30 Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 30 Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal

    1/12

    HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

    697

    FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIANomor 12 Tahun 2009

    TentangSTANDAR SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN HALAL

    Majelis Ulama Indonesia, setelah :

    Menimbang : 1. bahwa pelaksanaan penyembelihan hewandi dalam Islam harus mengikuti tata cara

    yang sesuai dengan ketentuan hukum Islamagar dapat dikunsumsi oleh masyarakatmuslim;

    2. bahwa dalam pelaksanaan prosespenyembelihan hewan dewasa ini,

    banyak sekali rumah potong hewan yangmemanfaatkan peralatan modern seiringdengan perkembangan teknologi, sehinggamuncul beragam model penyembelihan danpengolahan yang menimbulkan pertanyaanterkait dengan kesesuaian pelaksanaanpenyembelihan tersebut dengan hukumIslam;

    3. bahwa oleh karena itu dipandang perluadanya fatwa tentang standar penyembelihanhalal untuk dijadikan pedoman.

    29

    STANDAR SERTIFIKASIPENYEMBELIHAN HALAL

  • 7/26/2019 30 Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal

    2/12

  • 7/26/2019 30 Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal

    3/12

  • 7/26/2019 30 Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal

    4/12

  • 7/26/2019 30 Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal

    5/12

    HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

    701

    1. Pendapat Imam al-Qurthuby dalam tafsirnyamengenai ketentuan alat penyembelihan

    sebagai berikut:

    Para Ulama berbeda pendapat mengenai

    bagaimana sahnya sembelihan. Menurutjumhur Ulama bahwa setiap alat yangmampu memotong urat-urat danmengeluarkan darah adalah termasukalat penyembelihan selain gigi dan kuku.

    Pendapat ini didukung oleh atsar yangmutawatir (Imam al-Qurthuby dalamTafsir al-Qurthubi, juz 6, halaman 53).

    2. Pendapat Imam al-Bahuty dalam KitabKasysyaf al-Qina tentang persyaratantasmiyah dalam penyembelihan hewansebagai berikut:

    Dari Abdillah Ibn Umar ra bahwa nabi sawbertemu dengan Zaid bin Amr bin Nufaildi dekat Baldah sebelum turunnya wahyu,kemudian dihidangkan makanan (berupadaging) kepada nabi saw, namun beliauenggan memakannya lantas bersabda:Sesungguhnya saya tidak memakandaging yang kalian sembelih atas berhala-berhala kalian. Aku tidak makan makanan

    yang tidak disebut nama Allah atasnya.(HR. Al-Bukhari sebagaimana dalam Shahihal-Bukhari juz 3 halaman 1391 hadis nomor3614. Juga diriwayatkan Imam al-Nasaidalam al-Sunan al-Kubra juz 5 halaman 55hadis nomor 8189).

    Memperhatikan :

    (

    (

    "

  • 7/26/2019 30 Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal

    6/12

    702

    Dasar keahrusan menyebut nama Allahketika menyembelih adalah rman Allah

    Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allahketika menyembelihnya. Sesungguhnya

    perbuatan yang semacam itu adalah suatukefasikan Fisq adalah haram. Nabi sawketika menyembelih juga menyebut nama

    Allah.. Dan disunnahkan membaca takbir

    menyetai tasmiyah dengan mengucapkanBismillahi Wallahu Akbar sebagaimanahadis nabi saw ketika beliau menyembelihmengucapkan Bismillahi Wallahu Akbar,demikian juga yang dilakukan Ibn Umar.Tidak ada perbedaan bahwa ucapanBismillah saja sudah cukup. (Imamal-Bahuty dalam Kasysyaf al-Qina, juz 6halaman 208).

    3. Pendapat Imam al-Syarbini dan IbnQudamah mengenai proses penyembelihanhewan sebagai berikut:

    Barangsiapa yang menyembelih hewan,kemudian ada orang lain yang mengeluar-kan isi perutnya atau menyobek lambung-

    nya secara bersamaan maka hukumnyatidak halal karena penyebab kematiannyatidak tertentu.(Imam al-Syarbini al-Khatibdalam Kitab al-Iqna juz 2 halaman 578)

    BIDANG POM DAN IPTEK

    ......

  • 7/26/2019 30 Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal

    7/12

    HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

    703

    Apabila ada hewan yang telah disembelihkemudian tubuhnya bergerak dan belummati lantas jatuh ke air atau tertimpasesuatu di atasnya maka hewan tersebuttidak dimakan, yakni tertimpa sesuatu yangsecara umum menyebabkan kematian.

