14
824 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo PETA

30. PROVINSI GORONTALO - ujp.ucoz.com · berbentuk bulat lonjong atau bulat telur yang memberi makna adanya gagasan, ide atau cita-cita yang indah, yang kelak menetas menjadi sesuatu

  • Upload
    haphuc

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

824 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo

PETA

826 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo

A. UMUM

1. Dasar Hukum

Provinsi Gorontalo terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 38 tahun 2000, tertanggal

22 Desember 2000, dengan ibukota Gorontalo.

2. Lambang Provinsi

Lambang Daerah Provinsi Gorontalo pada bagian luar

berbentuk perisai atau jantung yang memberi makna

kesetiaan sebagai pelindung kehidupan rakyat Gorontalo

Lambang Daerah Provinsi Gorontalo pada bagian dalam

berbentuk bulat lonjong atau bulat telur yang memberi

makna adanya gagasan, ide atau cita-cita yang indah, yang

kelak menetas menjadi sesuatu kesejahteraan hidup rakyat

Gorontalo.

Lambang Daerah Provinsi Gorontalo dengan bentuk dalam yang menampakkan

keserasian formasi gambar yang terdiri dari warna putih di tengah dan diikuti oleh posisi

padi - bintang, kapas - rantai memberi makna adanya keteraturan adat, agama, hukum

dalam semua pola kehidupan masyarakat.

Lambang Daerah Provinsi Gorontalo dapat dibuat dalam berbagai ukuran sehingga dapat

disesuaikan dengan kebutuhan dimana lambang tersebut ditempatkan

Lambang Daerah Provinsi Gorontalo memiliki nuansa global :

a. Warna biru keunguan adalah warna yang memberi makna tenang, setia dan selalu

ingin mempertahankan kebenaran dan harapan masa depan yang cerah.

b. model pohon kelapa yang melengkung memberi makna gerak dinamis dan tidak

diam tetapi selalu berbuat untuk masa depan.

c. Sayap maleo yang mengembang memberi makna dinamika siap untuk tinggal landas

dan siap bersaing.

d. Buku yang terbuka melambangkan keinginan masyarakat untuk untuk siap meraih

prestasi dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Iman dan Taqwa secara terus

menerus.

e. Bintang mengandung makna global jika dikaitkan dengan cita-cita yang tinggi yaitu

"Gantungkan cita-cita setinggi bintang di langit".

f. Pita mempunyai makna keinginan masyrakat Gorontalo untuk menyerap, merekam

dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lambang Daerah Gorontalo memiliki nuansa Nasional :

a. Padi dan Kapas yang mengandung makna kemakmuran dan kesejahteraan seperti

pada Pancasila.

b. Rantai mempunyai makna adanya pengakuan persatuan dan kesatuan dalam

kerangka Bhineka Tunggal Ika.

Lambang daerah Gorontalo memiliki nuansa lokal :

30 PROVINSI GORONTALO

827 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo

a. Bintang adalah lambang keagamaan, sehingga selaras dengan filosofi "Adat

bersendikan syara, syara bersendikan Kitabullah".

b. Benteng.

c. Rantai mempunyai makna adanya pengakuan persatuan dan kesatuan dalam

kerangka Bhineka Tunggal Ika

Pemaknaan warna dan simbol-simbol lainnya dalam lambang :

a. Simbol rantai yang memberi makna pada peristiwa patriotik

b. Rantai yang berjumlah 23 butir melambangkan tanggal 23 Januari.

c. Kapas yang berjumlah 19 buah dan padi berjumlah 42 butir melambangkan tahun

1942.

d. Sayap maleo yang berjumlah 16 helai melambangkan lahirnya Provinsi Gorontalo

pada tanggal 16 Februari 2000

Warna :

a. Hijau mempunyai makna kesuburan

b. Kuning Mempunyai makna keagungan dan Kemuliaan.

c. Putih bermakna Kesucian dan Keluhuran.

d. Merah mempunyai makna keberanian dan perjuangan

3. Pemerintahan

Provinsi Gorontalo terdiri dari .. Pemerintahan Kabupaten dan ... Pemerintahan Kota.

