Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
47 Universitas Kristen Petra
3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG)
Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery
Sumber: Orasis Art Gallery (2010, p. 1)
Orasis Art Gallery adalah salah satu galeri seni yang terletak di kawasan
bisnis Surabaya Barat, Jawa Timur tepatnya di jalan HR Muhammad No 94.
Dimana di sekitar lokasi galeri terdapat kampus UNESA yang memiliki jurusan
Seni Rupa, mall, perkantoran, apartemen dll. Letaknya yang strategis membuat
galeri ini mudah diakses baik bagi pengunjung dari luar kota maupun dari
Surabaya sendiri (“Orasis” par. 1). Galeri yang diresmikan tahun 2005 ini
sebenarnya bukanlah galeri yang baru berdiri kemarin sore, melainkan hasil
metamorfosis dari Pelangi Nusantara Art Gallery yang berdiri 20 September 2002.
(“Orasis” par. 2)
Elizabeth Y. Yuliawati sebagai owner, memilih kata Orasis yang dalam
bahasa Yunani berarti "melihat lebih dalam" tidak sekedar melihat dari
penampilan luarnya saja. Dalam kaitan inilah Orasis dimaksudkan sebagai sebuah
mata yang mampu secara "dalam" menembus jauh ke depan terhadap bidang yang
ditekuninya. "Ke-dalam-an" ini tentu diartikan pada kata sifat, yakni: mau belajar,
mau mengerti, mau mendengar yang pada akhirnya menuju sifat kearifan sikap.
Dengan bekal inilah logo "mata" dimaksudkan sebagai sikap arif, bijaksana dalam
menapaki langkah ke depan, dan ikut berpartisipasi dalam memajukan seni rupa di
Jawa Timur khususnya maupun seluruh nusantara pada umumnya. (“Orasis” par.
4)
Suasana galeri yang nyaman dan staff galeri yang ramah sering membuat
betah pengunjung yang terdiri dari seniman, kolektor, kurator, mahasiswa &
48 Universitas Kristen Petra
pelajar, pecinta seni dan masyarakat umum. Apalagi disini juga dilengkapi
perpustakaan dengan berbagai koleksi yang berkaitan dengan dunia seni.
Pameran-pameran yang diadakan sebagian besar merupakan hasil seleksi antara
pemilik galeri dan kurator independen. Dengan demikian karya-karya yang
dipamerkan adalah karya yang bermutu dan bisa mendapatkan apresiasi yang baik
di dunia seni rupa maupun masyarakat umum. (“Orasis” par. 3)
3.1.1. Konsep Galeri OAG
Dari luar Orasis Art Gallery tampak seperti ruko biasa, tak banyak yang
menunjukkan bahwa Orasis adalah sebuah galeri, hanya sebuah papan nama
bertuliskan Orasis Art Gallery. Namun saat memasuki galeri, ruangan terkesan
hangat dan luas karena warna dari interiornya yang monokrom. Sebagian galeri
menunjukkan kesan etnik namun pada lantai 3 terkesan polos. Galeri ini tidak
memiliki konsep secara khusus.
Galeri ini saat tidak pameran dipakai oleh sang pemilik untuk menaruh
koleksi lukisan-lukisan pribadinya. Pada saat pameran, koleksi-koleksi lukisan
tersebut disimpan di gudang dan digantikan dengan lukisan-lukisan yang akan
dipamerkan. Pengaturan cahaya untuk galeri ini dikerjakan oleh Noel, staff Orasis
Art Gallery yang memang bertugas untuk mengatur lukisan beserta dengan
pencahayaannya.
3.1.2. Eksisting Bangunan OAG
Galeri dibangun di atas dua buah ruko yang digabungkan dan terdiri dari 3
lantai, galeri ini memiliki area ruang pamer ber-AC seluas ± 675 m2 dengan
didukung lighting yang sesuai dengan standard pameran. Lantai 1 dan 2 dipakai
untuk pameran oleh seniman-seniman senior yang biasanya berupa lukisan
sementara lantai 3 untuk pameran oleh seniman-seniman muda yang berupa
lukisan dan seni instalasi. Lantai 1 biasanya dikosongkan pada saat pameran untuk
dipakai sebagai tempat untuk acara pembukaan pameran.
