2.Jawaban Pengusul Atas Pandangan Umum Fraksi (Final)

Embed Size (px)

Citation preview

JAWABAN ATAS PANDANGAN UMUM FRAKSI-FRAKSI DPRD KOTA BATAM ATAS USUL PRAKARSA RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN KOTA BATAM

Bismillaahirrahmaanirrahiim Yang kami hormati : saudara Pimpinan DPRD Kota Batam; saudara Walikota Batam dan Wakil Walikota Batam; Rekan-rekan Anggota DPRD Kota Batam; Anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kota Batam; Ketua BP Kawasan Batam atau Pejabat yang mewakili; Sekretaris Daerah Kota Batam, Para Asisten serta Pimpinan SKPD di Lingkungan Pemerintah Kota Batam; Para Pimpinan Instansi Vertikal di Kota Batam; Sekretaris Dewan dan staf; Rekan-rekan pers serta para undangan dan hadirin yang berbahagia. Assalamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh Alhamdulillah, segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai kenikmatan kepada kita semua terutama nikmat kesehatan sehingga kita dapat berkumpul pada sidang paripurna hari ini. Shalawat dan Salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penuntun dan teladan kita dalam menjalani kehidupan ini. Para hadirin sidang Paripurna yang kami hormati, Sesuai dengan Tata tertib DPRD Kota Batam Pasal 107 ayat (6) huruf c, bahwa : pengusul memberikan jawaban atas pandangan fraksi dan anggota DPRD lainnya. Kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua fraksi yang telah memberikan pandangan dan masukannya, sekaligus dukungan terhadap Ranperda Inisiatif DPRD Kota Batam.

1

Pada kesempatan ini izinkanlah kami menyampaikan jawaban pengusul terhadap Usul Prakarsa Ranperda tentang Penyelenggaraan Ketenagakerjaan Kota Batam. 1. Pandangan saudara Muhamad Yunus, S.Pi dari Fraksi Partai Demokrat, tentang : 1.1 Komitmen perencanaan dan pengelolaan ketenagakerjaan melalui kerjasama yang saling menguntungkan antara pengusaha dan tenagakerja adalah sangat erat kaitannya dengan kegiatan manajemen sumber daya manusia (MSDM), yang merupakan ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki agar dapat didayagunakan secara efisien dan efektif sehingga dapat mewujudkan tujuan (goal) bersama antara perusahaan, tenaga kerja dan masyarakat secara maksimal. MSDM didasari pada suatu konsep bahwa setiap pekerja/buruh adalah manusia bukan mesin dan bukan hanya menjadi sumber daya bisnis. Sebagaimana diketahui MSDM juga menyangkut masalah desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan formasi tenagakerja, pengembangan tenagakerja, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi, serta hubungan ketenagakerjaan yang harmonis. Karena manajemen sumber daya manusia melibatkan semua aspek manajemen yang dapat mempengaruhi secara langsung sumber daya manusia, maka perusahaan perlu memiliki tenaga Human Resources Development (HRD) yang cakap dan kompeten serta sesuai dengan kewenangan dan tanggung-jawabnya dalam menjalankan fungsinya sesuai dengan a. tujuan organisasi perusahaan (core value); b. tujuan fungsional (memiliki kriteria yang setara atau lebih tinggi dari tingkat kebutuhan organisasi); c. tujuan sosial (melalui tindakan meminimalisasi dampak negatif terhadap organisasi perusahaan) dan d. tujuan personalia (kinerja dan motivasi) . 1.2 Besarnya Upah minimum Kota (UMK) dan korelasi kenaikan upah berdasarkan klasifikasi kepemilikan asset dan faktor yang mempengaruhi besaran produksi, dapat saja dilakukan selama diatur dalam peraturan perusahaan dan/atau perjanjian kerja bersama. Sedangkan secara normatif kebijakan yang mengatur tentang besaran kenaikan upah terhadap UMK

2

adalah mengacu kepada Pasal 88 s.d 98 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yaitu: a. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum Kota/Propinsi yang telah ditetapkan oleh kepala daerah. c. Upah Minimum Kota dan Upah Minimum Sektoral Kota diusulkan dan ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Kota/Propinsi, melalui mekanisme survei perhitungan besaran KHL (Kebutuhan Hidup Layak). Diharapkan besaran UMK adalah sama dengan besaran KHL. 2. Pandangan dari Fraksi Partai PDI Perjuangan: Kami patut mengapresiasi masukan dari saudara T. Erikson Pasaribu dari Fraksi PDI Perjuangan tentang pentingnya : 2.1 Sistem Pengawasan Ketenagakerjaan yang profesional, independen dan mengedepankan dialogis, sebab sangat sesuai dengan isi ratifikasi konvensi ILO No.81 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan Perdagangan; yang pada hakikatnya menekankan a. aspek promotif yaitu tentang hak-hak pekerja, perluasan kesempatan kerja yang layak; dan b. aspek preventif yaitu meningkatkan perlindungan sosial dan memperkuat dialog dalam menangani berbagai permasalahan ketenagakerjaan. Konvensi ILO merupakan perjanjian-perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh 183 negara (hampir 2/3 negara di dunia) dan bersifat unik diantara badan-badan PBB lainnya, karena struktur tripartit yang diatur di dalamnya menempatkan pemerintah, organisasi pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh pada posisi yang setara dalam menentukan program dan proses pengambilan kebijakan. Hingga akhir 2010, ILO telah mengadopsi 188 Konvensi dan 199 Rekomendasi yang meliputi beragam subyek: kebebasan berserikat dan perjanjian kerja bersama, kesetaraan perlakuan dan kesempatan, penghapusan kerja paksa dan pekerja anak, promosi ketenagakerjaan dan pelatihan kerja, 3

