Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
38 Universitas Kristen Petra
4. ANALISIS DATA
4.1. Profil Informan
Dalam sub bab ini, penulis mendeskripsikan profil masing-masing anak
yang pindah agama dan yang telah melakukan self disclosure kepada orang tua
mereka. Total informan ada lima orang dengan latar belakang agama yang berbeda-
beda, mulai dari agama Katolik, Islam, Buddha, Hindu dan Konghucu. Para
informan tersebut adalah Indra (nama samaran) yang berasal dari agama Buddha;
Caca (nama samaran) berasal dari agama Katolik; Vina (nama samaran) berasal dari
agama Islam; Lisa (nama samara) berasal dari agama Konghucu.
4.1.1. Informan I (Indra – berasal dari agama Buddha)
Indra adalah seorang pria berusia 20 tahun yang berasal dari Kota Makassar.
Semenjak kecil ia hidup di Kota Makassar dan saat masuk kuliah ia mulai hidup di
Surabaya. Saat ini ia masih berkuliah di salah satu universitas swasta di Surabaya
dan tinggal bersama kedua kakak perempuannya. Indra adalah anak ke-4 dari lima
bersaudara. Ia memiliki kakak perempuan yang berjarak 8 tahun dan 1 tahun, kakak
laki-laki yang berjarak 7 tahun, serta adik laki-laki yang berjarak 2 tahun
dengannya.
Hubungannya dengan kakak perempuan dan laki-lakinya yang berjarak 7
dan 8 tahun tidak seakrab hubungannya dengan kakak perempuannya yang berjarak
1 tahun dan adiknya. Hal ini dikarenakan menurut Indra karena kakaknya yang
memiliki umur yang jaraknya jauh sehingga memiliki pemikiran/logika yang
berbeda dengannya. Akibatnya, kakaknya susah untuk menerima masukan dari
Indra. Berbeda dengan kakak Indra yang berjarak 1 tahun, ia sangat akrab bahkan
semenjak kuliah mereka tinggal berdua. Antara Indra dengan orangtuanya pun juga
terjalin hubungan yang sangat terbuka semenjak ia kecil.
Pria kelahiran 12 Agustus 1995 ini mengatakan bahwa ia dilahirkan dan
dibesarkan dari keluarga yang beragama Buddha. Semenjak kecil, Indra selalu rajin
untuk ke Vihara dan selalu mengikuti acara-acara keagamaan yang ada. Saat duduk
di bangku sekolah, Indra selalu masuk ke sekolah Kristen swasta. Pelajaran agama
Kristen pun juga sering dia pelajari namun tidak dengan sungguh-sungguh.
39 Universitas Kristen Petra
Indra mengakui bahwa ia mengenal agama Kristen sejak dari lingkungan
Sekolah Dasar (SD) dan teman-temannya. Hal yang paling ia sukai dari agama
Kristen adalah Praise and Worship nya (pujian dan penyembahan). Ia bercerita
bahwa ia mengenal lagu-lagu rohani semenjak kelas 6 SD. Saat itu, temannya
meninggalkan mp3 di rumah Indra dan saat Indra mendengarkan lagu-lagunya, ia
menemukan lagu berjudul “sampai memutih rambutku’. Ia sangat menyukai lagu
itu sehingga ia memutarnya sepanjang hari. Indra mengakui bahwa memang saat
mendengarkan lagu itu, hatinya merasa damai dan tenang.
Pengalaman hidupnya dengan agama Kristen semenjak kelas 6 SD hingga
kelas 12 terus termotivasi karena suka dengan lagu-lagu rohani, terutama lagu-lagu
Hillsong. Hingga akhirnya saat ia menginjak pendidikan kuliah di Surabaya,
usianya hampir 18 tahun ia menerima Tuhan dengan langkah iman dan ketaatan
yaitu baptis selam pada tanggal 28 Juli 2013 tanpa sepengetahuan orangtuanya.
4.1.2. Informan II (Caca – berasal dari agama Katolik)
Caca adalah seorang gadis berusia 24 tahun yang sekarang bekerja sebagai
desainer grafis di sebuah perusahaan. Ia adalah gadis periang yang banyak disukai
teman-temannya. Sifat periang ini juga tidak hanya Caca, namun juga adik laki-
lakinya dan juga kedua orangtuanya. Caca hidup di keluarga yang bahagia dan
terbuka sehingga satu sama lain juga sering bercanda untuk mencairkan suasana.
Semenjak lahir, Caca selalu dididik agama Katolik oleh orangtuanya, tak
terkecuali adiknya juga. Orangtua Caca bersikap keras saat mengajarkan nilai-nilai
agama, sehingga membuat Caca selalu patuh kepada kedua orangtuanya. Caca
mengakui bahwa ia selalu mengikuti ibadah agama Katolik semenjak kecil dan bisa
dibilang sangat aktif dalam gereja. Seluruh sakramen dalam agama Katolik juga
sudah dilalui Caca yaitu sakramen Krisma (sakramen terakhir sebelum sakramen
pernikahan).
Caca hidup sebagai anak yang juga dididik keras oleh ayahnya. Ibunya
kurang begitu perhatian dikarenakan dalam keluarga Caca ibunya lah yang menjadi
tulang punggung keluarga. Hal inilah yang menjadi faktor Caca menjadi anak yang
sangat nakal dulu semenjak sekolah hingga awal masuk kuliah. Gadis yang lahir
40 Universitas Kristen Petra
tanggal 28 Maret 1992 ini mengakui bahwa dulu ia sering merasa kesepian dan
tidak memiliki siapa-siapa.
Banyak sekali perjalanan hidupnya yang kurang mengenakkan, namun pada
suatu ketika saat ia mengikuti ret-ret dari gereja, ia dijamah Tuhan dan memutuskan
untuk memberikan hidupnya sepenuhnya kepada Tuhan. Ia dibaptis pada hari
minggu setelah ret-ret itu diadakan, yaitu pada pertengahan tahun 2012 tanpa
sepengetahuan keluarganya.
4.1.3. Informan III (Vina – berasal dari agama Islam)
Vina adalah seorang gadis berusia 19 tahun yang berasal dari Kota Kediri.
Saat ini ia sedang berkuliah di Universitas Kristen Petra dan orangtuanya tetap di
kota asalnya. Vina dilahirkan dan dibesarkan di keluarga yang beragama Islam.
Vina adalah anak tunggal di keluarganya sehingga membuat orangtuanya sangat
protektif dengannya. Dalam hal agama pun, orangtua Vina mengharuskan ia untuk
mengikuti segala ajaran agama Islam, mulai dari sholat lima waktu, puasa,
mengikuti tradisi lebaran, dll.
Menjadi anak tunggal juga membuat Vina menjadi sangat akrab dengan
kedua orangtuanya. Ia mengatakan bahwa hubungan dengan orangtuanya sangat
baik dan terbuka, bahkan Vina sering bercerita mengenai apa yang ia alami.
Kedekatan Vina dengan orangtuanya bisa ditunjukkan dengan saat Vina berada di
Surabaya, orangtuanya selalu mengetahui keberadaannya dan apa yang sedang ia
lakukan.
Vina mulai mengenal agama Kristen semenjak masuk ke lingkungan kuliah,
kampus Universitas Kristen Petra (UKP). Ia bercerita bahwa ia mengalami hal yang
berbeda saat ia berada di lingkungan agama Kristen sehingga memutuskan untuk
mempelajari bagaimana agama Kristen itu. Keyakinannya akan agama Kristen terus
bertumbuh hari demi hari hingga akhirnya ia mengikuti sebuah camp dari UKP
yaitu KAMA. Saat mengikuti KAMA, Vina membulatkan tekadnya untuk sungguh-
sungguh beribadah dalam agama Kristen.
Sebenarnya, saat Vina memutuskan untuk masuk ke UKP, orangtuanya
melarang dengan alasan takut Vina terpengaruh dengan lingkungannya sehingga
nantinya pindah agama. Vina akhirnya diberitahu bahwa boleh masuk asalkan
41 Universitas Kristen Petra
untuk memutuskan pindah agama adalah pada saat sudah lulus dan tidak berada di
lingkungan agama Kristen lagi. Hal inilah yang membuat Vina takut untuk
mengungkapkan apa yang menjadi kesungguhan hatinya.
Setelah KAMA, hari demi hari terus ia jalani dan masih membuatnya ragu
untuk sepenuhnya menyerahkan diri kepada Tuhan. Saat bulan Maret setelah
kegiatan KAMA, Vina diajak oleh kakak kelas untuk mengikuti sebuah KKR
(Kebaktian Kebangunan Rohani) kesembuhan. Semenjak itu pula, Vina mulai aktif
di kegiatan-kegiatan gereja bersama dengan kakak kelas yang mengajaknya.
Setelah sekian lama mengikuti kegiatan gereja, akhirnya pada tanggal 26 September
2015 Vina memutuskan untuk dibaptis selam setelah diadakannya KKR National
Youth Conference.
4.1.4. Informan IV (Lisa – berasal dari agama Konghucu)
Lisa, seorang gadis yang berasal dari kota Balikpapan adalah seorang yang
dulunya beragama Konghucu. Ia berusia 20 tahun dan sekarang sedang berkuliah
di Universitas Kristen Petra. Anak sulung dari tiga bersaudara ini memiliki satu
adik laki-laki dan satu adik perempuan. Semenjak berada di bangku Sekolah Dasar
(SD), Lisa sudah hidup tanpa ibunya dikarenakan ibunya meninggal dunia. Hal ini
membuat Lisa menjadi seseorang yang dituntut mandiri, mengingat juga dia adalah
anak sulung. Depresi juga sempat ia rasakan semenjak ibunya meninggal hingga
beberapa tahun selama ia masih tinggal di Kota Balikpapan.
Saat memasuki bangku SMA, Lisa pindah ke Surabaya dengan hidup sendiri
sebagai anak kos. Ayah Lisa dikenal keluarga sebagai sesosok yang pendiam dan
keras, sehingga saat Lisa tinggal di Surabaya kurang banyak berkomunikasi dengan
ayahnya. Namun diakui oleh Lisa bahwa saat bertemu keadaan akan baik-baik saja
dan cerita hal-hal yang Lisa alami selama tidak bersama ayahnya.
Di Balikpapan, Lisa hidup bersama ayah, tiga tantenya dan kedua adiknya.
Semenjak kecil Lisa selalu diajarkan untuk sembayang dengan cara agama
Konghucu. Banyak ‘altar’ di rumah Lisa untuk tempat dimana dilakukan
sembayang. Karena masih kecil, Lisa hanya mengikuti apa yang diajarkan ayah dan
tante-tantenya. Pada saat masih SD Lisa juga sudah mengenal Tuhan Yesus dan
percaya bahwa Tuhan Yesus itu ada karena ia bersekolah di sekolah Katolik.
42 Universitas Kristen Petra
Kekosongan hidup sempat Lisa rasakan juga saat ia berada di bangku SMA.
Ia juga merasa kehilangan jati diri dan meragukan agama Konghucu. Hingga suatu
saat, teman Lisa mengajak Lisa untuk selalu ke gereja setiap minggu. Lisa mengaku
ketakutan saat harus pergi ke gereja karena ia tahu bahwa ia dilarang oleh tante-
tantenya. Hal ini tetap disembunyikan dan Lisa tetap ke gereja. Hingga pada saat ia
memasuki masa kuliah, tepat pada akhir bulan September 2013, Lisa memutuskan
untuk memberikan dirinya dibaptis selam namun tanpa sepengetahuan keluarganya.
4.2. Setting Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti pada awalnya lebih banyak mengumpulkan
data dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan para informan di
tempat yang berbeda. Kemudian untuk beberapa pertanyaan tambahan, peneliti juga
sempat berkomunikasi melalui chatting (Line) untuk melengkapi data dalam
penelitian ini.
4.2.1. Völks Coffee
Peneliti melakukan wawancara pertama kali di Völks Coffee yang terletak
di Jalan Mh. Tamrin dengan Indra. Peneliti bertemu dengan Indra pada hari Senin,
2 Mei 2016 pukul 16.00, sepulangnya Indra dari kelas perkuliahannya. Karena
melakukan janjian jam empat sore, peneliti tiba di café jam 15.45. Setibanya di café,
ternyata Indra sudah datang dan sedang bertemu dengan temannya. Langsung saja
saat Indra melihat peneliti, ia menyuruh peneliti untuk duduk di meja sebelah untuk
menunggunya. Setelah kurang lebih 20 menit akhirnya Indra bisa mulai melakukan
wawancara dengan peneliti.
Indra duduk di dekat pintu masuk dengan laptop dan secangkir espresso
yang sudah diminum. Ia menyambut peneliti dengan antusias dan kami memulai
pembicaraan mengenai orang yang dijadikan informan oleh peneliti. Kemudian
setelah mengetahui keadaan salah satu informan, kami mulai untuk memberi
masukan sama lainnya sebagai sesama pemimpin di gereja kami. Namun karena
sudah terlalu asyik berbicara dan belum masuk ke sesi wawancara, akhirnya kami
langsung membahas topik penelitian.
43 Universitas Kristen Petra
Sebelum memulai wawancara, Indra menanyakan untuk pertanyaan apa saja
yang akan ditanyakan sehingga ia bisa membayangkan jawaban apa yang bisa ia
berikan. Selain itu peneliti juga meminta ijin untuk merekam pembicaraan selama
penelitian dan diijinkan oleh Indra. Selama proses wawancara, Indra menjawab
seluruh pertanyaan dengan detail sehingga dari 1x uraian jawaban yang diberikan,
sudah bisa menjawab 2-3 pertanyaan yang akan ditanyakan peneliti selanjutnya.
4.2.2. Starbucks Coffee – Square Apartment
Pada hari kamis 12 Mei 2016, penulis melakukan wawancara kedua yaitu
dengan Caca. Peneliti menentukan tempat wawancara di Starbucks karena
tempatnya sama-sama dekat dengan kos penulis dan Caca. Penulis membuat janji
dengan Caca pada pukul 7 malam, setelah Caca pulang kerja. Karena tak ingin
membuat Caca menunggu, penulis datang pada pukul 18.38. Pada akhirnya Caca
tiba pada pukul 19.26 karena ia baru tiba di kos jam 19.07 dan harus beres-beres
terlebih dahulu.
Penulis memilih melakukan wawancara di lantai 2 Starbucks Coffee agar
tidak terlalu terganggu dengan banyaknya orang yang membeli makanan/minuman
di lantai 1. Selain itu juga penulis memilih tempat duduk sofa yang berhadapan
dengan meja yang rendah agar suasana wawancara juga terlihat lebih santai.
Setibanya di tempat, penulis memesan minuman untuk penulis dan juga Caca
karena penulis berfikir bahwa Caca tidak memiliki waktu yang banyak untuk
istirahat/makan sepulang kerja.
Dengan kaos, celana panjang, sepatu sneakers dan tas selempang Caca tiba
ditempat. Ia datang dengan muka senyum dan meminta maaf kepada penulis karena
telat dari jadwal janji. Caca sama sekali tidak menunjukkan wajah lelah sama sekali
dan tetap tersenyum sepanjang wawancara berlangsung. Sambil sesekali penulis
menawarkan untuk sambil minum karena Caca begitu antusias saat menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari penulis.
Sebelum memulai wawancara, penulis juga meminta ijin untuk merekam
pembicaraan dan tes suara apakah terdengar dari recorder handphone atau tidak.
Wawancara berlangsung kurang lebih satu jam dan setelah selesai wawancara, kami
berpisah untuk melanjutkan kegiatan masing-masing.
44 Universitas Kristen Petra
4.2.3. Starbucks Coffee – Square Apartment
Hari selanjutnya, yaitu pada hari Jumat tanggal 13 Mei 2016, penulis
melakukan wawancara yang ketiga dengan Vina. Kami sama-sama memutuskan
untuk melakukan wawancara di tempat ini karena juga dekat dengan tempat tinggal
kami berdua. Awalnya Vina terlihat sangat sibuk dan hanya memberikan hari Jumat
untuk diwawancara. Karena kesibukannya juga, Vina tidak selalu membalas chat
penulis. Akhirnya kami sepakat untuk bertemu pada hari Jumat jam 4 sore.
Pada pukul 4 sore, penulis datang ke Starbucks untuk menunggu Vina.
Sambil mengerjakan tugas lainnya, penulis menunggu Vina yang masih ada
kegiatan sebelumnya, hingga pada akhirnya tiba jam setengah 5 kurang. Saat Vina
datang, penulis langsung menghentikan tugas dan langsung berbincang-bincang
dengannya. Awalnya Vina bercerita mengenai kegiatannya yang membuat ia agak
sulit untuk dihubungi. Tak lama setelah itu, akhirnya penulis menunjukkan kisaran
pertanyaan yang akan ditanyakan kepada Vina. Kemudian juga penulis meminta
ijin untuk merekam wawancara.
Setelah Vina membaca pertanyaan secara sekilas dan mempersiapkan
recorder, akhirnya kami memulai wawancara. Awalnya Vina menjawab sesuai
dengan kebutuhan pertanyaan saja. Namun lama kelamaan saat mulai ke pertanyaan
yang lebih dalam, Vina semakin asyik menjawab sambil bercerita. Kami duduk
tidak berhadapan namun bersebelahan sehingga Vina juga menggunakan bahasa-
bahasa tubuhnya seiring semangat ceritanya. Dalam ceritanya Vina menceritakan
segala perjalanan hidupnya mengenai pengenalan agama Kristen tidak terlewatkan
wantu dan detail ceritanya. Hal ini dikarenakan ia merasa bahwa kepindahannya ke
agama Kristen adalah sebuah perjalanan yang tidak akan pernah terlupakan
baginya.
Setelah kurang lebih 1 setengah jam, wawancara dengan Vina akhirnya
selesai pukul 6 sore. Percakapan kami namun tidak terhenti di situ saja, penulis
kembali mengajak Vina berbicara mengenai hal lain. Karena terlalu asyik bercakap-
cakap, kami lupa waktu hingga waktu menunjukkan pukul 18.45, padahal Vina
mengikuti seminar pada pukul 6 sore dan penulis ada janjian pukul 19.00 di pusat
45 Universitas Kristen Petra
kota. Akhirnya kami langsung meninggalkan tempat bersama-sama dan berpisah di
gedung kampus UK Petra.
4.2.4. Tong Tji – Square Apartment
Pada tanggal 16 Mei 2016, penulis melakukan wawancara dengan Lisa.
Awalnya jadwal wawancara disepakati hari kamis tanggal 12 Mei, namun karena
mendadak Lisa harus mengantar keluarga yang sakit, maka akhirnya kami
melakukan penjawalan ulang. Penulis dan Lisa bertemu jam setengah 12 siang,
pada saat jam Kebaktian Universitas di UKP, sehingga itu adalah jam bebas
mahasiswa. Penulis seperti biasa datang terlebih dahulu agar bisa menentukan
terlebih dahulu meja mana yang akan dipakai. Penulis akhirnya memilih untuk
duduk di meja paling pojok dalam karena suasana di sana waktu itu sangat ramai
dan kurang nyaman apabila duduk di tengah banyak orang yang ribut.
Pukul setengah 12 Lisa datang dengan seragam jurusannya dan ia tanpa
basa-basi meminta ingin langsung diwawancara karena sedang di tengah-tengah
kerja kelompok bersama temannya. Akhirnya langsung penulis menyiapkan
handphone untuk merekam suara dan akhirnya wawancara dimulai tanpa Lisa
membaca terlebih dahulu pertanyaannya. Lisa menjawab dengan kadang tertawa
mengingat masa-masa dulunya yang dia ceritakan nakal, suka bohong, emosian dan
lain-lain.
Wawancara tidak terlalu lama dilakukan, hanya sekitar 53 menit. Semua
jawaban mampu dijawab Lisa dengan baik. Karena terlalu bersemangat menjawab,
awal-awal pertanyaan Lisa hampir menceritakan langsung dari awal hingga akhir.
Namun untungnya ia mengingat bahwa masih banyak pertanyaan dan akan
menceritakannya sesuai pertanyaannya.
Setelah selesai wawancara, kami langsung melanjutkan pembicaraan sambil
keluar Tong Tji, karena Lisa ingin melanjutkan pekerjaan kelompoknya bersama
teman-temannya. Akhirnya kami berpisah di kampus UKP.
46 Universitas Kristen Petra
4.3. Temuan Data
4.3.1. Epoche (Deskripsi menyeluruh informan)
Epoche merupakan pemutusan hubungan antara data lapangan dengan
pengalaman dan pengetahuan yang peneliti miliki sebelumnya (Kuswarno, 2009,
p.48). Pada bagian ini akan dideskripsikan secara menyeluruh informan yang
menjadi subjek penelitian ini. Deskripsi ini akan meliputi hasil temuan data peneliti
yang berasal dari hasil wawancara dengan masing-masing informan ketika
menceritakan proses self disclosure dengan orang tuanya.
4.3.1.1. Deskripsi informan I – Indra
Peneliti melakukan wawancara dengan Indra pertama kali pada tanggal
2 Mei 2016 di Völks Coffee. Berikut akan diuraikan mengenai penjelasan
informan berdasarkan kategori pertanyaannya.
Tabel 4.1 Epoche Informan I – Indra
Pertanyaan Jawaban
Latar belakang Indra - Aku lahir tanggal 12 Agustus 1995 dan dari
kecil sampek SMA tinggal di Makassar
- Hobiku nyanyi, nyanyi di rumah aja, terus
suka basketan, suka foto-foto juga dari sejak
SMA
- Aktivitas sehari-hariku ya kuliah biasa,
sekarang semester 2, suka juga pergi bareng
temen atau cece, aku ya suka juga nonton
video-video di youtube liat-liat kotbah, lagu-
lagu rohani gitu. Jadi lebih memilih buat
meluangkan waktu untuk explore lebih.
- Waktu kecil aku anake males, dari TK sampe
2 SMA pasti orang tua dipanggil terus kalo
penerimaan raport karena mau ninggal kelas,
suka misuh juga, dikit-dikit misuh, sampe
pernah mau dipukul gara-gara ndak sengaja
47 Universitas Kristen Petra
misuh waktu kesenggol dikit tanganku, suka
berkelahi, ya pasti sih cowok kan, nakal
banget manusia lamaku
Hubungan dengan orang
tua sebelum self
disclosure
- Kalo sama papa karena papa emosian jadi
nurun emosine, jadi kadang beda pendapat,
saking parahnya sampek pernah diusir dari
rumah kira-kira 4-5x. Tapi lek gaada apa-apa
ya baik-baik aja sama papa.
- Kalo sama mama biasa saja, soale mama tipe
orang yang cuek. Baik sih hubungannya tapi
ya mama nggak perhatian segimananya
banget gitu deh
Pengalaman pertama
mengenal agama Kristen
- Aku pertama kenal agama Kristen pertama
kali waktu kelas 6 SD soale dulu ikut kelas
agama Kristen, ya karena di kelas itu ada
orang yang aku suka
- Terus pas SMA sering diajak ke gereja sama
temen dengan motivasi pengen ketemu
temen dan pas pulang gereja, kita main game
online di warnet bareng
- Waktu dulu sempet dengerin lagu rohani
gara-gara Mp3nya temenku ketinggalan di
rumah. Judul lagunya “sampai memutih
rambutku” dan ngerasain damai sejahtera
waktu ndengerinnya, tapi waktu itu masih
gatau apa yang tak rasain
- Pas SMA aku pernah ga bawa buku,
akhirnya ambil random buku di lemari kelas.
Pas liat judule ya aku kaget sih.
Judulnya“Trip to Hell, dalam nama Yesus
lepaskan!” pokoke ini buku nyeritain kisah
seorang pendeta yang dibawa ke neraka sama
48 Universitas Kristen Petra
Tuhan dalam mimpine. Nah, mulai semenjak
membaca buku ini, aku jadi percaya kalo
neraka itu ada
Respon setelah
mengenal agama Kristen
- Aku malah jadi suka lagu-lagu rohani soale
suka dengan nada dan musiknya, apalagi
lagu-lagu hillsong
- Aku mulai belajar doa makan sama doa
sebelum tidur soale ya diajarin sama orang
yang aku sukai pada waktu SMA
- Waktu di Surabaya tahun 2013, sebelum
ospek kampus, sekitar 1 atau 2 minggu aku
ikut gereja terus, aku mengambil keputusan
untuk dibaptis selam
Alasan pindah agama - Lewat pengalaman-pengalaman yang aku
alami waktu aku mulai belajar berdoa sama
Tuhan, pernah dikasih mimpi juga dan aku
tau kalo mimpi itu adalah jawaban Tuhan
dari doa ‘nakal’ku yang bilang kalo aku
pengen liat Tuhan
- Ingin menyerahkan hidup sepenuhnya sama
Tuhan melalui altar call di gereja yang
pendetanya nulis buku “Trip to Hell, dalam
nama Yesus lepaskan!” terus juga kotbahnya
mengenai isi buku tersebut. Selesai
ibadahnya aku ditanya mau dibaptis apa
nggak. Aku awale takut karena mama papa
gatau, tapi dia cuma bilang 3 kata “harus
berani mengambil tindakan” jadinya aku mau
dibaptis selam waktu itu, tanggal 28 Juli
2013
49 Universitas Kristen Petra
Alasan melakukan self
disclosure
- Soale aku ngerasa nggak tenang dan nggak
damai sejahtera soale menyembunyikan
sesuatu dari orang tua
Self disclosure
direncanakan/ tidak
- Direncanakan
Setting saat melakukan
self disclosure
- Lewat telepon sama orang tua dengan kata-
kata pertama yang diucapkan “jangan marah
ya”
Proses self disclosure
kepada orang tua
- Waktu itu telepon mama dulu, terus basa-
basi dulu “mama dimana?” dan “lagi
ngapain?”. Terus dijawab gini sama mama
“kok tumben cari mama?”. Aku langsung
jawab “jangan marah ya ma” terus akhirnya
langsung ngaku aku sudah pindah dan sudah
dibaptis. Terus setelah selesai ngaku,
ternyata mama bilang udah tau semua dari
cece dan aku kaget aja. Habis itu aku tanya
ke mama “kira-kira papa gimana ya ma kalo
denger kayak gini?”. Dijawab sama mama
“ya gak tau coba aja telepon papamu”.
- Sama kayak mama, papa aku ngakunya juga
lewat telepon “pa, mau ngomong” dan papa
hanya menjawab “kenapa?” semakin takut
lagi aku jawab “tapi papa jangan marah ya”
kesannya kayak habis membuat kesalahan.
Karena panggilan rumahku dedek, aku
ngomong pake bahasa keluarga, “Dedek mau
bilang kalo kemarin 2 minggu lalu dedek
dibaptis”. Papa pertama cuma diem dan terus
aku ngomong lagi aja “iya pa, dedek sudah
dibaptis dan sekarang agama Kristen dan gak
bisa sembayang lagi”. Kemudian papa cuma
50 Universitas Kristen Petra
jawab “ooo… (agak lama) Jadi gimana nanti
kalo dedek pulang terus sembayang itu nanti
gimana?” dan aku jawab “jadinya gakbisa pa
ikut sembayang”. Jawaban terakhir papa itu
“ooo… (agak lama) Yasudah dijalani saja,
nanti kalo pulang Makassar ya sudah dijalani
saja kalo ndak bisa sembayang yasudah
gakpapa”.
Alasan melakukan self
disclosure kepada orang
tua
- Karena aku menganggap bahwa telah
berbohong kepada orang tua sehingga merasa
harus mengatakannya kepada orang tua
Perbedaan tingkat self
disclosure kepada orang
tua (ayah/ibu)
- Telpon pertama kali sama mama dan nggak
terlalu takut karena tahu kalo respon mama
lebih bakal gapapa dibanding papa
- Telpon kedua sama papa dengan mengawali
kata-kata “pa, jangan marah ya” lalu ngaku
kalo sudah dibaptis dan sudah menjadi orang
Kristen. Kemudian hanya ngomong apabila
ditanya papa
Hal yang masih
disembunyikan dari
orang tua
- Keinginan untuk membawa seluruh anggota
keluarga termasuk mama papa buat percaya
Tuhan sehingga menerima keselamatan. Jadi
ya targetku sekarang mama papa, soale cece
koko udah Kristen semua, tinggal dedek
sama mama papa
Reaksi orang tua setelah
Indra melakukan self
disclosure
- Lek reaksi mama, dia tenang aja soale
ternyata sudah diberitahu cece sebelum aku
ngaku
- Reaksi papa pertama kali cuma diem lalu
mulai bertanya-tanya gimana sembayang nya
nanti, soale kalo di Buddha, dianggap
durhaka kalo ndak nyembah leluhurnya
51 Universitas Kristen Petra
Akibat self disclosure - Sejak aku jadi agama Kristen, aku yang
awale gatau apa itu kasih, jadi tahu dan
nerapin ke mama papa. Keluargaku juga satu
per satu juga pindah ke Kristen mulai cece,
koko, jadi sekarang tinggal mama papa sama
adek aja. Jadi misiku untuk mama papa jadi
Kristen juga salah satu caranya aku harus
nunjukin gimana perubahan hidupku sejak
jadi orang Kristen
- Sejak dibaptis juga aku mulai ikut CG
(Connect Group) dari gereja, awale mek
ikut-ikutan tok. Tapi lama-lama jadi tambah
ngenal, terus sekarang sudah dipercaya jadi
CGL (Connect Group Leader). Jadi juga
belajar jadi leader dan bahkan aku juga
sering ditunjuk jadi ketua kelompok di
kampus padahal dari jaman dulu sampe SMA
gak pernah namanya jadi ketua, soale males.
