3 Peranan Bahasa Logika Matematika Dan Statistika Untuk Pengembangan Ilmu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

3_Peranan_Bahasa__Logika__Matematika

Citation preview

ILMU ALAMIAH DASAR

ILMU ALAMIAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA20 | Seri Buku Ajar Universitas

BAB IIIPERANAN BAHASA, LOGIKA, MATEMATIKA, DAN STATISTIKA UNTUK MENGEMBANGKAN ILMU

A. Kompetensi DasarMemahami perana bahasa, logika, matematika, dan statistika untuk mengembangkan ilmu

B. Indikator Hasil BelajarMenjelaskan peranan bahasa dalam ilmuMengidentifikasi ciri-ciri bahasa ilmiahMenjelaskan peranan matematika dalam perkembangan ilmuMenjelaskan peranan statistika dalam perkembangan ilmu

C. Uraian Materi

PengantarSeperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa perbedaan manusia dan binatang terletak pada kemampuan manusia untuk mengambil jalan melingkar dalam mencapai tujuannya. Kita sering melihat seekor monyet yang menjangkau secara sia-sisa benda yang dia inginkan, sedangkan manusia yang paling primitif pun telah tahu menggunakan berbagai sarana seperti tongkat, tali, atau dengan melempar batu untuk memperoleh benda yang diinginkannya sehingga manusia disebut mahluk yang membuat alat (homo faber). Untuk membuat alat manusia memerlukan pengetahuan, begitu juga adanya alat-alat dapat pula membantu meningkatkan pengetahuan manusia.Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik dan benar diperlukan juga sarana berpikir. Tersedianya sarana berpikir tersebut memungkinkan dilakukannya penelitian ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak akan bisa terlaksana. Beberapa sarana berpikir ilmiah adalah bahasa, logika, matematika, dan statistika dibahas berikut ini.

