14
17 3 METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan September 2013. Lokasi penelitian terletak di Desa Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung; serta di Desa Jenetaesa dan Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros. Alasan pemilihan desa-desa tersebut karena merupakan lokasi-lokasi penangkapan berbagai jenis kupu-kupu yang diperdagangkan (Noerdjito dan Aswari 2003). Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian; Sumber: Ditjen PHKA (2008) Fokus penelitian adalah pemanfaatan komersial kupu-kupu melalui penangkapan dari habitat alam untuk tujuan perdagangan yang dilakukan oleh warga di desa-desa yang merupakan lokasi penelitian. Subjek penelitian adalah individu warga pemanfaat kupu-kupu sebagai kelompok sasaran serta aparatur pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sebagai pelaksana peraturan perundang-undangan pemanfaatan SL.

3 METODE - repository.ipb.ac.id · Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis

  • Upload
    lehanh

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 3 METODE - repository.ipb.ac.id · Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis

17

3 METODE

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan September 2013.

Lokasi penelitian terletak di Desa Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung; serta di

Desa Jenetaesa dan Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros.

Alasan pemilihan desa-desa tersebut karena merupakan lokasi-lokasi penangkapan

berbagai jenis kupu-kupu yang diperdagangkan (Noerdjito dan Aswari 2003).

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian; Sumber: Ditjen PHKA (2008)

Fokus penelitian adalah pemanfaatan komersial kupu-kupu melalui

penangkapan dari habitat alam untuk tujuan perdagangan yang dilakukan oleh

warga di desa-desa yang merupakan lokasi penelitian. Subjek penelitian adalah

individu warga pemanfaat kupu-kupu sebagai kelompok sasaran serta aparatur

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sebagai pelaksana peraturan

perundang-undangan pemanfaatan SL.

Page 2: 3 METODE - repository.ipb.ac.id · Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis

18

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat lintas bidang dengan menggunakan pengetahuan

positif dan pengetahuan tentang nilai untuk menghasilkan suatu preskripsi (resep)

tentang penguatan kelembagaan pemanfaatan komersial kupu-kupu di daerah

penyangga TN Babul Kabupaten Maros. Pakpahan (1989) menyatakan "...suatu

preskripsi selalu mengandung unsur nilai dan bukan nilai...". Pendekatan

penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif

sesuai keperluan masing-masing kajian. Kajian yang dilakukan dalam penelitian

ini meliputi: karakteristik sumber daya kupu-kupu (Lepidoptera) yang

dimanfaatkan secara komersial; karakteristik pelaku, teknik penangkapan dan

pedagangan kupu-kupu; keefektifan implementasi peraturan pemanfaatan

komersial SL; serta penguatan kelembagaan pemanfaatan komersial kupu-kupu.

Penggunaan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif tersebut

menekankan pada penggambaran, pemahaman dan penjelasan atas data-data yang

dikumpulkan. Kredibilitas data diuji secara triangulasi terhadap cara pengumpulan

dan sumber data (Sugiyono 2012).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui: (a) observasi atau pengamatan untuk

memperoleh data primer dan melihat langsung aktivitas pemanfaatan komersial

kupu-kupu di lapangan; (b) wawancara mendalam dengan informan yang meliputi

para pelaku pemanfaat kupu-kupu yaitu penangkap, pengumpul pedagang serta

para pejabat di instansi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang terkait

dengan pemanfaatan SL; serta (c) studi literatur terhadap beberapa data sekunder.

Data primer diperoleh langsung melalui observasi dan wawancara, serta data

sekunder berupa peraturan perundang-undangan, data statistik dan laporan

tahunan diperoleh dari instansi terkait.

Observasi awal dilakukan dengan menelusuri para pengumpul pedagang

serta para penangkap secara snow ball technique untuk mendapatkan informasi

mengenai para pengumpul pedagang dan penangkap yang ada di lokasi penelitian.

Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara

secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis kupu-

kupu dilihat dari pembelian hasil tangkapan. Wawancara juga dilakukan dengan

para penangkap saat melakukan aktivitas penangkapan di lapangan, guna

mendapatkan gambaran tambahan mengenai jenis-jenis kupu-kupu serta sebagai

suatu cross reference terhadap data yang telah disampaikan oleh para pengumpul

pedagang. Wawancara mendalam juga dilakukan terhadap petugas pada instansi

terkait mengenai aspek pengaturan pemanfaatan komersial kupu-kupu. Studi

literatur sebagai pelengkap data dan informasi, didapatkan dari instansi terkait.

Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini menggunakan

teknik purposive. Informan yang dipilih berdasarkan pada pertimbangan tertentu

yaitu bahwa orang tersebut dianggap paling tahu tentang data dan informasi apa

yang diharapkan (Sugiyono 2012). Pertimbangan tertentu bagi aparatur pelaksana

peraturan adalah berdasarkan pada jenjang jabatan, tugas pokok dan fungsinya

yang terkait langsung dengan pemanfaatan SL. Bagi kelompok sasaran khususnya

pengumpul pedagang, pertimbangannya adalah yang telah menekuni usaha

pemanfaatan komersial kupu-kupu lebih dari 10 tahun.