Jadi ya sekarang belajar kepemimpinan juga.
Konsep pindah agama
menurut agama Buddha
- Waktu aku SD dulu, waktu yang pindah ke
pelajaran agama Kristen itu, guru Buddha ku
itu ngomong kalo… gimana ya lupa kata-
katanya tapi intinya gini “kafir”. Jadi orang
yang pindah dari agama Buddha sudah pasti
ndak masuk surga. Konsekuensinya yang aku
tau dari pelajaran yang aku terima sama
baca-baca buku itu bagi kepercayaan mereka
kalo udah keluar itu ya udah pasti gak
diterima sama sang Buddah. Kepercayaan
mereka kan reinkarnasi, bahkan kita gak
bakal menuju ke reinkarnasi, sampenya ke
neraka. Buat mereka reinkarnasi itu untuk
52 Universitas Kristen Petra
kehidupan baru. Sebenernya ada nirwana, itu
surganya Buddha, cuman yang aku tau
nirwana itu cuma buat orang-orang yang
bener-bener suci/ perfect, kayak bener-bener
seperti… apa ya, di Buddha itu ada
tingkatan-tingkatannya, untuk menuju ke
nirwana itu ada beberapa level yang harus
dilewati sebelum ke nirwana tapi aku lupa
gimana detailnya.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Indra merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara dalam keluarganya.
Keluarga Indra berasal dari Kota Makassar dan sampai sekarang sebagian besar
anggota keluarga Indra masih tinggal di Makassar. Pria kelahiran 12 Agustus
1995 ini di Surabaya tinggal bersama kedua kakak perempuannya. Selama masa
kecilnya, ia dibesarkan orang tuanya dengan ajaran agama Buddha. Sembayang
di altar rumah dan di Vihara juga selalu ia lakukan bersama keluarganya.
Hubungan Indra dengan ayahnya sebelum ia pindah ke agama Kristen
lebih sering memiliki perbedaan pendapat karena memiliki pribadi yang sama-
sama keras dan emosian. Diusir dari rumah pun oleh ayahnya pun juga sudah
terjadi berkali-kali.
“Aku sempet diusir 4 atau 5 kali gitu sama papa. Misalnya dulu
pernah lagi berantem sama dedek, terus beda pendapat kan sama
dedek, eh papaku malah belain adekku, ya jadi aku beda
pendapatnya sama papa. Saking sama-sama kerasnya, ya sampe
diusir dari rumah. Aku sampe udah telpon temenku ‘eh aku mau
nginep tempatmu ya’ gitu, udah selalu siap pergi kalo diusir itu.
Tapi untunglah selalu aja gak jadi, soale mesti ditahan sama
mama, waktu itu tepak an mama gak ada di rumah, jadinya
ditelpon sama mama ‘gausah pergi ya’ yaudah akhirnya aku
gajadi pergi”.
Pribadi ibunya menurut Indra adalah cuek. ”Mungkin karena anaknya
banyak dan aku juga sering main game atau pergi sama temen jadinya ya biasa
aja kalo sama mama”. Dikatakan juga oleh Indra bahwa setelah ia menjadi
Kristen, ia tahu bahwa sebenarnya mereka menyayangi satu sama lain, namun
53 Universitas Kristen Petra
tidak mengerti apa itu kasih dan bagaimana mengungkapkannya, sehingga yang
dirasakan satu sama lain sepertinya biasa-biasa saja.
Pengalaman Indra dalam mengenal agama Kristen sudah semenjak ia
duduk di kelas 6 SD. Ia bercerita bahwa pada waktu itu di sekolahnya ada
pelajaran agama yang kelasnya berbeda-beda sesuai dengan agama yang
berbeda juga. Awalnya ia selalu mengikuti pelajaran agama Buddha, namun
semenjak kelas 6 SD ia menyukai salah seorang anak di kelas lain dan cara satu-
satunya agar bisa bertemu adalah pindah ke kelas agama Kristen. Mulailah sejak
ada perasaan suka itu, Indra mengikuti pelajarannya. Di kelas itu Indra tidak
benar-benar memperhatikannya, karena dengan motivasi yang salah.
Pengalamannya dalam mengenal agama Kristen tidak sampai di situ
saja. Pernah sewaktu ia masih di SD, ia mendengarkan lagu rohani dari Mp3
milik temannya yang tertinggal di rumahnya. Lagu yang berjudul “sampai
memutih rambutku” itu membuat Indra menjadi damai sejahtera dan tenang
walaupun pada saat itu ia belum tahu apa yang sedang ia rasakan. Mulai dari
hal inilah membuat Indra menyukai lagu-lagu rohani, bukan karena liriknya
namun karena musik dan nada nya yang bagus. Indra juga mengungkapkan
bahwa lagu kesukaannya adalah lagu Hillsong.
Kemudian semenjak SMA, Indra sering diajak temannya untuk ikut ke
gereja bersama, lagi-lagi dengan motivasi yang salah yaitu untuk bermain game
online setelah itu. Hal ini terus berlanjut hingga pada saat ia kelas 2 SMA, ia
menyukai perempuan yang beragama Kristen. Ia diajari untuk bagaimana cara
berdoa sebelum makan dan sebelum tidur. Indra pada saat itu hanya ikut-ikutan
dan berdoa hanya asal-asalan. Hingga suatu saat pada saat doa malam ia berdoa
dan berkata bahwa ia ingin bertemu Tuhan. Beberapa hari setelah itu, Tuhan
menjawab doa Indra melalui mimpinya dimana seorang pendeta mendekat ke
Indra dan dengan lembut berbisik “Engkau telah diselamatkan, anak-Ku”.
Mimpi itu terus teringat oleh Indra hingga sekarang dan ia yakin bahwa
itu adalah Tuhan yang menjawab doanya. Tidak sampai di situ, pada saat Indra
kelas 3 SMA, ia tidak sengaja meninggalkan buku pelajarannya dan terpaksa
mengambil salah satu buku dari lemari kelas yang ternyata adalah buku “Trip
to Hell, dalam nama Yesus lepaskan!”. Karena heran melihat judulnya, Indra
54 Universitas Kristen Petra
akhirnya membaca buku itu dari pertama. Tertarik sekaligus penasaran,
akhirnya ia membawa pulang buku itu tanpa ia ketahui siapa pemilik buku itu.
Buku itu ditulis oleh salah seorang pendeta di Surabaya mengenai kesaksian
hidupnya saat dibawa Tuhan ke dalam neraka. Mulai sejak awal hingga titik ini,
iman Indra terus tumbuh dan ia bertekad bahwa pada saat ia sampai di Surabaya,
ia ingin datang ke gereja dimana pendeta ini berada.
Apa yang diharapkan Indra ternyata menjadi kenyataan. Antara minggu
pertama atau kedua ia tiba di Surabaya, Indra datang ke gereja yang ia inginkan
serta yang membawakan kotbah adalah pendeta yang menulis buku “Trip to
Hell, dalam nama Yesus lepaskan!”. Lebih herannya lagi oleh Indra adalah
topik kotbah yang dibicarakan oleh sang pendeta ini juga tentang isi buku yang
ditulisnya. Sehingga pada hari minggu itu juga, setelah pulang ibadah Indra
akhirnya memutuskan untuk menyerahkan hidupnya untuk Tuhan dengan
langkah ketaatan dan iman yaitu dibaptis selam, tepatnya pada tanggal 28 Juli
2013. Awalnya, Indra hanya meresponi panggilan altar call oleh pendeta ”aku
waktu altar call itu langsung maju gak peduli tas dompet dll. Aku maju dan
didoain sama seorang cewek yang sekarang jadi pemimpin rohaniku. Dia tanya
aku mau dibaptis apa gak”. Pertanyaan ini yang sempat membuat Indra ragu
karena takut dengan orang tuanya, namun temannya menjawab “harus berani
ambil tindakan”. Karena diyakinkan dengan kata-kata sederhana itu,
langsunglah Indra turun menuju kolam baptis bersama temannya. Sekalipun
Indra kehilangan dompetnya karena tidak dibawakan teman lainnya, namun
Indra tenang-tenang saja karena dia sedang bersukacita dan rasa damai itu ia
tahu dari Tuhan. “Biasae lho aku kalo kehilangan barang pasti panik dan heboh,
gak terima kok bisa hilang. Tapi waktu itu rasanya gaktau kenapa bisa tenang-
tenang aja dan aku tau kalo itu datangnya dari Tuhan” ungkap Indra.
Karena Indra dibaptis tanpa sepengetahuan orang tuanya, ia terus
menyembunyikannya dengan alasan takut. Setiap hari ia tidak tenang karena
merasa telah menyembunyikan sesuatu dari orang tuanya dan menganggap
dirinya sudah berbohong. Ia hanya berani bercerita kepada kedua kakak
perempuannya karena hanya merekalah yang dekat dengan Indra di Surabaya.
55 Universitas Kristen Petra
Akhirnya pada 2 minggu kemudian, Indra mengaku kepada kedua orang tuanya
mengenai kepindahan agamanya menjadi agama Kristen.
Dengan keberanian akhirnya Indra telepon ibunya terlebih dahulu.
Awalnya takut, lalu saat ia mulai berbicara, Indra mengawali dengan basa-basi
“mama dimana?” dan “lagi ngapain?”. Karena tidak sering Indra mencari
ibunya terlebih dahulu, ibunya pun bertanya kepadanya “kok tumben cari
mama?”. Akhirnya setelah itu Indra mengatakan “jangan marah ya ma” lalu
mengungkapkan isi hatinya bahwa ia sudah pindah ke agama Kristen. Indra pun
kaget karena ternyata ibunya sudah tahu bahwa ia pindah ke agama Kristen dan
diberitahu oleh kedua kakak perempuannya. Reaksi ibunya biasa saja, karena
sudah bukan berita pertama yang ia ketahui, namun ibunya juga tetap senang
bahwa Indra sendiri yang telah mengakuinya sendiri kepada ibunya.
Berbeda dengan ayahnya, Indra jauh lebih takut untuk
mengungkapkannya karena ia tahu bahwa ayahnya adalah keluarga yang
Buddha totok (budayanya masih sangat kental). Saat itu Indra masih di kampus
dan dengan takut serta tidak tenang ia akhirnya menelpon ayahnya dan berkata
“pa, mau ngomong” dan papanya hanya menjawab “kenapa?” dengan semakin
takut Indra menjawab “tapi papa jangan marah ya” dengan kesan seperti sudah
membuat kesalahan. Karena panggilan rumah Indra adalah dedek, maka Indra
berkata dengan bahasa keluarganya, “Dedek mau bilang kalo kemarin 2 minggu
lalu dedek dibaptis”. Reaksi pertama ayah Indra adalah diam dan Indra sendiri
yang dengan berani berkata lagi “iya pa, dedek sudah dibaptis dan sekarang
agama Kristen dan gak bisa sembayang lagi”. Kemudian ayahnya hanya
menjawab “ooo… (agak lama) Jadi gimana nanti kalo dedek pulang terus
sembayang itu nanti gimana?” dan Indra menjawab “jadinya gakbisa pa ikut
sembayang”. Jawaban terakhir ayahnya adalah “ooo… (agak lama) Yasudah
dijalani saja, nanti kalo pulang Makassar ya sudah dijalani saja kalo ndak bisa
sembayang yasudah gakpapa”.
Dari jawaban ayahnya ini Indra sangat kaget karena tidak menyangka
bahwa responnya akan seperti ini. Perkiraan Indra ayahnya akan marah
kepadanya. Setelah Indra sadari, ternyata ayahnya menganggap bahwa semua
agama itu sama.
56 Universitas Kristen Petra
“Iya aku juga baru tau kalo papaku menganggap semua agama
itu sama aja. Makanya dari dulu mama papa juga gak masalah
waktu aku pergi ke gereja sejak SMA. Buktinya dulu waktu
SMA malah aku yang ditanyain sama mama papa waktu hari
minggu gitu ‘kamu ndak ke gereja dek?’. Aku kan jadi kaget kok
malah diingetin, bukannya dilarang atau apa gitu. Tapi kalo
tentang pindah agama sampe dibaptis aku gatau lagi, makanya
aku takut waktu mau dibaptis dan ngakunya itu juga takut”.
Karena kepindahan agama Indra disembunyikan olehnya, hal inilah yang
membuat Indra harus melakukan self disclosure kepada kedua orang tuanya.
Hingga sekarang orang tua Indra sudah mengetahui bahwa Indra aktif
pelayanan di gereja, menjadi Connect Group Leader (CGL), butuh waktu untuk
berdoa. Ayah dan ibunya pun tahu bahwa pada hari minggu Indra selalu pergi
ke gereja sehingga tidak pernah mengganggu Indra pada saat gereja.
“Sebenarnya sekarang sama mama papa udah terbuka kalo masalah ini, cuman
ya sampe sekarang mama papa belum terima Tuhan sih”. Jadi hal ini yang
membuat Indra menyembunyikannya dari orang tuanya bahwa ia ingin
membawa orang tuanya mengenal dan menerima Tuhan. Akibat kepindahan
Indra menjadi Kristen, ia telah membawa juga ketiga kakaknya untuk menjadi
agama Kristen. Jadi sekarang sisa adik dan kedua orang tuanya yang belum
agama Kristen. Perubahan hidup dari dalam keluarganya pun juga dirasakan
oleh Indra, mulai dari Indra mengajarkan kasih kepada orang tuanya, lebih
memahami orang tuanya. Hal-hal yang semua ia lakukan untuk meneladankan
orang tuanya bahwa ia menjadi anak beragama Kristen dengan benar dan
dengan harapan orang tuanya juga menerima Tuhan Yesus.
Saat ditanya juga mengenai bagaimana jika orang agama Buddha pindah
ke lain agama, Indra menjawab bahwa menurut pelajaran yang ia terima, orang
itu akan dianggap sebagai orang kafir. Ia juga bercerita bahwa saat ia pindah ke
kelas agama Kristen saat SD, guru agama Buddha nya membicarakan Indra
dihadapan teman-temannya sebagai contoh orang yang dianggap kafir. Buddha
mengajarkan bahwa manusia harus berbuat baik ke semua makhluk hidup,
sampai ke tumbuhan dan hewan.
“Kalo bunuh nyamuk atau semut secara ndak sengaja, itu gak
berdosa. Tapi kalo kita mbunuhnya sengaja, itu baru berdosa
terus kalo kita tiba-tiba mati, dosa yang terakhir itu yaitu bunuh
57 Universitas Kristen Petra
semut, mereka percaya kita hidup berdasarkan dosa terakhir kita,
ya jadi semut nanti. Jadi lebih menghormati semua kehidupan.”
Dijelaskan oleh Indra juga bahwa Buddha percaya bahwa ada kehidupan
selanjutnya setelah kita meninggal dunia. Maka dari itu mereka percaya adanya
reinkarnasi. Orang yang meninggal dunia akan menghadapi 3 pilihan yaitu
reinkarnasi (hidup kembali dengan pribadi yang lain di kehidupan selanjutnya),
menuju ke surga/ nirwana dan menuju ke neraka. Orang yang kafir inilah yang
akan menuju ke neraka dan tidak diterima oleh sang Buddha.
4.3.1.2. Deskripsi Informan II – Caca
Peneliti melakukan wawancara dengan Caca pada tanggal 12 Mei 2016
di Starbucks Coffee di Square Apartment. Berikut akan diuraikan mengenai
penjelasan informan berdasarkan kategori pertanyaannya.
Tabel 4.2 Epoche Informan II – Caca
Pertanyaan Jawaban
Latar belakang Caca - Tanggal lahir 28 Maret 1992 Surabaya
- Hobinya dari dulu nyanyi sih, sama nari…
dulu tapi, sama ya main gitar lah. Sekarang
ya ga nari lagi, soale wes gendut hahaha
gaisa nari lagi
- Sekarang sih kerja to, kerja desain, sebagai
konseptor, konten manager. Banyak sih
sebenernya kerjaannya, tapi ya intinya 2 itu.
Soalnya kan kerja di EO, agak serabutan
kadang.
- Hmmm, dulu dari kecil besar di keluarga
yang tontonannya mama papa sering
berantem sih. Kalo lagi berantem, ada aja
barang yang rusak/pecah.
Hubungan dengan orang
tua sebelum self
disclosure
- Hubungannya renggang banget sih,
marahnya kebanyakan tanpa alasan, jadi
kadang males kalo mau cerita ke mereka.
58 Universitas Kristen Petra
Dulu waktu kecil selalu dimarahin, terus aku
waktu udah punya adek, jadinya
pelampiasanku ke adek dan adek
pelampiasan ke sekolah jadi anak nakal.
- Kalo papa itu suka mukul, jadi gaada yang
berani sama dia, dulu takut banget pokoknya.
Mulai SMA kadang berani ngelawan tapi
sebelumnya gatau, sampe pernah dipukul
sampe sendi nya copot.
Pengalaman pertama
mengenal agama Kristen
- Waktu itu SMA kelas 2, ada ketua kelas anak
XX, inget cece waktu itu belum ada XXX
(pemuda di gereja XX). De’e bagiin cece
brosur di kelas, rajin pokoke bagiin ke semua
anak. Tapi gatau opo’o cece yang paling
rajin dikasi sama dia. Tapi waktu dikasi terus
sampe mangkel, ngerasa kayak ga penting.
- Waktu semester 3 di kuliah itu akhirnya
pacaran sama orang Kristen yang ternyata
anak XXX. Ndak nyangka sih, Cuma ya
mikirnya yaudah lah gapapa, bagus juga
dapet pacar yang bener. Tapi ya gak bener-
bener banget juga, karena dia juga waktu itu
baru awal-awal juga di gereja. Waktu itu
juga dibaptis, tapi ya tetep aja terus jatuh
dalam dosa yang sama.
- Setelah akhirnya putus, gak punya siapa-
siapa lagi yang nemenin, yaudah akhirnya
memutuskan untuk bunuh diri. Beberapa kali
sempet nyoba, tapi selalu gagal. Sampe
akhirnya mutusin untuk mau nabrakkin diri
ke bis soale kan pasti matine lek ditabrak
hahahaha… Tapi ya gagal lagi wes isa heran-
59 Universitas Kristen Petra
heran waktu itu. Sampe akhirnya ikut ret-ret
kan, nah dari situ adalah titik dimana cece
ngerasain masih ada Tuhan yang mengasihi
aku. Sejak saat itu akhirnya sungguh-
sungguh dalam Kristen dan benar-benar
percaya kalo Tuhan Yesus adalah satu-
satunya jalan keselamatan.
Respon setelah
mengenal agama Kristen
- Gak seneng, mangkel apalagi sama Gereja
“XX”, karena sering denger cerita juga.
Kayak merasa terganggu padahal ya belum
ngerasain sendiri
- Waktu pacaran ya baptis biasa aja tapi dosa
yang sama gak ditinggalkan, jadi ya ndak
begitu mempengaruhi.
- Sejak ikut ret-ret baru merasakan kasih
Tuhan dan memutuskan untuk bersungguh-
sungguh.
Alasan pindah agama - Karena merasakan sendiri kasih Tuhan lagi
waktu ikut ret-ret gereja setelah masa lalu
cece yang begitu parahnya sampe mau bunuh
diri
Alasan melakukan self
disclosure
- Cece cuma pengen menunjukkan bahwa aku
ngerasain Tuhan dan pengen keluarga itu
ngerasain hal yang sama kayak cece waktu
itu
Self disclosure
direncanakan/ tidak
- Tidak
Setting saat melakukan
self disclosure
- Karena emang tidur tu sama mama, soale
dari dulu mama papa gak pernah sekamar,
soale mama kalo tidur ngorok’e banter
banget. Jadi papa gakmau, mboh opo’o kok
ya dinikahi hahaha… terus selalu jam-jam
60 Universitas Kristen Petra
ngomong sama mama itu selalu pas mau
tidur. Akhirnya diomongi gitu lah sama
mama.
Proses self disclosure
kepada orang tua
- Awalnya waktu liburan pertama setelah
pindah Kristen dibilang gak boleh sama
mama. Jadi gak ada ngomong apa-apa, mama
sendiri yang bilang kalo aku gak boleh
pindah agama sama sekali. Jadi kan takut
kalo mau ngmong sama mama waktu itu.
Kalo ngangguk ya salah karena bo’ong, kalo
nggeleng ya gimana ntik tambah rumit
ceritanya.
- Terus waktu liburan selanjutnya, mama ya
isa tiba-tiba ngomong sendiri “mama
gakpapa kalo kamu pindah ke Kristen”. Jadi
ya kaget sendiri to cece. Diem sih habis itu
awalnya. Terus habis gitu ya baru ngomong
ke mama kalo cece udah pindah ke Kristen,
bagaimana kronologisnya dan mama Cuma
iya aja, soalnya juga udah mau tidur kan.
Alasan melakukan self
disclosure kepada orang
tua
- Ya soalnya orang tua sih, merasa berbohong
aja kalo ndak ngomong mama papa, merasa
berkhianat dong soalnya kan dari kecil
diajarinnya bukan agama ini, terus ini pindah
dan nggak ngaku
Perbedaan tingkat self
disclosure kepada orang
tua (ayah/ibu)
- Kalo sama mama ya yang awalnya dilarang
dan lain-lain itu kan, kalo sama papa, dia gak
begitu peduli karena juga awalnya tanpa
agama, di katolik waktu sama mama juga
ndak sungguh-sungguh juga.
61 Universitas Kristen Petra
Hal yang masih
disembunyikan dari
orang tua
- Gak ada sih yang disembunyiin dari mama
papa.
Reaksi orang tua setelah
Caca melakukan self
disclosure
- Luega pol sih waktu udah mama tau dan
dibolehin. Kaget juga kan awalnya tapi ya
marigitu lega aja dan bersyukur kalo
marigitu mama juga berubah menjadi lebih
baik dan pindah ke Kristen juga
Akibat self disclosure - Setelah akhirnya mama bolehin dan ngaku,
habis gitu ya mama akhirnya pindah ke
Kristen juga. Sekarang sama mama malah
lebih suka sharing bareng, dulunya aku yang
ngomongin mama, sekarang mama yang
balik ngomongin aku malah lebih baik
daripada aku sekarang.
- Habis gitu PR nya kita adalah membawa
papa biar juga bersungguh-sungguh sama
Tuhan. Emang lama sih gak bisa instan
dalam waktu dekat, tapi waktu itu liburan
natalan, akhirnya setelah 4 tahun ndak
pernah ke gereja, papa mau ke gereja itu aja
karena aku yang ajak, soalnya kan aku orang
yang paling bisa ngomong sama papa di
keluarga. Sampe pada akhirnya taun lalu
(2015), papa mau dibaptis waktu lagi sakit
saat itu.
Konsep pindah agama
menurut agama Katolik
- Waduh… Cece gaktau gimana kalo pindah
agama dari Katolik. Soalnya kan juga dulu
Katolik ya asal dateng dan aktif biasa tanpa
tau apa arti dan rasanya apa. Jadi ya gaktau
bener-bener gatau.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
62 Universitas Kristen Petra
Caca adalah anak pertama dari dua bersaudara. Jarak usia diantara
mereka adalah 8 tahun. Orang tua Caca pada saat ia kecil memiliki usaha keluarga
yaitu ekspor impor barang. Namun di tengah perjalanan karier, ayah Caca ditipu
oleh saudara-saudaranya dan menjadi bangkrut. Oleh karena itu, ayah caca
menjadi kehilangna pekerjaan dan ibunya yang menjadi tulang punggung
keluarga hingga sekarang. Menghadapi keadaan seperti ini, membuat orang tua
Caca menjadi sangat emosian dan keras hati.
Sifat yang keras ini pada akhirnya menurun ke Caca karena pelampiasan
orang tuanya. Caca mengaku bahwa ia sering dituntut nilai bagus oleh orang
tuanya hingga ia pada saat SD selalu masuk di ranking 1 atau 2 di kelas.
“Pokoknya buat mereka, nilai 80 itu masih jelek, nilai 90 masih jelek, nilai 91
keatas baru itu bagus” kata Caca. Ia mengaku juga bahwa semenjak kecil ia sering
dipukul oleh ayahnya “mukulnya itu bukan pake sapu lidi atau yang ringan-
ringan, tapi pake pentungan kayu, sabuk, dan itu suakit banget. Sampe akhirnya
pernah dipukul dan sendi di tangan itu copot. Waktu dipijet sama orang pijet pun
papa terus marah-marahin, tanpa merasa bersalah atau kasihan, ya dibilang kalo
aku bisa gini yak arena kesalahanku sendiri”. Orang tua yang bertengkar pun
menjadi tontonan Caca. Ia mengatakan bahwa bukannya anaknya disembunyikan
kalau lagi berantem, tapi ya dibiarkan begitu saja untuk melihat pertengkaran
mereka. “Pokoknya kalo mereka berantem itu pasti aja ada barang yang rusak,
entah meja kursi apapun itu pasti ada yang rusak. Pernah juga waktu itu mereka
berantem sampe bajunya mama sobek dan aku lihat sendiri gimana mereka” cerita
Caca.
Karena banyak tuntutan dan kehidupan yang kurang harmonis diantara
kedua orang tuanya, Caca akhirnya menjadi anak yang keras juga. Kekesalannya
juga tak sampai di situ. Ia melampiaskannya kepada adiknya (laki-laki) sehingga
juga adiknya berujung menjadi anak yang nakal di sekolahnya.
“Cece inget waktu itu, saking parahnya jadi anak yang emosian
dan nakal, pernah kelas 6 SD itu pertama kali ke salon untuk
potong rambut. Habis gitu waktu liat hasilnya bisa marah sendiri
karena ndak cocok sama yang aku mau. Aku muarah besar waktu
itu, sampe-sampe semua barang yang ada di meja salon aku
jatohin ke lantai, terus habis itu pulang. Sekarang ya heran sih
kalo inget-inget yaampun dulu parah banget ya berati aku
hahaha…” cerita Caca sambil tertawa.
63 Universitas Kristen Petra
Kehidupan Caca yang sama terus berjalan hingga ia masuk ke
Universitas. Pada waktu itu, ayah ibu dan adiknya pindah ke Timor Leste untuk
melanjutkan pekerjaan mereka. Caca juga mengatakan bahwa sebenarnya adiknya
ingin tetap disekolahkan di Surabaya, namun karena ketidakpercayaan orang
tuanya kepadanya, maka adiknya ikut pindah ke Timor Leste. Saat mengetahui
bahwa ia harus hidup sendiri di Surabaya, ia sangat senang karena pada akhirnya
ia bisa memiliki kehidupan yang bebas.
Pengenalan Caca akan agama Kristen juga tidak sebentar. Ia bercerita
bahwa pada awalnya ia tidak menyukai agama Kristen apalagi Gereja “XX”
karena begitu rajin untuk mengajak Caca datang ke ibadahnya. Ketua kelas Caca
pada waktu kelas 2 SMA adalah salah satu jemaatnya dan rajin untuk memberikan
undangan. Caca yang pada saat itu adalah seorang sekretaris kelas adalah orang
yang paling sering diberi undangan oleh ketua kelasnya. Hal ini membuat Caca
sangat jengkel karena ia merasa bahwa ia sudah ada di agama Katolik, untuk apa
ikut ibadah di agama lain. Karena hal ini, Caca semakin tidak suka dengan agama
Kristen apalagi dengan Gereja “XX”.
Pada saat kuliah, kehidupan Caca semakin bebas. Ia mengaku bahwa
pada awal-awal kuliah dia menjadi anak memiliki lingkungan dan pergaulan
bebas.
“Kumpulan SMA cece dulu itu juga masuk Petra dan sejurusan
juga. Kumpulan arek-arek ndak nggenah. Dulu waktu masih di
rumah itu gak boleh pulang lebih dari jam 6 sore, kalo ke sweet
17th itu pun juga harus ngerengek-rengek dulu baru dibolehin.
Akhirnya waktu kuliah jadi liar. Sempet dugem, minum gak
terlalu lah, tapi yang bener-bener nyandu itu rokok, sama kalo
kamu tau di tempat dugem itu ada obat yang namanya ineks, itu
narkoba dosis rendah yang kita pake waktu mau ndugem. Dulu
di Bali legal, gak tau kalo sekarang ya hahaha…”
Di samping kehidupan Caca yang begitu liar, ia juga tetap berjuang untuk
bertahan di bangku kuliah. Ia mengatakan bahwa diantara kumpulan teman-
temannya, Caca lah yang paling bisa bertahan. Prinsip yang ia pegang adalah
karena ia merasa ia adalah anak dari keluarga yang kurang mampu jadi harus
selesai kuliah dan mendapat pekerjaan, berbeda dengan teman-temannya yang
lain apabila putus kuliah, mereka masih bisa menyambung usaha keluarganya
masing-masing.
