B/PR-153/XII/2015/HUMAS
EXECUTIVE SUMMARY
Jakarta, 23 Desember 2015
Badan Narkotika Nasional (BNN) terus optimalisasikan kinerja di
seluruh lini dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika (P4GN). Langkah-langkah perbaikan,
loyalitas, serta dedikasi dilakukan oleh seluruh anggota BNN dalam
rangka pencapaian sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Hal
tersebut berjalan linier dengan adanya penurunan prevalensi pecandu
dan penyalah guna Narkotika yang menurut hasil penelitian pada
tahun 2008 oleh BNN bersama pusat penelitian dan kesehatan
(Puslitkes) Universitas Indonesia,diproyeksikan pada tahun 2015
mencapai angka 2,8%, namun pada penelitian terbaru pada tahun 2015
tercatat angka prevalensi hanya sekitar 2,2% yang berarti terdapat
adanya penurunan sebanyak 0,6%.
Sepanjang tahun 2015 BNN telah mengungkap sebanyak 102 kasus
Narkotika dan TPPU yang merupakan sindikat jaringan nasional dan
internasional, dimana sebanyak 82 kasus telah P21. Kasus-kasus yang
telah diungkap tersebut melibatkan 202 tersangka yang terdiri dari
174 WNI dan 28 WNA. Berdasarkan seluruh kasus Narkotika yang telah
diungkap, BNN telah menyita barang bukti sejumlah 1.780.272,364
gram sabu kristal; 1.200 mililiter sabu cair; 1.100.141,57 gram
ganja; 26 biji ganja; 95,86 canna chocolate; 303,2 gram happy
cookies; 14,94 gram hashish; 606.132 butir ekstasi; serta cairan
prekursor sebanyak 32.253 mililiter dan 14,8 gram. Sedangkan dalam
kasus TPPU total asset yang berhasil disita oleh BNN senilai Rp
85.109.308.337.
Selain itu, pada tahun ini BNN juga menemukan 2 jenis zat baru (new
psychoactive substances) yaitu CB-13 dan 4-klorometkatinon.
Sehingga total NPS yang telah ditemukan BNN hingga akhir tahun 2015
yakni sebanyak 37 jenis, yang dapat dilihat selengkapnya di
www.bnn.go.id.
BNN melakukan penindakan tanpa pandang bulu, baik pria, wanita,
warga negara Indonesia, warga negara asing, karyawan, mahasiswa,
oknum aparat yang terbukti terkait dalam kasus Narkotika. Hal ini
dibuktikan dengan adanya tindakan yang tegas terhadap oknum yang
terbukti terlibat kasus peredaran gelap Narkotika, yang saat ini
sedang menjalani proses hukum dan kode etik. BNN juga tidak
segan-segan menggunakan senjata untuk penegakan hukum dalam
memerangi para kurir dan bandar. Kesungguhan BNN dalam menghentikan
penyelundupan serta peredaran gelap Narkotika diharapkan dapat
ditindaklanjuti dengan memberikan sanksi hukuman yang
seberat-beratnya terhadap para tersangka, termasuk dalam penetapan
hukuman mati.
Berdasarkan data Direktorat Tindak Pidana Umum Lainnya, Kejaksaan
Agung RI, sampai dengan pertengahan Desember 2015, terdapat 55
orang terpidana kasus Narkotika yang mendapatkan vonis hukuman
mati, dimana 14 orang terpidana mati kasus Narkotika diantaranya
sedang menunggu eksekusi hukuman mati.
Seiring dengan gencarnya pemberantasan, BNN juga terus berupaya
melakukan pencegahan dan pemulihkan bagi para pecandu dan penyalah
guna dari ketergantungannya terhadap Narkotika. BNN menyediakan
balai besar (Babes) rehabilitasi sebagai media dalam proses
penyembuhan dan pemulihan pecandu dan penyalah guna
Narkotika.
Berdasarkan data pada tahun 2015, BNN bersama bersama lembaga
rehabilitasi instansi pemerintah dan komponen masyarakat telah
melaksanakan program rehabilitasi kepada 38.427 pecandu, penyalah
guna, dan korban penyalahgunaan Narkotika yang berada di seluruh
Indonesia dimana sejumlah 1.593 direhabilitasi melalui Balai Besar
Rehabilitasi yang dikelola oleh BNN, baik yang berada di Lido –
Bogor, Baddoka – Makassar, Tanah Merah – Samarinda, dan Batam –
Kepulauan Riau. Angka tersebut mengalami peningkatan, dimana pada
tahun sebelumnya hanya sekitar 1.123 orang pecandu dan penyalah
guna yang direhabilitasi.
Berangkat dari data yang menunjukan adanya peningkatan pecandu dan
penyalah guna yang direhabilitasi berbanding dengan penurunan
prosentase prevalensi angka penyalah guna, maka langkah yang akan
diambil BNN ke depan adalah upaya menghentikan penyalahgunaan
Narkotika dengan membendung imun masyarakat terhadap penyalahgunaan
Narkotika dan mempersempit ruang peredarannya.
Oleh sebab itu, ke depan BNN berencana untuk memberikan penguatan
pada bidang pencegahan dan pemberdayaan masyarakat, sebagai upaya
preventif dalam pengentasan penyalahgunaan Narkotika yang
diharapkan dapat lebih efektif dalam menekan laju peredaran gelap
Narkotika. Penguatan dalam bidang pencegahan ini juga merupakan
salah satu usaha membentuk masyarakat yang memiliki ketahanan dan
kekebalan (imun) terhadap bahaya penyalahgunaan Narkotika, salah
satu contohnya yakni dengan memasukan pendidikan bahaya Narkoba ke
dalam kurikulum di sekolah.
Dalam bidang pencegahan, di tahun ini BNN telah melakukan
sosialisasi bahaya penyalahgunaan Narkoba kepada 490 pelajar, 7.400
mahasiswa, 1.750 pekerja swasta, 2.110 pegawai pemerintah, dan
1.750 masyarakat yang berada di wilayah pusat dan sebanyak 688.240
orang di seluruh daerah di Indonesia yang terdiri dari pelajar,
mahasiswa, swasta, instansi pemerintah, dan masyarakat.
Selanjutnya, sebagai rencana ke depan BNN akan lebih mendorong
upaya pencegahan sebagai salah satu kunci dalam membebaskan
Indonesia dari kondisi darurat Narkoba.
Di samping upaya pencegahan, upaya pemberdayaan masyarakat juga
akan dijadikan sebagai salah satu langkah alternatif yang akan
menjadi fokus dalam penekanan laju peredaran gelap Narkotika di
Indonesia. Tercatat pada tahun 2015 sebanyak 350 warga di wilayah
rawan dan rentan penyalahgunaan Narkoba telah mendapatkan pelatihan
peningkatan kemampuan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dalam
peningkatan lifeskill.
Selain peningkatan kemampuan di daerah rawan penyalahgunaan
Narkoba, BNN melalui BNN Provinsi juga telah membentuk satgas anti
Narkoba di seluruh daerah di Indonesia dengan total 18.544 orang
yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, swasta, instansi pemerintah,
dan masyarakat. Melalui pemberdayaan masyarakat diharapkan akan
menjadi sebuah strategi jitu dalam menciptakan kondisi masyarakat
yang kondusif dan meningkatkan angka partisipatif masyarakat
sehingga secara otomatis akan mempersempit ruang dari bahaya
penyalahgunaan maupun peredaran gelap Narkotika.
Namun demikian, BNN menyadari sepenuhnya bahwa penghentian
kejahatan Narkotika adalah sebuah upaya yang harus dilakukan secara
holistik. Oleh karenanya, di samping melakukan berbagai upaya ke
dalam, BNN juga melakukan berbagai upaya ke luar dengan menjalin
kerja sama dengan berbagai instansi, organisasi, maupun
negara-negara lain.
B/PR-153/XII/2015/HUMAS
BNN juga aktif turut serta dalam pertemuan-pertemuan regional
maupun internasional terkait dengan pemberantasan dan
penyalahgunaan obat terlarang. Sebuah bentuk konkret dari
partisipatif BNN dalam pemberantasan peredaran gelap Narkotika di
wilayah regional yakni dipercaya sebagai tuan rumah dalam
menyelenggarakan Bali Meeting on ASOD Work Plan : Securing ASEAN
Community Against Illicit Drugs 2016 – 2025 yang dihadiri oleh
seluruh perwakilan dari negara ASEAN.
Kegiatan tersebut membahas mengenai perumusan ASEAN work plan,
dimana salah satu hasilnya yakni memperkuat kerja sama pada tataran
bilateral dalam hal sharing informasi dan intilijen dalam
pengungkapan sindikat Narkotika Internasional. Melalui berbagai
upaya yang telah, sedang, dan akan dilakukan tersebut, BNN berharap
dapat membebaskan Indonesia dari kondisi darurat Narkoba dengan
menciptakan generasi sehat, generasi yang bebas dari Narkoba.
Mengatasi peredaran gelap dan penyalahgunaan Narkotika adalah
tanggung jawab bersama, oleh karena itu harus menjadi musuh
bersama. Aparat pemerintah harus bersinergi, menyatukan kekuatan
untuk menghadapi kejahatan ini. Apalagi melihat kondisi saat ini
yang sebentar lagi akan diberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN,
karena Indonesia merupakan bagian dari ASEAN Community sehingga
semua aparat negara dan semua elemen masyarakat harus mewaspadai
ini. Jangan sampai kemudahan dalam ASEAN Community ini dimanfaatkan
oleh mafia Narkotika Internasional dan Nasional untuk
menyelundupkan Narkotika ke Indonesia.
BNN memberikan apresiasi dan terima kasih kepada aparat terkait
yang selama ini telah bekerjasama secara efektif sehingga berhasil
mengungkap jaringan peredaran gelap dan penyalahgunaan Narkotika,
termasuk dalam hal melakukan pencegahan dan rehabilitasi. Selain
itu, disampaikan juga terima kasih kepada masyarakat yang telah
berpartisipasi secara aktif dalam tugas-tugas BNN.
