16
3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Umumnya pemanfaatan sumberdaya di perairan Gugus Pulau Nain adalah budidaya rumput laut. Pemanfaatan yang tidak terkendali telah mendorong timbulnya penurunan produksi rumput laut. Kondisi ini menunjukkan bahwa sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, apabila dibiarkan akan terjadi penurunan produksi berulang kali yang nantinya berpengaruh terhadap keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya itu sendiri. Ini juga akan berdampak pada penurunan kesejahteraan pembudidaya rumput laut. Dalam usaha budidaya rumput laut perlu diterapkan suatu pengelolaan yang tepat dengan memperhatikan sumber dan jenis bibit, kesesuaian lahan, mencegah penurunan kualitas perairan, dan dampak ekonominya sehingga akan meningkatkan produktifitas usaha budidaya. Pada prinsipnya, penelitian ini untuk mendapatkan suatu informasi pengelolaan usaha budidaya rumput laut berdasarkan berbagai kriteria yang mencakup aspek biologi, ekologi dan sosial ekonomi. Skema kerangka pemikiran penelitian seperti pada Gambar 4. Gambar 4 Kerangka pemikiran penelitian. Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya KJA Rumput laut Tidak diteliti Metode Produksi turun 1. Primer 2. Sekunder 1. Uji tumbuh 2. Kualitas air 3. Sosek 1. Pertumbuhan 2. Kesesuaian 3. Daya dukung 4. CBA Pengalaman meneliti Data & Info Jenis data Untuk para pengambil kebijakan dan pengusaha Penelitian Manfaat 5. DEA Pengelolaan Sumberdaya Perairan Gugus Pulau Nain Saran Kebijakan

3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

31

3 METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Umumnya pemanfaatan sumberdaya di perairan Gugus Pulau Nain adalah

budidaya rumput laut. Pemanfaatan yang tidak terkendali telah mendorong

timbulnya penurunan produksi rumput laut. Kondisi ini menunjukkan bahwa

sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, apabila

dibiarkan akan terjadi penurunan produksi berulang kali yang nantinya

berpengaruh terhadap keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya itu sendiri. Ini juga

akan berdampak pada penurunan kesejahteraan pembudidaya rumput laut.

Dalam usaha budidaya rumput laut perlu diterapkan suatu pengelolaan

yang tepat dengan memperhatikan sumber dan jenis bibit, kesesuaian lahan,

mencegah penurunan kualitas perairan, dan dampak ekonominya sehingga akan

meningkatkan produktifitas usaha budidaya. Pada prinsipnya, penelitian ini untuk

mendapatkan suatu informasi pengelolaan usaha budidaya rumput laut

berdasarkan berbagai kriteria yang mencakup aspek biologi, ekologi dan sosial

ekonomi. Skema kerangka pemikiran penelitian seperti pada Gambar 4.

Gambar 4 Kerangka pemikiran penelitian.

Perikanan Tangkap Perikanan

Budidaya

KJA Rumput laut Tidak diteliti

Metode

Produksi turun 1. Primer

2. Sekunder

1. Uji tumbuh

2. Kualitas air

3. Sosek

1. Pertumbuhan

2. Kesesuaian

3. Daya dukung

4. CBA

Pengalaman

meneliti

Data & Info

Jenis data

Untuk para pengambil

kebijakan dan pengusaha

Penelitian

Manfaat

5. DEA

Pengelolaan Sumberdaya Perairan Gugus Pulau Nain Saran Kebijakan

Page 2: 3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

32

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap di Gugus Pulau Nain,

Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara (Gambar 5).

Tahap I : Uji pertumbuhan rumput laut, diikuti dengan pengamatan parameter

kualitas air. Pada tahap ini dilakukan juga wawancara dengan

berpedoman pada kuisioner. Tahap ini dilakukan mulai Januari 2007

–Juni 2008.

Tahap II : Monitoring dan evaluasi lewat uji pertumbuhan rumput laut serta

pengamatan kualitas air yang dilakukan pada bulan Mei – Agustus

2009 dan Juni – September 2010.

Tahap III : Pengamatan distribusi potensi bahan pencemar serta pengamatan

parameter kualitas air di sekeliling Perairan Gugus Pulau Nain. Pada

tahap akhir ini dilakukan juga wawancara yang berpedoman pada

kuisioner. Tahap ini dilakukan pada bulan Mei 2011.