    Pendapat ini adalah yang disebutkanImam al-Kharqi sebagai pendapat ImamAhmad. Sementara, kebanyakan ulamamutaakhkhirin pengikut madzhab Hanbalimenyatakan yang demikian tidak haram.

    Demikian pandangan mayoritas fuqaha.Hal ini mengingat jika sudah disembelihmaka dihukumi mati. Demikian juga

    jika dipenggal kepalanya setelahpenyembelihan hukumnya tidak haram,

    sebagaimana pandangan Imam Ahmad.....Landasan Imam al-Kharqi adalah hadisnabi saw yang diriwayatkan Imam Adi bin

    Hatim Apabila hewan jatuh ke dalam air

    .....

  • 7/26/2019 30 Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal

    8/12

    704

    maka jangan dimakan. Ibnu Masud jugameriwayatkan Barang siapa melemparburung (untuk berburu) kemudian jatuh ke

    air dan tenggelam maka jangan dimakankarena tenggelam (bisa jadi) menjadisebab yang mematikan. Apabila berkumpulsebab ini (tenggelam) beserta sebab

    penyembelihan maka berarti berkumpulantara yang menyebabkan boleh (dimakan)yang menyebabkan haram. Dalamkondisi ini dimenangkan yang haram. Disamping itu, tidak ada jaminan sebab yangmenentukan kematian. Bisa jadi matinyasebab dua aktitas, yakni yang boleh danyang haram. Hal ini mirip dengan adanyadua tindakan (subyek) dalam satu hal(obyek) atau jika ada (hewan buruan)dilempar oleh orang muslim dan majusikemudian mati. (Ibn Qudamah, al-Mughni,

    juz 9 halaman 318)

    4. Pendapat Imam al-Syarbini dan Imam al-

    Nawawi mengenai tanda-tanda hayahmustaqirrah sebagai berikut:

    Tanda hayah mustaqirrah adalah adanyagerakan yang kuat setelah pemotongansaluranpernafasan dan saluran makananmenurut pendapat yang lebih shahihdalam al-Zawaid dan al-Majmu (Imamal-Syarbini al-Khatib dalam al-Iqna juz 2halaman 579).

    Di antara tanda adanya hayah mustaqirrahadalah adanya gerakan yang kuat setelah

    pemotongan saluran pernafasan dansaluran makanan serta terpancarnyadarah. (Imam al-Nawawi, Raudlah al-Thalibin, juz 3 halaman 203)

    BIDANG POM DAN IPTEK

  • 7/26/2019 30 Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal

    9/12

    HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

    705

    5. Pendapat Wahbah al-Zuhaily mengenai tatacara penyembelihan dengan alat modernsebagai berikut:

    Tidak ada halangan untuk menggunakansarana-sarana yang memperlemahgerakan hewan dengan tanpa penyiksaanterhadapnya (untuk penyembelihanhewan). Untuk itu, dalam Islam dibolehkanmenggunakan cara pemingsanan modern(stunning) yang tidak mematikan sebelum

    penyembelihan. (Wahbah al-Zuhailydalam al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh, juz 4halaman 2800).

    6. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentangPenyembelihan Hewan Secara Mekanispada tanggal 18 Oktober 1976;

    7. Keputusan Rapat koordinasi Komisi Fatwadan LP POM MUI serta Departemen AgamaRI, pada 25 Mei 2003 di Jakarta.

    8. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4Tahun 2003 tentang Standarisasi FatwaHalal.

    9. Hasil Keputusan Ijtima Ulama KomisiFatwa se-Indonesia II Tahun 2006 diPondok Pesantren Gontor Ponorogo tentangMasalah-Masalah Kritis dalam Audit Halal.

    10. Hasil Rapat Kelompok Kerja Komisi FatwaMUI Bidang Pangan, Obatan-obatan danKosmetika beserta Tim LPPOM MUI pada12 November 2009.

    11. Pendapat peserta rapat-rapat Komisi Fatwa,yang terakhir pada tanggal 17 November2009 dan 2 Desember 2009.

  • 7/26/2019 30 Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal

    10/12

    706

    Dengan bertawakkal kepada Allah SWT,

    MEMUTUSKAN

    Menetapkan: FATWA TENTANG STANDARPENYEMBELIHAN HALAL

    Ketentuan Umum :Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan :1. Penyembelihan adalah penyembelihan hewan sesuai dengan

    ketentuan hukum Islam.2. Pengolahan adalah proses yang dilakukan terhadap hewan setelah

    disembelih, yang meliputi antara lain pengulitan, pencincangan,dan pemotongan daging.

    3. Stunning adalah suatu cara melemahkan hewan melaluipemingsanan sebelum pelaksanaan penyembelihan agar pada

    waktu disembelih hewan tidak banyak bergerak.