64 Universitas Kristen Petra
Kehidupan Caca terus seperti ini sampai pada satu titik ia ditinggal oleh
teman-temannya. Sekitar semester 3, Caca tidak kuat dengan lifestyle mereka
yang mengeluarkan banyak uang sedangkan uang jajan Caca sebulan hanya 1 juta
rupiah. Untuk anak jurusan DKV, uang jajan 1 juta itu sangat kurang. Karena hal
inilah, Caca akhirnya memutuskan untuk mencuri kartu kredit temannya. Kartu
kredit ini ia ambil untuk membeli barang-barang yang mahal dan dijual lagi,
sehingga menghasilkan uang. Uang yang dihabiskan Caca hingga mencapai 20
juta rupiah. Caca dijauhi temannya saat sudah ketahuan bahwa ialah pencuri kartu
kredit.
Karena teman-temannya semua menjauhinya, Caca menjalani
kehidupan kuliah tanpa teman selama 2 semester. Caca mengaku bahwa ia sangat
sedih dan rasanya ingin mati saja karena tidak ada siapa-siapa dalam
kehidupannya. Hingga pada saat semester 4 ia bertemu dengan salah satu teman
DKV yang tidak mendengar cerita Caca dan menjadi pacarnya. Setelah berjalan
hubungan, akhirnya Caca menyadari bahwa pria ini adalah salah satu jemaat
pemuda di Gereja “XX” dan selalu diajak ke gereja. Dari hal ini membuat Caca
merasa bahwa ini adalah cara yang baik untuk memperbaiki hidup.
Seiring berjalannya hubungan mereka, Caca sadar bahwa semakin ia
bersama dengan pacarnya ini, semakin mereka jatuh dalam dosa. Ia mengatakan
bahwa waktu itu mereka pacaran tidak kudus (dosa seks). Semakin lama
hubungan mereka terus jatuh dan sampai akhirnya pacarnya memutuskan untuk
menghentikan hubungan mereka. Awalnya pacarnya ingin bertobat bersama
Caca, namun Caca menolak untuk bertobat dan tidak mau lepas dari dosanya.
Karena hal-hal yang ia alami selama inilah membuat Caca berpikir
bahwa ia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Orang tua tidak peduli, adiknya
saat itu juga masih kecil, teman-teman menjauhi, pacar juga pada akhirnya putus,
semuanya menghilang begitu saja. Dari semenjak itulah Caca memutuskan untuk
bunuh diri. Sudah mencoba beberapa kali untuk bunuh diri namun selalu gagal.
Cara terakhir yang ia coba adalah dengan menabrakkan diri ke bus.
“Di keluaran jalan siwalankerto ke ahmad yani yang kuburan itu,
cece udah kesana, udah siap buat nabrakin diri, pasti mati ini
dalam hati cece. Tapi tiba-tiba ada teman gereja mantan cece itu
manggil dan tanya cece lagi ngapain. Waktu itu udah lemes sama
mukanya kusut kan, akhirnya bilang ‘hmmm iya ce mau jalan-
65 Universitas Kristen Petra
jalan aja, mau ke TP’. Mboh opo’o kok cece isa ngomong TP,
asal sebut aja. Eh, ternyata temen cece juga bilang kalo dia juga
mau ke TP dan diajak bareng. Langsung perasaan cece, kok
gagal lagi gagal lagi. Sampe diajak jalan bareng, ke kosnya,
mungkin dia curiga sih soalnya ternyata tanpa tujuan. Tapi cece
ndak mau ngaku kalo lagi mau bunuh diri”.
Setelah lewat beberapa hari, akhirnya diajak untuk ikut ret-ret gereja.
Sewaktu Caca ikut, waktu itu juga ia bertemu dengan Tuhan dan merasakan
benar-benar ada Tuhan. Caca mengaku bahwa sebelum-sebelumnya ia tidak
pernah merasakan Tuhan senyata ini. Dari apa yang ia rasakan ini ia memutuskan
untuk bertobat.
Kepindahan agama Caca jelas tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Sebelumnya, pada saat pacaran Caca sebenarnya juga telah dibaptis selam di
gereja tempat pacarnya berjemaat. Namun Caca tidak mengalami perubahan
hidup karena ia tidak sungguh-sungguh waktu itu. Pada saat ret-ret adalah dimana
Caca sungguh-sungguh ingin merubah hidupnya. Karena inilah, Caca ingin
memberitahukan kepada orang tuanya bahwa ia sudah pindah agama dan ingin
membagi apa yang ia rasakan melalui perubahan hidupnya.
Caca mengatakan bahwa ia benar-benar takut saat ingin mengaku
kepada orang tuanya. Maka dari itu pada awalnya ia tidak memutuskan untuk
memberitahu orang tuanya. Saat liburan ia pulang ke Timor Leste namun tidak
ingin memberitahukan kepada orang tuanya sama sekali. Ia sangat kaget pada saat
tiba-tiba ibunya berkata kepadanya bahwa ia tidak boleh pindah agama. Saat
ditanya, Caca mengatakan bahwa ibunya pasti mendapat informasi dari sepupu-
sepupunya melalui social media. Sewaktu dibilang seperti itu, Caca hanya diam
karena tidak bisa berbuat apa-apa. Apabila menjawab iya, maka ia telah
berbohong, namun apabila menjawab tidak, maka ia mengetahui bahwa akan
menjadi masalah kedepannya karena telah melawan dan ternyata sudah pindah
agama. Karena hal inilah, Caca memutuskan untuk membuktikan kepada
keluarganya melalui perubahan hidup yang ia alami.
Caca menceritakan bahwa ia awalnya mengajak adiknya untuk berdoa
malam sebelum tidur. Hal yang tidak disangka oleh Caca adalah adiknya
menangis sejadi-jadinya saat Caca terus berdoa bersamanya. Beberapa hari
sebelum penulis melakukan wawancara dengan Caca, ternyata ia menanyakan
66 Universitas Kristen Petra
adiknya mengapa ia bisa menangis. Dari situ Caca baru mengetahui bahwa
adiknya menangis bukan karena ia merasakan Tuhan, tapi pada saat itu ia melihat
bahwa saat Caca berdoa, ada cahaya putih yang sangat terang di kamar mereka
dan adiknya hanya bisa menangis sambil ketakutan. Semenjak diajak berdoa, Edo
(nama disamarkan) adik Caca juga mulai bersungguh-sungguh dengan Tuhan
melalui ajaran-ajaran yang diberikan Caca.
Caca dan adiknya terus melewati hari-hari yang sulit karena mereka
harus bertahan di tengah-tengah keluarga yang sangat membenci agama Kristen.
Hingga pada saat liburan kedua setelah Caca pindah agama Kristen, ibunya
melihat bahwa ada perubahan hidup Caca yang menjadikannya lebih baik.
Akhirnya pada saat mereka sedang berdua, ibunya yang mengatakan sendiri
bahwa Caca boleh pindah ke agama Kristen. Ibu Caca memperbolehkannya juga
karena ada tetangganya yang beragama Kristen dan bersaksi kepada ibunya
mengenai kehidupannya.
Setelah ibunya memperbolehkan, Caca sangat kaget dan awalnya hanya
bisa diam. Setelah itu, Caca akhirnya mengakui semuanya kepada ibunya
mengenai perjalanan hidupnya yang awalnya tidak punya teman, jatuh dalam dosa
bersama pacar, mau bunuh diri hingga akhirnya dia bertemu dengan Tuhan yang
mengubah hidupnya. Pengakuan ini Caca lakukan pada saat mereka berdua
berada di kamar sebelum tidur karena mereka tidur dalam satu kamar. Ibunya
sangat kaget mendengar pengakuan Caca, namun pada akhirnya hanya meng-iya
kan.
Pengakuan Caca hanya ke ibunya saja. Ia mengatakan bahwa ayahnya
tidak peduli soal agama. “Papa juga gak pernah ke gereja selama 4 taun terakhir,
jadi ya cuma agama di KTP aja, anggap ndak punya agama gitu lah” cerita Caca.
Setelah pengakuan dari Caca, ia terus mengalami perubahan hidup keluarganya.
Ibunya lama-lama juga menjadi semakin baik dan pada akhirnya pindah juga ke
agama Kristen. Setelah terus berjuang bersama ibu dan adiknya, ayah Caca pada
akhirnya juga pindah ke agama Kristen pada tahun 2015. Pada akhirnya sekarang
efek yang dirasakan Caca setelah mengaku adalah perubahan hidup keluarganya
dan mengenal Tuhan Yesus secara pribadi. Keluarga besar Caca sepenuhnya
beragama Katolik, sehingga hal inilah yang membuat ia dan keluarga kesulitan
67 Universitas Kristen Petra
diterima di keluarganya. Hal yang sekarang Caca dan keluarga lakukan adalah
terus berbuat baik kepada keluarga besar dengan sedikit demi sedikit memberi
pengertian bahwa yang Caca dan keluarga lakukan adalah benar.
Saat ditanya mengenai bagaimana orang Katolik yang pindah ke agama
lain, Caca tidak mengetahui dengan alasan dia dulu sebagai orang beragama
Katolik tidak sungguh-sungguh. Yang ia tahu sekarang adalah ia benar-benar
mengasihi Tuhan dan hanya percaya dengan apa yang ia yakini sekarang, tidak
peduli dengan yang lalu-lalu. Hal ini ia ungkapkan karena ia benar-benar
merasakan Tuhan yang nyata yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
4.3.1.3. Deskripsi Informan III – Vina
Peneliti melakukan wawancara dengan Vina pada hari Jumat tanggal 13
Mei 2016 di Starbucks Coffee di Square Apartment. Berikut akan diuraikan
mengenai penjelasan informan berdasarkan kategori pertanyaannya.
Tabel 4.3 Epoche Informan III – Vina
Pertanyaan Jawaban
Latar belakang Vina - Aku lahir tanggal 2 Mei 1996
- Kalo hobi, daridulu suka olahraga sih
Hubungan dengan orang
tua sebelum self
disclosure
- Kalo dulu waktu dari kecil, sama mama itu
dueket pol. Daridulu selalu waktu pulang
sekolah itu mesti duduk berdua sama mama
cerita-cerita tadi di sekolah ngapain aja,
ngalamin apa aja itu semua diceritain mama.
Jadi apalagi anak tunggal ce, jadinya mama
udah kayak sahabat sendiri yang istilahnya
jadi ‘tempat sampah’ soalnya semua-
semuanya tau.
- Kalo sama papah sih biasa aja ce. Soalnya
papa sekarang itu bukan papa kandung, papa
sekarang itu papa tiri. Tapi untungnya ya gak
kayak di sinetron-sinetron yang jahat. Sayang
kok papa sama aku, aku juga sayang papa.
68 Universitas Kristen Petra
Tapi memang lebih deket sama mama
soalnya terbiasa cerita sama mama juga ce.
Pengalaman pertama
mengenal agama Kristen
- Kalo pengalaman pertama sih aku ya waktu
masuk kuliah. Awal waktu WGG (Welcome
Graceful Generation) itu kelas sama astor
(Asisten tutorial) terus ya setelah selesai
WGG juga ada kelasnya sama astor. Jadi
kenal agama Kristen di situ, belajar banyak
dan banyak juga yang aku tanyain sih
sebenernya. Dan jujur ngerasa kok ada
sesuatu yang beda yang aku rasain
- Terus waktu itu liburan kenaikan semester 2,
aku ikut KAMA (Camp Mahasiswa) ce. Pas
itu hari pertama aja udah ada pembicara yang
topiknya sudah ngena banget gitu sama aku.
Setelah dia selesai sesi, aku ketemu sama dia
ce, ngobrol-ngobrol gitu. Diajarin banyak
sih. Terus habis gitu ternyata sesi dia lagi
tapi sesi KKR gitu ce. Ternyata disitu altar
call nya seperti ditantang untuk menyerahkan
seluruh kehidupan kita sama Tuhan. Nah aku
maju ce dan sejak dari itu memutuskan untuk
percaya sepenuhnya sama Tuhan Yesus.
Respon setelah
mengenal agama Kristen
- Awalnya bingung ce, karena ajarannya kan
berbeda dengan agama sebelumnya. Jadi
agak bingung aja terus makanya sama
astorku aku banyak tanya ce. Jadi dari situlah
aku banyak belajar dan hatiku jadi kayak
pengen lebih untuk mengenal Kristen tapi
ada hambatan pribadi juga yang bilang
jangan jangan terus. Jadi ya pergumulan dari
dalam hati sendiri.
69 Universitas Kristen Petra
Alasan pindah agama - Soalnyaa sebenarnya selama ini beribadah di
agama sebelumnya ya doa hanya doa. Tapi
kayak merasa hal yang berbeda waktu berdoa
di agama Kristen. Kayak merasakan hal
lebih, merasa bener-bener berkomunikasi
sama Tuhan, sebelumnya ya doa biasa.
Sampe pernah waktu lagi bingung-
bingungnya itu, waktu itu doa bilangnya gini
“Tuhan, gaktau Tuhan yang mana cuman aku
mau tau mana yang benar Tuhan” gitu ce
hahaha.
Alasan melakukan self
disclosure
- Pengen kasitau aja ce, soalnya ujung-
ujungnya aku gak bisa cerita seperti
biasanya, gak nyaman aja. Jadinya
memutuskan untuk berencana ngaku. Tapi ya
sempet kesulitan karena susah cari moment
yang pas.
Self disclosure
direncanakan/ tidak
- Kalo sama papa beneran gak direncanain ce.
Soalnya papa yang tanya duluan dan aku
ngaku akhirnya. Tapi tetep bilang jangan
bilang sama mama
- Kalo sama mama sih sebenernya direncanain
ce mau ngomong banget. Tapi waktu pada
kenyataannya, mama yang tanya duluan
sebelum aku mulai ngomong. Pas ngerasa ini
waktu yang tepat buat ngomong sama mama,
akhirnya ngaku lah aku
Setting saat melakukan
self disclosure
- Sama papa itu lewat telepon sih, itu juga
papa yang telepon duluan nanya kabar kayak
biasanya gitu ce
- Kalo sama mama ya seperti jaman dulu,
diajak ngomong berdua gitu ce. Waktu itu
70 Universitas Kristen Petra
kan lagi liburan, jadinya ya ada waktu untuk
ngomong lagi berdua. Papa juga gak ada di
situ, jadi emang Cuma berdua dan ngobrol-
ngobrol sampe akhirnya mama duluan yang
tanya
Proses self disclosure
kepada orang tua
- Kalo sama papa itu ditelpon kan, aku barusan
pulang dari ret-ret nya kampus. Nah terus pas
sampe kos itu ditelpon dan ditanya habis
ngapain, darimana, ujung-ujungnya papa
tanya gini “lo, gak ke gereja ta?” gitu ce. Tak
jawab aja “endak”. Dijawab “halah ndak
usah bohong ke papa, kalo pergi ya bilang
aja gakpapa, papah gakpapa”. Akhirnya aku
tetep jawab “endak kok”. Dijawab papa “ah
mosok? Selama ini di Surabaya gak pernah
ke gereja?”. Akhirnya aku ngaku ce “ya
pernah sih pah”. Dijawab papa “oh kenapa?
Wes pindah ta?” digitukno ce. Awalnya aku
tetep ndak mau ngaku, tapi kayak papa
mancing-mancing terus, jadinya kebawa deh.
Akhirnya ngomong deh “ya sekarang aku
sudah bener-bener yakin dan percaya kalo
Yesus itu Tuhan dan Juru Selamatku. Dan
sekarang udah memutuskan untuk ke Kristen,
jadi sekarang udah ke gereja pa”. Akhirnya
dijawab papa “ooo, yawes gakpapa, papa
ndak mempermasalahkan kok”
- Nah kalo sama mama ce, secara gak
langsung pas aku ngobrol ndek rumah. Pas
ngobrol-ngobrol aja karena mama ngerasa
berbeda. Akhirnya disitu, aku pertama mulai
mempertanyakan ajaran-ajaran Islam dulu.
71 Universitas Kristen Petra
Jadi ya diskusi dulu misal “oh ya ma, kok
adek ada pertanyaan ini ya ma kayak kok
ceritanya yang disampaikan ke kita selama
SD SMP SMA sama seharusnya yang di
buku itu kok beda ya ma? Banyak yang beda
dan gak diungkapin”. Terus ya mama bilang
“ya mama ga tau sih, yawes ini lah, ini
agama keturunan kita”. Tak jawab gini to ce
“lo mah, kalo kayak gitu, terus kalo
seumpama nenek moyang kita, kakek nenek
salah ya kita salah dong? Kalo kita ndak
caritau sendiri? Sekarang adek mau
ngomong, mau belajar dulu agama ini, kedua
agama ini, belum memutuskan untuk pindah
tapi untuk lebih belajar lah untuk mendalami
yang mana yang bener sebenarnya” gitu ce.
Padahal ya waktu itu sudah pindah kan
hahaha.
Alasan melakukan self
disclosure kepada orang
tua
- Karena ngerasa ya harus ngomong aja sama
mama papa ce. Mosok ndak ngomong sama
orang tua sendiri apalagi masalah agama
kayak gini. Papa sendiri juga ngomong ke
aku kalo mama ngerasa ada yang beda dari
aku. Kayak sudah ndak pernah mengucapkan
“Assalamualaikum” atau “Alhamdulillah”
dan papa bilang kalo mama gak akan pernah
bahas sampe aku sendiri yang angkat bicara.
Jadi ada istilahnya tekanan sendiri kenapa
aku harus ngomong sama mama.
Perbedaan tingkat self
disclosure kepada orang
tua (ayah/ibu)
- Sama papa itu di telepon ya langsung
ngomong dan selalu papa yang mancing. Jadi
72 Universitas Kristen Petra
kebawa arus aja ce untuk ceritanya dan
akhirnya ngaku
- Kalo sama mama itu aku mulai dengan
beberapa hal yang menjadi pertanyaanku
tentang agama sebelumnya, mama jawab dan
terus aku tanyakan hal-hal yang bikin aku
gak yakin sama keyakinan sebelumnya.
Akhirnya ngaku ke mama pun juga gak
sepenuhnya, ya ngakunya Cuma belajar
kedua agama itu sampai menemukan yang
benar. Padahal waktu itu keadaan sudah
pindah
Hal yang masih
disembunyikan dari
orang tua
- Kalo sama papa sekarang gak ada yang
disembunyiin, malah sekarang kebalikan,
papa yang jadi tempat cerita. Kalo sama
mama ini hal yang masih disembunyikan
adalah sudah bener-bener pindah agama nya
dan setiap minggu akan pergi ke gereja sama
ikut persekutuan doa.
Reaksi orang tua setelah
Vina melakukan self
disclosure
- Mama tetap melarang pindah agama, katanya
hal ini seharusnya dilakukan waktu sudah
gak ada di lingkungan orang-orang Kristen.
Papa sama sekali gak masalah.
Akibat self disclosure - Hubungan dengan mama papa yang sekarang
dan yang dulu sangat berbeda bahkan jadi
kebalikan. Dulu yang selalu cerita ke mama
sekarang malah selalu cerita ke papa karena
kalo mau cerita ke mama, terbiasa kalo cerita
secara detail, jadi takut keceplosan tentang
hal ini, jadinya daripada keceplosan,
mending ya gak cerita aja sama sekali.
73 Universitas Kristen Petra
Konsep pindah agama
menurut agama Islam
- Kalo di Islam ce, pasti dianggap murtad,
masuk neraka. Dan lebih parahnya lagi yang
islamnya itu kuat, bisa-bisa ditolak dari
keluarganya ce.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Vina adalah anak tunggal di keluarganya. Ia dibesarkan dari orang tua
yang beragama Islam. Semenjak kecil, ia rajin untuk beribadah, lingkungan hidup
dan sekolahnya juga sangat menanamkan nilai agama Islam dalam hidupnya.
Vina merupakan atlet bulu tangkis di kota asalnya yaitu Kediri. Ia hidup dengan
ibu kandung dan ayah tiri. Namun ia mengatakan bahwa ia jauh lebih dekat dan
sayang kepada ayah tirinya dibanding dengan ayah kandungnya. Sejak kecil, Vina
dibiasakan untuk selalu bercerita dengan ibunya. Ia mengatakan bahwa setiap
pulang sekolah, pasti Vina dan ibunya akan duduk bersama dan bercakap-cakap
mengenai apa yang dialami Vina hari itu mulai dari awal hingga akhir. Dengan
hubungan yang seperti ini, Vina sangat dekat dengan ibunya bahkan seperti
seorang sahabat.
Hubungan yang akrab satu sama lainnya terus Vina dan keluarga jalani
hingga Vina masuk ke bangku kuliah. Pada saat kuliah, Vina harus menjalani
hidup sendiri di Surabaya dan jauh dari orang tuanya. Namun hal ini tidak menjadi
halangan mereka untuk tidak berhubungan. Vina mengatakan bahwa setiap hari
ibu/ayahnya pasti akan telepon pagi dan sore/malam hari untuk menanyakan
kabar dan juga melalui BBM (Blackberry Messenger). Sehingga orang tua Vina
pasti akan tahu Vina sedang melakukan apa, dimana dan bersama siapa.
Pengenalan Vina akan agama Kristen bermula pada saat ia masuk ke
kuliah. Pada masa orientasi di UKP yaitu WGG, Vina mulai diajak berpikir
mengenai tujuan hidup. Hal ini membuat Vina berpikir bahwa ternyata memang
selama ini ia tidak pernah memikirkan tujuan hidupnya, hidup asal hidup dijalani
saja. Tetapi berbeda dengan ajaran yang diberikan bahwa sebenarnya kita hidup
harus memiliki tujuan. Karena juga ditanamkan nilai-nilai kristiani, Vina semakin
berpikir dan semakin tertarik dengan apa yang diajarkan. Pengajaran-pengajaran
baru yang diterima Vina dari kakak astor nya itu terus ia terima hingga 1 semester
awal perkuliahan.
74 Universitas Kristen Petra
Setiap minggunya, Vina semakin tertarik dengan apa yang diajarkan,
hingga suatu hari saat sesi bersama kakak astornya, Vina benar-benar merenung
dan membuat hatinya bimbang. “Waktu pelajaran itu ce, kalo kita tau kita cuma
punya beberapa jam untuk hidup, apa yang mau kita lakukan? Yang tiba-tiba
dikasi cermin dari replika peti mati gitu” cerita Vina. Dari pelajaran itu hati Vina
semakin bimbang. Ia merasakan sesuatu dari nilai kristiani yang ia dapat tetapi
dari dalam hati ia terus memaksa dirinya untuk tidak boleh menerima ajaran dan
harus tetap teguh dengan iman Islamnya. Apa yang ia rasakan ini dari awal hingga
akhir diceritakan kepada kakak astornya.
Vina terus dibimbing oleh kakak astornya untuk mengenal Tuhan dan ia
mengaku bahwa ia merasakan hal yang beda saat ia berdoa kepada Tuhan Yesus.
Hal yang sama terus ia rasakan hingga akhirnya ia mengikuti KAMA (Camp
Mahasiswa) dari UKP. Awalnya ia mengira bahwa acara ini hanya untuk senang-
senang saja, namun ternyata banyak sesi dimana nilai kristiani ditanamkan
didalamnya. Pada hari pertama, ada sesi yang membuat Vina semakin berpikir
apakah ia harus pindah ke agama Kristen. Sampai akhirnya ia banyak bertanya
kepada pembicaranya mengenai pergumulannya selama ini. Setelah itu, ternyata
ada sesi KKR dimana pembicara yang sama menyampaikan firman dan mengajak
untuk orang-orang yang belum percaya Tuhan Yesus untuk percaya sekarang
juga. Dari situ akhirnya Vina memutuskan untuk sepenuhnya percaya kepada
Tuhan Yesus dan menjadi seorang beragama Kristen.
Setelah pulang dari kegiatan KAMA, Vina merasakan hubungan dengan
orang tuanya yang semakin renggang. Hal ini disebabkan karena Vina yang sudah
pindah agama dan tidak bisa menceritakan semua kegiatannya kepada orang
tuanya terutama ibunya.
“Aku ndak bisa cerita semuanya ce ke mama. Soalnya dari dulu
terbiasa buat cerita semua apa yang aku alami secara detail, kalo
sekarang kan sudah agama Kristen, jadi gak bisa cerita ce. Kalo
cerita ya pasti ketauan dong, nanti malah jadi tambah masalah
dll. Jadinya lebih memilih buat ndak cerita sama sekali daripada
keceplosan gitu. Soalnya pernah ce keceplosan gitu untungnya
habis itu aku alihkan pembicaraan jadinya ndak ketauan sama
mama”.
Kerenggangan hubungan ini ternyata juga dirasakan oleh kedua orang tuanya.
Namun Vina tetap memutuskan untuk tidak mengaku kepada orang tuanya
75 Universitas Kristen Petra
dengan alasan takut dan pasti tidak disetujui. Ia tidak ingin orang tuanya bersikap
aneh-aneh kepadanya mengetahui bahwa ia telah pindah agama.
Semenjak beragama Kristen, Vina aktif untuk datang ke gereja,
mengikuti persekutuan doa, mengikuti seminar keagamaan, mengikuti acara
camp/ret-ret rohani dari kampus. Namun saat ditanya oleh orang tuanya, ia selalu
berbohong dan tidak mengakui sebenarnya apa yang ia lakukan. Hal ini terus ia
tutupi hingga suatu saat setelah pulang ret-ret, ayahnya menelpon Vina. Dari
percakapan sederhana mengenai apa yang Vina lakukan, bagaimana
kesehariannya hingga akhirnya ayahnya bertanya “lo, gak ke gereja ta?”. Vina
sangat kaget dengan pertanyaan ayahnya yang tiba-tiba menanyakan hal itu.
Awalnya ia tidak mau mengaku, namun ayahnya bertanya “ah mosok? Selama ini
di Surabaya gak pernah ke gereja?”. Setelah pertanyaan ini akhirnya Vina
mengaku bahwa ia pernah ke gereja. Setelah itu ayahnya to the point bertanya ”
oh kenapa? Wes pindah ta?”. Vina terus tidak mau mengaku kepada ayahnya yang
bertanya lewat telepon. Namun setelah dipancing-pancing oleh ayahnya Vina
akhirnya mengaku bahwa ia sudah pindah ke agama Kristen. Respon ayahnya
sangat mengagetkan Vina karena ternyata ayahnya memperbolehkannya.
Berbeda dengan ibunya, Vina tetap tidak ingin memberitahu bahwa ia
sudah pindah agama hingga liburan kenaikan semester. Pada saat Vina di rumah,
ibunya mengajaknya bicara karena ibunya mengaggap ada sesuatu yang berbeda
darinya. Saat mulai bercakap-cakap, Vina mulai bertanya mengenai apa yang ia
ragukan, misalkan “kok adek ada pertanyaan ini ya ma kayak kok ceritanya yang
disampaikan ke kita selama SD SMP SMA sama seharusnya yang kita baca di
buku itu kok beda ya ma? Banyak yang beda dan gak diungkapin”. Karena ibunya
tidak mengerti jawaban yang benar, maka ibunya hanya berkata “ya mama ga tau
sih, yawes ini lah, ini agama keturunan kita”. Jawaban ibunya semakin membuat
Vina tidak puas dan semakin bertanya-tanya “lo mah, kalo kayak gitu, terus kalo
seumpama nenek moyang kita, kakek nenek salah ya kita salah dong? Kalo kita
ndak caritau sendiri?”. Mulai dari pertanyaan itu, Vina akhirnya angkat bicara
bahwa ia akan belajar kedua agama ini (Islam dan Kristen) dan mencari mana
yang benar dari antara kedua ini. Pernyataan Vina sejauh ingin belajar terlebih
dahulu, tidak sampai mengaku bahwa ia sudah pindah agama. Hal ini dia lakukan
76 Universitas Kristen Petra
karena ia sangat takut, karena dari dulu ibunya selalu menginginkan bahwa Vina
sebagai anak tunggal yang selalu mematuhi nasihat orang tua.
Setelah pengakuan Vina, masih banyak hal yang masih
disembunyikannya mengingat ia tidak mengaku sampai sudah pindah agama.
Vina tetap tidak memberitahu bahwa ia sudah pindah agama, setiap minggu ke
gereja, ikut persekutuan doa, ikut seminar dan lain-lain. Ibu Vina juga tetap
melarang Vina untuk pindah agama dan memberitahu bahwa keputusan pindah
agama harus setelah Vina keluar dari lingkungan kuliah. Upaya-upaya ibunya
juga telah disampaikan bahwa ia akan dibawa ke pemuka agama Islam mengenai
pertanyaan-pertanyaan yang membuat Vina ragu.
