Upload
chealsea-thea
View
141
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
conotoh laporan prakerin
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan bagi setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomi (Anonim, 1992 ). Setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak,
baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya
mendapatkan makanan, pakaian, perumahan, dan pelayanan kesehatan serta
pelayanan sosial lain yang diperlukan.
Pelayanan kesehatan adalah setiap usaha yang diselenggarakan secara
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan atau
masyarakat. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan oleh pemerintah atau
swasta, dalam bentuk pelayanan perorangan atau pelayanan kesehatan
masyarakat. Berbagai bentuk pelayanan kesehatan berhubungan satu sama
lain membentuk suatu jaringan yang saling terkait menjadi satu kesatuan
yang utuh dan terpadu yang disebut Sistem Pelayanan Kesehatan (Anonim,
2004).
Suatu sistem pelayanan kesehatan dikatakan baik, bila struktur dan
fungsi pelayanan kesehatan dapat menghasilkan pelayanan kesehatan yang
memenuhi tiga belas persyaratan, yaitu: tersedia, adil dan merata, tercapai,
terjangkau, dapat diterima, wajar, efektif, efisien, menyeluruh, terpadu,
berkelanjutan, bermutu, dan berkesinambungan..
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian dan menyalurkan perbekalan farmasi
kepada masyarakat. Apotek mempunyai dua fungsi yaitu sebagai unit
pelayanan kesehatan, apotek berkewajiban menyediakan obat- obat tertentu,
aman, merata, dan terjangkau oleh masyarakat, memberikan informasi
tentang penggunaan obat dan tepat kepada pasien serta mendukung
pengobatan yang rasional demi kesejahteraan pasien. Sebagai institusi bisnis
1
sudah sewajarnya apotek mendapatkan keuntungan mengingat dana yang
dipergunakan untuk usahanya cukup besar (apotikfarmasi.blogspot.com).
Salah satu alasan diadakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) bagi siswa
Sekolah Menengah Farmasi karena Asisten Apoteker salah satu tenaga
kesehatan memerlukan pengetahuan dan pengalaman bekerja di apotek
sebagai Asisten Apoteker.
B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan bertujuan:
1. Membekali calon asisten apoteker berupa wawasan pengetahuan,
pengalaman, teknik operasional kegiatan farmasi di apotek yang
meliputi manajerial, sosiologi, pelayanan kesehatan, serta komunikasi,
informasi, edukasi sehingga diharapkan dapat memahami peran
Asisten Apoteker di apotek.
2. Mengetahui strategi pengadaan, pengelolaan obat, dan pelayanan
perbekalan Farmasi.
C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan di Apotek diharapkan dapat memberi manfaat:
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan kamandirian profesi
dalam pelayanan kesehatan sebagai aplikasi dari ilmu yang diperoleh.
2. Meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan Asisten Apoteker.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Apotik
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Kepmenkes RI) No. 1332/MENKES/SK/X/2002, tentang Perubahan atas
Peraturan MenKes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 mengenai Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek
adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian
penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.
B. Tugas Dan Fungsi Apotek
Menurut peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 1980, Tugas dan
fungsi apotek adalah:
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
2. Sarana farmasi yang melakukan peraciakan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerhan obat atau bahan obat
3. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat
yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
C. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-undangan Tentang
Apotek
1. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran perbeklan farmasi kepada masyarakat.
2. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia sebagai apoteker.
3. Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh menteri
kesehatan kepada apoteker atau apoteker bekerja sama dengan pemilik
sarana apotek untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat
tertentu.
3
4. Apoteker pengelola apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi
surat izin apotek (SIA).
5. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di
samping apoteker pengelola apotek dan atau menggantikannya pada
jam- jam tertentu pada hari buka apotek.
6. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan apoteker
pengelola apotek selama APA tersebut terus menerus tidak bertugas,
telah memiliki surat izin kerja, dan tidak bertindak sebagai APA di
apotek lain.
7. Asisten apoteker dalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang- undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.
8. Perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, asli Indonesia (obat
tradisional), alat kesehatan, dan kosmetika.
9. Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan
untuk melaksanakan pengelolaaan apotek.
D. Persyaratan Apotek
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 992/ Menkes/ Per/ X/ 1993 memuat
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pendirian apotek, antara
lain:
1. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker yang bekerjasama dengan
pemilik sarana apotek yang telah memiliki persyaratan harus siap
dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi, dan
perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau pihak
lain.
2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi lainnya.
3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lannya diluar
sediaan farmasi. (Anonim, 1993)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 tahun 2002,
persyaratan Apotek adalah :
4
1. Ada apoteker pengelola apotek yang mempunyai izin kerja/Surat
Penugasan.
2. Siap tempat dan perlengkapan,termasuk perbekalan farmasi dan
perbekalan farmasi lainnya.
3. Dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan
komoditi lainnya.
4. Dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan
farmasi.
Ketentuan sarana dan prasarana apotek menurut Kepmenkes
No.1027/Menkes/SK/IX/2004 mensyaratkan apotek harus memiliki:
1. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
2. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan
brosur atau materi informasi.
3. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan
meja dan kursi serta lamari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.
4. Ruangan racikan.
5. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.
E. Tugas dan Tanggungjawab Asisten Apoteker
1. Tugas dan wewenang asisten apoteker adalah:
a. Mengerjakan pekerjaan sesuai profesinya
b. Dalam hal tertentu dapat menggantikan pekerjaan sebagai
penjual obat bebas dan juru resep
2. Tanggung jawab asisten apoteker adalah:
Bertanggung jawab kepada APA sesuai dengan tugas yang diserahkan
kepadanya, artinya bertanggung jawab atas kebenaran segala tugas
yang diselesaikan, tidak boleh ada kesalahan, kekeliruan, kehilangan
dan kerusakan.
3. Wewenang asisten apoteker adalah:
Berwenang untuk menyelesaikan tugas pelayanan kefarmasian sesuai
dengan batas pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
5
F. Pengelolaan Apotek
1. Pengelolaan Obat
Secara umum pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek, meliputi
pengadaan, penerimaan, penataan, pencatatan dan penyaluran melalui
pelayanan dengan resep dokter dan pelayanan obat tanpa resep dokter
(obat bebas, obat bebas terbatas, dan OWA) serta alat-alat kesehatan
lain.
