangi kecurangan dan hasil yang lebih adil serta memuaskan untuk kedua belah pihak. Selain itu, lewat arbitrase, tidak akan ada yang merasa dirugikan karena keputusan atau hasil akhirnya sudah dibicarakan baik-baik oleh pihak yang bersangkutan. Dengan Arbitrase, langkah hukum yang panjang yang terkesan berlarut-larut atau berbelit-belit tidak perlu terjadi. Lewat langkah Arbitrase, keputusan atau perjanjian yang mengikat kedua belah pihak tidak akan merugikan pihak manapun. Iyeth dan pak Ngah tidak perlu membuat

18

gugatan, sehingga Nurham Yahya tidak harus membayar denda sebesar 10 miliar rupiah (dari tuntutan awal sebesar 7 miliar), tetapi hanya membatalkan Surat Pendaftaran Ciptaan serta menghilangkan nama Nurham Yahya dari Pencipta dan pemegang Hak Cipta lagu Laksamana Raja di Laut. Sebagai hasil akhir, lagu Laksamana Raja di Laut tetaplah NN (anonim) atau tidak ada penciptanya dan tidak ada yang boleh membuat Surat Pendaftaran Ciptaan untuk pencipta dan Pemegang Hak Cipta, sehingga setiap orang berhak untuk menyanyikan lagu itu tanpa takut ada pihak yang akan menuntut. Arbitrase merupakan langkah yang paling baik karena bila ternyata langkah hukum yang diambil lewat pengadilan ternyata tidak memuaskan Pak Ngah, bisa saja ia mengatakan bila saja proses hukum dilakukan di Malaysia, maka hasil akan menjadi lebih adil. Dengan hasil Arbitrase seperti diatas diharapkan ketegangan antara kedua belah pihak tidak akan berlanjut dan tidak akan memicu persoalan lebih lanjut yang sangat mungkin dapat terjadi.

19

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Adapun kesimpulan yang bisa penulis ambil dari adanya sengketa lagu Laksmana Raja di Laut ini, yakni bahwa lagu Laksmana Raja di Laut yang dipopulerkan oleh Iyeth Bustami tidak diketahui siapa pencipta dari lagu tersebut, namun melodi dari lagu LRD ini sama dengan lagu Nostalgia Aidilfitri yang diciptakan oleh kompser Malaysia Suhaimi Bin Mohd Zain atau Pak Ngah. Berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri atau Niaga Medan, sengketa lagu LRD antara Masyarakat Melayu Riau dan Keturunan Datuk Ibrahim sebagai penggugat I; Pak Ngah, penggugat II; dan Iyeth Bustami sebagai penggugat III, dengan Nurham Yahya (tergugat I) dan Dirjen HaKI (tergugat II), akhirnya dimenangkan oleh penggugat. Para tergugat juga wajib memenuhi segala tuntutan yang diajukan oleh penggugat.

Saran Sengketa Laksmana Raja di Laut tidak harus dilakukan lewat jalur pengadilan, namun dapat juga dilakukan melalui cara arbitrase (di luar pengadilan). Mengingat bahwa sengketa lagu ini, juga terdapat masalah lintas negara, yakni antara Indonesia dan Malaysia.

20

DAFTAR PUSTAKA

http://hukumham.info/index.php?option=com_content&task=view&id=61&itemid=50 http://www.total.or.id/info.php?kk=Hak%20Cipta http://www.balitbangham.go.id/PERANGKAT%20UU%20TERKAIT/uu192002%20Hakcipta.htm http://www.inovasi.lipi.go.id/hki/copyright.php

21