Upload
tembem-anggraeni-rahmatika
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/20/2018 29935434 Rhinitis Alergi
1/12
RINITIS ALERGI
I.1 Definisi
Rinitis alergi secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsi hidung yang
terjadi setelah paparan alergen melalui inflamasi yang diperantarai IgE pada mukosa
hidung.
I.2 Epidemiologi
Rinitis adalah masalah klinis yang paling umum terjadi pada pasien dengan
alergi. Rinitis secara konsisten berada pada urutan enam penyakit kronis utama di
Amerika Serikat. Morbiditas dari rinitis menyebabkan kualitas hidup yang menurun
dikarenakan sakit kepala, mudah lelah, gangguan kognisi, dan efek samping obat-
obatan. Rinitis alergi dapat menurunkan kualitas hidup, antara lain fungsi fisik,
problem bekerja, nyeri badan, italitas, fungsi sosial, stabilitas emosi, bahkan
kesehatan mental.
I.3 Prevalensi
Rinitis alergi telah menjadi masalah kesehatan global yang ditemukan di
seluruh dunia, sedikitnya terdapat !"-#$ % populasi dengan prealensi yang semakin
meningkat sehingga berdampak pada kehidupan sosial, kenerja di sekolah serta
produktiitas kerja. &iperkirakan biaya yang dihabiskan baik secara langsung maupun
tidak langsung akibat rinitis alergi ini sekitar $,' miliar dolar amerika pertahun.
&i Amerika Serikat diperkirakan sekitar (" juta orang menderita rinitis alergi
atau sekitar #"% dari populasi. Secara akumulatif prealensi rinitis alergi sekitar !$%
pada laki-laki dan !(% pada )anita, berariasi pada tiap negara. Ini mungkin
diakibatkan karena perbedaan geografik, tipe dan potensi alergen.
Rinitis alergi dapat terjadi pada semua ras, prealensinya berbeda-beda
tergantung perbedaan genetik, faktor geografi, lingkungan serta jumlah populasi.
&alam hubungannya dengan jenis kelamin, jika rinitis alergi terjadi pada masa kanak-
kanak maka laki-laki lebih tinggi daripada )anita namun pada masa de)asa
prealensinya sama antara laki-laki dan )anita. &ilihat dari segi onset rinitis alergi
umumnya terjadi pada masa kanak-kanak, remaja dan de)asa muda. &ilaporkan
bah)a rinitis alergi ("% terjadi pada masa kanak-kanak. *ada laki-laki terjadi antaraonset +-!! tahun, namun demikian rinitis alergi dapat terjadi pada semua umur.
!
5/20/2018 29935434 Rhinitis Alergi
2/12
I.4 Eiologi
Rinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi
genetik dalam perkembangan penyakitnya. aktor genetik dan herediter sangat
berperan pada ekspresi rinitis alergi.
*enyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan pada de)asa dan
ingestan pada anak-anak. *ada anak-anak sering disertai gejala alergi lain, seperti
urtikaria dan gangguan pencernaan.
*enyebab rinitis alergi dapat berbeda tergantung dari klasifikasi. eberapa
pasien sensitif terhadap beberapa alergen. Alergen yang menyebabkan rinitis alergi
musiman biasanya berupa serbuk sari atau jamur. Rinitis alergi perenial sepanjang
tahun/ diantaranya debu tungau, terdapat dua spesies utama tungau yaitu
Dermatophagoides farinae dan Dermatophagoides pteronyssinus, jamur, binatang
peliharaan seperti kecoa dan binatang pengerat.. aktor resiko untuk terpaparnya debu
tungau biasanya karpet serta sprai tempat tidur, suhu yang tinggi, dan faktor
kelembaban udara. 0elembaban yang tinggi merupakan faktor resiko untuk untuk
tumbuhnya jamur. Ri)ayat hobi berkebun1rekreasi ke pegunungan membantu
identifikasi untuk terpaparnya serbuk sari.
erbagai pemicu yang bisa berperan dan memperberat adalah beberapa faktor
nonspesifik diantaranya asap rokok, polusi udara, bau aroma yang kuat atau
merangsang, perubahan cuaca, dan kelembaban yang tinggi.
I.! "lasifi#asi
Rinitis alergi sebelumnya dibagi berdasarkan )aktu pajanan menjadi rinitis
alergi musiman (seasonal), sepanjang tahun (perenial)dan akibat kerja (occasional).