49 Universitas Kristen Petra
3.1.3. Main entrance OAG
Main entrance pada Orasis Art Gallery berupa pintu kaca dengan lis kayu
pada lantai 1 dan bagian pintu masuk. Lantai 2 dan 3 berupa jendela seperti pada
umumnya ruko. Kaca yang berwarna gelap digunakan dapat mengurangi efek
pencahayaan yang masuk di siang hari.
Gambar 3.2. Main Entrance Orasis Art Gallery
Sumber: Ida (2010, p.2)
3.1.4. Lantai OAG
Orasis terdiri dari 3 lantai dengan spesifikasi lantai sbb:
Lantai 1:
- Keramik doff ukuran 30x30cm warna abu tua dan batu kecil-kecil warna
krem (bagian depan saat baru memasuki ruang, bentuk pola lantai bulat)
- Keramik doff ukuran 30x30cm warna coklat (bagian tengah) dan krem
(bagian pinggir kanan dan kiri)
Lantai 2 dan 3:
- Keramik glossy ukuran 40x40 cm warna putih
3.1.5. Dinding OAG
Orasis terdiri dari 3 lantai dengan spesifikasi dinding sbb:
Lantai 1:
- Cat dinding warna krem menjadi warna dominan
- Cat dinding warna merah bata pada dinding partisi tempat memamerkan
lukisan
50 Universitas Kristen Petra
Lantai 2:
- Cat dinding warna krem (sama dengan lantai 1) menjadi warna dominan
- Cat dinding warna merah marun pada beberapa sisi tertentu, yaitu sisi yang
menutupi jendela dan beberapa dinding partisi yang diletakkan di tengah-
tengah ruang untuk memamerkan lukisan
Lantai 3:
- Cat dinding warna putih di seluruh ruang tanpa ada variasi
- Bagian jendela hanya ditutupi oleh kain hitam untuk menghindari
masuknya sinar matahari
3.1.6. Plafon OAG
Orasis terdiri dari 3 lantai dengan spesifikasi plafon sbb:
Lantai 1 dan 2:
- Plafon yang menyambung ke dinding memakai papan gipsum finishing cat
krem senada dengan dinding.
- Penurunan plafon memakai papan gipsum finishing cat warna krem
kemerahan.
Lantai 3:
Plafon memakai papan gipsum dengan finishing cat warna putih.
3.1.7. Warna dan Suasana OAG
Interior Orasis Art Gallery memakai warna-warna monokromatis pada
interiornya. Hal ini terlihat dari pemakaian warnanya, yaitu coklat dan krem
dengan perbedaan tone dan shade. Lainnya adalah putih yang cukup banyak
dipakai terutama area lantai 3.
Pada lantai 1 dan lantai 2, suasana hangat paling terasa karena penggunaan
warna dari lantai hingga plafon masih senada. Pemakaian material yang memakai
finishing bertekstur serta perabot yang terkesan antik juga menimbulkan suatu
nuansa yang bersifat etnik. Dari dinding sampai plafon permainan warnanya
masih serupa dengan tambahan warna merah pada dinding-dinding partisi yang
menjadikan area-area tersebut sebagai vocal point. Perbedaan dengan lantai 2
adalah lantainya berbeda dengan menggunakan keramik glossy warna putih.
51 Universitas Kristen Petra
Lantai 3 juga bernuansa monoton, hanya menggunakan warna putih
layaknya bangunan asalnya. Area ini paling jarang dipakai sebagai tempat
pertemuan atau pameran, namun tetap ada lukisan-lukisan dan benda seni yang
dipajang karena lantai-lantai sebelumnya tidak cukup menampung lukisan-lukisan
koleksi sang pemilik pada hari-hari biasa.
