11
33 (FT-UTP) Surakarta. diusulkan bershelter terbuka permanen, lainnya bertenda bongkar- pasang 5 Analisa Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima Dari Perspektif Kebijakan Deliberatif Winarti, 2012 Jurnal Ilmiah pendekatan kualitatif. dianalisa seperti apa yang dikemukakan oleh Strauss dan Corbin (1990:46) dalam Grounded theory . Keberadaan suatu organisasi masih lebih banyak berfungsi sebagai mengorganisir dan mengatur keberadaan pedagang kaki lima, sehingga dalam kondisi yang sangat diperlukan ( seperti saat krisis ekonomi) organisasi yang ada tidak mampu melakukan pemberdayaan (empowerment) para anggotanya. 6 Tinjauan Keberadaan Pedagang Kaki Lima (Pkl), Aspek Pedestrian Area, Dan Parkir Di Kawasan Solo Grand Mall (SGM) Danoe Iswanto, 2007 Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman ENCLOSUR E Volume 6 No. 2. Juni 2007 Analisa kualitatif dengan pendekatan skenario planning Beberapa hal yang terkait adalah mengenai jalur pedestrian, parkir, dan alternatif bagi ruang pedagang kaki lima. Keberadaan tiga hal tersebut cukup penting, karena termasuk aspek dalam perancangan kawasan. 3 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 70% ditopang oleh sektor informal (Gusman, 2013). Salah satu bentuk kegiatan sektor informal adalah tumbuh dan berkembangnya kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di perkotaan, termasuk didalamnya adalah Kota Bogor. Kota Bogor merupakan salah satu dari kawasan Jabodetabekpunjur, secara regional menjadi kawasan yang strategis. Pola hubungan Jakarta Bogor memberikan peluang tumbuhnya PKL terutama di pusat-pusat kegiatan seperti terminal dan stasiun. Selain itu, Kota Bogor yang berada di tengah wilayah Kabupaten Bogor menambah peluang perkembangan tersebut semakin besar. Keberadaan PKL di Kota Bogor memiliki 2 sisi pandangan. Dari sisi positif, bahwa PKL merupakan upaya masyarakat untuk dapat berkontribusi dalam ekonomi. Aliran barang dan uang memberikan kontribusi terhadap dinamika ekonomi kota,

3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Sartika. Pengolahan data deskriptif menggunakan perangkat lunak SPSS versi 10. Analisis deskriptif terhadap persepsi masyarakat sangat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Sartika. Pengolahan data deskriptif menggunakan perangkat lunak SPSS versi 10. Analisis deskriptif terhadap persepsi masyarakat sangat

33

(FT-UTP)

Surakarta.

diusulkan

bershelter terbuka

permanen, lainnya

bertenda bongkar-

pasang

5 Analisa

Kebijakan

Penataan

Pedagang Kaki

Lima Dari

Perspektif

Kebijakan

Deliberatif

Winarti, 2012

Jurnal Ilmiah

pendekatan

kualitatif. dianalisa

seperti apa yang

dikemukakan oleh

Strauss dan Corbin

(1990:46) dalam

Grounded theory .

Keberadaan suatu

organisasi masih lebih

banyak berfungsi

sebagai mengorganisir

dan mengatur

keberadaan pedagang

kaki lima, sehingga

dalam kondisi yang

sangat diperlukan (

seperti saat krisis

ekonomi) organisasi

yang ada tidak mampu

melakukan

pemberdayaan

(empowerment)

para anggotanya.

6 Tinjauan

Keberadaan

Pedagang Kaki

Lima (Pkl),

Aspek Pedestrian

Area, Dan Parkir

Di Kawasan

Solo Grand Mall

(SGM)

Danoe

Iswanto, 2007

Jurnal Ilmiah

Perancangan

Kota dan

Permukiman

ENCLOSUR

E Volume 6

No. 2. Juni

2007

Analisa kualitatif

dengan pendekatan

skenario planning

Beberapa hal yang

terkait adalah

mengenai jalur

pedestrian, parkir, dan

alternatif bagi ruang

pedagang kaki lima.

Keberadaan tiga hal

tersebut cukup penting,

karena termasuk aspek

dalam perancangan

kawasan.

