39
FAMILY NURSING WITH CHILDBEARING FAMILIES PROJECT BASED LEARNING Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Primary Healt Care Oleh kelompok 2 reguler 1 : Rismaya Novitasari 11507020 Khona’ah Toyyibah 11507020 Meti Verdian Yunisa 115070200111045 Indira Rahmadewi 115070200111047 Hesti Purwaningsih 115070200111049 Amildya Dwi Arisanti 11507020 Reny Rudy Asista 115070200111053 Hartono 11507020 Eka Fitri Cahyani 11507020 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

3.Family Nursing With Childbearing Families

Embed Size (px)

Citation preview

FAMILY NURSING WITH CHILDBEARING FAMILIES

PROJECT BASED LEARNING

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Primary Healt Care

Oleh kelompok 2 reguler 1 :

Rismaya Novitasari 11507020

Khona’ah Toyyibah 11507020

Meti Verdian Yunisa 115070200111045

Indira Rahmadewi 115070200111047

Hesti Purwaningsih 115070200111049

Amildya Dwi Arisanti 11507020

Reny Rudy Asista 115070200111053

Hartono 11507020

Eka Fitri Cahyani 11507020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

A. Keperawatan Keluarga dengan Kelahiran Anak

Selama akhir abad ke-19 dan sebelum adanya keperawatan

professional di Amerika Utara, perawatan childbearing dilakukan oleh

perempuan yaitu bidan, tetangga, teman, pembantu dan kerabat (Wertz &

Wertz, 1989). Sebagian besar perawatan dilakukan di rumah selama

persalinan dan periode postpartum. Selain itu, perawatan tersebut diberikan

untuk menjaga fungsi keluarga dalam rumah tangga, merawat bayi baru, ibu,

dan anak-anak yang lain. Childbearing family nursing berfokus pada

kesehatan dan kesejahteraan bukan pada prosedur dan perawatan medis,

yaitu mencakup periode rencana untuk memiliki anak, kehamilan, persalinan,

kelahiran, dan periode postpartum. Childbearing family nursing ini berbeda

dengan perawat obstetric. Childbearing family nursing menganggap semua

anggota keluarga sebagai klien yang membutuhkan pendidikan dan

perawatan reproduksi.

Childbearing family nursing dimulai ketika keluarga

mempertimbangkan apakah akan memulai memiliki anak dan berlanjut

sampai orang tua telah mencapai tingkat kenyamanan relatif dalam peran

mereka sebagai orang tua bayi dan berhenti memiliki bayi lagi untuk

keluarga mereka. Keputusan dan perubahan setiap keluarga berbeda

tergantung dari budaya dan kebutuhan psikologi. Sehingga awal dan akhir

titik siklus reproduksi mungkin berbeda untuk setiap keluarga.

Perawat mengetahui bahwa dukungan sosial, fungsi keluarga,

struktur keluarga, dan masalah dalam hidup akan berpengaruh pada

kehamilan (Norbeck & Tilden, 1983; Ramsey, Abell, & Baker, 1986; Tilden,

1983). Sebagai contoh, perempuan yang hidup dengan pasangan mereka

atau anggota keluarga lain akan memiliki bayi yang sehat daripada yang

perempuan yang tinggal sendiri (Norbeck & Tilden, 1983; Ramsey, Abell, &

Baker, 1986; Tilden, 1983). Wanita yang mendapatkan stressor dari

keluarganya, memiliki bayi yang lebih kecil (Norbeck & Tilden, 1983;

Ramsey, Abell, & Baker, 1986; Tilden, 1983).

Perawat yang terlibat dengan keluarga bersalin menggunakan

konsep dan teori keluarga sebagai bagian dari pengembangan rencana

untuk asuhan keperawatan . Perawatan keluarga dengan keluarga bersalin

mencakup periode sebelum konsepsi, kehamilan, persalinan, melahirkan

dan setelah melahirkan. Jadi kesimpulannya, sambil memberikan perawatan

fisik secara langsung, mengajarkan pasien, dan melakukan rujukan ke

penyedia perawatan kesehatan lainnya, berfokus juga pada promosi

kesehatan untuk kesehatan keluarga terhadap penyakit akut maupun kronis.

B. Perspektif Teori secara Umum

Aplikasi teori terhadap situasi kesehatan keluarga selama kelahiran

anak dapat memandu keperawatan keluarga dalam membuat pengkajian

yang lebih lengakap dan rencana intervensi yang kongruen dengan prediksi

akibat dari kelahiran anak dala keluarga. Teori-teori dalam keperawatan

keluarga, khususnya yang dipakai dalam keluarga dengan kelahiran anak

meliputi teori sistem general, konsep transisi, dan teori perkembangan.

Teori Sistem General

Teori sistem general berfokus pada proses dan hasil yang didapat

keluarga. Ide utamanya adalah fungsi keluarga untuk menjaga

keseimbangan antara stres dari dalam dan luar, yang disebut sebagai

homeostatis. Melalui adaptasi, homeostatis ini dipertahankan atau

dikembalikan. Ketidakseimbangan terjadi saat masa penyesuaian dan

pembelajaran peran baru.

Individu dalam keluarga saling bergantung satu sama lain, yang

memberikan kontribusi untuk kemampuan sebuah keluarga untuk

beradaptasi dan mempertahankan homeostasis bahkan ketika menanggapi

stres dan ketegangan baik dari dalam maupun luar dirinya. Karena keluarga

dianggap sebagai sebuah sistem terbuka, hal ini dipengaruhi oleh

lingkungan dari luar (masyarakat dan lembaga-lembaganya, seperti sistem

perawatan kesehatan). Jika keluarga dapat terbuka maka akan

mempermudah akses bagi perawat untuk promosi kesehatan. Sementara

keluarga yang sangat tertutup memiliki batasan nonpermeable dan menolak

pengaruh luar seperti perawatan.

