Upload
lehanh
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
17
3 METODE
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan September 2013.
Lokasi penelitian terletak di Desa Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung; serta di
Desa Jenetaesa dan Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros.
Alasan pemilihan desa-desa tersebut karena merupakan lokasi-lokasi penangkapan
berbagai jenis kupu-kupu yang diperdagangkan (Noerdjito dan Aswari 2003).
Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian; Sumber: Ditjen PHKA (2008)
Fokus penelitian adalah pemanfaatan komersial kupu-kupu melalui
penangkapan dari habitat alam untuk tujuan perdagangan yang dilakukan oleh
warga di desa-desa yang merupakan lokasi penelitian. Subjek penelitian adalah
individu warga pemanfaat kupu-kupu sebagai kelompok sasaran serta aparatur
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sebagai pelaksana peraturan
perundang-undangan pemanfaatan SL.
18
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat lintas bidang dengan menggunakan pengetahuan
positif dan pengetahuan tentang nilai untuk menghasilkan suatu preskripsi (resep)
tentang penguatan kelembagaan pemanfaatan komersial kupu-kupu di daerah
penyangga TN Babul Kabupaten Maros. Pakpahan (1989) menyatakan "...suatu
preskripsi selalu mengandung unsur nilai dan bukan nilai...". Pendekatan
penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif
sesuai keperluan masing-masing kajian. Kajian yang dilakukan dalam penelitian
ini meliputi: karakteristik sumber daya kupu-kupu (Lepidoptera) yang
dimanfaatkan secara komersial; karakteristik pelaku, teknik penangkapan dan
pedagangan kupu-kupu; keefektifan implementasi peraturan pemanfaatan
komersial SL; serta penguatan kelembagaan pemanfaatan komersial kupu-kupu.
Penggunaan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif tersebut
menekankan pada penggambaran, pemahaman dan penjelasan atas data-data yang
dikumpulkan. Kredibilitas data diuji secara triangulasi terhadap cara pengumpulan
dan sumber data (Sugiyono 2012).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui: (a) observasi atau pengamatan untuk
memperoleh data primer dan melihat langsung aktivitas pemanfaatan komersial
kupu-kupu di lapangan; (b) wawancara mendalam dengan informan yang meliputi
para pelaku pemanfaat kupu-kupu yaitu penangkap, pengumpul pedagang serta
para pejabat di instansi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang terkait
dengan pemanfaatan SL; serta (c) studi literatur terhadap beberapa data sekunder.
Data primer diperoleh langsung melalui observasi dan wawancara, serta data
sekunder berupa peraturan perundang-undangan, data statistik dan laporan
tahunan diperoleh dari instansi terkait.
Observasi awal dilakukan dengan menelusuri para pengumpul pedagang
serta para penangkap secara snow ball technique untuk mendapatkan informasi
mengenai para pengumpul pedagang dan penangkap yang ada di lokasi penelitian.
Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara
secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis kupu-
kupu dilihat dari pembelian hasil tangkapan. Wawancara juga dilakukan dengan
para penangkap saat melakukan aktivitas penangkapan di lapangan, guna
mendapatkan gambaran tambahan mengenai jenis-jenis kupu-kupu serta sebagai
suatu cross reference terhadap data yang telah disampaikan oleh para pengumpul
pedagang. Wawancara mendalam juga dilakukan terhadap petugas pada instansi
terkait mengenai aspek pengaturan pemanfaatan komersial kupu-kupu. Studi
literatur sebagai pelengkap data dan informasi, didapatkan dari instansi terkait.
Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive. Informan yang dipilih berdasarkan pada pertimbangan tertentu
yaitu bahwa orang tersebut dianggap paling tahu tentang data dan informasi apa
yang diharapkan (Sugiyono 2012). Pertimbangan tertentu bagi aparatur pelaksana
peraturan adalah berdasarkan pada jenjang jabatan, tugas pokok dan fungsinya
yang terkait langsung dengan pemanfaatan SL. Bagi kelompok sasaran khususnya
pengumpul pedagang, pertimbangannya adalah yang telah menekuni usaha
pemanfaatan komersial kupu-kupu lebih dari 10 tahun.