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada daftar dibawah ini :

Kabupaten/Kota Ibukota Dasar Hukum Luas(km2)

Kabupaten Boalemo Tilamuta UU No.50 Tahun 1999 2.248,24 18

Kabupaten Bone Bolango Suwawa UU No.6 Tahun 2003 1.984,40 16,

Kabupaten Gorontalo Limboto UU No.29 Tahun 1959 3.426,98 28

Kabupaten Gorontalo Utara Kwandang UU No.11 Tahun 2007 1.230,07 10

Kabupaten Pohuwato Marisa UU No.6 Tahun 2003 4.491,03 36

Kota Gorontalo[3] - UU No.38 Tahun 2000 64,79

4. Letak Geografis dan Batas Wilayah

Gorontalo sebagai provinsi yang ke 32 secara geografis terletak diantara 0º, 30′ – 1º,0′

lintang utara dan 121º,0′ – 123º,30′ Bujur Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut :

• sebelah Utara : Laut Sulawesi,

• sebelah Timur : Provinsi Sulut ,

• sebelah Selatan : Teluk Tomini, dan

• sebelah Barat : Provinsi Sulteng.

5. Komposisi Penganut Agama

• Islam = 95%

• Kristen = 1,5%

• Hindu = 1,5%

• Budha = 0,03%

6. Bahasa dan Suku Bangsa

Bahasa :

• Bahasa Gorontalo

• Bahasa Suwama

• Bahasa Atinggola

• Bahasa sehari-hari : bahasa Indonesia

828 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo

Suku Bangsa :

• Suku gorontalo

• Suku Minahasa

• Suku Polahi

7. Budaya

a. Lagu Daerah : Binde biluhuta, Tahuli, Mohulunga

b. Tarian Tradisional : Tari Polopalo, tari Dana dana

c. Senjata Tradisional : Keris Buritkang

d. Rumah Tradisional : Rumah Pewaris

e. Alat Musik tradisional : Gendang

f. Makanan khas daerah : Binte Biluhuta,Ilabulo

8. Bandara dan Pelabuhan Laut

Bandara = Jalaludin

Pelabuhan Laut = pelabuhan Gorontalo

9. Universitas = Universitas Negeri Gorontalo,

10. Industri dan Pertambangan = emas, tembaga

829 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo

B. OBYEK WISATA

1. Obyek Wisata Alam

a. Pemandian Air Panas Lombongo

Pemandian Air Panas Lombongo atau

Lombongo Hot Springs merupakan salah

satu obyek wisata alam andalan Provinsi

Gorontalo yang diresmikan oleh Bupati

Gorontalo, Drs. P.P. Keppel pada tanggal

6 April 1989. Secara keseluruhan,

kawasan obyek wisata ini memiliki luas

sekitar 32 ha. Di kawasan ini terdapat

dua macam kolam renang, yaitu kolam

air panas dan kolam air dingin. Kolam

renang yang berisi air panas ini memiliki

ukuran sekitar 500 m2 dengan

kedalaman 1 hingga 2 meter.

Di sekitar pemandian ini terdapat aliran sungai serta berbagai jenis pepohonan yang

menyejukkan dan menyegarkan, sehingga tempat ini sangat cocok untuk

menghilangkan kepenatan setelah sibuk bekerja.

Pemandian Air Panas Lombogo memiliki keunikan yang sangat menakjubkan. Air yang

keluar dari mata air di sela-sela bebatuan itu dapat digunakan untuk merebus telur

hingga matang. Bahkan, air tersebut dipercaya dapat menyembuhkan berbagai

macam penyakit kulit. Di samping itu, pengunjung dapat menikmati kehangatan air

kolam renang sambil menyaksikan berbagai atraksi kesenian yang sering dipentaskan

di tempat ini.

Pemandian Air Panas Lombongo terletak di Desa Lombongo, Kecamatan Suwawa,

Kabupaten Bone Bolango.

b. Pentadio Resort

Pentandio Resort adalah salah satu obyek

wisata andalan Provinsi Gorontalo. Kata

Pentadio diambil dari bahasa Gorontalo

yang berarti pantai-danau, sedangkan kata

Resort diambil dari bahasa Inggris yang

berarti tempat istirahat. Dinamakan

Pentadio, karena Resort ini berada di

pinggir Danau Limboto yang indah dan

mempesona itu. Pada awalnya, obyek

wisata seluas 14 hektar ini telah diresmikan

oleh pemerintah Belanda sejak tahun 1928,

yang ditandai dengan sebuah batu peringatan di sekitar pemandian air panas di

kawasan obyek wisata ini. Sejak itu, masyarakat setempat menjadikan tempat ini

sebagai sarana rekreasi dan menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Melihat obyek wisata ini semakin ramai dikunjungi para wisatawan, baik lokal