Semoga Tuhan senantiasa memberikan pentunjuk-Nya kepada kita semua,
dan semoga cita-cita mewujudkan generasi emas segera
terwujud.
Jakarta, 23 Desember 2015
Kepala Badan Narkotika Nasional
LAMPIRAN PRESS RELEASE AKHIR TAHUN BADAN NARKOTIKA NASIONAL
Jakarta, 23 Desember 2015
Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai lembaga pemerintah non
kementerian (LPNK) yang memiliki tugas pokok dan fungsi dalam
menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional terkait penanganan
masalah Narkotika di Indonesia memiliki tiga misi khusus, yaitu
Pertama menjadikan bangsa Indonesia imun terhadap bahaya
penyalahgunaan Narkoba, Kedua memulihkan penyalah guna Narkoba dan
menjaganya agar tidak relapse, dan Ketiga menjadikan Indonesia
negara yang aman terbebas dari peredaran gelap Narkoba.
Untuk mewujudkan misi tersebut, BNN memfokuskan kegiatan Pencegahan
dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)
pada 5 (lima) bidang, yaitu bidang Pencegahan, Pemberdayaan
Masyarakat, Rehabilitasi, Pemberantasan, serta Hukum dan Kerja
Sama.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada lima bidang tersebut sepanjang
tahun 2015 ini adalah sebagai berikut :
I. BIDANG PEMBERANTASAN
Di bidang pemberantasan, BNN terus berupaya mengungkap kasus
peredaran gelap Narkotika serta meringkus jaringan sindikat
Narkotika baik nasional maupun internasional. Dalam menumpas
kejahatan Narkotika, BNN kerap bekerja sama dengan penegak hukum
baik nasional maupun internasional, seperti Bea dan Cukai,
Kepolisian, TNI, hingga NNCC (China National Narcotics Control
Commision), AFP (Australia), DEA (Amerika), Kepolisian Hongkong,
dan Kepolisian Di Raja Malaysia.
Selain mengungkap Tindak pidana Narkotika, BNN juga mengungkap
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terkait bisnis peredaran gelap
Narkotika. Adapun rekapitulasi kasus Tindak Pidana Narkotika dan
TPPU terkait Narkotika yang diungkap BNN sepanjang tahun 2015
adalah sebagai berikut :
A. Kasus & Tersangka
TPPU 12 7 14
JUMLAH 102 82 202
TPPU 13 1
JUMLAH 166 36
2. Berdasarkan Kewarganegaraan
TPPU 14 -
Jenis Kelamin Berdasarkan Kewarganegaraan
TPPU 13 1 - -
NEGARA JUMLAH TERSANGKA
Nigeria 12 Tersangka
China/Hongkong/Tiongkok 8 Tersangka
Taiwan 2 Tersangka
Iran 1 Tersangka
Malaysia 1 Tersangka
Pakistan 1 Tersangka
Vietnam 1 Tersangka
Australia 1 Tersangka
Mobil 11 24 35
Motor 3 4 7
Rumah 7 9 16
Ruko/Apartemen 2 4 6
Rekening Rp 933.000.000 Rp 13.786.550.000 Rp 14.719.550.000
Barang/Benda Rp 37.741.361.485 Rp 31.935.562.852 Rp
69.676.924.337
Total Aset dalam Rupiah
D. Eradikasi Lahan Ganja
BNN bekerja sama dengan TNI, Polri, Pemda setempat, melakukan
pemusnahan ladang ganja dan tanaman Khat di sejumlah titik dengan
keterangan sebagai berikut :
JENIS KEGIATAN LOKASI TGL LUAS
Pemusnahan Ladang Ganja Aceh Besar
Ds. Pulo Pemukiman Lamteuba Kec. Seulimeu
Kab. Aceh 27/02/2015 3 Ha
Pemusnahan Ladang Katinon
01/04/2015 50 m2
Kp. Agusen Kec. Blangkejeren Kab. Gayo
Lues Aceh Tenggara 29/04/2015 22 Ha
Pemusnahan Ladang Ganja Aceh Tenggara
Kp. Agusen Kec. Blangkejeren Kab. Gayo
Lues Aceh Tenggara 14/06/2015 3,5 Ha
Pemusnahan Ladang Ganja Aceh Besar
Ds. Pulo Kec. Lamteuba Kab. Aceh Besar
02/09/2015 7 Ha
Ds. Pulo Pemukiman Lamteuba Kec. Seulimeu
Kab. Aceh 17/10/2015 20 Ha
Pemusnahan Ladang Ganja Aceh Besar
Kp. Pulo Desa Lamteuba Kec. Sieulimeum Aceh
Besar 5/12/2015 5 Ha
TOTAL ladang ganja yang dimusnahkan adalah seluas 64 Ha, sedangkan
ladang katinon yang dimusnahkan adalah seluas 50 m2.
E. Pemusnahan Barang Bukti Narkotika
BNN telah melakukan pemusnahan barang bukti sebanyak 22 kali.
Pemusnahan dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal 91 Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang menyebutkan bahwa,
barang bukti tindak pidana Narkotika harus dilakukan pemusnahan
segera setelah mendapatkan ketetapan pemusnahan barang bukti dari
Jaksa Penuntut Umum. Adapun barang bukti yang telah dimusnahkan
oleh BNN adalah sebagai berikut :
BARANG BUKTI
JUMLAH AWAL
SISIH MUSNAH
Cairan Prekursor Narkotika (milliliter)
Happy Cookies (gram)
Bahan Prekursor (gram)
3.346,56 61,97 - - 3.287,91
F. Rekapitulasi Kasus BNNP se-Indonesia
Pada tahun 2015, Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP)
mengungkap 580 kasus tindak pidana Narkotika yang diklasifikasikan
menjadi tiga kasus, yaitu Narkotika, Psikotropika & Prekursor
Narkotika, dan TPPU, dengan perincian sebagai berikut :
NARKOTIKA PSIKOTROPIKA & PREKURSOR
NARKOTIKA TPPU JUMLAH
6 WNA 6 WNA
Dari kasus-kasus yang diungkap oleh BNNP, barang bukti yang
berhasil disita adalah sebagai berikut :
BARANG BUKTI NARKOTIKA JUMLAH SATUAN
Sabu 35.783,36 Gram
Ganja 879.120,02 Gram
Heroin 245,77 Gram
Ekstasi 66.650 Butir
G. Hukuman Mati Terkait Tindak Pidana Narkotika
Berdasarkan data Direktorat Tindak Pidana Umum Lainnya, Kejaksaan
Agung RI, sampai dengan pertengahan Desember 2015, terdapat 55
orang terpidana kasus Narkotika yang mendapatkan vonis hukuman mati
di Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 4 orang mengajukan
Banding, 14 orang mengajukan Kasasi, 9 orang mengajukan PK, 4 orang
mengajukan Grasi, 10 orang belum menentukan sikap PK/Grasi, 10
orang PK sudah ditolak dan Grasi sudah lewat waktu, dan 4 orang
lainnya PK dan Grasi yang diajukan sudah ditolak. Dengan demikian
terdapat 14 orang terpidana mati kasus Narkotika yang sedang
menunggu eksekusi hukuman mati.
Di awal tahun 2015, sebanyak 14 terpidana mati telah dieksekusi
oleh Kejaksaan Agung secara bertahap, dengan perincian sebagai
berikut :
TERPIDANA MATI KEWARGANEGARAAN TANGGAL EKSEKUSI
Ang Kiem Soei als Kim Ho als Ance Thahir als Tomi
Wijaya Belanda
Indonesia
Vietnam 18/01/2015
Mgs. Zinal Abidin bin Mgs. Mahmud Badarudin
Indonesia
H. WNI Terlibat Tindak Pidana Narkotika di Luar Negeri
Di tahun 2015 terdapat 40 WNI di luar negeri terlibat kasus tindak
pidana Narkotika. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4 WNI yang saat
ini tengah ditahan oleh pemerintah RRC tepatnya di Guangzhou,
terancam hukuman mati. Adapun WNI yang saat ini berada di luar
negeri dan terkena pidana Narkotika tersebar di 7 Kota dari 5
negara, dengan perincian sebagai berikut :
NEGARA KOTA JUMLAH WNI TERLIBAT KASUS
TINDAK PIDANA NARKOTIKA
Timor Leste Dili 9
Jerman Frank Furt 1
Arab Saudi Jeddah 7
Dengan demikian, sejak 2009 sampai dengan akhir tahun 2015 terdapat
271 WNI di luar negeri yang tersandung kasus Narkotika. Dari jumlah
tersebut, sebanyak 152 WNI terancam hukuman mati. Data tersebut
merupakan data penanganan kasus WNI di luar negeri yang dilaporkan
oleh perwakilan Indonesia di luar negeri kepada Direktorat
Perlindungan WNI dan BHI, Kementerian Luar Negeri. Diduga data
tersebut masih dapat bertambah mengingat ada beberapa negara dimana
otoritas negara setempat tidak menyampaikan notifikasi kepada
perwakilan Indonesia dalam hal terjadi penahanan terhadap WNI di
luar negeri. Dalam beberapa kasus, perwakilan Indonesia baru
mengetahui terdapat WNI yang ditahan saat staf perwakilan melakukan
kunjungan ke penjara-penjara maupun tahanan imigrasi negara
setempat.
I. New Psychoactive Substances (NPS)
Sampai dengan tahun 2015, Balai Laboratorium Uji Narkoba BNN telah
menemukan 37 Narkotika jenis baru (New Psychoactive
Substances/NPS). Terdapat 2 (dua) jenis NPS yang ditemukan pada
tahun ini, yaitu CB-13 dan 4-klorometkatinon. CB-13 tergolong dalam
jenis Synthetic Cannabinoid dengan efek halusinogen, cannabinoid,
dan toxic. Sedangkan untuk 4-klorometkatinon tergolong dalam jenis
Cathinone dengan efek stimulant, halusinogen, insomnia, dan
sympathomimetic.