2. Pengelolaan Resep
Resep yang masuk ke apotek diteliti dulu keabsahannya oleh
Apoteker atau Asisten Apoteker. Setelah itu resep dicek dulu ada
tidaknya obat dalam persediaan, kemudian diberi harga. Resep yang
telah diberi harga ini, diserahkan kepada pasien untuk diminta
persetujuannya tentang kesanggupan membayar resep.
Sesudah pasien membayar sesuai harga, resep dicap lunas,
selanjutnya obat diracik sesuai resep, diberi etiket dan dikontrol
kembali oleh Asisten Apoteker atau Apoteker. Penyerahan obat oleh
Asisten Apoteker atau Apoteker kepada pasien disertai informasi yang
diperlukan dan mencantumkan alamat pasien. Apabila pasien
menghendaki salinan resep atau kuitansi pembelian, maka diberikan
salinan resep atau kuitansi pembelian. Resep yang ada pada hari
tersebut kemudian dijadiakan satu dan dicatat dalam buku resep yang
meliputi tanggal, nomor urut resep, nama dan alamat pasien, nama
dokter, jumlah resep obat paten dan harga obat, jumlah resep obat
generik dan harga obat, serta total keseluruhan harga.
3. Administratif
a. Tugas dan kewajiban bagian administrasi adalah:
1.1 Membuat laporan harian, pencatatan, penjualan kredit,
meneliti catatan pembelian dan buku penerimaan barang,
pencatatan hasil penjualan, serta tagihan, dan pengeluaran
harian.
1.2 Membuat laporan bulanan, realisasi data untuk pimpinan
apotek, daftar gaji, upah, dan pajak.
6
1.3 Membuat laporan tahunan (neraca akhir tahun dan laporan
laba-rugi).
1.4 Melaksanakan surat menyurat.
b. Tanggungjawab bagian administrasi adalah bertanggungjawab
pada APA sesuai tugas yang diberikan kepadanya.
c. Wewenang bagian administrasi adalah berwenang
melaksanakan semua kegiatan administrasi pembukuan dengan
petunjuk dari APA.
4. SDM
Pengelolaan sebuah organisasi selalu dimulai dari personalia karena
personel yang terkait dalam suatu organisasi merupakan penentu
utama maju mundurnya sebuah organisasi. Demikian juga apotek
yang membutuhkan beberapa tenaga dari berbagai cabang keilmuan
yang harus dipadukan agar tujuan tercapai dan memberikan hasil yang
memuaskan. Dari struktur organisasi apotek, maka dapat diketahui
bahwa secara umum beberapa personel yang sangat diperlukan adalah:
a. Tenaga ahli bidang Farmasi atau professional
b. Tenaga administrasi
c. Tenaga pembantu atau pendidikan umum
Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang paling sulit untuk
dikelola dan sekaligus merupakan sumber daya yang paling penting,
karena sumber daya ini memberikan sumbangan tenaga, bakat,
kreatifitas, dan usaha kepada organisasi.
G. Pelayanan KIE
1. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang
diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun
kepada masyarakat.
2. Pelayanan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu
obat serta perbekalan farmasi lainnya.
3. Pelayanan informasi dan pelaporan tersebut wajib didasarkan pada
kepentingan masyarakat
7
BAB III
TINJAUAN UMUM APOTEK K 24
A. Sejarah Apotek
Apotek K 24 merupakan suatu badan usaha swasta milik perseorangan
yang didirikan pada tanggal 1 Maret 2003, dengan surat izin Apoteker
Nomor 503/429, lokasi Apotek K 24 di jalan Dr. Sutomo No. 21,
Yogyakarta dikelola oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) Dwi Hastuti,
S. Si, Apt. dengan nomor SP: KP. 01.01.1.3.7116. Luas bangunan yang
dipergunakan untuk Apotek adalah 45 m ditambah dengan ruangan khusus
untuk praktek dokter dan ruang tunggu pasien seluas 80 m2. Ruangan
tambahan ini hanya dipergunakan saat jam praktek dokter.
Nama K 24 diambil dari nama kemenakan Ibu Dra. Djufainah, Apt.
selaku pemilik sarana apotek. Tujuan awal pendirian Apotek K 24 adalah
untuk melayani resep pasien dr.Ahmad Asmedi, Sp.S. yang sudah
berpraktek sebelum apotek didirikan pada lokasi yang sama sehingga pasien
lebih mudah dalam mendapatkan obat. Selain itu juga melayani masyarakat
sekitar dan resep dari sekitar apotek.
Apotek K 24 adalah apotek dengan misi sosial yang memberikan
pelayanan semaksimal mungkin kepada masyarakat. Tetapi di samping
dengan misi sosialnya sebagai unit pelayanan kesehatan (non profit
oriented) dan sebagai tempat pengabdian profesi Apoteker. Apotek K 24
juga merupakan suatu institusi bisnis (profit oriented) tentu saja tanpa
mengesampingkan misi sosialnya untuk masyarakat. Dengan berdirinya
Apotek K 24 diharapkan dapat membantu masyarakat untuk memperoleh
obat-obatan yang dibutuhkan serta diharapkan dapat lebih berperan dalam
menjaga, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dengan pemberian informasi yang jelas dan benar tentang obat dan
penggunaannya serta perbekalan farmasi lainnya sehingga masyarakat dapat
mengkonsumsi obat dengan aman, efektif, bermutu dengan harga yang
terjangkau.
8
Sebelum Apotek K 24 didirikan terlebih dahulu mempertimbangkan
beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai peluang keberadaan sebuah
apotek. Lokasi yang strategis di Jalan Dr. Sutomo karena arus lalu lintas
yang ramai serta jumlah penduduk yang menjadi faktor utamanya. Selain itu
sebelum Apotek didirikan sudah terdapat praktek dokter yang menyatakan
bersedia untuk bekerjasama. Saat itu jumlah dokter yang praktek sudah
banyak, disamping itu tempat parkir yang cukup luas dan gratis dapat
memberi keleluasaan kepada pasien yang datang ke Apotek.
Hal ini yang menunjang Apotek K 24 tetap ada dan terus berkembang
adalah bangunan Apotek yang telah dirancang dengan pembagian ruang
sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya. Ruangan Apotek K 24 terdiri dari
etalase, ruang tunggu, ruang peracikan, ruang praktek dokter, mushola, dan
toilet. Pembagian ruang ini penting untuk menjamin kelancaran pelayanan
obat dan denah bangunan apotek dapat dilihat dalam lampiran.