Sumber: modifikasi dari Google maps 2011 (not to scale)

Gambar 5 Lokasi penelitian dan titik-titik pengamatan.

Tahap I : Pertumbuhan rumput laut dan pengamatan kualitas air di areal

budidaya rumput laut (2007 – 2008).

Pertumbuhan rumput laut dan pengamatan kualitas air di luar areal

budidaya rumput laut (2007 – 2008).

Tahap II : Evaluasi dan monitoring 2009 dan 2010.

Tahap III : Pengamatan distribusi potensi bahan pencemar di perairan (2011).

Pengamatan kualitas air sekeliling pulau (2011).

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

2

3

4 5

6

7

8

9 10

11

Page 3: 3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

33

3.3 Pengumpulan Data

3.3.1 Jenis data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh langsung pada lokasi penelitian melalui uji pertumbuhan rumput

laut, pengukuran parameter kualitas air, dan kuisioner. Data sekunder dilakukan

melalui penelusuran pustaka dari jurnal dan laporan penelitian, serta data dari

instansi terkait. Jenis data penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jenis data primer dan sekunder penelitian

No Jenis Data Parameter Alat/Metode

1

2

3

Biologi

rumput laut

Data fisika

Data kimia

- Pertambahan berat (g)

- Biota pengganggu

- Kedalaman (m)

- Kecerahan (m)

- Keterlindungan

- Kec. arus (cm/detik)

- Substrat dasar perairan

- Suhu (0C)

- Salinitas (ppt)

- TSS (mg/l)

- Derajat keasaman/pH

- Nitrat (mg/l)

- Fosfat (mg/l)

- Tali panjang

- Buku identifikasi

- Batu duga/data sekunder

- Pinggan secchi

- Visual & wawancara

- Layang-layang(drift float)

- Visual & wawancara

- Termometer

- Salinometer

- Laboratorium Baristand

- pH meter

- Spektrofotometer (Lab.)

- Spektrofotometer (Lab.)

4 Budidaya

rumput laut

- Wawancara

- Data sekunder

- Kuisioner

- Instansi terkait

5 Sosial –

ekonomi

- Wawancara

- Data sekunder

- Kuisioner

- Instansi terkait

3.3.2 Pengambilan data

1) Pertumbuhan rumput laut

Penelitian ini untuk mendeskriptifkan keadaan yang aktual dan mengkaji

penyebab dari gejala tertentu dengan tujuan mendapatkan data pengembangan

usaha budidaya rumput laut. Kajian survei dan percobaan melalui analisis

ekologis dan biologis rumput laut Kappaphycus alvarezii yang digunakan sebagai

bibit di Perairan Gugus Pulau Nain.

a) Uji pertumbuhan rumput laut dimulai pada bulan Januari 2007 – April 2008,

dilakukan percobaan sebanyak 9 siklus penanaman (9 kali panen), masa

pemeliharaan membutuhkan waktu selama 45 hari (6 minggu).

Page 4: 3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

34

b) Percobaan dilakukan pada 5 stasiun pengamatan di areal budidaya (rataan

karang) dan 5 stasiun di luar areal budidaya (lereng karang) dengan

menempatkan satu unit wadah budidaya di masing-masing stasiun (Gambar 6).

c) Rumput laut uji adalah Kappaphycus alvarezii yang sering disebut ’Cottonii’.

d) Uji pertumbuhan dengan beda kedalaman yaitu: di permukaan (0 cm), 50 cm

dan 100 cm di bawah permukaan air.

e) Percobaan lanjutan sebagai monitoring dan evaluasi dilakukan pada bulan Mei

–Agustus 2009 di areal budidaya di 5 stasiun pada titik percobaan yang sama

dengan percobaan pertama pada tahun 2007 – 2008. Pada bulan Juni –

September 2010 dilakukan di luar areal budidaya pada 5 stasiun yang sama

seperti tahap penelitian di tahun 2007 – 2008 (Gambar 6).

f) Keseluruhan uji pertumbuhan dimulai dengan persiapan wadah sebagai

kerangka untuk pengikatan bibit. Wadah berukuran 3 x 3 x 1,5 m3, pelampung

diameter 20 cm, pelampung Y-50, pelampung botol plastik, tali induk dan tali

jangkar PE 10 mm, tali bantalan 8 PE mm, tali ris PE 4 mm, tali rafiah,

pemberat dan jangkar beton ± 20 kg (Gambar 5).

