14
13 ANALISIS MITIGASI BENCANA LINGKUNGAN LAUT DAN PESISIR KOTA JAYAPURA Dahlan 1 1 Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Uniyap ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah Mengkaji potensi daerah sensitif rawan bencana baik lingkungan laut maupun kawasan pesisir di Kota Jayapura,menyusun konsep mitigasi bencana lingkungan laut dan pesisir di kawasan Kota Jayapura. Kajian Mitigasi Bencana Lingkungan Laut dan Pesisir ini akan dilkakukan di Kawasan Kota Jayapura Provinsi papua yang meliputi persiapan dan koordinasi, pengumpulan data, analisis data, pembuatan peta peta daerah rawan bencana dan peta resiko bencana pesisir, penyusunan konsep mitigasi bencana alam di lingkungan laut dan pesisir. Berdasarkan hasil survey lapangan dan Citra Satelit Landsat 7 ETM+, beberapa daerah yang diidentifikasi sebagai daerah rawan/potensi bencana abrasi pantai adalah Pantai Base-G (Kelurahan Tanjung Ria, Distrik Jayapura Utara), Ujung utara dan selatan Pantai Hamadi (Kelurahan Hamadi, Distrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung Skouw Mabo dan Kampung Skouw Sae). Dari lima kawasan pantai tersebut, yang paling rentan terjadi abrasi adalah di kawasan Skouw. Bahkan dari survey lapangan dari studi sebelumnya ada pemukiman di Skouw yang sudah 5 kali direlokasi karena pantainya mengalami abrasi. Kuburan Hamadi yang terletak di ujung Selatan Pantai Hamadi juga merupakan salah satu titik abrasi terparah. Seperti halnya Pantai Base-G, pantai Hamadi merupakan pantai yang posisinya relatif terbuka terhadap gelombang gelombang yang datang dari timur dan timur laut. Meskipun topografi dasarnya tidak seterjal dengan pantai Base-G, Pantai Hamadi juga memiliki topografi yang relatif terjal sehingga memungkinkan gelombang utuh yang datang dari laut dapat mencapai pantai (Gambar IV.5). Berdasarkan karakteristik dasarnya yang relatif curam maka Pantai Hamadi juga bisa dikategorikan sebagai Reflective beaches dimana pantai ini memiliki dasar yang curam (slope) dan jumlah energi gelombang yang signifikan dipantulkan kembali ke laut, biasanya tidak memiliki sand bars. Karena topografi dasar yang curam hanya sedikit gelombang yang melemah (terdisipasi) pada saat melintasi zona dekat pantai menuju ke garis pantai. Kata Kunci : Mitigasi, Bencana, Lingkungan, Pesisir dan Laut. PENDAHULUAN Kondisi geografis Propinsi Papua terletak pada posisi 130° 45' - 141° 48' BT dan 0° 19' - 10° 45' LS Korespondensi: 1 Dahlan, Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Yapis Papua. Alamat: Jl. Sam Ratulangi No. 11 Dok V Atas, Kota Jayapura Provinsi Papua. E-mail: [email protected] dan mempunyai topografi dominan dataran tinggi serta iklim yang sangat bervariasi dengan intensitas curah hujan yang cukup tinggi. Bila ditinjau dari faktor geologi Propinsi Papua terdapat pertemuan dua mikro lempeng yang cukup aktif yaitu di sebelah barat dengan Sesar naik Sangir dan di sebelah timur dengan sesar naik

3. Dahlan Analisis Mitigasi BencanaDistrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 3. Dahlan Analisis Mitigasi BencanaDistrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung

13

ANALISIS MITIGASI BENCANA LINGKUNGAN LAUT DAN PESISIRKOTA JAYAPURA

Dahlan 1

1 Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Uniyap

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah Mengkaji potensi daerah sensitif rawan bencana baiklingkungan laut maupun kawasan pesisir di Kota Jayapura, menyusun konsep mitigasibencana lingkungan laut dan pesisir di kawasan Kota Jayapura. Kajian Mitigasi BencanaLingkungan Laut dan Pesisir ini akan dilkakukan di Kawasan Kota Jayapura Provinsipapua yang meliputi persiapan dan koordinasi, pengumpulan data, analisis data,pembuatan peta peta daerah rawan bencana dan peta resiko bencana pesisir, penyusunankonsep mitigasi bencana alam di lingkungan laut dan pesisir. Berdasarkan hasil surveylapangan dan Citra Satelit Landsat 7 ETM+, beberapa daerah yang diidentifikasi sebagaidaerah rawan/potensi bencana abrasi pantai adalah Pantai Base-G (Kelurahan TanjungRia, Distrik Jayapura Utara), Ujung utara dan selatan Pantai Hamadi (Kelurahan Hamadi,Distrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp(Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung Skouw Mabodan Kampung Skouw Sae). Dari lima kawasan pantai tersebut, yang paling rentan terjadiabrasi adalah di kawasan Skouw. Bahkan dari survey lapangan dari studi sebelumnya adapemukiman di Skouw yang sudah 5 kali direlokasi karena pantainya mengalami abrasi.Kuburan Hamadi yang terletak di ujung Selatan Pantai Hamadi juga merupakan salahsatu titik abrasi terparah. Seperti halnya Pantai Base-G, pantai Hamadi merupakan pantaiyang posisinya relatif terbuka terhadap gelombang gelombang yang datang dari timur dantimur laut. Meskipun topografi dasarnya tidak seterjal dengan pantai Base-G, PantaiHamadi juga memiliki topografi yang relatif terjal sehingga memungkinkan gelombangutuh yang datang dari laut dapat mencapai pantai (Gambar IV.5). Berdasarkankarakteristik dasarnya yang relatif curam maka Pantai Hamadi juga bisa dikategorikansebagai Reflective beaches dimana pantai ini memiliki dasar yang curam (slope) danjumlah energi gelombang yang signifikan dipantulkan kembali ke laut, biasanya tidakmemiliki sand bars. Karena topografi dasar yang curam hanya sedikit gelombang yangmelemah (terdisipasi) pada saat melintasi zona dekat pantai menuju ke garis pantai.