19
Jumlah informan ditentukan dengan pertimbangan-pertimbangan informasi
yang diperlukan, jika tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring maka pemilihan
informan sudah dapat diakhiri (Moleong 2002). Jumlah informan yang dimaksud
dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Informan penelitian
Pelaksana Peraturan Jabatan Jumlah
Balai Besar KSDA
Sulsel
Dinas Kehutanan dan
Perkebunan
Kabupaten Maros
Dinas Kehutanan
Provinsi Sulsel
Balai Taman Nasional
Bantimurung
Bulusaraung
Direktorat Jenderal
PHKA
Pusat Penelitian
Biologi LIPI
Kepala Bidang Teknis
Kepala Bagian Tata Usaha
Kepala Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan
Kepala Seksi Perlindungan, Pengawetan dan
Perpetaan
Pengendali Ekosistem Hutan Tingkat Ahli
Kepala Bidang Kehutanan
Kepala Seksi Inventarisasi dan Perpetaan Hutan
Kepala Seksi Aneka Usaha Kehutanan
Kepala Bidang Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam
Kepala Seksi Peredaran Hasil Hutan
Kepala Sub bagian Tata Usaha
Kepala Seksi Wilayah II Bantimurung
Pengendali Ekosistem Hutan Tingkat Ahli
Polisi Kehutanan
Kepala Sub Direktorat Pengawetan dan
Pemanfaatan jenis
Kepala Sub Direktorat Tertib Peredaran
Kepala Sub Direktorat Lembaga Konservasi
dan Perburuan
Kepala Sub Direktorat Program dan Evaluasi
Penyidikan dan Pengamanan
Kepala Seksi Pembalakan Ilegal dan Satwa Liar
Wilayah I
Peneliti pada Bidang Zoologi
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
Kelompok Sasaran Kategori Jumlah
Penangkap
Pengumpul pedagang
Kelompok usia di bawah 19 tahun
Kelompok usia di atas 19 tahun
Memiliki izin pengedar
Tidak memiliki izin pengedar
3
6
2
5
3.3.1 Kajian tentang karakteristik sumber daya kupu-kupu (Lepidoptera)
yang dimanfaatkan secara komersial
Sumber daya kupu-kupu yang dimanfaatkan secara komersial di daerah
penyangga TN Babul diketahui melalui studi terhadap jenis-jenis kupu-kupu hasil
20
tangkapan yang meliputi jumlah individu setiap jenis dan rasio kelamin, serta
status jenis kupu-kupu yang dimanfaatkan secara komersial dari habitat alam.
Pada umumnya kondisi populasi satwa liar, termasuk kupu-kupu di alam sangat
sulit untuk diketahui. Hal ini disebabkan oleh luasnya habitat, letak geografis,
serta sifat dari satwa liar tersebut yang tidak memungkinkan dilakukan sensus
secara terstruktur dalam satu satuan waktu yang pendek (Shine et al. 1998;
Schlaeper et al. 2005; Iskandar dan Erdelen 2006; Semiadi dan Sidik 2011).
Oleh sebab itu, kajian tidak langsung melalui pemantauan terhadap hasil
yang dipanen/ditangkap yang ada di tingkat penangkap dapat menjadi indikator
penting mengenai kondisinya di alam (TRAFFIC 2008; Semiadi dan Sidik 2011).
Gambaran sesungguhnya mengenai kondisi populasi serta status jenis kupu-kupu
di alam perlu terus dipantau secara reguler untuk memperoleh informasi sebagai
dasar pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pengelolaan pemanfaatan
kupu-kupu secara lestari.
Pengamatan jenis-jenis kupu-kupu hasil tangkapan dilakukan terhadap
masing-masing 3 orang penangkap pada 3 lokasi penangkapan di daerah
penyangga TN Babul Kabupaten Maros. Pemilihan lokasi pengamatan dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan cara mengikuti pilihan para penangkap yang
biasanya melakukan aktivitas penangkapan. Selama melakukan pengamatan
didampingi oleh dua orang pengenal jenis kupu-kupu yang mampu
mengidentifikasi kupu-kupu dengan baik.
Pengamatan dilakukan pada bulan Februari, Mei, dan Agustus 2013 di
setiap lokasi penangkapan. Pemilihan waktu pengamatan berdasarkan
pertimbangan bahwa intensitas curah hujan pada bulan-bulan tersebut secara
berturut-turut adalah tinggi, sedang dan rendah. Selain itu, menurut informasi para
pengumpul pedagang bahwa komposisi jenis kupu-kupu hasil tangkapan selama 1
hingga 2 bulan relatif sama. Jadi dengan asumsi rentang waktu pengamatan
selama 3 bulan, maka akan memperoleh data komposisi jenis kupu-kupu hasil
tangkapan yang berbeda. Masing-masing lokasi dilakukan pengamatan selama 3
hari. Pengamatan dilakukan pada pagi hari (08.00-12.00 WITA) dan siang hingga
sore hari (pukul 13.00-16.00 WITA). Pengamatan penangkapan kupu-kupu
dilakukan di sepanjang jalur berukuran lebar 20 meter dengan panjang 150 meter,
menggunakan metode sensus transek (transect count) (Pollard dan Yates 1993;
Noerdjito dan Aswari 2003). Rincian waktu pengamatan aktivitas penangkapan
kupu-kupu di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Waktu pengamatan aktivitas penangkapan kupu-kupu di lokasi
penelitian tahun 2013
Bulan Desa Kalabbirang Desa Jenetaesa Desa Samangki
Februari
Mei
Agustus
Tanggal 4
Tanggal 6
Tanggal 19
Tanggal 13
Tanggal 16
Tanggal 24
Tanggal 23
Tanggal 27
Tanggal 31
Penangkapan kupu-kupu oleh para penangkap menggunakan jaring serangga
(sweep net) berdiameter 50 cm dengan panjang tongkat 200 cm. Penangkapan
dilakukan dengan cara berjalan perlahan atau menunggu sambil terus mengawasi
keberadaan kupu-kupu untuk ditangkap. Pada setiap jalur pengamatan, jenis kupu-
21
kupu yang tertangkap dicatat jumlahnya, nama jenis dan perbedaan jenis
kelaminnya. Cara memperkirakan rasio kelamin dari populasi kupu-kupu adalah
dengan menghitung perbandingan jantan dengan betina hasil tangkapan. Asumsi
yang mendasari praktek ini bahwa koleksi kupu-kupu liar di alam sehubungan
dengan rasio kelamin adalah acak (Idris dan Hassan 2014).