maupun manca negara pada tahun 2003, Pemerintah Daerah Gorontalo merenovasi

Sumber Gambar : http://novinda-baruadi.ueuo.com

Sumber Gambar : http://3.bp.blogspot.com

830 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo

dan melengkapi obyek wisata ini dengan berbagai macam fasilitas penunjang yang

dapat memanjakan para pengunjung. Pembangunan obyek wisata ini dan berbagai

fasilitasnya menghabiskan biaya sekitar 15 miliar rupiah yang diambil dari APBD

Kabupaten Gorontalo. Pada tanggal 25 Februari 2004, obyek wisata ini diresmikan

oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) saat itu, Jusuf Kalla.

Di kawasan Pentadio Resort ini para pengunjung dapat menyaksikan semburan mata

air panas yang mengandung belerang yang dapat digunakan untuk merebus telur

hingga matang. Para Pengunjung juga dapat menikmati siraman air dari sumber mata

air yang cukup hangat yang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit kulit. Di

samping itu, kawasan ini juga dilengkapi berbagai macam fasilitas yang bertaraf

internasional dan dikelola secara profesional, sehingga para pengunjung dapat

melakukan aktivitas santai lainnya dengan nyaman, seperti mandi uap, mandi celup,

berenang di kolam renang air panas atau di kolam renang air dingin, memancing, dan

bersepeda air. Bagi pengunjung yang ingin menyalurkan hobi menyanyi, di lokasi ini

juga tersedia pub dan karaoke.

Pentadio Resort terletak di Desa Pentadio, Kecamatan Telagabiru, Kabupaten

Gorontalo.

c. Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) pada

mulanya bernama Taman Nasional Dumoga Bone. Pada

tanggal 18 November 1992, nama tersebut diganti dan

ditetapkan oleh Menteri Kehutanan menjadi “Taman

Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW)” dengan SK

No. 1068/Kpts-II/92 seluas ± 287.115 hektar.

Secara topografi, kawasan TNBNW terdiri dari tanah

datar, bergelombang, berbukit terjal, dan kawasan

pegunungan dengan ketinggian antara 50 hingga 2.000

meter di atas permukaan laut (dpl). Puncak gunung yang

tergolong tinggi di antaranya: Gunung Kabila (1.735 m dpl), Gunung Padang (1.300 m

dpl) di Dumoga, Gunung Gambuta (1.954 m dpl), Gunung Ali (1.945 m dpl), dan

Gunung Damar di Bone. Dengan ketinggian yang bervariasi tersebut, kawasan ini

memiliki beberapa tipe hutan, yaitu: hutan sekunder, hutan hujan dataran rendah,

hutan hujan pegunungan, dan hutan lumut. Sebagai zona rimba, di kawasan ini

terdapat berbagai jenis flora dan fauna. Jenis flora yang dapat ditemukan, di

antaranya: sekitar 400 jenis pohon, 241 jenis tumbuhan tinggi, 120 jenis paku-pakuan,

100 jenis tumbuhan lumut, serta 90 jenis anggrek, termasuk famili orrchide (anggrek

putih). Sementara jenis fauna, di antaranya: 24 jenis mamalia, 125 jenis aves, 11 jenis

reptilia, 2 jenis amfibia, 38 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang, dan 19 jenis ikan.

Secara umum, curah hujan di kawasan TNBNW berkisar antara 1.700 hingga 2.200

mm/tahun dan temperatur udara berkisar antara 21,5oC hingga 31oC. Di kawasan

terjadi musim penghujan antara bulan November hingga April, sedangkan musim

kemarau terjadi antara bulan April hingga November. Waktu baik untuk berkunjung

ke kawasan ini, yaitu bulan April s/d September.

Keistimewaan TNBNW ini terletak pada keanekaragaman tumbuhan (flora) dan satwa

(fauna) yang sebagian besar merupakan tumbuhan dan satwa khas (endemik) Pulau

Sumber Gambar :

http://www.dephut.go.id

831 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo

Sulawesi. Di kawasan ini, pengunjung dapat menemukan berbagai macam tumbuhan

khas dan langka, seperti: matayangan (pholidocarpus ihur), kayu hitam (diospyros

celebica), kayu besi (intsia spp.), kayu kuning (arcangelisia flava), dan bunga bangkai

(amorphophallus companulatus). Pengunjung juga dapat menemukan satwa khas,

seperti: monyet hitam/yaki (macaca nigra-nigra), monyet dumoga bone (macaca

nigrescens), tangkasi (tarsius spectrum-spectrum), musang Sulawesi (macrogalidia

musschenbroekii-musschenbroekii), anoa besar (bubalus depressicornis), anoa kecil

(bubalus quarlesi), babirusa (babyrousa babirussa celebensis), dan berbagai jenis

burung.