Berikut ini adalah daftar 37 NPS yang berhasil diidentifikasi oleh
Balai Laboratorium Narkoba BNN :
NO. NAMA UMUM JENIS EFEK
SUDAH MASUK LAMPIRAN UU NO 35 TH 2009 TENTANG NARKOTIKA, DGN
PERMENKES NO. 13 TAHUN 2014
1. Methylone (MDMC) Turunan
2. Mephedrone (4-MMC) Turunan
empathogenic
methamphetamine
BELUM MASUK LAMPIRAN UU NO 35 TH 2009 ttg NARKOTIKA
19. Tanaman Khat atau The Arab Cathinone dan
Cathine psychostimulant
Cannabinoid halusinogen, efek
cannabinoid, dan toxic
dan toxic
dan toxic
dan toxic
anxiety
Tanaman, Serbuk
28. Ketamin Ketamin halusinasi, euphoria,
psychotomymetic
J. Rekapitulasi Kasus Besar
Dari 102 kasus yang diungkap oleh jajaran Deputi Pemberantasan BNN,
beberapa diantaranya merupakan pengungkapan kasus Narkotika dengan
jumlah barang bukti yang besar dengan nilai asset yang terbilang
fantastis. Adapun kasus- kasus besar tersebut dikelompokkan menjadi
beberapa jaringan, sebagai berikut :
1. Sindikat Internasional Tiongkok
a. Kasus 862 Kg Sabu
BNN berhasil mengamankan jaringan Narkotika internasional di
kawasan Lotte Mart Taman Surya, Kalideres Jakarta Barat, Senin
(5/1), dengan barang bukti sabu seberat ± 862.603,1 gram. Sabu
tersebut dikemas dalam 42 karung yang di dalamnya terdiri dari 20
kemasan kopi dan masing- masing kemasan kopi tersebut beratnya
mencapai ± 1 Kg.
Kasus ini berhasil diungkap saat salah satu anggota sindikat
Narkotika tersebut melakukan transaksi dengan cara bertukar mobil
di kawasan Lotte Mart. Di TKP, BNN mengamankan 7 (tujuh) tersangka,
yang terdiri dari 4 (empat) WNA Tiongkok, antara lain : Wong Chi
Ping, Tam Siu Lung, Siu Cheuk Fung, Cheung Hong Min, 1 WNA Malaysia
yaitu Tan See Ting, dan 2 WNI antara lain Ahmad Salim dan
Syarifudin. Sementara itu di TKP berbeda, yaitu di kapal yang
tengah bersandar di kawasan Dadap, tim BNN mengamankan dua WNI yang
berprofesi sebagai nakhoda, yaitu Sujardi dan seorang ABK bernama
Andika.
b. Kasus 49,35 Kg Sabu
BNN kembali menggagalkan jaringan sindikat Narkotika yang
melibatkan seorang WNI dan tiga WNA Hong Kong, Tiongkok, dengan
barang bukti sabu 49.351 gram, di Jakarta, Jumat (13/3). Diduga
kuat, sabu dalam jumlah besar ini dipasok melalui jalur laut.
Awalnya, BNN menangkap Lauw Peg Goan alias Andi, seorang laki-laki
WNI, berusia 52 tahun, di bilangan jalan Hayam Wuruk, Jumat (13/3),
sekitar pukul 21.00 WIB. Lauw Peg Goan alias Andi ditangkap saat
mengemudi mobil usai menerima sabu seberat 3 Kg dari seorang pria.
Tim BNN langsung melakukan pengembangan kasus untuk memburu para
pelaku lainnya. Selanjutnya BNN berhasil
mengamankan 3 (tiga) WNA asal Hong Kong, Tiongkok, saat sedang
makan di sebuah restoran di kawasan Hayam Wuruk. Ketiga tersangka
merupakan laki-laki bernama Ko Chi Yuen als Jon als Peter (58),
Yang Wing Bun (52), dan Kwok Fu Ho (33).
c. Kasus 270 Kg Sabu
BNN mengamankan 2 (dua) orang yang diduga anggota sindikat
Narkotika internasional (Tiongkok–Malaysia–Indonesia) di sebuah
area pergudangan di Kota Medan, Sabtu (17/10). Kedua orang tersebut
berinisial Jimmy Saputra als Rusli (pria/WNI/kurir) dan Lukmansyah
bin Nasrul (pria/WNI/pengendali). Dari keduanya petugas menyita
barang bukti berupa sabu seberat 270.121,8 gram yang diduga berasal
dari Tiongkok. Pengungkapan kasus berawal dari pengamatan petugas
BNN selama ± 2 bulan. Kemudian bersama dengan Bea dan Cukai
dilakukan penindakan terhadap barang mencurigakan yang berada di
sebuah pergudangan di daerah Dumai, Riau. Setelah dilakukan
pemeriksaan, petugas menemukan sabu seberat 270.121,8 gram di dalam
45 kardus yang berisi 6 tabung filter air. Selanjutnya, petugas
melakukan pengembangan dan berhasil mengamankan 2 (dua) orang pria
lainnya bernama Daud als Athiyem dan Ayau.
d. Kasus 161 Kg Sabu
BNN mengamankan seorang kurir bernama Tommy Liem als Rendi als Ocha
(pria, 35 Th) yang membawa sabu seberat 161.115,2 gram di daerah
Karawang, Kamis (19/11). Sabu tersebut diangkut dari Surabaya
menuju Jakarta. Petugas melakukan pengembangan ke sebuah apartemen
di Ancol untuk menangkap pengendali jaringan ini. Saat petugas akan
mengamankan pria berinisial Bin Chen als Kenny Tan (WNA Tiongkok)
yang diduga kuat sebagai pengendali, tersangka malah nekat
melarikan diri dengan cara melompat dari jendela apartemen hingga
akhirnya meninggal dunia.
2. Sindikat Internasional West African (Nigeria)
a. Kasus 12 Kg Sabu
Perempuan Indonesia kembali diperdaya pria Nigeria untuk menjadi
ujung tombak peredaran Narkotika di negeri ini. Santi Gunawan (45)
dan Anna Soraya (34) diamankan petugas BNN karena terlibat dalam
transaksi Narkotika jenis sabu di kawasan Jakarta Barat, Jumat
(8/5). Di tempat kejadian perkara, petugas BNN menyita 3 kardus
berisi 30 DVD player yang didalamnya terdapat sabu. Dari total
keseluruhan DVD player yang disita, petugas BNN menyita sabu
seberat 12.290 gram. Kuat dugaan, barang tersebut diselundupkan
dari Tiongkok melalui paket kiriman. Berdasarkan pengakuan Santi
Gunawan, aksi yang ia lakukan atas perintah seorang pria Nigeria
yang kini masih dalam pengejaran anggota BNN. Sementara itu, dari
keterangan Anna Soraya, dirinya mengaku diperintahkan oleh seorang
pria Nigeria bernama John Peter C. Udkuena als Bro.
b. Kasus 20,88 Kg Sabu
BNN menangkap satu orang WNI dengan inisial Friska Sibarani alias
Siska (31 tahun, wanita, kurir) dan satu orang WNA asal Nigeria
dengan inisial Stephen Ekene Ossai als Steve (30 tahun, pria,
pengendali), pada hari Rabu (10/6), di Bekasi dan Jakarta. Dari
hasil penangkapan tersebut petugas berhasil mengamankan barang
bukti Narkotika berupa sabu seberat 20,88 Kg. Tersangka disinyalir
merupakan jaringan Nigeria– Thailand-China (Tiongkok) yang
mendapatkan barang dari seseorang berinisial K (WNA Nigeria) yang
diketahui sering berada di Nigeria dan Thailand yang hingga saat
ini masih dalam DPO. Berdasarkan pengakuan Friska Sibarani alias
Siska, Ia mengenal Steve melalui media sosial Facebook dan
selanjutnya diperintahkan untuk mengambil sabu tersebut.
c. Kasus 10,3 Kg Sabu
BNN menggagalkan transaksi Narkotika di depan sebuah rumah sakit di
kawasan Sunter, Jakarta Utara, Kamis (2/7). Di tempat kejadian
perkara, petugas BNN mengamankan dua orang WNI, antara lain Yadin
Indra Nilla Lilik R (perempuan, 38 Th) dan Keke Astriani als Santi
(perempuan, 35 Th), beserta barang bukti sabu seberat 2.351,2 gram
yang disembunyikan dalam mesin potong rumput, dan 8.041,7 gram sabu
lainnya disembunyikan dalam mesin pompa air. Total sabu disita dari
jaringan ini adalah 10.392,9 gram. Diduga kuat barang tersebut
diselundupkan dari Tiongkok. Kasus ini berhasil diungkap setelah
dilakukan penyelidikan selama kurang lebih dua bulan. Dari hasil
pemeriksaan, Yadin Indra Nilla Lilik R dikendalikan seorang
laki-laki WNA Amerika Serikat, sementara Keke Astriani als Santi
dikendalikan oleh dua orang laki-laki WNA Nigeria dan seorang
laki-laki WNI.
d. Kasus 5,7 Kg Sabu
BNN mengamankan seorang wanita bernama Indah Ratna Budirianti als
Karina Putri als Silva yang tertangkap tangan memiliki dua kardus
besar berisi 13 buah tas wanita yang dibagian dinding tasnya
terdapat Narkotika jenis sabu dengan berat total 3.980 gram.
Tersangka diamankan petugas di rumahnya di kawasan Sawangan, Depok,
Jumat (26/6). Kepada petugas Ia mengaku diperintah oleh kekasihnya,
warga negara Nigeria, berinisial N (DPO).
Kasus bermotif serupa juga diungkap BNN pada Kamis (30/7). Dari
kasus ini, seorang kurir wanita bernama Nurhayati als Nunung
diamankan petugas di kawasan Paseban, Jakarta Pusat, saat membawa
satu koli besar tas wanita berisi 984 gram sabu. Rencananya tas-tas
tersebut akan diantar ke rumah seorang pria bernama Wahyudin yang
berlokasi tak jauh dari tempat penangkapan. Pengembangan dilakukan
dan Wahyudin berhasil diamankan di kediamannya. Dari tempat
persembunyiannya, petugas menemukan tas yang didalamnya berisi
empat bungkus sabu seberat 768 gram. Pengembangan terus dilakukan
hingga akhirnya petugas mengantongi nama lain, yaitu Ferly Bustani.