Dalam menjalankan tugasnya, Apotek K 24 buka pada pukul 06.30
sampai dengan pukul 21.00 WIB. Hal ini dilakukan sebagai suatu strategis
bisnis. Selain itu juga memberikan kemudahan untuk mendapatkan obat
bagi masyarakat, karena umumnya pada pukul 06.30 sampai dengan pukul
14.00 WIB dan sore pukul 14.00 sampai dengan pukul 21.00. Setiap
karyawan pada umumnya mendapatkan jatah 1 shif setiap harinya. Untuk
shift pagi diperlukan karyawan yang lebih sedikit karena resep relatif sedikit
dibanding sore. Pada pagi hari pekerjaan meliputi administrasi dan inkaso
yang dilakukan oleh karyawan meliputi administrasi. Order barang,
pelayanan resep, obat bebas, obat bebas terbatas, dan OWA dilakukan oleh
Asisten Apoteker. Sedangkan sore hari karyawan yang diperlukan lebih
banyak dari shift pagi karena pada waktu tersebut pelayanan resep dan obat
bebas frekuensinya lebih besar.
Karyawan dapat dikatakan sebagai salah satu aset utama apotek
karena karyawan merupakan ujung tombak kelancaran usaha, oleh karena
itu kesejahteraan karyawan merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh
pihak apotek. Dengan memberikan UMR sesuai daerah setempat,
pembagian tuslah, pakaian seragam, pemberian perbekalan farmasi dengan
9
harga netto serta adanya kegiatan pengajian yang dapat mempererat
hubungan antar karyawan, serta diharapkan meningkatkan semangat kerja,
rasa memiliki, dedikasi para karyawan terhadap apotek K 24.
Untuk kesejahteraan karyawan, Apotek K 24 memberikan fasilitas sebagai
berikut:
1. Pakaian seragam karyawan setiap tahun satu stel.
2. Tunjangan Hari Raya (THR).
3. Uang resep (tuslah) karyawan.
4. Pemberian harga netto untuk pembelian obat serta pembayaran secara
kredit.
B. Struktur Organisasi Apotek K 24
Pengelolaan sebuah apotek yang baik akan membawa apotek tersebut
pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengelolaan ini bisa berjalan dengan baik
jika didukung dengan sebuah organisasi yang solid, dengan adanya
wewenang dan tanggungjawab yang jelas, saling mengisi, dan pembagian
kerja yang jelas. Apotek K 24 memiliki karyawan yang terdiri dari Asisten
Apoteker (AA) dan karyawan non AA. Tugas, kewajiban, tanggungjawab
serta wewenang masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Pemilik Sarana Apotek (PSA)
a. Bersama dengan manager dan APA menentukan anggaran
biaya, bagi keperluan apotek, pengelolaan keuangan serta
mempunyai tugas dan kewajiban mengadakan control terhadap
jalannya apotek.
b. Mengadakan penilaian kembali sistem pengelolaan apotek tiap
akhir tahun untuk mengetahui kemajuan apotek.
2. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
a. Tugas dan kewajiban APA:
1.1 Memimpin seluruh kegiatan apotek, termasuk
mengkoordinir dan mengawasi jalannya karyawan,
mengatur daftar giliran kerja serta pembagian tugas.
10
1.2 Secara aktif berusaha untuk meningkatkan dan
mengembangkan hasil usaha apotek.
1.3 Mengatur dan mengawasi penyimpanan dan kelengkapan
teknis farmasi terutama di bidang peracikan.
1.4 Menyesuaikan buku harga dan kalkulasi harga obat yang
akan dijual sesuai dengan kebijaksanaan harga yang
ditetapkan.
1.5 Pembinaan dan memberi petunjuk teknis kepada karyawan
terutama dalam memberikan informasi kepada pasien.
1.6 Bersama dengan bagian administrasi dan keuangan
menyusun laporan managerial dan pertanggungjawaban.
1.7 Mempertimbangkan usulan dari karyawan serta saran-
saran untuk memperbaiki pelayanan dan kemajuan apotek.
1.8 Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan
tunai setiap hari.
b. Tanggungjawab APA:
1.1 Bidang keuangan: penggunaan secara efisien,
pengamanan, dan kelancaran.
1.2 Bidang persediaan barang: pengadaan yang sehat,
ketertiban, penyimpanan, dan kelancaran.
1.3 Bidang inventaris: penggunaan yang efisien serta
pemeliharaan dan pengamanaannya.
1.4 Bidang personalia: ketentraman kerja, efiseiensi, dan
strategi.
1.5 Bidang umum: kelancaran, penyimpanan, dan
pengamanan dokumen-dokumen.
c. Wewenang APA adalah:
Memimpin semua kegiatan apotek, diantaranya mengelola
kegiatan pelayanan kefarmasian dan karyawan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Asisten Apoteker
a. Tugas dan wewenang AA adalah:
11
1.1 Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan profesinya.
1.2 Dalam hal tertentu dapat menggantikan pekerjaan sebagai
penjual obat bebas dan juru resep.
b. Tanggungjawab AA adalah:
Bertanggungjawab kepada APA sesuai dengan tugas yang
diserahkan kepadanya, artinya bertanggungjawab atas kebenaran
segala tugas yang diselesaikan, tidak boleh ada kesalahan,
kekeliruan, kehilangan, dan kerusakan.
c. Wewenang AA
Berwenang menyelesaikan tugas pelayanan kefarmasian sesuai
dengan batas pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
4. Bagian Administasi dan Keuangan
a. Tugas dan kewajiban administrasi dan keuangan
1.1 Membuat laporan harian, pencatatan, penjualan kredit,
meneliti catatan pembelian serta penagihan, dan
pengeluaran harian.
1.2 Membuat laporan bulanan, realisasi dana untuk pimpinan
apotek, daftar gaji, dan pajak.
1.3 Membuat laporan tahunan (neraca akhir tahun dan laporan
rugi-laba)
1.4 Melaksanakan surat-menyurat.
1.5 Mencatat penerimaan, pengeluaran uang yang harus
dilengkapi kuitansi, nota, dan tanda setoran yang sudah di
paraf oleh APA atau petugas yang ditunjuk.
1.6 Menyetor dan atau mengambil uang baik dari kasir
maupun dari bank.
b. Tanggungjawab bagian administasi dan keuangan
Bagian administrasi dan keuangan bertanggungjawab
kepada manager sesuai dengan tugas yang diberikan kepadanya
serta tanggungjawab langsung kepada APA atas kebenaran
jumlah uang yang dipercayakan kepadanya.
