11
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI MEDIA PERMAINAN PLAYDOUGH UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS Ketut Lestariani¹, Made Sulastri², Didith Pramunditya Ambara³ 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected]; [email protected]; [email protected] Abstrak Taman Kanak-kanak adalah salah satu pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak-anak usia dini dari umur 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Dalam proses layanan bimbingan untuk anak-anak usia dini penulis berharap mampu memperoleh data yang valid tentang efektivitas layanan bimbingan kelompok dengan media permainan playdough untuk meningkatkan kreativitas siswa di TK.Dalam melakukan penelitian ini diginakan beberapa teori yaitu tentang (1) bimbingan kelompok, (2) tujuan bimbingan kelompok, (3) model kelompok dalam bimbingan kelompok, (4) teknik-teknik bimbingan kelompok (5) media permainan playdough. Hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan tentang “Efektivitas Bimbingan Kelompok Melalui Media Permainan Playdough Untuk Meningkatkan Kreativitas Pada Anak Kelompok B Semester II Di TK Sutha Kertya Banjar Tegeha Tahun Pelajaran 2013/2014” adalah sebagai berikut: Hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskritif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase kemamuan motorik halus anak siklus I sebesar 65,00% yang berarti pada kategori sedang, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 85% yang menunjukkan kemampuan kreativitas anak pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan sebesar 20%. Kata kunci: efektivitas, bimbingan kelompok, media permainan playdough Abstract Kinder garden is one of an education pre-school that prepared their first education from ther 4 years old until they entering basic education to the elemantary school.In that tutoring service process for the children like in Kinder Garden or PAUD. To make that children as an object from this thorough, the writer wish can get that valid data about that group tutoring service effectiveness with a games that is playdough to increase the creativity of the students in the kinder garden. For do this thorough that used some teories that are 1. a tutoring group, 2. The purpose of that tutoring group, 3. The group modeller in that group tutoring. Results of the of research data have been used, can drag the conclusion about the effektiveness of tutoring group through the medium of games playdought to increase creativity in goup B2nd semester in kindergarten Sutha Kertya Banjar Tegeha in lessons 2013/2014 are as follows. Results of the ststistical analysis descriptive analyses descriptive quantitative the average percentage gain fine motor ability of children cycle 1 for 65% that means the category is being, experiencing an increase in cycle 2 become 85% that shows the ability of creativity on a high category. So there happen an increase of 20%. Keywords: effectiveness, the guidance goup, medium of games playdough

38-4381-1-SM.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

    EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI MEDIA PERMAINAN PLAYDOUGH UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS

    Ketut Lestariani, Made Sulastri, Didith Pramunditya Ambara

    1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha

    Singaraja, Indonesia

    e-mail: [email protected]; [email protected]; [email protected]

    Abstrak

    Taman Kanak-kanak adalah salah satu pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak-anak usia dini dari umur 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Dalam proses layanan bimbingan untuk anak-anak usia dini penulis berharap mampu memperoleh data yang valid tentang efektivitas layanan bimbingan kelompok dengan media permainan playdough untuk meningkatkan kreativitas siswa di TK.Dalam melakukan penelitian ini diginakan beberapa teori yaitu tentang (1) bimbingan kelompok, (2) tujuan bimbingan kelompok, (3) model kelompok dalam bimbingan kelompok, (4) teknik-teknik bimbingan kelompok (5) media permainan playdough. Hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan tentang Efektivitas Bimbingan Kelompok Melalui Media Permainan Playdough Untuk Meningkatkan Kreativitas Pada Anak Kelompok B Semester II Di TK Sutha Kertya Banjar Tegeha Tahun Pelajaran 2013/2014 adalah sebagai berikut: Hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskritif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase kemamuan motorik halus anak siklus I sebesar 65,00% yang berarti pada kategori sedang, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 85% yang menunjukkan kemampuan kreativitas anak pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan sebesar 20%.

    Kata kunci: efektivitas, bimbingan kelompok, media permainan playdough

    Abstract

    Kinder garden is one of an education pre-school that prepared their first education from ther 4 years old until they entering basic education to the elemantary school.In that tutoring service process for the children like in Kinder Garden or PAUD. To make that children as an object from this thorough, the writer wish can get that valid data about that group tutoring service effectiveness with a games that is playdough to increase the creativity of the students in the kinder garden. For do this thorough that used some teories that are 1. a tutoring group, 2. The purpose of that tutoring group, 3. The group modeller in that group tutoring. Results of the of research data have been used, can drag the conclusion about the effektiveness of tutoring group through the medium of games playdought to increase creativity in goup B2nd semester in kindergarten Sutha Kertya Banjar Tegeha in lessons 2013/2014 are as follows. Results of the ststistical analysis descriptive analyses descriptive quantitative the average percentage gain fine motor ability of children cycle 1 for 65% that means the category is being, experiencing an increase in cycle 2 become 85% that shows the ability of creativity on a high category. So there happen an increase of 20%.