Data jenis-jenis kupu-kupu hasil tangkapan berupa jumlah individu setiap
jenis dan rasio kelamin diketahui dengan cara menghitung seluruh individu yang
tertangkap di dalam transek selama waktu pengamatan. Data hasil pengamatan
kemudian ditabulasi dan dijabarkan secara deskriptif.
3.3.2 Kajian tentang karakteristik pelaku, teknik penangkapan dan
perdagangan kupu-kupu
Kajian ini meliputi pelaku penangkapan, metode menangkap, pelaku
perdagangan, aktivitas perdagangan, klasifikasi kualitas dan harga kupu-kupu,
serta upaya budi daya kupu-kupu. Karakteristik penangkapan kupu-kupu dari
habitat alam untuk tujuan perdagangan berkaitan dengan siapa saja yang terlibat
dalam aktivitas penangkapan. Observasi lapangan serta wawancara mendalam
dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah penangkap yang secara aktif
melakukan penangkapan, metode menangkap (menjaring), lokasi serta waktu
penangkapan kupu-kupu.
Data dan informasi tentang karakteristik perdagangan (peredaran) kupu-
kupu dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi lapangan untuk
mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan kupu-kupu, aktivitas
pelaku perdagangan, klasifikasi kualitas dan harga kupu-kupu yang
diperdagangkan, serta perilaku warga dalam melakukan budi daya kupu-kupu.
Pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan kupu-kupu di daerah penyangga TN
Babul dihitung jumlahnya serta digambarkan dalam bagan alir tata niaga kupu-
kupu.
3.3.3 Kajian tentang keefektifan implementasi peraturan pemanfaatan
komersial satwa liar
Keefektifan implementasi peraturan pemanfaatan komersial SL meliputi isi
peraturan, tingkat pemahaman, dukungan masyarakat, dan pembagian tugas pokok
dan fungsi instansi. Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi studi literatur
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemanfaatan SL, dan
wawancara mendalam dengan para informan untuk mengetahui tingkat
pemahaman peraturan. Pemahaman peraturan oleh para pelaksana peraturan
terdiri atas aparatur pada Balai Besar KSDA Sulsel, Dinas Kehutanan Provinsi
Sulsel, dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Maros, serta kelompok
sasaran yang terdiri atas para penangkap dan pengumpul pedagang. Observasi dan
wawancara mendalam dengan para informan terkait dengan implementasi
peraturan perundang-undangan pemanfaatan komersial SL di lapangan.
22
3.3.4 Kajian tentang penguatan kelembagaan pemanfaatan komersial
kupu-kupu
Penguatan kelembagaan pemanfaatan komersial kupu-kupu di daerah
penyangga TN Babul Kabupaten Maros meliputi tahapan: (1) identifikasi
permasalahan kelembagaan yang terkait dengan karakteristik jenis kupu-kupu
(Lepidoptera) yang dimanfaatkan secara komersial, karakteristik penangkapan
dan peredaran (perdagangan) kupu-kupu, dan keefektifan implementasi peraturan
pemanfaatan komersial SL; dan (2) merumuskan penguatan kelembagaan
pemanfaatan komersial kupu-kupu.
3.4 Analisis Data
3.4.1 Analisis deskriptif kuantitatif
Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan dengan membuat penjelasan-
penjelasan dengan memperlihatkan data-data kuantitatif yang diperoleh melalui
hasil pengamatan, wawancara mendalam maupun studi literatur. Hasil analisis
disajikan dalam bentuk tabel atau foto. Analisis dilakukan terhadap: (1) jenis-jenis
kupu-kupu hasil tangkapan yang meliputi: jumlah individu setiap jenis kupu-kupu
hasil tangkapan secara keseluruhan, jumlah individu setiap jenis berdasarkan
lokasi maupun waktu pengamatan, dan jumlah individu berdasarkan status jenis,
baik status perlindungan maupun menurut daftar kuota penangkapan; (2) jumlah
pelaku pemanfaat kupu-kupu yaitu penangkap, pengumpul pedagang, pengrajin
souvenir dan penjual souvenir, jumlah spesimen kupu-kupu berdasarkan kelas
kualitas dan harga beberapa jenis kupu-kupu; serta (3) tingkat pemahaman
terhadap peraturan perundang-undangan pemanfaatan SL oleh aparatur sebagai
pelaksana serta para penangkap dan pengumpul pedagang sebagai kelompok
sasaran.
3.4.2 Analisis pemahaman peraturan perundang-undangan
Analisis pemahaman peraturan perundang-undangan pemanfaatan SL bagi
aparatur pelaksana di lapangan (street-level bureaucrats) dan kelompok sasaran,
dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang: (1) jenis-jenis peraturan perundang-
undangan pemanfaatan SL; (2) hak dan kawajibannya terkait dengan pemanfaatan
SL; (3) prosedur dan tata cara pemanfaatan SL; (4) larangan dan sanksi atas
pelanggaran pemanfaatan SL.