Page 3: 3 METODE - repository.ipb.ac.id · Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis

19

Jumlah informan ditentukan dengan pertimbangan-pertimbangan informasi

yang diperlukan, jika tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring maka pemilihan

informan sudah dapat diakhiri (Moleong 2002). Jumlah informan yang dimaksud

dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Informan penelitian

Pelaksana Peraturan Jabatan Jumlah

Balai Besar KSDA

Sulsel

Dinas Kehutanan dan

Perkebunan

Kabupaten Maros

Dinas Kehutanan

Provinsi Sulsel

Balai Taman Nasional

Bantimurung

Bulusaraung

Direktorat Jenderal

PHKA

Pusat Penelitian

Biologi LIPI

Kepala Bidang Teknis

Kepala Bagian Tata Usaha

Kepala Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan

Kepala Seksi Perlindungan, Pengawetan dan

Perpetaan

Pengendali Ekosistem Hutan Tingkat Ahli

Kepala Bidang Kehutanan

Kepala Seksi Inventarisasi dan Perpetaan Hutan

Kepala Seksi Aneka Usaha Kehutanan

Kepala Bidang Perlindungan Hutan dan

Konservasi Alam

Kepala Seksi Peredaran Hasil Hutan

Kepala Sub bagian Tata Usaha

Kepala Seksi Wilayah II Bantimurung

Pengendali Ekosistem Hutan Tingkat Ahli

Polisi Kehutanan

Kepala Sub Direktorat Pengawetan dan

Pemanfaatan jenis

Kepala Sub Direktorat Tertib Peredaran

Kepala Sub Direktorat Lembaga Konservasi

dan Perburuan

Kepala Sub Direktorat Program dan Evaluasi

Penyidikan dan Pengamanan

Kepala Seksi Pembalakan Ilegal dan Satwa Liar

Wilayah I

Peneliti pada Bidang Zoologi

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

1

1

1

1

1

1

Kelompok Sasaran Kategori Jumlah

Penangkap

Pengumpul pedagang

Kelompok usia di bawah 19 tahun

Kelompok usia di atas 19 tahun

Memiliki izin pengedar

Tidak memiliki izin pengedar

3

6

2

5

3.3.1 Kajian tentang karakteristik sumber daya kupu-kupu (Lepidoptera)

yang dimanfaatkan secara komersial

Sumber daya kupu-kupu yang dimanfaatkan secara komersial di daerah

penyangga TN Babul diketahui melalui studi terhadap jenis-jenis kupu-kupu hasil

Page 4: 3 METODE - repository.ipb.ac.id · Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis

20

tangkapan yang meliputi jumlah individu setiap jenis dan rasio kelamin, serta

status jenis kupu-kupu yang dimanfaatkan secara komersial dari habitat alam.

Pada umumnya kondisi populasi satwa liar, termasuk kupu-kupu di alam sangat

sulit untuk diketahui. Hal ini disebabkan oleh luasnya habitat, letak geografis,

serta sifat dari satwa liar tersebut yang tidak memungkinkan dilakukan sensus

secara terstruktur dalam satu satuan waktu yang pendek (Shine et al. 1998;

Schlaeper et al. 2005; Iskandar dan Erdelen 2006; Semiadi dan Sidik 2011).

Oleh sebab itu, kajian tidak langsung melalui pemantauan terhadap hasil

yang dipanen/ditangkap yang ada di tingkat penangkap dapat menjadi indikator

penting mengenai kondisinya di alam (TRAFFIC 2008; Semiadi dan Sidik 2011).

Gambaran sesungguhnya mengenai kondisi populasi serta status jenis kupu-kupu

di alam perlu terus dipantau secara reguler untuk memperoleh informasi sebagai

dasar pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pengelolaan pemanfaatan

kupu-kupu secara lestari.

Pengamatan jenis-jenis kupu-kupu hasil tangkapan dilakukan terhadap

masing-masing 3 orang penangkap pada 3 lokasi penangkapan di daerah

penyangga TN Babul Kabupaten Maros. Pemilihan lokasi pengamatan dilakukan

secara sengaja (purposive) dengan cara mengikuti pilihan para penangkap yang

biasanya melakukan aktivitas penangkapan. Selama melakukan pengamatan

didampingi oleh dua orang pengenal jenis kupu-kupu yang mampu

mengidentifikasi kupu-kupu dengan baik.

Pengamatan dilakukan pada bulan Februari, Mei, dan Agustus 2013 di

setiap lokasi penangkapan. Pemilihan waktu pengamatan berdasarkan

pertimbangan bahwa intensitas curah hujan pada bulan-bulan tersebut secara

berturut-turut adalah tinggi, sedang dan rendah. Selain itu, menurut informasi para

pengumpul pedagang bahwa komposisi jenis kupu-kupu hasil tangkapan selama 1

hingga 2 bulan relatif sama. Jadi dengan asumsi rentang waktu pengamatan

selama 3 bulan, maka akan memperoleh data komposisi jenis kupu-kupu hasil

tangkapan yang berbeda. Masing-masing lokasi dilakukan pengamatan selama 3

hari. Pengamatan dilakukan pada pagi hari (08.00-12.00 WITA) dan siang hingga

sore hari (pukul 13.00-16.00 WITA). Pengamatan penangkapan kupu-kupu

dilakukan di sepanjang jalur berukuran lebar 20 meter dengan panjang 150 meter,

menggunakan metode sensus transek (transect count) (Pollard dan Yates 1993;