Akibat dari pengakuan Vina ini, hubungannya dengan orang tuanya
terbalik, dari yang dulunya ia selalu cerita dengan ibunya, sekarang ia selalu
bercerita kepada ayahnya. Hal ini ia lakukan karena ia tahu bahwa ayahnya
mendukung apa yang menjadi setiap keputusan Vina. Saat ditanya juga mengenai
bagaimana orang Islam yang pindah agama, Vina mengatakan bahwa orang itu
dianggap murtad, masuk neraka. Namun Vina tidak menganggap hal itu sebagai
masalah karena ia sudah percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yesus.
4.3.1.4. Deskripsi Informan IV – Lisa
Peneliti melakukan wawancara dengan Lisa pada hari Senin tanggal 16
Mei 2016 di Tong Tji Square Apartment. Berikut akan diuraikan mengenai
penjelasan informan berdasarkan kategori pertanyaannya.
Tabel 4.4 Epoche Informan IV – Lisa
Pertanyaan Jawaban
Latar belakang Lisa - Aku kelahiran Balikpapan 15 November taun
95
- Hobinya suka makan hahaha…
- Aktivitas sehari-hari ya kuliah, pelayanan di
gereja, pendoa, penggembalaan di gereja.
- Hmmm… dulu waktu kecil itu aku nakal,
sering banget bohongin orang tua, suka
korupsi uang SPP waktu SMP SMA, suka
77 Universitas Kristen Petra
marah suka ngomel, kalo pulang ke rumah
itu kayak gak mau soalnya tuh ga nyaman.
SMA baru seneng karena keluar dari rumah,
sekolah di Sanmar. Akhirnya sampek tambah
nakal banget.
- Yang bikin gak nyaman di rumah itu karena
di rumah itu Cuma ada papa sama ii, dan
mereka suka marah, apalagi tipeku
pemberontak, sukanya bebas, jadinya gak
cocok aja.
- Dulu termasuk rajin sembayang, rajin ke
Vihara dan Klenteng juga.
Hubungan dengan orang
tua sebelum self
disclosure
- Sama mama itu gak dekat, gak banyak
kenangan juga. Mama meninggal waktu aku
naik kelas 6 SD. Ya deketnya gak dalem
banget, mamaku soalnya juga cuek
- Sama papa lebih deket, karena papa suka
tanya-tanya sekolah, tanya tugas, ya gitu
tetep gatau aku gimana. Sangat tertutup lah
sama keluargaku, soalnya ga nyaman dan
gak percaya. Jadi apa-apa pelariannya ke
teman. Sering juga dipukul sama papa,
makanya sekarang jadi pribadi yang tough
Pengalaman pertama
mengenal agama Kristen
- Jadi sebelumnya udah tertarik sama alkitab,
sejak SD soalnya dari SD-SMA sekolahnya
katolik. Semakin penasaran dan kepo sih
sama alkitab. Sampe akhirnya sempet tanya
ke ii ku “kok kita sembayang? Buat apa?
Emang ada hubungan apa orang meninggal
disembayangin?”. Sampe pada akhirnya
merenung kenapa kok begini? Gejolak juga
sih.
78 Universitas Kristen Petra
- Waktu SMP juga temenku suka ngajak ke
gereja sih. Walopun juga dilarang tapi ya
namanya anak mokong ya pergi-pergi aja toh
juga ada kendaraan waktu itu. Dan merasa
beda sih Katolik sama Kristen. Merasa ada
hal yang seneng aja waktu dateng ke gereja
Kristen itu. Awalnya mikir karena anak
muda kali ya, tapi ya ternyata enggak.
Mereka keliatan fun banget jadinya aku
kebawa seneng juga.
- Temenku yang SMP ini akhirnya aku ketemu
lagi waktu di kuliah dan dia sering main di
kamar aku, sering juga ajak doa kalo malem.
Waktu malem itu aku ngerasain ada hal yang
beda lagi, aku nangis tapi tetep stay cool aja.
- Waktu itu juga masih maba, jadinya ada astor
yang juga ndukung, sering diajak juga doa
malam di gereja siwalankerto. Waktu doa itu
selalu ngerasain hal yang beda, jadi nangis
gitu.
- Sama cece astor juga selalu diajak CG, selalu
gejolak lagi, ada yang beda. Pernah denger
sharing juga dari temen yang dulunya agama
Buddha ternyata sekarang pindah dan cerita-
ceritanya.
- Suatu hari ada KKR dari gereja di Jatim
Expo, nah dari awal masuk aja udah geter
aja, lihat ada tulisan baptis, terus kayak kaget
aja dan terus geter aja. Terus selesai kotbah,
ada panggilan dari si pengkotbah untuk
mengakui Tuhan Yesus dan tanpa mikir
79 Universitas Kristen Petra
panjang yang awalnya waduh waduh tapi
langsung oke aku mau.
Respon setelah
mengenal agama Kristen
- Ikut-ikut aja sih, tapi selalu aja merasa ada
hal yang beda. Selalu aja nangis sejadi-
jadinya, parah lah nangis nya. Tapi tetep aja
gengsi gitu ce kan malu nangis segitunya.
Alasan pindah agama - Setelah beberapa kali selalu merasakan
gejolak dalam hati, sampe akhirnya tanya ke
temenku SMP yang selalu ajak aku ke gereja,
aku bilang ke dia “aku bingung semua ini
kenapa. Sekarang harus apa”. Intinya dia
ngomong kalo “ada satu pribadi sempurna
yang gak bisa ditemuin di pribadi lainnya”
dan aku tanya ce “emang siapa?” dan dia
langsung jawab “ya menurut kamu siapa
yang bikin hatimu kayak gitu? Siapa yang
bikin kamu sampe mikir untuk pindah dll?
Itu Tuhan Yesus”. Di situ ce aku Cuma bisa
nangis dan dia peluk aku sambil nyanyiin
lagu “buluh yang terkulai”. Sampailah satu
titik ikut KKR itu yang aku akhirnya
mengakui Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat
pribadi
Alasan melakukan self
disclosure
- Karena udah gak tahan sama papa dan
pengen bicara ke papa, udah lama soalnya
Self disclosure
direncanakan/ tidak
- Direncanakan
Setting saat melakukan
self disclosure
- Aku ngomongnya sama papa 6 bulan setelah
aku pindah Kristen ce. Jadi mendemnya lama
banget.
Proses self disclosure
kepada orang tua
- Awalnya mulai dari aku yang chat duluan ke
papa ce. Lewat line waktu itu soalnya waktu
80 Universitas Kristen Petra
itu di Surabaya udahahan. Aku ngomong “pa
aku udah baptis”. Terus papa bilang “loh kok
bisa? Bukannya kamu udah dibaptis duluan
di klenteng?”. Jadi dulu ceritanya aku ada
tugas SMA wawancara pemuka agama.
Waktu itu aku ke klenteng untuk wawancara
Laoshi nya. Waktu wawancara aku ikut dulu
apa yang disuruh gitu kaya doa-doanya gitu.
Soalnya kan sungkan to, udah minta tolong,
jadinya ya demi nilai. Waktu wawancara itu
aku diwawncara balik malahan ce hahaha…
Ditanya nama lah dll dan dia tulis di kertas.
Gak lama kertasnya dibakar dan aku tanya
temenku “loh itu ngapain?”. Ternyata
temenku bilang “loh itu kan kamu di Qiu tao
(dibaptis konghucu)”. Di situ aku kaget
banget ce dan ngerasa dijebak. Terus ya
habis itu aku jelasin semua 80ana papa kalo
ternyata waktu itu dijebak. Aku cerita
lengkap tentang yang dijebak itu. Akhirnya
di read doang sama papa itu ce. Aku kan
semakin deg-degan. Akhirnya aku ngomong
80ana da “tapi pa buat keputusanku yang ini
aku udah yakin.” Dijawab gini sama papa
“kamu yakin kan? Kalo yakin gakpapa papa
dukung, kalo gak yakin, itu yang jangan,
bikin malu kan”. Aku bales “enggak kok pa
enggak, udah bener udah yakin”. Akhirnya
papa tanya lagi “kok bisa memang?” dan aku
akhirnya cerita semua mulai dari SD aku gini
lah, SMP SMA dan sampe sekarang aku
ceritain semuanya. Di situ akhirnya papa
81 Universitas Kristen Petra
bener-bener read aja. Terus ditelpon sama ii
ku “loh kamu ngomong apa aja sama papa?
Kok dia sampe nangis?”. Baru setelah
ditanyain mau gak mau cerita lah semuanya
juga ke ii. Dimarahin sih “kamu gak salah
ta?” dan aku jawab “ndak kok, aku udah
yakin dan merasa bener aja soalnya ada hal
yang beda aja”. Akhirnya gakpapa kan sama
ii. Besok paginya itu baru papa bales dan
bilang “yaudah kalo cece emang betul ambil
keputusan, gakpapa papa dukung. Tapi kamu
harus betul, kalo salah jangan ya”. Dan
akhirnya aku jawab “oke pa, semangat” dan
lain-lain bahas yang lainnya.
Alasan melakukan self
disclosure kepada orang
tua
- Karena gakmau terus-menerus berbohong
dan menyembunyikan apa yang aku alami
sama papa
Perbedaan tingkat self
disclosure kepada orang
tua (ayah/ibu)
- Gak ada karena mama sudah meninggal
dunia sejak kecil.
Hal yang masih
disembunyikan dari
orang tua
- Gak ada
Reaksi orang tua setelah
Lisa melakukan self
disclosure
- Pertama yang papa read aja itu sampe
akhirnya tau kalo papa nangis dari ii ku.
Besoknya dibilang gakpapa tapi asal bener,
bukan salah.
Akibat self disclosure - Semakin deket sih sama papa. Soalnya juga
didukung kan. Tapi akibat lainnya itu sama
sepupu itu mereka jadi agak njauhin gitu ce.
Mereka istilahnya kayak jaga jarak gitu ke
aku. Kalo yang tua-tua itu malah kepo ke
82 Universitas Kristen Petra
aku, kok bisa gini gitu, jadi malah tanya-
tanyain semuanya ke aku. Tapi mereka
untungnya fine aja ke aku. Cuman ya waktu
urusan sembayang, aku masih disuruh
sembayang, padahal sudah gakmau.
Konsep pindah agama
menurut agama
Konghucu
- Hmmm… Kalo dari Konghucu sih
percayanya nanti gak akan masuk ke
surganya sana sih ce. Kalo Buddha 82ana da
reinkarnasi dan lain-lain nah kalo Konghucu
ini ya Cuma ke surganya apa enggak gitu.
Dan sebenernya waktu pindah itu pun sudah
gak mikir ke sana lagi, udah percaya Tuhan
Yesus juga kan jadi gak terlalu
mempermasalahkan juga sih.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Lisa adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Ia berasal dari Balikpapan
dan tinggal bersama adik-adik, ayah dan tantenya. Semenjak ia naik kelas 6 SD,
ibunya meninggal dunia sehingga ayahnya harus menjadi single parent. Lisa
mengaku bahwa semenjak kecil ia sudah menjadi anak yang nakal, suka marah-
marah, suka korupsi uang SPP sejak SMP dan SMA, dan ia mengatakan bahwa
ia tidak betah tinggal di rumah karena tidak suka dengan suasana rumahnya.
Selama SD dan SMP Lisa tetap berada di Balikpapan, namun semenjak SMA Lisa
pindah ke Surabaya dan hidup sendiri sebagai anak kos.
Ia mengaku pada waktu itu sangat senang karena pada akhirnya ia bisa
menjadi anak yang bebas tanpa tuntutan dari orang-orang rumah. Karena jarak
juga, hubungan Lisa dengan ayahnya tidak begitu dekat. Hanya sesekali mereka
telepon namun bisa dihitung jari selama 1 semester. Saat liburan dan kembali ke
rumah, Lisa menjalani hidup yang biasa dengan orang tua dan tantenya tanpa
masalah.
Lisa juga termasuk anak yang rajin untuk sembayang di agama
Konghucu. Di dalam rumahnya terdapat banyak sekali altar di tiap sudut
rumahnya, mulai dari pagar depan hingga balkon atas rumah. “Tiap altar itu ada
83 Universitas Kristen Petra
patung-patungnya gitu ce, dari depan pagar rumah lah, dapur, ruang tamu, sampe
balkon atas ya ada. Ada juga di rumah itu lemari khusus isinya patung dewa dewi
nya Konghucu gitu” cerita Lisa. Ia bercerita juga bahwa semenjak kecil ia selalu
disuruh sembayang oleh ayah dan tantenya tanpa mengetahui maksud dan
tujuannya.
Pengenalan Lisa mengenai agama Kristen sebenarnya sudah semenjak
SD hingga SMA. Hal ini dikarenakan Lisa selalu bersekolah di sekolah swasta
yang beragama Katolik. Ia mengungkapkan juga bahwa ia sebenarnya sudah
tertarik dengan alkitab sejak dahulu namun tidak pernah membacanya, hanya
sekedar dengar. Sewaktu SMP, ada temannya yang rajin untuk mengajaknya pergi
ke gereja. Sekalipun dilarang, Lisa tetap pergi ke gereja karena tidak ingin
kegiatannya dibatasi oleh orang tuanya. Walaupun pergi ke gereja, namun Lisa
hanya ikut-ikutan saja oleh temannya, tidak merasakan hal apapun, bahkan tidak
ada keinginan untuk pindah dan mengenal Tuhan Yesus.
Sewaktu SMA, Lisa kembali menjadi anak yang nakal karena kehidupan
bebasnya baru dimulai. Akhirnya waktu masuk ke dunia perkuliahan, karena ia
masuk ke UKP, ia mengenal kembali ajaran agama Kristen. Sama seperti Vina,
Lisa mengenal nilai-nilai kristiani pada awalnya melalui kakak astornya. Tak
disangka pula, teman SMP Lisa yang rajin mengajaknya ke gereja juga masuk ke
kampus yang sama sehingga mereka sering bertemu. Lisa juga sering diajak
berdoa oleh temannya dan ia mengaku bahwa saat ia berdoa ia merasakan hal-hal
yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Saat diajak berdoa Lisa juga sering
menangis, namun karena gengsi, ia hanya diam-diam dan tidak memberitahu
kepada temannya apa yang ia rasakan.
Semakin lama ia sering juga diajak oleh kakak astornya untuk ikut doa
malam dan persekutuan doa di siwalankerto. Pada satu malam, ia datang dan saat
berdoa ia terbayang akan dosa-dosa lamanya dan ia menangis sejadi-jadinya.
Mulai dari situ ia benar-benar bingung mengenai apa yang ia alami dan rasakan.
Akhirnya karena tidak tahan, ia bercerita kepada temannya “aku bingung semua
ini kenapa. Sekarang harus apa”. Dari situ temannya menjawab “ada satu pribadi
sempurna yang gak bisa ditemuin di pribadi lainnya”. Setelah bertanya-tanya
akhirnya Lisa tahu bahwa pribadi itu adalah Tuhan Yesus, pribadi yang selama
84 Universitas Kristen Petra
ini membuatnya bimbang mengenai pindah agama ke Kristen dan merasakan hal-
hal yang belum pernah ia alami. Lisa kembali menangis sejadi-jadinya karena
bingung dan temannya hanya bisa memeluk sambil menyanyikan lagu rohani
untuknya.
Pada hari minggu, Lisa sering diajak juga ke gereja oleh kakak astornya.
Pada salah satu hari minggu ternyata itu bukan ibadah biasa, namun sebuah KKR.
Saat pertama masuk ruangan, Lisa mengakui bahwa ia sangat gemetar melihat
semuanya, mulai dari kolam baptis, kursi-kursi, panggung dan lain-lain. Saat
mendengarkan kotbah, Lisa melihat bahwa pengkotbah ini benar dan bisa
merasakan hawanya terus membuat dia bimbang. Hingga pada akhir kotbah, ada
panggilan altar bagi yang ingin menyerahkan seluruh hidupnya untuk Tuhan
Yesus. Saat ditanya, Lisa tidak pikir panjang dan langsung maju.
“Waktu maju ce, aku cuma bisa berdoa. Dan waktu berdoa itu
aku langsung kebayang dosa-dosa lamaku lagi ce. Aku hanya
berdoa dan tanpa sadar aku bisa nangis-nangis sendiri. Mungkin
nangisnya sampe teriak-teriak aku gatau cuma dari situ aku
ngerasa ada beban berat selama ini dan waktu itu juga beban itu
lepas dari aku. Dan Ko PM (pengkotbah – nama disamarkan)
akhirnya menuntun kita yang maju buat berdoa menerima Tuhan
Yesus. Akhirnya aku ikuti dan ya rasanya beban itu bener-bener
lepas ce, lega gaktau kenapa. Setelah itu aku diajak untuk yang
mau menerima bahasa roh ce. Aku gak mikir panjang ya mau-
mau aja. Dari situ aku waktu didoakan, aku akhirnya nemuin
bahwa selama ini akar dari dosa-dosa dan sikap nakalku itu yak
arena aku kehilangan sesosok mama dalam hidup. Dari situ
setelah sadar akhirnya aku berbahasa roh sendiri. Tapi aku disitu
kaya dikasi penglihatan ada mama tersenyum sama aku dan
nunjukin bahwa mama seneng ngeliat aku sekarang.”
Perubahan hidup Lisa akhirnya dimulai saat ia sudah menerima Tuhan
Yesus di ibadah KKR tersebut. Ia bercerita bahwa saat pulang ia tidak lagi marah-
marah, sampai ayahnya bertanya “tumben kamu kok ndak marah-marah?” dan
Lisa hanya heran bahwa ternyata selama ini dia begitu parahnya saat belum
bertobat. Namun di situ Lisa belum mengakui kepada papanya bahwa ia sudah
pindah agama. Lisa terus menyembunyikan hal ini sampai kurang lebih 6 bulan.
Karena tidak tahan lagi terlalu lama menyembunyikan, akhirnya Lisa
memutuskan untuk mengaku kepada ayahnya.
Lisa mengaku tidak melalui telepon, namun melalui chatting di Line.
Saat itu sudah malam hari dan Lisa memulai pembicaraan tanpa basa-basi. Lisa
85 Universitas Kristen Petra
berkata “pa, aku sudah di baptis”. Ayahnya langsung membalas “loh kok bisa?
Bukannya kamu udah dibaptis duluan di klenteng?”. Akhirnya Lisa menceritakan
ceritanya mengenai ia yang dijebak saat dibaptis di Klenteng akibat dia harus
mewawancara pemuka agama Konghucu. Ayahnya kaget dan hanya read balasan
dari Lisa. Karena tidak mendapat balasan-balasan, akhirnya Lisa memutuskan
untuk membalas lagi “tapi pa buat keputusanku yang ini aku udah yakin”. Ayah
Lisa hanya menjawab “kamu yakin kan? Kalo yakin gakpapa papa dukung, kalo
gak yakin, itu yang jangan, bikin malu kan”.
Karena berbagai pertanyaan ayahnya, Lisa akhirnya menceritakan
alasannya kenapa ia pindah agama Kristen. Mulai dari ia SD, SMP dan SMA,
kenakalannya selama ini, hingga akhirnya ia merasakan hal yang berbeda saat
berdoa. Dari situ Lisa juga mengakui bahwa sifatnya yang jelek itu ternyata semua
akarnya dari ia yang kehilangan sesosok ibu dari hidupnya. Ayah Lisa kali ini
benar-benar tidak membalas Lisa hingga akhirnya Lisa dihubungi oleh tantenya
yang mengatakan bahwa ayahnya menangis. Akhirnya esok paginya, ayah Lisa
menjawab “yaudah kalo cece emang betul ambil keputusan, gakpapa papa
dukung. Tapi kamu harus betul, kalo salah jangan ya”.
Semenjak mengaku, Lisa akhirnya bisa cerita banyak hal kepada
ayahnya. Karena hal inilah, hubungan mereka menjadi membaik dan tidak ada
lagi hal-hal yang disembunyikan dari ayahnya. Lisa mengaku juga senang karena
ayahnya juga mendukung keputusan Lisa. Semenjak itu juga, Lisa mulai aktif di
kegiatan gereja, hingga sekarang ia menjadi pendoa dan menjadi salah satu
pemimpin dalam penggembalaan gerejanya. Selain itu juga, ia sudah membawa
adiknya untuk mengenal Tuhan Yesus dan menjadi orang Kristen juta. Namun
hal yang masih belum bisa dihindari adalah Lisa harus tetap sembayang untuk
ibunya. “Kemarin waktu imlekan itu ce, aku tetep disuruh sembayang, papa
sebenernya tau kalo aku gakmau, cuman kan itu lagi kumpul keluarga. Jadi
terpaksa sembayang sampe akhirnya aku nangis ce waktu sembayang. Habis dari
itu akhirnya papa bilang kalo mulai tahun depan kumpul keluaganya gak usah di
rumah lagi, biar di rumah keluarga lainnya aja”.
Lisa juga mengungkapkan bahwa saat ia pindah agama, saat itu ia juga
tidak memikirkan hal-hal yang menjadi konsekuensi agama Konghucu apabila
86 Universitas Kristen Petra
pindah agama. Ia tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Padahal sebenarnya
dalam agama Konghucu, saat orang ingin pindah agama harus melakukan upacara
atau ibadah untuk orang itu akan pindah agama. Namun Lisa berpendapat bahwa
saat ini ia sudah percaya Tuhan Yesus dan tidak mempedulikan hal-hal seperti itu
lagi.
4.3.2. Reduksi Fenomenologi
Pada bagian ini, hasil temuan data yang diperoleh peneliti dari lapangan
akan direduksi seperti yang ada dalam metode fenomenologi. Reduksi
fenomenologi merupakan tahap yang menjelaskan dalam susunan bahasa
bagaimana objek tersebuh dapat terlihat (Kuswarno, 2009, p.49). Dalam
pereduksian fenomenologi ini terdapat tiga tahapan. Tahap yang pertama adalah
bracketing, kemudian horizonalizing dan yang terakhir adalah horizon.
4.3.2.1. Bracketing
Bracketing adalah proses menempatkan fenomena dalam ‘keranjang’
atau memisahkan hal-hal yang dapat mengganggu untuk memunculkan
kemurniannya (Kuswarno, 2009, p.51).
Bracketing akan dibagi berdasarkan tingkatan self disclosure setiap
informan. Informan yang pertama adalah Indra yang berasal dari agmaa Buddha.
Berikut akan dijabarkan dimulai dari klise (cliches), fakta (fact), opini (opinion)
kemudian perasaan (feeling).
Tabel 4.5 Bracketing data informan 1 – Indra, tingkatan self disclosure klise
Tingkatan self
disclosure Pertanyaan Jawaban Informan
Klise (Cliches) Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?
- Dulu sih kan awalnya takut kan mau
ngomong sama mama papa. Selama
dua minggu itu hati ndak tenang, ndak
damai sejahtera. Aku cuma cerita sama
cece aja sih kalo sudah pindah ke
agama Kristen.
87 Universitas Kristen Petra
- Waktu keadaan gak damai sejahtera itu
aku itu tiba-tiba diingatkan tentang
mimpiku yang waktu SMA, yang aku
dibilang “Engkau telah diselamatkan,
anakKu” dan ada aku percaya kalo Roh
Kudus itu ngomong gini, ngomong
waktu di ibadah waktu itu “apakah
kamu ndak percaya bahwa jalanmu
sudah Aku bukakan?”. Dari sini aku
percaya kalo, iya pasti mimpi itu punya
maksud untuk kedepannya.
- Setelah akhirnya dua minggu, akhirnya
aku memutuskan untuk ngomong sama
mama dulu lewat telepon.
- Waktu itu, aku telepon duluan ke
mama dan tanya ke mama “apa kabar?”
dan “lagi dimana?”.
- Karena aku ndak pernah telepon
duluan, mama tanya deh “kok tumben
cari mama?”
- Kalo sama papa aku itu takut banget,
jauh lebih takut daripada mama,
soalnya aku tau mama itu orangnya
lebih fleksibel dibandingin papa.
- Waktu itu aku telepon papa, lagi di
kampus, sudah perasaan ndak tenang,
takut, pokoknya aku mau bicara bener-
bener baik sama papa
- Setelah telepon akhirnya aku ngomong
“pa, aku mau ngomong”.
Emang hal apa
yang bikin kamu
- Sebenernya waktu dari SMA itu kan
aku sudah sering diajak ke gereja
88 Universitas Kristen Petra
takut buat
ngomong sama
mama papa?
beberapa minggu. Malahan pernah
ditanyain sama papa “loh? Gak pergi
ke gereja?”. Jadi bingung sih, soalnya
papaku sendiri tanya ke anaknya gak
ke gereja padahal masih agama Buddha
waktu itu. Tapi kayanya papaku
menganggap semua agama itu sama.
Jadi kalo anaknya mau ke gereja itu
gak masalah, tapi kalo sampe ganti
atau pindah agama itu gak tau
jawabannya bakal gimana.
- Takut juga kalo gak diterima pindah
agama.
Terus kan
awalnya kamu
bilang takut kan.
Kok pada
akhirnya tetep
mau ngaku
kenapa? Apa yang
membuat kamu
harus mengaku
sama mama papa?
- Soale aku ngerasa nggak tenang dan
nggak damai sejahtera soale
menyembunyikan sesuatu dari orang
tua.
- Karena aku menganggap bahwa telah
berbohong kepada orang tua sehingga
merasa harus mengatakannya kepada
orang tua.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tabel 4.5 penulis menyusun data berdasarkan tahapan self
disclosure klise. Klise oleh Indra dilakukan oleh kedua orang tuanya karena juga
Indra mengaku dalam waktu yang berbeda antara ayah dan ibunya. Sebelum ia
mengaku kepada orang tuanya, ia sangat tidak tenang dan tidak damai sejahtera.
Ia merasakan pengaruh ilahi selama ia memutuskan pindah agama dan sebelum
mengaku. Indra mengatakan bahwa Roh Kudus yang berbicara dalam hatinya
untuk mengambil keputusan dan kebimbangannya.
89 Universitas Kristen Petra
Pada awalnya Indra tidak mengaku kepada orang tuanya langsung
bahwa ia sudah pindah agama. Ia terlebih dahulu mengaku kepada kedua kakak
perempuannya karena ia sama-sama tinggal di Surabaya dan paling sering
berkomunikasi dengannya. Sehingga dari seringnya berkomunikasi, muncul
keterbukaan Indra untuk kedua kakaknya.
Indra mengaku sangat takut untuk mengungkapkan kepada kedua orang
tuanya bahwa sudah pindah agama. Ia bercerita bahwa pada waktu SMA ia
sempat beberapa minggu ikut ke gereja bersama temannya. Namun pada waktu
satu minggu pagi, saat Indra tidak ke gereja, ayahnya datang dan menanyakan
mengapa Indra tidak pergi ke gereja. Menurut Indra, ayahnya adalah orang yang
menganggap semua agama itu sama. Jadi anaknya diperbolehkan untuk pergi ke
gereja. Namun dalam hal untuk pindah agama, Indra tidak mengetahui apa yang
akan menjadi reaksi ayahnya. Ia juga takut apabila tidak diterima oleh orang
tuanya. Maka dari itu alasan inilah yang membuat Indra takut untuk mengakui
kepindahan agamanya.
Setelah perasaan tidak tenang dan tidak damai sejahtera, dalam 2
minggu setelah pindah agama akhirnya Indra memutuskan untuk mengaku
kepada kedua orang tuanya melalui telepon. Ia mengaku melalui telepon karena
ia sedang berkuliah di Surabaya dan orang tuanya berada kota asal mereka Kota
Makassar. Indra menginginkan komunikasi secara langsung dan mendapatkan
feedback yang langsung juga, mengingat dia sangat takut dan tidak tenang setelah
pindah agama.
Ia mengaku kepada ibunya terlebih dahulu. Indra mengatakan bahwa ia
lebih memilih telepon kepada ibunya dulu karena ia tahu ibunya adalah orang
yang fleksibel dan tidak akan begitu mempermasalahkan Indra yang pindah
agama. Pada akhirnya Indra mulai menelpon ibunya dan menanyakan kabar
ibunya. Karena Indra tidak pernah memulai telepon teeorang tuanya dulu,
feedback yang diberikan ibunya adalah dengan nada heran “kok tumben cari
mama?”.
Indra menghubungi ayahnya setelah ia selesai menelpon ibunya. Ia
bercerita bahwa ia sangat takut dan tidak tenang untuk mengaku. Pada saat ingin
mengaku, Indra sedang berada di kampus. Indra meyakinkan dirinya dengan ingin
90 Universitas Kristen Petra
bicara benar-benar baik agar ayahnya tidak marah. Setelah meyakinkan diri, ia
akhirnya menelpon ayahnya. Tahap pertama self disclosure yang dilakukan Indra
yaitu dengan kata-kata “pa, mau ngomong”. Pengungkapan awal ini
menunjukkan bahwa Indra benar-benar ingin berbicara baik-baik dan serius.