12
c. Wewenang bagian administrasi dan keuangan
Berwenang melaksanakan semua tugas administrasi
pembukuan dengan petunjuk dari manager serta melaksanakan
kegiatan arus keuangn sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari
APA.
5. Bagian Kasir
a. Tugas dan kewajiban kasir
1.1 Memeriksa dan menyesuaikan laporan keuangan tiap
pergantian shift.
1.2 Melakukan transaksi langsung dengan pasien.
b. Tanggungjawab bagian kasir
Bertanggungjawab terhadap semua transaksi keuangan yang
dilakukan pada shift jaga.
c. Wewenang bagian kasir
Berwenang untuk melaksanakan kegiatan transaksi keuangan
sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari APA.
Apotek K 24 dalam melaksanakan tugas serta fungsinya memberikan
pelayanan kepada masyarakat dan penanganan adminstrasi secara teratur
memerlukan personel-personel yang dapat menguasai bidangnya masing-
masing, untuk itu apotek K 24 memiliki 1 orang APA, dan 8 orang
karyawan yang terdiri dari:
1. Apoteker Pendamping : 1 orang
2. Asisten Apoteker : 2 orang
3. Bagian Adminstasi Keuangan : 1 orang
4. Bagian Keuangan/Kasir : 2 orang
5. Pembantu Umum : 1 orang
6. Juru Parkir : 1 orang
Dalam menjalankan tugasnya, Apotek K 24 buka pada pukul 06.30
sampai dengan pukul 21.00 WIB. Hal ini dilakukan sebagai suatu strategis
bisnis. Selain itu juga memberikan kemudahan untuk mendapatkan obat
bagi masyarakat, karena umumnya pada pukul 06.30 sampai dengan pukul
14.00 WIB dan sore pukul 14.00 sampai dengan pukul 21.00. Apotek K 24
13
tetap buka setengah hari pada hari libur nasional kecuali pada hari besar
Islam.
C. Pengelolaan Apotek K 24
a. Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan
1.1 Perencanaan dan Pengadaan
Sistem perencanaan dan pengadaan barang yang
digunakan berdasarkan barang yang digunakan berdasarkan
metode yang konsumtif. Berdasarkan perencanaan yang dibuat
pemesanan barang dilakukan setiap hari berdasarkan kebutuhan.
Pengadaan obat-obatan perbakalan Farmasi lainnya dilakukan
oleh APA. Barang dipesan melalui salesman yang datang ke
apotek atau lewat telepon. Pemesanan barang berdasarkan pada
buku defekta yang hanya untuk memenuhi dalam jangka waktu
tertentu sehingga sistem sirkulasi barang yang masuk dan keluar
akan terkendali. Apotek K 24 tidak tersedia gudang khusus
untuk menyimpan barang, karena begitu diperlukan barang
14
Gambar I. Struktur Organisasi Apotek K 24
tinggal dipesan pada PBF yang terdapat dalam kawasan kota
sehingga pada hari itu juga dapat dilayani.
Dalam melakukan pemesanan barang ada beberapa kriteria
yang diperlukan, diantaranya adalah:
a) Jumlah dan macam barang yang disesuaikan dengan
kebutuhan, kondisi keuangan dan kategori arus barang
(Fast Moving atau Slow Moving).
b) Mencari sumber resmi dan selalu mempertimbangkan
kondisi yang paling menguntungkan seperti harga, diskon,
waktu tunggu, syarat pembayaran, letak dari PBF (dalam
kota atau luar kota), serta kualitas pelayanan dari PBF.
Pembelian obat dilakukan dengan menggunakan surat
pesanan (SP), hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan
dan juga untuk mempermudah sistem kontrol barang dan
keuangan apotek. SP untuk obat generic berlogo (OGB), Over
The Counter (OTC), dan psikotropika rangkap dua. Satu lembar
untuk apotek sebagai arsip dan satu lembar untuk PBF. Khusus
untuk narkotika dibuat lima rangkap, dimana satu lembar untuk
apotek sebagai arsip dan empat lembar untuk PBF Kimia Farma,
Dinkes, Badan POM, dan penanggung jawab narkotik dan
manager Kimia Farma.
Pengadaan barang dapat dilakukan dengan cara
konsinyasi, pembelian secara kredit ataupun secara tunai.
Konsinya adalah semacam titipan barang dari PBF kepada
apotek, dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang
menerima komisi kalau barang terjual dan apabila tidak terjual
barang dapat dikembalikan. Konsinyasi dilakukan pada obat-
obat baru, obat-obat yang jarang terjual atau obat-obat yang
belum terjual di apotek dan masih dalam masa promosi.
Pembayaran untuk sistem konsinyasi ini dilakukan apabila pada
saat jatuh tempo dan pembayaran dilakukan setiap hari.
15
Pembelian secara tunai biasanya dilakukan dengan
mempertimbangkan perolehan diskon oleh pihak PBF.
1.2 Penyimpanan
Penyimpanan barang harus dilakukan dengan baik
sehingga barang tidak menjadi rusak atau mengalami perubahan
fisik yang nantinya dapat menurunkan mutu dari obat tersebut.
Untuk golongan narkotika dan psikotropika di tempatkan secara
terpisah. Obat yang harus disimpan pada suhu rendah seperti
suppositoria, vaksin dan lain-lain harus di letakkan dalam lemari
es. Penempatan obat bebas dan obat bebas terbatas didasarkan
pada golongan farmakoterapi dari obat tersebut dan secara
alfabetis. Obat yang berbentuk cairan dikelompokkan sendiri.
Untuk menghindari terjadinya kekurangan atau kelebihan
barang maka selalu dilakukan kontrol terhadap jumlah
persediaan barang yang dapat dilihat melalui kartu stock.
Penyimpanan barang yang tidak mempunyai waktu
kadaluarsa menggunakan sistem First Expired First Out
(FEFO). Upaya menghindari adanya obat yang kadaluarsa satu
tahun ke depan supaya mudah untuk mengeceknya. Setiap obat
yang rusak maupun kadaluarsa yang tidak dapat di kembalikan
ke PBF maka harus dimusnahkan dan disertai dengan bukti
laporan pemusnahan obat tersebut.
1.3 Pengelolaan Obat ED dan Rusak
Obat yang rusak dapat disebabkan karena penyimpanan
pda waktu pengiriman, sedangkan obat yang kadaluarsa dapat
dikembalikan ke PBF dimana obat tersebut dibeli dengan
perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak. Beberapa
PBF menetapkan batas waktu pengembalian obat dalam 3
sampai dengan 4 bulan sebelum tanggal kadaluarsanya, bahkan
ada yang tidak mendapat ganti rugi untuk obat yang telah
mencapai waktu kadaluarsa.