Noerdjito dan Aswari 2003). Rincian waktu pengamatan aktivitas penangkapan

kupu-kupu di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Waktu pengamatan aktivitas penangkapan kupu-kupu di lokasi

penelitian tahun 2013

Bulan Desa Kalabbirang Desa Jenetaesa Desa Samangki

Februari

Mei

Agustus

Tanggal 4

Tanggal 6

Tanggal 19

Tanggal 13

Tanggal 16

Tanggal 24

Tanggal 23

Tanggal 27

Tanggal 31

Penangkapan kupu-kupu oleh para penangkap menggunakan jaring serangga

(sweep net) berdiameter 50 cm dengan panjang tongkat 200 cm. Penangkapan

dilakukan dengan cara berjalan perlahan atau menunggu sambil terus mengawasi

keberadaan kupu-kupu untuk ditangkap. Pada setiap jalur pengamatan, jenis kupu-

Page 5: 3 METODE - repository.ipb.ac.id · Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis

21

kupu yang tertangkap dicatat jumlahnya, nama jenis dan perbedaan jenis

kelaminnya. Cara memperkirakan rasio kelamin dari populasi kupu-kupu adalah

dengan menghitung perbandingan jantan dengan betina hasil tangkapan. Asumsi

yang mendasari praktek ini bahwa koleksi kupu-kupu liar di alam sehubungan

dengan rasio kelamin adalah acak (Idris dan Hassan 2014).

Data jenis-jenis kupu-kupu hasil tangkapan berupa jumlah individu setiap

jenis dan rasio kelamin diketahui dengan cara menghitung seluruh individu yang

tertangkap di dalam transek selama waktu pengamatan. Data hasil pengamatan

kemudian ditabulasi dan dijabarkan secara deskriptif.

3.3.2 Kajian tentang karakteristik pelaku, teknik penangkapan dan

perdagangan kupu-kupu

Kajian ini meliputi pelaku penangkapan, metode menangkap, pelaku

perdagangan, aktivitas perdagangan, klasifikasi kualitas dan harga kupu-kupu,

serta upaya budi daya kupu-kupu. Karakteristik penangkapan kupu-kupu dari

habitat alam untuk tujuan perdagangan berkaitan dengan siapa saja yang terlibat

dalam aktivitas penangkapan. Observasi lapangan serta wawancara mendalam

dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah penangkap yang secara aktif

melakukan penangkapan, metode menangkap (menjaring), lokasi serta waktu

penangkapan kupu-kupu.

Data dan informasi tentang karakteristik perdagangan (peredaran) kupu-

kupu dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi lapangan untuk

mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan kupu-kupu, aktivitas

pelaku perdagangan, klasifikasi kualitas dan harga kupu-kupu yang

diperdagangkan, serta perilaku warga dalam melakukan budi daya kupu-kupu.

Pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan kupu-kupu di daerah penyangga TN

Babul dihitung jumlahnya serta digambarkan dalam bagan alir tata niaga kupu-

kupu.

3.3.3 Kajian tentang keefektifan implementasi peraturan pemanfaatan

komersial satwa liar

Keefektifan implementasi peraturan pemanfaatan komersial SL meliputi isi

peraturan, tingkat pemahaman, dukungan masyarakat, dan pembagian tugas pokok

dan fungsi instansi. Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi studi literatur

peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemanfaatan SL, dan

wawancara mendalam dengan para informan untuk mengetahui tingkat

pemahaman peraturan. Pemahaman peraturan oleh para pelaksana peraturan

terdiri atas aparatur pada Balai Besar KSDA Sulsel, Dinas Kehutanan Provinsi

Sulsel, dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Maros, serta kelompok

sasaran yang terdiri atas para penangkap dan pengumpul pedagang. Observasi dan

wawancara mendalam dengan para informan terkait dengan implementasi

peraturan perundang-undangan pemanfaatan komersial SL di lapangan.

Page 6: 3 METODE - repository.ipb.ac.id · Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis

22

3.3.4 Kajian tentang penguatan kelembagaan pemanfaatan komersial

kupu-kupu

Penguatan kelembagaan pemanfaatan komersial kupu-kupu di daerah

penyangga TN Babul Kabupaten Maros meliputi tahapan: (1) identifikasi

permasalahan kelembagaan yang terkait dengan karakteristik jenis kupu-kupu

(Lepidoptera) yang dimanfaatkan secara komersial, karakteristik penangkapan

dan peredaran (perdagangan) kupu-kupu, dan keefektifan implementasi peraturan

pemanfaatan komersial SL; dan (2) merumuskan penguatan kelembagaan

pemanfaatan komersial kupu-kupu.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Analisis deskriptif kuantitatif

Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan dengan membuat penjelasan-

penjelasan dengan memperlihatkan data-data kuantitatif yang diperoleh melalui

hasil pengamatan, wawancara mendalam maupun studi literatur. Hasil analisis

disajikan dalam bentuk tabel atau foto. Analisis dilakukan terhadap: (1) jenis-jenis

kupu-kupu hasil tangkapan yang meliputi: jumlah individu setiap jenis kupu-kupu

hasil tangkapan secara keseluruhan, jumlah individu setiap jenis berdasarkan

lokasi maupun waktu pengamatan, dan jumlah individu berdasarkan status jenis,

baik status perlindungan maupun menurut daftar kuota penangkapan; (2) jumlah

pelaku pemanfaat kupu-kupu yaitu penangkap, pengumpul pedagang, pengrajin

souvenir dan penjual souvenir, jumlah spesimen kupu-kupu berdasarkan kelas

kualitas dan harga beberapa jenis kupu-kupu; serta (3) tingkat pemahaman

terhadap peraturan perundang-undangan pemanfaatan SL oleh aparatur sebagai

pelaksana serta para penangkap dan pengumpul pedagang sebagai kelompok

sasaran.