Kata Kunci : Mitigasi, Bencana, Lingkungan, Pesisir dan Laut.

PENDAHULUAN

Kondisi geografis PropinsiPapua terletak pada posisi 130° 45' -141° 48' BT dan 0° 19' - 10° 45' LS

Korespondensi:1 Dahlan, Program Studi Budidaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Yapis Papua. Alamat: Jl. Sam

Ratulangi No. 11 Dok V Atas, Kota Jayapura

Provinsi Papua. E-mail: [email protected]

dan mempunyai topografi dominandataran tinggi serta iklim yang sangatbervariasi dengan intensitas curahhujan yang cukup tinggi.

Bila ditinjau dari faktorgeologi Propinsi Papua terdapatpertemuan dua mikro lempeng yangcukup aktif yaitu di sebelah baratdengan Sesar naik Sangir dan disebelah timur dengan sesar naik

Page 2: 3. Dahlan Analisis Mitigasi BencanaDistrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung

14

halmahera (Brown et.al, 1980).Dampak dari pertemuan dua mikrolempeng tersebut ketika berinteraksiakan mengakibatkan gempa tektonikdan memungkinkan terjadi tsunamiapabila terjadi gempa tektonikdengan skala besar. Sedangkan darifaktor hydrometeorologi, dimanaPropinsi Papua mempunyai intensitascurah hujan cukup tinggi dapatmengakibatkan tanah longsor danbanjir.

Potensi bencana lain yangmemungkinkan terjadi di daerahpesisir Papua adalah abrasi pantaidan pencemaran perairan, tingginyaintesitas badai akibat adanyaperbedaan tekanan udara yangsignifikan dapat menyebabkanterjadinya gelombang denganketinggian 2-5 meter yang dapatmerusak fasilitas maupuninfrastruktur di kawasan pesisir.

Menyadari akan terjadinyakondisi bencana alam tersebut danuntuk mengurangi dampak bencanadi masa depan, hal ini diperlukanupaya mitigasi yang lebihkomprehensif baik yang sifatnyamelalui pendekatan non strukturalmaupun melalui pendekatanstruktural, maka dari itudilaksanakan suatu kegiatanIdentifikasi dan Inventarisasi DaerahRawan Bencana di kawasan KotaJayapura.

Tujuan penelitian ini adalahmengkaji potensi daerah sensitifrawan bencana baik lingkungan lautmaupun kawasan pesisir di KotaJayapura dan menyusun konsepmitigasi bencana lingkungan laut danpesisir di kawasan Kota Jayapura.

METODE PENELITIAN

Lokasi

Kajian Mitigasi BencanaLingkungan Laut dan Pesisir ini akandilakakukan di Kawasan KotaJayapura (Gambar 1), Provinsi papuayang meliputi persiapan dankordinasi, pengumpulan data,analisis data, pembuatan peta petadaerah rawan bencana dan petaresiko bencana pesisir, penyusunankonsep mitigasi bencana alam dilingkungan laut dan pesisir

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Pendekatan Permasalahan

Kegiatan penelitian MitigasiBencana Lingkungan Pesisir danLaut di Kota Jayapura mengikuti alurpikir yang disajikan seperti di bawahini:

The Journal of Fisheries Development, Juli 2014 Jilid 1, Nomor 1 : 13-26

Page 3: 3. Dahlan Analisis Mitigasi BencanaDistrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung

15

Gambar 2. Alur pikir penelitian

Tiap bagian pada alur pikirtersebut di atas dapat dibagi dalambeberapa pendekatan permasalahandalam kajian ini yang meliputi:(1) Identifikasi potensi bencana dilingkungan pesisir dan laut;(2) Pengkelasan potensi bencanapesisir dan laut; (3) Identifikasikondisi eksisting (Fisik, Biotik,Sosial dan budaya masyarakat) yangdiperkirakan terkena dampak; (4)Analisis kondisi dan pola penataankeruangan eksisting berkaitandengan resiko terjadinya bencana;(5) Penjaringan pendapat danpersepsi masyarakat mengenai sikaptanggap dan siap bencana.Pendekatan-pendekatan tersebutdiatas kemudian akan menghasilkandata dan informasi yang digunakanuntuk menyusun konsep mitigasibencana lingkungan laut dan pesisirdi kawasan Kota Jayapura.

Pengumpulan Data

Ada dua kategori data yangakan dikumpulkan, yakni data primerdan data sekunder. Data primerdikumpulkan melaluiobservasi/survey dan wawancaralangsung di lokasi pesisir dan laut

serta pulau-pulau kecil KotaJayapura. Sedangkan pengumpulandata sekunder dilakukan melaluipenelusuran berbagai pustaka yangada di berbagai instansi se KotaJayapura, baik sektor pemeintahmaupun sektor swasta yang terkait.Dari sektor pemerintah misalnya :Kantor BPN, BPS, Dinas Kelautandan Perikanan, Pariwisata,Kimpraswil, Dinas Kehutanan, DinasPertambangan, Bappeda PropinsiPapua, BMKG, dan Bappeda KotaJayapura. Data yang akandikumpulkan berupa: (a) data fisikkawasan pesisir seperti: geologi,geomorfologi, fisiografi, hidrologi,oseanografi, historis kegempaan,abrasi, dan tsunami. (b) dataekosistem pesisir dan laut meliputiekosistem mangrove, padang lamun,terumbu karang, dan habitat-habitatspesifik. (c) data penggunaan lahanseperti pemukiman di pesisir danpulau kecil, perikanan budidaya,industri, konservasi, pariwisata, danprasarana lain yang terlingkup didalamnya. (d) data kondisi sosialekonomi seperti data kondisi sosialmasyarakat, produksi, aktivitasekonomi, dan data budayamasyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bencana di Pesisir

Berdasarkan hasil surveylapangan dan Citra Satelit Landsat 7ETM+, beberapa daerah yangdiidentifikasi sebagai daerahrawan/potensi bencana abrasi pantaiadalah Pantai Base-G (KelurahanTanjung Ria, Distrik JayapuraUtara), Ujung utara dan selatanPantai Hamadi (Kelurahan Hamadi,Distrik Jayapura Selatan), PantaiEnggros (Tanjung Ceweri), Pantai

Dahlan, Analisis Mitigasi Bencana Lingkungan Laut .............