3.1.8. Efek Pencahayaan Alami OAG
Bangunan eksisting galeri ini adalah sebuah ruko yang tiap lantainya pasti
ada bagian yang menghadap cahaya matahari. Pada lantai 1, main entrance berupa
pintu kaca namun sinar matahari yang masuk hanya samar-samar karena selalu
ditutupi oleh kerai kayu. Area depan merupakan area lobby tempat menerima
tamu dan dibatasi oleh dinding partisi terletak horizontal di tengah ruang yang
digunakan untuk tempat memamerkan lukisan sehingga sinar matahari yang
masuk hanya bisa diteruskan ke area kanan dan kiri ruangan, itu pun bila kerai
dibuka. Lukisan yang paling sering terkena cahaya alami adalah lukisan yang
terletak di partisi area lobby.
Lantai 2 sisi bangunan yang menghadap ke arah luar ditutup oleh dinding
permanen sehingga tidak memungkinkan adanya pencahayaan alami yang masuk.
Lantai 3 sisi bangunan yang menghadap ke arah luar hanya ditutupi oleh kain
hitam. Lantai 2 dan 3 sengaja ditutupi untuk menghindari masuknya pencahayaan
alami.
3.1.9. Jenis Lampu OAG
Lampu yang digunakan di OAG dibagi menjadi 2 berdasarkan fungsinya,
yaitu:
Lampu umum
Lampu fluorescent paling banyak digunakan dengan berwarna oranye dan
putih (lantai 1 dan lantai 2)
Downlight halogen warm white juga digunakan tetapi jarang dinyalakan
(lantai 1 dan 2)
Lampu gantung hanya pada beberapa titik tertentu (lantai 2 dan 3)
52 Universitas Kristen Petra
Lampu khusus
Halogen 12V 50 W digunakan untuk penerangan lukisan jenis warm light
paling banyak digunakan pada spotlight, warna lainnya adalah merah dan
biru yang digunakan hanya pada saat tertentu saja. Spotlight halogen
menggunakan dimmer untuk pengaturan illuminansi sesuai kebutuhan
lukisan.
3.1.10. Sistem Pemasangan Lampu OAG
Sistem penempatan lampu yang dipakai adalah rel sehingga memudahkan
dalam pengaturan lampu. Lampu bisa diperbanyak maupun dikurangi sesuai besar
lukisan. Sistem yang dipakai untuk pencahayaan lukisan dengan spotlight adalah
rel. Rel yang dipakai adalah Rel 1 line ±1m dan diisi oleh 2 lampu spotlight
halogen. Jarak dari lukisan ke lampu semua disamakan yaitu kurang lebih 1,5 m
sampai 2m, letaknya persis di depan setiap lukisan yang dipajang.
Jumlah unit spotlight berdasarkan ukuran lukisan adalah sbb:
Untuk lukisan kecil dan sedang: 1 lampu ditujukan ke 1 lukisan, sementara
lampu lainnya dalam 1 rel diarahkan ke objek lain yang di samping atau di
arah yang berlawanan.
Untuk lukisan besar: 2 lampu diarahkan ke lukisan sehingga pencahayaan
bisa lebih merata.
3.1.11. Sistem Pencahayaan Buatan OAG
Sistem pencahayaan pada OAG seluruhnya menggunakan sistem
pencahayaan langsung (direct lighting) untuk menerangi lukisan dan juga
ruangan.
3.1.12. Teknik Pencahayaan Buatan OAG
Teknik pencahayaan yang digunakan yaitu spotlight untuk menyorot
lukisan. Pada lantai 1 dan 2 spotlight terkesan tidak terlalu menonjol karena ada
penerangan ruang dari lampu TL yang menggunakan warna oranye, senada
dengan halogen. Pada lantai 3 spotlight lebih terlihat jelas arah-arahnya dan
53 Universitas Kristen Petra
terdapat kudung pada tiap lukisan karena masing-masing spotlight diarahkan pada
tiap-tiap lukisan.
3.1.13. Efek Pencahayaan Buatan OAG
Efek pencahayaan buatan yang ditimbulkan terhadap lukisan berasal dari
jenis lampu (lampu-lampu umum dan khusus), sistem pemasangannya, sistem
pencahayaan, teknik pencahayaan, serta kondisi interior galeri, yaitu elemen-
elemen interior yang berupa lantai, dinding dan plafon. Lampu-lampu yang paling
dominan mempengaruhi adalah lampu khusus, yaitu spotlight.