    Keywords: effectiveness, the guidance goup, medium of games playdough

  • e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

    PENDAHULUAN Taman kanak-kanak adalah salah satu

    bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia dini dari umur 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar, dengan tujuan untuk membantu meletakan perkembangan sikap moral, nilai-nilai agama, emosional, kemandirian juga pengetahuan dasar berbahasa, kognitif, fisik, motorik dan seni Usia Dini adalah periode emas perkembangan anak yang merupakan masa kritis. Perkembangan yang akan dicapai pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan berikutnya hingga masa dewasa. Periode ini hanya sekali dan tidak dapat ditunda kehadirannya, apa bila terlewati maka hilanglah peluangnya. Pendidikan anak usia dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar pembentukan kepribadian yang utuh, yaitu untuk membentuk karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

    Dalam perkembanganya proses pendidikan tentu menghadapi berbagai permasalahan-permasalahan baik dari segi teknis ataupun individu dari masing-masing siswa itu sendiri. Di dunia Pendidikan Anak Usia Dini, secara umum sering dijumpai beberapa permasalahan pada anak yang meliputi (1) permasalahan fisik motorik (berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pengendalian jasmani), intelektual (berhubungan dengan kemampuan berpikir), (3) sosial berhubungan dengan lingkungan sekitar), (4) emosi (berhubungan dengan perasaan), (5) bahasa (berhubungan dengan berkomunikasi), kreativitas (berhubungan dengan kemampuan berkreasi dan mencipta). Dari permaslahan-permasalahan tersebut, diperlukan penanganan penanganan khusus karena dalam hal ini kita menangani anak-anak yang masih lugu dan belum mengerti tentang arti dari sebuah kesalahan.

    Untuk mengatasi permasalahan tersebut layanan bimbingan sangat diperlukan guna membantu anak agar mampu memahami diri dan lingkungannya Ada tujuh jenis layanan bimbingan konseling yang meliputi; (a) layanan orientasi, (b) layanan informasi, (c) layanan

    pembelajaran, (d) layanan penempatan dan penyaluran, (e) layanan konseling perorangan, (f) layanan bimbingan kelompok, (g) layanan konseling kelompok. Jenis layanan bimbingan dalam mengatasi permasalahan siswa di lingkungan pendidikan anak usia dini adalah layanan bimbingan kelompok. Layanan ini dirasa tepat digunakan sebagai salah satu metode untuk mengatasi permasalahan-permasalahan siswa karena memungkinkan untuk mengatasi sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok, dimana dalam masa kanak-kanak terkadang susah melakukan layanan konseling perorangan karena kemampuan mereka untuk menangkap masalah masih terbatas.

    Layanan bimbingan kelompok untuk anak-anak usia dini sangat di pengaruhi oleh suasana kelompok yang memiliki ; (a) interaksiyang dinamis, (b) keterikatan emosional, (c) penerimaan, (d) altusic (mengutamakan kepedulian orang lain), (e) intelektual, (f) Katassis (mengeluarkan uneg-unegnya, idenya dan gagasanya), (g) empati (suasana yang saling memahami tentang apa yang difikirkan dan dirasakansehingga dapat menyesuaikan sikapnya dengan tepat). Sedangkan untuk layanannya dapat dilaksanakan dimana saja asal tidak menggangu proses layanan dinamika kelompok berlangsung maksimal dalam mencapai tujuan. Di dunia pendidikan taman kanak-kanak bimbingan kelompok sering dilakukan dengan permainan-permainan edukatif dan mampu melatih kerja sama mereka dalam kelompok.

    Permainan merupakan bagian integral dari proses pembentukan kepribadian anak. Permainan adalah sebuah aktivitas bermain yang mencari kesenangan tanpa mencari menang ataupun kalah. Permainan diartikan sebagai aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan namun ditandai pencarian menang kalah. Permainan adalah usaha oleh diri (oleh pikiran dan oleh fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi dengan

  • e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

    lebih baik. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa permainan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mengolah pikiran dan fisik dengan tujuan mencari kesenangan tanpa terikat dengan keadaan menang atau kalah. Dalam dunia permainan dikenal dua jenis permainan yaitu permainan aktif dan permainan pasif. Permainan aktif adalah kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melaluiaktivitas yang mereka lakukan sendiri. Permainan aktif lebih banyak melibatkan aktivitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh. Sedangkan permainan pasif memiliki pengertian sebagai sebuah permainan yang dilakukan unuk memperoleh kesenangan bukan berdasarkan kegiatan yang dilakukan sendiri.