Burung maleo (macrocephalon) adalah salah satu satwa khas (endemik) yang

merupakan maskot kawasan ini. Burung ini sangat unik, ukuran badannya hampir

sama dengan ayam, bahkan telurnya 6 kali lebih berat telur ayam. Burung ini

meletakkan telurnya di dalam tanah atau pasir sedalam 30-40 cm di sekitar sumber

air panas yang ada di kasawan ini. Pada saat telur maleo tersebut menetas,

pengunjung dapat menyaksikan atraksi yang sangat menarik. Anak burung maleo

yang baru berumur satu hari tersebut muncul dari dalam tanah atau pasir kemudian

berlari di alam bebas dan mengintip induknya yang sedang menggali lubang.

Selain menyaksikan atraksi burung maleo, pengunjung juga dapat menikmati berbagai

obyek wisata lain yang ada di kawasan ini, seperti: air terjun, sumber air panas,

danau, dan situs peninggalan sejarah. Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan

atraksi budaya di luar taman nasional ini, yaitu Festival Baloong Mongondow pada

bulan Maret dan Festival Gorontalo pada bulan Mei. Kawasan taman ini juga sangat

cocok untuk kegiatan berkemah, memancing, berenang, lintas alam, mendaki gunung,

foto hunting, dan penelitian ilmu pengetahuan.

Secara administatif, TNBNW terletak di Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi

Sulawesi Utara dan di Kecamatan Suwawa dan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango.

d. Danau Limboto

Danau Limboto merupakan danau besar yang

terletak di Kabupaten Gorontalo. Danau dengan

luas sekitar 3.000 hektar ini merupakan muara

dari lima sungai besar, yakni Sungai Bone

Bolango, Sungai Alo, Sungai Daenaa, Sungai

Bionga, dan Sungai Molalahu. Pada era 1950-an,

Danau Limboto memiliki kedalaman hingga 27 m.

Oleh sebab itu, ketika Presiden Soekarno datang

mengunjungi Gorontalo dan sekitarnya dengan

pesawat amphibi, Danau Limboto dijadikan

landasan pesawat yang dikendarai oleh Bung Karno ini.

Namun, saat ini kedalaman Danau Limboto hanya sekitar 7—8 m saja. Kedalaman

yang seperti ini menjadikan Danau Limboto tidak seperti danau biasanya yang

berbentuk seperti kolam alami. Danau Limboto memiliki bentuk permukaan

berlumpur. Meski demikian, di tengah-tengah danau ini, pengunjung dapat melihat

berbagai flora air tawar yang tumbuh di permukaannya, seperti eceng gondok,

gelagah, dan bunga teratai. Di danau ini, pengunjung dapat melakukan berbagai

kegiatan, seperti memancing ataupun berperahu.

Sumber Gambar : http://matanews.com

832 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo

Pagi hari ataupun menjelang senja merupakan waktu paling baik untuk mengunjungi

Danau Limboto. Pada waktu-waktu seperti ini, pengunjung dapat melihat permainan

warna alam yang disebabkan matahari terbit ataupun tenggelam, yang semakin

mempercantik pesona Danau Limboto. Sementara itu, pemandangan di sore hari akan

semakin menawan dengan burung-burung liar yang beterbangan bebas di danau.

Mereka merupakan burung-burung liar yang tengah pulang dari pengembaraannya.

Kecantikan Danau Limboto akan semakin bertambah jika musim bunga telah tiba.

Pada musim ini, eceng gondok dan gelagah akan berbunga, menebarkan bau wangi

yang semerbak. Terlebih lagi jika bersamaan dengan merekahnya bunga-bunga

teratai, sebagian permukaan Danau Limboto akan tertutupi bunga teratai yang indah.

Jika lapar menyerang di tengah asyiknya menikmati pesona danau, pengunjung tidak

perlu khawatir. Masyarakat nelayan sekitar danau ini menjual berbagai ikan bakar

seperti nila, gabus, dan mujair, yang dapat disantap dengan sambal dabu-dabu. Ikan-

ikan bakar hasil olahan nelayan setempat ini dijamin segar, karena merupakan ikan

hasil tangkapan sendiri.