Ferly Bustani kemudian diamankan di kawasan Johar Baru, Jakarta
Pusat, dengan barang bukti 910 gram sabu.
e. Kasus 22,7 Kg Sabu
Dalam kurun waktu satu bulan, tiga kasus besar dipecahkan BNN
dengan perincian sebagai berikut :
1) Pengamen Perempuan Bawa 3.980 Gram Sabu
Dede Misrati (30), seorang pengamen perempuan tak bisa lantunkan
lagu untuk menghibur, karena tercebur dalam kasus sabu. Ia diduga
kuat terlibat kasus Narkoba karena kedapatan mengambil paket sabu
dari sebuah tempat di bilangan Jakarta. Petugas berhasil menyita
sabu seberat 3.980 gram yang disembunyikan dalam 3 unit mesin motor
di rumahnya di kawasan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat,
Jumat (3/7). Perempuan ini nekat menjadi kurir di bawah kendali
seorang pria Nigeria yang hingga kini masih dalam pengejaran
aparat.
2) Seorang Perempuan Simpan 3.975 Gram Sabu dalam Mesin Motor
Ery Khamidah (24), perempuan Indonesia, diamankan BNN pada Jumat
(3/7) karena terlibat dalam bisnis Narkotika. Ery Khamidah
diamankan di rumahnya di kawasan Pesanggarahan, Jakarta Selatan,
karena kedapatan menerima paket Narkotika seberat 3.975 gram sabu
yang diselipkan dalam 5 buah mesin motor. Dari keterangannya,
Narkotika tersebut merupakan milik kekasihnya bernama Hendry
Izuchukwu Oodoh (25), seorang pria berkewarganegaraan Nigeria.
Selanjutnya BNN melakukan pengejaran dan berhasil mengamankan
Hendry Izuchukwu Oodoh di kawasan Grogol, Petamburan, Jakarta
Barat.
3) Gudang Narkotika Berisi 14.811 Gram Sabu Digerebek
Pada tanggal 1 Juli 2015, pukul 16.00 WIB, tim BNN mencurigai
sebuah tempat kost di kawasan Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta
Timur. Setelah dilakukan penggeledahan, petugas menemukan 10 koli
kardus berisi sabu seberat 14.811 gram. Setelah dilakukan
pemeriksaan terhadap saksi yang tengah berada di dalam rumah kost
tersebut, BNN melakukan pengembangan dan berhasil mengamankan
pemilik barang yaitu Ositadinma Nwanoro (28), seorang pria
berkebangsaan Nigeria.
f. Kasus 57,7 Kg Sabu
Bekerja sama dengan Bea dan Cukai Bandar Lampung, BNN berhasil
mengamankan 57,7 Kg sabu yang disembunyikan dalam tiga buah
kontainer di Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung. Seluruh barang
bukti tersebut ditemukan petugas tidak dalam waktu bersamaan.
Pengungkapan pertama dilakukan pada Jumat (3/7) lalu. Saat itu,
petugas mendapatkan sebuah kontainer yang didalamnya terdapat 12
unit cartridge toner printer berisi sabu. Selanjutnya, pada Rabu
(29/7), petugas kembali menemukan sabu yang tersimpan di dalam enam
unit toner printer, tiga unit gas blower, empat buah mesin pemotong
rumput, dan dua buah pompa air dalam satu kontainer. Kemudian pada
Kamis (30/7), petugas kembali menemukan kontainer berisi enam mesin
pompa dan 27 mesin motor yang didalamnya juga tersimpan sabu. Dari
pengungkapan kasus tersebut, BNN bersama
dengan Bea dan Cukai berhasil mengamankan 23 orang tersangka yang
terdiri dari 18 WNI dan 5 WNA Nigeria, yaitu Sucipto als Anwar, Ery
Khamidah, Rosita Said als Oci, Afif Junaedi, Wahyudin, Dadang
Darmawan, Yuli Hermawan, Ferly Bustani, Andi, Dede Misratih,
Tiurian Sihombing, Saroso bin Radjiman, Dewi Anggraini, Prasetyo,
M. Jailani, Nurhayati als Nunung, Yuliyana Dewi Kewa, Irma, Henry
Izuchukwo Oodoh, Emeka Samuel, Francis Iloka, Ositadinma Nwanoro,
dan Markus Kingsley.
3. Sindikat Internasional Pakistan
Gagalkan Sabu dalam Kemasan Ikan Asin
BNN kembali mengagalkan penyelundupan sabu seberat ± 15 Kg dan
22.000 butir ekstasi yang diselundupkan di dalam kardus berisi
tumpukan ikan asin. Dari pengungkapan kasus ini, petugas
mengamankan Gulzar Sahbaz bin Gulzar Hussain (34), laki-laki
berkewarganegaraan Pakistan, yang diduga sebagai pemilik Narkotika,
dan Irfan Arief (45), laki-laki, warga negara Indonesia yang
berperan sebagai penunjuk jalan. Keduanya dibekuk BNN pada Rabu
(18/3).
4. Sindikat Jaringan Lokal dan Malaysia
a. Kasus 10 Kg Sabu
BNN kembali menggagalkan transaksi Narkotika jenis sabu seberat ±
10 Kg dengan mengamankan 3 orang tersangka bernama Ardiansyah Putra
als Dian (25 Th, Pria, WNI, ABK-Kurir), Boyadi (36 Th, Pria, WNI,
ABK-Kurir), dan Heri Plantino (39 Th, Pria, WNI, ABK-Kurir).
Ketiganya merupakan jaringan sindikat Narkotika Malaysia – Aceh –
Medan. Penangkapan dilakukan di Dermaga Pelabuhan KPLP Ditjen
Pelabuhan Laut Dusun IV, Desa Nenasiam, Kecamatan Medan Deras,
Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, Rabu (15/4), sekitar pukul
16.00 WIB.
b. Kasus 20 Kg Sabu dan 580.000 Butir Ekstasi
BNN mengamankan 7 (tujuh) orang laki-laki warga Aceh Timur yang
diduga terlibat dalam peredaran gelap Narkoba, Sabtu (9/5).
Kedelapan orang tersebut masing-masing bernama Zulkifli Muhammad
(31) yang berperan sebagai checker dan koordinator pengiriman
Narkoba, Sukri Ismail (38) - kurir, Abdullah Ibrahim (39) - sopir
bus, Abdul Jabar (37) - kenek bus, Teuku Nanja Saputra (23) -
kurir, Amliadi (32) - sopir truk, dan Efendi Rusli (28) kenek truk.
Mereka diamankan petugas BNN di Medan, Sumatera Utara, sesaat
setelah melakukan transaksi Narkotika jenis sabu sebanyak 20 Kg dan
580.000 butir ekstasi. Narkotika tersebut diduga masuk dari
Malaysia ke Tanjung Balai dan dibawa ke Medan dengan menggunakan
bus.
c. Kasus 10 Kg Sabu dan 147 Butir Ekstasi Melibatkan Oknum Polair
Polda Sumut.
Penyelundupan Narkotika asal Malaysia ke Indonesia melalui jalur
laut digagalkan oleh BNN. Dari penangkapan ini, 2 (dua) orang
tersangka yang merupakan ayah dan anak, yaitu Mustajab (48) dan
Reza Maulana Rifaldi (21), beserta barang bukti berupa 10.293,96
gram sabu dan 147 butir ekstasi diamankan BNN di wilayah Tanjung
Balai, Sumatera Utara, pada Minggu (14/6). Pengungkapan kasus
penyelundupan sabu dan ekstasi ini merupakan hasil pemetaan
jaringan dan pengembangan kasus penyelundupan 20 Kg sabu dan
580.000 butir ekstasi dari 7 (tujuh) orang tersangka, yang
digagalkan BNN pada Jumat (8/5) lalu.
Selang beberapa hari kemudian, pada Sabtu (20/6), petugas
mengamankan Tri Sudarmoko als Moko (50), warga binaan Lapas Tanjung
Gusta, Medan, yang diduga menjadi dalang dari peredaran gelap
Narkotika tersebut. Mustajab mengenal Tri Sudarmoko als Moko sejak
tahun 1992 saat bersama-sama dinas di Polair Belawan, Medan,
Sumatera Utara. Tri Sudarmoko als Moko dengan pangkat terakhir
Brigadir Kepala (Bripka) ini telah dipecat secara tidak hormat dari
institusi Polri pada tahun 2006 karena terbukti mengedarkan
sabu.
d. Kasus 77,35 Kg Sabu
BNN berkerja sama dengan Subden 2 Detasemen B Pelopor, Sat. Brimob
Polda NAD, dan Polres Aceh Timur, mengamankan jaringan sindikat
Narkotika jenis sabu di kawasan Desa Alue Bu, Kecamatan Pereulak
Barat, Kabupaten Aceh Timur, Minggu (15/2), pada pukul 06.30 WIB.
Lima orang tersangka berhasil diamankan yaitu Dullah alias Abdullah
alias DL (37), Hamdani alias HD (38), Hasan (36), Usman alias Rauf
(43) yang sempat kabur akan tetapi pada tanggal 16 februari pukul
00.25 Usman alias Rauf berhasil di tangkap, Samsul Bahri alias
Kombet (37), serta 2 orang yang masuk dalam DPO, yaitu R dan M yang
tinggal di Malaysia. Dari tangan tersangka petugas berhasil
mengamankan ± 77,35 Kg sabu yang disembunyikan di dalam mobil
Avanza, uang tunai sebesar Rp 49.300.000,-, dan tiga pucuk senjata
api jenis pistol dalam bagasi mobil serta satu pucuk M16 dengan
beberapa peluru yang disembunyikan di bawah kolong torrent.
e. Kasus 235 Kg Ganja
BNN berhasil melumpuhkan seorang anggota sindikat peredaran ganja
setelah melewati aksi kejar-kejaran yang cukup menegangkan. Satu
tersangka, yaitu Sofyan als Yan menyerah setelah mobil yang ia
tumpangi menabrak pagar sekolah. Sedangkan tiga anggota sindikat
lainnya melarikan diri dan ditetapkan dalam status DPO. Di tempat
kejadian perkara, BNN menyita 235.379,8 gram ganja yang disimpan
dalam mobil, Jumat (7/8).
f. Kasus 20 Kg Sabu, 1 Orang Tewas
BNN menggagalkan upaya penyelundupan ± 20 Kg sabu yang dilakukan
oleh sindikat Narkotika jaringan Surabaya - Jakarta, Rabu (7/10).