Konsep Transisi

Konsep transisi berfokus pada proses transisi berhubungan dengan

perubahan dalam keluarga. Proses transisi akan bersifat kualitatif yang

terdiri dari :

• Tidak percaya dengan kenyataan bahwa sudah terjadi perubahan

• Frustasi akibat tidak adekuatnya koping dengan cara konvensional

• Akomodasi ketika identitas baru sebagai orang tua terjadi dan

harapan peran sebagai orang tua secara konsisten telah dipelajari

Perawat peneliti telah berfokus pada transisi ke ibu. Meskipun

anggota keluarga lain memiliki transisi, konsep yang berkaitan dengan ibu

menyediakan perawat dalam transisi keluarga. Misalnya, Nelson (2003)

menggambarkan proses utama sebagai "Keterlibatan", atau membuka diri

seseorang untuk kesempatan untuk tumbuh dan berubah. Membuka diri

berkaitan dengan membuat komitmen untuk ibu, mengalami kehadiran

seorang anak, dan merawat anak. Ini gagasan transisi yang memberikan

dasar untuk intervensi keperawatan yang mempromosikan pengasuhan

karena membuka diri ini melibatkan pengalaman nyata dan merawat

anaknya. Seorang perawat dapat menggunakan Teori ini dengan

mengetahui bahwa ibu mungkin lebih frustrasi tidak mampu mengatasi

dengan cara lamanya. Ini akan menjadi tanda kesiapannya untuk menerima

pengasuhan pendidikan oleh perawat.

Teori Perkembangan

Teori perkembangan berfokus pada perubahan dan pertumbuhan

dalam hidup yang dapat diprediksi. Perubahan terjadi secara bertahap

selama ada pergolakan, sementara penyesuaian sedang dibuat. Apa yang

terjadi selama tahap ini umumnya disebut sebagai tugas perkembangan.

Duvall (Duvall & Miller, 1986) teori siklus hidup keluarga menjelaskan tugas

dan proses untuk tahapan yang berbeda selama kehidupan keluarga. Dalam

teori ini, tahap keluarga memunculkan pengertian sebagai periode dari awal

kehamilan pertama sampai anak tertua mencapai usia 18 bulan. Banyak

perawat berpikir bahwa tugas ini tahap siklus kehidupan keluarga tidak

berakhir ketika anak tertua mencapai usia 18 bulan dan tahapan kehidupan

keluarga yang dapat tumpang tindih. Beberapa tugas terulang kembali

seperti anak-anak lainnya yang ditambahkan selama siklus kehidupan

keluarga, sedangkan yang lain lebih utama bagian pertama. Teori siklus

kehidupan sebagai panduan perawat untuk penilaian prestasi tugas

perkembangan keluarga dan aspek interaksi seperti peran dan hubungan.

Selain itu, mereka menetapkan tahap untuk antisipatif pengajaran

menangani acara keluarga normal dan menekankan . Namun, perawat harus

mempertimbangkan bahwa keluarga teori daur hidup dikembangkan

beberapa decade lalu. Banyak kini keluarga tidak tepat cocok dengan tahap

dan tugas, seperti ketika salah satu atau kedua pasangan memiliki anak dari

hubungan sebelumnya, orang tua menikah atau lajang, pasangan yang

berjenis kelamin sama, atau anak lahir di kemudian hari. Meskipun keluarga

mungkin memiliki keragaman lebih sekarang, kehidupan keluarga masih

siklus memiliki relevansi untuk saat-hari keluarga.teori ini dapat membantu

perawat berpikir tentang keluarga dan menilai persamaan dan perbedaan

dari keluarga.

Tahap perkembangan keluarga menurut duvall :

Tahap I : Perkawinan dan Tempat Tinggal Pribadi : penggabungan

keluarga

Membangun kembali identitas pasangan

Membina hubungan dengan keluarga besar

Membuat keputusan mengenai masa menjadi orang tua

Tahap II : Keluarga dengan Bayi

Mengintegrasikan bayi dalam unit keluarga

Mengakomodasi peran baru menjadi orang tua dan kakek nenek

Memelihara ikatan pernikahan

Tahap III : Keluarga dengan Anak Pra Sekolah

Mensosialkan anak

Orang tua dan anak menyesuaikan diri terhadap perpisahan

Tahap IV: keluarga dengan anak sekolah

Anak mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

Orang tua melakukan penyesuaian dengan teman sebaya anak

mereka dan pengaruh sekolah

Tahap V : Keluarga dengan Remaja

Remaja terus mengembangkan autonomi

Orang tua memfokuskan ulang pada masa pertengahan perkawinan

dan masalah karir

Orang tua menggeser perhatian kea rah generasi yang lebih tua

Tahap VI : Keluarga Sebagai Pusat Landasan

Orang tua dan dewasa muda menetapkan identitas nabdiri

Melakukan kesepakatan ulang mengenai hubungan pernikahan

Tahap VII : Keluarga Usia Paruh Baya

Melakukan penyesuaian menjadi ulang terhadap identitas pasangan

hidup disertai pengembangan minat pribadi

Membina kembali hubungan yang melibatkan menantu dan cucu

Meneysuaikan diri dengan ketidak mampuan dan kematian generasi

yang lebih tua

Tahap VIII : Keluarga Lansia

Menggeser peran bekerja menjadi masa senggang dan persiapan

pension atauu pensiun penuh

Memelihara fungsi pasangan dan individu sambil beradapatasi dengan

proses penuaan

Mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian dan kehilangan

pasangan hidup atau saudara kandung serta teman sebaya.

C. Promosi Kesehatan untuk Keluarga dengan Kelahiran Anak

Perkembangan tugas dari keluarga childbearing diidentifikasi dalam

teori siklus hidup keluarga (Duvall & Miller, 1986) yang merupakan teori yang

dijadikan sebagai panduan promosi kesehatan dalam keluarga childbearing.