Rinitis alergi musiman hanya ada di negara yang memiliki empat musim. Alergen
penyebabnya spesifik, yaitu tepungsari dan spora jamur. 2ejala ketiganya hampir
sama, hanya sifat berlangsungnya yang berbeda. 2ejala rinitis alergi sepanjang tahun
timbul terus menerus atau intermiten.
3amun sekarang klasifikasi rinitis alergi menggunakan parameter gejala dan
kualitas hidup, berdasarkan lamanya dibagi menjadi intermitendengan gejala 4( hari
perminggu atau 4( minggu danpersisten dengan gejala 5( hari perminggu dan 5(
minggu. erdasarkan beratnya penyakit dibagi dalam ringan dan sedang-berat
tergantung dari gejala dan kualitas hidup. &ikatakan ringan yaitu tidak ditemukan
#
5/20/2018 29935434 Rhinitis Alergi
3/12
gangguan tidur, gangguan aktiitas harian, bersantai, olah raga, belajar, bekerja dan
lain-lain yang mengganggu. &ikatakan sedang-berat jika terdapat satu atau lebih
gangguan tersebut di atas.
Intermiten
2ejala
4 ( hari per minggu
atau 4 ( minggu
*ersisten
2ejala
5 ( hari per minggu
dan 5 ( minggu
Ringan
tidur normal
aktiitas sehari-hari, saat olah
raga dan santai normal
bekerja dan sekolah normal
tidak ada keluhan yang
mengganggu
Sedang-erat
Satu atau lebih gejala
tidur terganggu
aktiitas sehari-hari, saat olah
raga dan santai terganggu
masalah dalam sekolah dan
bekerja
ada keluhan yang mengganggu
Gam$ar 1. "lasifi#asi Riniis Alergi
I.% Paofisiologi
A)al terjadinya reaksi alergi dimulai dengan respon pengenalan
alergen1antigen oleh sel darah putih yang dinamai sel makrofag, monosit dan atau sel
dendrit. Sel-sel tersebut berperan sebagai sel penyaji antigen presenting cell1sel
A*6/, dan berada di mukosa saluran pernafasan. Antigen yang menempel pada
permukaan mukosa tersebut ditangkap oleh sel-sel A*6, kemudian dari antigen
terbentuk fragmen peptida imunogenik. ragmen pendek peptida ini bergabung
dengan M76-II yang berada pada permukaan sel A*6. 0omplek peptida-M76-II ini
akan dipresentasikan ke limfosit 8 yang diberi nama 7elper-8 cells 8 7"/. Apabila sel
87" memiliki reseptor spesifik terhadap molekul komplek peptida-M76-II tersebut,
maka akan terjadi penggabungan kedua molekul tesebut.
Sel A*6 akan melepas sitokin yang salah satunya adalah I9-!. I9-! akan
mengaktiasi 87" menjadi 87!dan 87#. Sel 87# melepas sitokin antara lain I9-', I9-(,
'
5/20/2018 29935434 Rhinitis Alergi
4/12
I9-$ dan I9-!'. I9-( dan I9-!' akan ditangkap resptornya pada permukaan limfosit-,
akibatnya akan terjadi aktiasi limfosit-. 9imfosit- aktif ini memproduksi IgE.
Molekul IgE beredar dalam sirkulasi darah akan memasuki jaringan dan
ditangkap eleh reseptor IgE pada permukaan sel mastosit atau sel basofil. Maka akan
terjadi degranulasi sel mastosit dengan akibat terlepasnya mediator alergis.Mediator
yang terlepas terutama histamin. 7istamin menyebabkan kelenjar mukosa dan goblet
mengalami hipersekresi, sehingga hidung beringus. Efek lainnya berupa gatal hidung,
bersin-bersin, asodilatasi dan penurunan permeabilitas pembuluh darah dengan
akibat pembengkakan mukosa sehingga terjadi gejala sumbatan hidung.
Reaksi alergi yang segera terjadi akibat histamin tersebut dinamakan reaksi
alergi fase cepat RA6/, yang mencapai puncaknya pada !$-#" menit pasca paparan
alergen dan berakhir pada sekitar :" menit kemudian. Sepanjang RA6 mastosit juga
melepas molekul-molekul kemotaktik yang terdiri dari E6A eosinophil chemotactic
factor of anaphylatic/ dan 36EA neutrophil chemotactic factor of anaphylatic/.
0edua molekul tersebut menyebabkan penumpukkan sel eosinofil dan neutrofil di
organ sasaran.