3.4.2 Analisis pemahaman peraturan perundang-undangan

Analisis pemahaman peraturan perundang-undangan pemanfaatan SL bagi

aparatur pelaksana di lapangan (street-level bureaucrats) dan kelompok sasaran,

dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang: (1) jenis-jenis peraturan perundang-

undangan pemanfaatan SL; (2) hak dan kawajibannya terkait dengan pemanfaatan

SL; (3) prosedur dan tata cara pemanfaatan SL; (4) larangan dan sanksi atas

pelanggaran pemanfaatan SL.

Berdasarkan 4 jenis pengetahuan tersebut maka dibuat 3 kategori, yaitu:

Baik, apabila memiliki minimal 3 pengetahuan; Cukup, apabila memiliki

maksimal 2 pengetahuan; dan Kurang, apabila memiliki maksimal 1 pengetahuan

tentang peraturan perundang-undangan pemanfatan SL.

3.4.3 Analisis deskriptif kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif merupakan analisis yang menjelaskan data dan

informasi hasil wawancara dalam bentuk uraian verbal (Usman dan Akbar 2006).

Analisis kualitatif dilakukan dengan penekanan pada deskripsi dan pemaknaan

data hasil wawancara dengan interpretasi secara kritis (Nugroho 2013). Sumber

data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya

Page 7: 3 METODE - repository.ipb.ac.id · Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis

23

adalah data tambahan seperti dokumen, foto, data statistik, laporan dan lain-lain

(Moleong 2002).

Analisis deskriptif kualitatif dalam penelitian ini dilakukan terhadap data

yang terkait dengan: (1) status perlindungan dan status menurut kuota jenis kupu-

kupu yang dimanfaatkan; (2) metode menangkap kupu-kupu, aktivitas peredaran

(perdagangan), kualitas kupu-kupu hasil tangkapan, dan perilaku warga dalam

budi daya kupu-kupu; (3) implementasi peraturan perundang-undangan

pemanfaatan SL oleh aparatur pelaksana pada instansi pemerintah yang terkait,

serta implementasi oleh kelompok sasaran yaitu para penangkap dan pengumpul

pedagang kupu-kupu di daerah penyangga TN Babul Kabupaten Maros.

3.4.4 Penelaahan atas isi peraturan perundang-undangan

Penelaahan atas isi peraturan perundang-undangan adalah teknik penelitian

untuk membuat penjelasan-penjelasan dengan mencermati konteks suatu isi

komunikasi (Bungin 2010). Konteks komunikasi yang dimaksud pada penelitian

ini adalah isi teks pasal-pasal tertentu yang terkait dengan pemanfaatan komersial

satwa liar. Isi teks peraturan tersebut selanjutnya dibandingan dengan

implementasinya di lapangan. Penelaahan atas substansi teks peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan pemanfaatan komersial SL dilakukan

terhadap UU 5/1990, PP 8/1999, PP 38/2007, Kepmenhut 447/2003, dan Permen

LH 29/2009.

3.4.5 Analisis penguatan kelembagaan pemanfaatan komersial kupu-kupu

Analisis penguatan kembagaan pemanfaatan komersial kupu-kupu

dilakukan menggunakan analisis tema. Analisis tema atau discovering cultural

themes merupakan upaya mencari "benang merah" yang mengintegrasikan lintas

domain yang ada (Faisal 1990; Sugiyono 2012). Selanjutnya Sugiyono (2012)

menyatakan bahwa dari hasil analisis tema akan tersusun suatu "konstruksi

bangunan" situasi sosial yang sebelumnya masih gelap atau remang-remang

menjadi lebih terang dan jelas.

Tahapan analisis tema penguatan kelembagaan pemanfaatan komersial

kupu-kupu dimulai dengan melakukan kajian terhadap karakteristik sumber daya

kupu-kupu yang dimanfaatkan secara komersial untuk mencapai tujuan penelitian

(1). Berdasarkan hasil kajian tersebut, dilakukan kajian terhadap karakteristik

pelaku, teknik penangkapan dan perdagangan kupu-kupu untuk mencapai tujuan

penelitian (2). Hasil kajian keefektifan implementasi peraturan perundang-

undangan pemanfaatan SL dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian (3).

Berdasarkan hasil kajian untuk mencapai tujuan penelitian (1), (2), dan (3),

dirumuskan permasalahan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan

komersial kupu-kupu. Hasil dari perumusan masalah kelembagaan tersebut

selanjutnya dirumuskan solusi penguatan kelembagaan pemanfaatan komersial

kupu-kupu di daerah penyangga TN Babul Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Page 8: 3 METODE - repository.ipb.ac.id · Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis

24

4 KARAKTERISTIK SUMBER DAYA KUPU-KUPU

(Lepidoptera) YANG DIMANFAATKAN SECARA KOMERSIAL

4.1 Kupu-Kupu Hasil Tangkapan

Pengamatan hasil tangkapan kupu-kupu meliputi jumlah individu setiap

jenis dan rasio kelamin. Hasil pengamatan aktivitas para penangkap di 3 lokasi

pengamatan pada bulan Februari, Mei dan Agustus 2013 menunjukkan bahwa

kupu-kupu hasil tangkapan berjumlah 838 individu (spesimen) yang tergolong ke

dalam 89 jenis dan 4 famili. Data hasil pengamatan secara keseluruhan disajikan

pada Lampiran 1. Jumlah individu kupu-kupu setiap jenis berdasarkan kelompok

famili pada seluruh lokasi pengamatan disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jumlah jenis dan individu kupu-kupu hasil tangkapan berdasarkan

famili di lokasi penelitian

Famili Jumlah jenis Jumlah individu

Nymphalidae

Papilionidae

Pieridae

Lycaenidae

52

16

16

5

342

283

203

10

Total 89 838

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa kupu-kupu hasil

tangkapan untuk tujuan komersial di daerah penyangga TN Babul didominasi oleh

famili Nymphalidae. Jenis-jenis dari famili ini ditemukan paling banyak

dibandingkan dengan 3 famili lainnya. Hal tersebut sesuai dengan laporan

sejumlah hasil penelitian yang menyebutkan bahwa famili Nymphalidae

merupakan famili yang memiliki anggota terbanyak pada berbagai lokasi

penelitian. Jumlah jenis kupu-kupu berdasarkan kelompok famili menurut

beberapa hasil penelitian seperti disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah jenis kupu-kupu berdasarkan kelompok famili menurut

beberapa hasil penelitian

Peneliti Tahun Lokasi Famili

A B C D

Tabadepu et al.

Dendang

Sharma & Joshi

Koneri & Saroyo

Rahayu & Basukriadi

Rahayuningsih et al.

2008

2009

2009

2012

2012

2012

Jabar

Jabar

India

Sulut

Jambi

Jateng

16

7

19

15

24

41

2

4

3

10

5

9

4

2

10

3

5

10

4

1

8

5

2

A: Nymphalidae; B: Papilionidae; C: Pieridae; D: Lycaenidae

Famili Nymphalidae adalah kelompok terbesar dari Lepidoptera dan

mencakup banyak jenis yang umumnya dapat ditemukan hampir di mana saja

(Boonvanno et al. 2000). Banyaknya jumlah jenis kupu-kupu hasil tangkapan

Page 9: 3 METODE - repository.ipb.ac.id · Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis

25

terutama dari famili Nymphalidae di lokasi penelitian juga berkaitan dengan

ketersediaan tumbuhan pakan. Menurut Rahayu dan Basukriadi (2012), kekayaan

jenis kupu-kupu yang tinggi terutama dari famili Nymphalidae tidak terlepas dari

faktor ketersediaan tumbuhan inang kupu-kupu, baik sebagai sumber makanan

maupun tempat bernaung.

Sumber pakan kupu-kupu famili Nympalidae adalah dari famili

Annonaceae, Leguminosae, Compositae dan Poaceae (Peggie dan Amir 2006).

Beberapa jenis tumbuhan yang dikenal sebagai tumbuhan inang dan tumbuhan

pakan larva kupu-kupu dari famili tersebut dapat ditemukan pada seluruh lokasi

pengamatan. Sumah (2012) menyatakan bahwa jenis-jenis tumbuhan pakan larva

kupu-kupu yang paling sering dikunjungi oleh kupu-kupu dari kelompok famili

Nymphalidae di TN Babul Kabupaten Maros adalah Lantana camara, Arenga

pinnata, dan Ficus sp.

Dominansi jenis-jenis dari famili Nymphalidae juga berkaitan dengan

sifatnya yang polifagus sehingga membantu kupu-kupu ini hidup dalam berbagai

habitat, polifagus merupakan sifat kupu-kupu yang dapat melakukan oviposisi

pada beberapa jenis tumbuhan (Vane-Wright dan de Jong 2003). Kupu-kupu dari

famili Nympalidae adalah kelompok kupu-kupu yang memiliki jumlah jenis

terbanyak dan bersifat kosmopolit, tersebar di banyak wilayah di dunia dan

memiliki kemampuan bertahan hidup yang tinggi pada berbagai jenis habitat

karena bersifat polifagus (Indrawan et al. 2007; Tabadepu et al. 2008).

Selanjutnya dinyatakan oleh Majumder et al. (2012) bahwa banyak jenis dari

marga Nymphalidae yang bersifat active fliers sehingga membantu mereka

melakukan aktivitas foraging pada wilayah yang lebih luas.

Pengamatan jumlah individu setiap jenis (spesies) kupu-kupu hasil

tangkapan berdasarkan kelompok famili, dilakukan pada setiap lokasi

pengamatan. Hasil pengamatan tersebut disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu berdasarkan kelompok

famili pada setiap lokasi pengamatan

Famili Desa Kalabbirang Desa Jenetaesa Desa Samangki

Spesies Individu Spesies Individu Spesies Individu

Lycaenidae

Nymphalidae

Papilionidae

Pieridae

3

31

14

11

5

122

73

74

2

32

15

11

3

101

102

58

2

43

14

12

2

119

108

71

Total 59 274 60 264 71 300

Bila dibandingkan antara setiap lokasi pengamatan, relatif tidak terdapat

perbedaan jumlah individu kupu-kupu hasil tangkapan yang mencolok antara

ketiga lokasi pengamatan. Hal ini disebabkan oleh ketiga lokasi pengamatan

masih dalam suatu kawasan yang relatif berdekatan. Antara lokasi pengamatan

tidak terdapat rintangan geografi yang dapat menghalangi penyebaran kupu-kupu

di kawasan tersebut. Meskipun menurut data tersebut memperlihatkan bahwa

jumlah jenis dan individu kupu-kupu lebih banyak pada lokasi pengamatan Desa

Samangki. Lokasi pengamatan tersebut terdiri atas vegetasi hutan sekunder. Hal

ini sesuai dengan pernyataan bahwa hutan yang sudah diolah atau sedikit

Page 10: 3 METODE - repository.ipb.ac.id · Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis

26

terganggu menghasilkan banyak jenis vegetasi sehingga mendorong datangnya

kupu-kupu dan merupakan salah satu habitat yang memiliki jumlah kupu-kupu

terbanyak (Sundufu dan Dumbuya 2008; Rahayu dan Basukriadi 2012).