16
Pengelolaan obat yang pada waktu kadaluarsanya sudah
hampir waktunya dicatat dalam buku ED (Expired Date) dan
disimpan pada tempat terpisah untuk memudahkan dalam
pengontrolan obat ED dan menghindari kesalahan pengambilan
obat.
Untuk pemusanahan obat-obat rusak dan kadaluarsa dapat
dilaksanakan bersamaan dengan pemusnahan resep, disertai
dengan berita acara. Pemusnahan obat-obat narkotika dan
psikotropika yang sudah kadaluarsa disaksikan oleh petugas
kesehatan.
b. Penjualan Obat dan Alat Kesehatan
1.1 Penjualan Obat Bebas dan Bebas Terbatas
Penjualan bebas(tanpa resep) ini meliputi obat- obat bebas,
obat bebas terbatas, obat wajib apotek, kosmetika, alat
kesehatan, dan barang-barang lain yang dijual di apotek.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan
No.919/Menkes/Per/X/1993 Pasal 2 tentang kriteria obat yang
dapat di serahkan tanpa resep dokter:
Tidak dikontra indikasikan untuk penggunaan pada wanita
hamil, anak- anak di bawah usia 2 tahun, dan orang tua di
atas usia 65 tahun.
Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak
memberikan resiko pada kelanjutan penyakit.
Penggunannya tidak menggunakan cara dan alat khusus
yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Penggunaannya diperoleh untuk penyakit yang
frekuensinya tinggi di Indonesia.
Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kriteria di atas didasarkan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri
17
secara tepat, aman, dan rasional guna mengatasi masalah
kesehatan.
Obat-obat bebas disimpan di etalase dan disusun
berdasarkan farmakologis dan alfabetis. Penjualan obat
bebas dan obat bebas terbatas disertai dengan memberikan
informasi yang diperlukan dengan bahasa yang jelas dan
mudah dipahami.
1.2 Penjualan Obat Wajib Apotek
OWA dapat diberikan dalam jumlah tertentu. OWA telah
di tetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menkes
No.347/Menkes/SK/VII/1990 untuk OWA 1. peraturan Menkes
No.924/Menkes/Per/X/1993 untuk OWA 2 dan surat keputusan
Menkes No 1176/Menkes/SK/X/1999 untuk OWA 3,bahwa
OWA adalah obat keras tertentu yang boleh diserahkan oleh
apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter.
Persyaratan yang diwajibkan adalah:
Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jumlah obat per
pasien yang di sebutkan dalam obat OWA yang
bersangkutan.
Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan aturan
pakainya, kontraindikasinya, efek samping, dan lain- lain
yang perlu diperhatikan oleh pasien (Anonim,1990)
1.3 Penjualan dengan Resep Dokter
Penjualan obat dengan resep dokter dapat dilakukan secara
kredit maupun kontan. Penjualan kontan ditujukan untuk umum,
pembeli membayar langsung harga obat yang dibelinya.
Sedangkan penjualan kredit ditujukan kepada pelanggan
(pribadi atau instansi) sebagai usaha apotek untuk
mengembangkan jangkauannya.
18
c. Pengelolaan Resep
Resep merupakan permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi,
dokter hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan
dan menyerahkan obat kepada penderita sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Resep harus ditulis dengan jelas
dan lengkap.
Apabila resep tidak bisa dibaca dengan jelas atau tidak lengkap
maka harus ditanyakan kepada dokter penulis resep.
Resep harus memuat hal-hal dibawah ini, menurut Surat
Keputusan Menteri Kesehatan No.280/Menkes/SK/V/1981 :
Nama, alamat, dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, atau
dokter hewan.
Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat,
dan jumlah obat.
Tanda R/ pada bagian setiap penulisan resep.
Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jenis hewan dan alamat pemiliknya untuk resep dari dokter
hewan.
Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat
dengan dosis yang melebihi dosis maksimal ( Anonim, 1981 ).
Resep yang telah dilayani dipisahkan berdasarkan golongannya
yaitu resep yang mengandung narkotika diberi tanda garis merah,
sedangkan psikotropika diberi tanda garis kuning untuk
mempermudah dalam pengecekan dan pelaporan. Setiap resep yang
masuk dianalisa keabsahannya. Hal ini juga mengantisipasi apabila
ada pemalsuan dalam penulisan resep. Selain itu setiap bulan jumlah
lembar resep yang mengandung obat generik berlogo dihitung. Resep
tersebut dihitung berdasarkan nomor urut dan urutan tanggalnya.
19
a.
20
Gambar II. Skema Pelayanan Resep di Apotek K 24
b. Sumber Daya Manusia
Faktor manusia memegang peranan penting dalam tumbuh
kembangnya apotek. SDM mempunyai peran yang besar dalam
menjamin kelancaran kegiatan operasional apotek sehari-hari.
Karyawan sebagai sumbe daya manusia merupakan aset berharga
dalam bisnis apotek. Perhatian apotek terhadap karyawan harus
membuat karyawan bekerja dengan aman, nyaman, sehingga dapat
berimbas pada kinerja di apotek. Perekrutan karyawan dilakukan oleh
apotek tidak dengan sembarangan. Karyawan dipilih tanggungjawab
masing-masing, kejujuran, kekompakan, dan loyalitas pada apotek
sangat ditekankan di apotek K 24. Pembagian jam dan waktu kerja
sangat fleksibel yang ditentukan bersama antara APA dan karyawan.
Dalam hal kesejahteraan, karyawan diberi gaji pokok di atas UMR,
tunjangan hari raya (THR), dan pembagian uang tuslah.
Selama perkembangan apotek, sangat jarang terjadi pergantian
karyawan. Umumnya karyawan apotek K 24 sudah bekerja sejak
apotek berdiri. Mereka mempunyai loyalitas dan dedikasi yang tinggi
terhadap apotek. Setiap orang memiliki job description yang jelas dan
tanggungjawab sendiri-sendiri, sehingga semua pekerjaan dapat
diselesaikan dengan baik.