Reaksi alergi fase cepat ini dapat berlanjut terus sebagai reaksi alergi fase
lambat RA9/ sampai #( bahkan (+ jam kemudian. 8anda khas RA9 adalah
terlihatnya pertambahan jenis dan jumlah sel-sel inflamasi yangberakumulasi di
jaringan sasaran dengan puncak akumulasi antara (-+ jam. Sel yang paling konstan
bertambah banyak jumlahnya dalam mukosa hidung dan menunjukkan korelasi
dengan tingkat beratnya gejala pasca paparan adalah eosinofil.
I.& Penilaian "linis
&iagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan;
!.
5/20/2018 29935434 Rhinitis Alergi
5/12
a. =ajah
- Allergic shinersyaitu dark circlesdi sekitar mata dan berhubungan
dengan asodilatasi atau obstruksi hidung
- Nasal creaseyaitu lipatan hori>ontal hori>ontal crease/ yang melalui
setengah bagian ba)ah hidung akibat kebiasaan menggosok hidung
keatas dengan tangan.
b. 7idung
- *ada pemeriksaan hidung digunakan nasal speculum atau bagi
spesialis dapat menggunakan rhinolaringoskopi
- *ada rinoskopi akan tampak mukosa edema, basah, ber)arna pucat,
disertai adanya sekret encer yang banyak.
- 8entukan karakteristik dan kuantitas mukus hidung. *ada rinitis alergi
mukus encer dan tipis. ?ika kental dan purulen biasanya berhubungan
dengan sinusitis. 3amun, mukus yang kental, purulen dan ber)arna
dapat timbul pada rinitis alergi.
- *eriksa septum nasi untuk melihat adanya deiasi atau perforasi septum
yang dapat disebabkan oleh rinitis alergi kronis, penyakit
granulomatus.
- *eriksa rongga hidung untuk melihat adanya massa seperti polip dan
tumor. *olip berupa massa yang ber)arna abu-abu dengan tangkai.
&engan dekongestant topikal polip tidak akan menyusut. Sedangkan
mukosa hidung akan menyusut.
c. 8elinga, mata dan orofaring
- &engan otoskopi perhatikan adanya retraksi membran timpani, air-
fluid level, atau bubbles. 0elainan mobilitas dari membran timpani
dapat dilihat dengan menggunakan otoskopi pneumatik. 0elaianan
tersebut dapat terjadi pada rinitis alergi yang disertai dengan disfungsi
tuba eustachius dan otitis media sekunder.
- *ada pemeriksaan mata
- Akan ditemukan injeksi dan pembengkakkan konjungtia palpebral
yang disertai dengan produksi air mata.
d. 9eher. *erhatikan adanya limfadenopati
e. *aru-paru. *erhatikan adanya tanda-tanda asma
f. 0ulit. 0emungkinaan adanya dermatitis atopi.
$
5/20/2018 29935434 Rhinitis Alergi
6/12
!.
5/20/2018 29935434 Rhinitis Alergi
7/12
- Saluran nafas atas dan ba)ah diduga diepngaruhi oleh suatu proses
inflamasi yang serupa yang mungkin dapat menetap dan diperberat
oleh mekanisme yang saling berhubungan ini.
- *enyakit alergi dapat bersifat sistemik.*rookasi bronkial
menyebabkan inflamasi nasal dan prookasi nasal menyebabkan
inflamasi bronkial.
!.+.#. Sinusitis dan konjungtiitis
!.+.'. 7ubungan antara rinitis alergi, polip nasal dan otitis media belum dipahami
dengan baik.
1.* Penaala#sanaan
Menurut ARIA penatalaksanaan rinitis alergi meliputi ;
a. *enghindaran alergen.
Merupakan terapi yang paling ideal. 6ara pengobatan ini bertujuan untuk
mencegah kontak antara alergen dengan IgE spesifik dapat dihindari sehingga
degranulasi sel mastosit tidak berlangsung dan gejalapun dapat dihindari. 3amun,
dalam praktek adalah sangat sulit mencegah kontak dengan alergen tersebut.
Masih banyak data yang diperlukan untuk mengetahui pentingnya peranan
penghindaran alergen.
b. *engobatan medikamentosa
6ara penngobatan ini merupakan konsep untuk mencegah dan atau
menetralisasi kinerja molekul-molekul mediator yang dilepas sel-sel inflamasi
alergis dan atau mencegah pecahnya dinding sel dengan harapan gejala dapat
dihilangkan. Dbat-obat yang digunakan untuk rinitis pada umumnya diberikan
intranasal atau oral.
Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamin 7-!, yang bekerja secara
inhibitor kompetitif pada reseptor 7-! sel target, dan merupakan preparat
farmakologik yang paling sering dipakai sebagai lini pertama pengobatan rinitis
alergi. Antihistamin diabsorbsi secara oral dengan cepat dan mudah serta efektif
untuk mengatasi gejala pada respons fase cepat seperti rinore, bersin, gatal, tetapi
tidak efektif untuk mengatasi obstruksi hidung pada fase lambat.
5/20/2018 29935434 Rhinitis Alergi
8/12
*reparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik alfa dipakai sebagai
dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi denfgan antihistamin atau
topikal. 3amun pemakaian secara topiukal hanya boleh untuk beberapa hari saja
untuk menghindari terjadinya rinitis alergi medikamentosa.
*reparat kortikosteroid dipilih bila gejala sumbatan hidung akibat respons fase
lambat tidak dapat diatasi dengan obat lain. 0ortikosteroid topikal bekerja untuk
mengurangi jumlah sel mastosit pada mukosa hidung, mencegah pengeluaran
protein sitotoksik dari eosinofil, mengurangi aktifitas limfosit.
*reparat antikolinergik topikal bermanfaat untuk mengatasi rinore, karena
aktifitas inhibisi reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor. *engobatan baru
lainnya untuk rinitis alergi di masa yang akan datang adalah anti leukotrien, anti
IgE, &3A rekombinan.
Dbat-obat tidak memiliki efek jangka panjang setelah dihentikan. 0arenanya
pada penyakit yang persisten, diperlukan terapi pemeliharaan.
c. Imunoterapi spesifik
Imunoterapi spesifik efektif jika diberikan secara optimal. Imunoterapi
subkutan masih menimbulkan pertentangan dalam efektifitas dan keamanan.
Dleh karena itu, dianjurkan penggunaan dosis optimal aksin yang diberi label
dalam unit biologis atau dalam ukuran masa dari alergen utama. &osis optimal
untuk sebagian besar alergen utama adalah $ sampai #" g. Imunoterapi
subkutan harus dilakukan oleh tenaga terlatih dan penderita harus dipantau
selama #" menit setelah pemberian subkutan.
Indikasi imunoterapi spesifik subkutan
- *enderita yang tidak terkontrol baik dengan farmakoterapi
konensional
- *enderita yang gejala-gejalanya tidak dapat dikontrol baik dengan
antihistamin 7! dan farmakoterapi
- *rnderita yang tidak menginginkan farmakoterapi
- *enderita dengan farmakoterapi yang menimbulkan efek samping yang
tidak diinginkan
- *enderita yang tidak ingin menerima terapi farmakologis jangka
panjang.
+
5/20/2018 29935434 Rhinitis Alergi
9/12
Imunoterapi spesifik nasal dan sublingual dosis tinggi-imunoterapi spesifik
oral
- &apat digunakan dengan dosis sekurang-kurangnya $"-!"" kali lebih
besar dari pada yang digunakan untuk imunoterapi subkutan.
- *ada penderita yang mempunyai efek samping atau menolak
imunoterapi subkutan
- Indikasinya mengikuti indikasi dari suntikan subsukatan
*ada anak-anak, imunoterapi spesifik adalah efektif. 3amun tidak
direkomendasikan untuk melakukan imunoterapi pada anak diba)ah umur $
tahun.
d. Imunoterapi non-spesifik
Imunoterapi non-spesifik menggunakan steroid topikal. 7asil akhir sama
seperti pengobatan imunoterapi spesifik-alergen konensional yaitu sama-
sama mampu menekan reaksi inflamasi, namun ditinjau dari aspek
biomolekuler terdapat mekanisme yang sangat berbeda.
2lukokortikosteroid 26Ss/ berikatan dengan reseptor 26S yang berada
di dalam sitoplasma sel, kemudian menembus membran inti sel dan
mempengaruhi &3A sehingga tidak membentuk mR3A. Akibat selanjutnya
menghambat produksi sitokinpro-inflammatory.
e. Edukasi
*emeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani telah diketahui
berkhasiat dalam menurunkan gejala alergis. Mekanisme biomolekulernya
terajadi pada peningkatan populasi limfosit 87 yang berguna pada
penghambatan reaksi alergis, serta melalui mekanisme imunopsikoneurologis.
f. Dperatif
8indakan bedah dilakukan sebagai tindakan tambahan pada beberapa
penderita yang sangat selektif. Seperti tindakan konkotomi pemotongan konka
inferior/ perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil
dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai Ag3D' #$ % atau triklor asetat.