Teori ini sangat membantu karena membahas pola adaptasi terhadap orang

tua yang khas bagi banyak keluarga dari budaya Barat. Perawat akan

menemukan bahwa banyak dari tugas-tugas serupa untuk konfigurasi

keluarga yang berbeda budaya. Perkembangan tugas dan tindakan promosi

kesehatan yang tepat dibahas dalam beberapa bagian berikut, antara lain :

1. Mengatur Ruang (Wilayah) untuk Seorang Anak

Biasanya, selama trimester ketiga kehamilan, keluarga mulai

membuat persiapan tentang ruangan untuk bayi mereka. Seringkali

keluarga pindah ke tempat tinggal baru selama kehamilan atau tahun

pertama setelah kelahiran untuk mendapatkan lebih banyak ruang,

ruang yang lebih luas, atau mereka memodifikasi perabot untuk

mempersiapkan kelahiran seorang bayi.

Dalam hal ini perawat biasanya tidak benar-benar terlibat dalam

mengatur atau memberikan ruang untuk bayi baru lahir. Dengan

bertanya tentang persiapan ruang untuk bayi, perawat dapat menilai

apakah tugas-tugas untuk perkembangan bayi kedepannya akan

dipenuhi. Jika sebuah keluarga belum membuat persiapan fisik untuk

bayi, perawat harus menyelidiki alasan dari hal tersebut. Alasan yang

biasanya muncul adalah seperti keluarga yang memang dengan sengaja

menunda tentang persiapan, kesibukan dari calon orang tua baru, atau

memang terkait dengan unsur budaya yang mereka yakini.

2. Pembiayaan Biaya Melahirkan dan Pengasuhan Anak

Masalah pembiayaan ini sangat terkait dengan pekerjaan dan

pengahasilan yanga da pada sebuah keluarga. Sebuah keluarga yang

memiliki penghasilan lebih akan cenderung memilih untuk melahirkan di

rumah sakit yang besar dan berkualitas, begitu juga saat pemeriksaan

kehamilan. Bahkan pada trimester ketiga kehamilan mereka sudah

menunjuk sebuah rumah sakit sebagai tempat mereka untuk

melahirkan. Sedangkan mereka yang berpenghasilan lebih rendah akan

melakukan pemeriksaan kehamilan dan juga melahirkan di rumah sakit

atau klinik swasta yang lebih murah. Peran perawat dalam hal ini adalah

untuk membantu keluarga mencari sumber daya yang dibutuhkan,

seperti program gizi dan klinik prenatal yang sesuai dengan sumber

daya keuangan keluarga.

Ada pula keluarga yang memiliki pandangan bahwa ketika ia

melahirkan, penghasilan dalam keluarga akan menurun. Sebagai contoh

sebuah keluarga akan mendapatkan penghasilan lebih rendah dari

biasanya karena sebagian besar wanita bekerja akan cuti atau berhenti

bekerja saat melahirkan. Hal ini perlu dikaji secara serius karena dapat

menjadi tekanan bagi ibu. Sedangkan dalam hal pemeliharaan dan

pengasuhan anak, ibu yang bekerja akan mendapatkan tekanan saat ia

bingung tentang pengasuhan anaknya ketika ia bekerja. Ibu dengan

penghasilan lebih cenderung memilih sebuah tempat penitipan anak.

Hal ini juga perlu mendaptkan perhatian serius dari perawat tentang

penyediaan layanan pengasuhan anak yang tepat dan sesuai bagi anak

dan pendapatan orang tua. Dalam hal pembiayaan, perawat juga perlu

menanyakan apakah pihak calon orang tua baru mengikuti program

asuransi kesehatan atau tidak.

3. Asumsi Tanggung Jawab Bersama Perawatan dan Pemeliharaan Anak

Selain biaya tambahan, perawatan dan pemeliharaan bayi

membawa gangguan dan tuntutan pada waktu dan energi, tugas rumah

tangga tambahan, dan pribadi ketidaknyamanan bagi pengasuh seperti

gangguan tidur. Peran perawat perlu memberikan pertimbangan aspek

pengasuhan yang menyenangkan bagi orang tua. Kasih sayang yang

berkembang antara orang tua dan anak mungkin menjadi salah satu

kekuatan pendorong untuk terlibat dalam perawatan bayi dan

memelihara bahkan di bawah sulit keadaan atau saat memiliki bayi

adopsi. Promosi integritas keluarga, manajemen makan, dan identifikasi

risiko sangat penting untuk intervensi perawat yang bertujuan untuk

meningkatkan pengasuhan antara semua anggota keluarga. Sisa dari

bagian ini akan fokus pada intervensi.

4. Integritas Promosi Keluarga

Sepanjang siklus childbearing, perawat membantu keluarga

untuk memahami dan merespon dampak baru bayi pada anak-anak

yang ada. Tidak peduli berapa usia saudara kandung, penambahan

bayi baru secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi

posisi, peran, dan kekuatan anak-anak, sehingga menciptakan stres

untuk kedua orang tua dan anak-anak. Pengajaran orang tua untuk

menekankan aspek-aspek positif dari penambahan anggota keluarga

akan membantu mereka fokus pada "hubungan" saudara bukannya

"persaingan."

Orang tua mungkin memerlukan bantuan mengakui bahwa

semua anak, bukan hanya bayi yang baru, memiliki kebutuhan.

Orangtua mungkin khawatir apakah mereka memiliki "cukup" energi,

waktu, dan cinta tambahan untuk anak. Kunjungan sibling menawarkan

kesempatan bagi anak-anak untuk mengungkapkan keluh kesah mereka

terhadap perlakuan orang tua terhadap mereka. Misalnya, menangis

mungkin cara anak mengekspresikan stres terhadap lingkungan yang

aneh bukan daripada penolakan dari bayi baru. Meskipun orang tua

mungkin ingin mencegah kunjungan anak-anak karena menangis,

perawat dapat menggunakan situasi untuk membahas kebutuhan anak

dalam beradaptasi dengan saudara baru, termasuk kontak yang sedang

berlangsung dengan ibu mereka.