Menurut Efendi (2009), terdapat hubungan keragaman kupu-kupu dengan

habitatnya. Larva dan kupu-kupu dewasa bergantung pada keragaman tanaman

inang. Walaupun kupu-kupu dapat bermigrasi ke daerah yang baru, namun jika

sumber tumbuhan pakan larva kupu-kupu musnah, maka kupu-kupu tidak dapat

melanjutkan keturunannya.

Pengamatan jumlah individu setiap jenis (spesies) berdasarkan kelompok

famili juga dilakukan pada 3 bulan pengamatan. Hasil pengamatan tersebut

disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu berdasarkan kelompok

famili pada setiap bulan pengamatan

Famili Februari Mei Agustus

Spesies Individu Spesies Individu Spesies Individu

Lycaenidae

Nymphalidae

Papilionidae

Pieridae

1

31

13

9

1

89

94

67

2

36

13

12

2

148

77

47

3

33

14

12

7

105

112

89

Total 54 251 63 274 62 313

Hasil tangkapan memperlihatkan bahwa relatif terjadi kecenderungan

jumlah individu kupu-kupu meningkat secara berturut-turut mulai bulan Februari,

Mei dan Agustus. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan intensitas hujan

yang semakin berkurang secara berturut-turut pada bulan-bulan tersebut. Hal ini

berarti bahwa keragaman dan kelimpahan jenis kupu-kupu juga dipengaruhi oleh

musim. Menurut Rizal (2007) dan Sumah (2012) bahwa keragaman dan

kelimpahan kupu-kupu lebih tinggi dapat ditemukan pada akhir musim hujan.

Sementara Boovanno et al. (2000) menyatakan bahwa aktivitas reproduksi kupu-

kupu menunjukkan peningkatan pada bulan-bulan tertentu saat kondisi lingkungan

optimum dan berkaitan dengan ketersediaan tumbuhan pakan larvanya.

Hasil wawancara dengan salah seorang informan yang merupakan

pengumpul pedagang kupu-kupu di Desa Jenetaesa menyatakan: "...setiap

hari...rata-rata kupu-kupu yang dibawa penangkap ada sekitar 10 jenis...biasanya

dalam 1 minggu jenis kupu-kupu masih sama, pergantian jenis baru kelihatan

dalam 1 minggu kemudian...biasanya begitu seterusnya..." (KT4.34). Hasil

wawancara dengan beberapa orang penangkap juga menunjukkan bahwa jumlah

jenis kupu-kupu hasil tangkapan yang dijual kepada para pengumpul pedagang

setiap hari berkisar antara 10 hingga 15 jenis.

Beberapa orang informan yang merupakan pengumpul pedagang di lokasi

penelitian juga menyatakan hal yang sama. Dijelaskan oleh mereka bahwa

biasanya dalam satu minggu, jenis kupu-kupu hasil tangkapan relatif sama.

Setelah satu minggu kemudian jenis kupu-kupu yang ditangkap mulai berganti,

walau demikian masih banyak juga jenis-jenis yang selalu muncul dan ditemukan

di setiap bulan.

Page 11: 3 METODE - repository.ipb.ac.id · Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis

27

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kupu-kupu hasil tangkapan secara

keseluruhan memperlihatkan jumlah jantan lebih banyak ditangkap dibandingkan

betina. Rasio kelamin antara kupu-kupu jantan dengan betina sesuai data pada

Lampiran 1 menunjukkan bahwa dari 89 jenis kupu-kupu yang ditangkap, hanya

terdapat 1 jenis yaitu Tirumala choaspes dari famili Nymphalidae yang jumlah

jantan lebih sedikit dibandingkan betina. Jumlah individu berdasarkan rasio

kelamin 4 jenis kupu-kupu yang dominan di setiap lokasi maupun bulan

pengamatan disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Jumlah individu berdasarkan rasio kelamin 4 jenis kupu-kupu dominan

di lokasi penelitian

Jenis Famili Jantan Betina Jumlah

Catopsilia pamona

Graphium agamemnon

Graphium milon

Ideopsis juventa

Pieridae

Papilionidae

Papilionidae

Nymphalidae

60

43

34

43

6

5

0

4

66

48

34

47

Total 180 15 195

Hasil wawancara dengan para pengumpul pedagang di lokasi penelitian juga

menunjukkan bahwa umumnya hasil tangkapan para penangkap yang dijual

kepada pengumpul pedagang sebagian besar terdiri atas kupu-kupu jantan. Salah

seorang pengumpul pedagang di Desa Samangki menyatakan: "...kupu-kupu hasil

tangkapan lebih banyak jantan dibanding betina...biasanya perbandingan 5 : 1

untuk jantan..." (KI2.16). Informan di Desa Kalabbirang menyatakan: "...kupu-

kupu yang ditangkap lebih banyak jantan..." (KI1.17). Selanjutnya informan di

Desa Jenetaesa menyatakan: "...kupu-kupu yang banyak didapat lebih banyak

jantan, kira-kira perbandingannya 10:1...betina sulit didapat karena biasanya

terbang tinggi, kalaupun ada yang tertangkap, kualitasnya masuk A3..."