3 METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 70% ditopang oleh sektor informal

(Gusman, 2013). Salah satu bentuk kegiatan sektor informal adalah tumbuh dan

berkembangnya kegiatan pedagang kaki lima (PKL) di perkotaan, termasuk

didalamnya adalah Kota Bogor. Kota Bogor merupakan salah satu dari kawasan

Jabodetabekpunjur, secara regional menjadi kawasan yang strategis. Pola hubungan

Jakarta – Bogor memberikan peluang tumbuhnya PKL terutama di pusat-pusat

kegiatan seperti terminal dan stasiun. Selain itu, Kota Bogor yang berada di tengah

wilayah Kabupaten Bogor menambah peluang perkembangan tersebut semakin

besar.

Keberadaan PKL di Kota Bogor memiliki 2 sisi pandangan. Dari sisi positif,

bahwa PKL merupakan upaya masyarakat untuk dapat berkontribusi dalam ekonomi.

Aliran barang dan uang memberikan kontribusi terhadap dinamika ekonomi kota,

Page 2: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Sartika. Pengolahan data deskriptif menggunakan perangkat lunak SPSS versi 10. Analisis deskriptif terhadap persepsi masyarakat sangat

34

walaupun belum ada data yang menunjukkan besaran kontribusinya. Selain itu, PKL

telah menjadi bagian dari masalah pengangguran yang dihadapi Kota Bogor. PKL

banyak menyerap tenaga kerja. Namun disisi yang lain, karakter PKL yang berjualan

di ruang-ruang publik seperti trotoar, taman, maupun badan jalan telah menimbulkan

efek negatif terhadap estetika kota. Selain itu, akibat tidak tertatanya lapak-lapak

PKL yang berjualan menampakkan kekumuhan. Belum lagi, ruang milik jalan yang

seharusnya digunakan oleh pengendara menjadi lebih sempit, yang berdampak

terhadap kemacetan lalu lintas.

Melihat adanya potensi dan masalah yang ditimbulkan oleh keberadaan PKL,

maka Pemerintah Kota telah mengeluarkan kebijakan mengenai penataan PKL

berupa Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2005 tentang Penataan Pedagang Kaki

Lima. Namun setelah 9 tahun kebijakan tersebut dikeluarkan hingga saat ini belum

menunjukkan hasil, terutama di kawasan prioritas penanganan. Tentunya hal ini

memerlukan keterlibatan berbagai pihak untuk dapat berkontribusi terhadap penataan

dan pemberdayaan PKL. Pendekatan-pendekatan yang telah dilakukan selama ini

perlu di evaluasi untuk mendapatkan gambaran efektivitas penanganan. Selain itu,

perlu dilakukan pemetaan yang didasarkan pada kondisi riil di lapangan agar

diketahui secara lebih detail tentang karakteristik PKL dimasing-masing lokasi,

terutama lokasi prioritas penanganan PKL.

Kondisi karakteristik dilapangan dan efktivitas kebijakan yang telah

dilaksanakan, dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam penataan PKL di Kota

Bogor. Langkah yang telah diambil oleh Pemerintah Kota Bogor selama ini (LKPJ

Walikota Bogor, 2012), antara lain :

1. Penataan Lokasi PKL

a. Penegasan titik lokasi PKL, berikut dengan pengaturan jenis komoditas,

model desain berjualan, dan waktu berjualan.

b. Mewajibkan pengembang menyediakan pasar tradisional skala lingkungan di

perumahan-perumahan

c. Mewajibkan pusat perbelanjaan modern menyediakan ruang untuk PKL

khususnya makanan dengan insentif yang menarik

d. Meredesain pasar yang ada agar nyaman bagi penjual dan pembeli khususnya

komoditas hasil pertanian

e. Pendataan regristrasi PKL untuk pengendalian jumlah PKL, dengan

memberikan tanda khusus resmi

2. Penertiban PKL

a. Penertiban PKL yang lebih tegas diluar lokasi titik PKL (strickly forbidden

area) khususnya di jalan arteri dan kolektor

b. Target penertiban PKL yakni 6 titik lokasi

5) Pembinaan PKL

a. Pembinaan dan penyuluhan peningkatan disiplin PKL

b. Pembinaan dan pemantauan kebersihan, keamanan dari komoditas yang dijual

PKL dengan target 300 PKL

Berdasarkan uraian diatas, kerangka pemikiran kajian disusun sebagaimana Gambar

2.