Bahasa IlmiahDapatkah anda bayangkan seandainya binatang dapat berbicara seperti manusia? Jika Astri sedang makan burger, maka anjing Astri akan melongok saja melihat Si Astri makan, melainkan akan berkata Astri bagi-bagi dong biar aku tahu rasanya!!. Dan bukan sampai disitu, dia akan mencari tempat orang menjual untuk membeli burger dengan membawa uang karena dia menguasai bahasa dan memiliki pengetahuan berbelanja. Sehingga tidak salah kata Wittgentein yang mengatakan Die Grenzen meiner Sprache die Grenzen meiner Welt yang artinya Bahasaku adalah batas duniaku.Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya, melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Ernst Cassierr menyebut manusia sebagai Animal Symbolicum, mahluk yang mempergunakan simbol. Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa ini maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan. Lebih lanjut lagi, tanpa kemampuan berbahasa ini maka manusia tidak mungkin mengembangkan kebudayaannya, sebab tanpa memiliki kemampuan berbahasa maka sulit dapat menruskan nilai-nilai kepada generasi berikutnya. Tak salah kata Aldous Huxley, Tanpa Bahasa manusia tak berbeda dengan anjing atau monyet.Pertanyaannya, apakah bahasa itu? Pertama, bahasa dapat dicirikan sebagai rangkaian bunyi. Dalam hal ini kita mempergunakan bunyi sebagai alat untuk berkomunikasi. Sebenarnya kita juga bisa berkomunikasi tanpa bunyi, misalnya dengan bahasa isyarat. Tetapi manusia menggunakan bunyi sebagai alat komunikasi yang utama. Komunikaksi dengan menggunakan bunyi ini disebut sebagai komunikasi verbal. Dan masyarakat yang menggunakana alat komunikasi verbal disebut dengan masyarakat verbal. Kedua, bahasa merupakan lambang di mana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu. Perkataan gunung dan burung merpati sebenarnya merupakan lambang yang kita berikan kepada dua objek tersebut. Kiranya patut disadari bahwa kita memberikan lambang kepada kedua objek tersebut tadi secara begitu saja, di mana tiap bangsa dengan bahasanya yang berbeda memberikan lambang yang berbeda pula. Bagi kita objek tersebut lambangkan dengan bunyi gunung sedangkan bagi orang Inggris dilambangkan dengan mountain atau jaba dalam bahasa Arab. Begitu juga tanpa bahasa kita sulit memahami dan mengkomunikasikan hukum grafitasi Newton dan dalil Phytagoras.Jadi dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur, namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang kita pikirkan kepada orang lain. Namun bukan itu saja, dengan bahasa kitapun dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Seseorang yang mempunyai pengalaman hidup yang berkesan dapat mengekspresikannya dengan bernyanyi, atau menulis novel yang tebal yang mencakup puluhan ribu kalimat, atau menulis puisi yang berisi beberapa bait bila ia seorang sastrawan. Komunikasi ilmiah mensyaratkan bentuk komunikasi yang sangat berbeda dengan komunikasi estetik. Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. Agar komunikasi ilmiah ini berjalan dengan baik maka bahasa yang digunakan harus bebas dari unsur-unsur emotif. Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif, artinya bila si penyampai menyampaikan informasi berupa X maka si penerima informasi harus menerima informasi yang berupa X pula. Informasi X yang diterima harus merupakan reproduksi yang benar-benar sama dari informasi X yang dikirim. Artinya tidak terjadi miskomunikasi. Contoh: seorang guru fisika ingin menjelaskan usaha, maka ia harus menjalaskan kata usaha dalam konteks fisika, yang tentu berbeda jauh dengan kata usaha dalam kehidupan sehari-hari. Berbahasa dengan jelas artinya juga mengemukakan pendapat atau jalan pikiran secara jelas. Kalau kita teliti lebih lanjut kalimat-kalimat dalam sebuah karya ilmiah pada dasarnya merupakan suatu pernyataan. Pernyataan melambangkan suatu pengetahuan yang ingin kita komunikasikan kepada orang lain. Kalimat seperti Logam kalau dipanaskan akan memuai, merupakan suatu hakikat pernyataan yang mengandung pengetahuan tentang sebab-akibat antara panas (kalor) dan pemuaian. Untuk mampu mengkomunikasikan pengetahuan atau jalan pikiran yang jelas maka seseorang harus menguasai tata bahasa dengan baik. Penguasaan tata bahasa yang baik merupakan syarat mutlak bagi suatu komunikasi ilmiah yang benar. Usahakan juga kalimat-kalimat yang digunakan terbebas dari sifat emosional. Di saping itu, karya ilmiah juga mematuhi format-format penulisan tertentu, seperti jenis huruf, margin, pengutipan, penulisan daftar pustaka, dan sebaginya. LogikaAlkisah, dalam humor ilmiah, diceritakan seorang peneliti ingin menemukan apa yang sebenarnya menyebabkan manusia mabuk. Untuk itu dia mengadakan penyelidikan dangan mencampur berbagai minuman keras. Mula-mula ia mencampur air dengan wiski luar negeri yang setelah diteguknya maka ia terkapar mabuk. Setelah ia sadar ia mencampur air dengan arak lokal, setelah diminumnya ia pun terkapar mabuk juga. Terakhir ia mencampu air dengan tuak lokal, maka ia pun mabuk juga dan sempoyongan. Berdasarkan penelitiannya ini maka dia menyimpulkan bahwa airlah yang menyebabkan ia mabuk. Benar-benar masuk akal, bukan?, namun apakah hal itu benar?Kejadian di atas menunjukkan bahwa penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih. Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, namun untuk sesuai dengan tujuan yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, kita akan melakukan penelaahan yang seksama hanya terhadap dua jenis cara penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat kaitannya dengan penarikan kesimpulan kasus-kasus individual (khusus) nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Di pihak lain, logika deduktif, yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus).Induktif merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat khusus. Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Contoh: Dari hasil penyelidikan diperoleh fakta empirik sebagai berikut :Besi bila dipanaskan memuai (khusus)Seng dipanaskan memuai (khusus)Tembaga dipanaskan memuai (khusus)Aluminium dipanaskan juga memuai (khusus). Oleh karena besi, seng, tembaga, dan aluminium termasuk kelompok logam. Maka dapat ditarik kesimpulan dari fakta-fakta khusus tersebut yaitu logam bila dipanaskan akan memuai (kesimpulan bersifat umum). Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir sebaliknya dari penalaran induktif. Dedukdi adalah cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus disebut premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor. Contoh:Semua mahluk hidup mempunyai mata (premis mayor)Si Badu adalah seorang mahluk hidup (premis minor)Jadi, Si Badu memiliki mata (kesimpulan).Kesimpulan yang diambil bahwa Si Badu memiliki mata adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya. Pernyataan apakah kesimpulan itu benar maka hal ini harus dikembalikan kepada kebenaran premis yang mendahuluinya. Sekiranya kedua premis yang mendukungnya benar, maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya juga benar. Seandainya kesimpulan itu salah, meskipun premis pendukungnya benar, maka penarikan kesimpulannya dikatakan tidak sah. MatematikaMatematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial, yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematikan hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Yang paling sukar untuk menjelaskan kepada seseorang yang baru belajar matematika adalah bahwa X itu sama sekali tidak berarti, kata Alfred Nort Whitehead.Bahasa verbal seperti telah kita pelajari sebelumnya mempunyai beberapa kekurangan yang sangat mengganggu, seperti majemuk dan emotif. Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka kita berpaling kepada matematika. Dalam konteks ini, matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat emotif dan majemuk dari bahasa verbal. Lambang-lambang matematika dibikin artifisial dan khusus yang merupakan perjanjian yang berlaku khusus untuk masalah yang sedang kita kaji. Contoh, kita ingin menghitung kecepatan seorang pelari yang bergerak dalam waktu tertentu dengan jarak yang ditempuh tertentu pula. Jarak yang ditempuh anak dapat kita lambangkan dengan x, waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut dilambangkan dengan t, maka kecepatan orang tersebut v dapat dihitung dengan rumus . Di samping kelebihan tersebut, matematika memiliki kelebihan lain dibandingkan bahasa verbal yakni bahasa mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita melakukan pengukuran. Dengan bahasa verbal kita akan mengalami kesulitan untuk membandingkan anak yang kena sakit demam dengan anak sehat. Kalau kita ingin mengetahui lebih lanjut berapa derajat suhu anak yang demam, tentu kita akan mengalami kesulitan menggunakan bahasa verbal. Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif. Dengan bahasa verbal kita hanya dapat mengatakan logam kalau dipanaskan akan memuai. Seberapa besar pemuaiannya yang terjadi bila diberikan panas tertentu, tidak dapat dijelaskan dan diprediksi secara eksak. Jadi, penjelasan dan ramalan yang diberikan serta kontrol ilmu menjadi kurang cermat dan tepat. Matematika dapat mengatasi permasalahan ini dengan menggambarkan dengan pernyataan matematika :, di mana L = panjang logam setelah pemanasan dengan temperatur t Lo= panjang logam awal = koefien muai logam t = temperaturJadi, sifat kuantitatif matematika dapat meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat. Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif menjadi kuantitatif.Beberapa disiplin ilmu, seperti ilmu sosial dan humaniora, agak mengalami kesukaran dalam perkembangan yang bersumber pada masalah teknis dalam pengukuran. Kesukaran ini secara bertahap telah mulai dapat diatasi, dan akahir-akhir ini kita dapat melihat perkembangan yang menggembirakan, di mana ilmu-ilmu sosial dan humaniora telah mulai memasuki tahap yang bersifat kuantitatif. Contoh: sekarang ini mahasiswa ekonomi telah mempelajari matematika ekonomi. Dengan demikian, matematika berperan untuk melayani semua disiplin keilmuan untuk dapat meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu tersebut.