Selama kehamilan, perawat juga harus menanyakan tentang

logistik dan pengasuhan untuk anak-anak lain pada saat ibu melahirka

dan selama tinggal di rumah sakit. Hal yang penting untuk anak-anak

pada saat ibu melahirkan lahir dan selama postpartum tinggal di rumah

sakit adalah bahwa mereka dirawat dan didukung oleh orang dewasa

yang bertanggung jawab yang mereka percaya.

5. Manajemen Menyusui

Menyusui cenderung identik dengan cinta dan memelihara.

Sukses dalam memberi makan bayi mereka menginduksi perasaan

kompetensi pada ibu dan kasih saying terhadap mereka bayi. Metode

pemberian nutrisi merupakan hal yang penting untuk fisik, emosional,

dan kesejahteraan sosial dari bayi. Ibu yang memilih untuk menyusui

dengan ASI harus meluangkan waktu selama menyusui untuk

menikmati berinteraksi dengan bayi mereka.

6. Risiko Identifikasi untuk Kesulitan

Identifikasi risiko melibatkan keluarga dan individu yang

cenderung memiliki kesulitan. Kesulitan yang dihadapi mungkin

berhubungan dengan kesehatan baik orang tua atau bayi atau perasaan

orang tua yang memiliki rasa ketidakmampuan untuk melaksanakan

peran mereka sebagai orang tua Oleh karena itu, perawat perlu untuk

memberikan beberapa pertanyaan terkait untuk menentukan suasana

hati, ganguan tidur, nafsu makan, energi, tingkat kelelahan, dan

kemampuan untuk berkonsentrasi yang terjadi pada orang tua baru.

Stres yang ekstrim, faktor risiko kesehatan, dan penyakit dapat

mengganggu kontak orang tua dan bayi yang baru lahir yang diperlukan

untuk proses perkembangan. Perawat dapat berperan dalam

memastikan kontak antara keluarga dan jaringan pendukung dalam

situasi. Dalam situasi keluarga yang sangat menegangkan, seperti

ketergantungan obat, seorang perawat mungkin dapat merujuk

keluarga untuk terapi yang tepat. Postpartum depression negatif

mempengaruhi ibu interaksi dengan bayinya (Beck, 1995, 1998).

Gangguan suasana hati adalah masalah kesehatan mental yang paling

umum pada periode postpartum (American Psychiatric Association,

2000). Wanita dengan depresi postpartum tidak dapat kontak secara

emosional dengan anak mereka. Perawat perlu menyadari dampak

negatif depresi postpartum. Identifikasi dini dan rujukan untuk

pengobatan wanita dengan postpartum depresi dapat mengurangi risiko

merugikan interaksi orangtua dan bayi.

Promosi Kesehatan untuk Kelahiran Anak dalam Keluarga

1. Memfasilitasi peran pembelajaran anggota keluarga

Peran pembelajaran sangat penting bagi keluarga yang baru

melahirkan. Bagi banyak pasangan, menjadi orang tua adalah suatu

pergeseran yang dramatis dalam hidup mereka. Kesulitan dalam

beradaptasi menjadi orang tua mungkin berhubungan dengan stress

dalam mempelajari peran baru serta konflik peran. Pembelajaran

melibatkan harapan tentang peran, pengembangan kemampuan untuk

mengasumsikan peran, dan mengambil peran.

2. Harapan Peran Orang Orang Tua

Harapan tentang peran orang tua adalah bagian dari transisi ke

masa-masa menjadi orang tua. Ibu-ibu sering membandingkan

pengalaman yang sebenarnya dengan harapan mereka. Harapan peran

pasangan juga mempengaruhi transisi ke masa sebagai orang tua.

Sebagai contoh, laki-laki dianggap sebagai penolong, pemberi

semangat, dan siap siaga selama proses kelahiran anak dibanding saat

menjadi orang tua. Jika perempuan dianggap sebagai orang tua yang

sebenarnya, laki-laki tidak didorong untuk memahami realitas sebagai

ayah. Ini menyebabkan laki-laki kehilangan kepercayaan bahwa mereka

juga memiliki pengetahuan, dukungan, dan keterampilan untuk menjadi

orang tua.

Di Amerika utara, harapan yang ada mengenai peran sebagai

orang tua seringkali tidak realistik dan menyebabkan mereka merasa

kurang. Di tambah dengan mitos-mitos yang sering muncul di media,

seperti bahwa ibu-ibu adalah orang yang bersih, memakai pakaian

mewah dengan renda, rumah yang bersih karena akan ada anak-anak.

Padahal kenyataannya tidak selalu seperti itu. Pakaian yang dipakai ibu

hamil sering tidak muat dan rumah kotor karena anggotanya lelah

membersihkan. Keperawatan tradisional dan beberapa textbook

mendorong mitos ini degan menyatakan bahwa dalam waktu 6 minggu,

fungsi reproduksi ibu kembali normal dan ibu dapat melakukan kegiatan

seperti sebelumnya. Kenyataannya itu membutuhkan lebih dari 6

minggu. Hal-hal seperti ini dapat menyebabkan deperesi dan kehilangan

kepercayaan diri dalam menjalani peranya sebagai orang tua. Ini juga

berlaku pada orang tua yang mengadopsi atau orang tua angkat.

Terlepas dari bagaimana keluarga ini terbentuk, orang tua bereaksi

dengan perasaan dan emosi ketika pertama kali melihat anak mereka.