Efek yang tepat adalah efek yang tidak mengganggu dan membuat lukisan
terlihat lebih hidup dengan bantuan pencahayaan buatan
3.1.14. Dokumentasi Galeri OAG
Gambar 3.3. Orasis Art Gallery Lantai 1
54 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.4. Orasis Art Gallery Lantai 2
Gambar 3.5. Orasis Art Gallery Lantai 3
55 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.6. Orasis Art Gallery Lantai 3 (pameran Street Rebel)
Gambar 3.7. Sistem Pencahayaan Orasis Art Gallery
56 Universitas Kristen Petra
3.2. SOZO ART SPACE (SAS)
Gambar 3.8. Logo Sozo Art Space
Sumber: Sozo Art Space (2010, p. 1)
Sozo Art Space berdiri secara resmi pada Januari 2009 dan terletak di
Jl.Raya Darmo Permai Timur 18/BC-1, Surabaya. Sozo berasal dari bahasa
Jepang yaitu kreatif. Galeri ini didirikan oleh Samuel Lianto sebagai komisaris
dan berkooperasi dengan salah satu perupa ternama Indonesia, Asri Nugroho N. P.
yang memiliki spesialisasi yang sangat unik dalam aliran kontemporer, yaitu
surealisme.
Sejak awal galeri ini dibuka bukan untuk orientasi profit, berbeda dengan
galeri seni pada umumnya. Sozo lebih difungsikan sebagai art space agar terkesan
tak hanya ruang pajang, tapi ruang berkreatif buat semua seniman. Hal ini didasari
karena Samuel sudah sejak lama memiliki impian ingin memiliki galeri seni yang
dirasanya bukan hanya sebagai ruang pamer, namun tempat itu mengumpulkan
aktivitas semua masyarakat di bidang seni. Samuel mengungkapkan bahwa galeri
seni itu juga menunjukkan tingkat kepedulian masyarakatnya terhadap masalah-
masalah sosial di sekitarnya.
3.2.1. Konsep Galeri SAS
Konsep desain galeri ini dicetuskan oleh perupa Asri secara keseluruhan.
Ia beranggapan bahwa mendesain galeri ini adalah melukis dan merupakan salah
satu bagian dari dirinya. Pada bagian main entrance berupa lukisan sang perupa
Asri berupa lukisan abstrak. Dari hasil wawancara, Pak Asri mengatakan bahwa Ia
ingin membuat orang menjadi penasaran apa yang ada di dalamnya saat melihat
lukisan di main entrance tersebut. Orang yang pintar pasti akan penasaran dan
ingin masuk ke dalam untuk mengetahui tempat apa itu sesungguhnya.
Bagian interior dibuat sedemikian rupa supaya menimbulkan kesan glamor
dan mewah karena menurutnya para pengamat, kolektor dan orang yang ingin
57 Universitas Kristen Petra
membeli lukisan pastinya adalah orang yang berduit sehingga mereka akan
merasa nyaman saat mengamati dan menikmati lukisan-lukisan yang dipamerkan
disana. “Mengamati lukisan sama seperti menghafal,” ungkapnya.
Pencahayaan pada galeri ini juga diatur secara keseluruhan sesuai
keinginan Asri. Sebagai seorang perupa yang sudah mendunia, ia banyak melihat
pameran-pameran bertaraf internasional sehingga dari sanalah ia mengingat
pencahayaan apa yang kira-kira sesuai untuk lukisan yang dipamerkan. Tidak ada
ketentuan khusus, hanya sebatas selera dan ingatan akan teknik pencahayaan yang
ingin dipakai pada lukisan.
3.2.2. Eksisting Bangunan SAS
Bangunan berupa ruko 3 lantai yang menggabungkan 2 blok menjadi 1
namun hanya dipakai setengah, sehingga saat baru masuk ruang terkesan
memanjang ke samping. Setengah lagi dipakai sebagai tempat refleksologi.