Page 4: 3. Dahlan Analisis Mitigasi BencanaDistrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung

16

Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt,Distrik Muara Tami), dan PantaiSkouw (Kampung Skouw Mabo danKampung Skouw Sae). Dari limakawasan pantai tersebut, yang palingrentan terjadi abrasi adalah dikawasan Skouw. Bahkan dari surveylapangan dari studi sebelumnya adapemukiman di Skouw yang sudah 5kali direlokasi karena pantainyamengalami abrasi. Kuburan Hamadiyang terletak di ujung Selatan PantaiHamadi juga merupakan salah satutitik abrasi terparah.

Gambar 2. Daerah rawan abrasi KotaJayapura

Pantai Base-G dan PantaiSkouw rawan terhadap abrasi pantaikarena posisi pantai ini sangatterbuka terhadap gelombang yangdatang dari Samudra pasifik. Energigelombang yang besar danberpotensi menyebabkan abrasipantai terutama terjadi pada saatangin bertiup dari arah utara dantimur karena fetch length (jaraktanpa halangan bertiupnya angin)lebih besar. Selain itu dasar pantai

Base-G dan Pantai Skouw memilikitopografi yang relatif terjal sehinggagelombang utuh yang datang darilaut dapat mencapai pantai. PantaiBase-G dan Pantai Skouw dapatdikategorikan sebagai Reflectivebeaches dimana pantai ketegori inimemiliki dasar yang curam (slope)dan dimana jumlah energigelombang yang signifikandipantulkan kembali ke laut,biasanya tidak memiliki sand barsdan topografi dasarnya sangat curamsehingga hanya sedikit gelombangyang melemah (terdisipasi) pada saatmelintasi zona dekat pantai menujuke garis pantai, biasanyamenunjukkan daerah erosi/abrasi

Seperti halnya Pantai Base-G,pantai Hamadi merupakan pantaiyang posisinya relatif terbukaterhadap gelombang gelombang yangdatang dari timur dan timur laut.Meskipun topografi dasarnya tidakseterjal dengan pantai Base-G, PantaiHamadi juga memiliki topografiyang relatif terjal sehinggamemungkinkan gelombang utuhyang datang dari laut dapat mencapaipantai (Gambar 3). Berdasarkankarakteristik dasarnya yang relatifcuram maka Pantai Hamadi juga bisadikategorikan sebagai Reflectivebeaches dimana pantai ini memilikidasar yang curam (slope) dan jumlahenergi gelombang yang signifikandipantulkan kembali ke laut,biasanya tidak memiliki sand bars.Karena topografi dasar yang curamhanya sedikit gelombang yangmelemah (terdisipasi) pada saatmelintasi zona dekat pantai menujuke garis pantai.

Untuk mengetahui penyebabterjadinya kerusakan pantai akibatabarasi pantai di wilayah pesisir KotaJayapura maka dilakukan analisagelombang yang dibangkitkan oleh

The Journal of Fisheries Development, Juli 2014 Jilid 1, Nomor 1 : 13-26

Page 5: 3. Dahlan Analisis Mitigasi BencanaDistrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung

17

angin dan kemudian dimodelkanperambatan dan transformasigelombang yang datang dari lautmenuju pantai di wilayah Kotajayapura menggunagan ProgramSMS (Surface Water Modelling).

Keadaan pantai berhadapandengan Lautan Pasifik, danmenghadap ke utara dan timur laut,dengan yang sebagian besar garispantai berada dalam Teluk YosSudarso. Kondisi ini menyebabkangelombang yang mempengaruhipantai adalah dari Utara, Timur Laut,dan Timur. Kondisi gelombang disepanjang pantai diperoleh dari hasilprediksi gelombang dari data angindan analisis transformasi gelombangmenuju ke pantai. Berdasarkan datafetch length serta arah dan kecepatanangin maksimum, dikonversimenjadi tinggi dan periodegelombang laut dalam melaluipersamaan Wilson selama kurunwaktu 2 tahun, yakni tinggigelombang maksimum dari Utaramencapai 2.9 meter, Timur Lautmencapai 2,1 m, Timur mencapai 2,1meter.

Besarnya pengaruhgelombang terhadap garis pantaiberdasarkan arah datangnya,diketahui dari persentase kejadiangelombang (dengan delapan penjuruangin). Adapun persentase kejadiangelombang yang telahdikelompokkan dalam beberapakelas menurut arah datang dan tinggigelombang disajikan dalam Tabel 1.

Tabel .1. Persentase Kejadian GelombangKota Jayapura

Gambar.3. Windrose Kota Jayapura

Hasil peramalan gelombangmenunjukkan bahwa secarakeseluruhan, persentase kejadiangelombang akibat angin (dengandelapan penjuru angin) adalahsebesar 62,50% dari total kejadianangin, yang terdiri dari 12,50% dariutara, 37,50% dari Timur Laut, dan12,50% dari Timur. Gelombangtertinggi >2,2 meter merupakangelombang dari utara yakni 4,17%.Sementara gelombang yang seringterjadi adalah 1,4 – 1,8 meter yakni25% dan didominasi oleh gelombangdari Timur laut. Kondisi gelombangdi sepanjang pantai, diperolehdengan melakukan analisatransformasi (perubahan) gelombang,sehingga diketahui distribusi tinggigelombang maksimum di sepanjangpantai, sebagaimana pada Gambar 4yang mengambarkan transformasigelombang oleh angin dari arahUtara.

Gelombang utaraberpengaruh pada daerah laut dalamdan terbuka. Untuk sepanjang pantaiKota Jayapura, umumnya tinggigelombang berkurang. Ketikamemasuki Teluk Yos Sudarso,terjadi transformasi (perubahan)

Dahlan, Analisis Mitigasi Bencana Lingkungan Laut .............