Perawat dapat membantu orang tua untuk mendiskusikan dan

menghadapai ideal mereka, menjembatani antara harapan dan

kenyataan. Salah satu intervensi keperawatan adalah mengetahui

harapan orang tua sebelum bayi lahir, mengetahui bagaimana pemikiran

mereka tentang seperti orang tua itu. Dengan mengkaji respon, perawat

dapat memberika edukasi kepada orang tua tentang realitas menjadi

orang tua. Misalnya, perawat memberitahu bahwa nanti mereka akan

terganggu waktu tidurnya dan jam-jam bebas berkurang. Dengan ini,

perawat dapat membantu orang tua yang memiliki pandangan terlalu

positif.

Perawat juga membantu pasangan yang sedang hamil untuk

mengeksplorasi dan mengetahui harapan mereka mengenai peran dari

pasangan. Misalnya, seorang wanita mungkin tidak sadar menempatkan

pasangannya di peran bawahnya di mana dia memliki peran primer

sebagai orang tua. Perawat harus mendorong wanita tersebut untuk

berbagi pengalaman dengan pasangannya. Seperti sensasi fisik dan

emosi saat hamil. Pria mungkin perlu didorong untuk berpikir tentang

bagaimana peran mereka sebagai ayah. Peran yang dibawah ibu,

mungkin dapat menurunkan kepercayaan diri pada pria untuk terlibat

secara penuh sebagai orang tua. Wanita atau ibu perlu memberikan

kesempatan kepada pria untuk menjadi pengasuh bayi yang terampil.

3. Mengembangkan Kemampuan Peran Orang Tua

Ibu hamil dan ayah mengembangkan kemampuan dan skill

mereka sebagai orang tua melalui pengalaman masa kecil mereka dan

kontak dengan orang tua lain, teman, keluarga, serta tenaga kesehatan.

Perawat di tempat pelayanan kesehatan selalu mengajarkan tentang

keterampilan yang harus dimilki dalam mengasuh anak dan banyak

buku-buku yang diterbitkan sebagai panduan. Di sini perawat wajib

memberikan klarifikasi yang ada di buku.

Peran orangtua itu dinamis karena anak-anak berubah sesuai

perkembangannya. Untungnya, keterampilan orang tua tumbuh dan

berubah seiring dengan anak-anak mereka. Perawat dapat terus

membantu keluarga mengembangkan kemampuan yang mereka

butuhkan. Hal ini sangat penting untuk orang tua muda dan orang tua

dengan pengalaman yang terbatas dengan anak-anak.

4. Mengambil Peran Sebagai Orang Tua

Menjadi orang tua tidak hanya membutuhkan belajar melakukan

tugas merawat tetapi juga mengembangkan perasaan dan pemecahan

masalah yang berkaitan dengan kemampuan orangtua. Memberikan

pujian pada orang tua dalam upaya awal mereka dapat memberikan

pengaruh positif pada mereka terutama dalam pengasuhan. Hal ini

penting karena orang tua sering tidak senang dalam merawat bayi

mereka.

Ketika mengambil peran sebagai orang tuas, mereka cenderung

menggunakan pola pemecehan masalah yang mereka kenal dan cocok

dalam situasi dan kebutuhan mereka. Perawat dapat membantu orang

tua dalam mendiskusikan langkah-langkah pengasuhan anak. Strategi

yang ampuh adalah dengan pembelajaran problem solving atau

pemecahan masalah.

Dengan memiliki pengetahuan tentang pertumbuhan normal dan

perkembangan bayi, perawat dapat memberikan bimbingan untuk

membantu keluarga memahami apakah perkembangannya sesuai untuk

bayi mereka sehingga orangtua tidak salah menafsirkan perilaku bayi

atau menggunakan tindakan yang salah. Sebagian orangtua melibatkan

kemampuan berempati dengan bayinya. Jika bayi berkembang baik dan

orang tua menjadi pengasuh terampil dengan kehangatan, perhatian,

dan kasih sayang untuk bayi mereka, maka mereka jelas dalam

mengambil peran orangtua.

5. Menyesuaikan Pola Komunikasi Untuk Bayi Baru Lahir

Orang tua dan bayi belajar untuk menafsirkan dan merespon

isyarat komunikasi satu sama lain. Mereka mengembangkan pola

komunikasi timbal balik. Isyarat bayi mungkin begitu halus, dan orang

tua mungkin tidak peka terhadap isyarat sampai perawat memberitahu

maksudnya. (Schiffman, Omar, & McKelvey, 2003, Sumner, 1990).

Perlu mendidik orang tua tentang temperamen setiap bayi yang

berbeda sehingga mereka dapat menafsirkan gaya komunikasi bayi

mereka adalah cara lain untuk mempromosikan baik pola komunikasi

(Brazelton, 1992).

Perawat perlu menyadari gaya interaksi dari ibu yang dperesi

dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas interaksi

orang tua-bayi dengan memfasilitasi pengobatan depresi. Ibu yang

mengalami depresi kurang selaras dengan bayi mereka, yang dapat

menyebabkan miskinnya kognisi dalam kehidupan bayi '(Murray, Fiori-

Cowley, Hooper, & Cooper, 1996).

Komunikasi Pasangan harus dimasukkan ke dalam perawatan

dan pendidikan orang tua. Orang tua dalam masa kehamilan perlu

berkomunikasi satu sama lain. Program yang didasarkan pada bukti-

bukti dari penelitian di mana menggabungkan program komunikasi yang

menggunakan informasi, pembangunan keterampilan, dan dukungan

(Jordan, 2002). Antisipasi hasil dari program ini kuat dan tahan lama.

Perawat dapat mempromosikan komunikasi pasanga lebih efektif untuk

mendengarkan satu sama lain secara aktif, menggunakan "I frase"

bukannya menyalahkan lainnya. Contoh: "Saya merasa tidak berguna

ketika kamu mengambil alih perawatan bayi tanpa meminta saya "

bukannya "kau begitu suka memerintah tentang bayi."