Selain ikan, udang lembut (rebon) juga dapat menjadi alternatif menarik bagi para

pengunjung yang ingin bersantap di tepi Danau Limboto. Biasanya oleh penduduk

setempat, udang ini hanya dicuci bersih, kemudian dicampur dengan kelapa parut, air

jeruk nipis, serta bumbu-bumbu lainnya. Campuran rasa gurih, manis, dan pedas, dari

masakan ini akan mampu membuat lidah pengunjung bergoyang menikmati

kelezatannya.

Danau Limboto terletak di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo.

e. Pantai Lahilote

Pantai Lahilote memiliki garis

pantai melengkung yang

menyerupai teluk. Dari salah satu

ujung Pantai Lahilote, kita bisa

menyaksikan lekuk-lekuk garis

pantai yang dilatarbelakangi oleh

perbukitan yang menghijau. Di tepi

pantai wisatawan dapat duduk

santai mengedarkan pandangan ke

sekeliling, menyaksikan lidah-lidah

ombak yang membuih menerpa

pasir pantai. Arus ombak Pantai

Lahilote tergolong kecil, sehingga

aman untuk kegiatan berenang, snorkeling, maupun sekedar bermain air.

Di pantai ini wisatawan juga dapat menikmati hamparan pasir putih yang cukup cocok

untuk aktivitas bermain pasir, voli pantai, atau berjalan kaki menyusuri tepian pantai.

Apabila berkunjung pada sore hari, jangan lupa untuk menyempatkan diri

menyaksikan matahari terbenam (sunset) di pantai ini. Sebab, panorama sunset Pantai

Lahilote termasuk salah satu sunset terindah di Gorontalo.

833 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo

Selain berbagai panorama alam tersebut, tentu saja kunjungan Anda akan terasa

kurang berkesan jika tidak menyaksikan bekas tapak kaki yang dipercaya sebagai

peninggalan Lahilote. Dengan melihat batu bekas tapak kaki tersebut wisatawan dapat

mengetahui dan memahami legenda lokal khas Gorontalo yang mengandung nilai

moral usaha manusia untuk menggapai keinginannya memperistri seorang bidadari.

Namun, pada akhirnya si Lahilote harus berpisah dan kembali ke bumi, karena kondrat

mereka yang berbeda: bidadari tidak mengalami ketuaan (awet muda), sedangkan

manusia mengalami ketuaan (ditandai dengan tumbuhnya uban).

Pantai Lahilote terletak di Kelurahan Pohe, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo.

f. Pulau Saronde

Pulau Saronde dipromosikan sebagai

salah satu potensi wisata Kabupaten

Gorontalo Utara karena memiliki

keindahan alam yang masih sangat

alami. Perairan di sekitar Pulau

Saronde dikenal bersih dan tidak

tercemari oleh sampah-sampah

industri, sehingga sangat layak untuk

berbagai kegiatan air. Mengunjungi

pulau ini, wisatawan tak perlu

khawatir kehabisan agenda wisata,

sebab di Pulau Saronde wisatawan

dapat melakukan berbagai aktivitas

wisata, seperti berenang, berselancar, menyelam, snorkeling, dan ski air. Selain itu,

pasir putih yang mengelilingi pulau ini terhampar bak permadani yang maha luas.

Wisatawan dapat bermain-main atau sekadar berjalan santai menapaki hamparan

pasir putih tersebut.

Masyarakat di sekitar Pulau Saronde juga dikenal memiliki tradisi yang unik. Pada

waktu-waktu tertentu, mereka sering mengadakan lomba adu cepat ketinting (perahu

bermesin diesel) mengelilingi sebuah pulau di sekitar Pulau Saronde. Pada perlombaan

ini, para pesertanya tidak hanya warga yang berasal dari pulau-pulau di sekitar Pulau

Saronde, melainkan juga warga dari Kecamatan Kwandang lainnya, sehingga

penyelenggaraannya lebih meriah. Dalam satu kali perlombaan, pesertanya berjumlah

antara 5—6 perahu. Setelah beradu cepat mengelilingi sebuah pulau yang ditentukan,

maka perahu yang lebih dulu mencapai garis finis dianggap sebagai pemenangnya.