    Bagi anak-anak usia dini yang masih tergolong produktif dan aktif jenis permainan aktif merupakan jenis permainan yang paling tepat dilakukan karena dalam permainan ini mereka akan dilatih kemampuan fisik motorik dan kreativitasnya. Salah satu bentuk permainan aktif saat ini yang sedang berkembang adalah permainan playdough. Permainan playdough adalah salah satu bentuk permainan edukatif yang hampir sejenis dengan permainan plastisin. Hanya saja permainan ini memiliki perbedaan pada bahan permainannya. Permainan tersebut dari lilin yang dilelehkan. Sedangkan playdough tersebut dari bahan yang tidak berbahaya seperti tepung beras yang dibuat menjadi adonan dan diberi pewarna makanan agar terlihat menarik, sehingga tidak berbahaya bagi anak-anak.

    Dalam permainan playdough anak tidak hanya memperoleh kesenangan tapi juga bermanfaat untuk meningkatkan perkembangan otaknya dan kemampuan sensorik. Dengan bermain playdough, mereka belajar mengenai tekstur serta bagaimana menciptakan sesuatu. Manfaat dari permainan playdough meliputi mengasah kemampuan berpikir anak, meliputi kemampuan berbahasa sebab dalam permainan ini secara tidak sadar mereka akan banyak mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan benda yang mereka ciptakan, melatih kemampuan sosial atau bersosialisasi dimana ketika

    bermain dengan teman-temannya anak punya kesempatan untuk menjalin interaksi yng akrab dengan teman-temannya.

    Dengan melihat perkembangan dunia anak yang lebih besar didominasi oleh kesenangan bermain, maka dalam proses pemberian layanan bimbingan anak-anak usia dini seperti di TK atau PAUD lebih banyak dilakukan dengan memberikan permainan-permainan yang lebih edukatif dan mampu melatih motorik serta kreativitas anak. Adapun ciri-ciri dari kreativitas ialah kognitif dan non kognitif. Ciri kognitif termasuk empat ciri berpikir kreatif, yaitu orisinalitas, fleksibilitas (keluwesan), kelancaran, dan elaborasi. Ciri non kognitif yaitu motivasi, sikap,dan kepribadian kreatif.Kreativitas siswa yang rendah pada saat ini sangat perlu ditingkatkan melalui pemberian bimbingan terhadap siswa atau memberikan layanan bimbingan kelompok, memberikan latihan-latihan pada siswa, melakukan pendekatan melalui sebuah permainan dimana hal itu dapat menunjukan sejauh mana perkembangan anak. Pada saat ini proses pembelajaran yang terjadi adalah bermain sambil belajar seraya belajar sambil bermain. Karena dalam proses pembelajaran di taman kanak-kanak cenderung kepermainan, disamping itu bermain adalah realisasi dari perkembangan diri dari kemampuan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain, membantu memberdayakan setiap anak untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar, untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial anak, mengembangkan kehidupan anak dapat tumbuh dan berkembang melalui berbagai kegiatan yang dilakukan anak pada waktu bermain serta melalui pengalaman anak mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya melalui bermain. Efektivitas merupakan unsur pokok utuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah di tentukan dalam setiap organisasi. Efektifitas di disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditenukan kemampuan organisasi untuk dapat melaksanakan seluruh tugas-tugas pokoknya atau pencapaian sasarannya.

  • e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

    Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Caster I, Barbard, efektif adalah tercapainya sasaran yang telah di sepakati bersama ( Barnard,1992:207). Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas merupakankemampuan untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas suatu kegiatan secara fisik atau non fisik untuk mencapai tujuan serta meraih keberhasilan yang maksimal. Menurut Camel J,P cara mengukur efektivitas secara umum adalah: 1) Keberhasilan program, 2) keberhasilan sasaran, 3) Keputusan terhadap program, 4) Pencapaian tujuan yang menyeluruh ( Camel, 1989:121). Bimbingan Kelompok adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada serta dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku Prayitno dan Erman Amti (2004: 99).