Indra yang awalnya merasa sangat takut, akhirnya memutuskan untuk
tetap mengaku kepada orang tuanya bahwa ia telah pindah agama. Indra tetap
mengaku kepada kedua orang tuanya karena ia merasa sangat tidak tenang dan
tidak damai sejahtera. Perasaan yang timbul dari dalam hatinya adalah dia tidak
mau terus-terusan menutupi sesuatu dari orang tuanya. Dari menutupi sesuatu, ia
menganggap bahwa dirinya sudah berbohong kepada orang tuanya. Maka dari itu
ia tetap mengungkapkan kepada orang tuanya sekalipun takut, namun dengan
kesiapan dari hatinya juga.
Tabel 4.6 Bracketing data informan 1 – Indra, tingkatan self disclosure fakta
Tingkatan self
disclosure Pertanyaan Jawaban Informan
Fakta (Facts) Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?
- Karena aku ndak pernah telepon
duluan, mama tanya deh “kok tumben
cari mama?”. Setelah ditanya itu, aku
langsung ngomong ke mama “jangan
marah ya”
- Kalo sama papa, setelah bilang mau
ngomong, papa cuma tanya “kenapa?”
- Habis gitu aku jawab hal yang sama
kaya mama “papa jangan marah ya”.
- Aku ngomong “jangan marah ya” itu
karena saking takutnya mau ngomong.
Kesannya kayak habis membuat
kesalahan. Tapi ya gimana harus
ngomong aja. Akhirnya ngomong gitu
91 Universitas Kristen Petra
buat menghindari biar ga dimarahin, ya
walopun kemungkinan juga dimarahin.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel yang kedua ini, terlihat Indra mulai memasuki tahap fakta
setelah awalnya memulai dengan tahap klise. Tahapan ini memiliki kriteria
bersifat penting, disengaja untuk diungkapkan dan tidak atau belum diketahui
oleh pihak sebaliknya. Pada tahap ini belum ada pengungkapan diri. Saat
mengaku kepada ayah dan ibunya, Indra sama-sama mengatakan “jangan marah
ya”. Pada tahap ini, Indra belum mulai mengungkapkan dirinya. Namun disini ia
mengatakan “jangan marah ya” untuk orang tuanya tahu bahwa apa yang ia
sampaikan adalah hal penting.
Indra sendiri mengaku bahwa ia mengungkapkan hal ini karena ia sangat
takut terutama oleh ayahnya untuk mengatakan bahwa ia sudah pindah agama. Ia
menganggap bahwa reaksi ayahnya akan sangat marah mengetahui anaknya
sudah pindah agama. Maka dari itu, Indra memutuskan untuk mengatakan
“jangan marah ya” terlebih dahulu agar dia juga bisa lebih nyaman untuk
mengungkapkannya. Indra juga mengatakan bahwa ia mengatakan “jangan marah
ya” kesannya seperti orang yang telah melakukan kesalahan. Namun dia tidak
menganggap ia bersalah, hanya terlalu takutnya untuk mengungkapkan bahwa ia
sudah pindah agama.
Tabel 4.7 Bracketing data informan 1 – Indra, tingkatan self disclosure opini
Tingkatan self
disclosure Pertanyaan Jawaban Informan
Opini
(Opinion)
Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?
- Setelah ngomong itu, akhirnya baru aku
mulai ngaku ke mama. Aku ngomong
kalo aku sudah pindah agama, sudah
dibaptis.
- Dan ternyata aku kaget banget ternyata
mama udah tau. Setelah itu aku tanyain
lagi “tau dari mana? Kok bisa tau?”
92 Universitas Kristen Petra
- Habis itu mama bilang “iya tau dari
cece, cece yang cerita”. Ya aku kaget
sih, cuma ya bersyukur aja mama juga
gak masalahin.
- Setelah bilang “papa jangan marah ya”
itu langsung aku ngaku ke papa. Kan di
rumah aku dipanggil dedek, ya
walaupun aku masih punya adek lagi,
tapi aku dipanggil dedek, udah
panggilan dari kecil.
- Aku ngomongnya gini ke papa “gini pa,
dedek mau bilang kalo kemarin, 2
minggu lalu dedek dibaptis”.
- Reaksi papa yang pertama itu diem.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tingkatan selanjutnya, yaitu opini, Indra mulai mengungkapkan
kepada orang tuanya bahwa ia sudah pindah agama. Kepada ibunya, Indra
mengakui bahwa ia sudah pindah agama dan sudah dibaptis. Tanpa
sepengetahuan Indra, ibunya mengatakan bahwa ia sudah tahu bahwa anaknya
sudah dibaptis dari kakak perempuan Indra. Seperti yang di ungkapkan di tahap-
tahap sebelumnya, Indra mengatakan bahwa ia terlebih dahulu mengungkapkan
kepada kakak perempuannya. Dari situ kakak perempuannya akhirnya
melaporkan kepada ibunya.
Kemudian, saat mengaku kepada ayahnya, Indra mengatakan dengan
baik-baik, dengan panggilan rumah juga bahwa ia dua minggu lalu sudah dibaptis.
Ia mengatakan dengan waktunya saat ia mulai pindah agama kepada ayahnya.
Setelah ayahnya mendengarkan hal itu, Indra mengatakan bahwa ayahnya hanya
diam.
Di tahap ini, Indra sudah mulai mengungkapkan bahwa ia sudah pindah
agama. Pernyataan Indra ini masih sebatas opini, karena memang dari awal ia
hanya akan mengaku dan sudah ada dalam pikirannya untuk menyatakan bahwa
ia sudah pindah agama dan dibaptis.
93 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.8 Bracketing data informan 1 – Indra, tingkatan self disclosure perasaan
Tingkatan self
disclosure Pertanyaan Jawaban Informan
Perasaan
(Feeling)
Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?
- Habis gitu ya aku tanya aja ke mama
“kira-kira papa gimana ya ma kalo
denger”.
- Terus ya dijawab sama mama “ya gatau
mama, coba telepon aja papamu”.
- Habis papa diem, akhirnya aku
ngomong lagi “dedek baptis, jadi
sekarang dedek agama Kristen pa dan
ndak bisa sembayang lagi.”
- Baru habis itu papa jawab “ooo… Jadi
gimana dedek kalo pulang terus
sembayangnya gimana?”
- Aku cuma jawab “ya gak bisa ikut
sembayang pa”.
- Setelah itu baru papa jawab “ooo…
Yasudah dijalani saja, nantik kalo
pulang Makassar dijalani saja. Kalo
emang gabisa sembayang yaudah
gapapa”. Itu kata papa. Dan aku kaget
pol kok ternyata papa responnya gini.
Gak marah dan gak sesuai ekspektasiku
kalo ternyata boleh sama papa.
- Setelah akhirnya ngaku sama papa,
udah dibolehin, rasanya itu plong
banget, lega banget pokoknya. Apalagi
dengan reaksi papa mama yang ternyata
bolehin, ndak sesuai ekspektasiku
dimarahin lah atau gak dibolehin.
94 Universitas Kristen Petra
Setelah ngaku
sama mama papa,
ada ngaruhnya
ga?
- Hmm, setelah ngaku, sampe sekarang,
jujur aku jadi tau kalo cerita dari awal
itu kasih yang ke orang tua itu seperti
apa. Sebelum terima Tuhan pun, ketika
orang tua mau mengasihi anaknya pun
aku buta. Dalam arti aku ndak tau kalo
itu adalah sebuah kasih, malahan itu
lebay.
- Tapi ternyata aku baru tau kalo kasih
itu seperti itu. Tuhan kan juga ngajarin
kita kasih kan, Tuhan juga adalah
kasih. Otomatis Tuhan memperlihatkan
kasih itu kayak gimana dan itu aku
terrapin, menurut firman Tuhan juga
aku terapin ke keluarga, mama papa.
- Jujur aku ndak pernah merasa kalo papa
mama dateng ke Surabaya, itu bener-
bener pengen deket terus sama orang
tua. Bukan karena rindu atau udah lama
ndak ketemu sih, tapi pribadi cuma mau
nunjukin ke mereka kalo kasih Tuhan
itu seperti ini, melalui aku.
- Emang sih buahnya belum ada sampai
sekarang, tapi sekarang sama papa
mama hubungannya membaik. Emang
sih papa kadang marah, mama kadang
marah juga karena aku juga kadang gak
denger-dengeran dalam arti misal
tentang manage keuangan. Tapi bukan
tentang hal-hal besar sih. Cuma aku
juga harus belajar sebagai anak untuk
dengerin orang tua.
95 Universitas Kristen Petra
- Berantem yang besar banget itu gak
pernah sih sampe sekarang. Malahan
dulu itu kalo orang tua mintak dianter
kemana gitu, selalu aku cari alesan biar
gak anterin, soalnya males. Tapi
sekarang kalo diminta buat nganterin
sejauh apapun itu pasti aku anterin.
Soalnya aku sadar ya itu mengusahakan
mama papa bisa lihat perubahan hidup
anaknya setelah pindah agama Kristen.
- Sampe papaku itu tau, dari temennya,
temennya itu punya anak. Nah anaknya
itu pernah cerita ke mamanya, kalo
Indra itu kayak gini-gini. Habis gitu
tiba-tiba mamanya bilang ke papaku
kalo “eh anakmu itu kayak pendeta ya”.
- Dan dibudayanya papaku itu orang-
orang yang agama Kristen yang radikal,
yang dianggap freak gitu pasti di
budaya papaku dibilang pendeta.
Padahal ya orang Kristen biasa, yang
nerapin firman Tuhan, yang
menjangkau, menginjil gitu dibilang
pendeta. Terus entah kenapa, papaku
isa bangga sendiri gitu hahaha
- Terus juga pernah, waktu itu
keluargaku ada yang jadi korbannya air
asia. Di situ keluarga ngumpul dan
waktu itu situasi belum tau keadaannya
orang-orangnya selamat atau ndak. Dan
disitu aku dipercaya buat mimpin
doanya. Di situ ada mama, papa masih
96 Universitas Kristen Petra
di Makassar, soalnya juga ini adiknya
mama sih.
- Waktu itu kira-kira setelah 30 harian
setelah air asia, jasad yang ditemuin
cuma 4 dari total 7 orang. Di
kepercayaan Buddha, kalo ada yang
kaya gitu, ada kayak ritual panggil
arwah gitu. Jadi waktu itu sama papa ke
kenjeran, ke laut, panggil arwahnya dan
dimasukkan ke dalam debu. Istilahnya
debunya itu arwahnya. Aku sih gak
percaya, cuma papa yang mau.
- Karena suhu nya itu temennya papa,
mau gak mau aku anterin kemana-
mana, jemput gitu. Tiba-tiba suhunya
ngomong sama papaku “eh anakmu ini
orang baik lo” soalnya kepercayaan
mereka kan orang baik dan orang jahat.
Dan aku percaya dari situ papaku
melihat perubahan hidup anaknya.
Ada gak hal-hal
yang masih
disembunyiin dari
mama papa
setelah ngaku?
- Ya salah satu misiku adalah membawa
keluargaku diselamatkan seutuhnya.
Jadi emang pokok-pokok doa ku salah
satunya adalah doain keluargaku. Dan
aku bersyukur sih kalo sekarang, ada 2
saudaranya papa yang udah jadi orang
Kristen dan mereka juga mempunyai
misi untuk membawa saudara-
saudaranya mengenal Tuhan Yesus.
- Sekarang juga kalo mau nginjil ke
mama papa itu takut, takut menyakiti
hati orang tua. Jadi pelan-pelan
97 Universitas Kristen Petra
memperlihatkan lewat perilaku, gak
langsung ke firman Tuhan.
Perubahan hidup
apa yang
menurutmu
paling kamu
rasain?
- Ya, setelah bertobat, setelah 2,5 taun
dari bertobat, sekarang aku dipromosiin
jadi CGL (Connect Group Leader).
Jujur banyak banget diproses sih dari
situ.
- Terus di kampus juga karena sedikit
kepanitiaan, tapi banyak project, dan
ntah kenapa aku sering jadi leader,
padahal dari kecil sampe kuliah awal-
awal ya gak ada kemauan dan
kemampuan buat jadi leader. Jadi
bener-bener merasakan diproses.
- Lebih deket juga sekarang sama cece,
dulu padahal jarang banget ketemu
padahal satu kota. Sekarang jadi deket,
malah jadi temen jalan.
- Kalo sama keluarga besar, ini yang
msih belum bisa mereka terima sih.
Apalagi papaku 16 bersaudara dan
semuanya Buddha yang sungguh-
sungguh, sembayangnya beneran
sungguh-sungguh.
Terakhir nih, kan
kamu dari agama
Buddha, nah yang
kamu tau tentang
konsekuensi kalo
pindah dari
agama Buddha itu
gimana?
- Kalo dulu guru SD ku itu bilang kafir.
Jujur, dulu guru SD ku nyebutin
namaku didepan temen-temenku waktu
aku pindah pelajaran agama Kristen
waktu itu.
- Waktu baca-baca buku juga, setelah
keluar ya gak bakal diterima sama sang
Buddah itu. Mereka kan percaya
98 Universitas Kristen Petra
reinkarnasi, nah orang-orang ini gak
bakal menuju reinkarnasi, menuju ke
neraka.
Apa kamu gak
takut nerima
konsekuensi itu?
- Ya nggak sih, kan sudah percaya Tuhan
Yesus, kepercayaannya kan beda.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tingkatan perasaan, yaitu tingkatan yang terakhir dari self
disclosure, Indra mulai mengungkapkan isi hatinya kepada orang tuanya setelah
ia bicara telah dibaptis dan pindah agama. Setelah ibunya mengatakan bahwa ia
sudah tahu dari kakak perempuannya, Indra yang waktu itu masih takut kepada
ayahnya akhirnya bertanya pada ibunya “kira-kira papa gimana ya ma kalo
denger”?. Ia mengungkapkan perasaannya dan menunjukkan pada ibunya bahwa
ia takut masih takut untuk mengaku pada ayahnya. Ia disini meminta saran dan
pendapat ibunya mengenai ayahnya, namun ibunya menjawab “ya gatau mama,
coba telepon aja papamu”.
Tahap perasaan Indra saat mengaku kepada ayahnya tidak sama dengan
ibunya. Setelah Indra sudah memberitahu ayahnya bahwa ia sudah dibaptis,
ayahnya hanya diam. Mulai sejak ayahnya diam, Indra mulai mengungkapkan isi
hatinya dan mengatakan dengan baik-baik “dedek baptis, jadi sekarang dedek
agama Kristen pa dan ndak bisa sembayang lagi”. Setelah itu ayahnya menjawab
“ooo… Jadi gimana dedek kalo pulang terus sembayangnya gimana?”. Indra
dengan yakin mengatakan bahwa ia tidak bisa ikut sembayang lagi. Kemudian
reaksi ayahnya adalah “ooo… Yasudah dijalani saja, nantik kalo pulang Makassar
dijalani saja. Kalo emang gabisa sembayang yaudah gapapa”.
Dari reaksi ayahnya ini, Indra mengaku sangat kaget. Karena diluar
perkiraannya, ayahnya akan marah. Ternyata ayahnya memperbolehkan dan tidak
melarang anaknya pindah agama. Indra mengaku setelah ia mengaku kepada
kedua orang tuanya ia sangat lega, apalagi diperbolehkan pindah agama tanpa
penolakan.
Setelah melakukan self disclosure, ada banyak sekali pengaruh dan
perubahan yang dirasakan Indra. Ia bercerita bahwa setelah mengaku kepada
99 Universitas Kristen Petra
orang tuanya, ia mengerti apa itu kasih yang diberikan kepada orang tua dan
belajar menerapkannya kepada orang tuanya. Ia juga mengatakan bahwa saat ada
kesempatan untuk bertemu orang tuanya, ia selalu ingin terus menemaninya
bukan karena rindu namun karena ingin menunjukkan kasih itu kepada mereka.
Selain itu juga orang-orang disekitar ayah dan ibu Indra mulai
menceritakan mengenai kehidupan Indra. Mereka mengatakan bahwa Indra
adalah anak yang baik, bukan baik-baik, namun memang anak yang baik. Bahkan
dianggap oleh orang lain bahwa Indra sudah seperti pendeta. Karena menurut
Indra ia hanya melakukan firman Tuhan dan orang lain melihat hal seperti itu
menurut budayanya adalah seorang pendeta. Pada kesempatan lain juga Indra
bercerita bahwa saat keluarganya menjadi korban kecelakaan pesawat air asia, ia
dipercayakan untuk memimpin doa di tengah keluarganya.
Dibalik pengakuan pindah agamanya, Indra sampai sekarang memiliki
misi untuk membawa seluruh anggota keluarganya untuk diselamatkan, dalam
arti menerima Tuhan Yesus dalam kehidupannya. Indra mengatakan bahwa ia
sedikit kesulitan untuk membawa orang tuanya untuk menjadi agama Kristen,
karena takut menyakitkan hatinya. Maka dari itu yang Indra lakukan adalah
dengan membuktikan perubahan hidupnya dan sedikit demi sedikit menanamkan
nilai kristiani pada orang tuanya, tidak langsung menuju ke firman Tuhan.
Indra mengaku perubahan hidupnya setelah pindah agama Kristen
adalah ia yang setiap hari diproses oleh Tuhan hingga sekarang ia dipercayakan
menjadi seorang CGL, sebuah leader di penggembalaan gerejanya. Selain itu juga
dalam kehidupan perkuliahannya ia juga sering menjadi leader dalam project
kuliah. Hubungannya yang membaik tidak hanya dengan orang tuanya saja,
namun perubahan itu ia rasakan dari hubungannya dengan kakak perempuannya
yang sekarang menjadi akrab dengannya.
Saat ditanya mengenai konsekuensi pindah agama dari agama Buddha,
ia mengatakan bahwa pasti orang itu tidak akan diterima sang Buddah. Ia akan
menuju ke neraka dan tidak akan menerima reinkarnasi. Namun hal ini tidak
mengecilkan hati Indra, karena ia sekarang sudah percaya Tuhan Yesus yang
kepercayaannya berbeda dengan agama Buddha.
100 Universitas Kristen Petra
Informan yang kedua adalah Caca, seorang yang dulunya beragama
Katolik dan memutuskan secara pribadi untuk pindah ke agama Kristen. Berikut
akan dijabarkan tingkatan self disclosure yang dialami Caca.
Tabel 4.9 Bracketing data informan 2 – Caca, tingkatan self disclosure klise
Tingkatan self
disclosure Pertanyaan Jawaban Informan
Klise (Cliches) Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?
- Dulu itu ndak ngaku. Nah mama papa
itu tau gara-gara dulu kan sering
upload Instagram, facebook kalo ke
gereja, ada KKR apa gitu cece sering
upload. Dan sepupu-sepupu itu
ngelapor. Apalagi keluarganya yang
dari mama itu lumayan penggosip. Jadi
kabar nyebar satu, nyebar semua dan
pake bumbu-bumbu. Mereka fanatik
banget sama agama Katolik. Nah
mama ini juga fanatik banget sama
Katolik.
- Waktu cece liburan pertama kali
setelah bertobat, liburan semester
Desember semester 5, pulang
kampung. Dan disitu mama langsung
ngajak ngomong bilang “kamu
gakpapa ke gereja sana, tapi mama gak
mau kamu sampe masuk gereja sana!”.
Mama pikirnya aku mau ke gereja
karena ada temen-temenku yang
banyak ikut sana, jadi yaweslah
namanya anak muda daripada gak
gereja.
101 Universitas Kristen Petra
- Tapi mama yang dengan teges bilang
“kamu gak boleh pokoknya sampe
baptis, kamu soale sudah pernah baptis
Katolik”. Pokoknya dibilang lagi
jangan sampe berkhianat dan
sejenisnya.
- Padahal cece mau dateng itu mau
ngomong kalo udah pindah agama, tapi
karena omongannya gitu cece jadi
bingung. Gak ngangguk dan gak
nggeleng. Karena lek ngangguk ya
bohong ya, lek nggeleng kok kayake
bakal tukaran. Soale kan ini liburan,
momen quality time. Jadi akhirnya
diem aja sih, yawes bingung.
- Aduh… Kalo sama papa, kalo bahas
tentang Tuhan, jangankan tentang
Kristen, tapi tentang Tuhan aja lo
susah. Soalnya papa tipe orang yang
menganggap pemikirannya yang paling
bener. Jadi alot kalo mau bicara ke
papa.
- Makanya cece dari awal maunya
nyerang ke mama dulu soale kayake
emang sasarane yang tepat itu ke mama
dulu. Soale lek ke papa dulu, pasti isine
cuma tukaran tok. Jadi liburan pertama
ini dua-duane ndak kejamah.
Dulu waktu
dibaptis di ret-ret
apa cece ndak
merasa takut
- Sebenernya kalo baptis itu bukan
waktu ret-ret, dibaptis udah waktu dulu
pacaran. Ada sih rasa takut, tapi waktu
itu takutnya setelah nyemplung air dan
102 Universitas Kristen Petra
dilarang mama
papa? Apa ada
sempet mikir
gitu?
keluar, baru kepikir “waduh, gimana ya
mama papa?”.
- Waktu itu baptis pun karena ada KKR,
bukan karena pacar. Waktu kebaktian
cece tidur, tapi waktu altar call cece
bangun dan udah liat rantai manusia
dan itu panggilan terakhir. Dan di
panggilan terakhir pendetanya bilang
“ini panggilan terakhir, akan ditutup,
terpisah yang didepan dan dibelakang.
Jadi tangan saya udah bersih dari
tanggung jawab saya”. Jadi wes deg-
degan, itu cece lari. Tapi setelah
dibaptis ya tetep kembali ke kehidupan
lama.
- Baru bener-bener bertobat waktu ret-
ret.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tabel 4.9, dijelaska bahwa Caca pada awalnya tidak mengaku
kepada orang tuanya bahwa ia sudah pindah agama. Ia merasa bahwa segala hal
yang ia post di media sosial dilihat oleh sepupunya dan diberitahu ke ibunya.
Mengingat keluarga besar Caca adalah orang yang fanatik Katolik, saat Caca
pulang, ibunya mengajaknya bicara mengatakan bahwa Caca dilarang pindah ke
agama Kristen. Caca dilarang juga untuk dibaptis karena ia sudah dibaptis agama
Katolik.
Ia mengatakan bahwa sebenarnya ia ingin mengambil momen yang
sama untuk mengaku kepada ibunya. Namun ternyata ibunya terlebih dulu
mengatakan bahwa ia tidak boleh pindah agama. Maka dari itu, Caca sama sekali
tidak menanggapi ibunya karena hasilnya akan serba salah.
Kemudian untuk ayahnya, Caca memilih untuk tidak mengaku dulu
kepada ayahnya. Ia mengatakan bahwa ayahnya sangat keras dan tidak bisa diajak
bicara mengenai agama apalagi Tuhan.
103 Universitas Kristen Petra
Caca juga mengatakan bahwa sebenarnya ia baru merasa takut untuk
mengaku setelah ia selesai dibaptis. Ia memutuskan untuk dibaptis pun bukan
karena ajakan, namun ia yang pada waktu itu menanggapi altar call sebuah KKR
di gereja pacarnya dan tanpa pikir panjang, ia dibaptis.
Tabel 4.10 Bracketing data informan 2 – Caca, tingkatan self disclosure fakta
Tingkatan self
disclosure Pertanyaan Jawaban Informan
Fakta (Facts) Setelah tau reaksi
mama yang gak
ngebolehin itu,
apa yang cece
lakukan?
- Cece akhirnya ngerjain yang cece bisa,
waktu itu adik cece masih kecil, SMP
kelas 2 kalo ga salah.
- Akhirnya cece sering ajak dia sate (saat
teduh), terus cece sering ajak dia doa
bareng, sering bagiin firman ke dia,
sharing pengalaman pribadi ke Tuhan.
- Awale de e gak percaya si, terus waktu
kamu mau wawancara ini, cece iseng
tanya ke dia. Karena kita latar
belakangnya kan keras kan, jadi
sebenernya susah kalo untuk percaya
selain kalo membuktikan sendiri.
Waktu itu satu kali kita sate, itu sate
ketiga kalinya, dia nuangis banjir, gak
tau kenapa. Cece cuma merasa, oh iya
dia mengalami kepahitan yang sama,
malah lebih nemen. Jadi cece cuma
tumpang tangan dan doain dia.
- Tapi de e pas kemarin cece tanyain,
cece kaget soalnya dia bilang “waktu
itu aku nangis bukan karena itu, tapi ya
iya aku ngerasain hal yang cece
omongin, tapi waktu itu aku wes mulai
104 Universitas Kristen Petra
bingung soale cece berbahasa roh.
Waktu itu aku memberanikan diri buka
mata, waktu buka mata dikit, ruangan
itu penuh cahaya, jadi aku tutup lagi
matae”. Dia cerita kalo jelas-jelas
waktu cece nyanyi itu ada cahaya guide
banget yang memenuhi seisi ruangan,
dan itu yang bikin de e nangis. Soale de
e “wih gila, Tuhan nya cece itu nyata”.
Semenjak itu dia bertobat.
- Akhirnya waktu itu, cece cerita ke
pemimpin cece lewat sms dan dia
bilang “yaudah kalo kaya gitu kamu
jangan bahas agama di sana, kamu jadi
anak yang paling baik aja di sana,
jangan bawa jabatan atau apapun”.
- Jadi disana berusaha menjadi injil,
soalnya menginjil gabisa, jadinya
menghidupi firman.
- Waktu dimarahin gak bantah, disuruh
apapun ya jalan, selama 1 setengah
bulan.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tabel sebelumnya dijelaskan bahwa Caca tidak jadi memulai
mengaku kepada orang tuanya. Namun ia membuktikannya dengan perilakunya
kepada orang tua dan adiknya. Pada tabel 4.10 ini dijelaskan bahwa pada tahap
ini Caca mulai memasuki tahap fakta kepada adiknya. Ia mulai mengajak adiknya
berdoa hingga akhirnya adiknya juga bertobat dan menjadi seorang agama
Kristen.
Perubahan hidup Caca terus ditunjukkan kepada ibunya. Caca juga
sempatmenanyakan kepada pemimpin rohaninya bagaimana yang harus ia
lakukan. Setelah mendapat nasihat akhirnya Caca memutuskan untuk melakukan
105 Universitas Kristen Petra
perubahan hidup yang nyata agar orang tuanya melihat bahwa benar-benar ia
menjadi seorang Kristen yang baik dan benar. Misalkan tidak pernah membantah
lagi, mau melakukan apa yang disuruh ibunya.
Tabel 4.11 Bracketing data informan 2 – Caca, tingkatan self disclosure opini
Tingkatan self
disclosure Pertanyaan Jawaban Informan
Opini
(Opinion)
Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?
- Setelah itu, liburan selanjutnya
akhirnya pulang lagi ke rumah. Nah
selama perjalanan Desember ke Juli
(waktu di Surabaya) mama sering
telpon. Cece wes gak kayak biasa,
biasane bentak-bentak, sekarang
berusaha seceria mungkin meskipun
secapek apapun dan ngomong Caca
sayang mama. Walaupun ndak
gampang. Dan disitu kita jadi sering
cerita sih.
- Sampe liburan Juli-Agustus mama ajak
ngomong lagi “mama gakpapa kamu
masuk agama itu. Mama gakpapa wes
an lek kamu sama adekmu mau pindah
agama, mama lepasno. Yang penting
kalian jadi pribadi yang lebih baik”
- Cece reaksi awalnya bingung sih.
Kayak gak berani tanya opo’o, soalnya
takut berubah pikiran.
- Dari situ cece cuma percaya kalo mama
itu ngelihat perubahan sikapnya,
perubahan kehidupan kita.
106 Universitas Kristen Petra
- Edo, yang pisah rumah dari mama papa
pun itu juga menerapkan hal yang sama
juga. Kayak ditelpon dia berusaha baik.
Dulu waktu
mama mulai
ngomong, itu
bagaimana setting
nya ce? Apakah
lagi duduk bareng
lalu tiba-tiba
diajak omong
atau gimana?
- Waktu mama ngomong yang di liburan
pertama sama kedua itu sama-sama
waktu kita mau tidur. Soalnya kan aku
sekamar sama mama, papa sekamar
sama Edo.
- Waktu mau tidur memang tiba-tiba
ngomong “Caca…” baru ngomong. Itu
sambil tiduran sih.
- Mama memang selalu ambil momen itu
buat membahas, waktu-waktu ngomong
seriusnya ya emang sewaktu mau tidur
itu selalu. Jadi waktu itu bingung
pertama yang dibilang gak boleh,
padahal momen yang sama cece mau
ngaku ke mama.
Emang apa yang
membuat cece
mau dan harus
ngaku ke orang
tua?
- Cece menganggap bahwa sesuatu harus
diungkapkan, kebenaran harus
diungkapkan. Cece pengen ngomong
kalo aku pindah agama ini bukan karna
konco-koncku tapi ya aku merasa
Tuhan itu hidup disini.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tahap opini, terlihat pada tabel 4.11 bahwa perubahan hidup terus
ditunjukkan Caca walaupun ia berada di kota yang berbeda. Setelah pulang,
akhirnya ibunya dulu yang mengatakan bahwa ia memperbolehkan untuk pindah
agama.