Untuk meningkatkan hubungan antar karyawan sekaligus
menambah wawasan keislaman disamping bidang ilmu Farmasi setiap
hari Selasa dan Kamis diwajibkan bagi karyawan apotek K 24 untuk
mengikuti kajian Islam dapat meningkatkan kualitas iman dan taqwa
karyawan Apotek K 24
21
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Apotik
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002
menyatakan bahwa apotik memiliki tugas serta fungsi sebagai tugas
pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatn
sebagai apoteker dan telah memilki Surat Izin Kerja (SIK) dari Menteri
Kesehatan.
Apotik K 24 merupakan suatu institusi yang bergerak dengan dua
fungsi utama yaitu sebagai unit pelayanan kesehatan (non profit oriented)
dan institusi bisnis yang mencari keuntungan (profit oriented) serta
pendidikan. Sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang bersifat sosial,
apotik K 24 berkewajiban menyediakan perbekalan farmasi yang legal,
aman, dan terjangkau. Sebagai institusi sosial, apotek K 24 mengacu pada
patient oriented yaitu membantu masyarakat sekitarnya untuk memperoleh
obat-obatan, berperan dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat serta kelengkapan obat sehingga masyarakat
mendapat obat yang berkualitas dengan harga yang terjangakau. Sebagai
institusi bisnis, apotek bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan
keuntungan sebagai imbalan, dan jasa pelaksanaan pelayanan kefarmasian.
Sebagai institusi bisnis, apotek perlu pengelolaan sedemikian rupa sehingga
untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga dapat
menjamin kelangsungan hidup apotek dan kesejahteraan karyawan.
Dalam kurun waktu 6 tahun sejak berdirinya pada tanggal 1 Maret
2003 Apotek K 24 mengalami kemajuan dan prospek pemasaran yang
cukup pesat sehingga mampu berkompetisi dengan apotek lain, karena
memilki keunggulan dibandingkan apotek lainnya.
22
Beberapa faktor yang mendukung perkembangan Apotek K 24 antara
lain :
1. Lokasi yang strategis
Apotek K 24 berada pada lokasi yang strategis yaitu di pinggir
jalan raya, mudah dijangkau oleh masyarakat baik dengan kendaraan
umum maupun pejalan kaki. Hal ini didukung pula oleh banyaknya
pemukiman penduduk di sekitar apotek. Lokasi ini merupakan salah
satu keunggulan Apotek K 24 jika dilihat dari sisi bisnis dan
kelayakan sebuah usaha. Oleh karena itu, lokasi yang strategis
merupakan salah satu aset untuk perkembangan sebuah apotek.
2. Fasilitas apotek yang memadai
Berupa ruang tunggu yang nyaman, penerangan yang memadai,
tempat parkir yang cukup untuk sepeda motor, selain itu juga parker
gratis. Tersedia pula brosur kesehatan, ada konsultasi dan pemberian
informasi obat kepada pasien setiap hari.
3. Manajemen yang baik
Manajemen yang dilakukan antara lain pengadaan sumber daya
manusia dan pengelolaan administrasi dan keuangan telah dilakukan
dengan baik.
4. Pelayanan yang ramah, cepat, tepat, memuaskan, harga obat yang
relative lebih murah disbanding dengan apotek lain
5. Adanya bimbingan rohani bagi karyawan yang dilakukan rutin
seminggu dua kali melalui kajian keislaman yaitu tiap hari Selasa dan
Kamis pukul 07.30-08.30.
6. Apotek K 24 buka lebih awal yaitu 06.00 sampai 21.00 WIB.
7. Pemberian wewenang yang penuh dari pihak PSA kepada APA untuk
mengelola seluruh kegiatan Apotek.
8. Adanya kerjasama yang dilakukan dengan dokter praktek.
Kelayakan Apotek K 24 ditunjang dengan adanya praktek dokter
spesialis syaraf, penyakit dalam dan dokter umum yang cukup dikenal
masyarakat. Di samping ditunjang oleh dokter praktek, Apotek K 24
juga memiliki keunggulan-keunggulan, diantaranya :
23
1. Pengelolaan Obat
Pengelolaan obat di Apotek K 24 menyangkut berbagai tahap
dan kegiatan yang seharusnya saling terkait antara yang satu
dengan yang lain yaitu tahap perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, penjualan dan penggunaan.
a. Perencanaan obat
Ada beberapa cara untuk melakukan perencanaan, antara
lain perencanaan berdasarkan konsumsi, epdemiologi,
kombinasi epidemiologi dan konsumsi, just in time.
Apotek K 24 dalam melakukan perencanaan pembelian
obat dengan mempertimbangkan buku defecta (catatan
obat yang habis) dan kondisi keuangan serta berdasarkan
kombinasi antara pengeluaran obat sebelumnya (harian,
mingguan), pola peresepan oleh dokter, dan pola konsumsi
masyarakat. Selain itu juga menyesuaiakan dengan
kebutuhan dengan memperhatikan perbekalan farmasi
yang fast moving dan slow moving yang dapat dilihat
dari buku penjualan maupun dari buku stok. Selain
menggunakan metode diatas Apotek K 24 juga
menggunakan metode just in time, yaitu pemesanan
barang saat itu juga, metode ini digunakan untuk obat-obat
yang harganya mahal dan jarang diresepkan oleh dokter,
metode ini digunakan bila ada permintaan dari pasien. De
ini diharapkan tidak terjadi penumpukan barang di
gudang dan obat yang ada sesuai kebutuhan sehingga
perputaran uang di Apotek K 24 berjalan dengan baik.
Hal tersebut bertujuan untuk menghindari kerugian akibat
adanya perbekalan farmasi yang kadaluarsa atau
berhentinya perputaran modal karena banyaknya barang
yang menumpuk.
24
b. Pengadaan Obat
Sistem pengadaan barang (order) di Apotek K 24
dilakukan setiap hari Senin sampai Sabtu. Pengadaan
perbekalan farmasi yang dilakukan di Apotek K 24 yaitu
pembelian secar terbatas, berencana, dan konsinasi. Untuk
itu diperlukan pengetahuan dan kecermatan atas setiap
perbekalan farmasi untuk menentukan item yang akan
diadakan. Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek K 24
adalah just in time, maksudnya barang yang habis akan
dipesan pada hari itu dan barang akan datang pada hari itu
juga. Pengadaan barang dilakukan secar langsung yaitu
pemesanan secara langsung melalui salesman yang datang
maupun melalui telepon. Yang dimaksud barang habis
disini adalah habis di gudang, tapi masih terdapat di rak
untuk pemakaian sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar
bila barang yang ada di rak untuk pelayanan habis, barang
masih tersedia di gudang (ditempat stok obat), sehingga
pasien akan selalu mendapatkan barang yang dicari dan
Apotek tidak mengalami loss of sale (kehilangan
penjualan) akibat menolak resep karena kekosongan
persediaan barang. Hali ini merupakan salah satu metode
untuk meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pasien,
bahwa barang yang mereka cari ada dan lengkap tersedia
di apotek, sehingga omset apotek dapat meningkat.