Cara lain untuk mempromosikan komunikasi hubungan yang

lebih kuat adalah untuk mendorong mereka untuk menyisihkan waktu

secara teratur untuk berbicara dan menikmati satu sama lain sebagai

mitra penuh kasih, bukan sebagai orang tua (Ross, Channon-Sedikit, &

Simon-Rosser, 2000).

6. Perencanaan Untuk Anak Berikutnya

Beberapa orang tua yang telah memilki anak akan membuat

kesepakatan bersama untuk memilki anak lagi. Tapi beberapa juga tidak

ingin menambah anak. Di sini, perawat biasanya akan berhadapan

dengan pasangan yang bingung apakah ingin memilki anak lagi atau

tidak. Perawat dalam hal ini selal mempertimbangkan aspek latar

belakang serta budaya dalam menangani masalah reproduksi ang

sensitif. Mutualitas dalam membuat keputusan menyiratkan bahwa

kedua anggota dari pasangan memiliki sama kekuasaan dan status. Hal

ini kontraproduktif bagi perawat tidak mempertimbangkan pasangan laki-

laki dalam keluarga dengan kekuasaan yang didominasi laki-laki. Dalam

keluarga ini, wanita dapat menyetujui keputusan pasangannya bahkan

ketika dia tidak setuju.

7. Menyelaraskan Pola Antar Generasi

Bayi yang lahir dapat membawa dampak perubahan pada orang

tua. Dengan timbulnya kedewasaan terutama bagi orang tua muda.

Selain itu, kelahiran juga memberikan perubahan pada nenek, kakek,

ayah, ibu, bibi, paman, dan keluarga lainnya. Perawat biasanya

mendorong diskusi dengan mengatakan, “bagaimana hubungan dengan

ibumu?” Adri situ perawat bisa mengkaji hubungan dan jika

memungkinkan, dapat mempertimbangkan intervensi untuk hubunga

tersebut.

Pendekatan ini sangat penting bagi orang tua yang masih remaja

dan ibu mereka karena remaja sering memiliki hubungan yang buruk

dengan ibu mereka. Misalnya, perawat mungkin menyarankan bahwa

wanita hamil bertanya padanya ibu untuk menceritakan tentang

kehamilan dan kelahirannya sendiri. Berbagi pengalaman ini

menawarkan rasa kontinuitas.

Dalam situasi lain, beberapa orang tua biasanya lebih

mempercayai keluarga mereka sendiri dibanding perawat. Hal ini sering

membuat frustasi perawat. Tapi perawat wajib membenarkan informasi

yang keliru sehingga ibu dapat mengambil keputusan yang benar.

Namun, dalam semua situasi, perawat harus mempertahankan

hubungan profesional dengan keluarga klien dari pada menjadi benar.

8. Mempertahankan Motivasi dan Moral Anggota Keluarga

Perawatan, pemberian makan, dan memberikan kenyamanan

pada bayi menuntut waktu dan energi pribadi. Perempuan sering lelah

selama berbulan-bulan dari aktivitas fisik dan kehilangan darah karean

prose kelahiran yang diperparah oleh tuntutan perawatan bayi (Troy,

1999, 2003). Beberapa wanita memiliki sedikit kesempatan untuk

beristirahat dengan baik sebelum mereka diharapkan untuk kembali ke

pekerjaan mereka (Killien, 1993). Selain itu, kelelahan ibu dapat

menyebabkan depresi postpartum. Dan seringkali mneyebabkan

renggangnya hubungan pasangan.

Perawat dapat membantu anggota keluarga menjaga motivasi

dan moral dan menghindari kewalahan karena transisi menjadi orang

tua. Keluarga harus realistis tentang pola tidur bayi. Biasanya, bayi akan

butuh disusui pada malam hari selama beberapa bulan, tidak peduli

bagaimana orang tua memodifikasi waktu dan isi atau kandungan susu.

Meski begitu, kebanyakan orang tua memerlukan aktivitas di luar

keluarga untuk meningkatkan kwalitas hidup mereka. Contohnya, ibu

yang sering melakukan latihan fisik lebih memilki kepercayaan diri,

kesenangan, serta hubungan yang baik dengan pasangan mereka.

(Sampselle, Seng, Yeo, Killion, & Oakley, 1999). Perawat bekerja sama

dengan keluarga untuk mengembangkan strategi yang menjaga

kegiatan pasangan mereka, kepentingan orang dewasa, dan

persahabatan mereka.

9. Menetapkan Ritual Keluarga dan Rutinitas

Ritual berkembang sejalan dengan datangnya anak-anak dalam

keluarga, dan ritual ini menjadi sumber kenyamanan serta bagian

keunikan dan identitas keluarga (Fomby, 2004). Prediktabilitas ritual

membantu bayi mengembangkan kepercayaan. Ritual keluarga

termasuk tidur dan rutinitas mandi, kebutuhan bayi yang paling

disukainya missal selimut, dan julukan untuk fungsi tubuhnya. Bagi

beberapa keluarga, ritual memiliki makna budaya khusus yang harus

dihormati. Ketika keluarga terpisah selama melahirkan, perawat dapat

membantu mereka mengatasi stres dengan mendorong mereka untuk

melaksanakan rutinitas biasa mereka dan ritual didirikan berhubungan

dengan bayi dan anak-anak lainnya.

PROMOSI KESEHATAN DALAM HAL MEMFASILITASI “ROLE

LEARNING” ANGGOTA KELUARGA

Role-Learning sangat penting bagi calon orang tua baru dan

keluarga. Bagi banyak pasangan, menjadi peran sebagai orang tua adalah

perubahan dramatis dalam hidup mereka. Kesulitan orangtua terhadap

adaptasi mungkin berhubungan dengan stres dalam belajar peran baru serta

konflik peran. Pembelajaran peran melibatkan harapan tentang peran,

mengembangkan kemampuan untuk mengasumsikan peran, dan mengambil

tindakan sesuai peran.