Dari pengungkapan kasus tersebut, petugas menangkap dua orang pria
berinisial Agus Salim (41) dan Yansensius Berliano (40). Sindikat
ini diketahui telah melakukan transaksi Narkotika di kawasan Pluit,
Jakarta Utara. Petugas melakukan pengintaian dan melakukan
penyergapan, namun tersangka melakukan perlawanan dan berusaha
melarikan diri. Petugas sempat memberi tembakan peringatan, namun
target terus melakukan perlawanan. Petugas terpaksa melayangkan
tembakan ke arah pengemudi mobil tersebut. Satu tersangka yaitu
Yansensius Berliano tewas di tempat, sementara Agus Salim diamankan
petugas BNN beserta barang bukti 20 bungkus sabu berisi ± 20 Kg
sabu.
g. Kasus 1 Kg Sabu dan 141 Butir Ekstasi Melibatkan Oknum
Polri
Oknum polisi bernama Amir Mahmud (pria, 37 Th) ditangkap petugas
BNN karena diduga kuat mengendalikan peredaran sabu seberat
1.080,63 gram dan 141 butir ekstasi yang merupakan jaringan Medan -
Balikpapan. Penangkapan ini diawali dengan penangkapan kurir
Narkoba yang dikendalikan oleh sang oknum tersebut. Pengungkapan
kasus ini berawal dari adanya penyelidikan selama dua bulan tentang
penyelundupan Narkotika ke daerah Balikpapan. Petugas BNN
selanjutnya melakukan pemantauan pada dua tersangka Bustaman
Sulaiman (pria, 37 Th) dan Jafaruddin (pria, 31 Th) yang membawa
sabu dari Medan ke Balikpapan melalui jalur penerbangan. Kedua
tersangka ini membawa sabu dalam tas selempang. Saat tiba di
bandara Sepinggan Balikpapan, keduanya dijemput oleh Sa’bani (pria,
26 Th). Selang beberapa saat, ketiganya diamankan oleh petugas BNN,
di bilangan Syarifudin Yoes, Kelurahan Gunung Bahagia, Balikpapan,
Kalimantan Timur, pada Selasa (17/11), dengan barang bukti sabu
seberat 1.080,63 gram. Sehari berselang, Rabu (18/11), petugas BNN
membekuk Amir Mahmud sang bandar sekaligus pengendali kurir dan
tersangka lainnya, yaitu Muhammad Dani.
5. Sindikat Narkotika Online
Waspada! Cookies dan Cokelat Isi Ganja Dijual Online
Bisnis cookies (kue) dan cokelat mengandung ganja berhasil diungkap
oleh BNN, pada Jumat (10/4). BNN mengamankan dua orang tersangka di
kawasan Blok M Plaza, yaitu Irfan Hardiansyah als Irfan (38) dan
Yogi Andri Pramana.
Otak dari jaringan ini bernama Irfan Hardiansyah als Irfan (38),
yang menjual cookies dan cokelat ganja melalui website
www.tokohemp.com. Petugas selanjutnya melakukan pengembangan dan
menggeledah sebuah apartemen yang disewa oleh Irfan Hardiansyah di
daerah Kabupaten Tangerang. Di TKP tersebut, petugas menyita 4
bungkus dan 2 baskom ganja seberat ± 4 Kg, 4 loyang daun ganja yang
siap olah sebagai bahan kue, 12 kotak tepung kue pondan, mentega,
oven, 14 cetakan kue, blender, mixer, timbangan, 3 kotak kue, dan 1
kotak coklat.
6. Clandestine Lab
a. Aceh Tamiang
BNN melakukan penangkapan terhadap 3 (tiga) orang tersangka yang
berada di lokasi Dusun Batang Meku, Desa Lubuk Damar, Kec. Seruai,
Kab. Aceh Tamiang, yaitu Muzakir (35 Th - koki), Sugiono als Gono
(45 Th - pemodal sekaligus pemilik tempat), Ramnah als Menah (40 Th
– membantu proses produksi). Khusus untuk Ramnah als Menah yang
juga merupakan istri dari Sugiono als Gono, saat ditangkap
diketahui telah membuang barang bukti berupa sabu hasil produksi
sebanyak belasan gram. Barang Bukti yang diketemukan di TKP adalah
peralatan lengkap pembuatan sabu yang terdiri dari, 1 (satu) buah
box sterofoam berisi bahan-bahan mentah (prekursor Narkotika) untuk
pembuatan sabu dan bahan kimia utama lainnya, diantaranya adalah
red fosfor, iodine, Hcl, H2SO4, xylene, aceton, alcohol, yodium,
napacine (ekstrak ephedrine), selain prekursor, petugas juga
menemukan 1.082,3 gram sabu kristal dan 1.200 mililiter sabu
cair.
b. Medan
Dari pengungkapan kasus di Aceh Tamiang, selanjutnya BNN melakukan
pengembangan ke Medan bersama tim BNNP Sumatera Utara dan berhasil
mengamankan tersangka bernama Erick E Barius (34 Th – koki). Ia
diamankan pada saat berada di ATM dekat rumahnya. Selanjutnya tim
melakukan penggeledahan di rumah E di kawasan Letjen Jamin Ginting,
Gg Bendungan, No.4 LK 1, Kel. Mangga, Kec. Medan Tuntungan.
Di TKP petugas menemukan sejumlah peralatan dan bahan-bahan
prekursor untuk membuat Narkoba, diantaranya adalah jerigen, gelas
ukur, tungku, kompor listrik, dan selang. Dari pengakuannya, ia
mendapatkan racikan dan tata cara membuat sabu berdasarkan
referensi dari media internet, Youtube. Selain bahan-bahan pembuat
sabu, petugas juga menemukan 6,36 gram sabu selesai produksi dan
yang rencananya akan diedarkan di Kawasan Medan dan
sekitarnya.
c. Jakarta
BNN membekuk 3 (tiga) tersangka yang merupakan kakak beradik dan
kekasihnya yaitu, Sani als Apin (36), Nicky als Alex (34), serta
kekasih Nicky als Alex bernama Nomi als Pinpin (33). Ketiganya
diamankan di sebuah rusun sempit berukuran kurang lebih 4x6 meter,
yang berlokasi di Kapuk Muara Penjaringan, Blok B, Nomor 3.14, pada
Senin (27/4). Di rumah sempit inilah, Nicky als Alex yang berperan
sebagai koki sabu menjalankan aksinya. Di TKP, petugas BNN menyita
sabu hasil produksi ± 158 gram. Selain itu, petugas juga menyita
sabu cair yang sedang dalam proses kristalisasi sebanyak ± 150
mililiter. Sementara itu prekursor atau bahan pembuat Narkotika
yang disita, antara lain adalah Ephedrine, Asam sulfat, Toluen,
Aseton. Selain prekursor, bahan pendukung lain yang disita, antara
lain Methanol, Iodin, Red Fosfor, dan soda api.
7. Kasus Larinya Tahanan BNN
10 Tahanan Kabur Berhasil Diamankan Kembali
Sembilan dari sepuluh tahanan BNN yang melarikan diri, berhasil
ditangkap kembali di beberapa lokasi berbeda. Hasan Basri (35) dan
Samsul Bahri (42) yang merupakan sindikat Aceh dengan kasus 77,3 Kg
sabu ditangkap pada hari Sabtu (4/4), sekitar pukul 11.00 WIB di
Cilacap, Jawa Tengah. Sedangkan Hamdani (36) dan Abdullah (35),
tersangka yang ditangkap dengan kasus yang sama, berhasil diamankan
kembali oleh petugas, di Malaysia, Jumat (29/4). Tersangka lainnya
dengan kasus 25 Kg sabu yang berhasil ditangkap kembali dari
pelariannya adalah Apip Apriansah (33) dan Husen (42). Apip
Apriansah berhasil ditangkap di Jakarta, sedangkan Husen di daerah
Jombang, Jawa Timur. Harry Radiawan (47) alias pakde yang juga ikut
melarikan diri dari tahanan BNN berhasil ditangkap di daerah Bekasi
pada Selasa (21/4). Sementara itu, Franky (34) dan Erick (39)
tertangkap kembali di daerah Pemalang Jawa Tengah, Kamis
(16/4).
8. Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)
a. Dokter Hewan Terlibat Pencucian Uang
BNN berhasil mengungkap kasus TPPU yang melibatkan seorang Dokter
Hewan bernama Muzakkir bin Abdul Samad (37). Tersangka diamankan
petugas di rumahnya yang berada di kawasan Tanjung Rejo, Medan,
Sumatera Utara, pada Selasa (4/8), sekitar pukul 16.00 WIB. Dari
penangkapan tersebut, petugas melakukan pengembangan dan berhasil
mengamankan tersangka lain, yaitu Ari Firmansyah (33) di kawasan
Teluk Betung Binjai, Sumatera Utara, pada Rabu (5/8), dini hari.
Dari pengungkapan kasus tersebut, petugas menyita beberapa aset
milik Muzakkir bin Abdul Samad yang diduga kuat hasil TPPU jaringan
Narkotika. Total aset yang disita senilai ± Rp 17.614.550.000 yang
terdiri dari 3 unit rumah mewah, 1 unit ruko, tanah dengan kisaran
harga 1,4 M, 3 unit mobil mewah, 2 unit sepeda motor, uang tunai
jutaan rupiah, dan beberapa rekening atas nama tersangka senilai ±
Rp 7,8 M.
b. Uang Haram Narkotika Disamarkan dengan Bisnis Kendaraan
Seorang bandar bernama Fitrony als Ony als Sega (pria, 37 Th) di
Pangkalpinang, Bangka Belitung, ditangkap BNN karena diduga kuat
telah melakukan pencucian uang hasil bisnis narkotikanya ke dalam
bisnis jual beli kendaraan roda empat. Ia diamankan tanpa
perlawanan di area parkir RSUD Dipati Hamzah, di Jalan
Soekarno-Hatta Pangkalpinang, Bangka- Belitung, pada Selasa (11/8).