Berdasarkan 4 jenis pengetahuan tersebut maka dibuat 3 kategori, yaitu:
Baik, apabila memiliki minimal 3 pengetahuan; Cukup, apabila memiliki
maksimal 2 pengetahuan; dan Kurang, apabila memiliki maksimal 1 pengetahuan
tentang peraturan perundang-undangan pemanfatan SL.
3.4.3 Analisis deskriptif kualitatif
Analisis deskriptif kualitatif merupakan analisis yang menjelaskan data dan
informasi hasil wawancara dalam bentuk uraian verbal (Usman dan Akbar 2006).
Analisis kualitatif dilakukan dengan penekanan pada deskripsi dan pemaknaan
data hasil wawancara dengan interpretasi secara kritis (Nugroho 2013). Sumber
data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya
23
adalah data tambahan seperti dokumen, foto, data statistik, laporan dan lain-lain
(Moleong 2002).
Analisis deskriptif kualitatif dalam penelitian ini dilakukan terhadap data
yang terkait dengan: (1) status perlindungan dan status menurut kuota jenis kupu-
kupu yang dimanfaatkan; (2) metode menangkap kupu-kupu, aktivitas peredaran
(perdagangan), kualitas kupu-kupu hasil tangkapan, dan perilaku warga dalam
budi daya kupu-kupu; (3) implementasi peraturan perundang-undangan
pemanfaatan SL oleh aparatur pelaksana pada instansi pemerintah yang terkait,
serta implementasi oleh kelompok sasaran yaitu para penangkap dan pengumpul
pedagang kupu-kupu di daerah penyangga TN Babul Kabupaten Maros.
3.4.4 Penelaahan atas isi peraturan perundang-undangan
Penelaahan atas isi peraturan perundang-undangan adalah teknik penelitian
untuk membuat penjelasan-penjelasan dengan mencermati konteks suatu isi
komunikasi (Bungin 2010). Konteks komunikasi yang dimaksud pada penelitian
ini adalah isi teks pasal-pasal tertentu yang terkait dengan pemanfaatan komersial
satwa liar. Isi teks peraturan tersebut selanjutnya dibandingan dengan
implementasinya di lapangan. Penelaahan atas substansi teks peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan pemanfaatan komersial SL dilakukan
terhadap UU 5/1990, PP 8/1999, PP 38/2007, Kepmenhut 447/2003, dan Permen
LH 29/2009.
3.4.5 Analisis penguatan kelembagaan pemanfaatan komersial kupu-kupu
Analisis penguatan kembagaan pemanfaatan komersial kupu-kupu
dilakukan menggunakan analisis tema. Analisis tema atau discovering cultural
themes merupakan upaya mencari "benang merah" yang mengintegrasikan lintas
domain yang ada (Faisal 1990; Sugiyono 2012). Selanjutnya Sugiyono (2012)
menyatakan bahwa dari hasil analisis tema akan tersusun suatu "konstruksi
bangunan" situasi sosial yang sebelumnya masih gelap atau remang-remang
menjadi lebih terang dan jelas.
Tahapan analisis tema penguatan kelembagaan pemanfaatan komersial
kupu-kupu dimulai dengan melakukan kajian terhadap karakteristik sumber daya
kupu-kupu yang dimanfaatkan secara komersial untuk mencapai tujuan penelitian
(1). Berdasarkan hasil kajian tersebut, dilakukan kajian terhadap karakteristik
pelaku, teknik penangkapan dan perdagangan kupu-kupu untuk mencapai tujuan
penelitian (2). Hasil kajian keefektifan implementasi peraturan perundang-
undangan pemanfaatan SL dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian (3).
Berdasarkan hasil kajian untuk mencapai tujuan penelitian (1), (2), dan (3),
dirumuskan permasalahan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan
komersial kupu-kupu. Hasil dari perumusan masalah kelembagaan tersebut
selanjutnya dirumuskan solusi penguatan kelembagaan pemanfaatan komersial
kupu-kupu di daerah penyangga TN Babul Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
24
4 KARAKTERISTIK SUMBER DAYA KUPU-KUPU
(Lepidoptera) YANG DIMANFAATKAN SECARA KOMERSIAL
4.1 Kupu-Kupu Hasil Tangkapan
Pengamatan hasil tangkapan kupu-kupu meliputi jumlah individu setiap
jenis dan rasio kelamin. Hasil pengamatan aktivitas para penangkap di 3 lokasi
pengamatan pada bulan Februari, Mei dan Agustus 2013 menunjukkan bahwa
kupu-kupu hasil tangkapan berjumlah 838 individu (spesimen) yang tergolong ke
dalam 89 jenis dan 4 famili. Data hasil pengamatan secara keseluruhan disajikan
pada Lampiran 1. Jumlah individu kupu-kupu setiap jenis berdasarkan kelompok
famili pada seluruh lokasi pengamatan disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jumlah jenis dan individu kupu-kupu hasil tangkapan berdasarkan
famili di lokasi penelitian
Famili Jumlah jenis Jumlah individu
Nymphalidae
Papilionidae
Pieridae
Lycaenidae
52
16
16
5
342
283
203
10
Total 89 838
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa kupu-kupu hasil
tangkapan untuk tujuan komersial di daerah penyangga TN Babul didominasi oleh
famili Nymphalidae. Jenis-jenis dari famili ini ditemukan paling banyak
dibandingkan dengan 3 famili lainnya. Hal tersebut sesuai dengan laporan
sejumlah hasil penelitian yang menyebutkan bahwa famili Nymphalidae
merupakan famili yang memiliki anggota terbanyak pada berbagai lokasi
penelitian. Jumlah jenis kupu-kupu berdasarkan kelompok famili menurut
beberapa hasil penelitian seperti disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Jumlah jenis kupu-kupu berdasarkan kelompok famili menurut
beberapa hasil penelitian
Peneliti Tahun Lokasi Famili
A B C D
Tabadepu et al.