Waktu penyelenggaraan adu cepat perahu tradisional ini merupakan salah satu

momen keramaian di Kecamatan Kwandang. Oleh sebab itu, di tengah-tengah

penyelenggaraan lomba, wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat

setempat atau menikmati berbagai hiburan dan jajanan khas Gorontalo.

Mengelilingi Pulau Saronde dengan perahu ketinting

Di Pulau Saronde sendiri setiap tahun diadakan sebuah festival budaya dengan nama

Festival Saronde. Dalam festival yang diadakan setiap bulan Juli ini diadakan berbagai

perlombaan, seperti lomba perahu hias tradisional, lomba adu cepat perahu ketinting,

lari pantai sejauh 100 meter, lomba voli pantai, lomba memancing, kemah wisata

remaja, pemilihan Puteri Saronde, pemilihan Beach Boys, dan berbagai pertunjukan

hiburan lainnya. Perhelatan berbagai perlombaan dan pentas seni hiburan biasanya

Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com

834 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo

diadakan selama dua hari. Waktu terbaik untuk mengunjungi Pulau Saronde adalah

pada saat perhelatan Festival Saronde ini. Sebab, wisatawan dapat menikmati

keindahan alam serta kekayaan budaya yang dimiliki oleh pulau ini.

Secara administratif Pulau Saronde merupakan wilayah dari Desa Ponelo, Kecamatan

Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara.

2. Wisata Sejarah

a. Benteng Otanaha

Benteng Otanaha dibangun sekitar

tahun 1522 M oleh Raja Ilato atas

prakarsa para nahkoda kapal Portugis

yang berlabuh di pelabuhan Gorontalo

untuk memperkuat pertahanan dan

keamanan negeri dari serangan musuh.

Benteng ini dibuat dari bahan-bahan

berupa pasir, batu kapur dan telur

burung maleo sebagai semen atau

bahan perekatnya.

Menurut cerita, Raja Ilato memiliki dua

orang putri dan seorang putra, yaitu

Ndoba, Tiliaya dan Naha. Ketika berusia remaja, Naha pergi merantau ke negeri

seberang, sedangkan kedua saudara perempuannya tinggal di wilayah Kerajaan

Gorontalo. Singkat cerita, tahun 1585, Naha kembali ke negerinya dan memperistri

Ohihiya. Hasil perkawinan mereka melahirkan Paha (Pahu) dan Limonu. Suatu ketika,

terjadi perang melawan pemimpin transmigran, Hemuto. Naha dan Paha tewas dalam

perang tersebut. Limonu pun menuntut balas atas kematian ayah dan kakaknya.

Dalam perang melawan Hemuto, Naha, Ohihiya, Paha, dan Limonu memanfaatkan

ketiga benteng tersebut sebagai pusat kekuatan pertahanan. Untuk mengenang

perjuangan mereka, ketiga benteng di atas diabadikan dengan nama benteng

Otanaha, Otahiya, dan Ulupahu. Namun, dalam perkembangannya, benteng ini lebih

dikenal dengan nama Benteng Otanaha.

Benteng Otanaha terletak di atas perbukitan Kelurahan Dembe I, Kecamatan Kota

Barat, Kota Gorontalo

b. Makam Keramat Ju Panggola

Ju Panggola adalah sebuah gelar atau julukan.

Ju dalam bahasa Gorontalo berarti ya,

sedangkan Panggola berarti tua. Jadi, Ju

Panggola berarti ya pak tua. Menurut sejarah,

orang yang dijuluki Ju Panggola itu adalah Ilato

yang berarti kilat. Ia adalah seorang Awuliya

atau Wali yang menyebarkan agama Islam di

Gorontalo pada tahun 1400 M., dan memiliki

kesaktian yang tinggi, yakni mampu

menghilang dari pandangan manusia dan

Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com

Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com

835 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo

dapat muncul seketika jika Negeri Gorontalo dalam keadaan gawat. Ia dijuluki Ju

Ponggala, karena ia selalu tampil atau muncul dengan profil kakek tua berjenggot

panjang dan mengenakan jubah putih.

Ju Panggola meninggalkan sebuah aliran ilmu bela diri yang disebut dengan langga.

Semasa masih hidup, Ju Panggola mewariskan ilmunya kepada murid-muridnya

dengan cara meneteskan air mata pada mata mereka. Setelah itu, sang murid akan

menguasai ilmu bela diri tersebut melalui mimpi atau pun gerakan reflek.