Page 6: 3. Dahlan Analisis Mitigasi BencanaDistrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung

18

gelombang sehingga ketinggiannyaberbeda di setiap lokasi pantai, danberbelok arah ke Barat Daya.Gelombang tertinggi terjadi di PantaiHoltekamp mencapai 1.2 meter.Sementara di Pantai Dock II danpelabuhan terlindung dan tidakterjadi gelombang yang signifikan.Untuk Pantai Hamadi hingga muaraTeluk Youtefa mendapat pengaruhgelombang dengan tinggi 0.5 meter.

Gambar 4. Model transformasi gelombangdari Utara

Gelombang timur laut jugaberpengaruh pada daerah laut dalamdan terbuka. Untuk sepanjang pantaiKota Jayapura, umumnya tinggigelombang berkurang. Ketikamemasuki Teluk Yos Sudarso,terjadi transformasi gelombangsehingga ketinggiannya berbeda disetiap lokasi pantai (Gambar 5).Gelombang tertinggi terjadi di pantaiHoltekamp mencapai 1.2 meter.Sementara di sebagian Pantai Dockterjadi gelombang mencapai 0.5meter, sedang di pelabuhanterlindung oleh keberadaan dua pulaudi depan pelabuhan. Untuk Pantai diPPI Hamadi hingga Pantai Yakobaterjadi gelombang setinggi 0.7 meter.Sedangkan pantai Hamadi hingga kesisi kiri muara Teluk Youtefa terjadigelombang setinggi 1.2 meter.

Gambar 5. Model transformasi gelombangdari Timur Laut

Gelombang tertinggi terjadi di sisikanan muara Teluk Youtefa yangmencapai 1.3 meter, namungelombang pecah terjadi jauh daripantai karena pengaruh topografidasar laut yang landai.

Gelombang Timur jugaberpengaruh pada daerah laut dalamdan terbuka. Untuk sepanjang pantaiKota Jayapura, umumnya tinggigelombang berkurang. Ketikamemasuki Teluk Yos Sudarso,terjadi transformasi gelombangsehingga ketinggiannya berbeda disetiap lokasi pantai. Gelombangtertinggi terjadi di pantai PPI Hamadihingga pantai Yakoba mencapai 1.4meter. Sementara di sebagian PantaiDock IV terjadi gelombang mencapai1.0 meter, sedang di pelabuhanterlindung oleh keberadaan dua pulaudi depan pelabuhan. Sedangkanpantai Hamadi hingga ke muaraTeluk Youtefa terjadi gelombangsetinggi 1.2 meter. Sementara diPantai Holtekamp terjadi gelombanghingga ke mulut Teluk Youtefatinggi gelombang mencapai 0.9meter.

Gempa bumi

Papua dan Papua Baratmerupakan daerah gempabumi yang

The Journal of Fisheries Development, Juli 2014 Jilid 1, Nomor 1 : 13-26

Page 7: 3. Dahlan Analisis Mitigasi BencanaDistrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung

19

sangat aktif kecuali Papua bagianSelatan. Secara geologis, sejak 10hingga 5 juta tahun yang lalu,tektonik kedua wilayah mulai aktifdan berlangsung hingga kini.Hasilnya ialah zona subduksi antaralempeng benua Indo-Australia yangbergerak relatif dari arah Selatan keUtara dengan kecepatan kurang lebih7 cm/tahun dengan lempengsamudera Carolina-Pasifik yangbergerak relatif dari arah Timur keBarat dengan kecepatan 11 cm/tahun

Hasil rekayasa pembentukanPapua dan Papua Baratmengindikasikan bahwa bagiantengah Papua hingga Selatan berasaldari lempeng Indo-Australia,sedangkan seperempat bagian tengahPapua hingga Utara, yaitu daerahyang membentang dari Yapen, Sarmihingga Jayapura termasuk Biak danSerui kemungkinan berasal darilempeng Pasifik yang menyusunPapua sebagai kesatuan utuh di masakini. Akibat pergerakan lempeng-lempeng tersebut, muncul beberapatipe patahan di kedua wilayah, yaitu:patahan membramo, lajur anjakpegunungan tengah, waipona trough,lipatan lengguru, patahan wandamen,sesar yapen, sesar ransiki, patahansorong, patahan koor, patahananjakweyland, patahan aiduna danpatahan naikarguni. Hal tersebutbelum termasuk patahan-patahankecil yang tersebar merata di Papuabagian tengah hingga Utara, kecualiPapua bagian Selatan.

Dampak dari aktivitaspergerakan lempeng yang terus-menerus itulahmengakibatkan/menimbulkanpelepasan energi gempa kepermukaan, sehingga Papua danPapua Barat memiliki tingkatgempabumi tektonik yang sangataktif. Jika dipatok berdasarkan

magnitudo terbesar dan prediksirerata pergerakan slipnya, makaberturut-turut di Sorong 7,6 SR dan17 mm/thn; di Ransiki 6,5 SR dan6,6 mm/thn; di Jayapura 8,2 SR dan110 mm/thn; di wilayah Sarmi, Biakdan Serui 7,6 SR dan antara 25hingga 46 mm/thn dan Nabire 7,8 SRdan 25 mm/thn.

Untuk memetakan kerentananpesisir Utara Jayapura dari gempabumi dan potensi tsunami makadibuat peta kejadian gempa bumisignifikan wilayah Jayapura. Sejaktahun 1900 hingga bulan Pebruari2010, gempa signifikan di Papua danPapua Barat tercatat sebanyak 6.725gempa. Untuk 15 tahun terakhir,terdapat 20 gempa yang sangatsignifikan (tabel gempa signifikan 15tahun terakhir). Beberapadiantaranya menyebabkan korbanjiwa, kerusakan parah pada strukturbagunan mencapai ratusan unitbelum termasuk korban terluka baikfisik maupun traumatik. Potensibencana gempa di Papua dan PapuaBarat sekitar dua kali lipat lebihbesar dibandingkan wilayahSumatera dan Jawa, namun jikadikaitkan dengan jumlah populasiyang ada maka dapat dikatakanresiko gempa di Papua dan PapuaBarat tergolong sedang (DannyHilman Natawidjaja; 2007).