Dendang
Sharma & Joshi
Koneri & Saroyo
Rahayu & Basukriadi
Rahayuningsih et al.
2008
2009
2009
2012
2012
2012
Jabar
Jabar
India
Sulut
Jambi
Jateng
16
7
19
15
24
41
2
4
3
10
5
9
4
2
10
3
5
10
4
1
8
─
5
2
A: Nymphalidae; B: Papilionidae; C: Pieridae; D: Lycaenidae
Famili Nymphalidae adalah kelompok terbesar dari Lepidoptera dan
mencakup banyak jenis yang umumnya dapat ditemukan hampir di mana saja
(Boonvanno et al. 2000). Banyaknya jumlah jenis kupu-kupu hasil tangkapan
25
terutama dari famili Nymphalidae di lokasi penelitian juga berkaitan dengan
ketersediaan tumbuhan pakan. Menurut Rahayu dan Basukriadi (2012), kekayaan
jenis kupu-kupu yang tinggi terutama dari famili Nymphalidae tidak terlepas dari
faktor ketersediaan tumbuhan inang kupu-kupu, baik sebagai sumber makanan
maupun tempat bernaung.
Sumber pakan kupu-kupu famili Nympalidae adalah dari famili
Annonaceae, Leguminosae, Compositae dan Poaceae (Peggie dan Amir 2006).
Beberapa jenis tumbuhan yang dikenal sebagai tumbuhan inang dan tumbuhan
pakan larva kupu-kupu dari famili tersebut dapat ditemukan pada seluruh lokasi
pengamatan. Sumah (2012) menyatakan bahwa jenis-jenis tumbuhan pakan larva
kupu-kupu yang paling sering dikunjungi oleh kupu-kupu dari kelompok famili
Nymphalidae di TN Babul Kabupaten Maros adalah Lantana camara, Arenga
pinnata, dan Ficus sp.
Dominansi jenis-jenis dari famili Nymphalidae juga berkaitan dengan
sifatnya yang polifagus sehingga membantu kupu-kupu ini hidup dalam berbagai
habitat, polifagus merupakan sifat kupu-kupu yang dapat melakukan oviposisi
pada beberapa jenis tumbuhan (Vane-Wright dan de Jong 2003). Kupu-kupu dari
famili Nympalidae adalah kelompok kupu-kupu yang memiliki jumlah jenis
terbanyak dan bersifat kosmopolit, tersebar di banyak wilayah di dunia dan
memiliki kemampuan bertahan hidup yang tinggi pada berbagai jenis habitat
karena bersifat polifagus (Indrawan et al. 2007; Tabadepu et al. 2008).
Selanjutnya dinyatakan oleh Majumder et al. (2012) bahwa banyak jenis dari
marga Nymphalidae yang bersifat active fliers sehingga membantu mereka
melakukan aktivitas foraging pada wilayah yang lebih luas.
Pengamatan jumlah individu setiap jenis (spesies) kupu-kupu hasil
tangkapan berdasarkan kelompok famili, dilakukan pada setiap lokasi
pengamatan. Hasil pengamatan tersebut disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu berdasarkan kelompok
famili pada setiap lokasi pengamatan
Famili Desa Kalabbirang Desa Jenetaesa Desa Samangki
Spesies Individu Spesies Individu Spesies Individu
Lycaenidae
Nymphalidae
Papilionidae
Pieridae
3
31
14
11
5
122
73
74
2
32
15
11
3
101
102
58
2
43
14
12
2
119
108
71
Total 59 274 60 264 71 300
Bila dibandingkan antara setiap lokasi pengamatan, relatif tidak terdapat
perbedaan jumlah individu kupu-kupu hasil tangkapan yang mencolok antara
ketiga lokasi pengamatan. Hal ini disebabkan oleh ketiga lokasi pengamatan
masih dalam suatu kawasan yang relatif berdekatan. Antara lokasi pengamatan
tidak terdapat rintangan geografi yang dapat menghalangi penyebaran kupu-kupu
di kawasan tersebut. Meskipun menurut data tersebut memperlihatkan bahwa
jumlah jenis dan individu kupu-kupu lebih banyak pada lokasi pengamatan Desa
Samangki. Lokasi pengamatan tersebut terdiri atas vegetasi hutan sekunder. Hal
ini sesuai dengan pernyataan bahwa hutan yang sudah diolah atau sedikit
26
terganggu menghasilkan banyak jenis vegetasi sehingga mendorong datangnya
kupu-kupu dan merupakan salah satu habitat yang memiliki jumlah kupu-kupu
terbanyak (Sundufu dan Dumbuya 2008; Rahayu dan Basukriadi 2012).