Bagian bangunan yang dijadikan galeri sampai saat ini hanya sampai lantai 2.
Lantai 3 sedang dalam proses pembuatan untuk dijadikan galeri. Di dua lantai
ruko dengan luas per lantainya 12×15 meter itu, pemilik tak hanya menyediakan
ruang pajang tapi juga satu ruang untuk tempat segala hal. Mulai dari diskusi atau
alternatif tempat bagi para seniman untuk berkarya.
3.2.3. Main Entrance SAS
Main entrance terlihat dari gambar 3.9. Dinding eksterior lantai 1 sesuai
konsep dilukis oleh perupa Asri (salah satu pengelola SOZO) berupa lukisan
abstrak dengan dominasi warna hitam. Pintu masuk berupa pintu kaca terletak
agak ke kanan dengan ornament pada bagian luar. Bagian lantai atasnya berupa
jendela seperti ruko pada umumnya.
58 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.9. Main entrance Sozo Art Space
Sumber: www.sozoartspace.com
3.2.4. Lantai SAS
Lantai pada lantai 1 dan lantai 2 yang dipakai sebagai galeri menggunakan
karpet meteran warna biru tua dengan motif kuning kecil-kecil. Keseluruhan lantai
seragam, tidak ada variasi material dan warna lainnya lagi. Penerapan dan warna
karpet mengikuti konsep yang sudah dicetuskan sejak awal.
3.2.5. Dinding SAS
Dinding menggunakan cat dinding sebagai finishing dengan dominan
warna putih. Warna lain yang menjadi vocal point adalah kuning dan merah.
Permukaan dinding bersifat matte. List di atas dan bawah dinding menggunakan
warna kuning yang sama dengan kuning yang dipakai di salah satu dinding.
3.2.6. Plafon SAS
Plafon menggunakan gypsum dengan finishing cat warna hitam. Lantai 1
dan 2 menunjukkan keseragaman, warna yang digunakan sama. Penerapan warna
plafon mengikuti juga mengikuti konsep yang sudah dicetuskan sejak awal.
3.2.7. Warna dan Suasana SAS
Permainan warna interior yang kontras ingin menimbulkan kesan mewah
namun tetap nyaman. Warna-warna yang digunakan adalah warna komplementer.
59 Universitas Kristen Petra
Lantai dan plafon menggunakan warna gelap dengan dinding menggunakan warna
terang dimaksudkan untuk memfokuskan pandangan ke dinding yang menjadi
tempat pamer lukisan. Pemilik tidak ingin pandangan orang-orang yang datang
mengamati lukisan tertuju ke tempat lain karena tujuan sebuah galeri adalah
memamerkan lukisan.
Warna merah pada dinding menjadi vocal point ruang interior galeri.
Selain itu, warna kuning di sebelah warna merah dan terus menyambung hingga
ke ruang tangga yang mengarah ke lantai dua dimaksudkan supaya orang yang
datang diarahkan dan tertuju ke sana. Perupa Asri mengatakan hal ini
dimaksudkan supaya orang memiliki persepsi visual bahwa masih ada ruang di
atas dan membuat ruang terlihat luas dan menyambung ke atas.
Suasana yang ditimbulkan adalah suasana mewah namun tetap nyaman.
Walaupun bahan yang dipakai bukan bahan yang mahal tetapi dari permainan
warna saja sudah bisa menimbulkan kesan sesuai yang diinginkan oleh pemilik.
Lantai 1 dan 2 menggunakan warna dan konsep yang sama.
3.2.8. Efek Pencahayaan Alami SAS
Pencahayaan alami di galeri ini berasal dari pintu main entrance yang
berupa pintu kaca. Pencahayaan alami tidak banyak mempengaruhi galeri ini,
yang terasa hanya pada bagian lantai 1 sekitar area resepsionis. Walaupun begitu,
menurut hasil wawancara, pameran selalu diadakan malam karena pada saat
malamlah galeri memperlihatkan sisi terbaiknya didukung dengan pencahayaan
buatan yang menjadi lebih maksimal tanpa ada gangguan dari pencahayaan alami.