    Bimbingan kelompok adalah jenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat menentukan pilihan, mendapatkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realitis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan dimana mereka hidup (Winkel, 2005: 27). Dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan bantuan yang diberikan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok, yang bertujuan untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa sehingga siswa dapat menempatkan dirinya dalam kehidupan sosial yang lebih baik. Kesuksesan layanan bimbingan kelompok sangat dipengaruhi sejauh mana tujuan yang akan dicapai dalam layanan-layanan kelompok yang diselenggarakan. Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah perkembangan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok. Sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosalisasi dan berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan, fikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak

    objektif, sempit, dan terkukung, serta tidak efektif. Melalui layanan bimbingan kelompok diharapkan hal-hal yang menggangu atau mengimpit perasaan dapat diungkapkan, diringankan melalui berbagai cara, pikiran yang buntu atau beku dicairkan dan didinamikakan melalui masukan dan tanggapan baru, persepsi yang menyimpang atau sempit diluruskan diperluas melalui pencairan pikiran, sikap yang tidak efektif kalau perlu diganti dengan yang baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses berperasaan, berpikir, berpersepsi dan berwawasan terarah, luwes dan luas serta dinamis kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi dan bersikap dapat dikembangkan. Selain tujuan tersebut yaitu untuk mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap yang menunjang diwujudkan tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan komunikasi verbal maupun non verbal ditingkatkan. Dengan diadakannya bimbingan kelompok ini dapat bermanfaat bagi siswa karena dengan bimbingan kelompok akan timbul interaksi dengan angota-anggota kelompok mereka memenuhi kebutuhan psikologis, seperti kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya dan diterima oleh mereka, kebutuhan bertukarpikiran dan berbagai perasaan, kebutuhan menemukan nilai-nilai kehidupan sebagai pasangan, dan kebutuhan untuk menjadi lebih mandiri.

    Menurut Prayitno (1999:24) pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, ada dua jenis kelompok yang dapat dikembangkan yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas. Kelompok bebas adalah kelompok tanpa penugasan tertentu. Kelompok ini tidak disiapkan secara khusus sebelumnya. Perkembangan yang timbul nantinya akan menjadi isi dan mewarnai kehidupan kelompok selanjutnya. Pada kelompok bebas memberikan kesempatan pada seluruh anggota untuk menentukan arah dan isi kehidupan kelompok itu. Pada kelompok tugas arah dan isi kegiatan

  • e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

    ditetapkan terlebih dahulu. Kelompok tugas diberikan tugas untuk menyelesaikan baik yang ditugaskan oleh pihak luar kelompok maupun didalam kelompok. Perhatian diarahkan pada saat titik pusat yaitu menyelesaikan tugas. Tujuan penyelesaian tugas tersebut tidak boleh mengurangi pentingnya tujuan umum pendekatan kelompok.

    Perbedaan kelompok tugas dan kelompok bebas tidak lah mengenai keseluruhan unsur kehidupan kelompok. Tetapi lebih tertuju kepada materi bahasan dalam kelompok masing-masing. Kelompok bebas dapat mengubah dirinya menjadi kelompok tugas apabila kelompok itu mengaitkan diri untuk suatu tugas (materi itu bersifat tugas) yang ingin diselesaikan, sedangkan apabila materi itu merupakan hasil pengemukakan secara bebas anggota kelompok, maka kelompok itu adalah kelompok bebas. Di dalam kelompok itu keberadaan dan peranan dinamika kelompok adalah sama. Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok mmpunyai banyak fungsi selain dapat lebih memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai juga dapat membuat suasana yang terbangun dalam kegiatan bimbingan kelompok agar lebih bergairah dan tidak membuat siswa jenuh mengikutinya, seperti yang dikemukakan oleh Tatiek Rromlah (2001 : 86) Bahwa teknik bukan merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pemilihan dan penggunaan masing-masing teknik tidak dapat lepas dari kepribadian konselor, guru atau pemimpin kelompok. Jadi jelas bahwa selain sebagai alat untuk mencapai tujuan, teknik penggunaan dan pemilihan juga harus diselesaikan dengan karakteristik konselor atau pimpinan kelompok. Dari berbagai teknik layanan kelompok diatas dipilih dalam penelitian ini adalah kegiatan kelompok. Kegiatan kelompok dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam bimbingan, karena dimana setiap kelompok dapat memberikan kesempatan pada individu (para siswa) untuk berpartisipasi secara baik. Banyak kegiatan yang lebih berhasil apabila dilakukan secara berkelompok. Melalui teknik kegiatan kelompok ini dapat mengembangkan bakat