D. Ancaman Kesehatan selama Kelahiran Anak

Bagi sebagian keluarga melahirkan adalah sebuah pengalaman fisik

yang sehat. Namun, bagi beberapa keluarga melahirkan merupakan sebuah

ancaman dan pengalaman yang menyakitkan. Hal ini menyebabkan

munculnya ancaman setelah melahirkan. Ancaman (masalah) kesehatan

childbearing terdiri dari ancaman akut dan ancaman kronis.

a. Ancaman (masalah) akut yaitu ancaman yang muncul secara tiba-tiba

dan mengancam kehidupan. Contohnya : fetal distress selama

kehamilan dan emboli pulmonal pada ibu postpartum.

b. Ancaman (masalah) kronis yaitu kondisi yang terjadi selama kehamilan

bersifat persisten, lama, atau perlu kontrol untuk menghindari terjadinya

ancaman akut. Misalnya : hipertensi yang terjadi selama kehamilan,

diabetes gestasional atau sudah mempunyai riwayat diabetes.

c. Ancaman akut menjadi kronis : persalinan preterm merupakan kondisi

akut, namun jika dapat di cegah maka dapat menjadi kronis.

Dari beberapa jenis ancaman yang telah dijelaskan diatas, maka

akan membawa dampak dan masalah yang berarti bagi semua anggota

keluarga dan strukturnya. Dampak-dampak tersebut dapat muncul karena

peran keluarga yang terfokus pada kesejahteraan bayi dan ibu. Dampak

yang dapat muncul pada semua anggota keluarga adalah keadaan stressfull

dan berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Meskipun perawat

tidak mungkin secara langsung berperan dalam hal ini, akan tetapi

manajemen untuk pengaturan kesehatan dapat dilakukan. Hal tersebut

dapat dilakukan dengan memahami pengalaman keluarga yang dapat

berkontribusi dalam keefektifan perawatan.

Sementara masalah-masalah yang dapat muncul pada keluarga

childbearing dengan ancaman adalah sebagai berikut :

a. Asumsi tugas rumah tangga

Pada ibu hamil dan anak yang sakit akan berpengaruh pada

tugas keluarga yang dapat berubah menjadi sistem “shifting”. Sistem ini

mungkin dapat menjadikan kondisi stressfull dan berefek pada fungsi

keluarga(Bomar,2004). Hal ini juga dapat terjadi pada ayah yang istrinya

sedang hamil, aktivitas ibu yang terbatas, dan kondisi bed-rest. Pada

keadaan istri yang sedang hamil, sebagai ayah yang mana energinya

terpakai untuk memanajemen rumah tangga dan bekerja, yang biasanya

dilakukan bersama-sama dengan istrinya. Selain itu pada anak-anak

yang ibunya mempunyai aktivitas terbatas, maka akan berpengaruh

pada anak usia toddler yang tidak memahami mengapa orang tua

mereka tidak dapat mengikuti mereka. Sehingga biasanya anak menjadi

frustasi yang ditandai dengan perubahan tingkah laku seperti tantrum

(mengamuk). Dari beberapa masalah tersebut maka perawat

mempunyai peran yang penting untuk membantu mengurangi stress.

Dalam hal ini perawat perlu untuk memahami perubahan aktivitas

sehari-hari pada keluarga yang menimbulkan stress pada semua

keluarga(Bomar,2004). Membantu keluarga untuk menemukan cara

untuk mempersingkat dan memprioritaskan tugas rumah tangga yang

berkontibusi untuk mengurangi stress. Sebagai contohnya adalah

membuat daftar tugas manajemen rumah tangga dan siapa yang

melakukan, apa, dan kapan akan membantu keluarga agar lebih efisien

dan efektif dalam memanajemen keluarga.

Sedangkan cara lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi

stress adalah edukasi keluarga tentang dampak dari masalah kesehatan

orang tua pada anak-anak yang dilakukan dengan praktis sesuai

dengan usia untuk memanajemen anak-anak. Misalnya menyediakan

cara bagi anak-anak untuk memiliki beberapa waktu dengan ibu mereka

yang dapat mengurangi stress bagi anak-anak mereka.

b. Manajemen perubahan pendapatan dan sumber daya

Resiko keahamilan merupakan faktor stress pada financial

keluarga dan sumber-sumber lain. Kenaikan biaya pengobatan karena

kebutuhan perawatan yang meningkat, meninggalkan pekerjaan juga

berpengaruh pada kondisi financial keluarga termasuk perawatan

intensif neonatal. Selain itu, pengeluaran pribadi juga dapat meningkat

karena pengaruh diet, medikasi, perubahan transportasi, dan membantu

tugas rumah tangga. Sementara jika keluarga mempunyai hutang maka

ancaman keluarga dapat meningkat karena pengaruh hutang tersebut.

Dampak pada sumber daya nonmoneter yang meliputi energy

dan social network tidak dapat mudah di ukur seperti uang. Tidak semua

keluarga mempunyai social network dan keluarga besar yang secara

langsung di sekitarnya. Isolasi dapat meningkatkan beban keluarga.

Sementara perubahan pekerjaan dapat menyebabkan pemisahan

keluarga dan ktivitas sehari-hari.