Page 3: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Sartika. Pengolahan data deskriptif menggunakan perangkat lunak SPSS versi 10. Analisis deskriptif terhadap persepsi masyarakat sangat

35

gambar Kerangka Pemikiran

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di lokasi prioritas pembinaan PKL di Kota

Bogor, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bogor nomor 13 tahun

2005 tentang Penataan PKL, salah satunya yaitu di Jalan Dewi Sartika Bogor.

Pemilihan dilakukan secara purposif sesuai dengan maksud dan tujuan kajian ini.

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai September 2014. Kegiatan

yang dilakukan meliputi persiapan penelitian, pengumpulan data dan informasi,

pengolahan data dan analisis data, serta penulisan dan konsultasi.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian survei, yaitu

penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner

sebagai alat pengumpul data utama. Menurut Durianto et al (2001), penelitian survei

Perkembangan Ekonomi Kota Bogor

Sektor Formal Sektor Informal

Pedagang Kaki Lima

(PKL) Kota Bogor Analisis Deskriptif

Karakter PKL

Persepsi Masyarakat

Penataan PKL

Di Kota BogoR

Indentifikasi Faktor-

Faktor Internal

Indentifikasi Faktor-

Faktor Eksternal

Matriks EFE Matriks IFE

Alternatif Strategi Penataan

PKL

Strategi Penataan PKL Di Kota

Bogor

Analytic Hierarchy

Process (AHP)

Program Penataan & Pemberdayaan PKL Di

Kota Bogor

Analisis SWOT

Page 4: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Sartika. Pengolahan data deskriptif menggunakan perangkat lunak SPSS versi 10. Analisis deskriptif terhadap persepsi masyarakat sangat

36

adalah metode penelitian deskriptif yaitu metode penelitian untuk membuat

gambaran suatu kejadian. Metode survei dilakukan bila data yang dicari sebenarnya

sudah ada di lapangan atau obyek penelitiannya telah jelas.

Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder, baik yang

bersifat kualitatif maupun kuantitatif, yaitu:

a. Data Primer. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan

mengenai kondisi riil PKL dan hasil pengisian kuesioner dari responden

penelitian. Data primer yang digunakan berupa pemberian kuesioner kepada

subyek penelitian dengan wawancara secara intensif dan mendalam (in-depth

interview).

b. Data Sekunder. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Kantor

Koperasi dan UMKM Kota Bogor, Satpol PP Kota Bogor, PD Pasar Pakuan Jaya,

dan pihak-pihak lain yang relevan dengan penelitian. Data sekunder yang

digunakan berupa Kota Bogor dalam Angka, kajian dan pemetaan PKL di Kota

Bogor, Masterplan Penataan PKL dan data penunjang lainnya.

Tabel 6 Metode pengumpulan data

No Jenis Data

Metode

Pengumpulan

Data

Sumber

1 Data Primer

a. Jumlah PKL di lokasi

b. Pemetaan Jenis Usaha

c. Keuangan PKL

d. Organisasi PKL

e. Aspirasi Penataan PKL

Survey

Lokasi

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

PKL

PKL

PKL

PKL

PKL & Masyarakat

2 Data Sekunder

a. Kondisi Umum Kota Bogor

b. Data PKL Kota Bogor

c. Rencana Tata Ruang Wilayah

d. Peraturan/Kebijakan tentang

PKL

e. Peta

f. Kajian/Studi PKL

Studi Pustaka

Studi Pustaka

Studi Pustaka

Studi Pustaka

GIS

Studi Pustaka

BPS dan Bappeda

Kantor Koperasi &

UMKM

Bappeda

Bagian Hukum

Bappeda

Kantor Koperasi &

UMKM

Data/informasi yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan

beberapa cara di bawah ini :

a. Observasi, yaitu pengamatan kondisi lapangan secara langsung.

b. Studi literatur, yaitu mendalami berbagai informasi penting seperti literatur dan

teori yang berkaitan budaya kerja, organisasi, manajemen sumberdaya manusia,

dan hasil-hasil penelitian terdahulu.

c. Wawancara dan pengisian kuesioner, yaitu pengumpulan fakta dan data dengan

cara melakukan Wawancara dan pengisian kuesioner secara intensif dan

mendalam, terstruktur dan sistematis.