    4. Gagal penyembelihan adalah hewan yang disembelih dengan tidakmemenuhi standar penyembelihan.

    Ketentuan Hukum :

    1. Standar Hewan Yang Disembelih

    a. Hewan yang disembelih adalah hewan yang boleh dimakan.b. Hewan harus dalam keadaan hidup ketika disembelih.c. Kondisi hewan harus memenuhi standar kesehatan hewan

    yang ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan.

    2. Standar Penyembelih

    a. Beragama Islam dan sudah akil baligh.b. Memahami tata cara penyembelihan secara syari.c. Memiliki keahlian dalam penyembelihan.

    3. Standar Alat Penyembelihan

    a. Alat penyembelihan harus tajam.b. Alat dimaksud bukan kuku, gigi/taring atau tulang

    4. Standar Proses Penyembelihana. Penyembelihan dilaksanakan dengan niat menyembelih dan

    menyebut asma Allah.

    BIDANG POM DAN IPTEK

  • 7/26/2019 30 Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal

    11/12

    HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

    707

    b. Penyembelihan dilakukan dengan mengalirkan darah melaluipemotongan saluran makanan (mari/esophagus), saluranpernafasan/tenggorokan(hulqum/trachea), dan dua pembuluh

    darah (wadajain/vena jugularis dan arteri carotids).c. Penyembelihan dilakukan dengan satu kali dan secara cepat.

    d. Memastikan adanya aliran darah dan/atau gerakan hewansebagai tanda hidupnya hewan (hayah mustaqirrah).

    e. Memastikan matinya hewan disebabkan oleh penyembelihantersebut.

    5. Standar Pengolahan, Penyimpanan, dan Pengiriman

    a. Pengolahan dilakukan setelah hewan dalam keadaan mati olehsebab penyembelihan.

    b. Hewan yang gagal penyembelihan harus dipisahkan.

    c. Penyimpanan dilakukan secara terpisah antara yang halal dannonhalal.

    d. Dalam proses pengiriman daging, harus ada informasi danjaminan mengenai status kehalalannya, mulai dari penyiapan(seperti pengepakan dan pemasukan ke dalam kontainer),

    pengangkutan (seperti pengapalan/shipping), hinggapenerimaan.

    6. Lain-Lain

    a. Hewan yang akan disembelih, disunnahkan untuk dihadapkanke kiblat.

    b. Penyembelihan semaksimal mungkin dilaksanakan secaramanual, tanpa didahului dengan stunning (pemingsanan) dan

    semacamnya.

    c. Stunning (pemingsanan) untuk mempermudah prosespenyembelihan hewan hukumnya boleh, dengan syarat:

    1) stunninghanya menyebabkan hewan pingsan sementara,tidak menyebabkan kematian serta tidak menyebabkancedera permanen;

    2) bertujuan untuk mempermudah penyembelihan;

    3) pelaksanaannya sebagai bentuk ihsan, bukan untuk

    menyiksa hewan;

    4) peralatan stunningharus mampu menjamin terwujudnyasyarat a, b, c, serta tidak digunakan antara hewan halal dan

  • 7/26/2019 30 Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal

    12/12

    708

    nonhalal (babi) sebagai langkah preventif.

    5) Penetapan ketentuan stunning, pemilihan jenis, dan teknispelaksanaannya harus di bawah pengawasan ahli yang

    menjamin terwujudnya syarat a, b, c, dan d.

    d. Melakukan penggelonggongan hewan, hukumnya haram.

    Rekomendasi (Taushiyah) :

    1. Pemerintah diminta menjadikan fatwa ini sebagai pedoman dalampenentuan standar penyembelihan hewan yang dikonsumsi olehumat Islam.

    2. Pemerintah harus segera menerapkan standar penyembelihan yangbenar secara hukum Islam dan aman secara kesehatan di RumahPotong Hewan (RPH) untuk menjamin hak konsumen muslimdalam mengonsumsi hewan halal dan thayyib.

    3. LPPOM MUI diminta segera merumuskan petunjuk teknisoperasional berdasarkan fatwa ini sebagai pedoman pelaksanaanauditing penyembelihan halal, baik di dalam maupun luar negeri.

    Ditetapkan di : Jakarta, 15 Dzulhijjah 1430 H2 Desember 2009 M

    KOMISI FATWAMAJELIS ULAMA INDONESIA

    BIDANG POM DAN IPTEK

    Ketua

    ttd

    DR. KH. Anwar Ibrahim

    Sekretaris

    ttd

    Dr. H. Hasanuddin, M.Ag