Caca mengungkapkan bahwa ibunya selalu memulai bicara saat mereka
sudah mau tidur, karena itulah saat-saat dimana mereka bisa berdua dan berbicaa
secara serius. Caca mengaku bahwa sebenarnya ia ingin mengaku karena ia ingin
107 Universitas Kristen Petra
membuktikan bahwa ia ikut ke gereja Kristen bukan karena ikut-ikutan tapi
karena pengalaman pribadinya dengan Tuhan yang ia rasakan.
Tabel 4.12 Bracketing data informan 2 – Caca, tingkatan self disclosure perasaan
Tingkatan self
disclosure Pertanyaan Jawaban Informan
Perasaan
(Feeling)
Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?
- Sebelum liburan ketiga mama sempet
cerita kalo ketemu temen.
- Kan kita berdoa, buat menangno mama
itu waktunya sangat singkat, karena
kita cuma ketemu 1 setengah bulan
dalam 6 bulan sekali.
- Terus mama tiba-tiba ndek telepon itu
sharing kalo mama ketemu satu temen
yang jadi sahabatnya sampe sekarang.
Namanya ai jahit, kita manggil itu
soalnya dia tukang jahit. Dan dia orang
Kristen.
- Mama cerita kalo mama sering
mengeluhkan kehidupannya ke ai jahit.
Dan banyak dinasihati ai jahit sampe
akhirnya mama sadar kalo hidupnya
masih banyak yang harus disyukuri.
- Setelah mama cerita ini aku sama
adikku sueneng pol pokoknya, ngeliat
mama juga udah ke gereja Kristen
bareng ai jahit ini.
- Akhirnya liburan ketiga kita udah
gereja bareng ke gereja Kristen. Dan
papa juga ikut.
Jadi sebenarnya,
cece
- Iya, jadi gak pernah keluar kata-kata
“udah pindah”. Tapi dari apa yang cece
108 Universitas Kristen Petra
mengungkapkan
dengan
perbuatan?
lakukan itu semua udah bisa
membuktikan, dan lewat perubahan
hidup juga kan.
Setelah akhirnya
sama-sama
Kristen, hal apa
yang dirasakan
berbeda dari
sebelumnya ce?
- Akhirnya papa setelah itu mau dibaptis
tahun lalu (2015) dan sekarang mama
papa sungguh-sungguh juga dalam
Tuhan. Sekarang mereka ikut CG
(Connect Group) dan pelayanan.
- Bedanya jauh banget, dari liburan
ketiga udah kerasa banget, udah lebih
sabar sama papa, suasana rumah lebih
hangat. Lebih gampang peluk mama
papa.
- Dulu itu meja makan itu kayak
kuburan, kalo makan ya makan, gak
ada satupun yang ngomong. Tapi justru
sekarang meja makan itu tempat kita
ngobrol. Sekarang juga isa gandengan
dan doa bareng, gentian.
- Mama juga lebih lihai sekarang dari
aku, kalo telepon bisa ngomong
“jangan lupa quality time sama
adekmu”. Sekarang mama juga lebih
sering yang bagi firman ke kita.
Kalo sama
saudara sepupu
itu gimana reaksi
mereka?
- Ya… hahaha udah dianggap gila sih
sama keluarga. Sempet dibilang “hih
gila ta? Aku sekali Katolik ya tetep
Katolik”. Padahal ya Katolik yang
setengah Buddha, yang masih
sembayangan.
109 Universitas Kristen Petra
Sampe sekarang
dari mama papa
masih ada yang
disembunyiin ga?
- Sudah gaada sama sekali. Sekarang
sudah kayak temen, kayak sahabat.
Soalnya apa-apa kan cerita ke mama.
Terakhir ce, kalo
dari agama
Katolik,
konsekuensi kalo
pindah dari
agama Katolik itu
gimana?
- Waduh gaktau kalo itu. Soalnya
daridulu sebenernya kan Katolik yang
gak sungguh-sungguh. Walopun udah
aktif, udah sakramen krisma ya tetep
aja ga sungguh-sungguh karena itu
cuma tuntutan.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tahap perasaan, Caca dan ibunya mulai menjadi lebih dekat satu
sama lain. Ia mengatakan bahwa ibunya sering sharing sampai akhirnya ibunya
juga menjadi agama Kristen. Jadi sebenarnya proses yang Caca lewati untuk
mengaku tidak secara langsung namun dengan perbuatan yang membuktikan dia
sudah berubah dan menjadi seorang agama Kristen.
Dampak yang ia rasakan setelah akhirnya bisa benar-benar diterima
orang tuanya adalah ada perubahan hidup keluarganya yang semakin harmonis.
Mereka sekeluarga menjadi sering cerita dan mengungkapkan kasih sayang satu
sama lainnya. Pada akhirnya juga, ayah Caca yang sangat keras, tahun 2015 sudah
menjadi orang Kristen dan sekarang sekeluarga sudah bersungguh-sungguh
dalam Tuhan.
Selain itu, keluarga besar Caca justru semakin menolak keluarga Caca.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, keluarga mereka sangat fanatik.
Sehingga keluarga Caca dianggap gila karena sudah pindah agama Kristen.
Setelah Caca, akan dijabarkan pula tingkatan self disclosure yang
dilakukan oleh Vina, seorang yang dulunya beragama Islam kepada orang tuanya.
110 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.13 Bracketing data informan 3 – Vina, tingkatan self disclosure klise
Tingkatan self
disclosure Pertanyaan Jawaban Informan
Klise (Cliches) Waktu itu, kapan
Vina mulai ngaku
ke mama papa
kalo sudah pindah
agama?
- Kalo kapan, sama papa itu sebenernya
gak sengaja waktu itu ce. Jadi pulang
ret-ret kader PELMA 2015, selisih 3
bulan dari pindah agama.
- Aku wes cuapek to, baru pulang ret-ret
baru pulang kos papa itu telepon. “Dari
mana?” baru bilang “dari camp pa”.
Setelah itu ya ngobrol-ngobrol biasa.
- Nah kalo sama mama ce, secara gak
langsung pas aku ngobrol ndek rumah.
Pas ngobrol-ngobrol aja karena mama
ngerasa berbeda. Awalnya itu ndak
merencanakan. Cuma setelah
berjalannya waktu, jalan terus dan
waktu ngomong ini kok kayaknya ini
saat yang pas buat aku ngaku ya.
Waktu itu sama
mama papa masih
saling kontak?
- Masih ce, seperti biasa, tapi ya
menyembunyikan kalo sudah pindah
agama
- Tapi dari sini mama ngerasa udah beda
karena aku sudah ndak pernah
ngucapin “Assalamualaikum”,
“Alhamdulilah” dan lain-lain ke mama.
Ini papa yang ngomong ke aku.
Waktu baru mau
ngaku ke mama
papa, apa yang
kamu rasain?
- Deg-degan puol. Pokoknya wes aku
sebelum ngomong juga berdoa minta
tuntunan Tuhan, sampe aku bener-
bener mikir sebelum mengeluarkan
kata-kata.
111 Universitas Kristen Petra
Sebelumnya kan
takut banget,
menyembunyikan
juga kan. Apa
yang membuat
kamu kok pada
akhirnya
mengaku?
- Soalnya mikir aja ce, mosok selamanya
mau menutupi ini dari mama. Aku
harus kasi tanda-tanda.
- Dan dari papa ngomong juga kalo
mama maunya denger dari aku yang
mulai bicara tentang hal ini.
- Ndak tenang aja, kan bohong, tambah
jauh juga soalnya gakbisa cerita.
Soalnya dari dulu sejak kecil, pulang
sekolah pasti duduk berdua buat cerita.
Nah kalo sekarang gak bisa.
Kenapa kok pada
awalnya gak takut
untuk cerita ke
papa?
- Soalnya aku tau ce papa itu gak peduli
soal agama. Dia pasti mendukung yang
menjadi keputusanku. Toh itu
tanggung jawab masing-masing, papa
bilang gitu. Papa juga dulu sebelum
nikah sama mama itu agama Kristen
juga.
- Kalo mama aku tau pasti gak
dibolehin, jadi deg-degan.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tabel 2.13 dijabarkan bahwa untuk self disclosure Vina kepada
ayah dan ibunya dilakukan pada waktu yang berbeda. Ia mulai mengaku kepada
ayahnya tidak disengaja, karena ayahnya yang terus menanyakan kepada Vina
hingga akhirnya ia harus mengaku bahwa sudah pindah agama Kristen. Vina
menjelaskan bahwa ia tidak begitu takut untuk cerita kepada ayahnya dan
langsung mau mengaku karena ia tahu bahwa ayahnya tidak mempedulikan soal
agama. Bahkan sebenarnya ayahnya beragama Kristen sebelum akhirnya menjadi
agama Islam saat menikah dengan ibu Vina.
Berbeda dengan ayahnya, Vina mulai mengaku kepada ibunya pada saat
ia sedang liburan dan berada di rumah. Ibunya mengajak Vina bicara dan setelah
112 Universitas Kristen Petra
beberapa lama berbicara, Vina berpikir untuk mulai mengaku. Hal ini mulai ia
pikirkan karena ia melihat momen yang pas untuk mulai mengaku kepada ibunya.
Vina mengaku bahwa ia sangat takut untuk mengaku, namun tetap harus
mengungkapkan karena tidak selamanya hal ini disembunyikan dari ibunya. Ia
merasa juga bahwa ia lebih takut kepada ibunya karena ia tahu bahwa ibunya
tidak memperbolehkan. Maka dari itu ia mulai berpikir untuk mengaku kepada
ibunya setelah ia mengaku kepada ayahnya melalui telepon.
Tabel 4.14 Bracketing data informan 3 – Vina, tingkatan self disclosure fakta
Tingkatan self
disclosure Pertanyaan Jawaban Informan
Fakta (Fact) Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?
- Endingnya papa tanya “gak pergi ke
gereja?” aku jawab “endak”. Baru papa
bilang “halah ndak usah bohong ke
papa, kalo pergi ya ndakpapa”. Aku
tetep jawab “endak” ce.
- Akhirnya disitu, aku pertama mulai
mempertanyakan ajaran-ajaran Islam
dulu. Jadi ya diskusi dulu misal “oh ya
ma, kok adek ada pertanyaan ini ya ma
kayak kok ceritanya yang disampaikan
ke kita selama SD SMP SMA sama
seharusnya yang di buku itu kok beda
ya ma? Banyak yang beda dan gak
diungkapin”. Terus ya mama bilang
“ya mama ga tau sih, yawes ini lah, ini
agama keturunan kita”. Tak jawab gini
to ce “lo mah, kalo kayak gitu, terus
kalo seumpama nenek moyang kita,
kakek nenek salah ya kita salah dong?
Kalo kita ndak caritau sendiri?
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
113 Universitas Kristen Petra
Pada tahap yang selanjutnya, Vina mulai masuk lebih dalam pada
tingkatan self disclosure ini. Ayahnya terus bertanya kepada Vina apakah ia pergi
ke gereja. Vina terus tidak mau mengaku karena ia takut ayahnya akan
mengatakan kepada ibunya bahwa ia sudah pindah agama.
Berbeda dengan ibunya, Vina yang sudah ingin mengaku mulai dengan
pertanyaan-pertanyaannya mengenai ajaran agama Islam. Namun setelah ibunya
menjawab dan tidak memuaskannya, Vina terus bertanya kepada ibunya bahwa
apabila nenek moyang salah apakah kita tetap salah dan tidak cari kebenaran. Hal
ini diungkapkan Vina tepat sebelum ia mengaku.
Tabel 4.15 Bracketing data informan 3 – Vina, tingkatan self disclosure opini
Tingkatan self
disclosure Pertanyaan Jawaban Informan
Opini
(Opinion)
Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?
- Terus papa tanya lagi ““ah mosok?
Selama ini di Surabaya gak pernah ke
gereja?”. Akhirnya aku ngaku ce “ya
pernah sih pah”. Dijawab papa “oh
kenapa? Wes pindah ta?” digitukno ce.
Awalnya aku tetep ndak mau ngaku,
tapi kayak papa mancing-mancing
terus, jadinya kebawa deh.
- “Sekarang adek mau ngomong, mau
belajar dulu agama ini, kedua agama
ini, belum memutuskan untuk pindah
tapi untuk lebih belajar lah untuk
mendalami yang mana yang bener
sebenarnya” gitu ce. Padahal ya waktu
itu sudah pindah kan hahaha.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tabel 2.15 terlihat bahwa pada tingkatan opini, Vina mulai
mengungkapkan kepada kedua orang tuanya bahwa ia sudah pindah agama.
Setelah ia terus ditanya oleh ayahnya, akhirnya Vina mengaku bahwa ia pernah
ke gereja. Setelah dari itu, Vina menyadari bahwa ayahnya sudah merasa ia sudah
114 Universitas Kristen Petra
pindah agama. Maka dari itu ayahnya lanjut bertanya apakah Vina sudah pindah
agama atau belum.
Berbeda dengan ibunya, Vina yang sudah banyak menanyakan
keraguannya, akhirnya mengaku kepada ibunyabahwa ia ingin terlebih dahulu
belajar mengenai kedua agama ini. Ia ingin mendalami agama Islam dan Kristen
dan mencari mana dari kedua agama ini yang benar. Padahal waktu itu Vina
dalam keadaan sudah beragama Kristen.
Tabel 4.16 Bracketing data informan 3 – Vina, tingkatan self disclosure perasaan
Tingkatan self
disclosure Pertanyaan Jawaban Informan
Perasaan
(Feeling)
Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?
- Akhirnya ngomong deh “ya sekarang
aku sudah bener-bener yakin dan
percaya kalo Yesus itu Tuhan dan Juru
Selamatku. Dan sekarang udah
memutuskan untuk ke Kristen, jadi
sekarang udah ke gereja pa”. Akhirnya
dijawab papa “ooo, yawes gakpapa,
papa ndak mempermasalahkan kok”
- Terus mama ngomong “ya tapi kamu
lebih condong ke Kristen kan?”
- Aku cuma diem ce. Aku wes ndak
ngomong apa-apa. Terus ya
ngomongnya “ya pokoknya adek lagi
belajar, lagi mendalami, yang bener
yang mana”.
- Habis gitu mama diem aja dan bilang
“yaudah lah ini dibahas nanti aja kalo
kamu sudah selesai kuliah, mama ndak
pengen denger ini saat ini.”
- Mama juga bilang “ya belajaro banyak-
banyak aja gakpapa, toh nanti kita juga
115 Universitas Kristen Petra
harus diskusi dulu buat ambil
keputusan ini”. Jadi mama gak mau
sepihak sih dalam keputusanku.
- Diskusinya ke mama itu seperti apa
yang jadi pertanyaan-pertanyaanku itu
nanti dibahas, didiskusikan bareng.
Mama maunya harus menjelaskan
dulu, entah usaha membawa aku ke
Kyai, atau orang yang pengetahuan
agama Islam pokoknya usahanya
mama sampe bener-bener aku bertahan
apa ndak.
Kenapa mama
maunya
membahas setelah
selesai kuliah?
- Karena mama menganggap kalo aku
lagi di zona nyamanku. Lingkungan,
temen-temen, organisasi, semuanya itu
lingkungan Kristen semua. Takutnya
mama aku cuma ikut-ikut tok, nanti
kalo udah keluar dan masuk ke
lingkungan orang Islam malah balik
lagi, malah gak bener kan.
- Pikirnya mama nanti juga dibilang apa
sama keluarga. Sudah sekolahin jauh-
jauh, di kampus Kristen, ya anaknya
ikut. Habis gitu sudah bayar mahal-
mahal juga ujung-ujungnya anaknya
pindah. Nah mama itu gakmau disalah-
salahin keluarga.
Pengaruhnya
setelah ngaku ke
mama papa
gimana?
- Dari situ aku sama papa malah tambah
deket. Malah kebalikan dulu deketnya
sama mama, sekarang sama papa.
Sering cerita juga sama papa.
116 Universitas Kristen Petra
- Kalo ke mama ya kebalikan kaya ke
papa dulu, gak bisa cerita, takut
keceplosan. Soalnya dulu pernah
keceplosan. Akhirnya ya jauh sama
mama gara-gara ini.
Setelah ngaku,
ada hal yang
masih
disembunyikan
ga?
- Kalo sama mama ya pergi ke gereja
masih disembunyiin.
- Kalo papa sih sudah tau semuanya,
kadang bilang lagi ikut CG, organisasi,
dan lain-lain.
Terus kamu kan
dari agama Islam,
konsekuensi kalo
pindah dari agama
Islam yang kamu
tau itu gimana?
- Kalo di Islam ce, pasti dianggap
murtad, masuk neraka. Dan lebih
parahnya lagi yang islamnya itu kuat,
bisa-bisa ditolak dari keluarganya ce.
Apa kamu gak
takut nerima
konsekuensi itu?
- Ya kalo yang ditolak keluarga pasti
takut ce, makanya sampe sekarang kan
masih menutupi dari mama.
- Kalo yang murtad dan masuk neraka
sih ndak begitu menghiraukan ce.
Karena sudah percaya sama Tuhan
Yesus.
- Bahkan ya aku sudah dibilang gitu juga
sama temen-temen aku, gak peduli.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tabel 4.16 menjelaskan mengenai tahap terakhir Vina melakukan
self disclosure. Pada tahap perasaan ini Vina mulai mengungkapkan apa yang
benar-benar dari dalam hatinya untuk disampaikan kepada orang tuanya. Apabila
dengan ayahnya, Vina akhirnya mengatakan bahwa ia sudah percaya Tuhan
Yesus sebagai Juru Selamat pribadinya. Kemudian Vina juga mengatakan bahwa
117 Universitas Kristen Petra
ia sudah pergi ke gereja. Ayahnya mengatakan bahwa ia tidak
mempermasalahkan kepindahan agama Vina.
Berbeda dengan ibunya, Vina yang setelah mengungkapkan bahwa ia
ingin belajar akhirnya dijawab ibunya “ya tapi kamu lebih condong ke Kristen
kan?”. Vina tidak bisa berkata-kata dan ia akhirnya mengatakan lagi bahwa ia
ingin belajar dan mendalami dulu agama Kristen dan Islam. Ia mengatakan ini
karena sebenarnya ia ingin mengungkapkan tapi dari dalam hatinya masih benar-
benar takut untuk mengaku yang sesungguhnya. Sehingga Vina hanya mengaku
kepada ibunya sebatas mempelajari kedua agama.
Dampak yang Vina rasakan setelah melakukan self disclosure adalah ia
menjadi semakin dekat dengan ayahnya dan menjauh dengan ibunya. Ia
mengungkapkan bahwa dulunya ia selalu cerita dengan ibunya, namun semenjak
ini ia selalu bercerita kepada ayahnya karena ayahnya sudah mengetahui
semuanya mengenai Vina. Ia juga masih menyembunyikan kepada ibunya sampai
sekarang bahwa ia sudah pindah agama dan setiap minggu ke gereja.
Vina juga mengatakan bahwa ia tidak begitu mempermasalahkan
konsekuensi yang dikatakan ajaran agama Islam bahwa ia disebut murtad dan
akan masuk neraka. Ia sekarang sudah percaya penuh kepada ajaran agama
Kristen. Namun untuk konsekuensi ditolak oleh keluarga itulah yang ditakutkan
Vina. Maka dari itu ia memutuskan untuk tidak mengaku kepada ibunya sampai
sekarang. Ia mengatakan bahwa ia akan mengaku setelah ia benar-benar mantap
dan memiliki bekal untuk bisa menjawab saat nantinya dihadapkan kepada
pemuka agama atau orang lainnya.
Setelah informan pertama sampai ketiga, akan dijelaskan tahapan self
disclosure yang dilakukan oleh Lisa, seorang yang dulu beragama Konghucu.
Tabel 4.17 Bracketing data informan 4 – Lisa, tingkatan self disclosure klise
Tingkatan self
disclosure Pertanyaan Jawaban Informan
Klise (Cliches) Dulu kapan mulai
ngaku ke papa?
- Dulu itu dari awal pindah agama sampe
ngaku itu jaraknya ada 6 bulan aku
nutup-nutupin ce.
118 Universitas Kristen Petra
- Waktu pulang rumahpun sampe papa
tanya “lo tumben ce kamu gak marah-
marah?”. Terus aku jawab “lo iya ta
pa?”. Dijawablah sama papa “gaktau,
kan biasanya kamu gitu”.
- Kayak mulai saat itu baru mikir kalo
aku harus cerita nih ke papa.
Berati awal mau
cerita karena
kecurigaan papa?
- Iya. Karena waktu liburan itu yang
papa curiga aku kok gak marah-marah
lagi.
Selain hal itu,
kenapa juga
memutuskan
untuk ngaku sama
papa?
- Karena gakmau terus-menerus
berbohong dan menyembunyikan apa
yang aku alami sama papa.
- Terus juga udah gak tahan aja pengen
ngaku sama papa.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tabel 4.17 Lisa mengatakan bahwa ia mengaku kepada ayahnya
setelah 6 bulan kepindahan agamanya. Pada awalnya ia tidak mau mengaku
kepada ayahnya. Namun pada saat liburan, Lisa kembali ke rumah. Setelah itu,
ayahnya mengatakan kepadanya bahwa Lisa berubah dan tidak marah-marah lagi
seperti biasanya. Karena perkataan ayahnya ini, Lisa berbicara dalam hat bahwa
ia harus segera cerita kepada ayahnya bahwa ia sudah pindah agama. Ia juga ingin
mengaku karena ia juga tidak mau terus-menerus berbohong dan
menyembunyikan apa yang ia alami.
Tabel 4.18 Bracketing data informan 4 – Lisa, tingkatan self disclosure fakta
Tingkatan self
disclosure Pertanyaan Jawaban Informan
Fakta (Fact) Dulu kapan mulai
ngaku ke papa?
-
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
119 Universitas Kristen Petra
Lisa saat melakukan self disclosure tidak melalui tahap fakta karena
pada saat ia mengaku, ia langsung mengungkapkan bahwa ia sudah pindah
agama.
Tabel 4.19 Bracketing data informan 4 – Lisa, tingkatan self disclosure opini
Tingkatan self
disclosure Pertanyaan Jawaban Informan
Opini
(Opinion)
Dulu kapan mulai
ngaku ke papa?
- Akhirnya aku memutuskan untuk nge
Line papa, bilang “pa, aku sudah
baptis”. Terus papa bilang “loh kok
bisa? Bukannya kamu udah dibaptis
duluan di klenteng?”.
Kenapa dulu
memilih lewat
Line?
- Soalnya itu udah di Surabaya ce. Jadi
sudah selesai liburannya, 1 atau 2
bulan setelah selesai liburan. Dan
kenapa pake nya Line soalnya emang
lebih sering chatting sama papa
daripada telepon. Jadi itu malam-
malam udah deh memberanikan diri aja
mulai chatting ke papa.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tabel 4.19 bisa dilihat bahwa Lisa mengaku kepada ayahnya
melalui Line karena pada waktu itu Lisa sudah kembali kuliah di Surabaya. Ia
juga tidak menelpon ayahnya karena terbiasa berhubungan dengan ayahnya hanya
sekedar chatting melalui Line. Lisa langsung mengatakan kepada ayahnya bahwa
iasudah dibaptis tanpa basa-basi. Respon ayahnya pertama kali adalah “loh kok
bisa? Bukannya kamu udah dibaptis duluan di klenteng?”.
120 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.20 Bracketing data informan 4 – Lisa, tingkatan self disclosure perasaan
Tingkatan self
disclosure Pertanyaan Jawaban Informan
Perasaan
(Feeling)
Dulu kapan mulai
ngaku ke papa?
- Jadi dulu ceritanya aku ada tugas SMA
wawancara pemuka agama. Waktu itu
aku ke klenteng untuk wawancara
Laoshi nya. Waktu wawancara aku ikut
dulu apa yang disuruh gitu kaya doa-
doanya gitu. Soalnya kan sungkan to,
udah minta tolong, jadinya ya demi
nilai. Waktu wawancara itu aku
diwawncara balik malahan ce
hahaha… Ditanya nama lah dll dan dia
tulis di kertas. Gak lama kertasnya
dibakar dan aku tanya temenku “loh itu
ngapain?”. Ternyata temenku bilang
“loh itu kan kamu di Qiu tao (dibaptis
konghucu)”. Di situ aku kaget banget
ce dan ngerasa dijebak.
- Terus ya habis itu aku jelasin semua ke
papa kalo ternyata waktu itu dijebak.
Aku cerita lengkap tentang yang
dijebak itu.
- Akhirnya di read doang sama papa itu
ce. Aku kan semakin deg-degan.
- Akhirnya aku ngomong deh “tapi pa
buat keputusanku yang ini aku udah
yakin.” Dijawab gini sama papa “kamu
yakin kan? Kalo yakin gakpapa papa
dukung, kalo gak yakin, itu yang
jangan, bikin malu kan”. Aku bales
“enggak kok pa enggak, udah bener
121 Universitas Kristen Petra
udah yakin”. Akhirnya papa tanya lagi
“kok bisa memang?”
- Dan aku akhirnya cerita semua mulai
dari SD aku gini lah, SMP SMA dan
sampe sekarang aku ceritain semuanya.
Di situ akhirnya papa bener-bener read
aja. Terus ditelpon sama ii ku “loh
kamu ngomong apa aja sama papa?
Kok dia sampe nangis?”. Baru setelah
ditanyain mau gak mau cerita lah
semuanya juga ke ii. Dimarahin sih
“kamu gak salah ta?” dan aku jawab
“ndak kok, aku udah yakin dan merasa
bener aja soalnya ada hal yang beda
aja”. Akhirnya gakpapa kan sama ii.
- Besok paginya itu baru papa bales dan
bilang “yaudah kalo cece emang betul
ambil keputusan, gakpapa papa
dukung. Tapi kamu harus betul, kalo
salah jangan ya”. Dan akhirnya aku
jawab “oke pa, semangat” dan lain-lain
bahas yang lainnya.
Setelah ngaku
sama papa, ada
ngaruhnya ga?
- Ya ngaruhnya sekarang jauh lebih
deket aja sih sama papa. . Soalnya juga
didukung kan.
- Tapi akibat lainnya itu sama sepupu itu
mereka jadi agak njauhin gitu ce.
Mereka istilahnya kayak jaga jarak gitu
ke aku. Kalo yang tua-tua itu malah
kepo ke aku, kok bisa gini gitu, jadi
malah tanya-tanyain semuanya ke aku.
Tapi mereka untungnya fine aja ke aku.
122 Universitas Kristen Petra
Cuman ya waktu urusan sembayang,
aku masih disuruh sembayang, padahal
sudah gakmau.
- Kemarin waktu imlekan itu ce, aku
tetep disuruh sembayang, papa
sebenernya tau kalo aku gakmau,
cuman kan itu lagi kumpul keluarga.
Jadi terpaksa sembayang sampe
akhirnya aku nangis ce waktu
sembayang. Habis dari itu akhirnya
papa bilang kalo mulai tahun depan
kumpul keluaganya gak usah di rumah
lagi, biar di rumah keluarga lainnya
aja.
Ada gak hal-hal
yang masih
disembunyiin dari
papa setelah
ngaku?
- Gak ada
Perubahan hidup
apa yang
menurutmu paling
kamu rasain?
- Gak marah-marah lagi, berusaha jadi
lebih baik lagi sih
Terakhir, kan
kamu dari
Konghucu, kamu
tau tentang
konsekuensi kalo
pindah dari agama
Konghucu itu
gimana?
- Hmmm… Kalo dari Konghucu sih
percayanya nanti gak akan masuk ke
surganya sana sih ce. Kalo Buddha kan
ada reinkarnasi dan lain-lain nah kalo
Konghucu ini ya cuma ke surganya apa
enggak gitu.
123 Universitas Kristen Petra
Apa kamu gak
takut nerima
konsekuensi itu?
- Sebenernya waktu pindah itu pun
sudah gak mikir ke sana lagi, udah
percaya Tuhan Yesus juga kan jadi gak
terlalu mempermasalahkan juga sih.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tahap perasaan oleh tabel 4.20 dituliskan bahwa Lisa menjawab
apa yang menjadi pertanyaan ayahnya. Ia mulai mengaku bahwa sebenarnya dulu
ia dijebak saat dibaptis agama Konghucu demi tugas SMA. Karena ayanya tidak
menanggapi, Lisa langsung mengatakan lagi bahwa ia sudah sungguh-sungguh
yakin bahwa ia pindah agama. Ayahnya lantas menanyakan kembali mengapa
bisa ia pindah agama. Setelah dari itu percakapan mereka terus berlanjut hingga
Lisa benar-benar menceritakan kronologisnya dari awal hingga akhir mengapa ia
bisa memutuskan untuk pindah agama Kristen.
Setelah melakukan self disclosure kepada ayahnya, Lisa mengaku
hubungannya dengan ayahnya semakin dekat. Tidak ada hal yang disembunyikan
lagi oleh Lisa kepada ayahnya. Bahkan ayahnya tahu bahwa Lisa tidak boleh
sembayang lagi. Dampak lain yang ia rasakan adalah sepupu-sepupu Lisa yang
dulu sangat dekat dengannya sekarang mulai menjauh dan jaga jarak dengan Lisa.