Gambar 6 Instalasi wadah uji pertumbuhan Kappaphycus alvarezii.

g) Penentuan penggunaan bibit rumput laut uji ini didasarkan pada jenis yang

dibudidaya di Perairan Gugus Pulau Nain. Bibit rumput laut dipilih dari

Page 5: 3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

35

tanaman yang masih segar, sehat, kenyal, muda, dan banyak cabang. Berat

awal bibit yang ditanam adalah 100 gram. Masing-masing bibit di tanam pada

kedalaman 0 cm, 50 cm, dan 150 cm (Gambar 7).

h) Pengamatan dan penimbangan perubahan bobot rumput laut dilakukan pada

awal pemeliharaan, kemudian setiap interval waktu 15 hari (2 minggu).

Gambar 7 Konstruksi wadah dan posisi tanam rumput laut (Mudeng 2007).

2) Pengukuran kualitas air di areal budidaya rumput laut

a) Pengamatan parameter air dilakukan di setiap stasiun.

b) Sampel air diambil pada permukaan air laut dan di kedalaman 1 meter.

c) Parameter air yang diamati langsung yaitu kecepatan arus, kecerahan,

kedalaman, dasar perairan, suhu, salinitas, dan pH.

d) Parameter nitrat dan fosfat terlarut dianalisis di Laboratorium Balai Pelatihan

Kesehatan (Bapelkes) Manado.

3) Pengukuran kualitas air di sekitar permukiman penduduk

a) Pengamatan parameter air pada 11 stasiun, terdiri dari 20 titik di sekeliling

pulau (sejajar garis pantai) ditentukan secara sengaja. Stasiun I di depan Desa

Nain dengan kepadatan pemukiman yang relatif sedikit, St. II di depan Desa

Nain dengan kepadatan pemukiman yang padat, dan St. III di depan sumur

‘Aer jere’ yang merupakan tempat aktivitas tinggi penggunaan air tawar. St.

IV dan V di bagian selatan pulau, St. VI di sisi selatan Kampung Tarente, St.

VII di depan Kampung Tarente, St. VIII di sisi utara Kampung Tarente, St. IX

Page 6: 3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

36

di sisi Timur Desa Tatampi, St. X di depan Desa Tatampi, dan St. XI di sisi

barat Desa Tatampi (Gambar 5 & 8).

b) Pengamatan ke arah laut dilakukan pada Stasiun I, II dan III. Pada St. I ditarik

garis 450 ke arah selatan dari garis pantai, St. II tegak lurus garis pantai, dan

St. III 450 ke arah utara dari garis pantai (Gambar 8).

c) Titik awal (0) ditentukan pada ketinggian air 1 meter, ditandai dengan patok

kayu. Antar titik berikutnya berjarak 50 m (titik 1), 100 m (titik 2), dan 200 m

(titik 3) ke arah laut, kemudian ditandai dengan pelampung (Gambar 8).

Pengambilan sampel air dilakukan pada permukaan dan di tengah kolom air.

Pengambilan sampel air di tengah kolom air tergantung kedalaman perairan.

d) Parameter air yang diukur yaitu: nitrat, fosfat dan total padatan tersuspensi

(TSS) yang dianalisis di Laboratorium Balai Industri dan Standarisasi

(Baristand) Manado.

Sumber: Google maps (2011) dan foto koleksi pribadi.

Gambar 8 Titik awal pengukuran kualitas air di sekitar permukiman penduduk.

Pengamatan di titik awal dilakukan saat air bergerak surut, sedangkan pada

titik lainnya, dimulai berturut-turut dari titik 3, 2, dan 1 pada saat air akan

bergerak pasang. Clark (1986) menyatakan bahan-bahan pencemar yang ada di

kawasan pesisir akan mengikuti arus pasang surut. Bahan-bahan terperangkap

St.1

St.2

St.3

Page 7: 3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

37

dalam suatu jarak tertentu (terakumulasi), sesuai dengan Pariwono et al. (1989)

yang menyatakan bahwa pasang surut akan menggerakan massa air secara

horisontal yang akan membawa bahan pencemar. Pasut selain membantu proses

pengenceran juga merupakan salah satu fenomena alam yang berperan dalam

penyebaran zat pencemar.