Menurut Efendi (2009), terdapat hubungan keragaman kupu-kupu dengan
habitatnya. Larva dan kupu-kupu dewasa bergantung pada keragaman tanaman
inang. Walaupun kupu-kupu dapat bermigrasi ke daerah yang baru, namun jika
sumber tumbuhan pakan larva kupu-kupu musnah, maka kupu-kupu tidak dapat
melanjutkan keturunannya.
Pengamatan jumlah individu setiap jenis (spesies) berdasarkan kelompok
famili juga dilakukan pada 3 bulan pengamatan. Hasil pengamatan tersebut
disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu berdasarkan kelompok
famili pada setiap bulan pengamatan
Famili Februari Mei Agustus
Spesies Individu Spesies Individu Spesies Individu
Lycaenidae
Nymphalidae
Papilionidae
Pieridae
1
31
13
9
1
89
94
67
2
36
13
12
2
148
77
47
3
33
14
12
7
105
112
89
Total 54 251 63 274 62 313
Hasil tangkapan memperlihatkan bahwa relatif terjadi kecenderungan
jumlah individu kupu-kupu meningkat secara berturut-turut mulai bulan Februari,
Mei dan Agustus. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan intensitas hujan
yang semakin berkurang secara berturut-turut pada bulan-bulan tersebut. Hal ini
berarti bahwa keragaman dan kelimpahan jenis kupu-kupu juga dipengaruhi oleh
musim. Menurut Rizal (2007) dan Sumah (2012) bahwa keragaman dan
kelimpahan kupu-kupu lebih tinggi dapat ditemukan pada akhir musim hujan.
Sementara Boovanno et al. (2000) menyatakan bahwa aktivitas reproduksi kupu-
kupu menunjukkan peningkatan pada bulan-bulan tertentu saat kondisi lingkungan
optimum dan berkaitan dengan ketersediaan tumbuhan pakan larvanya.
Hasil wawancara dengan salah seorang informan yang merupakan
pengumpul pedagang kupu-kupu di Desa Jenetaesa menyatakan: "...setiap
hari...rata-rata kupu-kupu yang dibawa penangkap ada sekitar 10 jenis...biasanya
dalam 1 minggu jenis kupu-kupu masih sama, pergantian jenis baru kelihatan
dalam 1 minggu kemudian...biasanya begitu seterusnya..." (KT4.34). Hasil
wawancara dengan beberapa orang penangkap juga menunjukkan bahwa jumlah
jenis kupu-kupu hasil tangkapan yang dijual kepada para pengumpul pedagang
setiap hari berkisar antara 10 hingga 15 jenis.
Beberapa orang informan yang merupakan pengumpul pedagang di lokasi
penelitian juga menyatakan hal yang sama. Dijelaskan oleh mereka bahwa
biasanya dalam satu minggu, jenis kupu-kupu hasil tangkapan relatif sama.
Setelah satu minggu kemudian jenis kupu-kupu yang ditangkap mulai berganti,
walau demikian masih banyak juga jenis-jenis yang selalu muncul dan ditemukan
di setiap bulan.
27
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kupu-kupu hasil tangkapan secara
keseluruhan memperlihatkan jumlah jantan lebih banyak ditangkap dibandingkan
betina. Rasio kelamin antara kupu-kupu jantan dengan betina sesuai data pada
Lampiran 1 menunjukkan bahwa dari 89 jenis kupu-kupu yang ditangkap, hanya
terdapat 1 jenis yaitu Tirumala choaspes dari famili Nymphalidae yang jumlah
jantan lebih sedikit dibandingkan betina. Jumlah individu berdasarkan rasio
kelamin 4 jenis kupu-kupu yang dominan di setiap lokasi maupun bulan
pengamatan disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Jumlah individu berdasarkan rasio kelamin 4 jenis kupu-kupu dominan
di lokasi penelitian
Jenis Famili Jantan Betina Jumlah
Catopsilia pamona
Graphium agamemnon
Graphium milon
Ideopsis juventa
Pieridae
Papilionidae
Papilionidae
Nymphalidae
60
43
34
43
6
5
0
4
66
48
34
47
Total 180 15 195
Hasil wawancara dengan para pengumpul pedagang di lokasi penelitian juga
menunjukkan bahwa umumnya hasil tangkapan para penangkap yang dijual
kepada pengumpul pedagang sebagian besar terdiri atas kupu-kupu jantan. Salah
seorang pengumpul pedagang di Desa Samangki menyatakan: "...kupu-kupu hasil
tangkapan lebih banyak jantan dibanding betina...biasanya perbandingan 5 : 1
untuk jantan..." (KI2.16). Informan di Desa Kalabbirang menyatakan: "...kupu-
kupu yang ditangkap lebih banyak jantan..." (KI1.17). Selanjutnya informan di
Desa Jenetaesa menyatakan: "...kupu-kupu yang banyak didapat lebih banyak
jantan, kira-kira perbandingannya 10:1...betina sulit didapat karena biasanya
terbang tinggi, kalaupun ada yang tertangkap, kualitasnya masuk A3..."