jaminan sosial, kondisi kerja dan pencegahan kecelakaan kerja, administrasi dan pengawasan ketenagakerjaan, perlindungan kehamilan dan perlindungan terhadap pekerja migran, serta kategori pekerja lainnya seperti para pelaut, perawat dan pekerja perkebunan. Lebih dari 7.300 ratifikasi Konvensi-konvensi ini telah terdaftar. Standar ketenagakerjaan internasional memainkan peranan penting dalam penyusunan peraturan, kebijakan dan keputusan nasional tentang ketenagakerjaan. 2.2 Pelatihan, peningkatan dan penempatan tenagakerja dapat menjadi program bersama antara pemerintah atau SKPD dan/atau pengusaha serta stakeholder lainnya. 2.3 Sistem kerja outsourcing, yaitu penyerahan sebagian pekerjaan kepada pihak lain atau menggunakan pekerja/buruh yang disediakan pihak lain dalam konteks hubungan industrial adalah salah satu isu penting yang seringkali memunculkan permasalahan di Indonesia pada umumnya dan di kota Batam pada khususnya Permasalahan yang muncul tersebut seperti keterkaitan antara isu jaminan sosial dengan ideologi negara. Dimana dalam prakteknya seringkali ditemukannya pengabaian terhadap hak-hak tenagakerja dalam bekerja (right to work) seperti upah lembur, insentif jabatan (renumerasi), fasilitas kesehatan, dan jaminan sosial ketenagakerjaan. Para pekerja/buruh outsourcing seringkali dianggap sebagai pelengkap, atau dengan kata lain hanya bekerja jika memang ada skema pekerjaan tambahan, dianggap belum tentu memiliki jaminan atas keberlangsungan pekerjaannya (job security). Besar harapan kami agar segera dibentuknya panitia khusus yang nantinya akan membahas dan mencari solusi yang tepat menuju keselarasan antara pola pasar kerja yang fleksibel (labour market flexibility) dengan kepentingan hubungan industrial jangka panjang (sustainable of development). 2.4 Pada dasarnya kajian akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Ketenagakerjaan tengah disusun oleh Tim Pengkaji. Kajian akademik ini penting agar penormaan di dalam Ranperda menjadi jelas, tidak multitafsir, serta sesuai dengan kondisi nyata di Kota Batam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4

3.

Pandangan saudara Asmin Patros, SH.M.Hum dari Fraksi Partai Golongan Karya, tentang : 3.1 Bahwa tidak adanya sesuatu yang spesifik, dapat menjadi tantangan (chalenge) tersendiri untuk panitia khusus agar fokus menggali akar permasalahan sekaligus solusi konkrit tuntutan kebutuhan hubungan ketenagakerjaan yang sesuai dengan kondisi nyata di Kota Batam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3.2 Koreksi terhadap lampiran draft a. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha; hal ini sebagaimana tercantum dalam pasal-6 UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. b. Pasal 12 dari draft Ranperda mengatur kewajiban memberikan pelatihan bagi tenagakerja lokal; hal ini merupakan wujud implementasi pasal 8 Ayat (1) huruf (c) dan pasal 8 Ayat (2) UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan demi tercapainya kepentingan bersama antara pemerintah dan pengusaha. Untuk itu kami menyarankan agar bisa dibahas lebih lanjut dalam pansus Ranperda ketenagakerjaan, terkait ruang lingkup tanggung jawab pemerintah untuk pemberdayaan dan pendayagunaan tenagakerja yang terpadu agar dapat memberikan kesempatan kerja seluas-luasnya kepada tenagakerja lokal, seperti halnya dalam bentuk program pelatihan ketenagakerjaan, peningkatan ketrampilan dan penempatan tenagakerja pada pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan bursa tenagakerja Kota Batam. c. Menurut penjelasan Pasal 47 di dalam Ranperda dijelaskan bahwa diharapkan telah terbentuk Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Kata diharapkan telah terbentuk diusulkan menjadi dapat dibentuk

berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan, atau bentuk lain sesuai dengan kehendak pekerja/buruh; adalah sesuai dengan redaksi pada pasal 10 UU 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/SerikatBuruh dan Keputusan Presiden No.83 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi ILO No.87 Mengenai Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi. 5

4.