Makam Keramat Ju Panggola berada di atas perbukitan dengan ketinggian sekitar 50

meter dari jalan raya. Walaupun letaknya berada di atas bukit, setiap hari makam ini

tidak pernah sepi dari pengunjung, baik lokal maupun mancanegara.

Makam Ju Panggola terletak di Kelurahan Lekobalo, Kecamatan Kota Barat, Kota

Gorontalo.

c. Monumen Nani Wartabone

Pernah mendengar Proklamasi

Kemerdekaan tanggal 23 Januari 1942?

Mungkin tidak, sebab Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia baru

dikumandangkan pada tanggal 17

Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur

No. 56 Jakarta. Siapa sangka, tiga tahun

sebelum Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia itu, ribuan kilo jauhnya dari

Jakarta, di Kota Gorontalo telah

diproklamirkan kemerdekaan lepas dari

belenggu penjajahan Belanda. Tentu

bukan oleh Soekarno dan Hatta,

melainkan oleh Nani Wartabone, seorang patriot pejuang kelahiran Kampung

Suwawa, Gorontalo.

Untuk mengenang jasa dan perjuangan Nani Wartabone itulah, pada tahun 1987 Drs.

A. Nadjamudin, Walikota Gorontalo ketika itu, membangun Monumen Nani

Wartabone yang terletak di tengah Alun-alun Gorontalo, tepat di depan rumah Dinas

Gubernur Provinsi Gorontalo saat ini. Kisah perjuangan Nani Wartabone memang

cukup panjang, membentang dari jaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang,

hingga penumpasan berbagai pemberontakan di daerah Gorontalo, seperti

pemberontakan PRRI/Permesta dan G 30 S/PKI.

Menurut Taufik Polapa (dalam www.gorontalomaju2020.blogspot.com), perjuangan

Nani Wartabone dimulai sejak usia 16 tahun, ketika ia menjadi sekretaris Jong

Gorontalo di Kota Surabaya pada tahun 1923. Lima tahun kemudian, Nani Wartabone

dipercaya menjadi Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI). Sebagai aktivis, Nani

Wartabone dikenal sebagai pejuang anti-penjajah. Oleh sebab itu, setelah mengetahui

rencana Belanda yang akan membumihanguskan Gorontalo pada 28 Desember 1941

(karena Belanda mengetahui kekalahan pihak Sekutu dari Jepang pada perang Asia-

Pasifik), bersama warga Gorontalo Nani Wartabone kemudian melakukan perlawanan

rakyat.

Sumber Gambar : http://i666.photobucket.com

836 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo

Setelah hampir satu bulan melakukan perlawanan di pinggiran kota, akhirnya pada 23

Januari 1942 Nani Wartabone dan rakyat Gorontalo bergerak mengepung kota. Pukul

lima subuh, Komandan Detasemen Veld Politie WC Romer dan beberapa kepala

jawatan yang ada di Gorontalo menyerah. Setelah para petinggi Belanda tersebut

ditangkap, pukul 10 pagi tanggal 23 Januari 1942, Nani Wartabone memimpin

langsung upacara pengibaran bendera merah putih yang diiringi dengan lagu

Indonesia Raya di halaman Kantor Pos Gorontalo. Usai proklamasi tersebut, Nani

Wartabone kemudian memimpin rapat pembentukan Pucuk Pimpinan Pemerintahan

Gorontalo (PPPG), dan ia terpilih sebagai ketuanya.

Sekitar satu bulan setelah proklamasi tersebut, pada tanggal 26 Februari 1942, Jepang

mulai mendarat di Pelabuhan Gorontalo. Sebagai Ketua PPPG, Nani Wartabone

menyambut baik kedatangan Jepang dengan harapan mereka akan membantu

perjuangan mempertahankan kemerdekaan Gorontalo. Namun, pada kenyataannya

Jepang tidak lebih baik dari Belanda, sehingga Nani Wartabone harus menyingkir ke

kampung halamannya di daerah Suwawa. Nani Wartabone lalu difitnah, bahwa ia

sedang melakukan pemberontakan terhadap Jepang. Akibatnya, pada tanggal 30

Desember 1943 ia ditangkap dan dibawa ke Manado. Nani Wartabone baru dilepaskan

pada 6 Juni 1945, saat tanda-tanda kekalahan Jepang dari Sekutu mulai tampak.