Dari tangan tersangka, petugas BNN menyita sejumlah aset antara
lain 11 unit mobil berbagai tipe dan merk, 1 unit motor Kawasaki
Ninja 250 cc, dua bidang tanah beserta bangunan dengan total luas
1200 M2, dan sebidang tanah dengan dengan luas 400 M2, 2 unit rumah
di daerah Pangkalpinang, dan uang tunai sebesar Rp 180 juta. Total
aset diperkirakan mencapai Rp 4,6 miliar.
c. Bandar Nyamar Jadi Santri Ditangkap, Aset 1,5 M Disita
Seorang bandar Narkoba pemesan sabu seberat 6,2 Kg, bernama Husin
Ali Hasan, dibekuk aparat gabungan BNN RI dan BNN Provinsi
Kalimantan Selatan, pada Selasa (1/9). Sang bandar sempat melarikan
diri dari Kalimantan dan bersembunyi di pemukiman dekat pesantren
terkenal di Bandung, bahkan sempat mendaftar menjadi santri di
pesantren tersebut. Dari Husin Ali Hasan (pria, 53 Th), BNN menyita
sejumlah barang yang diduga kuat merupakan hasil kejahatan
Narkotika, seperti kendaraan roda empat dan roda dua, tanah, serta
rumah dengan nilai taksiran kurang lebih Rp 1,5 miliar.
II. BIDANG PENCEGAHAN
BNN membagi kegiatan pencegahan dalam dua bidang, yaitu Advokasi
dan Diseminasi Informasi. Pada kegiatan advokasi, BNN memberikan
sosialisasi bahaya penyalahgunaan Narkotika di lingkungan pelajar,
mahasiswa, instansi pemerintah dan swasta, serta masyarakat yang
bertujuan untuk mendorong lingkungan tersebut agar membuat
kebijakan yang mendukung aksi P4GN dan nantinya dapat secara
mandiri dapat melaksanakan aksi P4GN di lingkungannya
masing-masing.
Pada tahun 2015, BNN telah melakukan upaya pencegahan melalui
sosialisasi bahaya penyalahgunaan Narkoba kepada 490 pelajar, 7.400
mahasiswa, 1.750 pekerja swasta, 2.110 pegawai pemerintah, dan
1.750 masyarakat yang berada di wilayah pusat.
Sedangkan pada kegiatan Diseminasi Informasi, BNN memfokuskan
kegiatan pada penyebarluasan informasi tentang bahaya
penyalahgunaan Narkotika dan kebijakan-kebijakan BNN di bidang P4GN
melalui media komunikasi dan melalui kampanye massif yang dikemas
dalam berbagai aktivitas.
A. Diseminasi Informasi Melalui Media Komunikasi
BNN bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menayangkan
Public Service Announcement (PSA) yang berisikan tentang bahaya
penyalahgunaan Narkotika, melalui videotron di 4 (empat) titik
wilayah DKI Jakarta, yaitu Matraman - Jakarta Timur, Taman Ayodya –
Jakarta Selatan, Puri Kembangan – Jakarta Barat, dan Dukuh Atas –
Jakarta Pusat). Selain itu, BNN juga memuat konten P4GN di majalah
Media Jaya dan website beritajakarta.com.
Pada media massa khususnya media elektronik, BNN memberikan
sosialisasi dan kampanye P4GN dalam bentuk Talkshow P4GN di LPP –
TVRI sebanyak 36 kali penayangan. Adlips di berbagai radio swasta
nasional seperti
radio Delta FM sebanyak 54 kali siaran, Prambors sebanyak 46 kali
siaran, KBR 68 H sebanyak 200 kali siaran, Elshinta sebanyak 180
kali siaran, Trijaya FM sebanyak 100 kali siaran, serta penayangan
PSA di TV swasta nasional, yaitu : Net TV, Metro TV, TV One, dan
radio swasta berjaringan seperti RDI sebanyak 50 kali siaran, dan
I-Radio sebanyak 50 kali siaran, serta Sandiwara Radio di RRI
sebanyak 330 kali siaran.
Untuk menjangkau seluruh masyarakat, BNN juga menyebarkan informasi
bahaya penyalahgunaan Narkotika melalui Pesan Layanan Masyarakat
yang dimuat setiap hari di berbagai media cetak skala nasional,
seperti Media Indonesia, Jawa Pos, Indo Pos, Pos Kota, Rakyat
Merdeka, dan Republika. Kampanye juga dilakukan melalui media luar
ruang, seperti spanduk, billboard, umbul-umbul, balon udara,
banner, videotron, dan outdoor running text) di beberapa titik
strategis yang tersebar di lima wilayah DKI Jakarta.
BNN juga menjadikan buku komik, majalah, leaflet, brosur, kaos, dan
topi sebagai media kampanye pencegahan Narkotika yang selanjutnya
didistribusikan kepada masyarakat luas.
B. Diseminasi Informasi Melalui Pergelaran Seni Budaya dan
Kampanye
BNN bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata, Kementerian Sosial,
dan Dharma Wanita Pusat, menampilkan pergelaran seni budaya Anti
Narkoba dengan berbagai tema berbeda yang bertujuan sebagai sarana
kampanye bahaya penyalahgunaan Narkotika.
Selain itu, BNN juga melakukan sosialisasi bahaya penyalahgunaan
Narkoba melalui tatap muka bekerja sama dengan Kementerian
Komunikasi dan Informatika, Kementerian Desa dan PDT&T,
Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan, Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KP3A), Kementerian
Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah, BNP2TKI, Jasa Marga,
PT. Kereta Api Indonesia, TVRI, dan RRI.
Gongnya, pada Hari Anti Narkotika Internasional (HANI), yang jatuh
pada tanggal 26 Juni, telah dilaksanakan puncak acara HANI di
Istana Negara yang dipimpin langsung oleh Presiden RI. Dalam
rangkaian dengan HANI, BNN menggelar Konser Sore-Sore Anti Narkoba
bersama Slank, di lapangan D, Senayan, Jakarta, yang dihadiri oleh
1000 orang. Dengan menggandeng Slank, diharapkan pesan yang ingin
disampaikan, yaitu mencegah lebih baik daripada mengobati dan
mendorong pecandu Narkotika yang sudah terlanjur pakai agar melapor
dan direhabilitasi dapat tersampaikan secara nasional dan
menyeluruh serta berdampak positif dalam upaya menekan angka
prevalensi penyalahgunaan Narkotika.
Beberapa waktu lalu, BNN bekerja sama dengan APRINDO (Asosiasi
Pengusaha Ritel Indonesia) menggelar Pekan Indonesia Sehat Tanpa
Narkoba pada saat Car Free Day di Bundaran Hotel Indonesia,
Jakarta, melalui kampanye bahaya Narkoba dengan melakukan
penempelan stiker logo STOP NARKOBA di gerai- gerai seperti 7
Eleven, Indomaret, dan sejumlah toko serta pusat perbelanjaan di
kawasan DKI Jakarta.
III. BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Peningkatan Lifeskill
BNN memfokuskan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui
peningkatan lifeskill di 10 (sepuluh) wilayah rawan dan rentan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang berada di wilayah
DKI Jakarta, seperti Kp. Ambon, Johar Baru, Ps. Manggis, Komplek
Permata, Kp. Boncos, Cilincing, Kali Sari, Kebon Singkong, Menteng
Tengulun, dan Kp. Pertanian.
Pada tahun 2015, BNN telah memberikan pelatihan kepada 350 warga di
wilayah rawan dan rentan penyalahgunaan Narkoba tersebut melalui
pelatihan peningkatan kemampuan wirausaha, tata rias salon, tata
boga, kerajinan daur ulang, pelatihan handy craft, dan pelatihan
perbengkelan. Selain itu, BNN juga telah melakukan pembinaan
kesenian bagi 160 anak jalan di daerah rawan Narkoba
tersebut.
Tidak hanya sekedar memberikan pelatihan, BNN juga melakukan studi
eksekursi yang diikuti oleh 50 orang perwakilan warga daerah rawan
Narkoba yang dibina oleh BNN, dalam rangka pengembangan ekonomi
kreatif.
B. Alih Fungsi Lahan Ganja
Guna menekan produksi ganja di wilayah Aceh, BNN mengupayakan alih
fungsi lahan ganja menjadi lahan yang lebih produktif. BNN
melakukan percepatan program alih lahan tersebut dengan
memfasilitasi petani dalam budidaya tanaman yang prospektif di
Aceh, seperti kakao, jabon, nilam, palawija, dan kacang-
kacangan.
Pada tahun 2015, BNN telah memberikan pembekalan terhadap 150
petani ganja yang tersebar di Kabupaten Aceh Besar dan Pidie Jaya,
serta berhasil mengalihkan lahan ganja seluas 60 Ha dengan tanaman
Kakao. Kakao adalah komoditi unggulan yang prospektif di Aceh yang
ditanam masyarakat secara turun temurun.
Dengan masa tanam 1-2 tahun, diharapkan tanaman kakao ini akan
memberikan pendapatan kepada para petani sehingga tidak lagi
tergiur menanam ganja di pegunungan.
C. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Lainnya
Adapun kegiatan pemberdayaan masyarakat lainnya yang dilakukan BNN,
adalah sebagai berikut :
GIAT JUMLAH GIAT JUMLAH PESERTA
Rapat Koordinasi Penanganan Masalah Narkoba dengan :
a. Lingkungan Perguruan Tinggi
b. Pedoman Pelaksanaan Pembentukan Relawan P4GN Berbasis Perguruan
Tinggi
1
3
100
90
1 40
1 100
1 2000
Sosialisasi Buku Pedoman Dayamas BNNP (33 Provinsi)
1 33
1 60
1 66
Sarasehan dalam Rangka Peningkatan Peranan dan Kontribusi Pelaku
Usaha dalam Upaya P4GN
1 100
Rapat Konsolidasi Program Anti Narkoba di Kalangan Pelaku Usaha
Bidang Seni & Budaya
3 60
Rapat Konsolidasi Program Anti Narkoba di Kalangan Pelaku Usaha
Bidang Multimedia Suara (Radio)
6 120
2 86
1 110
1 110
1 110
1 110
45 1350
Workshop Peningkatan Peranan dan Partisipasi LSM/ Komunitas dalam
Upaya P4GN
1 95
Pendidikan Pemberdayaan Masyarakat Penggiat Anti Narkoba Dalam
Upaya P4GN (LSM)
1 50
100 5000
Guna menekan jumlah penyalah guna Narkotika, BNN menggencarkan
program rehabilitasi bagi pecandu, penyalah guna, dan korban
penyalahgunaan Narkotika. Selain dapat menahan angka pertambahan
pecandu Narkotika, dengan merehabilitasi penyalah guna Narkotika
yang sudah mencapai 4 juta jiwa diyakini dapat ‘mematikan’ pasar
Narkotika khususnya di Indonesia.
Sama halnya dengan prinsip ekonomi, dimana ada permintaan maka ada
penawaran, atau dikenal dengan konsep demand dan supply, maka
menekan peredaran gelap Narkotika dan jumlah penyalah guna
Narkotika juga dapat dilakukan dengan prinsip ekonomi
tersebut.
Merehabilitasi pecandu dan penyalah guna Narkotika hingga pulih
adalah langkah yang tepat untuk menekan permintaan terhadap
Narkotika. Jika sudah tidak ada permintaan dari konsumennya,
pengedar dan bandar pun akan gulung tikar dengan sendirinya.
Pada tahun 2015, BNN memaksimalkan peranan balai rehabilitasi BNN
yang terletak di 4 (empat) kota, yaitu Lido – Bogor, Baddoka –
Makassar, Tana Merah – Samarinda, dan Batam – Kepulauan Riau.
Keempat balai rehabilitasi tersebut telah memberikan pelayanan
rehabilitasi kepada 1.593 pecandu, penyalah guna, dan korban
penyalahgunaan Narkotika yang berasal dari berbagai kota di
Indonesia, dengan perincian sebagai berikut :
A. Balai Besar Rehabilitasi Lido – Bogor
RESIDEN RESIDEN
YANG MASUK
RESIDEN YANG
SELESAI PROGRAM
RESIDEN RESIDEN
YANG MASUK
RESIDEN YANG
SELESAI PROGRAM
C. Balai Rehabilitasi Tana Merah – Samarinda
RESIDEN RESIDEN
YANG MASUK
RESIDEN YANG
SELESAI PROGRAM
PEREMPUAN 8 2 - 2
D. Loka Rehabilitasi Batam – Kepulauan Riau
RESIDEN RESIDEN
YANG MASUK
RESIDEN YANG
SELESAI PROGRAM
Selain melalui balai rehabilitasi, BNN juga menggencarkan program
rehabilitasi pecandu, penyalah guna, dan korban penyalahgunaan
Narkotika agar melaporkan diri untuk segera direhabilitasi melalui
Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL).
Pada tahun ini terdapat 7.786 pecandu yang telah melaporkan diri
secara sukarela ke IPWL yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari
jumlah tersebut, sebanyak 267 pecandu voluntary dan 157 pecandu
compulsary melapor ke IPWL yang dimiliki oleh BNN Pusat, dan
sebanyak 7.362 pecandu melaporkan diri ke IPWL yang berada di bawah
koordinasi Kementerian Kesehatan.
Sedangkan pecandu atau penyalah guna Narkotika yang pada tahun ini
menjalankan program rehabilitasi di tempat rehabilitasi Instansi
Pemerintah Non IPWL adalah sebanyak 23.210 orang, dengan perincian
5.377 orang menjalankan program rehabilitasi rawat inap dan 17.833
orang lainnya rehabilitasi rawat jalan.
Tidak hanya lembaga rehabilitasi milik instansi pemerintah,
pelayanan rehabilitasi juga diberikan oleh lembaga rehabilitasi
yang dibangun secara mandiri oleh komponen masyarakat. Dari 196
lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang didukung oleh BNN,
pada tahun ini tercatat telah merehabilitasi 13.200 pecandu dan
korban penyalahgunaan Narkotika, dengan persentase 90,23% laki-laki
dan 9,77% perempuan.
Guna memaksimalkan program rehabilitasi, BNN juga memberikan
dukungan kepada lembaga rehabilitasi instansi pemerintah melalui
peningkatan kemampuan bidang asessmen dan modalitas therapeutic
community (TC). Tercatat, sebanyak 527 RSUD mendapatkan dukungan
berupa peningkatan kemampuan di bidang asessmen dan 158 (Lapas,
Rutan, SPN, Rindam) mendapatkan dukungan peningkatan kemampuan
melalui modalitas TC.
Tidak hanya dukungan penguatan kelembagaan, BNN juga meningkatkan
kemampuan petugas rehabilitasi melalui pelatihan-pelatihan sebagai
berikut :
1. Magang yang ditujukan kepada 140 program manager di SPN Rindam
dan Lapas.
2. Pelatihan TC kepada 1.119 orang yang terdiri dari instruktur,
psikolog, dan petugas administrasi dari 23 Rindam/Pusdik TNI, 29
SPN/Pusdik Polri, dan 70 Lapas.
3. Pelatihan konselor adiksi kepada 425 orang yang merupakan
petugas Lapas, personil Rindam, SPN, dan rekrutmen.
4. Pelatihan asessmen kepada 2.240 orang petugas asessmen yang
bertugas di PKM, RSUD, SPN, Rindam, Lapas, BNNP, BNNK/Kota, dan
Polres yang berada di wilayah Indonesia.
Dari data-data tersebut, maka BNN bersama lembaga rehabilitasi
instansi pemerintah dan komponen masyarakat yang mendapatkan
dukungan dari BNN telah melaksanakan program rehabilitasi kepada
38.427 pecandu dan korban penyalahgunaan Narkotika di seluruh
wilayah Indonesia.
Selain itu, dalam pelaksanaan rehabilitasi berkesinambungan, BNN
juga telah melakukan program pasca rehabilitasi dengan jumlah
mantan pecandu dan korban penyalahgunaan Narkotika yang mendapatkan
layanan pasca rehabilitasi sejumlah 4.484 orang di tahun
2015.
V. BIDANG HUKUM DAN KERJA SAMA
Sesuai dengan tugasnya dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan
nasional tentang P4GN serta menjalin kerja sama bilateral dan
multilateral, baik regional maupun internasional, guna mencegah dan
memberantas Narkotika, pada tahun 2015, BNN melakukan kegiatan
bidang hukum dan kerja sama sebagai berikut :
A. Hukum
1. Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan Narkotika dengan tema
“Optimalisasi Peran Tim Asesmen Terpadu (TAT) dalam Proses Hukum
Bagi Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam
Lembaga Rehabilitasi”, di 5 (lima) provinsi, yaitu DKI Jakarta,
Jawa Barat, Lampung, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara. Kegiatan
ini dilakukan guna menyamakan persepsi dalam memandang pecandu dan
korban penyalahgunaan Narkotika, agar tidak lagi dianggap sebagai
pelaku kejahatan (kriminal), akan tetapi sebagai orang yang
mengidap penyakit kronis sehingga memerlukan perawatan dan
pemulihan secara bertahap. Kegiatan yang dihadiri oleh ± 60 orang
yang merupakan perwakilan dari Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan
Negeri, Kanwil Kementerian Hukum dan HAM, Lembaga Pemasyarakatan,
Pengadilan Tinggi dan Negeri, serta Kepolisian ini juga bertujuan
untuk mengoptimalkan peran TAT dalam proses hukum tindak pidana
Narkotika.
2. Monitoring dan Evaluasi dengan tema “Tingkat Pemahaman Tim Hukum
pada Tim Asessmen Terpadu tentang Peraturan Perundang-Undangan
dalam Pelaksanaan Rehabilitasi Bagi Pecandu dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika”, di 6 (enam) provinsi, yaitu Kalimantan
Selatan, Bengkulu, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sumatera
Selatan, dan Gorontalo. Kegiatan yang di masing-masing provinsi
dihadiri oleh ± 23 orang aparat penegak hukum terkait tindak pidana
Narkotika ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
pemahaman tim hukum pada TAT mengenai pelaksanaan rehabilitasi bagi
pecandu dan korban penyalahgunaan Narkotika yang bermasalah dengan
hukum. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah
pecandu dan korban penyalahgunaan Narkotika yang menjalani
rehabilitasi khususnya bagi mereka yang terlanjur diproses secara
hukum.
3. Rapat Koordinasi dalam rangka Bantuan Hukum Non Litigasi tentang
Persamaan Persepsi Aparat Penegak Hukum dalam Rangka Pencapaian
Rehabilitasi 100.000 Penyalah Guna Narkotika dan Rapat Koordinasi
terkait Permasalahan dalam Implementasi Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, di 7 (tujuh) provinsi, yaitu DKI
Jakarta, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Sumatera
Utara, Riau, dan Bali. Tujuan rapat koordinasi ini adalah untuk
menyamakan persepsi antara aparat penegak hukum dalam rangka
pencapaian rehabilitasi bagi 100.000 pecandu dan korban
penyalahgunaan Narkotika, serta untuk menginventarisir masalah
dalam implementasi Undang-Undang terkait Narkotika.
4. Rapat Koordinasi Mahkumjakpol dilaksanakan dalam rangka
koordinasi dan mencari solusi dari permasalahan yang timbul,
khususnya dalam pelaksanaan rehabilitasi bagi pecandu dan korban
penyalahgunaan Narkotika. Rapat koordinasi ini telah dilaksanakan
sebanyak 4 (empat) kali, yaitu dengan Jampidum, Kejaksaan Agung,
Direktorat Narkotika Bareskrim Polri, Direktorat Harmonisasi
Kementerian Hukum dan HAM RI, serta Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.
5. Rancangan Peraturan Presiden tentang Optimalisasi Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkotika.
Dalam rangka optimalisasi penanggulangan penyalahgunaan Narkotika
diperlukan adanya persamaan persepsi diantara aparat penegak hukum
dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
Gelap Narkotika. Oleh karena itu, diperlukan penguatan terhadap
fungsi yang saat ini sudah ada seperti penegakan hukum,
rehabilitasi, dan pencegahan.