(KT4.28).
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan tingginya rasio kelamin kupu-
kupu hasil tangkapan dari habitat alam di daerah penyangga TN Babul Kabupaten
Maros. Pertama, lokasi-lokasi pengamatan aktivitas penangkapan kupu-kupu
letaknya berdekatan dengan pinggiran sungai yang lembab dan berpasir.
Lingkungan tersebut umumnya banyak dikunjungi oleh kupu-kupu jantan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Glassberg (2001) dan Utami (2012) bahwa kupu-kupu
jantan sering ditemukan bergerombol pada pasir atau tanah lembab untuk
menghisap garam mineral dan air. Perilaku ini disebut mudpuddling. Garam
mineral tersebut akan ditransver kepada betina pada saat kawin yang akan menjadi
nutrisi bagi telur-telurnya.
Kedua, perbedaan jumlah individu jantan dan betina hasil tangkapan adalah
faktor perbedaan ukuran tubuh. Ukuran tubuh kupu-kupu jantan umumnya lebih
kecil dibandingkan betina. Menurut Gilchrist (1990) bahwa perbedaaan ukuran
tubuh antara spesies serangga jantan dengan betina menyebabkan perbedaan
dalam kemampuan terbang dan termoregulasi, sehingga berpotensi menyebabkan
perbedaan perilaku antara kedua jenis kelamin tersebut. Secara umum kupu-kupu
jantan lebih aktif dari pada betina, dengan demikian lebih mudah terdeteksi oleh
28
manusia. Akibatnya adalah kemungkinan mengumpulkan kupu-kupu jantan
cenderung lebih tinggi daripada probabilitas untuk betina (Idris dan Hassan 2014).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa spesimen kupu-kupu hasil
tangkapan yang diperdagangkan paling banyak adalah jenis Catopsilia pamona
dari famili Pieridae. Kupu-kupu jenis ini banyak digunakan sebagai bahan baku
pembuatan produk souvenir gantungan kunci. Kupu-kupu jenis ini memiliki
jumlah individu terbanyak pada seluruh lokasi maupun waktu pengamatan, sebab
pada seluruh lokasi pengamatan tersedia sumber pakan dan tanaman inang yang
dapat dijadikan sebagai sumber makanan dan tempat untuk meletakan telurnya.
Menurut Efendi (2009) dan Lamatoa et al. (2013) kupu-kupu jenis ini bersifat
polifagus. Tanaman inang dari jenis Catopsilia pamona antara lain yaitu
Caesalpinacea, Capparaceae, dan Papilionaceae (Peggie dan Amir 2006).
4.2 Status Jenis Kupu-Kupu Yang Dimanfaatkan Secara Komersial
Hasil pengamatan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa seluruh individu
dan jenis kupu-kupu di habitat alam daerah penyangga TN Babul menjadi target
untuk ditangkap oleh para penangkap. Hasil pengamatan juga menunjukkan
bahwa seluruh hasil tangkapan para penangkap tersebut dibeli oleh pengumpul
pedagang. Kupu-kupu hasil tangkapan, berapupun jumlahnya serta dalam kondisi
apapun akan dibeli oleh para pengumpul pedagang atau pengrajin souvenir.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa kupu-kupu yang ditangkap dan
diperdagangkan di daerah penyangga TN Babul terdiri atas berbagai jenis. Salah
seorang informan di Desa Kalabbirang menyatakan: "...sekarang...semua jenis
kupu-kupu punya nilai...sebab pengumpul-pengumpul ini membeli semua jenis
yang ditangkap oleh penangkap..." (KI1.4). Seorang pengumpul pedagang di
Desa Samangki menyatakan: "...saya lihat ini penangkap... yang penting bisa jadi
uang.... semuanya ditangkap...lihat kupu-kupu terbang seperti lihat uang
kertas...ha..ha...ha..." (KT3.4). Selanjutnya salah seorang pengumpul pedagang
lainnya di Desa Samangki juga menyatakan: "...prinsipnya orang-orang di
sini...tangkap hari ini...jadi uang hari ini..." (KI2.18).
Hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan bahwa jenis-jenis yang
ditangkap dari habitat alam yang selanjutnya diperdagangkan juga termasuk 4
jenis kupu-kupu yang dilindungi sebagaimana Lampiran PP 7/199910
, 3 jenis di
antaranya dari genus Troides tergolong Appendix II CITES. Jumlah individu jenis
kupu-kupu yang dilindungi berdasarkan hasil tangkapan menurut jenis kelamin di
lokasi pengamatan disajikan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Jumlah individu kupu-kupu yang dilindungi menurut jenis kelamin
di lokasi pengamatan
Jenis Famili Jantan Betina Jumlah
Cethosia myrina
Troides haliphron
Troides helena
Troides hypolitus
Nymphalidae
Papilionidae
Papilionidae
Papilionidae
12
20
22
10
2
9
4
2
14
29
26
12
Total 64 17 81
10
PP 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
29
Sesuai Surat Keputusan Dirjen PHKA No: SK.6/IV-KKH/2013 telah
ditetapkan kuota pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar untuk periode tahun 2013.