(KT4.28).

Terdapat beberapa hal yang menyebabkan tingginya rasio kelamin kupu-

kupu hasil tangkapan dari habitat alam di daerah penyangga TN Babul Kabupaten

Maros. Pertama, lokasi-lokasi pengamatan aktivitas penangkapan kupu-kupu

letaknya berdekatan dengan pinggiran sungai yang lembab dan berpasir.

Lingkungan tersebut umumnya banyak dikunjungi oleh kupu-kupu jantan. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Glassberg (2001) dan Utami (2012) bahwa kupu-kupu

jantan sering ditemukan bergerombol pada pasir atau tanah lembab untuk

menghisap garam mineral dan air. Perilaku ini disebut mudpuddling. Garam

mineral tersebut akan ditransver kepada betina pada saat kawin yang akan menjadi

nutrisi bagi telur-telurnya.

Kedua, perbedaan jumlah individu jantan dan betina hasil tangkapan adalah

faktor perbedaan ukuran tubuh. Ukuran tubuh kupu-kupu jantan umumnya lebih

kecil dibandingkan betina. Menurut Gilchrist (1990) bahwa perbedaaan ukuran

tubuh antara spesies serangga jantan dengan betina menyebabkan perbedaan

dalam kemampuan terbang dan termoregulasi, sehingga berpotensi menyebabkan

perbedaan perilaku antara kedua jenis kelamin tersebut. Secara umum kupu-kupu

jantan lebih aktif dari pada betina, dengan demikian lebih mudah terdeteksi oleh

Page 12: 3 METODE - repository.ipb.ac.id · Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis

28

manusia. Akibatnya adalah kemungkinan mengumpulkan kupu-kupu jantan

cenderung lebih tinggi daripada probabilitas untuk betina (Idris dan Hassan 2014).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa spesimen kupu-kupu hasil

tangkapan yang diperdagangkan paling banyak adalah jenis Catopsilia pamona

dari famili Pieridae. Kupu-kupu jenis ini banyak digunakan sebagai bahan baku

pembuatan produk souvenir gantungan kunci. Kupu-kupu jenis ini memiliki

jumlah individu terbanyak pada seluruh lokasi maupun waktu pengamatan, sebab

pada seluruh lokasi pengamatan tersedia sumber pakan dan tanaman inang yang

dapat dijadikan sebagai sumber makanan dan tempat untuk meletakan telurnya.

Menurut Efendi (2009) dan Lamatoa et al. (2013) kupu-kupu jenis ini bersifat

polifagus. Tanaman inang dari jenis Catopsilia pamona antara lain yaitu

Caesalpinacea, Capparaceae, dan Papilionaceae (Peggie dan Amir 2006).

4.2 Status Jenis Kupu-Kupu Yang Dimanfaatkan Secara Komersial

Hasil pengamatan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa seluruh individu

dan jenis kupu-kupu di habitat alam daerah penyangga TN Babul menjadi target

untuk ditangkap oleh para penangkap. Hasil pengamatan juga menunjukkan

bahwa seluruh hasil tangkapan para penangkap tersebut dibeli oleh pengumpul

pedagang. Kupu-kupu hasil tangkapan, berapupun jumlahnya serta dalam kondisi

apapun akan dibeli oleh para pengumpul pedagang atau pengrajin souvenir.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa kupu-kupu yang ditangkap dan

diperdagangkan di daerah penyangga TN Babul terdiri atas berbagai jenis. Salah

seorang informan di Desa Kalabbirang menyatakan: "...sekarang...semua jenis

kupu-kupu punya nilai...sebab pengumpul-pengumpul ini membeli semua jenis

yang ditangkap oleh penangkap..." (KI1.4). Seorang pengumpul pedagang di

Desa Samangki menyatakan: "...saya lihat ini penangkap... yang penting bisa jadi

uang.... semuanya ditangkap...lihat kupu-kupu terbang seperti lihat uang

kertas...ha..ha...ha..." (KT3.4). Selanjutnya salah seorang pengumpul pedagang

lainnya di Desa Samangki juga menyatakan: "...prinsipnya orang-orang di

sini...tangkap hari ini...jadi uang hari ini..." (KI2.18).

Hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan bahwa jenis-jenis yang

ditangkap dari habitat alam yang selanjutnya diperdagangkan juga termasuk 4

jenis kupu-kupu yang dilindungi sebagaimana Lampiran PP 7/199910

, 3 jenis di

antaranya dari genus Troides tergolong Appendix II CITES. Jumlah individu jenis

kupu-kupu yang dilindungi berdasarkan hasil tangkapan menurut jenis kelamin di

lokasi pengamatan disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Jumlah individu kupu-kupu yang dilindungi menurut jenis kelamin

di lokasi pengamatan

Jenis Famili Jantan Betina Jumlah

Cethosia myrina

Troides haliphron

Troides helena

Troides hypolitus

Nymphalidae

Papilionidae

Papilionidae

Papilionidae

12

20

22

10

2

9

4

2

14

29

26

12

Total 64 17 81

10

PP 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Page 13: 3 METODE - repository.ipb.ac.id · Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis

29

Sesuai Surat Keputusan Dirjen PHKA No: SK.6/IV-KKH/2013 telah

ditetapkan kuota pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar untuk periode tahun 2013.