Page 5: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Sartika. Pengolahan data deskriptif menggunakan perangkat lunak SPSS versi 10. Analisis deskriptif terhadap persepsi masyarakat sangat

37

Tabel 7 Aspek yang diteliti, variabel, sumber data, dan teknik pengumpulan data

N

o

Aspek Variabel Sumber Data Teknik

Pengumpulan

Data

1 Sosial Ekonomi

PKL Jumlah PKL

Jenis Usaha

Keuangan PKL

Kelembagaan PKL

Lokasi Penempatan

Kondisi lapangan,

Kantor Koperasi

UMKM,Bappeda,

PKL

Studi Pustaka

dan

Kuesioner

2 Regulasi/Kebija

kan Pemerintah Rencana Tata Ruang

Rencana Strategis

Kota

Rencana Penataan

PKL

Bappeda, Kantor

Koperasi dan

UMKM, Satpol

PP

Studi

Pustaka,

Wawancara

3 Prioritas dan

Strategi

Pembinaan PKL

Pandangan PKL

Pandangan

Pemerintah

Pandangan DPRD

Pandangan

Masyarakat

Pandangan

Akademisi/Pengama

t

PKL, Bappeda,

Kantor Koperasi

dan UMKM,

DPRD,

Masyarakat,

Adkademisi

Kuesioner

Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif untuk identifikasi

karakter PKL dan persepsi masyarakat, metode SWOT untuk identifikasi dan analisis

faktor-faktor internal dan eksternal, dan metode Analitycal Hirarki Process (AHP)

untuk analisis alternatif strategi.

Untuk analisis deskriptif tentang karakteristik PKL di Jalan Dewi Sartika,

populasi PKL yang dipilih antara lain pedagang di Jalan Dewi Sartika sebanyak 50

PKL dari jumlah 323 PKL (Kantor Koperasi dan UMKM, 2014). Sedangkan untuk

masyarakat dipilih 50 orang secara acak.

Sementara untuk analisis SWOT dan AHP, sampel ditentukan sebanyak 7

orang yang terdiri dari :

1. Unsur anggota DPRD Kota Bogor

2. Asisten Walikota Bidang Pembangunan dan Kemasyarakatan

3. Bappeda Kota Bogor

4. Kantor Satpol PP

5. Kantor Koperasi dan UMKM

6. Koordinator Paguyuban PKL Kota Bogor

7. Koordinator PKL Jalan Dewi Sartika

Page 6: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Sartika. Pengolahan data deskriptif menggunakan perangkat lunak SPSS versi 10. Analisis deskriptif terhadap persepsi masyarakat sangat

38

Pada pengambilan sampel dilakukan 2 kali dengan aktor yang sama untuk informasi

yang terkait analisis SWOT dan untuk analisis AHP.

Metode Analisis Data

Analisis Deskriptif Karakteristik PKL di Jalan Dewi Sartika

Analisis deskriptif tentang karakteristik PKL didapatkan dari pengolahan data

yang didapat dari hasil kuesioner yang telah didapat dari hasil pengisian oleh 50 PKL

di Jalan Dewi Sartika. Pengolahan data deskriptif menggunakan perangkat lunak

SPSS versi 10.

Analisis deskriptif karakteristik PKL sangat diperlukan untuk mengetahui

gambaran tentang profil PKL di Jalan Dewi Sartika, pola berdagang, permodalan dan

saran terhadap penataan PKL oleh pemerintah. Gambaran tentang PKL ini akan

membantu pada pola pendekatan terhadap penataan PKL di Jalan Dewi Sartika.

Analisis Deskriptif Persepsi Masyarakat tentang PKL di Jalan Dewi Sartika

Analisis deskriptif tentang persepsi masyarakat terhadap PKL didapatkan dari

pengolahan data yang didapat dari hasil kuesioner yang telah didapat dari hasil

pengisian oleh 50 masyarakat yang memandang berkembangnya PKL di Jalan Dewi

Sartika. Pengolahan data deskriptif menggunakan perangkat lunak SPSS versi 10.