Gambar di bawah inimenunjukkan peta gempa bumisignifikan wilayah Jayapura 2000sampai dengan 2010. Dari petagempabumi signifikan wilayahJayapura tersebut terlihat bahwadaerah pesisir Kota Jayapurakhususnya Teluk Yos Sudarso, TelukYoutefa dan Pantai Holtekampemerupakan daerah rawan gempabumidengan skala magnitudo gempa (SR)sebasar 5,0.

Dahlan, Analisis Mitigasi Bencana Lingkungan Laut .............

Page 8: 3. Dahlan Analisis Mitigasi BencanaDistrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung

20

Gambar 6. Peta Gempa bumi SignifikanWilayah Jayapura 2000 sampaidengan 2010 (SumberBMKG).

Tsunami

Istilah Tsunami berasal darikosa kata Jepang Tsu yang berartigelombang dan Nami yang berartipelabuhan atau bandar. Awalnyatsunami berarti gelombang laut yangmenghantam pelabuhan. NegaraJepang secara geografis terletak padadaerah rawan gempa, sama denganIndonesia. Dari sejarahnya di Jepangpada saat itu masyarakatnya telahmengamati dan mencatat peristiwaalam yang ada di sekitarnya,masyarakat di sana banyak tinggal disekitar teluk yang menjadi pelabuhansekaligus pusat ekonomi, sedangkankita tahu bahwa pada daerah sepertiteluk (konvergen) sifat gelombanglaut akan menjadi kuat sebabgelombang laut saling terpantul danterinterferensi (tergabung) menjadigelombang yang besar sehinggakekuatan gelombang akan terfokuspada teluk tersebut, akibatnya tentudaerah tersebut akan terkenalimpasan gelombang yang lebihbesar dibandingkan dengan pantaiyang rata. Tsunami mempunyai

banyak aspek sebagaimana ditelitioleh para peneliti dari berbagaidisiplin ilmu. Pembangkitnyaberkaitan dengan proses geologi danstudinya dilakukan oleh para ahligeologi dan ahli geofisika,penyebaran dan pengamatannya olehahli oseanografi. Karakteristik dipantai seperti pelimpasan ke pesisiratau resonansi ke dalam telukterutama dilakukan oleh para teknisikelautan. Perencanaan penggunaanlahan dan kota di sekitar pantai selalumempertimbangkan resiko tsunamidan pihak pemerintah bertanggungjawab terhadap peringatan dariancaman tsunami dan pelaksanaanevakuasi. Studi tentang tsunami telahberkembang di bermacam bidangyang berbeda dan dengan berbagaiinteraksi diantara disiplin-disiplintersebut.

Peta rawan tsunami wilyahpesisir Kota Jayapura disajikan padaGambar 11. Seperti yang terlihatpada peta rawan tsunami tersebutbahwa wilayah pesisir Kota Jayapuramulai dari Pantai Base-G , PantaiDock, Pantai werep, Pantai Vietnam,Pantai Kapere, Pantai Yakoba, Pantaihamadi, Pantai di sisi timurKampung Enggros (TanjungCeweri), Panta Holtekam sampaidengan Pantai Skouw merupakandaerah rawan tsunami.

Gambar 7. Peta rawan tsunami wilayahpesisir Kota Jayapura

The Journal of Fisheries Development, Juli 2014 Jilid 1, Nomor 1 : 13-26

Page 9: 3. Dahlan Analisis Mitigasi BencanaDistrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung

21

Pantai Base-G, PantaiHamadi, dan Pantai Skouw rawantsunami karena pantai tersebutberhadapan langsung dengan sumberkegempaan (sesar Pasific) diSamudra Pasifik. Pantai Dock, Pantaiwerep, Pantai Vietnam, PantaiKapere, dan Pantai Yakoba rawantsunami karena merupakan daerahteluk sifat gelombang laut akanmenjadi kuat sebab gelombang lautsaling terpantul dan terinterferensi(tergabung) menjadi gelombang yangbesar sehingga kekuatan gelombangakan terfokus pada teluk tersebut.Sedangkang Pantai Holtekampdiidentifikasi sebagai rawan tsunamikarena pantai tersebut relati terbuka(berhadapan langsung) dengansumber kegempaan (sesar Pasific)dan merupakan bagian dari telukyang memiliki pantai yang relatiflandai.

Konsep Mitigasi Bencana

Undang-Undang Nomor 27Tahun 2007 tentang PengelolaanWilayah Pesisir dan Pulau-PulauKecil menitikberatkan pada upayapreventif pada prabencana.Penyelenggaraan mitigasi bencana diwilayah pesisir dan pulaupulau keciltidak terlepas dari perhatian terhadapaspek sosial, ekonomi, dan budayamasyarakat, kelestarian lingkunganhidup, kemanfaatan dan efektivitas,serta lingkup luas wilayah.

Konsep Mitigasi BerdasarkanJenis dan Lokasi Rawan Bencana

Abrasi Pantai

Kegiatan struktur/fisik untukmitigasi terhadap jenis bencanaerosi/abrasi pantai dapat meliputi:(a) pembangunan bangunanpelindung pantai; (b) peremajaan

pantai; (c) vegetasi pantai;dan (d) pengelolaan ekosistempesisir.

Secara umum pilihanteknologi yang tersedia untukpenanganan abrasi pantai dapatdikelompokkan antara teknologistruktur keras (hard structure) danteknologi struktur lunak (softstructure). Perbedaan antara keduateknologi tersebut terletak pada dayaefektifitas mengatasi masalah,manajemen dan jenis konstruksi,daya tahan, biaya, serta pengaruhnyaterhadap ekosistem, lingkungansekitar pantai, keindahan alam, sertaaktifitas sosial masyarakat.