    dan menyalurkan dorongan-dorongan tertentu dan siswa dapat menyumbangkan pikiranya. Dengan demikian muncul tanggung jawab dan rasa percaya diri siswa. Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, kegiatan dibagi menjadi empat tahap (1) tahap pembentukan, (2) tahap peralihan, (3) tahap kegiatan, (4) tahap pengakhiran. 1)Tahap pembentukan.Pada kegiatan ini dimulai dengan pengumpulan calon anggota kelompok dalam rangka kegiatan kelompok yang direncanakan. Tahap ini diawali doa bersama untuk memenangkan fikiran agar kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai hasil. Pada tahap ini diharapkan terbangunnya kebersamaan, rasa saling mengenal, saling mempercayai antar sesama anggota kelompok. Jika hal tersebut belum dapat tumbuh dan berkembang maka anggota diajak bermain sejenak. 2) Tahap Peralihan. Setelah suasana kelompok terbentuk dan dinamika kelompok mulai tumbuh, kelompok mulai menuju kegiatan yang sebenarnya. Untuk itu perlu di selenggarakan tahap peralihan. Pada tahap ini dijelaskan tahan-tahap untuk menuju kekegiatan inti. 3)Tahap Kegiatan.Tahap ini merupakan tahap inti dari kegiatan yang dilakukan. Pada tahap ini dilaksanakan pembahasan-pembahasan masalah atau topik. Pembahasannyadilakukan secara bebas dan dinamis. Dalam tahap ini antar anggota kelompok telah memiliki hubungan yang baik. Dapat saling tukar pengalaman, saling mengungkapkan perasaan semuanya berlangsung dengan bebas. 4) Tahap Pengakhiran. Pada tahap ini dilakukan pembahasan tentang apakah anggota kelompok mampu menerapkan hal-hal yang telah dipelajari (pada proses pelayanan bimbingan kelompok) pada kehidupan sehai-hari.

    Berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan tentang layanan bimbingan kelompok untuk anak usia dini di lingkungan sekolah merupakan sebuah bimbingan yang diberikan kepada kelompok anak berdasarkan pada tahap-tahapnya sehingga dapat mencapai sebuah pelajaran untuk mengembangkan kepribadian, mental maupun fisik serta dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Bimbingan kelompok

  • e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

    dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber (terutama dari guru kelas) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Para murid dapat diajak untuk bersama-sama mengembangkan nilai-nilai dan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di dalam kelompok serta sebagai acuan untuk mengambil keputusan. Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Pemahaman terhadap anak perlu berangkat dari pemahaman kepada setiap anak dengan berbagai karakteristiknya (Adhiputra, 2009).

    Berdasarkan pendapat tersebut bimbingan merupakan salah satu solusi yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk motivasi anak agar mampu mencari jalan keluar dari permasalahannya. Disamping itu, pembimbing juga perlu memiliki pemahaman terhadap anak itu sendiri yang mana pemahaman tersebut didapatkan dengan cara mempelajari sebagai karakteristik anak. Salah satu layanan bimbingan yang sering digunakan di lingkungan pendidikan anak usia dini adalah layanan bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok diberikan karena pada usia ini, anak lebih suka bermain bersama-sama sehingga dalam proses bimbingan sangat tepat dilakukan jika anak berada pada kelompok bermain. Dengan demikian diharapkan anak mendapatkan sebuah pengalaman tentang kemampuan mental diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitarnya.

    Istilah media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara yaitu perantara sumber pesan (a sourse) dengan penerima pesan (a receiver) (Eliyawati, 2005: 104).Heinich (dalam Eliyawati, 2005:104) media merupakan alat saluran komunikasi. media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras (National Education Associaton, 1969).Santoso S. (dalam Amir Achsin, 1980) media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebar

    ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima.

    Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat atau sarana yang digunakan oleh sumber pesan/guru sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan/materi pendidikan kepada penerima pesan/siswa, seperti: buku, film, vidio, dan sebagainya. Permainan playdough merupakan salah satu alat permainan edukatif karena dapat mendorong imajinasi anak (Dwirosanty, 2008). Definisitentang permainan playdough sebagaimana yang dikemukakan oleh Einon dalam Novitasari (2009:70) mengemukakan bahwa suatu bahan yang lembut, dapat membuat anak-anak terdiam cukup lama ketika mengerjakannya, warnanya pun bermacam- macam (seperti warna pelangi) tetapi bahannya mudah rapuh dan kotorannya dapat menempel pada karpet