3.2.9. Jenis Lampu SAS
Jenis lampu yang digunakan di SAS dibagi menjadi 2, yaitu:
Lampu umum
Downlight berupa lampu CFL (neon kompak) yang banyak dijual di pasaran.
Lampu ini merupakan sat-satunya lampu umum pada SAS. Penggunaannya
terbatas, hanya ada 2 unit di lantai 1 contohnya.
60 Universitas Kristen Petra
Lampu khusus
adalah halogen 30-50 W sehingga lukisan dan ruangan menjadi terang dan
hidup. Teknologi untuk lampu menggunakan dimmer sesuai dengan suasana
yang diinginkan dan kebutuhan lukisan. Watt yang besar diatasi dengan
menggunakan dimmer sehingga besarnya watt yang dipakai bisa disesuaikan.
3.2.10. Sistem Pemasangan Lampu SAS
Sistem penempatan lampu yang dipakai adalah rel sehingga memudahkan
dalam pengaturan lampu. Lampu bisa diperbanyak maupun dikurangi sesuai besar
lukisan. Sistem yang dipakai untuk pencahayaan lukisan dengan spotlight adalah
rel. Rel yang dipakai adalah Rel 1 line ±1m dan diisi oleh 2 lampu spotlight
halogen. Jarak dari lukisan ke lampu semua disamakan yaitu kurang lebih 1,5 m
sampai 2m, letaknya persis di depan setiap lukisan yang dipajang. Rel 1 line ±1m
diisi dengan 3 lampu spotlight halogen.
Jumlah unit spotlight berdasarkan ukuran lukisan adalah sbb:
Untuk lukisan kecil: 1 lampu ditujukan ke beberapa lukisan sekaligus (1 – 3)
Untuk lukisan sedang: 1 lampu ditujukan ke 1 lukisan, sementara lampu
lainnya dalam 1 rel diarahkan ke objek lain yang di samping atau di arah yang
berlawanan
Untuk lukisan besar: 2 lampu ditujukan ke 1 lukisan
Jenis lukisan yang biasanya dipamerkan disini adalah lukisan cat acrylic
karya dari Asri sehingga menurut Pak Asri sebagai pengatur pencahayaan bahwa
pencahayaan lukisan tidak dibedakan, semua jenis lukisan disamakan dan diatur
hanya sesuai selera yang didapatkan dari pengalaman melihat dan merasakan.
3.2.11. Sistem Pencahayaan Buatan SAS
Sistem pencahayaan pada SAS sama seperti galeri pada umumnya,
seluruhnya menggunakan sistem pencahayaan langsung (direct lighting) untuk
menerangi lukisan dan juga ruangan.
61 Universitas Kristen Petra
3.2.12. Teknik Pencahayaan Buatan SAS
Teknik pencahayaan yang digunakan di galeri ini adalah spotlight untuk
lukisan yang dipamerkan. Teknik ini paling umum dalam pencahayaan lukisan
karena beberapa pakar menyatakan teknik spotlight paling baik bagi lukisan
walaupun belum maksimal. Semua pencahayaan lukisan di SAS menggunakan
teknik ini.
3.2.13. Efek Pencahayaan Buatan SAS
Sistem pencahayaan pada OAG seluruhnya menggunakan sistem
pencahayaan langsung (direct lighting) untuk menerangi lukisan dan juga
ruangan.
3.2.14. Dokumentasi Galeri
Gambar 3.10. Sozo Art Space Lantai 1
62 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.11. Sozo Art Space Lantai 2
Gambar 3.12. Sistem pencahayaan Sozo Art Space
63 Universitas Kristen Petra
3.3. AJBS GALLERY (AG)
Gambar 3.13. Logo AJBS Gallery
Sumber: AJBS Gallery (2010, p. 1)
3.3.1. Konsep Galeri AG
AJBS Gallery terletak di Jl. Ratna 14 Blok D-2, Surabaya bersebelahan
dengan AJBS Swalayan. PT. AJBS (Anak Jaya Bapak Sejahtera) bukanlah nama
yang asing terutama untuk orang Surabaya. Awal mulanya, PT. AJBS berasal dari
took mur baut sejak tahun 1966 yang kemudian berkembang menjadi toko
perkakas dengan konsep self serve swalayan pertama di Indonesia.