Pembangunan bangunanpelindung pantai (hard structure)seperti dinding pantai (sea wall ataurevetment), krib (groins), danpemecah gelombang lepas pantai(detached breakwaters) bisaditerapkan pada obyek yang tidakmemungkinkan dibentuknya formasivegetasi yang disebabkan olehtergganggunya fungsi bangunan,keindahan, atau akses menuju pantai.Penerapan teknologi struktur keras(hard structure) dalam menanganiabrasi pantai itu kurang efektif danbiaya pembangunan danpemeliharaannya lebih mahal. Selainitu penerapan teknologi strukturkeras untuk perlindungan pantaidinilai tidak ramah lingkungankarena menbendung laut dalambentuk desain apapun tetap akanberdampak pada perubahan pola danarah arus laut. Bisa jadi pantai dipantai yang dibangun itu terlindungi,namun di pantai sekitarnya, terjadierosi/abrasi.

Penerapan teknologi strukturlunak untuk perlindungan pantai darierosi dinilai lebih efektif, aman,murah, dan ramah lingkungan.Menanam kembali hutan bakau

Dahlan, Analisis Mitigasi Bencana Lingkungan Laut .............

Page 10: 3. Dahlan Analisis Mitigasi BencanaDistrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung

22

(mangrove), rehabilitasi terumbukarang, dan peremajaan pantai(beach nourishment) adalah bentukbentuk teknologi struktur lunak yangdapat digunakan dalam menanganierosi pantai. Pembentukan formasivegetasi sepanjang pesisir bagiandarat menggunakan jenis vegetasiyang terdapat pada pesisir KotaJayapura antara lain: kelapa,ketapang, waru laut dan cemaraudang cocok untuk mitigasi abrasipantai di Pantai Base-G, PantaiHamadi (mulai Hamadi AL sampaidengan Kuburan Pantai Hamadi) danPantai Holtekamp, dan sisi utaraTanjung Ceweri yang menghadap keTeluk Yos Sudarso.

Menjaga kondisi terumbukarang yang masih baik danmerehabilitasi terumbu karang yangsudah rusak juga merupakan salahsatu kegiatan mitigasi bencana abrasipantai untuk pantai Base-G, PantaiHamadi dan Pantai Holtekamp.Terumbu karang merupakan salahsatu pelindung alami pantai yangdapat menyerap/mengurangi energigelombang yang tiba di pantaisehingga melindungi pantai darierosi/abrasi. Untuk rehabilitasikarang bisa dilakukan denganpenempatan terumbu buatan(artificial reef) atau transplantasikarang di depan pantai Base-G danPantai Hamadi.

Khusus untuk pantai Hamadiyang telah mengalami abrasi yangcukup besar, teknologi peremajaanpantai (beach nourishment) ataupempasiran (penambahan pasir)kembali pantai yang mengalamierosi/abrasi bisa menjadi alternatif.Stabilisasi pantai dapat dilakukandengan penambahan suplai pasir kedaerah tersebut (beach nourishment).Apabila pantai mengalami erosisecara terus menerus, maka

penambahan pasir tersebut perludilakukan secara berkala, dengan lajusama dengan kehilangan pasir yangdisebabkan oleh erosi. Penambahanpasir tersebut akan memelihara garispantai pada posisi yang ditetapkan,misalnya mengembalikan pada posisisebelum terjadi erosi. Selain itu adanilai tambah yang dapat diperolehdengan teknologi penambahan pasir,yaitu bertambah lebarnya pantai yangbisa dimanfaatkan untuk tujuanpariwisata.

Gempa bumi dan Tsunami

Ada beberapa upaya mitigasiyang dapat dilakukan untukmereduksi dampak negatif jikaterjadi bencana gempabumi yaituantara lain adalah mikrozoning,analisa kerawanan dan analisa resiko.Pengkajian mikrozoning pada suatudaerah atau suatu kawasan antaralain meliputi: karakteristik bencana,frekuensi, waktu dan lamanyaberlangsung. Selanjutnya dilakukanpengumpulan data tentang bencanagempabumi di kawasan KotaJayapura dari berbagai sumberseperti: penelitian dan kajian yangtelah dilakukan sebelumnya, petageologi, peta rawan bencana, surveilapangan, dan pengetahuan penduduktentang bencana gempabumi. Semuadata yang terkumpul digambarkanpada peta dengan skala tertentu.Agar dapat digunakan secaramaksimal, peta mikrozoningsdebaiknya menggunakan skalamaksimal 1:25.000.

Setelah mempunyai data daninformasi mengenai potensi bencanabaik dalam bentuk peta maupunuraian, maka pada daerah-daerahberpotensi dilakukan analisiskerawanan dan analisis resikonya.Analisis kerawanan dimaksudkanuntuk mengetahui kondisi mana saja

The Journal of Fisheries Development, Juli 2014 Jilid 1, Nomor 1 : 13-26

Page 11: 3. Dahlan Analisis Mitigasi BencanaDistrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung

23

yang rawan, sekaligus memberikanskenario penanggulangan apabilaterjadi bencana. Sedangkan analisaresiko bencana bertujuan untukmemberikan informasi yang rinci danjelas tentang karakteristik bencanaserta resiko yang akan dihadapi.Dengan mengetahui dua hal tersebut,aparat maupun masyarakat dapatmelakukan langkah-langkahperencanaan dan kesiapsiagaan yangefisien dan efektif.

Secara teknis kegiatanstruktur/fisik untuk mitigasi terhadapjenis bencana gempabumi dapatmeliputi: (a) penggunaan konstruksibangunan tahan gempa;(b)penyediaan tempat logistik; (c)penyediaan prasarana dan saranakesehatan; dan (d)penyediaanprasarana dan sarana evakuasi.

Sedangkan untuk mitigasibencana tsunami dapat dilakukandengan beberapa upaya fisik.Idealnya menggunakan mitigasi yangkomprehensif, yaitu denganmengombinasikan secara fisik dannon fisik. Yang pertama yang perludisipakan adalah penyediaan sistemperingatan dini (early warningsystem). Sistem peringatan dini inibiasanya dikaitkan denganalat/instrumen deteksi tsunami yangmampu secara cepat membacakenaikan gelombang laut tiba-tibayang disebabkan oleh gempa bumi.