1) Data sosial, ekonomi, dan kelembagaan budidaya rumput laut

Data sosial ekonomi di Pulau Nain dikumpulkan secara langsung dengan

cara wawancara yang berpedoman pada kuisioner. Data jumlah penduduk, mata

pencaharian, dan tingkat pendidikan diperoleh dari Kantor Desa Nain, Kantor

Kecamatan Wori, dan Badan Pusat Statistik. Letak desa dan kampung di Pulau

Nain seperti pada Gambar 9.

Responden ditetapkan secara sengaja yaitu penduduk yang termasuk dalam

usia angkatan kerja 15 – 64 tahun yang berjumlah 1.671 orang (Pandelaki, 2011).

Menurut Mondiringin (2005) 90% penduduk Desa Nain beraktivitas di bidang

budidaya daya rumput laut, baik sebagai pembudidaya, pekerja, penampung dan

penjual. Jumlah angkatan kerja sebanyak 1.671, yang berusaha di bidang rumput

Sumber: Google maps (2011) & Foto koleksi pribadi

Gambar 9 Permukiman penduduk di Gugus Pulau Nain.

Page 8: 3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

38

laut diperkirakan berjumlah 1.504 orang. Dalam penelitian ini jumlah responden

ditetapkan dengan menggunakan rumus Slovin (1960) in Hikmat (2002):

21 Ne

Nn

(1)

dimana : N = populasi

n = responden

e = nilai kesalahan yang ditentukan (10%).

Berdasarkan persamaan ini maka dari 1.504 orang dipilih sebanyak 94 responden

sebagai target wawancara.

3.3.3 Analisis data

1) Parameter pertumbuhan

Parameter yang diukur adalah pertambahan berat maka yang diukur

langsung adalah data berat (gram) rumput laut uji selama penelitian. Parameter

yang ditelaah adalah:

a) Laju pertumbuhan harian (Penniman et al. 1986) :

G (%) = [(Wt/W0)1/t

– 1] x 100% (2)

dimana: G = laju pertumbuhan per hari (%)

Wt = berat pada saat pengukuran (gram)

Wo = berat awal (gram)

T = waktu penelitian (hari)

b) Pertumbuhan mutlak (Effendie 1997):

∆W = Wt – Wo (3)

dimana: ∆W = pertumbuhan mutlak dalam berat (gram)

Wt = berat pada saat pengukuran (gram)

Wo = berat awal (gram)

Pengamatan epifit dan hama pada rumput laut diamati selama penelitian.

Sampel yang belum diketahui identitasnya dimasukkan ke dalam wadah plastik

yang berisi silika gel sebagai pengawet, kemudian dibawa ke laboratorium untuk

diamati dengan menggunakan mikroskop.

Page 9: 3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

39

2) Kesesuaian lahan

Pengamatan spasial dengan menggunakan pendekatan sistem informasi

geografis (SIG) adalah untuk mendapatkan bobot dan skor dalam menentukan

kelas kesesuaian lahan. Proses yang dilakukan melalui tahapan penyusunan basis

data spasial dan teknik tumpang susun serta menentukan daya dukung atau daya

tampung lahan dalam kawasan yang ditentukan.

Analisis ketersedian ruang ini didasarkan pada kesesuaian perairan yang

mendukung budidaya rumput laut. Kesesuaian ruang perairan secara spasial

menggunakan parameter fisika, kimia dan biologi perairan yang merupakan

prasyarat kelayakan budidaya rumput laut. Selanjutnya ditentukan tingkat

kelayakan dengan memberikan bobot pada setiap parameter yang terukur

berdasarkan hasil studi pustaka dan informasi dari para pakar. Matriks skoring

dapat dilihat pada Tabel 4. Bobot terbesar sampai terkecil diberikan berdasarkan

besarnya pengaruh parameter terhadap kegiatan budidaya rumput laut.

Pengisian tabel skoring mengikuti langkah-langkah berikut:

a) Pengisian nilai pada kolom 3 untuk nilai teramati adalah hasil pengukuran

langsung dan analisis laboratorium.

b) Pengisian nilai pada kolom 6,7, dan 8 berdasarkan kolom 3:

- Skor 5 untuk kisaran nilai yang diinginkan

- Skor 2 untuk kisaran nilai yang dibolehkan

- Skor 0 untuk kisaran nilai di luar yang diinginkan dan dibolehkan

c) Pengisian nilai pada kolom 9 :

- Bobot 3 apabila paramater sangat berpengaruh pada kelangsungan usaha

budidaya rumput laut

- Bobot 2 apabila parameter cukup berpengaruh pada kelangsungan usaha

budidaya rumput laut

- Bobot 1 apabila parameter tidak terlalu berpengaruh pada kelangsungan

usaha budidaya rumput laut

d) Pengisian nilai pada kolom 10 berdasarkan nilai perkalian antara nilai skor

dengan nilai bobot untuk masing-masing parameter.