Menanggapi hal tersebut, BNN bersama dengan Mahkumjakpol merancang
sebuah Peraturan Presiden tentang Optimalisasi Penanganan Pecandu
dan Korban Penyalahgunaan Narkotika sebagai payung hukum dengan
kekuatan hukum yang lebih mengikat dari Peraturan Bersama tentang
hal serupa yang sebelumnya ditandatangani oleh BNN bersama Mahkamah
Agung, Kejaksaan Agung, Kepolisian Republik Indonesia, Kementerian
Kesehatan, dan Kementerian Sosial pada tahun 2014 lalu.
Saat ini, Rancangan Peraturan Presiden yang merupakan salah satu
bentuk penanggulangan terhadap kondisi Indonesia yang sudah
memasuki kondisi darurat tersebut sedang dalam tahap
pengharmonisasisan dengan berbagai instansi terkait.
B. Kerja Sama
a. Nasional
2) BNN dengan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil
Kementerian Dalam Negeri
3) BNN dengan Tentara Nasional Indonesia
4) BNN dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia
5) BNN dengan PT. Garuda Indonesia
6) BNN dengan Media Radio :
Radio Sindo Trijaya FM
11) BNN dengan Universitas Indonesia (UI)
12) BNN dengan RSUD Ciawi
13) BNN dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
14) BNN dengan Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia
(PRSSNI)
15) BNN dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
16) BNN dengan Lemhanas
b. Regional dan Internasional
1) BNN dengan Philippines Drugs Enforcement Agency (PDEA)
Filipina
2) BNN dengan The Police Force of The Republic of Fiji
2. Pertemuan Regional dan Internasional
a. Commission on Narcotics Drugs (CND) ke-58
Sidang tahunan di Wina pada tanggal 9 -17 Maret 2015 yang membahas
isu supply, demand, dan international cooperation. CND ke-58 juga
telah mengesahkan sebelas resolusi dan dua keputusan.
b. International Drug Enforcement Conference (IDEC) ke-32 di
Kolombia
Pertemuan tahunan para penegak hukum untuk membahas target operasi
dan modus operandi peredaran gelap Narkotika di dunia.
c. ASEAN Senior Official on Drug Matters (ASOD) ke-36 di
Singapura
Pertemuan tahunan ASEAN Member States di bidang Narkotika untuk
membahas implementasi pertemuan ASOD sebelumnya.
d. ASEAN Ministerial Meeting on Drug Matters (AMMD) ke-4 di
Malaysia
Pertemuan tingkat menteri di negara ASEAN untuk membahas arah
kebijakan ASEAN terkait Narkotika.
e. Bali Meeting on ASOD Work Plan : Securing ASEAN Community
Against Illicit Drugs 2016 – 2025 di Bali
Pertemuan ini adalah pertemuan para focal point Narkotika di
wilayah ASEAN yang menghasilkan sebuah Draft Work Plan (Rencana
Kerja) ASOD 2016 – 2025 di bidang Combating Drug Trafficking,
Prevention, and Rehabilitation, yang akan menjadi pedoman
negara-negara ASEAN dalam melaksanakan kegiatan P4GN.
Dalam pertemuan tersebut disepakati bahwa pendekatan yang berimbang
antara supply reduction dan demand reduction perlu untuk terus
dikedepankan guna mendapatkan solusi yang komprehensif dan efektif
dalam penanganan peredaran gelap Narkoba.
Indonesia juga memberikan penekanan terhadap beberapa isu dalam
Bali Draft 2016 – 2025 Work Plan, antara lain pada kelompok Law
Enforcement dan mengenai pengaturan isu anti Narkotika pada
kebijakan nasional masing-masing negara. Indonesia juga berhasil
membawa arah perumusan ASEAN Work Plan 2016 – 2025 untuk lebih
berorientasi pada kegiatan-kegiatan nyata dalam tataran bilateral
khususnya sharing infromasi dan intelijen untuk mengungkap sindikat
peredaran Narkoba internasional di kawasan ASEAN.
VI. REKAPITULASI KEGIATAN BNNP SE-INDONESIA
KEGIATAN KETERANGAN
A. Pencegahan
1. Advokasi Kebijakan P4GN telah dilakukan kepada :
a. Pelajar b. Mahasiswa c. Swasta d. Instansi Pemerintah e.
Masyarakat
14.415 6.315 6.685
2. Sosialisasi Bahaya Narkoba telah dilakukan kepada :
a. Pelajar b. Mahasiswa c. Swasta d. Instansi Pemerintah e.
Masyarakat
336.645 81.930 19.353 32.845
3. Pergelaran Seni dengan jumlah audience :
a. Pelajar b. Mahasiswa c. Swasta d. Instansi Pemerintah e.
Masyarakat
23.610 11.550 9.530
4. Focus Group Discussion (FGD) telah dilakukan kepada :
a. Pelajar b. Mahasiswa c. Swasta d. Instansi Pemerintah e.
Masyarakat
32.778 1.696 1.507 2.443 4.315
5. Dialog Interaktif dengan jumlah tayang :
a. TV Lokal b. Radio
246 kali 20.515 kali
6. Penayangan Iklan dengan jumlah tayang :
a. TV Lokal b. Radio c. Media Cetak d. Media Online
2.733 kali 6.177 kali
13.736 kali 1.724 kali
1. Tes urine telah dilakukan kepada :
a. Instansi Pemerintah b. Instansi Swasta c. Lingkungan Pendidikan
d. Lingkungan Masyarakat
35.642 25.178 35.684 14.672
2. FGD (Focus Group Discussion) telah dilakukan kepada :
a. Pelajar b. Mahasiswa c. Masyarakat d. Instansi Pemerintah e.
Instansi Swasta
8.326 1.506
3. Pemberdayaan Kader telah memberdayakan :
a. Pelajar b. Mahasiswa c. Instansi Swasta d. Instansi Pemerintah
e. Masyarakat
2.178 1.000 1.441 434
4. Pembentukan Satgas telah membentuk :
a. Pelajar b. Mahasiswa c. Instansi Swasta d. Instansi Pemerintah
e. Masyarakat
8.390 1.436 1.343 2.349 5.026
5. Pemberdayaan Satgas telah memberdayakan :
a. Pelajar b. Mahasiswa c. Instansi Swasta d. Instansi Pemerintah
e. Masyarakat
7.951 878
1. Klinik Pratama jumlah residen :
a. Residen Masuk b. Residen yang Selesai Program c. Residen yang
Masih Menjalankan
Perawatan d. Residen Rawat Jalan
18.192 4.613
9.469
1.374
Rehabilitasi 100.000 Pecandu dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika
540.446 pecandu dan korban penyalahgunaan
Narkotika
15.732 pecandu dan korban penyalahgunaan Narkotika telah
dijangkau
untuk melakukan rehabilitasi
6. Pasca Rehabilitasi
korban penyalahgunaan Narkotika telah mengikuti
program layanan Pascarehabilitasi di BNNP, Bapas, dan Rumah
Dampingan
VII. KEGIATAN PENDUKUNG LAINNYA
A. Laboratorium Uji Narkoba
Sampai dengan 30 November 2015, Balai Laboratorium Narkoba BNN
telah menerima sebanyak 17.877 sample untuk dilakukan tes uji
Narkoba dengan hasil 17.197 sample positif Narkotika, 42 sample
positif Psikotropika, 25 sample positif Prekursor, 46 sample
positif tergolong ke dalam kelompok New Psychoactive Substances
(NPS) dan 567 sample lainnya negatif (bukan golongan Narkotika,
Psikotropika, dan zat adiktif lainnya).
B. Pelayanan Masyarakat
Sebagai wadah komunikasi dan pelayanan informasi dengan masyarakat,
BNN membuka layanan Suara Masyarakat yang dapat diakses melalui
website www.bnn.go.id serta layanan Call Center dan SMS
Center.
Pada tahun 2015, BNN telah menerima dan melayani 1.682
pertanyaan/kritik/saran dari masyarakat melalui layanan Suara
Masyarakat, 1.948 telepon melalui layanan Call Center, dan 3.633
pesan yang diterima melalui SMS Center, dengan perincian sebagai
berikut :
1. Suara Masyarakat
JENIS INFORMASI JUMLAH INFORMASI
YANG MASUK TAHUN 2015
C. Data Instansi Terkait
Dalam penanganan permasalahan Narkotika, BNN membutuhkan bantuan
dan kerja sama dari berbagai pihak. Berikut ini data terkait
penegakan hukum tindak pidana Narkotika yang dilakukan oleh Polri,
Bea dan Cukai, serta Ditjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan
HAM.
1. Bareskrim Polri
Jumlah Kasus
Jumlah TSK
Jumlah Tersangka
Berdasarkan Jenis
b. Data Barang Bukti Sitaan Narkotika dan Psikotropika
Narkotika Psikotropika
(Gol. III)
163,5 Ha Ladang Ganja
1.509.634,5 Tablet + 2,6 Gr + 15.947 Tube + 65 amp + 71 Botol +10
Kg Serbuk Putih (Daftar G)
83 Butir + 6,28 Gr Biji Ganja
1.260,44 Gr Heroin
10,54 Gr Kokain
184,68 Gr Hashish
2.360.829,58 Gr Sabu
JUMLAH
L : 86 P : 17
Jumlah Tersangka Berdasarkan Kewarganegaraan
Rp 728.281.530.500,-
695.661,36 Gr
Narkotika : 595.661,36 Gr
Prekursor : 100.000 Gr
Sumber : Sub Direktorat Narkotika Direktorat P2 – Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai
Jakarta, 23 Desember 2015
Kepala Badan Narkotika Nasional
Paraf :
1. KSB Humas : …….. 2. Kabag Humas & Dok : …….. 3. Kabag TU :
vide draft 4. Karo Umum : vide draft 5. Sestama : ……..
COVER PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2015.pdf (p.1)
Pembatas 1.pdf (p.2)
Pembatas 2.pdf (p.6)