Dua bulan kemudian, saat Jepang benar-benar kalah dari Sekutu, pada tanggal 16

Agustus 1945 (sehari sebelum Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta), kekuasaan Jepang

di Gorontalo diserahkan kepada Nani Wartabone. Sejak saat itulah bendera Merah

Putih kembali berkibar di tanah Gorontalo. Karena minimnya peralatan telekomunikasi

ketika itu, berita tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta baru sampai di

Gorontalo pada 28 Agustus 1945.

Selain sebagai pejuang kemerdekaan, Nani Wartabone juga dikenal sebagai pemimpin

daerah, antara lain pada tahun 1950-an ia dipercaya menjabat sebagai Kepala

Pemerintahan di Gorontalo, menjabat sebagai Kepala Daerah Sulawesi Utara, dan

pernah pula menjadi anggota DPRD Sulawesi Utara. Selepas memangku berbagai

jabatan penting itu, Nani Wartabone memilih tinggal di kampungnya, di Desa Suwawa

sebagai petani. Nani Wartabone meninggal pada tanggal 3 Januari 1986, dan

dikebumikan di Desa Bube Baru, Kecamatan Suwawa.

Monumen Pahlawan Nani Wartabone terletak di Alun-alun Gorontalo, atau yang lebih

dikenal dengan Lapangan Teruna Remaja, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo.

837 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo

3. Wisata Budaya

a. Tradisi Tumbilotohe

umbilotohe dalam bahasa Gorontalo terdiri dua suku kata, yaitu tumbilo berarti

pasang, dan tohe berarti lampu. Jadi, Tumbilotohe berarti acara pasang lampu.

Menurut sejarah, Tumbilotohe merupakan tradisi masyarakat Gorontalo masa lampau

yang sudah berlangsung sejak abad ke-15 M. Tradisi ini dilaksanakan pada 3 malam

terakhir menjelang hari Raya Idul Fitri, yaitu pada tanggal 27 hingga 30 Ramadhan,

mulai magrib hingga pagi hari.

Di masa lampau, pelaksanaan Tumbilotohe dimaksudkan untuk memudahkan umat

Islam dalam memberikan zakat fitrah pada malam hari. Pada masa itu, lampu

penerangan masih terbuat dari damar dan getah pohon yang mampu menyala dalam

waktu lama. Oleh karena semakin berkurangnya damar, maka bahan lampu

penerangan diganti dengan minyak kelapa (padalama) dan kemudian diganti dengan

minyak tanah.

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak warga Gorontalo mengganti lampu

penerangannya dengan lampu kelap-kelip dalam berbagai warna. Namun, sebagian

warga masih tetap menggunakan lampu minyak tanah sebagai penerangan. Lampu-

lampu minyak tersebut digantung pada sebuah kerangka kayu yang dihiasi dengan

janur kuning. Di atas kerangka itu juga digantung buah pisang sebagai lambang

kesejahteraan, dan tebu sebagai lambang kemanisan, keramahan, serta kemuliaan

menyambut hari raya Idul Fitri. Tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga

pendatang, terutama warga kota tetangga, seperti Manado, Palu, dan Makassar.

Mereka sengaja berkunjung ke Gorontalo untuk menyaksikan tradisi Tumbilotohe.

838 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo

4. Wisata Kuliner

a. Binte Biluhuta

Kekhasan makanan binte biluhuta

terletak pada keragaman rasanya, ada

rasa manis, kecut, pahit, dan pedas.

Cara penyajiaannya pun berbeda

dengan sup-sup lainnya. Pada saat

masakan ini disajikan, bumbu-bumbu

yang membuat rasanya berbeda,

seperti cabe rawit penyebab rasa

pedas, daun pepaya penyebab rasa

pahit, dan jeruk nipis penyebab rasa

kecut, diletakkan pada wadah yang

terpisah. Tergantung selera masing-

masing pelanggan mau memilih rasa apa. Jika anda penggemar rasa pedas, boleh

menambahkan cabe rawit yang sudah ditumbuk kasar. Jika anda suka rasa pahit, iris

daun pepaya tipis-tipis lalu campurkan ke dalam sup. Begitu pula jika anda ingin rasa

kecut, tambahkan perasan jeruk nipis, sehingga anda akan merasakan kuahnya yang

kecut segar berpadu dengan krius-krius manis jagung dan harum kemangi.

Meskipun menggunakan bahan utama ikan, makanan khas Gorotalo ini tidak berbau

atau terasa amis, karena bau amis tersebut tertutupi oleh rasa kecut, pahit atau

pedas. Santaplah binte bilutuhe ini selagi masih panas.

Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com