Page 10: 3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

40

Tabel 4 Skoring areal budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii

Parameter Satuan Ter-

amati Sangat sesuai Sesuai

Skor Bobot Nilai

0 2 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kec. arus cm/det 20 – 30 1 –19atau31–45 3

Kecerahan % 80 – 100 60 – 79 3

Keterlindungan - Terlindung Ckp terlindung 3

Kedalaman m 1 – 15 16 – 30 3

Salinitas ppt 32 – 34 28 – 31 2

Substrat - Pasir bkarang Pasir blumpur 3

Suhu 0C 29 – 31 25 – 28 2

pH - 6,5 – 8,5 6 – 9 2

Fosfat mg/l 0,9 – 3 0,1 – < 0,9 2

Nitrat mg/l 0,02 – 1 0,01 – < 0,02

atau 1 – 2

2

Sumber: modifikasi dari Kamlasi (2008), Pong-Masak et al. (2008), Masitasari (2009).

Total nilai dari hasil perkalian nilai skor dengan bobot dipakai untuk

menentukan klas kesesuaian lahan budidaya rumput laut berdasarkan karakteristik

kualitas perairan dengan perhitungan sebagai berikut:

(4)

dimana:

I = interval klas kesesuaian lahan

ai = faktor pembobot

Xn = nilai tingkat kesesuaian lahan

k = jumlah kelas kesesuaian lahan yang diinginkan

Berdasarkan rumus, diperoleh interval kelas dan nilai (skor) kesesuaian lahan

sebagai berikut:

78 – 99 = Sangat sesuai (S1)

57 – 77 = Sesuai (S2)

17 – 56 = Tidak Sesuai (N)

Dalam penelitian ini kelas kesesuaian lahan/perairan dibedakan pada tiga

tingkatan yang didefinisikan oleh FAO 1976 in Hardjowigeno et al. (2001):

Page 11: 3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

41

Sangat sesuai, yaitu perairan tidak mempunyai faktor pembatas yang berat atau

hanya mempunyai faktor pembatas yang kurang berarti (minor) dan secara

nyata tidak akan menurunkan produktivitas perairan ubudidaya rumput laut.

Sesuai, yaitu perairan mempunyai faktor pembatas yang agak berat dan akan

mempengaruhi produktivitas perairan untuk kegiatan budidaya rumput laut

dan ikan kerapu. Dalam pengelolaannya diperlukan tambahan masukan

(input) teknologi dan tingkat perlakuan.

Tidak sesuai, yaitu perairan mempunyai faktor pembatas yang sifatnya permanen,

sehingga tidak sesuai untuk budidaya rumput laut dan ikan kerapu.

3. Analisis daya dukung

Analisis daya dukung adalah untuk mengestimasi jumlah unit budidaya

yang dapat didukung pada potensi areal yang ditentukan sebelumnya. Analisis

daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut di perairan Gugus Pulau Nain

dilakukan pendekatan dengan kapasitas luas areal budidaya yang sesuai, dan

metode budidaya yang diterapkan. Parameter yang menjadi acuan dalam

penentuan daya dukung lahan tersebut menurut Rauf (2007) adalah:

a. Luas perairan budidaya rumput laut yang sesuai

Luas perairan budidaya rumput laut yang sesuai dapat diperoleh dari hasil

analisis kesesuaian dengan menggunakan SIG.

b. Kapasitas perairan

Kapasitas perairan diartikan sebagai luasan lahan perairan yang dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya rumput laut secara terus menerus yang

secara sosial tidak menimbulkan konflik serta secara ekologis tidak mengganggu

ekosistem pesisir. Besarnya kapasitas lahan yang ditetapkan dalam studi ini

dianalisis dengan formula sebagai berikut:

Gambar 10 Skema unit budidaya rumput laut (modifikasi dari Rauf 2007).

l2 l1 L1 L2

p1

p2

Page 12: 3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

42

(5)

dimana:

KA = Kapasitas areal

∆L = L2 – L1

L1 = Luas unit budidaya

L2 = Luas yang sesuai untuk satu unit budidaya

l1 = lebar unit budidaya

l2 = lebar yang sesuai untuk satu unit budidaya

p1 = panjang unit budidaya

p2 = panjang yang sesuai untuk satu unit budidaya

Kapasitas perairan ditentukan dari selisih antara luas perairan yang sesuai

dengan luas unit budidaya dibagi dengan luas perairan yang sesuai kali 100%.