Menurut Surat Keputusan tersebut, terdapat 86 jenis kupu-kupu yang ditetapkan

pemanfaatannya untuk lokasi penangkapan di Provinsi Sulawesi Selatan atau

dalam wilayah kerja Balai Besar KSDA Sulsel. Jenis-jenis tersebut terdiri atas 4

jenis kupu-kupu yang dilindungi yang ditetapkan kuotanya untuk tujuan

penelitian, serta 82 jenis kupu-kupu yang tidak dilindungi atau Non Appendix

CITES untuk tujuan pemanfaatan komersial. Daftar kuota tangkap kupu-kupu

yang ditetapkan oleh Dirjen PHKA untuk wilayah kerja Balai Besar KSDA Sulsel

tahun 2009 hingga 2013 disajikan pada Lampiran 2.

Berdasarkan daftar tersebut, jumlah individu (spesimen) 4 jenis kupu-kupu

yang dilindungi yang boleh ditangkap untuk tujuan penelitian adalah berjumlah 20

individu setiap jenis untuk kuota tahun 2013. Artinya bahwa telah terjadi

pelanggaran atas peraturan perundang-undangan khususnya yang terkait dengan

pemanfaatan jenis kupu-kupu yang dilindungi di daerah penyangga TN Babul

Kabupaten Maros. Empat jenis kupu-kupu yang dilindungi menurut para

pengumpul pedagang sering ditemukan di lokasi penelitian. Hasil wawancara

dengan salah seorang pengumpul pedagang di Desa Kalabbirang menyatakan:

"...mengenai jenis-jenis yang dilindungi....justru paling mudah didapat di alam...

dan jenis-jenis ini juga mudah ditangkar..." (KI1.12).

Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa terdapat jenis-jenis yang

ditangkap dari alam dan diperdagangkan namun belum ditetapkan di dalam kuota

penangkapan periode tahun 2013 untuk lokasi tangkap Provinsi Sulawesi Selatan.

Daftar jenis kupu-kupu hasil tangkapan yang belum ditetapkan kuotanya secara

rinci disajikan pada Lampiran 1. Berdasarkan kelompok famili, jumlah spesies

dan individu kupu-kupu hasil tangkapan yang belum ditetapkan kuotanya

disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu hasil tangkapan yang belum

ditetapkan kuota penangkapannya berdasarkan kelompok famili

Famili Jumlah spesies Jumlah individu

Nymphalidae

Papilionidae

Pieridae

Lycaenidae

30

1

9

5

219

2

110

10

Total 45 341

Hasil pengamatan seperti disajikan pada Tabel 4.7 tersebut bila

dibandingkan dengan seluruh hasil tangkapan pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa

sebanyak 50,56 % jumlah jenis kupu-kupu hasil tangkapan yang belum ditetapkan

kuotanya. Selanjutnya sebanyak 40,69 % dari jumlah individu kupu-kupu hasil

tangkapan tersebut tidak ada kuota penangkapannya. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa ada ketidaksesuaian antara daftar jenis kupu-kupu berdasarkan kuota

tangkap khususnya untuk Provinsi Sulawesi Selatan dengan komposisi jenis kupu-

kupu di habitat alam daerah penyangga TN Babul Kabupaten Maros.

Hasil wawancara dengan salah seorang pengumpul pedagang di Desa

Kalabbirang menyatakan:

Page 14: 3 METODE - repository.ipb.ac.id · Setiap kali melakukan kunjungan ke pengumpul pedagang, dilakukan wawancara secara mendalam mengenai aspek perdagangan dan informasi jenis-jenis

30

"...mengenai kuota...susah... kadang ada kuotanya tetapi tidak ada barangnya

(sulit ditemukan) di alam...tetapi yang banyak di alam... dan banyak permintaan

justru kurang kuotanya...misalnya blumei (Papilio blumei)...terlalu sedikit...kurang

lebih 500 (ekor) per pemegang izin di sini, jadi total 1500 (ekor) untuk 3 pemegang

izin...sementara yang beredar bisa lebih dari 10.000 (ekor)...." (KI1.35).

Hasil wawancara dengan aparatur Balai Besar KSDA Sulsel, Direktorat

Jenderal PHKA dan LIPI menunjukkan bahwa daftar jenis kupu-kupu yang

tercantum dalam kuota yang ditetapkan selama ini belum pernah dilakukan

peninjauan ulang, terkait dengan komposisi jenis dan jumlah individu. Walaupun

demikian menurut daftar kuota pada Lampiran 2 menunjukkan adanya penurunan

jumlah individu yang dapat ditangkap secara berturut-turut sejak tahun 2009. Oleh

sebab itu, ketentuan mengenai kuota tangkap kupu-kupu khususnya untuk

Provinsi Sulawesi Selatan perlu ditinjau kembali.

Karakteristik sumber daya kupu-kupu yang dimanfaatkan secara komersial

di dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kupu-kupu hasil tangkapan sebanyak

838 individu dari 89 jenis yang tergolong dalam 4 famili. Jumlah individu kupu-

kupu jantan hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan betina. Kupu-kupu yang

dimanfaatkan secara komersial tersebut termasuk pula 4 jenis yang dilindungi,

serta terdapat 45 jenis dan 341 individu yang belum ditetapkan kuota

penangkapannya.