Pandangan Saudari Siti Nurlailah, ST.MT dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, tentang : 4.1 Pada awalnya, Raperda ini berjudul Pengawasan Ketenagakerjaan. Namun berdasarkan kajian yuridis, pengaturan pengawasan ketenagakerjaan pada dasarnya telah diatur lebih rinci dan jelas di dalam Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan. Sehingga apabila Ranperda ini tetap mempertahankan substansi mengenai pengawasan ketenagakerjaan maka akan kecil kemungkinan dapat diterima oleh Kementerian Dalam Negeri pada saat diajukan proses klarifikasi. Sehingga kemudian judul Penyelenggaraan Ketenagakerjaan merupakan judul yang kami harapkan tepat karena nantinya akan mengatur hal-hal yang bersifat lokal (local wisdom) dalam mengatasi persoalan ketenagakerjaan di Kota Batam. Namun, akan terbuka peluang diskusi yang lebih tajam pada saat pembahasan ditingkat Pansus mengenai judul yang lebih tepat untuk Ranperda Inisiatif DPRD ini. 4.2 Keberadaan Ranperda Ketenagakerjaan agar bertujuan untuk kemakmuran dan kesejahteraan, menurut hemat kami akan dapat tercapai yaitu: a. Pengusaha perlu menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan jabatan, masa kerja, pendidikan dan kompetensi; b. Pengusaha dapat melakukan peninjauan upah secara berkala dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas; c. Pengaturan pengupahan yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan dan perjanjian kerja bersama tidak boleh lebih rendah atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5.

Pandangan saudara H. Askan Asrul Sanny dari Fraksi Partai Amanat Nasional, tentang : Keistimewaan Batam menjadi modal bagi penyelenggaraan Pemerintahan dan pengaturannya yang lebih rinci dan rigid melalui Peraturan daerah akan lebih tepat karena Undang Undang atau Peraturan Pemerintah hanya bersifat Umum.

6

6.

Pandangan saudara Riki Syolihin, S.Fil.I.M.Si dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, tentang : Pada dasarnya kajian akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Ketenagakerjaan tengah disusun oleh Tim Pengkaji. Kajian akademik ini penting agar penormaan di dalam Ranperda menjadi jelas, tidak multitafsir, serta sesuai dengan kondisi nyata di Kota Batam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7.

Pandangan saudara Drs. H. Basri Harun, SH dan H. Firman, SE.M.Si dari Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat, tentang : 7.1 Tetap mengacu pada sistem perundang-undangan yang ada khususnya UU No.13 Tahun 2003 dan UU yang terkait lainnya. 7.2 Perlu upaya agar Peraturan daerah bisa efektif terlaksana, khususnya yang menjadi inisiatif DPRD. Hal ini tergantung pada kinerja dan efektifitas program DPRD yang sudah dibuat untuk dilaksanakan dan dievaluasi sesuai kewenangannya. 7.3 Beberapa pandangan yang disampaikan secara tertulis adalah beberapa bentuk problematika hubungan industrial yang terjadi di Kota Batam yang dapat dibahas oleh panitia khusus nantinya.

8.

Pandangan saudara H. Irwansyah, SE dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan Indonesia Raya, tentang : Sesungguhnya Perda adalah salah satu bentuk pengaturan yang lebih rinci dan rigid oleh penyelenggara pemerintahan di daerah, dalam hal ini adalah Dinas terkait untuk mencapai Visi dan Misi Kota Batam serta amanah Undang Undang dan Peraturan Pemerintah.

9.

Pandangan saudara Sallon Simatupang, SE dari Fraksi Peduli Keadilan Nasional, tentang : Beberapa pandangan yang disampaikan secara tertulis adalah beberapa bentuk problem hubungan industrial yang terjadi di Kota Batam yang dapat dibahas lebih lanjut pada Panitia khusus nantinya, yaitu :

7

9.1 Kualifikasi Tenaga Kerja Asing (TKA) melalui uji kompetensi dan pengawasan; serta disiplin dari perusahaan pengguna TKA wajib menunjuk tenaga pendamping. 9.2 Pelaksana penempatan tenagakerja adalah Pemko Batam; 9.3 Pemerintah perlu mengawasi lalulintas tenagakerja baik yang akan bekerja atau yang menjadikan Batam sebagai tempat transit tenagakerja Antar Kerja Antar Daerah (AKAD), Antar Kerja Antar Lokal (AKAL) dan Antar Kerja Antar Negara (AKAN); serta dampak sosial dijadikannya Batam sebagai tempat transit TKI; 9.4 Mekanisme lembur dan hak privasi; Kenaikan upah berkala, pasal tentang UMK, serta Pemilu sebagai Hari Libur dan sebagainya dapat dibahas lebih lanjut oleh Panitia khusus. Selanjutnya, terhadap saran, masukan, pendapat, serta usulan penyempurnaan kiranya dapat kami terima, dan selanjutnya dapat menjadi bahan diskusi pada saat pembahasan Panitia Khusus nanti. Atas kerjasamanya kami ucapkan terima kasih. Wassalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh yang muncul disebabkan

Batam, 19 Agustus 2011 Hormat kami,

Ir. RIKY INDRAKARI Terlampir : Pengusul

8