5/20/2018 29935434 Rhinitis Alergi
10/12
Algoritma Penatalaksanaan Rinitis Alergi Menurut WHOInitiative ARIA
Diagnosis Rinitis Alergi (Anamnesis, pemeriksaan fsik, tes kulit)
Penghindaran allergen
Intermitten Persisten/menetap
Ringan Sedang/berat Ringan Sedang/berat
KS topical
!aluasi setelah "#$ minggu
!"
#A% oral/topicalatau
# A% &dekongestan
oral atau# KS topical atau# 'a kromoglikat
Feala persisten
F!aluasi setelah
"#$ mingguF
*ika gagal+ mau langkah
# A% oral/topicalatau
# A% &dekongest
-embaikF
.h/ -undur langkah
dan th/
.idak adaF
# salah diagnosis# nilai kepatuhan
pasien
# komplikasi/ineksi
# actor kelainan
.ingkatkandosis
intranasal KS
Rinoremenetap
FIpratroprium bromida
Sumbatanhidung
menetapF
Dekongestan
(0#1 hari) atauKS oral(angkapendek)
Fagal
2ersin/atal hidung
F.ambahkan% blocker
?ika ada conjungtiitis ;- Dral 7!-blocker atau- Intraocilar 7!-blocker atau
- Intraocular chromone
Gpertimbangkan imunoterapi
5/20/2018 29935434 Rhinitis Alergi
11/12
1.1+. "ompli#asi
0omplikasi rinitis alergi yang sering ialah ;
!. *olip hidung
eberapa peneliti mendapatkan, bah)a alergi hidung merupakan salah satu
faktor penyebab terbentuknya polip hidung dan kekambuhan polip hidung.
*olip hidung biasanya tumbuh di meatus medius dan merupakan manifestasi
utama akibat proses inflamasi kronis yang menimbulkan sumbatan sekitar ostia
sinus di meatus medius. *olip memiliki tanda patognomonis ; inspisited
mucous glands, akumulasi sel-sel inflamasi yang luar biasa banyaknya lebih-
lebih eosinofil dan limfosit 8 6&(C/, hiperplasia epitel, hiperplasia goblet, dan
metaplasia skuamosa. &itemukan juga mR3A untuk 2M-6S, 83-alfa, I9-(
dan I9-$ yang berperan meningkatkan reaksi alergis.
#. Dtitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak
'. Sinusitis paranasal
Merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus para nasal. 8erjadi akibat
edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa. Edema mukosa ostia
menyebabkan sumbatan ostia. *enyumbatan tersebut akan menyebabkan
penimbunan mukus sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara
rongga sinus. 7al tersebut akan menyuburkan pertumbuhan bakteri terutama
bakteri anaerob. Selain dari itu, proses alergi akan menyebabkan rusaknya
fungsi barier epitel antara lain akibat dekstruksi mukosa oleh mediator-
mediator protein basa yang dilepas sel eosinofil M*/ dengan akibat sinusitis
akan semakin parah.
*engobatan komplikasi rinits alergi harus ditujukan untuk menghilangkan
obstruksi ostia sinus dan tuba eustachius, serta menetralisasi atau menghentikan
reaksi humoral maupun seluler yang terjadi lebih meningkat. @ntuk tujuan ini maka
pengobatab rasionalnya adalah pemberian antihistamin, dekongestan, antiinflamasi,
antibiotia adekuat, imunoterapi dan bila perlu operatif.
!!
5/20/2018 29935434 Rhinitis Alergi
12/12
DA,TAR P-STA"A
!. Soepardi E., Iskandar 3. $elinga %idung $enggorok &epala 'eher. Edisi ke
lima. akultas 0edokteran @niersitas Indonesia. ?akarta; #""(.
#. Adams 2., oies 9., 7igler *. uku Ajar enyakit $%$. Edisi ke enam.
*enerbit uku 0edokteran E26. ?akarta; !, 6."ar+ Nose+ and $hroat Disease. Edisi ke
dua. 8hieme. 3e) ork;!(.
$. 3e)lands, Sha)n &. ailey, iron ?. et al.. $e,tbook of %ead and Neck
Surgery-*tolaryngology. 'rd edition. Holume !. 9ippincot; =illiams
=ilkins. *hiladelphia. #