Dengan demikian dapat menghindari terjadinya
kekosongan barang karena bias dipesan secara langsung
sesuai kebutuhan yang ada dan juga lead time yang tidak
terlalu lama. Obat yang persediaannya telah minim atau
habis dicatat dalam buku defacta, untuk menghindari
resiko kerugian yang tidak diinginkan akibat stock out
atau stock over.
25
Apoteker Pengelola Apotek K 24 mengetahui PBF yang
tepat untuk order barang yang disesuaikan dengan jenis
barangnya (beresiko ED atau tidak) beserta sifat barang
yaitu fast moving dan slow moving, juga disesuaikan
dengan kondisi yang ditawarkan, pemilihan PBF
didasarkan pada bentuk PBF distributor atau sub
distributor, karena masing- masing mempunyai
kekurangan dan kelebuhan yang dapat dimanfaatkan oleh
apotek. Salesman rajin datang ke apotek untuk
mendapatkan order, sehingga salesman tersebut akan
saling berlomba untuk menawarkan kondisi pembelian
obat yang menguntunkan apotek.
Sistem pembayaran dilakukan dengan tiga macam cara
yaitu :
1. Cash on delivery (COD) yaitu pembayaran barang
dilakukan pada saat barang datang, ini biasanya
berlaku untuk narkotika.
2. Narkotika, yaitu pembayaran dilakukan dengan
setelah jangka waktu tertentu sejak barang datang,
misalkan satu minggu, dua minggu, satu bulan.
3. Konsinasi, yaitu pembayaran yang dilakukan setelah
barang dijual. Sistem ini biasanya dilakukan dengan
untuk produk baru atau masih dalam tahap promosi.
Incaso atau pembayaran pada hari senin sampai
sabtu jam 08.00-12.00 WIB yaitu pada saat jatuh tempo
pembayaran pada PBF yang bersangkutan. Pembayaran
atau pelunasan tagihan untuk barang barang yang sudah
diterima dilakukan dengan cara memberikan uang tunai.
Setiap barang pesanan datang terlebih dahulu
diperiksa kelengkapan administrasinya baik faktur faktur
maupun kesesuaian barang yang dipesan. Barang-barang
yang rusak dan kadaluarsa diusahakn penukarannya pada
26
PBF yang bersangkutan, tentu saja dengan mengadakan
perjanjian terlebih dahulu.
Apotek K 24 menerapkan istilah stok aman yaitu
jumlah minimal dari suatu obat yang diresepkan oleh
dokter dalam satu harinya. Langkah ini diambil sebagai
upaya untuk menghindarkan adanya ketertundaan
pelayanan resep yang dikarenakan oleh obat habis (stock
out) maupun kurang. Ketersediaan obat dalam jumlah
yang cukup dalam pelayanan resep juga sangat
mempengaruhi pandangan positif dari masyarakat tentang
apotek yang bersangkutan dan merupakan salah satu factor
penting dalam proses pemasaran.
Meskipun system pengadaan barang telah diatur
sebaik mungkin terkadang kekosongan barang dapat
terjadi di apotek, hal ini dapat dimungkinkan oleh karena
keterlambatan kiriman barang dari PBF. Jika dengan
terpaksa pasien tidak dapat dilayang, maka pasien diberi
tahu dengan cara yang baik dan disarankan ke apotek lain,
sehingga pasien tidak terlalu kecewa, di samping itu juga
menimbulkan kesan yang baik antara apotek dengan
apotek.
c. Penerimaan dan Penyimpanan perbekalan farmasi
Perbekalan farmasi yang datang selanjutnya dicocokkan
dengan SP kemudian faktur ditandatangani oleh Apoteker
Pendamping atau Asisten Apoteker bagian pengadaan dan
obat diberi harga serta ditempatkan dengan jenis, bentuk
sediaan obat, dan alfabetis. Barang-barang yang diterima,
dicatat dalam buku penerimaan barang. Setelah itu data
pembelian harus diketik dan disimpan dalam komputer.
Setelah jatuh tempo pembayaran, barang yang sudah
dibayar lunas dicatat dalam buku lunas atau inkaso,
sehingga memudahkan dalam administrasinya. Pada buku
27
inkaso dilakukan tanda tangan yang menerima uang
pembayaran dari PBF. Hal ini dilakukan untuk mencegah
hal yang tidak diinginkan untuk bukti resmi, tetapi selain
itu pembayaran pelunasan, yaitu diterimanya faktur asli
dari PBF. Barang tersebut kemudian diberi harga
menggunakan label harga. Demikian pula untuk barang
lama yang mengalami perubahan harga sesuai dengan
harga yang baru. Di Apotek K 24 pemberian harga untuk
OTC dengan indeks sebesar 7,5% sedangkan OWA dan
resep indeksnya sebesar 20%.
Penyimpanan obat dan perbekalan farmasi Apotek K 24
tidak mempunyai gudang khusus karena jumlah
persediaan barang tidak terlalu banyak. Barang hanya
disimpan dalam lemari penyimpanan, rak obat dan etalase.
Hal ini dilakukan untuk efisiensi, karena semakin banyak
persediaan, berarti biaya penyimpanan akan semakin
besar. Pengaturan obat di Apotek K 24 cukup teratur dan
rapi. Sistem penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek K
24 dikelompokkan berdasarkan jenis (obat bebas, obat
generik, OWA, narkotika dan psikotropika), bentuk
sediaan (tablet, sirup, salep, dan tetes mata) untuk sediaan
yang mudah rusak disimpan dilemari es (suppositoria,
vaksin, insulin). Obat diatur berdasarkan sistem First In
First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO) untuk
menghindari barang rusak karena terlalu lama disimpan.
Penyimpanan narkotika dan psikotropika dilakukan secara
khusus dimana setiap item obat memiliki kartu stelling
untuk memudahkan pengontrolan. Obat narkotika
disimpan secara terpisah yang selalu terkunci serta
dilengkapi dengan kartu stelling.