    Lebih lanjut, playdough merupakan material sehari-hari yang paling baik untuk membuat model/bentuk bagi seorang anak(Einon, 2002:59). Ismail Novitasari (2009:73) menjelaskan bahwa Playdough merupakan salah satu alat permaianan edukatif yang mudah digunakan oleh anak, multiguna, murah dan dapat mendapatkannya, aman dan tidak membahayakan, awet dan tahan lama, dapat digunakan individu atau klasikal, warnanya menarik dan dapat di kombinasikan, memiliki kesesuaian ukuran, serta elastis dan ringan. Einon (2002:59) menyatakan,bahwa Playdough merupakan material sehari-hari yang paling baik bagi anak untuk membuat model atau menciptakan suatubentuk. Bermain playdough akan membuat anak senang, memberikan manfaat untuk melatih kreativitas dan imajinasi anak. Rachmawati dan Kumiati (2005:90) menyatakan bahwa dengan bermain playdough dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif serta melatih originalitas dalam berkarya. Saat bermain playdough, anak akan menggunakan imajinasinya untuk membentuk suatu bangunan atau benda sesuai dengan khayalannya.

    Playdough merupakan sarana bagi anak untuk berkreasi. Media playdough ini memiliki bentuk yang lunak dan berwarna-

  • e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

    warni, membuat anak suka berkreasi sehingga dapat mengembangkan kreativitasnya, anak dapat membuat/menciptakan berbagai bentuk sesuai dengan keinginan mereka seperti angka, abjad, binatang, buah-buahan, dan lain sebagainya. Lisa Babers (2008) menyatakan bahwa dengan bermain playdough orang tua dapat mengenalkan ukuran dan mendorong imajinasi ketika anak menciptakan sesuatu sesuai dengan keinginannya. Pratiwi (2009) bermain playdough termasuk kedalam permainan konstruktif. Hurlock (1978) menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, anak kemudian menciptakan konstruksi dengan menggunakan benda dan situasi sehai-harinya serta mengubahnya agar sesuai dengan khayalannya. Permainan konstruktif yang paling umum dan populer adalah membuat benda dan menggambar.

    Kegiatan bermain playdough ini dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menggenggam, memukul, meremas-remas, mencubit menjadi bagian-bagian kecil, membuat lempengan bundar, memotong-motong dengan pisau kue, menggulung, menggiling, mencetak, menipiskan, dan lain sebagainya. Kreativitas merupakan sebuah kegiatan yang menghasilkan sesuatu baik berupa karya maupun ide-ide kreatif. Dalam sebuah kreatif selalu melibatkan insting-insting kreatif agar mampu memunculkan sebuah karya yang kreatif pula. Kreativitas biasanya selalu dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam mengembangkan gagasan yang berupa ide yang akhirnya mampu memberikan efek atau pengaruh kepada diri, orang lain dan lingkungannya. Supriadi (1994:7) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya yang relatif berbeda denganapa yang telah ada. Menurut Gordon dan Bronw (dalam Moes lichatoen (2004:19) kreativitas merupakan kemampuan anak menceritakan gagasan baru yang asli dan imajinatif dan juga kemampuan. Mengadaptasikan gagasan baru dengan gagasan yang sudah dimiliki.

    Munandar (1985:50) mengungkapkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengkolaborasikan (mengembangkan, memperkaya,memperinci) suatu gagasan. Rachmahwati dan Kurniati (2005 :16) menyatakan bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan deferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan masalah. Dari pendapat para ahli diatas, dapat dilihat bahwa banyak yang berpendapat bahwa kreativitas sebagai sebuah kemampuan seseorang dalam mengembangkan sebuah ide baru, yang akhirnya mampu melahirkan sebuah karya atau gagasan baru. Kreativitas dipandang sebagai sebuah hasil imajinasi yang bersifat fleksibel dan memiliki orisinalitas dari sebuah ida atau gagasan yang hasilnya diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan dari individu itu sendiri dan lingkungnnya. Dengan demikian dapat disimpulkan tentang kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesustu yang baru menciptakan gagasan baru yang asli dan imajinatif serta kemampuan untuk mengelaborasikan (mangembangkan,memperkaya,memperinci) suatu gagasan yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan masalah. Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan layanan bimbingan kelompok melalui media permainan playdough efektif dalam meningkatkan perkembangan Kreativitas siswa Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Sutha Kertya Banjar Tegaha Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng.