Menurut Surat Keputusan tersebut, terdapat 86 jenis kupu-kupu yang ditetapkan
pemanfaatannya untuk lokasi penangkapan di Provinsi Sulawesi Selatan atau
dalam wilayah kerja Balai Besar KSDA Sulsel. Jenis-jenis tersebut terdiri atas 4
jenis kupu-kupu yang dilindungi yang ditetapkan kuotanya untuk tujuan
penelitian, serta 82 jenis kupu-kupu yang tidak dilindungi atau Non Appendix
CITES untuk tujuan pemanfaatan komersial. Daftar kuota tangkap kupu-kupu
yang ditetapkan oleh Dirjen PHKA untuk wilayah kerja Balai Besar KSDA Sulsel
tahun 2009 hingga 2013 disajikan pada Lampiran 2.
Berdasarkan daftar tersebut, jumlah individu (spesimen) 4 jenis kupu-kupu
yang dilindungi yang boleh ditangkap untuk tujuan penelitian adalah berjumlah 20
individu setiap jenis untuk kuota tahun 2013. Artinya bahwa telah terjadi
pelanggaran atas peraturan perundang-undangan khususnya yang terkait dengan
pemanfaatan jenis kupu-kupu yang dilindungi di daerah penyangga TN Babul
Kabupaten Maros. Empat jenis kupu-kupu yang dilindungi menurut para
pengumpul pedagang sering ditemukan di lokasi penelitian. Hasil wawancara
dengan salah seorang pengumpul pedagang di Desa Kalabbirang menyatakan:
"...mengenai jenis-jenis yang dilindungi....justru paling mudah didapat di alam...
dan jenis-jenis ini juga mudah ditangkar..." (KI1.12).
Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa terdapat jenis-jenis yang
ditangkap dari alam dan diperdagangkan namun belum ditetapkan di dalam kuota
penangkapan periode tahun 2013 untuk lokasi tangkap Provinsi Sulawesi Selatan.
Daftar jenis kupu-kupu hasil tangkapan yang belum ditetapkan kuotanya secara
rinci disajikan pada Lampiran 1. Berdasarkan kelompok famili, jumlah spesies
dan individu kupu-kupu hasil tangkapan yang belum ditetapkan kuotanya
disajikan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu hasil tangkapan yang belum
ditetapkan kuota penangkapannya berdasarkan kelompok famili
Famili Jumlah spesies Jumlah individu
Nymphalidae
Papilionidae
Pieridae
Lycaenidae
30
1
9
5
219
2
110
10
Total 45 341
Hasil pengamatan seperti disajikan pada Tabel 4.7 tersebut bila
dibandingkan dengan seluruh hasil tangkapan pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa
sebanyak 50,56 % jumlah jenis kupu-kupu hasil tangkapan yang belum ditetapkan
kuotanya. Selanjutnya sebanyak 40,69 % dari jumlah individu kupu-kupu hasil
tangkapan tersebut tidak ada kuota penangkapannya. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa ada ketidaksesuaian antara daftar jenis kupu-kupu berdasarkan kuota
tangkap khususnya untuk Provinsi Sulawesi Selatan dengan komposisi jenis kupu-
kupu di habitat alam daerah penyangga TN Babul Kabupaten Maros.
Hasil wawancara dengan salah seorang pengumpul pedagang di Desa
Kalabbirang menyatakan:
30
"...mengenai kuota...susah... kadang ada kuotanya tetapi tidak ada barangnya
(sulit ditemukan) di alam...tetapi yang banyak di alam... dan banyak permintaan
justru kurang kuotanya...misalnya blumei (Papilio blumei)...terlalu sedikit...kurang
lebih 500 (ekor) per pemegang izin di sini, jadi total 1500 (ekor) untuk 3 pemegang
izin...sementara yang beredar bisa lebih dari 10.000 (ekor)...." (KI1.35).
Hasil wawancara dengan aparatur Balai Besar KSDA Sulsel, Direktorat
Jenderal PHKA dan LIPI menunjukkan bahwa daftar jenis kupu-kupu yang
tercantum dalam kuota yang ditetapkan selama ini belum pernah dilakukan
peninjauan ulang, terkait dengan komposisi jenis dan jumlah individu. Walaupun
demikian menurut daftar kuota pada Lampiran 2 menunjukkan adanya penurunan
jumlah individu yang dapat ditangkap secara berturut-turut sejak tahun 2009. Oleh
sebab itu, ketentuan mengenai kuota tangkap kupu-kupu khususnya untuk
Provinsi Sulawesi Selatan perlu ditinjau kembali.
Karakteristik sumber daya kupu-kupu yang dimanfaatkan secara komersial
di dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kupu-kupu hasil tangkapan sebanyak
838 individu dari 89 jenis yang tergolong dalam 4 famili. Jumlah individu kupu-
kupu jantan hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan betina. Kupu-kupu yang
dimanfaatkan secara komersial tersebut termasuk pula 4 jenis yang dilindungi,
serta terdapat 45 jenis dan 341 individu yang belum ditetapkan kuota
penangkapannya.