Analisis deskriptif terhadap persepsi masyarakat sangat diperlukan untuk mengetahui

gambaran tentang tanggapan masyarakat terhadap keberadaan PKL di Jalan Dewi

Sartika, harapan dan saran terhadap penataan PKL oleh pemerintah.

Penentuan Indikator Faktor-Faktor Internal dan Faktor-Faktor Eksternal

Agar penelitian lebih terfokus dan tepat dalam pengidentifikasian faktor-faktor

internal (kekuatan dan kelemahan) dan pengidentifikasian faktor-faktor eksternal

(peluang dan ancaman) harus ditentukan dahulu indikator yang termasuk dalam

faktor internal dan eksternal.

Dalam penelitian yang mengkaji strategi penataan PKL di Jalan Dewi Sartika

Kota Bogor, yang menjadi faktor internal adalah pemangku kepentingan dalam

pengambilan kebijakan tentang keberadaan PKL di Kota Bogor yaitu Pemerintah

Kota Bogor, yang didalamnya terdapat beberapa SKPD yang memiliki Tupoksi

penanganan PKL, aspek pembiayaan atau pengaanggaran, aspek regulasi atau

kebijakan. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah pemangku kepentingan

yang langsung bersentuhan dengan aktivitas PKL yaitu pedagang atau PKL itu

sendiri, paguyuban atau komunitas PKL, masyarakat sebagai pembeli yang

berinteraksi dengan PKL, dan aktor-aktor pada sistem yang berlangsung dalam

perkembangan PKL di Kota Bogor. Indikator internal dan eksternal dapat dilihat

pada Gambar 3.

Page 7: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Sartika. Pengolahan data deskriptif menggunakan perangkat lunak SPSS versi 10. Analisis deskriptif terhadap persepsi masyarakat sangat

39

Gambar 3 Indikator Faktor Internal dan Eksternal Strategi

Pemberdayaan PKL di Kota Bogor

Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor

Evaluation)

Matriks IFE bertujuan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan

mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam

mengembangkan pembinaan PKL di Kota Bogor, sedangkan matriks EFE bertujuan

untuk mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal dan mengukur sejauh mana

peluang dan ancaman yang di hadapi dalam mengembangkan pembinaan PKL di

Kota Bogor.

Tahap-tahap yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci dalam

matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut :

a. Identifikasi Faktor – Faktor Internal dan Eksternal

Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal yaitu

mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam pembinaan

PKL di Kota Bogor. Daftarkan kekuatan terlebih dahulu, baru kemudian

kelemahan. Identifikasikan faktor eksternal dengan melakukan pendaftaran semua

peluang dan ancaman dalam pembinaan PKL di Kota Bogor. Daftarkan peluang

terlebih dahulu baru kemudian ancaman. Daftar harus spesifik dengan

menggunakan persentase, rasio atau angka perbandingan. Hasil kedua identifikasi

faktor – faktor diatas menjadi faktor penentu eksternal dan internal yang

selanjutnya akan diberi bobot.

b. Penentuan Nilai Bobot Variable

Pemberian bobot setiap faktor dimulai dengan hasil survey dari responden

dengan skala mulai dari 1 (tidak penting/kelemahan utama), 2 (kurang

penting/kelemahan kecil), 3 (penting/kekuatan kecil), dan 4 (sangat

penting/kekuatan utama) terhadap faktor-faktor internal dan dan skala dari 1

(tidak penting/tidak berpengaruh), 2 (kurang penting/kurang berpengaruh) 3

(penting/kuat pengaruhnya), dan 4 (sangat penting/sangat kuat pengaruhnya).

Terhadap faktor-faktor eksternal yang sudah didaftarkan. Kemudian Penentuan

bobot akan dilakukan dengan menjumlahkan nilai skala dengan jumlah responden

yang telah memilih skala tersebut. Setelah jumlah didapat dibagi dengan jumlah

responden sehingga didapat angka rata-rata nilai dan kemudian dibagi total bobot

faktor-faktor internal dan total bobot faktor-faktor eksternal untuk mendapatkan

nilai bobot.

