18
Pengukuran jarak merupakan dasar dari seluruh pengukuran tanah. Meskipun sudut-sudut sudah diukur dengan seksama, dalam pengukuran tanah paling tidak ada sebuah garis harus diukur panjangnya untuk melengkapi sudut-sudut dalam penentuan lokasi titik- titik. Pada pengukuran tanah datar jarak antara dua titik berarti jarak horisontal. Bila kedua titik tersebut beda elevasinya, maka jarak kedua titik tersebut adalah panjang garis horisontal antara garis unting-

3. PENGUKURAN JARAK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tekhink Sipil

Citation preview

Page 1: 3.  PENGUKURAN JARAK

Pengukuran jarak merupakan dasar dari seluruh pengukuran tanah. Meskipun sudut-sudut sudah diukur dengan seksama, dalam pengukuran tanah paling tidak ada sebuah garis harus diukur panjangnya untuk melengkapi sudut-sudut dalam penentuan lokasi titik-titik.

Pada pengukuran tanah datar jarak antara dua titik berarti jarak horisontal. Bila kedua titik tersebut beda elevasinya, maka jarak kedua titik tersebut adalah panjang garis horisontal antara garis unting-unting di kedua titik tersebut.

Page 2: 3.  PENGUKURAN JARAK

3.1 METODE PENGUKURAN LINIER

Beberapa cara pengukuran linier jarak horisontal adalah :1.Mengukur dengan langkah;2.Mengukur dengan batang ukur jarak;3.Mengukur dengan pita ukur;4.Mengukur dengan alat pengukur jarak optis5.Mengukur dengan alat pengukur jarak elektronik/EDM (Electronic Distance Measurement);6.Mengukur dengan odometer.

Page 3: 3.  PENGUKURAN JARAK

PADA TANAH DATAR

Secara umum pengukuran jarak dengan pita dalam satu kali pengukuran ada enam langkah yang harus dilakukan, yaitu :

1. Meluruskan

Yang akan diukur harus jelas pangkal dan ujungnya, dan dibuat garis lurus dg. cara memasang anjir (yalon) pada titik ujung dan pangkalnya serta paling tidak 1 anjir diantaranya, kemudian dibidik dari salah satu ujung/pangkal. Bila seakan-akan hanya ada satu anjir bila dibidik, maka garis yang dibuat oleh anjir-anjir tersebut dikatakan telah menjadi satu garis.

Page 4: 3.  PENGUKURAN JARAK

2. Memberi tegangan

Agar pengukuran teliti maka pita ukur harus lurus dan kedua ujungnya sama tinggi. Agar pita menjadi lurus (tidak melengkung), maka harus diberi tegangan (ditarik). Umumnya tegangan pita berkisar antara 10 lb. sampai dengan 25 lb. Kemudian pada seluruh pengukuran tegangan pita diusahakan tetap sama.

Page 5: 3.  PENGUKURAN JARAK

3. Pemakaian bandul (unting-unting)

Pengukuran pada tanah yang rumputnya tinggi, semak, atau permukaan yang tidak rata tidak baik untuk meletakkan pita langsung diatas tanah. Oleh karena itu pita harus dipegang diatas tanah dalam kedudukan horisontal. Kemudian dengan bantuan unting-unting yang talinya ditempelkan pada skala pita, maka jarak dapat diukur dengan menggeser tali unting-unting agar posisi titik dapat diukur dengan benar.

4. Menandai pita

Setelah ditemukan titik pada skala pita, maka titik atau skala pada pita ditandai.

Page 6: 3.  PENGUKURAN JARAK

5. Membaca pita

Setelah skala pada pita ditandai, maka untuk mengetahui hasil ukurnya skala pada pita harus dibaca.

6. Mencatat jarak

Setelah segara dilakukan pencatatan, hal ini untuk menghindari agar hasil pengukuran tidak terlupakan.

Langkah 1 s/d 6 adalah untuk satu seri pengukuran. Bila jarak yang diukur panjang perlu dilakukan beberapa seri pangukuran.

Page 7: 3.  PENGUKURAN JARAK

PADA TANAH MIRING

Pengukuran dengan pita pada tanah yang miring, praktek yang baku adalah memegang pita horisontal dan menggunakan unting-unting pada satu atau ke dua ujungnya.

Kalau misalnya panjang pita 50 meter tak dapat direntangkan setinggi dada seluruhnya ,maka harus diukur jarak yang lebih pendek dan dijumlahkan menjadi panjang satu pita penuh. Prosedur ini disebut membagi pita.

Page 8: 3.  PENGUKURAN JARAK

Sebagai contoh dalam pelaksanaan, misal pada waktu ujung pita dipegang pada titik belakang (tanda nol pada pita) Petugas yang di depan hanya dapat maju 30 m agar pita setinggi dada. Kemudian tanda sementara dipasang dibawah angka 30 m ini. Kemudian Petugas yang di belakang maju ke tanda sementara tadi dan memegang pada angka 30 m tadi, petugas depan maju lagi sampai pita dapat dipegang setinggi dada. Titik dimana Petugas depan berada diberi tanda sementara dan pada tanda berapa meter, demikian seterusnya sampai panjang satu pita penuh. Demikian dilakukan sampai jarak yang diukur tercapai.