Namun hal ini tidak mengecilkan hatinya. Ia pun mengaku tidak
mempermasalahkan dengan konsekuensi agama Konghucu apabila pindah agama
karena ia sudah percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yesus.
4.3.2.2. Horizonalizing
Horizonalizing yaitu menggabungkan temuan-temuan data yang telah
dipisahkan tadi sesuai dengan kelompoknya yang seragam (Moustakas, 1994,
p.95). Pada tahap reduksi yang kedua ini, peneliti akan membagi dalam tabel
sesuai dengan kelompoknya yang sama berdasarkan hasil reduksi bracketing.
124 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.21 Horizonalizing 1
Informan
Pengelompokan
data yang
seragam
Jawaban informan
Indra Perasaan
(Apa kamu gak
takut nerima
konsekuensi itu?)
- Ya nggak sih, kan sudah percaya
Tuhan Yesus, kepercayaannya kan
beda.
Vina Perasaan
(Apa kamu gak
takut nerima
konsekuensi itu?)
- Kalo yang murtad dan masuk neraka
sih ndak begitu menghiraukan ce.
Karena sudah percaya sama Tuhan
Yesus..
Lisa Perasaan
(Apa kamu gak
takut nerima
konsekuensi itu?)
- Sebenernya waktu pindah itu pun
sudah gak mikir ke sana lagi, udah
percaya Tuhan Yesus juga kan jadi
gak terlalu mempermasalahkan juga
sih
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Tabel 4.22 Horizonalizing 2
Informan
Pengelompokan
data yang
seragam
Jawaban informan
Indra Klise
(Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?)
- Dulu sih kan awalnya takut kan mau
ngomong sama mama papa. Selama
dua minggu itu hati ndak tenang,
ndak damai sejahtera. Aku cuma
cerita sama cece aja sih kalo sudah
pindah ke agama Kristen.
- Setelah akhirnya dua minggu,
akhirnya aku memutuskan untuk
125 Universitas Kristen Petra
ngomong sama mama dulu lewat
telepon.
- Waktu itu aku telepon papa, lagi di
kampus, sudah perasaan ndak
tenang, takut, pokoknya aku mau
bicara bener-bener baik sama papa
Caca Opini
(Emang apa yang
membuat cece mau
dan harus ngaku ke
orang tua?)
- Cece menganggap bahwa sesuatu
harus diungkapkan, kebenaran harus
diungkapkan. Cece pengen ngomong
kalo aku pindah agama ini bukan
karna konco-koncku tapi ya aku
merasa Tuhan itu hidup disini.
Vina Klise
(Sebelumnya kan
takut banget,
menyembunyikan
juga kan. Apa yang
membuat kamu kok
pada akhirnya
mengaku?)
- Ndak tenang aja, kan bohong,
tambah jauh juga soalnya gakbisa
cerita. Soalnya dari dulu sejak kecil,
pulang sekolah pasti duduk berdua
buat cerita. Nah kalo sekarang gak
bisa.
Klise
(Waktu baru mau
ngaku ke mama
papa, apa yang
kamu rasain?)
- Deg-degan puol. Pokoknya wes aku
sebelum ngomong juga berdoa minta
tuntunan Tuhan, sampe aku bener-
bener mikir sebelum mengeluarkan
kata-kata.
Lisa Klise
(Selain hal itu,
kenapa juga
memutuskan untuk
ngaku sama papa?)
- Karena gakmau terus-menerus
berbohong dan menyembunyikan
apa yang aku alami sama papa.
- Terus juga udah gak tahan aja
pengen ngaku sama papa.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
126 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.23 Horizonalizing 3
Informan
Pengelompokan
data yang
seragam
Jawaban informan
Indra Fakta
(Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?)
- Aku ngomong “jangan marah ya” itu
karena saking takutnya mau
ngomong. Kesannya kayak habis
membuat kesalahan. Tapi ya gimana
harus ngomong aja. Akhirnya
ngomong gitu buat menghindari biar
ga dimarahin, ya walopun
kemungkinan juga dimarahin.
Perasaan
(Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?)
- Baru habis itu papa jawab “ooo…
Jadi gimana dedek kalo pulang terus
sembayangnya gimana?”
Vina Perasaan
(Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?)
- Mama juga bilang “ya belajaro
banyak-banyak aja gakpapa, toh
nanti kita juga harus diskusi dulu
buat ambil keputusan ini”. Jadi
mama gak mau sepihak sih dalam
keputusanku.
Lisa Perasaan
(Dulu kapan mulai
ngaku ke papa?)
- Akhirnya aku ngomong deh “tapi pa
buat keputusanku yang ini aku udah
yakin.” Dijawab gini sama papa
“kamu yakin kan? Kalo yakin
gakpapa papa dukung, kalo gak
yakin, itu yang jangan, bikin malu
kan”. Aku bales “enggak kok pa
enggak, udah bener udah yakin”.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
127 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.24 Horizonalizing 4
Informan
Pengelompokan
data yang
seragam
Jawaban informan
Indra Perasaan
(Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?)
- Setelah itu baru papa jawab “ooo…
Yasudah dijalani saja, nantik kalo
pulang Makassar dijalani saja. Kalo
emang gabisa sembayang yaudah
gapapa”. Itu kata papa. Dan aku
kaget pol kok ternyata papa
responnya gini. Gak marah dan gak
sesuai ekspektasiku kalo ternyata
boleh sama papa.
- Setelah akhirnya ngaku sama papa,
udah dibolehin, rasanya itu plong
banget, lega banget pokoknya.
Apalagi dengan reaksi papa mama
yang ternyata bolehin, ndak sesuai
ekspektasiku dimarahin lah atau gak
dibolehin.
Caca Opini
(Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?)
- Sampe liburan Juli-Agustus mama
ajak ngomong lagi “mama gakpapa
kamu masuk agama itu. Mama
gakpapa wes an lek kamu sama
adekmu mau pindah agama, mama
lepasno. Yang penting kalian jadi
pribadi yang lebih baik”
Vina Perasaan
(Dulu awal ngaku
sama mama papa
gimana cara
ngomongnya?)
- Akhirnya ngomong deh “ya sekarang
aku sudah bener-bener yakin dan
percaya kalo Yesus itu Tuhan dan
Juru Selamatku. Dan sekarang udah
memutuskan untuk ke Kristen, jadi
128 Universitas Kristen Petra
sekarang udah ke gereja pa”.
Akhirnya dijawab papa “ooo, yawes
gakpapa, papa ndak
mempermasalahkan kok”
Lisa Perasaan
(Dulu kapan mulai
ngaku ke papa?)
- Besok paginya itu baru papa bales
dan bilang “yaudah kalo cece emang
betul ambil keputusan, gakpapa papa
dukung. Tapi kamu harus betul, kalo
salah jangan ya”. Dan akhirnya aku
jawab “oke pa, semangat” dan lain-
lain bahas yang lainnya.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Tabel 4.25 Horizonalizing 5
Informan
Pengelompokan
data yang
seragam
Jawaban informan
Indra Perasaan
(Setelah ngaku
sama mama papa,
ada ngaruhnya ga?)
- Jujur aku ndak pernah merasa kalo
papa mama dateng ke Surabaya, itu
bener-bener pengen deket terus sama
orang tua. Bukan karena rindu atau
udah lama ndak ketemu sih, tapi
pribadi cuma mau nunjukin ke
mereka kalo kasih Tuhan itu seperti
ini, melalui aku.
Caca Perasaan
(Setelah akhirnya
sama-sama Kristen,
hal apa yang
dirasakan berbeda
- Bedanya jauh banget, dari liburan
ketiga udah kerasa banget, udah
lebih sabar sama papa, suasana
rumah lebih hangat. Lebih gampang
peluk mama papa.
129 Universitas Kristen Petra
dari sebelumnya
ce?)
- Dulu itu meja makan itu kayak
kuburan, kalo makan ya makan, gak
ada satupun yang ngomong. Tapi
justru sekarang meja makan itu
tempat kita ngobrol. Sekarang juga
isa gandengan dan doa bareng,
gentian.
- Mama juga lebih lihai sekarang dari
aku, kalo telepon bisa ngomong
“jangan lupa quality time sama
adekmu”. Sekarang mama juga lebih
sering yang bagi firman ke kita.
Vina Perasaan
(Pengaruhnya ke
papa mama
gimana?)
- Dari situ aku sama papa malah
tambah deket. Malah kebalikan dulu
deketnya sama mama, sekarang
sama papa. Sering cerita juga sama
papa.
Lisa Perasaan
(Setelah ngaku
sama papa, ada
ngaruhnya ga?)
- Ya ngaruhnya sekarang jauh lebih
deket aja sih sama papa. . Soalnya
juga didukung kan.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Tabel 4.26 Horizonalizing 6
Informan
Pengelompokan
data yang
seragam
Jawaban informan
Indra Perasaan
(Perubahan hidup
apa yang paling
kamu rasain?)
- Kalo sama keluarga besar, ini yang
msih belum bisa mereka terima sih.
Apalagi papaku 16 bersaudara dan
semuanya Buddha yang sungguh-
130 Universitas Kristen Petra
sungguh, sembayangnya beneran
sungguh-sungguh.
Caca Perasaan
(Kalau sama
saudara sepupu itu
gimana reaksi
mereka?)
- Ya… hahaha udah dianggap gila sih
sama keluarga. Sempet dibilang “hih
gila ta? Aku sekali Katolik ya tetep
Katolik”. Padahal ya Katolik yang
setengah Buddha, yang masih
sembayangan.
Vina Perasaan
(Kenapa mama
maunya bahasnya
setelah selesai
kuliah?)
- Pikirnya mama nanti juga dibilang
apa sama keluarga. Sudah sekolahin
jauh-jauh, di kampus Kristen, ya
anaknya ikut. Habis gitu sudah bayar
mahal-mahal juga ujung-ujungnya
anaknya pindah. Nah mama itu
gakmau disalah-salahin keluarga.
Perasaan
(Apa kamu gak
takut nerima
konsekuensi itu?)
- Bahkan ya aku sudah dibilang gitu
juga sama temen-temen aku, gak
peduli.
Lisa Perasaan
(Setelah ngaku
sama papa, ada
ngaruhnya ga?)
- Tapi akibat lainnya itu sama sepupu
itu mereka jadi agak njauhin gitu ce.
Mereka istilahnya kayak jaga jarak
gitu ke aku.
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
131 Universitas Kristen Petra
4.3.2.3. Horizon
Horizon adalah tahap ketiga dari proses reduksi fenomenologi. Tahap
ini akan menemukan esensi dari fenomena yang murni atau sudah terlepas dari
persepsi orang lain. Data yang telah ditemukan dari horizonalizing akan
dikelompokkan ke dalam tema-tema tertentu dan diorganisasikan ke dalam
deskripsi dari fenomena yang relevan (Kuswarno, 2009, p.52).
i. Tema 1 Iman akan Tuhan Yesus: Percaya Tuhan Yesus
Tabel 4.27 Horizon 1
Pengelompokan
temuan data Informan Jawaban informan Interpretasi
Iman akan Tuhan
Yesus: Percaya
Tuhan Yesus
Indra - Ya nggak sih, kan sudah
percaya Tuhan Yesus,
kepercayaannya kan
beda.
Percaya
Tuhan Yesus
Vina - Kalo yang murtad dan
masuk neraka sih ndak
begitu menghiraukan ce.
Karena sudah percaya
sama Tuhan Yesus..
Percaya
Tuhan Yesus
Lisa - Sebenernya waktu
pindah itu pun sudah gak
mikir ke sana lagi, udah
percaya Tuhan Yesus
juga kan jadi gak terlalu
mempermasalahkan juga
sih
Percaya
Tuhan Yesus
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tabel 4.30 bisa dilihat bahwa informan memiliki kepercayaan
kepada Tuhan Yesus. Menurut Heirich (dalam Firmanto, 2012, p.18) konversi
agama adalah suatu tindakan dengan mana seseorang atau kelompok masuk atau
132 Universitas Kristen Petra
berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan
kepercayaan sebelumnya. Sedangkan menurut Rambo R. Lewis (dalam Firmanto,
2012, p.23) konversi agama merupakan perubahan sederhana dari adanya sistem
keyakinan terhadap suatu komitmen iman atau keyakinan.
Dalam bukunya, Stephen Tong (1989, p.12) menjelaskan bahwa iman
dan agama memiliki suatu ikatan yang tidak mungkin dipisahkan. Tidak ada
agama yang tanpa iman dan tidak ada iman yang tanpa sifat agama. keduanya
mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan. Jika
agama sudah kehilangan iman, agama hanya menjadi semacam topeng yang berisi
pengetahuan misterius. Sebaliknya, jika iman tanpa agama, iman tidak
mempunyai sarana dan tidak mempunyai kelengkapan yang sesungguhnya.
Dari pernyataan di atas bisa disimpulkan bahwa seseorang pada
mulanya yang pindah ke agama Kristen, terlebih dahulu percaya kepada Tuhan
Yesus. Iman ini muncul saat mereka percaya kepada Tuhan dan semenjak mereka
percaya, mereka sudah pindah ke agama Kristen. Seperti dijelaskan Lewis bahwa
konversi agama adalah perubahan dari adanya sistem keyakinan terhadap suatu
komitmen iman atau keyakinan. Dengan adanya komitmen iman dan berpindah
kepercayaan yang berlawanan, maka seseorang sudah berpindah agama. Adanya
status mereka yang sudah pindah agama dan tidak memberitahu orang tuanya,
maka otomatis dibutuhkan self disclosure kepada orang tua mereka.
Iman yang dimiliki informan juga tidak terlepas dari agama Kristen
karena mereka percaya kepada Tuhan Yesus, dan iman orang Kristen adalah
mempercayai Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat pribadi masing-masing orang.
ii. Tema 2 Kesiapan Hati Pribadi: Jujur dan Berani
Tabel 4.28 Horizon 2
Pengelompokan
temuan data Informan Jawaban informan Interpretasi
Kesiapan hati
pribadi: Jujur
dan berani
Indra - Dulu sih kan awalnya
takut kan mau ngomong
sama mama papa.
Jujur dan
Berani
133 Universitas Kristen Petra
Selama dua minggu itu
hati ndak tenang, ndak
damai sejahtera. Aku
cuma cerita sama cece
aja sih kalo sudah
pindah ke agama
Kristen.
- Setelah akhirnya dua
minggu, akhirnya aku
memutuskan untuk
ngomong sama mama
dulu lewat telepon.
- Waktu itu aku telepon
papa, lagi di kampus,
sudah perasaan ndak
tenang, takut, pokoknya
aku mau bicara bener-
bener baik sama papa
Caca - Cece menganggap
bahwa sesuatu harus
diungkapkan, kebenaran
harus diungkapkan.
Cece pengen ngomong
kalo aku pindah agama
ini bukan karna konco-
koncoku tapi ya aku
merasa Tuhan itu hidup
disini.
Berani
Vina - Ndak tenang aja, kan
bohong, tambah jauh
juga soalnya gakbisa
cerita. Soalnya dari dulu
Jujur dan
berani
134 Universitas Kristen Petra
sejak kecil, pulang
sekolah pasti duduk
berdua buat cerita. Nah
kalo sekarang gak bisa.
- Deg-degan puol.
Pokoknya wes aku
sebelum ngomong juga
berdoa minta tuntunan
Tuhan, sampe aku
bener-bener mikir
sebelum mengeluarkan
kata-kata.
Lisa - Karena gakmau terus-
menerus berbohong dan
menyembunyikan apa
yang aku alami sama
papa.
- Terus juga udah gak
tahan aja pengen ngaku
sama papa.
Jujur
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tabel 4.27 dijelaskan mengenai pengelompokan temuan data yang
ditemukan adalah kesiapan hati pribadi. Setiap informan sebelum melakukan self
disclosure terlebih dahulu menyiapkan diri mereka untuk bisa mengaku kepada
orang tua mereka. Menurut DeVito (2007, p.72) salah satu faktor yang
mempengaruhi self disclosure adalah siapa diri kita. DeVito mengatakan bahwa
orang yang merasa nyaman dalam berkomunikasi akan membuka dirinya lebih
sering dengan harapan orang lain akan lebih terbuka dan berpikir positif untuk
membuka diri.
Menurut Hardjana (2003, p.47) sebagai makhluk rohani, kita memiliki
kemampuan untuk merefleksikan diri sendiri. Kita dapat membuat pemisahan
135 Universitas Kristen Petra
antara diri kita sebagai subjek dan objek. Karena itu kita dapat mengadakan
komunikasi diri sendiri atau komunikasi intrapersonal. Dalam komunikasi
intrapersonal, seseorang melakukan meditasi, yaitu kegiatan mental terstruktur,
dilakukan selama jangka waktu tertentu, untuk menganalisis, menarik kesimpulan
dan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menyikapi, menentukan
tindakan atau penyelesaian masalah pribadi, hidup dan perilaku (Hardjana, 2003,
p.52).
Selain bermeditasi, seseorang melakukan komunikasi intrapersonal juga
dengan mendengarkan hati nurani. Didefinisikan oleh Hardjana (2003, p.58)
bahwa hati nurani adalah kesadaran akan baik atau buruknya secara moral
perbuatan-perbuatan konkret kita. Hati nurani juga menilai perbuatan yang akan
kita lakukan. Terbentuknya hati nurani dipengaruhi oleh faktor pribadi misal
pengasuhan dalam keluarga, pengalaman hidup, pendidikan yang akhirnya
mempengaruhi visi, misi dan persepsi hidup.
Dari data yang ditemukan, proses self disclosure masing-masing
informan diawali dengan perasaan gelisah, tidak tenang, tidak damai sejahtera.
Bahkan ada yang menganggap dirinya telah berbohong kepada orang tuanya.
Perasaan-perasaan ini memicu masing-masing informan untuk melakukan self
disclosure kepada orang tuanya. Karena perasaan gelisah, tidak tenang dan tidak
damai sejahtera ini, setiap informan pasti melakukan persiapan sebelum mereka
akhirnya mengaku kepada orang tuanya. Dalam hal ini, mereka akan
mempersiapkan bagaimana cara mereka untuk berbicara dengan sebaik-baiknya
kepada orang tuanya.
Dari data ini, bisa dilihat bahwa ada komunikasi intrapribadi bagi
masing-masing informan. Mereka melakukan meditasi yang dalam jangka waktu
tertentu mereka menganalisis apa yang harus mereka katakan kepada orang tua,
kapan akan mulai self disclosure, bagaimana mengungkapkannya, lalu
menganalisis kira-kira bagaimana reaksi orang tuanya, kemudian setelah itu
mereka mengambil langkah untuk menyikapi dan bertindak dari apa yang telah
mereka pikirkan. Masing-masing informan memiliki jangka waktu yang berbeda-
beda. Ini kembali lagi dari bagaimana proses komunikasi intrapersonal mereka
masing-masing.
136 Universitas Kristen Petra
Selain itu, mereka juga mendengarkan isi hati nurani mereka saat
berpikir untuk ingin mengungkapkan bahwa mereka sudah pindah agama kepada
orang tuanya. Para informan sendiri menganggap bahwa mereka sudah berbohong
kepada orang tua, bahkan berkhianat. Mereka menganggap bahwa mereka sudah
berbohong dan berkhianat atas dasar hati nurani mereka yang melihat bahwa
perbuatan yang telah mereka lakukan, yaitu pindah agama dengan tidak meminta
ijin sama saja dengan berbohong dan berkhianat kepada orang tua yang semenjak
kecil sudah memberi ajaran dan nilai agama kepada mereka.
Dimulai dari Indra yang awalnya tidak tenang dan tidak damai sejahtera
ketika dia menyembunyikannya. Ia lantas menceritakkannya kepada kakak
perempuannya namun perasaan itu tetap ada, sehingga ia menyiapkan dirinya
sebelum telepon ke ayah dan ibunya agar bisa berbicara dengan baik. Caca juga
mengungkapkan bahwa ia merasa ia harus mengaku kepada orang tuanya melalui
modal kebenaran yang ia ketahui. Sehingga saat ia mengaku kepada orang tuanya,
ia sungguh-sungguh mengungkapkan isi hatinya dan dengan harapan orang
tuanya mengerti apa yang ia rasakan.
Selanjutnya, Vina sangat takut untuk mengaku kepada orang tuanya
merasa tidak tenang dan merasa berbohong. Ia lantas menyiapkan dirinya untuk
bisa berkata-kata dengan baik dengan berdoa. Vina juga mengatakan bahwa
seumur hidupnya benar-benar kali ini dia berpikir keras terlebih dahulu sebelum
mengeluarkan kata-kata. Dari sini bisa terlihat bahwa benar-benar saat ingin
melakukan self disclosure membutuhkan kesiapan hati untuk bisa berbicara.
Informan yang terakhir adalah Lisa yang mengungkapkan bahwa ia tidak tahan
dan tidak ingin menutupi keadaannya. Ia pun mengaku kurang lebih 2 bulan
setelah ayahnya mulai curiga kepadanya. Dimulai dari kecurigaan ayahnya dan
perasaan tidak tahan Lisa, akhirnya Lisa berpikir untuk mengaku kepada ayahnya.
Maka waktu 2 bulan itu ia bergumul dalam hatinya untuk bisa mengaku kepada
ayahnya.
137 Universitas Kristen Petra
iii. Tema 3 Negosiasi: Membutuhkan Ketenangan, Diskusi dan
Meyakinkan kembali
Tabel 4.29 Horizon 3
Pengelompokan
temuan data Informan Jawaban informan Interpretasi
Negosiasi:
Membutuhkan
ketenangan,
diskusi dan
meyakinkan
kembali
Indra - Aku ngomong “jangan
marah ya” itu karena
saking takutnya mau
ngomong. Kesannya
kayak habis membuat
kesalahan. Tapi ya
gimana harus ngomong
aja. Akhirnya ngomong
gitu buat menghindari
biar ga dimarahin, ya
walopun kemungkinan
juga dimarahin.
Ketenangan
dan diskusi
- Baru habis itu papa
jawab “ooo… Jadi
gimana dedek kalo
pulang terus
sembayangnya
gimana?”
Diskusi
Vina - Mama juga bilang “ya
belajaro banyak-banyak
aja gakpapa, toh nanti
kita juga harus diskusi
dulu buat ambil
keputusan ini”. Jadi
mama gak mau sepihak
sih dalam keputusanku.
Diskusi
138 Universitas Kristen Petra
Lisa - Akhirnya aku ngomong
deh “tapi pa buat
keputusanku yang ini
aku udah yakin.”
Dijawab gini sama papa
“kamu yakin kan? Kalo
yakin gakpapa papa
dukung, kalo gak yakin,
itu yang jangan, bikin
malu kan”. Aku bales
“enggak kok pa enggak,
udah bener udah yakin”.
Diskusi dan
meyakinkan
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tabel 4.28 dijelaskan bahwa dalam proses self disclosure ada
proses negosiasi yang berlangsung antara anak dan orang tuanya. Proses negosiasi
yang dilakukan ini bisa dari orang tua yang awalnya kurang menerima, maupun
dari informan yang berusaha agar orang tuanya bisa menerima pengakuan
mereka. Menurut Maddux (1991, p.5) negosiasi adalah proses yang kita gunakan
untuk memenuhi kebutuhan kita ketika seseorang yang lain mengendalikan apa
yang kita inginkan. Setiap keinginan yang hendak kita penuhi, setiap kebutuhan
yang kita rasa harus penuhi, adalah situasi yang potensiasl untuk negosiasi.
Negosiasi menyangkut pemecahan konflik antara dua pihak atau lebih. Selain itu,
negosiasi antarindividu umumnya terjadi karena salah satu mempunyai sesuatu
yang diinginkan pihak lain dan bersedia bertawaran untuk mendapatkannya.
Dalam proses self disclosure Indra, Vina dan Lisa terdapat sebuah
negosiasi dalam komunikasi mereka. Mulai dari Indra yang sebelum mengaku, ia
mengatakan “jangan marah ya”. Kata-kata ini ia ungkapkan agar ia tidak
menerima amarah dari orang tuanya saat mengetahui bahwa ia sudah pindah
agama. Ia berusaha untuk dari awal membawa dan memberitahu orang tuanya
agar tidak marah. Selain itu, setelah Indra selesai mengaku, ayahnya menanyakan
kepadanya “ooo… Jadi gimana dedek kalo pulang terus sembayangnya gimana?”.
139 Universitas Kristen Petra
Dari kata-kata ayah Indra, menunjukkan bahwa ia ingin bernegosiasi agar Indra
bisa tetap melakukan sembayang. Padahal jika diperhatikan, sebelum ditanya,
Indra sudah memberitahu bahwa ia tidak bisa sembayang lagi. Namun ayahnya
tetap menanyakan hal ini agar setidaknya Indra bisa berpikir ulang untuk bisa
tetap sembayang, sesuai apa yang diinginkan ayahnya.
Selain Indra, Vina juga melalui proses negosiasi yang dilakukan oleh
ibunya. Vina mengatakan bahwa ibunya sangat tidak setuju apabila Vina pindah
ke agama Kristen. Setelah ada pernyataan dari Vina yang tidak bisa ibunya jawab,
di akhir proses self disclosure, ibu Vina mengatakan bahwa ia memperbolehkan
Vina untuk belajar dulu. Namun kemudian ibunya mengatakan bahwa keputusan
pindah agama tetap akan didiskusikan bersama. Dari sini bisa dilihat bahwa ibu
Vina sangat berusaha untuk tetap mengendalikan apa yang ia inginkan, yaitu agar
Vina tidak pindah ke agama Kristen. Selain itu juga, ibunya juga mengatakan hal
ini sebagai pemecah konflik mereka berdua agar mereka tidak terus-menerus
berdebat pada waktu itu.
Informan yang terakhir adalah Lisa. Setelah ia mengungkapkan kepada
ayahnya bahwa ia sudah pindah agama, ayahnya tidak merespon apa-apa.
Kemudian Lisa langsung membalas lagi dengan “tapi pa buat keputusanku yang
ini aku udah yakin”. Dari kata-kata Lisa bisa dilihat bahwa ia berusaha
meyakinkan ayahnya bahwa ia pindah agama dan dibaptis tidak dijebak atau ikut-
ikutan seperti ia dibaptis agama Konghucu dulu. Lisa berusaha untuk
mengendalikan ayahnya agar bisa menerima keputusan Lisa dengan kata-katanya
yaitu sudah yakin.
iv. Tema 4 Keterbukaan: Ada Dukungan dari Orang Tua
Tabel 4.30 Horizon 4
Pengelompokan
temuan data Informan Jawaban informan Interpretasi
Keterbukaan: ada
dukungan dari
orang tua
Indra - Setelah itu baru papa
jawab “ooo… Yasudah
dijalani saja, nantik kalo
Dukungan
dari orang
tua
140 Universitas Kristen Petra
pulang Makassar dijalani
saja. Kalo emang gabisa
sembayang yaudah
gapapa”. Itu kata papa.
Dan aku kaget pol kok
ternyata papa responnya
gini. Gak marah dan gak
sesuai ekspektasiku kalo
ternyata boleh sama
papa.
- Setelah akhirnya ngaku
sama papa, udah
dibolehin, rasanya itu
plong banget, lega
banget pokoknya.
Apalagi dengan reaksi
papa mama yang
ternyata bolehin, ndak
sesuai ekspektasiku
dimarahin lah atau gak
dibolehin.
Caca - Sampe liburan Juli-
Agustus mama ajak
ngomong lagi “mama
gakpapa kamu masuk
agama itu. Mama
gakpapa wes an lek
kamu sama adekmu mau
pindah agama, mama
lepasno. Yang penting
kalian jadi pribadi yang
lebih baik”
Dukungan
dari orang
tua
141 Universitas Kristen Petra
Vina - Akhirnya ngomong deh
“ya sekarang aku sudah
bener-bener yakin dan
percaya kalo Yesus itu
Tuhan dan Juru
Selamatku. Dan
sekarang udah
memutuskan untuk ke
Kristen, jadi sekarang
udah ke gereja pa”.
Akhirnya dijawab papa
“ooo, yawes gakpapa,
papa ndak
mempermasalahkan
kok”
Dukungan
dari orang
tua
Lisa - Besok paginya itu baru
papa bales dan bilang
“yaudah kalo cece
emang betul ambil
keputusan, gakpapa
papa dukung. Tapi kamu
harus betul, kalo salah
jangan ya”. Dan
akhirnya aku jawab “oke
pa, semangat” dan lain-
lain bahas yang lainnya.
Dukungan
dari orang
tua
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Dari tabel 4.31 terlihat bahwa dalam self disclosure dibutuhkan adanya
keterbukaan pelaku self disclosure. Dampak yang informan rasakan juga dari
keterbukaan ini adalah penerimaan dari orang tua mereka. Melalui konsep johari
windows, pada awalnya informan menutupi kepada orang tuanya bahwa mereka
142 Universitas Kristen Petra
sudah pindah agama. Pada tahap itu, informasi itu masuk pada kuadran daerah
tertutup (hidden self). Menurut DeVito (1997, p.57) daerah tertutup ini
mengandung semua hal yang kita ketahui tentang diri sendiri namun hanya
disimpan untuk diri sendiri. Bagian ini adalah bagian dimana kita merahasiakan
sesuatu tentang diri sendiri dan tentang orang lain. Namun setelah mengaku,
informasi yang ada di daerah tertutup ini beralih ke daerah terbuka, dimana
informasi itu diketahui oleh diri sendiri dan orang lain, dalam konteks ini orang
tua. Hal ini menunjukkan adanya pelebaran daerah terbuka informan kepada
orang tuanya karena telah melakukan self disclosure.