    METODE Penelitian ini tergolong penelitian

    tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar

  • e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

    dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Menurut Wardani (2007:2) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar anak menjadi meningkat. Agung (2010:2), menyatakan PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan suatu tindakan tertentu agar dapat memperbaiki praktek pembelajaran dikelas secara lebih profesional. Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Sutha Kertya Banjar Tegeha pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 terhadap anak kelompok B. Subyek penelitian sebanyak 17 orang anak. Fokus penelitian adalah permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran yaitu rendahnya kreativitas siswa dalam pembelajaran.

    Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Dalam tahap perencanan tindakan yang dilaksanakan meliputi: menyusun peta konsep, menyusun rencana kegiatan (RKM), rencana kegiatan mingguan (RKH), mempersiapkan alat atau media yang digunakan yaitu media pohon bilangan, mempersiapkan instrument penilaian yaitu lembar observasi.

    Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode observasi. metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu (Agung, 2012:68). Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan anak dalam mengenal lambang bilangan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Statistik Diskriptif dan Analisis Diskriptif Kuantitatif. Koyan (2012) Analisis Statistik Diskriptif merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan

    jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Sedangkan metode Analisis diskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase keadaan suatu obyek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:76).

    HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dalam dua

    siklus. Data yang dikumpulkan adalah mengenai kesulitan siswa dalam meningkatkan kreativita. Dalam rangka perbaikan untuk meningkatkan kreativitas anak, menggunakan teknik permainan Playdough. Analisis siklus I menunjukkan hasil Modus (Mo)=15, Median (Me)=8, dan Mean (M)=11.

    Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon di atas terlihat Mo < Me < M (15< 8< 11), dapat disimpulkan bahwa sebaran data kemampuan mengenal bilangan pada siklus I merupakan kurva juling positif. Dengan demikian skor kemampuan mengenal lambang bilangan anak cenderung rendah. Nilai 65% yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 65-79 yang berarti bahwa tingkat hasil kemampuan kreativitas Kelompok B TK Sutha Kertya Banjar Tegeha dalam meningkatkan kreativitas siklus I pada kriteria sedang.

    Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I terlihat masih adanya hambatan dalam meningkatkan kreativitas pada anak. Beberapa hal yang dilakukan oleh guru pada siklus II yaitu, menjelaskan ulang langkah langkah efektivitas bimbingan kelompok kepada anak, membimbing dengan baik anak yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuan anak kepada anak yang kurang aktif, dan menambah variasi pada media playdough. Hasil analisis siklus I menunjukkan hasil Modus (Mo)=15, Median (Me)=8, dan Mean (M)=13,45.

  • e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

    Berdasarkan perhitungan di atas Mo > Me > M (15> 8> 13,45), dapat disimpulkan bahwa sebaran data kemampuan mengenal bilangan pada siklus II merupakan kurva juling negatif. Dengan demikian skor kemampuan kreativitas Kelompok B TK Sutha Kertya Banjar Tegeha dalam meningkatkan kreativitas cenderung tinggi. Nilai 85,00% yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 80-89 yang berarti bahwa tingkat kemampuan kemampuan kreativitas anak di Kelompok B PAUD Sutha Kertya pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Data yang telah diperoleh pada siklus I dan II diolah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis deskiptif kuantitatif. Hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I rata-rata skor kemampuan mengenal lambang bilangan anak adalah 65% kemudian pada siklus II meningkat menjadi 85%.

    Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut di atas berarti bahwa penerapan layanan bimbingan kelompok melalui media permainan playdough efektif dalam meningkatkan perkembangan Kreativitas siswa Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Sutha Kertya Banjar Tegaha Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskritif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase kemamuan kreativitas anak siklus I sebesar 65,00% yang berarti pada kategori sedang, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 85% yang menunjukkan kemampuan kreativitas anak pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan sebesar 20%. Persentase kemampuan kreativitas anak pada siklus I sebesar 65,00% kategori rendah, ini disebabkan anak masih ragu menggunakan media permainan playdugh tersebut dan masih bingung dalam menyelesaikan tugas berbantuan media permainan playdough tersebut. Hal ini perlu ditingkatkan dengan menciptakan situasi yang menggembirakan, memberikan penjelasan mengenai cara menggunakan alat peraga tersebut dan meminta anak bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas berbantuan media permainan playdough.

    Dengan usaha tersebut terbukti pada siklus II kemampuan kreativitas anak mengalami peningkatan menjadi 85% yang menunjukkan pada kategori sedang.

    Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa efektivitas bimbingan kelompok dengan media permainan playdoughternyata dapat meningkatkan kemamuan kreativitas pada anak di TK Sutha Kertya Banjar Tegeha. Kenyataan ini menunjukkan bahwa permainan playdough seperti binatang, buah-buahan, bulan, bintang matahari bumi, dan lain-lain sebagainya ternyata sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak, dan oleh karenanya para guru sangat perlu menerapkan metode pemberian tugas berbantuan media secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

    Efektivitas bimbingan kelompok melalui media permainan playdugh merupakan salah satu cara yang paling mendasar untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan membina hubungan interaksi dengan anak-anak. Pada usia anak-anak kemampuan motorik halus dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Efektivitas bimbingan kelompok melalui media permainan playdough dapat lebih menarik minat anak. Ini berarti bahwa didalam memberikan permainan playdugh digunakan teknik-teknik yang menarik maka pembelajaran yang kita gunakan akan menjadi menyenangkan dan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa efektivitas bimbingan kelompok melalui media permainan playdugh dapat meningkatkan kemampuan kreativitas anak.

    SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan

    pembahasan yang telah di uraikan, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pemberian tugas dengan media permainan playdough dapat meningkatkan kreativitas anak pada kelompok B semester II di TK Sutha Kertya Banjar Tegeha tahun pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan

  • e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

    kemampuan motorik halus anak pada siklus II. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata motorik halus anak pada siklus I adalah 65,00% yang berada pada kategori sedang dan rerata kemampuan kreativitas anak pada siklus II sebesar 85% berada pada kategori tingi. Peningkatan kemampuan kreativitas ini dapat terjadi karena melalui media permainan playdough. Peningkatan motorik halus anak juga didukung oleh pemanfaatan permainan playdough sebagai alat peraga dalam melaksanakan tugas tersebut. Pelaksanaan tindakan ini secara keseluruhan dapat dikatakan berhasil karena telah memenuhi kreteria keberhasilan yaitu dayaserap minimal mencapai kategori baik dan ketuntasan klasipikasi minimal 80%.Adapun saran yang ingin disampaikan Kepada guru TK disarankan dalam mengembangkan kemampuan motorik halus yang dimiliki, agar menggunakan bahan yang ada di lingkungan sekitar.Kepada pengelola TK, hendaknya menjadi motivasi guru dalam meningkatkan proses PBM dengan menerapkan jenis alat peraga sesuai dengan acuan yang diajarkan. Disarankan kepada peneliti lain, untuk mengadakan penelitian lebih lanjut sebagai penyempurnaan dari model pembelajaran motorik halus media permainan playdough.

    DAFTAR PUSTAKA

    Agung, A.A.Gede. (2010). Metodelogi Penelitian Pendidikan, suatu Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja.

    Arikunto,S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

    Asmawati, Luluk. (2008). Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

    Baberrs, Lisa. (2008). Cara bermain dan Belajar dengan Play Dough.(Online).Tersedia:http//translate.Google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=htt

    Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Mentreri Pendidikan Nasional Republik Indinesia Nomor 41Tahun 2007. Jakarta : BSNP.

    Depdiknas.2006.Petunjuk Teknik Penyelenggaraan pendidikan Anak Usia dini ( PAUD ). Jakarta Erlangga.

    Eliyawati,C (2002). Pemilihan dan Pengembangan Sumber belajar untuk anak Usia Dini. Jakarta: departemen Pendidikan Nasional

    Einon, D. (2002). Anak Kreatif (Creatif Child). Batam: Karisma Publising Group.

    Elisabeth B. Hurlock. 1978 Perkembangan anak. Jakarta:Erlangga.

    Gregory, Robert J. 2000. Psychologycal Testing: History, Principles, and Applications. Boston:Allyn and Bacon.

    Gonlund, Noman E. 1982. Consructing Achievement Tests. Third Edition. London: Prentice-Hall, Inc., Engleood Cliffs.

    Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi belajar dan mengajar. Bandung: Sinar Baru.

    Hurlock,E.B. (1978). Child Development (sixth edition). Jakarta:Erlangga

    Herrhyanto, Nar dan Hamid, Akib. 2006. Statistika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

    Idfil. (2008). Layanan Konseling kelompok [online]. Tersedia: http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:data.tp.ac.id/document/layanan+komseling+kelompok

  • e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

    Kusnandar. (2008). Langkah-Langkah mudah Penelitian kelas: Raja Grafindo Persada

    Munandar, Utami. (1985). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: gramedia.

    Novitasari, Noni. (2009). Efektivitas Media Playdough Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Gunung Berapi Dalam Mata pelajaran IPA. Skripsi FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

    Sedanayasa, Suranata. (2010) Dasar-Dasar Bimbingan dan komseling.Singaraja. Tanpa Penerbit.