Luas unit budidaya (L1) ditentukan berdasarkan luas rata-rata unit budidaya yang

ada di Perairan Gugus Pulau Nain, yaitu 12 m2. Luas yang sesuai untuk satu unit

budidaya (L2) ditentukan berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian areal. Daerah yang

berwarna biru merupakan jarak antara unit budidaya yang diasumsikan 2 m yaitu

duakali lebar maksimal badan perahu yang dipakai petani rumput laut dalam

melakukan aktivitasnya di Perairan Gugus Pulau Nain.

c. Luasan unit budidaya

Luasan unit budidaya adalah besaran yang menunjukkan luasan dari satu

unit budidaya rumput laut dengan setiap luasan unit budidaya berbeda-beda

tergantung dari metode budidaya yang diterapkan. Dalam kajian ini luasan satu

unit budidaya didasarkan pada metode long line dengan ukuran 20 x 60 m2 atau

0,12 ha.

d. Daya dukung perairan

Daya dukung perairan menunjukkan kemampuan maksimal lahan untuk

mendukung aktivitas budidaya secara terus menerus tanpa menimbulkan

penurunan kualitas, baik lingkungan biofisik maupun sosial. Berdasarkan

pendekatan tersebut di atas maka daya dukung perairan untuk budidaya rumput

laut dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Page 13: 3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

43

DDARL = LAS x KA (6)

dimana:

DDARL = Daya dukung areal budidaya rumput laut (ha)

LAS = Luas areal yang sesuai (ha)

KA = Kapasitas areal (ha)

Jumlah unit wadah budidaya yang dapat didukung berdasarkan daya

dukung yang diperoleh menggunakan persamaan:

JUBRL =

. (7)

dimana:

JUBRL = jumlah unit budidaya rumput laut (unit)

DDA = daya dukung areal perairan (ha)

LUB = luas unit budidaya (unit/ha)

4. Distribusi limbah

Pada bagian ini, analisis dilakukan secara deskriptif yaitu menggambarkan

secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara

tepat. Menurut Best (1982) in Hartoto (2009), penelitian deskriptif merupakan

metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek

sesuai dengan apa adanya. Selanjutnya Hartoto (2009) menyatakan penelitian

deskriptif sering disebut noneksperimen karena tidak dilakukan kontrol dan

manipulasi variabel penelitian. Penelitian ini juga memerlukan tindakan yang teliti

pada setiap komponennya agar dapat menggambarkan subjek atau objek yang

diteliti mendekati kebenarannya.

5. Cost benefit analysis (CBA)

CBA telah digunakan secara luas untuk menilai kelayakan suatu kegiatan

usaha (Fauzi & Anna 2003). Metode ini pada prinsipnya merupakan proses untuk

menilai tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut dengan

menggunakan teori data dan model. Keunggulan metode ini adalah sangat praktis

digunakan sehingga menjadi alat analisis ekonomi yang sangat populer. Walaupun

demikian menurut Fauzi & Anna (2003) metode ini mempunyai kelemahan, yaitu

tidak cukup mampu menangkap aliran keuntungan dan biaya yang terkait dengan

aliran barang dan jasa dari sumberdaya alam serta cenderung mengurangi berbagai

informasi menjadi satuan tunggal dalam bentuk nilai uang.

Page 14: 3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

44

a) Net Present Value (NPV). Metode NPV merupakan metode yang

memperhatikan nilai waktu dari uang. Metode ini menggunakan suku bunga

diskonto yang akan mempengaruhi arus dari uang. NPV dapat dihitung dari

selisih nilai proyek pada awal tahun dikurangi dengan tingkat bunga diskonto.