StatistikaAlkisah, diceritakan seorang anak bernama I Belog disuruh membeli sebungkus korek api oleh ibunya. Ibunya berpesan agar dia membeli korek api yang baik atau mudah menyala. Tidak lama kemudia I Belog datang dengan wajah sumingrah menghadap ibunya dan menyerahkan sebungkus korek api yang semuanya sudah dicobanya, dengan berkata Bu, korek apinya benar-benar bagus bu!, semua sudah saya coba menyalakannya dan semuanya menyala dengan baik. Tak seorangpun dapat menyalahkan kesahihan penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh I Belog. Bila penarikan kesimpulan seperti itu dilakukan tentu tidak akan ada pedagang durian yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan. Untuk memenangkan undian kupon berhadiah, apakah kita harus membeli semua kupon undiannya? Begitu juga, seorang peneliti, ingin mengetahui pandangan penduduk Bali terhadap terorisme setelah Bom Bali I dan II harus menanyai 2,5 juta penduduk Bali?, tentu tidak demikian. Untuk mengatasi persoalan ini maka Prancis Blaise Pascal (1623-1662), seorang jenius dalam bidang matematika yang pada usia 16 tahun telah menghasilkan karya-karya ilmiah yang mengagumkan telah menghasilkan teori peluang (probability).Peluang yang merupakan dasar teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi dan bahkan Eropa pada abad pertengahan. Begitu dasar-dasar peluang ini berkembang, maka ilmu-statistika mengalami perkembangan pesat. Penelitian ilmiah, baik yang berupa survei maupun eksperimen, dilakukan dengan lebih cermat dan teliti mempergunakan teknik-teknik statistika yang diperkembangkan sesuai dengan kebutuhan. Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalitas antara dua variabel atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Sebagai contoh, mahasiswa memberikan perlakuan terhadap satu kelas siswa SMP dengan memberikan tugas portofolio dalam pembelajaran mengarang (Bahasa Indonesia). Berdasarkan kajian teoritis dengan memberikan tugas portofolio mengakibatkan prestasi siswa menjadi lebih baik. Untuk mengetes apakah pemberian tugas portofolio kepada siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya maka dilakukan uji statistik, seperti uji korelasi atau uji regresi, atau uji beda-t bila ada kelas kontrolnya. Penarikan kesimpulan secara statistik memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis, di mana tanpa statistika hal ini tak mungkin dilakukan. Statistik memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan secara induktif berdasarkan peluang tersebut. Mereka yang berkecimpung dalam kegiatan ilmiah harus dibekali dengan penguasaan statistika yang cukup agar kesimpulan yang ditariknya merupakan kesimpulan yang sah.

Rangkuman

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik dan benar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan diperlukan sarana berpikir, yaitu bahasa, logika, matematika, dan statistika. Tersedianya sarana berpikir tersebut memungkinkan dilakukannya penelitian ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak akan bisa terlaksana.

RangkumanRa

Soal Latihan

Jelaskan kenapa sarana berpikir merupakan bagian penting dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.Jelaskan peranan bahasa dalam pengembangan ilmuApakah matematika tergolong ilmu ? Berikan penjelasan jawaban anda.Jelaskan peranan logika dalam pengembangan ilmu.Kenapa statistik penting untuk kemajuan ilmu pengetahuan?