Meskipun perawat tidak secara langsung terlibat dalam

perubahan pendapatan, akan tetapi perawat perlu menganalisa faktor

yang berhubungan dengan munculnya stress karena pengaruh

perubahan pendapatan dan sumber daya(Bullock,2004). Sehingga,

pada keadaan tersebut perawat berperan dalam membantu

mengidentifikasi keluarga dan penggunaan sumber daya dengan

menggambarkan ecomap keluarga yang mungkin termasuk agen

pelayanan kesehatan rumah, sekelompok orang tua dalam masyarakat

yang akan membantu dalam manajemen rumah tangga sehingga

meningkatkan semangat mereka. Mengurangi rasa isolasi yang dapat

menegmbalikan energy keluarga. Sementara pada keluarga yang

membutuhkan sumber daya lain maka perlu menggunakan komputer

atau mengarahakan pada penggunaan internet yang sesuai untuk

berhubungan dengan keluarga lain yang beresiko yang dapat mencegah

atau menurunkan perasaan isolasi.

c. Menghadapi ketidakpastian dan pemisahan

Karena sifat tak terduga berisiko tinggi melahirkan anak,

merencanakan masa depan menjadi lebih sulit. Adaptasi keluarga pada

bayi premature atau beresiko tinggi berbeda dengan bayi yang lahir

normal(Holditch-Davis & Miles, 2000). Dengan kelahiran prematur yang

tertunda, calon orang tua, khususnya wanita yang bekerja, mungkin

tidak dapat menentukan secara akurat kapan mulai dan mengakhiri cuti

karena keluarga mungkin harus mengatasi dengan rawat inap tiba-tiba.

Anak-anak kecil mungkin menjadi sangat cemas karena keberangkatan

tiba-tiba ibu mereka, terutama jika mereka tidak siap atau tidak mampu

memahami apa yang terjadi pada ibu mereka dan bayi baru.

Peran perawat dalam keadaan ini adalah mengarahkan keluarga

untuk dapat menggunakan komunikasi elektronik, mengirim foto dengan

keluarga yang terpisah. Selain itu perawat juga dapat melakukan

investigasi adanya hambatan hubungan keluarga.

d. Koping

Dengan adanya ancaman kesehatan strategi koping keluarga

menjadi tidak adekuat pada level stress. Sebelum memiliki kehamilan

yang berisiko, banyak keluarga muda belum mengalami situasi

ancaman kesehatan, kekeringan sumber daya financial, ketidakpastian

atau pemisahan dari keluarga. Strategi koping keluarga dapat

dikompromikan lebih lanjut dengan persepsi unrealistis dari situasi

mereka. Pada keadaan tersebut peran perawat adalah mengembangkan

strategi koping seperti latihan dan berbagi pengalaman keluarga yang

lain dengan situasi yang sama. Selain itu perawat dapat membantu

mereka secara realistis menilai ancaman kesehatan dan membantu

mengidentifikasi kekuatan dan sumber daya koping. Kekuatan keluarga

ini termasuk cara positif mereka dalam mengatasi stress di masa lalu.

Sementara sumber daya termasuk orang-orang disekitar yang

membantu, keuangan dan sumber informasi.

E. Implikasi Keperawatan

Peran perawat :

1. Mengoordinasikan akses perawatan, dan berperan sebagai perantara

untuk memfasilitasi perawatan dari semua agen yang ada.

2. Mengimplementasikan dan mengawasi perawatan terhadap anggota.

3. Pusat perawatan keluarga dan memvalidasi bahwa itu merupakan

keinginan utama dari semua anggota.

4. Advokasi, klarifikasi, dan interpretasi untuk anak dan keluarga.

5. Berperan sebagai edukator untuk klien, baik secara formal maupun

informal.

6. Memastikan bahwa perawatan kesehatan dan perawatan perinatal

yang spesifik bersifat berkelanjutan.

7. Berperan sebagai konselor untuk klien.

8. Mengendalikan keamanan dan risiko infeksi: mendokumentasikan,

melaporkan, dan menindaklanjuti hal-hal yang menjadi risiko terhadap

pasangan dan neonatus.

9. Menyediakan informasi pada mengenai hak-hak dan kewajiban pasien

yang hamil pada semua klien yang membutuhkan.

10. Memfasilitasi akses perawatan untuk semua klien yang hamil.

11. Berpartisipasi dalam advokasi untuk penelitian yang menyediakan

informasi berdasarkan fakta kasus mengenai perawatan maternitas

dan neonatal.

12. Menyusun/advokasi perjanjian perawatan setelah jam bekerja dan saat

akhir pekan.

13. Mengedukasi dan menekankan promosi kesehatan dan pencegahan

penyakit.

14. Mampu mempengaruhi akses untuk perawatan kesehatan untuk

semua kategori klien.

15. Mempertimbangkan keluarga sebagai unit dan bagian dari komunitas

ketika mengembangkan perawatan.

16. Mempersiapkan klien secara psikologis untuk perubahan pada

komposisi dan tanggung jawab dalam keluarga.

17. Mengembangkan kebiasaan hidup sehat, seperti istirahat,

pengurangan stress, dan mengusahakan lingkungan kerja yang positif:

mengeliminasi kebiasaan yang mengurangi kesempatan akan hasil

akhir dari kehamilan yang sehat, misalnya merokok, penggunaan obat-

obatan, dan konsumsi alkohol; mengusahakan agar status imunisasi

tetap terkini, mengembangkan rencana nutrisi diet, dan memastikan

keadekuatan latihan fisik.

18. Perawat mempunyai pengaruh yang kuat pada praktek, edukasi,

kebijakan, dan penelitian pada keluarga baru melahirkan. Perawat

mempunyai peran untuk membimbing praktek keperawatan dan

pendidikan, mengembangkan dan menggunakan penelitian, serta

pengaturan dan pelaksanaan kebijakan.

19. Perawat sebagai pengajar utama, perawatan langsung bisa

mengefektifkan mempromosikan keperawatan keluarga.

20. Sebagai edukator dalam mempromosikan kesehatan untuk setiap

keluarga, edukasi harus mencakup evidence based nursing dari situasi

melahirkan.

21. Sebagai peneliti intervensi keperawatan keluarga melahirkan.