Selain sebagai seorang pengusaha sukses, pemilik AJBS juga memiliki
minat yang cukup tinggi terhadap seni. Sebagai seorang kolektor, ia ingin
membuat sesuatu yang dapat memajukan seni Indonesia hingga akhirnya
dibangun galeri ini. Galeri ini diresmikan pada bulan Desember 2009. Walau
masih terkesan baru namun galeri ini sudah mengikuti pameran-pameran lukisan
besar di Surabaya. AJBS Gallery merupakan galeri yang ditujukan untuk
pameran-pameran karya seniman lokal. Tujuannya adalah ingin menaikkan nilai
seni di Indonesia hingga nantinya bisa dibawa ke kancah internasional.
Galeri ini menyerupai hall sehingga dapat disebut hall gallery. Galeri
terlihat lapang dan luas, tidak ada sekat atau dinding partisi yang diletakkan
kecuali saat pameran. Bila tidak digunakan, galeri ini dibiarkan kosong apa
adanya. Bangunan galeri ini sangat minimalis, yang dibuat untuk disesuaikan
dengan kebutuhan pameran yang akan dilaksanakan. Pada saat pameran, yang
mengatur adalah kurator.
3.3.2. Eksisting Bangunan AG
Bangunan yang cukup tinggi untuk 2 lantai dibangun memang untuk galeri
seni yang sampai sekarang dipakai untuk lukisan. AG berada di dalam kompleks
64 Universitas Kristen Petra
AJBS berdekatan dengan AJBS Store. AG terdiri dari 2 lantai dengan luas lantai 2
setengah dari lantai 1 sehingga ada void yang cukup luas.Interior terkesan luas
karena tidak ada sekat permanen dalam galeri ini. Semua partisi, perabot bisa
diatur sesuai dengan kebutuhan pameran.
3.3.3. Main Entrance Bangunan AG
Main entrance dibuat minimalis dengan dinding kolom yang diberi aksen
batu temple dan permainan kaca dengan adanya lorong yang menuju ke pintu
masuk. Tampak dari luar berupa kaca transparan yang menyambung hingga ke
lantai 2. Pintu masuk berupa pintu kaca terletak di bagian tengah.
3.3.4. Lantai AG
AG terdiri dari 2 lantai yang berfungsi sebagai galeri dengan spesifikasi
lantai sbb:
Lantai 1:
Semen plester yang difinishing halus
Lantai 2:
Parket warna krem muda dengan finishing glossy
3.3.5. Dinding AG
AG yang terdiri dari 2 lantai dengan dinding matte yang difinishing cat
tembok putih secara keseluruhan. Lantai 1 menyambung hingga lantai 2, warna
yang sama menunjukkan suatu kesatuan. Warna putih membuat ruang terlihat
lebih luas dan terang serta warna lukisan menjadi lebih hidup.
3.3.6. Plafon AG
AG menonjolkan rangka plafon ekspos dari kayu tanpa penutup plafon
berupa gypsum dengan finishing cat putih, sama dengan plafon miring yang
menjadi atap ruang. Plafon senada dinding dengan rangka plafon ekspos membuat
ruang terkesan lebih lusa, tinggi dan terang.
65 Universitas Kristen Petra
3.3.7. Warna dan Suasana AG
Warna ruangan dominan putih hanya ada perbedaan warna pada lantai
yang itu pun tidak menunjukkan banyak permainan warna. Warna pada lantai
masih termasuk warna netral, yaitu keabuan. Suasana terkesan monoton karena
tidak ada permainan warna dan bentuk pada ruang dalamnya. Hal ini dikarenakan
galeri ini disewakan berupa ruang kosong yang interiornya dapat diatur sesuai
kebutuhan pameran. Pencahayaan buatan lebih menghidupkan suasana ruang.