Pada akhir tahun biasanya Desember dilakukan stock
opname. Digunakan untuk menghitung seluruh aset obat-
28
obatan yang ada. Pada stock opname ini biasanya dijumpai
obat-obat yang sudah kadaluwarsa dan rusak, sehingga
dapat diketahui kerugian yang diderita oleh apotek. Obat-
obatan tersebut dapat dikembalikan ke PBF tempat
membeli obat-obatan tersebut jika sebelumnya ada
perjanjian pengembalian obat-obat ED dengan PBF saat
pembelian sehingga kerugian dapat dicegah.
Pengembalian ke PBF biasanya tiga sampai tujuh bulan
sebelum obat tersebut ED dan barang dalam kondisi utuh.
d. Penjualan (distribusi) resep, obat wajib apotek, dan obat
bebas.
Penjualan obat di Apotek K 24 dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan, . resep dokter dan tanpa resep dokter. Dalam
hal pelayanan obat dengan resep dokter dilakukan dengan
prosedur yang sama seperti yang berlaku di apotek yang
diterima di cek keabsahannya, macam obat yang tertera
pada diperiksa ketersediaannya, selanjutnya diberi harga,
dimintakan persetujuannnya kepada pasien. Setelah pasien
setuju untuk membayar, resep diberi nomer dan pasien,
diberi kartu tunggu sesuai dengan nomer resepnya, obat
disiapkan dan dicek kembali baru kemudian diserahkan
kepada pasien dengan pemberian informasi tentang obat
tersebut.
B. Pelayanan KIE
Memberikan konsultasi obat pada pasien merupakan salah satu cara
pemilihan obat oleh pasien sebagian besar hanya berdasarkan iklan dari
media cetak maupun elektronik dan informasi ataupun saudara yang belum
tentu kebenarannya, karena dalam informasi tersebut. Ada kecenderungan
lain agar obat tersebut terjual, pengalaman pribadi sehingga kurang obyektif
dan keadaan sakit masing-masing individu berbeda-beda. Untuk itu peranan
asisten apoteker dalam memberikan informasi obat sangat penting.
29
Sebagai upaya untuk melaksanakan fungsi apotek dalam
pharmaceutical care Apotek K 24 menyelenggarakan KIE kepada setiap
pasien yang membutuhkannya, meskipun pelaksanaannya belum optimal
karena hanya dilaksanakan pada sore sampai malam hari yaitu dari jam
18.00 sampai 21.00. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan
kesibukan apotekernya sehingga hanya dapat melaksanakan konsultasi obat
pada jam tersebut. Walaupun demikian setiap penyerahan obat tetap
diberikan informasi mengenai obat tersebut baik oleh apoteker maupun
asisten apoteker yang dapat dilakukan untuk pengembangan apotek. Dengan
memperoleh informasi yang mereka butuhkan, maka pasien akan merasa
senang dengan pelayanan di apotek tersebut sehingga dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan.
Evaluasi apotek dapat dilakukan setiap saat untuk kemajuan apotek.
Biasanya juga dilakukan strategi tertentu untuk pengembangan apotek baik
pengembangan ke dalam maupun keluar apotek. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan perhatian konsumen sehingga konsumen tertarik dengan apa
yang dijual.
Standar kompetensi Farmasi merupakan standar yang digunakan
untuk mengukur kualitas pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada
konsumen atau masyarakat, didasari filosofi asuhan kefarmasian. Pada
dasarnya sudah baik dalam menjalankan semua poin-poin standar
kompetensi Farmasi namun masih terbatas dalam pelaksanaannya yaitu
dalam hal asuhan kefarmasian, akuntabilitas Farmasi, pendidikan dan
pelatihan Farmasi seperti motivasi, mendidik dan melatih Farmasi, siswa-
siswi yang melakukan praktek kerja lapangan (PKL) dalam penerapan
asuhan kefarmasian.
Secara umum apotek K 24 dapat menjalankan fungsinya sebagai unit
pelayanan kesehatan dan unit bisnis dengan baik dan seimbang. Apotek K
24 akan terus berkembang di masa depannya karena memiliki sistem
administrasi, manajemen dan pegawai yang teratur dan tersusun dengan
rapi.
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil praktek kerja lapangan di Apotek K 24 dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Apotek K 24 sebagai salah satu pelayanan kesehatan masyarakat serta
merupakan seuatu tempat pengabdian profesi dan memiliki fungsi
pelayanan kesehatan (non profit oriented), bisnis (profit oriented), dan
pendidikan (education).
2. Pengelolaan apotek meliputi pengelolaan sediaan farmasi, sistem
managemen, pelayanan kefarmasian, sistem administrasi, barang,
maupun keuangan, dan ketenagakerjaan telah berjalan dengan baik.
3. Apotek K 24 telah memiliki kelengkapan obat yang cukup memadai
dan tata ruang yang baik untuk menunjang pelayanan kesehatan.
4. Kegiatan konsultasi dan edukasi yang merupakan tugas apoteker di
Apotek K 24 belum berjalan dengan optimal.
B. SARAN
Setelah melaksanakan praktek kerja lapangan di apotek K 24, ada
beberapa hal yang dapat dijadikan saran untuk kemajuan apotek, sebagai
berikut:
1. Perlu peningkatan informasi dan komunikasi pada pasien untuk
mengoptimalkan peran petugas kesehatan dalam rangka KIE.
2. Perlu dibuatkan brosur atau poster yang menarik di ruang tunggu
menenai informasi obat atau tentang penyakit.
3. Peningkatan kerapian dan ketertiban dalam pengisian buku stock.
4. Adanya kotak saran di ruang tunggu, untuk meningkatkan kredibilitas
apotek K 24 dalam pandangan masyarakat.
5. Perlu adanya prosedur tetap atau protap bagi karyawan yang bertugas
di Apotek K 24 sehingga tidak terjadi over lapping pada masing-
masing petugas.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anief, 1995. Ilmu meracik Obat. Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM.
---------------. Manajemen Farmasi. Yogyakarta:Fakultas Farmasi UGM,.
apotikfarmasi.blogspot.com
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001. Undang-undang Kesehatan.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dokumen pribadi Apotek K 24.
Purwaningsih, Aghita, dkk. 2007. Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek K
24. Yogyakarta: Sekolah Menengah Farmasi “Indonesia”
Utami, Desy, dkk. 2006. Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek K 24.
Yogyakarta: Sekolah Menengah Farmasi “Indonesia”
Wati, Asmah dan Ika Melani. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek
K 24. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan
32
33