Page 9: 3.  PENGUKURAN JARAK

Tand

a 0

m (

ujun

g pi

ta)

Tand

a pa

da

pita

Pita horisontal

30 mTa

nda

30 m

Tand

a 30

m

Tand

a 0

m (

ujun

g pi

ta)

20 m

50 m (panjang pita penuh)

Arah pengukuran biasanya turun

lereng

Pita horisontal

Pita horisontal

Page 10: 3.  PENGUKURAN JARAK

Mengukur jarak antara 2 titik pada lereng yang curam, dilakukan dengan meletakkan pita pada lerengnya dan menentukan sudut kemiringan lereng (α ), atau beda tinggi V.

A

B

CH

VL

Jika a sudah ditentukan, maka jarak horisontal antara titik A dan B adalah : H = L Cos aCara lain bila beda tinggi (V) antara A dan B diukur dengan sipat datar, dan dengan dalil Pythagoras didapatkan :

Page 11: 3.  PENGUKURAN JARAK

Jika a sudah ditentukan, maka jarak horisontal antara titik A dan B adalah : H = L Cos aCara lain bila beda tinggi (V) antara A dan B diukur dengan sipat datar, dan dengan dalil Pythagoras didapatkan :

H = L2 – V2

Rumus kira-kira (estimasi) lain diperoleh dari suku pertama deret binomial dalil Pythagoras, yaitu :

H = L – (V2 / 2.L)

Hasil yang lebih teliti untuk mengukur lereng yang lebih curam dari 10% dengan memasukkan suku kedua penderetan binomial, menjadi :

H = L - V2/2L + V4/8L3

Page 12: 3.  PENGUKURAN JARAK

Pada pengukuran jalur lintas, penempatan stasiun dilaksanakan bersinambungan dari titik awal yang dinyatakan sebagai stasiun 0 + 00. Istilah stasiun penuh dipakai pada tiap panjang 100 meter(=1 hektometer = Hm), atau tiap panjang 1000 meter (Km) tergantung dari persyaratan pengukuran yang digunakan.

Page 13: 3.  PENGUKURAN JARAK

Kedudukan sembarang titik lain dinyatakan dengan jumlah jarak dari titik awal. Misalnya Sta. 7+84,9 adalah titik yang berjarak 784,9 m dari titik awal. Panjang bagian selewat stasiun penuh pada contoh ini adalah 84,9 m disebut plus dan stasiun penuhnya adalah 7. Contoh lain pada jalan tol Km. 1 + 254, artinya stasiun penuhnya adalah Km = 1000 m pada conton ini adalah 1. Panjang bagian selewat stasiun penuh disebut plus adalah 254 m.

Page 14: 3.  PENGUKURAN JARAK

Membuat sudut siku (90o) dengan pita ukur dapat dilakukan dengan metode 3-4-5 (maksudnya perbandingan panjang sisi segitiga adalah 3 : 4 : 5. Sebagai contoh akan dibuat sudut 90o dari garis AD di titik A. Dengan pita ukur panjang 100 m, perbandingan panjang sisi segitiga 3:4:5, misalnya 15 m : 20 m : 25 m. Jumlah panjang sisi-sisi = 60 m pita tersisa 40 m.

Pelaksanaannya : buat segitiga ABC dengan pita, dengan panjang sisi A-B = 15 m; B-C = 20 m dan C–A = 25 m. Dengan dalil Pythagoras : (C-A)2 = (A-B)2 + (B-C)2

(25)2 = (15)2 + (20)2 625 = 225 + 400

Jadi sudut = 90o (siku-siku)

Page 15: 3.  PENGUKURAN JARAK

15 m

20 m

25 m

AB

C

Sosok

Ujung pita

Angka (0/75)

Angka (25/40)

Angka (60)Angka (100)

Membuat sudut siku-siku dengan pita

Page 16: 3.  PENGUKURAN JARAK

Mengukur besarnya sudut dengan metode tali busur dapat dilakukan pada segitiga yang panjang semua sisinya diketahui.

Ukur jarak tertentu (sembarang) pada garis A-M, misalnya jarak A-B = c, dan pada garis A-N, misalnya jarak A-C = b. Kemudian ukur jarak B-C = a.

A M

NC

B

Db

a

c

Page 17: 3.  PENGUKURAN JARAK

Besarnya sudut a dapat dihitung dengan rumus :

(s-b) x (s – c) b2 + c2 – a2

Sin ½ = atau : Cos a = b x c 2 x b x c

Keterangan : a, b, c adalah sisi-sisi segitiga ABC dan s = ½(a + b + c)

Pada segitiga sama kaki dengan membentuk AB = AC, maka :

a Sin ½ =

2 x c

Page 18: 3.  PENGUKURAN JARAK