Secara matematik rumus menghitung NPV dapat dituliskan sebagai berikut:

(8)

dimana:

t = 1,2, …

i = interest rate (discount rate)

= the discount factor

Metode ini memperhatikan nilai waktu uang, maka arus kas masuk (cash

inflow) yang digunakan dalam menghitung NPV (nilai sekarang bersih) adalah

arus kas masuk yang didiskontokan atas dasar discount rate tertentu (biaya modal

dan tingkat bunga yang berlaku umum). Selisih antara PV penerimaan kas dengan

PV pengeluaran kas dinamakan NPV. Kriteria keputusan adalah:

Jika NPV bertanda positif (NPV > 0), maka rencana investasi diterima.

Jika NPV bertanda negatif (NPV < 0), maka rencana investasi ditolak.

b) Net Benefit Cost Ratio (NBC ratio). Benefit-cost ratio adalah cara evaluasi usaha

dengan membandingkan nilai sekarang seluruh hasil yang diperoleh suatu

usaha dengan nilai sekarang seluruh biaya usaha. Rumus BCR dapat ditulis

sebagai berikut:

(9)

Apabila BCR lebih besar dari 0 (BCR>0) maka usaha tersebut

menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan, namun bila BCR sama

dengan 0 (BCR=0) maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi (marjinal)

sehingga usaha tersebut dilanjutkan atau tidak terserah pengambil keputusan,

sedangkan bila BCR kurang dari 0 (BCR<0) maka usaha tersebut merugikan

sehingga tidak layak untuk dilaksanakan.

Page 15: 3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

45

6) Data envelopment analysis (DEA)

DEA merupakan metode untuk mengukur efisiensi relatif yang

mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan metode-metode yang lain.

Menurut Fauzi & Anna (2005) pengukuran efisiensi dengan DEA tidak semata-

mata diukur dari rasio output dan input, tetapi juga memasukkan faktor

pembobotan dari setiap output dan input yang digunakan. DEA dapat mengukur

efisiensi relatif dengan berbagai kendala yang ada. Di dalam DEA, efisiensi

diartikan sebagai target untuk mencapai efisiensi maksimum dengan kendala

relatif efisiensi dari seluruh unit yang tidak boleh melebihi 100%. Dengan

mengidentifikasi alokasi input dan output, dapat dianalisis lebih jauh penyebab

ketidakefisiensian. Secara matematis efisiensi relatif di dalam DEA merupakan

solusi dari persamaan :

maxm

m

i ij

im

k kj

k

w y

Ev x

(10)

dengan kendala : 1m

m

i ij

i

k kj

k

w y

untuk setiapunit ke jv x

wi dan vk masing-masing adalah bobot output ke i dan bobot input ke k.

Selanjutnya dinyatakan bahwa pemecahan masalah pemrograman

matematis di atas akan menghasilkan nilai Em yang maksimum sekaligus nilai

bobot (w dan v) yang mengarah ke efisiensi. Jadi, jika nilai = 1, unit ke-m tersebut

dikatakan efisien relatif terhadap unit yang lain. Sebaliknya, jika nilai lebih kecil

dari 1, unit lain dikatakan lebih efisien, relatif terhadap unit m, meskipun

pembobotan dipilih untuk memaksimisasi unit m. Melalui teknik linearisasi,

persamaan (10) dapat dirubah menjadi persamaan linier sehingga pemecahan

melalui pemrograman linear dapat dilakukan. Linearisasi persamaan di atas

menghasilkan persamaan:

(11)

Page 16: 3.1 Kerangka Pemikiran · sumberdaya perairan tersebut belum dikelola secara berkelanjutan, ... dimulai berturut-turut dari titik 3, ... (SIG) adalah untuk

46

dengan kendala:

wi, vk ≥ ɛ

Salah satu manfaat dilakukannya linearisasi adalah dapat dilakukan

pemecahan pemrograman linear di atas dengan persamaan dual dari persamaan

(11). Primal dan dual variable dari persamaan (11) dapat ditulis kembali sebagai:

Model primal

maxmm i ij

i

E w y

dengan kendala:

—vk ≤ —ɛ k = 1, 2…m

—wi ≤ —ɛ i = 1, 2…t

= 1, 2…n

Variabel dual

0

Dengan demikian dual dari persamaan (11) dapat ditulis sebagai:

min

:

; 1...

; 1...

, , 0

m

m i k

i k

kj m k kj j

j

i ij j ij

j

j i k

Z S S

dengan kendala

x Z S x k m

S y y i t

S S

(12)