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9

Faktor Internal

Pemerintah Kota

Bogor (SKPD-

SKPD)

Faktor Eksternal

1. PKL

2. Paguyuban/ Komunitas

PKL

3. Masyarakat

4. Aktor-aktor pada

sistem PKL

Page 8: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Sartika. Pengolahan data deskriptif menggunakan perangkat lunak SPSS versi 10. Analisis deskriptif terhadap persepsi masyarakat sangat

40

Tabel 8 Penentuan nilai bobot faktor strategis internal

Tabel 9 Penentuan nilai bobot faktor strategis eksternal

No. Faktor Strategis

Eksternal

Bobot Rata-

rata

Nilai

Bobot 1 2 3 4 N Jumlah

Jumlah

c. Penentuan Rating

Penentuan rating yang dilakukan oleh masing-masing responden,

selanjutnya akan disatukan dalam matriks gabungan IFE dan EFE. Untuk

memperoleh nilai rating pada matriks gabungan dilakukan dengan menggunakan

metode rata-rata dan setiap hasil yang memiliki nilai desimal akan dibulatkan.

Adapun ketentuan pembulatan dalam matriks gabungan ini adalah jika pecahan

desimal berada pada kisaran dibawah 0,5 (<0,5) dibulatkan kebawah, jika hasil

rating diperoleh hasil desimal dengan nilai sama atau diatas 0,5 (>0,5) dibulatkan

keatas. Pembulatan ini tentunya tidak akan mempengaruhi hasil perhitungan

secara signifikan.

Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari pembobotan yang dikalikan dengan

rating pada tiap faktor untuk memperoleh skor pembobotan. Jumlah skor

pembobotan berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor

pembobotan IFE dibawah 2,5 maka kondisi internal pembinaan PKL di Kota

Bogor lemah. Untuk jumlah skor faktor eksternal berkisar 1,0 – 4,0 dengan rata-

rata 2,5. Jika jumlah skor pembobotan EFE 1,0 menunjukkan pembinaan PKL di

Kota Bogor tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.

Jumlah skor 4,0 menunjukkan pembinaan PKL di Kota Bogor merespon peluang

maupun ancaman yang dihadapinya dengan baik.

Analisis Matriks SWOT

SWOT adalah singkatan dari kekuatan (Strengths) dan kelemahan

(Weaknesses) lingkungan internal suatu daerah serta peluang (Opportinities) dan

ancaman (Threats) lingkungan ekternal yang dihadapi daerah. Analisis SWOT

merupakan alat untuk memaksimalkan peranan faktor yang bersifat positif,

meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan

dampak ancaman yang timbul. Hasil analisis SWOT berupa sebuah matriks yang

terdiri dari empat kuadran. Masing-masing kuadran merupakan perpaduan strategi

No. Faktor Strategis

Internal

Bobot Rata-

rata

Nilai

Bobot 1 2 3 4 N Jumlah

Jumlah

Page 9: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Sartika. Pengolahan data deskriptif menggunakan perangkat lunak SPSS versi 10. Analisis deskriptif terhadap persepsi masyarakat sangat

41

antar faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan

ancaman).

Faktor-faktor strategis eksternal dan internal merupakan pembentukan

matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk

membantu pemerintah dalam hal ini mengembangkan empat tipe strategi. Matriks

SWOT terdiri dari sembilan sel, yaitu empat sel faktor (S,W,O dan T), empat sel

alternatif strategi dan satu sel kosong.

Terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu :

1) Tentukan faktor-faktor peluang eksternal daerah

2) Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal daerah

3) Tentukan faktor-faktor kekuatan internal daerah

4) Tentukan faktor-faktor kelemahan internal daerah

5) Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan

strategi S-O

6) Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan

strategi W-O

7) Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan

strategi S-T

8) Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan

strategi W-T

Analytical Hierarchy Process(AHP)

Perumusan strategi pembinaan PKL dilokasi prioritas penanganan dilakukan

dengan metode Analytical Hierarchy Process(AHP). AHP merupakan salah satu

model untuk pengambilan keputusan yang dapat membantu kerangka berpikir

manusia. Metode ini dikembangkan oleh Thomas L., Saaty ahli matematika yang

dipublikasikan pertama kali dalam bukunya The Analytical Hierarchy Process tahun

1980. AHP merupakan alat pengambil keputusan yang menguraikan suatu

permasalahan kompleks dalam struktur hirarki dengan banyak tingkatan yang terdiri

dari tujuan, kriteria, dan alternatif.

Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan

persepsi manusia sebagai input utamanya. Aksioma-aksioma pada model AHP:

1. Resiprocal Comparison, artinya pengambil keputusan harus dapat membuat

perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensi tersebut harus memenuhi

syarat resiprocal yaitu kalau A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka B

lebih disukai daripada A dengan skala 1/x.

2. Homogenity, artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala

terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan satu sama

lain. Kalau aksioma ini tidak terpenuhi maka elemen-elemen yang dibandingkan

tersebut tidak homogeneity dan harus dibentuk suatu „cluster‟ (kelompok elemen-

elemen) yang baru.

3. Independence, artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa

kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh

obyektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP

adalah searah ke atas, artinya perbandingan antara elemen-elemen pada tingkat di

atasnya.

4. Expectation, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki

diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambil

Page 10: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Sartika. Pengolahan data deskriptif menggunakan perangkat lunak SPSS versi 10. Analisis deskriptif terhadap persepsi masyarakat sangat

42

keputusan. Memutuskan tidak memakai seluruh kriteria dan atau obyektif yang

tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.

Dasar berpikir metode AHP adalah proses membentuk skor secara numerik

untuk menyusun rangking setiap alternatif keputusan berbasis pada bagaimana

sebaiknya alternatif itu dicocokkan dengan kriteria pembuat keputusan. Adapun

struktur hirarki AHP ditampilkan pada Gambar 4 dibawah ini.

AHP digunakan untuk menentukan alternatif strategi sesuai dengan faktor

penentu, pelaku, dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembinaan PKL. AHP juga

digunakan untuk menilai tindakan yang dikaitkan dengan perbandingan bobot

kepentingan antara faktor serta perbandingan beberapa alternatif pilihan.

AHP pada penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor strategis

dalam pembinaan PKL berdasarkan hasil analisis terhadap pelaksanaan pembinaan

PKL, intervensi pemerintah, dan persepsi PKL itu sendiri. Langkah-langkah dalam

metode AHP meliputi:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan

subtujuan-subtujuan, kriteria-kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada

tingkatan kriteria paling bawah.

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi

relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria

yang setingkat di atasnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya

sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang

dibandingkan.

5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka

pengambilan data diulangi.

6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai

eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk menyintesis judgement

dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai

Kriteria 3 Kriteria 1 Kriteria 2

Sasaran

Kriteria ke n

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif ke m

m

Gambar 4 Struktur hirarki AHP

Page 11: 3 METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Sartika. Pengolahan data deskriptif menggunakan perangkat lunak SPSS versi 10. Analisis deskriptif terhadap persepsi masyarakat sangat

43

pencapaian tujuan. Memeriksa konsistensi hirarki, jika nilainya kurang dari 10

persen maka penilaian judgement harus diperbaiki.

Narasumber untuk pengisian kuesioner AHP ada 7 orang, yaitu:

1. Asisten Walikota Bidang Pembangunan dan Kemasyarakatan Kota Bogor

2. Kepala Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor

3. Kepala Bidang Keamanan dan Ketertiban Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Bogor

4. Kepala Kantor Koperasi dan UKM

5. Ketua Paguyuban PKL Kota Bogor

6. Koordinator PKL Jalan Dewi Sartika

7. Angota DPRD Kota Bogor

Untuk memudahkan perumusan strategi penataan PKL di Kota Bogor, dibuat

struktur hirarki AHP guna pembahasan strategi pemberdayaan PKL sebagaimana

disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Struktur hirarki strategi pemberdayaan PKL di Kota Bogor

Strategi Penataan PKL di Kota

Bogor

Pemerintah Masyarakat PKL

Kebijakan

Pemerintah

Estetika

Kota

Sosial

Ekonomi

Ketertiban

Umum

Peningkatan

Penegakan Peraturan

Peningkatan Kesempatan

Berusaha & Kesejahteraan

Pengendalian Tata

Ruang Kota

Review

Kebijakan

tentang PKL

Meningkatkan

Kemitraan

Pemerintah dengan

PKL

Memfasilitasi Ruang

Usaha dan Rasa

Aman Berusaha

Mengoptimalkan

Sarana Prasarana

Kota

Fokus

Aktor

Faktor

Tujuan

Alternatif

Strategi