Upaya fisik lainnya yang bisadilakukan adalah penggunaanbangunan peredam tsunami sepertidike (tanggul) atau breakwater(pemecah ombak). Cara ini memangbutuh ongkos tinggi namun cocokdan efektif untuk melindungi ase-asetvital bernilai ekonomi tinggi yangingin dilindungi seperti kilangminyak, industri padat modal,fasilitas pelabuhan, perkantoran,hotel dan kawasan strategis lainnya

seperti yang terdapt di sepanjangpantai Teluk Yos Sudarso (pantaiHamadi Kompleks AL, pantaiHamadi Borero, Taman Mesran, danpantai Dock).

Bagi kawasan lainnya sepertiPantai Base-G, Pantai HamadiWisata, Kampung Enggros,Kampung Tobati dan PantaiHoltekamp bisa dilindungi daritsunami dengan menanam berbagaipohon seperti mangrove, kelapa,ketapang, cemara laut, waru laut, danlain-lain. Upaya ini tergolong murahdan terbukti efektif dalam meredamkekuatan tsunami yang merambathingga ke daratan. Selain itu, benda-benda yang berada di pantai sepertikapal dan perahu bisa tertahan olehvegetasi ini sehingga jumlah korbandan kerusakan bagunan lainnya bisadiperkecil. Banyak warga jugatertolong jiwanya dari bencanatsunami dengan cara berpegangan dipohon lalu naik ke atas.

Rumah penduduk juga harusmemiliki struktur kuat sehinggatahanh terhadap goncangan gempa.Rumah panggung baik terbuat darikayu mauun beton bisa menjadialternatif karena tidak mudah roboholeh terjangan tsunami. Usahakanarah orientasi bangunan tegak lurusdengan garis pantai sehingga sejajardengan arah perambatan gelombangtsunami.

Sedangkan untuk kawasanyang padat penduduknya dan jauhdari bukit, perlu dibuat shelter.Bangunan ini sebaiknya bertingkatdan terbuat dari beton yang kokohsehingga tahan terhadap gempa dantsunami. Jika lahan terbukannya luasnamun tidak punya bukit, bisadibangun bukit buatan (artificialhill). Tujuannya, untukmenyelamatkan diri atau sebagaitempat evakuasi sewaktu terjadi

Dahlan, Analisis Mitigasi Bencana Lingkungan Laut .............

Page 12: 3. Dahlan Analisis Mitigasi BencanaDistrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung

24

tsunami. Bukit ini bisa dibuat dariurungan tanah dengan sistemterasering sehingga dapat diaksesdari berbagai arah. Tinggi shelter danbukit buatan itu disesuaikanberdasarkan tinggi maksimumkemungkinan tsunami menjangkaulokasi tersebut. Selain itu, bukitbuatan dan shelter itu diusahakanbisa ditempuh oleh warga kurangdari 15 menit.

Kenaikan Muka Air Laut

Penanggulangan bencanapesisir dan pulau-pulau kecil akibatkenaikan permukaan air laut dapatditempuh dengan tiga alternatif.

Pertama, pola protektif yaitudengan membuat bangunanpelindung pantai yang mampumencegah air laut agar tidakmerengsek ke darat. Pola tersebutbertujuan melindungi pemukiman,industri wisata, jalan raya, daerahpertanian, dan lain-lain darigenangan air laut. Pola ini memangmemerlukan biaya yang cukupmahal. Namun demikian pola iniccok diterapkan untuk melindungisarana-prasarana di kawasan pesisirdan pulau-pulau kecil yang difatnyavital dan strategis seperti fasilitas disekitar pelabuhan, kantor dan hotel dipusat Kota Jayapura (KantorGubernur Provinci Papua, BankPapua, Swiss-bell Hotel, dan lain-lain).

Pola protektif lain yang dapatditempuh adalah dengan melakukanrestorasi melalui peremajaan pantaidan rehabilitasi mangrove (vegetasipantai). Cara restorasi denganperemajaan pantai (beachnourishmat) merupakan alternatifyang sudah cukup lama dikenal.Proses ini meliputi pengambilanmaterial dari tempat yang tidakmembahayakan dan diisikan ke

tempat yang membutuhkan. Lahanhasil timbunan ini kemudian bisaditanami mangrove sehingga dapatmencegah air laut merengsek kedarat. Cara ini cocok untukantisipasi kenaikan muka air laut dikampung Enggros dan kampungButon (Distrik Abepura).

Kedua, pola adaptif, yaknimenyesuaikan pengelolaan pesisirdan pulau-pulau kecil terhadapkenaikan muka air laut. Salah satucontohnyas adalah penggunaankonstruksi bangunan yangberadaptasi pada kenaikan muka airlaut. Rumah-rumah model di tepipantai dibuat model panggung agaraman dari genangan air laut,terutama pada waktu air laut pasangseperti model rumah panggung dipemukiman di Pantai Vietnam ,Pantai Dock, Kampung Pulau KayuPulo, Kampung Kapere, dan PantaiHamadi Borero (TPI). Sedangkanbagi daerah pertanian yang tergenangair laut akibat kenaikan muka air lautdapat diubah peruntukannya menjadilahan budidaya perikanan.

Ketiga, pola mundur (retreat)yang bertujuan menghindarigenangan dengan cara merelokasi(memindahkan) pemukiman,industri, daerah pertanian, dan lain-lian ke arah darat agar tidakterjangkau air laut akibat kenaikanpermukaan air laut.