3.3.8. Efek Pencahayaan Alami AG
Pencahayaan alami sangat kuat di galeri ini. Sinar masuk dari main
entrance yang berupa kaca secara langsung tanpa ditutupi oleh apapun.
Banyaknya pencahayaan alami yang masuk pada siang hari menyebabkan lampu
dinyalakan hanya lampu-lampu yang menyorot lukisan dan lampu downlight
untuk penerangan umum pada bagian dalam. Lampu yang menerangi void dari
lantai 2 tidak dinyalakan sama sekali.
3.3.9. Jenis Lampu AG
Jenis lampu yang digunakan di AG dibagi menjadi 2, yaitu:
Lampu umum
- Downlight halogen digunakan hanya di lantai 1 saja karena ada papan
gypsum sebagai tempat untuk rumah lampu
- Lampu gantung yang digantung pada area-area rangka plafon
- Spotlight diletakkan di berbagai tempat dari plafon datar, miring, rangka
plafon serta partisi.
Lampu khusus
- Spotlight halogen untuk menyorot lukisan
3.3.10. Sistem Pemasangan Lampu AG
Spotlight dipasang di berbagai tempat, yaitu:
Rel
Sistem pemasangan ini paling banyak digunakan dengan 1-3 spotlight
halogen dalam 1 rel. Rel pada AG juga disambung dengan konektor sehingga
66 Universitas Kristen Petra
membentuk 1 line panjang. Sistem rel pada AG lebih fleksibel dengan adanya
konektor. Jarak dari lukisan ke lampu untuk lukisan adalah ±1,5m.
Struktur
- Lampu-lampu spotlight halogen dijepit ke partisi tempat pamer lukisan.
Untuk rel pada partisi, jarak lampu dekat karena dijepit pada partisi
- Spotlight pada rangka kuda-kuda yang memanjang horizontal Lukisan
yang dipamerkan variatif dan pencahayaan disesuaikan.
Jumlah unit spotlight pada lukisan bila lukisan semakin besar maka
semakin banyak lampu yang digunakan. Rata-rata berukuran kecil-sedang. 1-2
lampu spotlight digunakan untuk 1 lukisan.
Lukisan ukuran kecil: 1 unit lampu untuk 1 lukisan kecil
Lukisan ukuran sedang: 2 unit lampu untuk 1 lukisan sedang
Lukisan ukuran besar: 3-4 unit lampu untuk 1 lukisan besar
3.3.11. Sistem Pencahayaan Buatan AG
Sistem pencahayaan pada AG sama seperti galeri pada umumnya,
seluruhnya menggunakan sistem pencahayaan langsung (direct lighting) untuk
menerangi lukisan dan juga ruangan.
3.3.12. Teknik Pencahayaan Buatan AG
Teknik pencahayaan lukisan pada AG terdiri dari 2 teknik, yaitu:
Spotlight disorot ke lukisan, berasal dari plafon maupun yang dijepit di partisi
tempat lukisan dipajang (dalam kasus pameran tertentu). Lampu menggunakan
dimmer. Teknik ini paling umum dan menjadi salah satu teknik untuk
pencahayaan lukisan.
Wall wash pada dinding-dinding tertentu, memberi efek pencahayaan meluas
pada ruang dan lukisan.
3.3.13. Efek Pencahayaan Buatan AG
Sistem pencahayaan pada AG seluruhnya menggunakan sistem
pencahayaan langsung (direct lighting) untuk menerangi lukisan dan juga
ruangan.
67 Universitas Kristen Petra
3.3.14. Dokumentasi Galeri
Gambar 3.14. AJBS Gallery Lantai 1 (pameran Chinese painting)
Gambar 3.15. AJBS Gallery Lantai 1 (pameran [Re]presentasi Identitas Kultural)
68 Universitas Kristen Petra
Gambar 3.16. AJBS Gallery Lantai 2 (pameran Chinese painting)
Gambar 3.17. Sistem pencahayaan AJBS Gallery (pameran Chinese painting)