Tanah Longsor

Kegiatan struktur/fisik dannon fisik untuk mitigasi terhadapjenis bencana tanah longsor dapatmeliputi:

a) Pemetaaan dan analisis tingkatkerentanan gerakan tanahdengan skala peta sesuaiRTRW Kota Jayapura

b) Perkuatan lereng. Di bagianlereng atas lokasi bencana

The Journal of Fisheries Development, Juli 2014 Jilid 1, Nomor 1 : 13-26

Page 13: 3. Dahlan Analisis Mitigasi BencanaDistrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung

25

perlu lebih banyak ditanamidengan tanaman keras yangberakar dalam dan kuat, yangsudah ada tetap dipertahankanagar lereng lebih stabil.

c) Lereng ditata, dilarangmelakukan penggalian ataupemotongan lereng padadaerah atau lereng yang terjal

d) Dibuat drainase yang memadaidi lingkungan sekitar daerahrawan bencana, agar air tidakmenjenuhi lereng

e) Perlu dibuat tembok penahantebing yang memenuhipersyaratan teknis.

f) Relokasi pemukiman yangberada di atas tebing curam ketempat lain yang lebih aman.

g) Menjauhkan pemukimanminimal 20 meter dari tebingterjal.

h) Masyarakat agar tetap waspadaterutama bila terjadi hujanlebat dan bila perlu mengungsisementara.

i) Pemasangan rambu dan peta dilokasi rawan bencanalongsor/gerakan tanah.

j) Penerapan sistem peringatandini

k) Pendidikan dan pemberdayaanmasyarakat desa/kota untukmenekan resiko keterpaparanterhadap bencanalongsor/gerakan tanah.

l) Pemerintah Daerah perlumeningkatkansosialisasi/penyuluhan tentangmitigasi bencana tanah longsor.

Pencemaran

a) Penerapan teknologipemantauan dan sistemperingatan dini pencemaran.Kegiatan pemantauan perairanlaut dapat dilakukan secaramanual dan sampling berkala,

maupun secara real timemenggunakan perangkatperalatan yang dapat mengukurdan mengirimkan data secaraterus menerus ke stasiunpenerima di daratan.

b) Pembuatan waste watertreatment atau InstalasiPengelolah Limbah di titik-titikyang padat aktivitas pendudukdan industri

c) Pembuatan regulasi yang jelasdan tegas terhadap segalaaktivitas penduduk dan industridalam membuang limbahnyake suatu badan air.

d) Perlunya dilakukanpendekatan kesadaran berupapenyuluhan dan pendidikanbagi masyarakat

e) Mengikutsertakan LembagaSwadaya Masyarakat dalamkegiatan Penyuluhan danpendidikan tersebut

Nonstruktur/nonfisik

Kegiatan nonstruktur/nonfisikuntuk mitigasi bencana pesisir danpulau-pulau kecil meliputi:

a) penyusunan peraturanperundang-undangan;

b) penyusunan peta rawanbencana;

c) penyusunan peta risikobencana;

d) penyusunan analisis mengenaidampak lingkungan (amdal);

e) penyusunan tata ruang;f) penyusunan zonasi; dang) pendidikan, penyuluhan, dan

penyadaran masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kota Jayapura., 2009. JayapuraDalam Angka.

Dahlan, Analisis Mitigasi Bencana Lingkungan Laut .............

Page 14: 3. Dahlan Analisis Mitigasi BencanaDistrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp (Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung

26

Badan Meteorologi dan Geofisika.2007. Peta SeismotektonikIndonesia. Jakarta: BMG.

CV. Mitra Duta Harimurti. 2007.Mitigasi bencana lingkunganpesisir Kab. Biak Numfor danNabire Prov. Papua. LaporakAkhir. Pp. 93.

Daly, M.C., Hooper, B.G.D., andD.G. Smith. 1987. TertiaryPlate Tectonics and Evolutionin Indonesia; The SixthRegional Congress onGeogology, Mineral andHydrocarbon Resources ofSoutheast Asia. Jakarta.

Dahuri, R, R Jacub, P.G Sapta, dan M.J . Sitepu. 2001. PengelolaanSumberdaya Wilayah Pesisir danLautan Terpadu. PT PradnyaParamita, Jakarta.

Diposaptono, S. 2007. Meredamabrasi dengan tuntas dalamDiposaptono, S (ed): SebuahKumpulan PemikiranMengantisipasi BencanaGempabumi, tsunami, banjir,abrasi, pemanasan global, dansemburan lumpur sidoarjo. PT.Sarana Komunikasi Utama.Bogor. Pp: 85 – 95.

Effendi, H. 2003. Telaah KualitasAir Bagi PengelolaanSumberdaya dan LingkunganPerairan. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.

Lembaga Konservasi Laut Papua,2008. Penyusunan Profil SertaRencana PengelolaanSumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Jayapura.Laporan Akhir. Bappeda KotaJayapura. Pp. 97.

Prawiradisastra, S. 2004.Gempabumik Nabire tahun2004 dan saranPenanggulangannya dalamTejakusuma, I.G danMarwanto, B. (eds): Year BookMitigasi Bencana 2004. BPPTJakarta. Pp. 113 – 121.

GESAMP, 1986. Review ofpotentially Hamrfull SubstanceNutrient,s Report and Studies0f GESAMP. No. 34.UNESCO, Paris.

Gomez, E.D. and Halen, T.Y., 1988.Monitoring Reef Condition. In:Eds.:R.A. Kenchington and B.E.T.,Hudson. p.187-195. UNESCO.Jakarta.

IPCC, Climate Change 1995: Areport of theinteregovernmental panel onclimate change, IPCC report,Geneva, Switzerland, 64p.,1995.

KEPMEN LH No. 51 (2004).Keputusan Menteri NegaraLingkungan Hidup TentangBaku Mutu Air Laut. MENLH.Jakarta

Natawidjaja, D.H. 2007. BahanPelatihan Pemodelan Run-UpTsunami, Ristek, 20-24Agustus 2007: Tectonic settingIndonesia dan PemodelanSumber Gempa dan Tsunami.Jakarta: LIPI.

PT.Global Adhikreasindo. 2009.Penyusunan RencanaPengelolaan Ruang Laut KotaJayapura. Laporan Akhir. Pp.169.

The Journal of Fisheries Development, Juli 2014 Jilid 1, Nomor 1 : 13-26