Menurut Hardjana (2003, p.107), dalam proses komunikasi
interpersonal, orang tidak hanya dapat saling bertukar informasi dan pikiran,
membahas masalah, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan atasnya,
tetapi juga berbagi pengalaman. Berbagi pengalaman hidup adalah pembicaraan
antara dua orang atau lebih dimana para pesertanya saling menyampaikan apa
yang telah mereka alami dalam hal yang menjadi bahan pembicaraan. Tujuannya
adalah untuk saling bertukar pengalaman dan saling belajar dari pengalaman
hidup masing-masing guna memperkaya hidup pribadi.
Salah satu tingkat komunikasi adalah komunikasi dari hati ke hati
(Hardjana, 2003, p.109). Komunikasi dari hati ke hati adalah komunikasi di mana
orang yang saling berhubungan mengungkapkan perasaan masing-masing.
Mereka tidak hanya saling berbicara tentang hal, urusan, perkara, dan masalah,
tetapi juga keprihatinan, kekhawatiran, kegembiraan, harapan dan cita-cita.
Dalam komunikasi, mereka yang terlibat saling membuka diri mereka berkaitan
dengan hal yang menjadi bahan pembicaraan.
Dari keterbukaan yang mereka ungkapkan, mereka bisa merasakan
orang tua yang menerima mereka dengan alasan-alasan mereka. Hal ini
dikarenakan mereka sudah mengungkapkan isi hati mereka dan tidak menutup-
nutupinya lagi. Di sini, self disclosure yang dilakukan melalui tahap komunikasi
hati ke hati dimana orang tua dan anak sama-sama membuka diri mereka dan
menyampaikan pengalaman, pikiran dan perasaan mereka. Sehingga dari
komunikasi hati ke hati ini tercipta saling percaya dan saling dukung satu sama
lainnya.
143 Universitas Kristen Petra
v. Tema 5 Kedalaman Hubungan: Keakraban dan Mengasihi
Tabel 4.31 Horizon 5
Pengelompokan
temuan data Informan Jawaban informan Interpretasi
Kedalaman
hubungan:
Keakraban dan
mengasihi
Indra - Jujur aku ndak pernah
merasa kalo papa mama
dateng ke Surabaya, itu
bener-bener pengen
deket terus sama orang
tua. Bukan karena rindu
atau udah lama ndak
ketemu sih, tapi pribadi
cuma mau nunjukin ke
mereka kalo kasih
Tuhan itu seperti ini,
melalui aku.
Mengasihi
Caca - Bedanya jauh banget,
dari liburan ketiga udah
kerasa banget, udah
lebih sabar sama papa,
suasana rumah lebih
hangat. Lebih gampang
peluk mama papa.
- Dulu itu meja makan itu
kayak kuburan, kalo
makan ya makan, gak
ada satupun yang
ngomong. Tapi justru
sekarang meja makan
itu tempat kita ngobrol.
Sekarang juga isa
Keakraban
144 Universitas Kristen Petra
gandengan dan doa
bareng, gentian.
- Mama juga lebih lihai
sekarang dari aku, kalo
telepon bisa ngomong
“jangan lupa quality
time sama adekmu”.
Sekarang mama juga
lebih sering yang bagi
firman ke kita.
Vina - Dari situ aku sama papa
malah tambah deket.
Malah kebalikan dulu
deketnya sama mama,
sekarang sama papa.
Sering cerita juga sama
papa.
Keakraban
Lisa - Ya ngaruhnya sekarang
jauh lebih deket aja sih
sama papa. Soalnya
juga didukung kan.
Keakraban
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tabel 4.32 dijelaskan bahwa setelah melakukan self disclosure,
para informan bisa merasakan adanya kedalaman hubungan kepada orang tua
mereka masing-masing. DeVito (1997, p.63) juga mengungkapkan bahwa salah
satu keuntungan self disclosure adalah kedalaman hubungan. DeVito
menjelaskan bahwa alasan utama dari self disclosure adalah hal ini penting untuk
membina hubungan yang bermakna diantara dua orang. Tanpa pengungkapan
diri, hubungan yang mendalam dan bermakna tidak akan terjadi.
Seperti yang diungkapkan Hardjana (2003, p.109), salah satu tingkat
komunikasi interpersonal adalah komunikasi dari hati ke hati. Komunikasi ini
145 Universitas Kristen Petra
tercipta rasa saling percaya dan saling mendukung. Karena rasa saling percaya
dan mendukung ini terciptalah hubungan yang lebih dalam lagi antar pelaku
komunikasi.
Hal ini bisa terlihat dari masing-masing informan. Mulai dari Indra, ia
mengaku bahwa dulu ia sering menolak saat ia disuruh orang tuanya untuk
mengantar atau melakukan sesuatu. Namun setelah melakukan self disclosure
Indra menjadi semakin senang berada dekat ayah dan ibunya. Hal ini karena Indra
ingin membagi kasih kepada orang tuanya. Disini terlihat bahwa Indra sedang
berusaha untuk membangun hubungan yang harmonis, bermakna dengan orang
tuanya.
Caca juga merasakan hal yang sama. Semenjak ia melakukan self
disclosure, ia dan keluarganya menjadi sangat dekat. Caca juga cerita bahwa
sekarang ibunya sering sharing dengannya, mereka lebih mudah berpelukan,
lebih sering bercakap-cakap saat makan.
Selain itu, Vina juga merasakan bahwa ia semakin dekat juga dengan
ayahnya setelah ia mengaku. Vina mengatakan bahwa ia sekarang lebih sering
cerita ke ayahnya karena ayahnya yang sudah mengetahui keadaannya dan
mendukungnya, sehingga Vina lebih memilih untuk bercerita kepada ayahnya.
Informan terakhir adalah Lisa. Ia juga merasakan semakin dekat dengan
ayahnya. Ia juga mengungkapkan bahwa ia lebih sering berkomunikasi dengan
ayahnya setelah ia melakukan self disclosure. Hal ini juga dikarenakan ayahnya
mendukung Lisa untuk pindah agama.
Dari keterangan semua informan didapatkan bahwa setelah mereka
mengaku, ada hubungan yang semakin dekat dan harmonis. Hal ini timbul dari
keterbukaan masing-masing informan dalam melakukan self disclosure dan dari
situ timbul rasa percaya dan mendukung satu sama lainnya.
146 Universitas Kristen Petra
vi. Tema 6 Penolakan Sosial: Tidak Diterima Keluarga Besar dan
Dianggap Murtad
Tabel 4.32 Horizon 6
Pengelompokan
temuan data Informan Jawaban informan Interpretasi
Penolakan sosial:
tidak diterima
keluarga besar
dan dianggap
murtad
Indra - Kalo sama keluarga
besar, ini yang masih
belum bisa mereka
terima sih. Apalagi
papaku 16 bersaudara
dan semuanya Buddha
yang sungguh-sungguh,
sembayangnya beneran
sungguh-sungguh.
Tidak
diterima
keluarga
besar
Caca - Ya… hahaha udah
dianggap gila sih sama
keluarga. Sempet
dibilang “hih gila ta?
Aku sekali Katolik ya
tetep Katolik”. Padahal
ya Katolik yang
setengah Buddha, yang
masih sembayangan.
Dianggap
murtad
Vina - Pikirnya mama nanti
juga dibilang apa sama
keluarga. Sudah
sekolahin jauh-jauh, di
kampus Kristen, ya
anaknya ikut. Habis gitu
sudah bayar mahal-
mahal juga ujung-
Tidak
diterima
keluarga
besar dan
dianggap
murtad
147 Universitas Kristen Petra
ujungnya anaknya
pindah. Nah mama itu
gakmau disalah-salahin
keluarga.
- Bahkan ya aku sudah
dibilang gitu juga sama
temen-temen aku, gak
peduli.
Lisa - Tapi akibat lainnya itu
sama sepupu itu mereka
jadi agak njauhin gitu
ce. Mereka istilahnya
kayak jaga jarak gitu ke
aku.
Tidak
diterima
keluarga
besar
Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Pada tabel 4.29 dijelaskan bahwa setelah melakukan self disclosure, ada
dampak yang dirasakan yaitu adanya penolakan. Menurut DeVito (1997, p.65),
salah satu kekurangan self disclosure adalah penolakan pribadi dan sosial.
Pengungkapan diri biasanya dilakukan pada yang yang dipercaya, yang dianggap
akan mendukung pengungkapan diri. Namun, orang-orang tersebut juga
memungkinkan untuk menolak kita.
Menurut Stuart (dalam Cangara, 2009, p.165), semua peristiwa
komunikasi yang dilakukan secara terencana mempunyai tujuan, yakni
mempengaruhi khalayak atau penerima. Pengaruh atau efek ialah perbedaan
antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan
sesudah menerima pesan. Pengaruh adalah salah satu elemen dalam komunikasi
yang sangat penting untuk mengetahui berhasil tidaknya komunikasi yang kita
inginkan. Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan
perilaku (Cangara, 2009, p.165).
Self disclosure yang dilakukan masing-masing informasn semuanya
kepada orang tua mereka, yang seharusnya adalah orang kepercayaan mereka.
148 Universitas Kristen Petra
Setelah mereka melakukan self disclosure, Vina adalah satu-satunya yang
mendapatkan penolakan dari ibunya. Vina mengaku tidak sampai bahwa ia sudah
pindah agama. Hal ini dia lakukan karena ibunya sendiri yang menolak ia pindah
agama pada waktu masa kuliah. Adapun alasannya bahwa ibunya tidak mau Vina
hanya terseret arus lingkungan kampus dan teman-teman Kristen. Selain
penolakan dari ibu, Vina juga merasakan penolakan dari teman-teman masa
kecilnya dengan mengatakan Vina sudah murtad dan akan masuk neraka karena
sudah pindah agama.
Setelah itu Indra, Caca dan Lisa sama-sama mendapat penolakan dari
keluarga besar mereka. Indra mengatakan bahwa keluarga ayahnya yang 16
bersaudara masih belum bisa menerima Indra dan kakak-kakaknya yang sudah
pindah agama Kristen. Hal ini dikarenakan keluarga Indra menganggap
penghormatan akan leluhur melalui sembayang itu sangat penting dan jangan
sampai dianggap durhaka. Sedangkan ajaran Kristen melarang orang melakukan
sembayang. Selain itu, keluarga Caca yang fanatik Katolik juga menganggap
Caca dan keluarga sudah gila karena pindah agama Kristen. Lisa pun mengalami
penolakan dan dijauhi oleh saudara sepupunya.
Dari proses komunikasi interpersonal melalui self disclosure, pengaruh
yang dirasakan justru kebanyakan bukan dari orang tua informan, tetapi kepada
keluarga besar. Pengaruh yang terjadi juga lebih kepada pengaruh perilaku
keluarga besar yang menolak dan tidak menerima kepindahan agama informan.
Dari proses self disclosure, pengaruh ini juga sangat berhubungan erat karena
mulai dari informasi yang awalnya dirahasiakan lalu diungkapkan kepada orang
tua.
4.3.3. Variasi Imajinasi
Tahapan fenomenologi yang ketiga adalah variasi imajinasi. Pada tahap ini,
struktur dari pengalaman informan diungkapkan, dimana kondisi hakiki yang ada
dimunculkan. Inti dari kegiatan ini adalah membongkar hakikat fenomena dengan
memfokuskannya pada kemungkinan-kemungkinan yang murni (Kuswarno, 2009,
p.52). Di luar pembahasan teori mengenai self disclosure, peneliti menemukan data
seperti berikut:
149 Universitas Kristen Petra
- Keyakinan iman akan Tuhan Yesus sebagai awal adanya proses self
disclosure
Pada temuan yang keempat ditemukan bahwa seseorang yang pada mulanya
mulai percaya dan memiliki komitmen iman kepada Tuhan Yesus, pada saat itu
pula mereka sudah pindah agama Kristen. Para informan disini melakukan
pindah agama tanpa sepengetahuan orang tua mereka sehingga mereka harus
melakukan self disclosure kepada orang tua mereka. Dari sini bisa dilihat bahwa
self disclosure ada sejak seseorang menyatakan komitmen imannya. Karena
semua informan pindah ke agama Kristen, maka komitmen iman yang
dinyatakan adalah percaya kepada Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Juru
Selamat pribadi.
- Kesiapan hati masing-masing sebelum mengungkapkan diri
Pada temuan data yang pertama, peneliti menemukan bahwa sebelum
melakukan self disclosure kepada orang tua, dibutuhkan kesiapan hati masing-
masing pribadi. Bukan karena disuruh orang, namun karena kemauan pribadi
untuk mengungkapkan kepada orang tua mereka bahwa mereka sudah pindah
agama. Saat ingin mengaku pun, harus benar-benar menyiapkan hati dan pikiran
agar benar-benar yang disampaikan bisa sebaik mungkin. Persiapan yang
dilakukan Vina misalnya, yaitu berdoa juga merupakan salah satu persiapan
hatinya agar dia bisa berkata-kata dengan baik. Dalam melakukan self
disclosure juga tidak perlu gegabah, namun perlu waktu untuk memikirkan
kapan dan bagaimana mengungkapkannya. Maka dari itu Lisa juga memilih
untuk menahannya selama 2 bulan setelah ia mengetahui kecurigaan ayahnya.
Indra juga menyiapkan dirinya dengan sebelum mengaku, ia mengatakan
“jangan marah ya” kepada kedua orang tuanya. Secara tidak sadar, ia sedang
menyiapkan diri bahwa ia akan dimarahi oleh orang tuanya karena telah pindah
agama. Bisa dilihat juga dari pernyataan Indra yang mengaku kaget mendengar
reaksi ayahnya yang ternyata memperbolehkannya. Selain itu kesiapan hati juga
benar-benar dilakukan oleh Caca, yaitu memiliki hati yang benar-benar ingin
menyatakan apa yang ia rasakan hingga akhirnya pindah agama kepada orang
tuanya.
- Melakukan negosiasi agar bisa diterima oleh kedua belah pihak
150 Universitas Kristen Petra
Di pengelompokan data yang kedua ditemukan tema yaitu melakukan
negosiasi agar bisa diterima oleh kedua belah pihak. Dalam proses self
disclosure peneliti melihat bahwa ada proses negosiasi yang dilakukan salah
satu pihak agar pihak lain menerima pendapatnya. Seperti pada ayah Indra, ia
tetap menanyakan kepada Indra apakah ia bisa sembayang atau tidak. Padahal
sebelumnya Indra sudah mengatakan bahwa ia sudah tidak bisa ikut sembayang.
Hingga pada akhirnya Indra tetap mengatakan tidak boleh ikut sembayang
kepada ayahnya. Selain itu negosiasi oleh ibu Vina yang tetap ingin menjadikan
keputusan pindah agama sebagai keputusan bersama. Ibunya mengatakan
bahwa Vina boleh belajar kedua agama namun keputusan tetap berada di tangan
bersama. Hal ini diungkapkan ibunya agar ibunya tetap bisa menerima
pernyataan Vina yang banyak mempertanyakan ajaran agama Islam. Selain itu
Lisa juga melakukan negosiasi dengan ayahnya dengan meyakinkan kembali
bahwa ia sudah sungguh-sungguh pindah dan tidak dijebak lagi. Ia meyakinkan
ayahnya dengan harapan ayahnya menerima Lisa yang sudah pindah agama.
Dan hasilnya juga ternyata Lisa diperbolehkan pindah agama oleh ayahnya,
bahkan mendapat dukungan.
- Semakin terbuka, semakin besar kemungkinan orang tua memahami dan
menerima
Di temuan yang kelima ditemukan bahwa saat melakukan self disclosure,
anak yang semakin terbuka dengan orang tuanya, semakin besar kemungkinan
orang tua memahami dan menerima kepindahan agama anaknya. Dalam
melakukan self disclosure, setiap orang yang sudah siap harus benar-benar
terbuka. Mereka harus mengungkapkan isi hati, pemikiran dan perasaan mereka
untuk bisa mengaku dengan sebaik-baiknya. Keterbukaan ini dibutuhkan karena
yang diungkapkan adalah topik agama, yang tidak semua orang terbuka untuk
membahasnya. Di sini, orang tua yang sebagai penanam nilai agama pertama
untuk anaknya dihadapkan pada situasi anak yang sudah memutuskan pindah
agama tanpa sepengetahuan mereka. Namun pada saat anak mengaku dengan
menuangkan isi hati, perasaan dan pikiran mereka sejujur-jujurnya, akan
semakin besar kemungkinan orang tua memahami apa yang dirasakan oleh
anaknya. Karena adanya pemahaman yang sama, maka akan berpengaruh pula
151 Universitas Kristen Petra
kepada orang tua yang akhirnya menerima kepindahan agama anaknya.
Memang tidak semua orang tua akan langsung menerima, namun pemahaman
ini berlangsung dengan proses yang berbeda-beda. Misal untuk Caca yang
awalnya kesulitan mengaku, pada akhirnya ia menunjukkan melalui perubahan
sikapnya kepada orang tua. Hal ini berlangsung lama hingga orang tuanya
menerimanya pindah agama. Berbeda dengan Lisa yang sekali mengaku, ia
langsung mengungkapkan isi hatinya dan ayahnya lansung
memperbolehkannya bahkan mendukungnya.
- Akan ada kedalaman hubungan dengan orang tua sebagai dampak positif
self disclosure
Di temuan data yang terakhir ditemukan bahwa setelah melakukan self
disclosure akan ada kedalaman hubungan dengan orang tua. Kedalaman
hubungan antara anak dan orang tua dipengaruhi juga dari tingkat keterbukaan
anak untuk mengaku. Semakin terbuka dan tidak ada yang ditutupi maka akan
semakin dalam juga hubungan mereka dengan orang tuanya. Seperti Indra yang
akhirnya mengaku dan diperbolehkan, ia menjadi semakin dekat dengan orang
tuanya. Caca yang juga dulunya tidak terlalu dekat, sekarang mereka bahkan
lebih mudah untuk berpelukan satu sama lainnya, lebih banyak waktu untuk
berbicara sekeluarga dan berdoa bersama. Vina juga merasakan hal yang sama
setelah ia mengaku kepada ayahnya dan diperbolehkan. Kebalikan dengan
ayahnya, karena Vuna tidak mengaku sepenuhnya kepada ibunya, Vina semakin
menjauh dengan ibunya. Padahal dulu ia selalu bercerita kepada ibunya namun
sekarang ia tidak bisa bercerita karena masih ada hal yang disembunyikan dan
takut katahuan.
- Penolakan sosial adalah hal yang umum terjadi
Pada temuan yang ketiga ditemukan bahwa dalam self disclosure,
penolakan sosial itu hal yang umum terjadi, tidak bisa dihindari. Dalam hal yang
awalnya dirahasiakan hingga akhirnya diungkapkan pasti ada pihak-pihak yang
tidak menerima atau menolak. Penolakan ini wajar terjadi karena memang yang
diungkapkan adalah hal yang rahasia dan tidak semua orang mengerti alasan,
latar belakang dan bagaimana rasanya. Maka dari itu Indra, Caca, Vina dan Lisa
sama-sama menerima penolakan dari keluarga besarnya. Bahkan ada yang
152 Universitas Kristen Petra
menganggap gila, ada yang jaga jarak dan ada yang tetap memaksa untuk tidak
boleh pindah agama.
Berbeda dengan informan lain, Vina mengalami penolakan dari ibunya. Hal
ini juga bisa pengaruh dari pola komunikasi ibunya dan Vina yang otoriter yaitu
mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi dan cenderung
menolak. Dilihat juga oleh ibu Caca yang pada awalnya melarang keras Caca
untuk pindah agama Kristen. Komunikasi dalam keluarga Caca pada saat itu
juga tergolong pola komunikasi otoriter sehingga Caca tidak bisa menolak,
sehingga awalnya memilih untuk diam-diam. Tidak mudah bagi Vina dan Caca
saat memulai melakukan self disclosure kepada orang tua mereka. Hingga pada
akhirnya Vina memutuskan untuk tetap berbohong kepada ibunya dan Caca
yang tidak ingin mengaku sampai ibunya yang memperbolehkan.
Bagi Indra dan Lisa, mereka tidak mengalami penolakan saat melakukan
self disclosure dari ayah atau ibunya bisa disebabkan juga karena komunikasi
keluarga yang demokratis antara anak dan orang tua sehingga orang tua mereka
mencoba menghargai keputusan informan. Sehingga saat Indra dan Lisa
melakukan self disclosure, mereka tidak sampai berbohong dan
menyembunyikan hal lain lagi, namun benar-benar terbuka kepada orang tua
mereka.
Penolakan ini juga wajar terjadi mengingat kasus kali ini adalah pindah
agama, yang tidak semua orang memang bisa menerimanya. Apalagi dari
orang-orang yang sudah fanatik dengan agamanya sendiri dan sama sekali tidak
suka dengan agama lain. Latar belakang agama yang berbeda-beda tidak begitu
mempengaruhi adanya perbedaan tingkatan self disclosure masing-masing
informan. Hal ini dikarenakan yang lebih berpengaruh adalah bagaimana pola
komunikasi keluarga informan sebelumnya yang berupa otoriter yaitu Caca dan
Vina, dan demokratis yaitu Indra dan Lisa.
4.3.4. Sintesis Makna dan Esensi
Tahap terakhir pada penelitian fenomenologi adalah pengintegrasian dasar-
dasar ke dalam suatu pernyataan yang menggambarkan hakikat fenomena secara
keseluruhan (Kuswarno, 2009, p.53). Dalam tahap ini, peneliti menarik makna dari
153 Universitas Kristen Petra
hasil pemilahan data yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Dalam tahap ini juga
peneliti akan mengambil esensi dari data yang diperoleh selama berada di lapangan.
Setelah peneliti melakukan wawancara kepada empat informan, akhirnya
peneliti mendapatkan kesimpulan mengenai fenomena self disclosure anak yang
pindah agama kepada orang tuanya. Temuan-temuan data yang ditemukan antara
lain sebagai berikut:
Dalam proses self disclosure anak yang pindah agama kepada orang tuanya
ada tingkatan-tingkatan self disclosure yang dilalui masing-masing informan.
Tingkatan self disclosure ini dimulai dari klise (cliches), faktta (fact), opini
(opinion) dan perasaan (feeling). Tingkatan self disclosure ini yang dijadikan acuan
peneliti sehingga dapat memurnikan hasil wawancara dan mendapat makna yang
sesungguhnya dari self disclosure anak yang pindah agama kepada orang tuanya.
Peneliti melakukan proses reduksi fenomenologi mulai dari bracketing,
horizonalizing, dan horizon untuk mendapatkan tema seperti kesiapan hati,
negosiasi, penolakan sosial, iman akan Tuhan Yesus, keterbukaan dan kedalaman
hubungan.
Dalam melakukan self disclosure kepada orang tua, setiap anak terlebih
dahulu harus menyiapkan diri mereka untuk bisa berbicara dengan baik kepada
orang tua. Para informan yang masing-masing mengaku bahwa tidak tenang, tidak
damai sejahtera, tidak tahan tetap menunggu waktu yang tepat hingga mereka siap
untuk mengaku kepada orang tua mereka. Sebelum mengaku kepada orang tuanya,
Indra berusaha agar bisa berbicara sebaik-baiknya agar orang tuanya bisa
menerimanya. Vina yang juga mengaku sangat takut saat mengaku berusaha
berbicara sebaik-baiknya dengan berdoa dan tidak asal bicara sehingga ia bisa
mengungkapkan dengan baik kepada ibunya. Caca juga sudah mantap dengan
keputusannya untuk mulai mengaku kepada orang tuanya yaitu dengan ingin
menuangkan segala isi hatinya dengan kebenaran yang ia tahu sehingga orang
tuanya juga bisa merasakan apa yang ia rasakan.
Para informan yang telah menyiapkan hati dan dirinya akhirnya mulai untuk
mengaku kepada orang tua mereka masing-masing. Namun dalam prosesnya, tidak
semua berjalan dengan mudah. Misalkan Caca yang awalnya ingin mengaku, tiba-
tiba ibunya yang terlebih dulu mengatakan bahwa Caca dilarang pindah agama. Hal
154 Universitas Kristen Petra
ini akhirnya menyurutkan keinginan Caca yang awalnya ingin langsung mengaku
kepada ibunya. Selain itu, ada juga yang melalui proses negosiasi antara informan
dengan orang tuanya. Saat mengaku, Indra sudah mengungkapkan bahwa ia tidak
bisa mengikuti sembayang lagi. Namun ayahnya tetap saja menanyakan bagaimana
nanti saat harus sembayang. Selain Indra, ibu Vina juga melakukan negosiasi
kepada Vina. Pengakuan Vina hanya sebatas ia belajar mengenai kedua agama yaitu
Islam dan Kristen, namun di akhir pembicaraan ibunya akhirnya mengatakan bahwa
pada akhirnya kepindahan agama adalah keputusan antara Vina dan ibunya. Hal ini
ibu Vina lakukan untuk meredakan konflik diantara mereka dan ibunya juga ingin
terlibat dalam kepindahan agama anaknya. Proses negosiasi ini banyak dilakukan
mengingat tidak semua orang bisa menerima anaknya pindah agama. Maka dari itu
beberapa orang tua yang kurang setuju, melakukan cara negosiasi ini agar apa yang
mereka inginkan juga didapatkan. Selain orang tua, Lisa sendiri juga melakukan
negosiasi kepada ayahnya dengan meyakinkan ayahnya bahwa ia sudah yakin dan
sungguh-sungguh dari dalam hatinya untuk pindah.
Setelah pengakuan diri para informan selesai, proses self disclosure tidak
berhenti sampai di situ. Ada dampak-dampak yang dirasakan oleh para informan
baik itu dampak negatif maupun positif. Salah satunya adalah informan mengalami
adanya penolakan sosial. Mulai dari penolakan dari ibu, penolakan dari keluarga
besar, hingga penolakan dari teman-teman dan menyebutkan bahwa Vina sudah
murtad. Penolakan sosial ini umum terjadi di dalam proses self disclosure karena
tidak semua orang bisa menerima seseorang pindah ke agama lain. Keluarga Caca
yang sekarang juga sudah menjadi orang Kristen pada akhirnya disebut gila oleh
keluarga besarnya karena keluarga besar Caca beragama Katolik yang cukup
fanatik. Selain itu, Indra dan Lisa sama-sama menerima penolakan dari keluarga
besar mereka.
Awal mula orang harus melakukan self disclosure karena mereka sudah
pindah agama tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Orang dinyatakan pindah
agama semenjak ia menyatakan komitmen imannya. Dalam agama Kristen,
komitmen iman ini dinyatakan berupa percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru
Selamat pribadi mereka. Karena adanya komitmen iman ini, maka dimulailah
adanya proses self disclosure masing-masing pribadi.
155 Universitas Kristen Petra
Dalam melakukan self disclosure pula dibutuhkan keterbukaan satu dengan
yang lain sehingga benar-benar yang diungkapkan bisa dari dalam hati dan tidak
ada lagi yang disembunyikan. Melalui keterbukaan ini, kedua belah pihak atau lebih
menjadi tahu isi hati dan perasaan masing-masing sehingga kemungkinan untuk
bisa memahami satu sama lainnya juga akan semakin tinggi. Lisa memilih untuk
benar-benar mengaku kepada ayahnya dan menceritakan kronologis bagaimana ia
bisa pindah agama sehingga pada akhirnya ayahnya menerimanya bahkan
mendukung. Adanya keterbukaan dalam melakukan self disclosure juga memicu
akan adanya kedalaman hubungan antara anak dan orang tua.
Kedalaman hubungan ini juga merupakan dampak positif yang dirasakan
oleh informan setelah melakukan proses self disclosure. Karena adanya
keterbukaan dan pemahaman satu sama lainnya, hubungan yang awalnya biasa-
biasa saja otomatis bisa menjadi semakin dalam karena adanya kepercayaan yang
timbul dari pengakuan dari seorang anak. Para informan mengaku bahwa mereka
menjadi semakin dekat dengan orang tua mereka, Indra yang ingin selalu dekat
dengan orang tua, Caca yang semakin hangat dengan keluarganya bahkan tidak
sungkan untuk berpelukan. Kemudian Vina yang sekarang sering bercerita kepada
ayahnya, dan juga Lisa mengaku bahwa semakin dekat dengan ayahnya. Efek yang
sebaliknya dirasakan oleh Vina. Sejak ibunya menolak, maka semenjak itu pula
Vina menjadi semakin jauh dengan ibunya karena tidak bisa bercerita banyak hal
tentang dirinya. Kedalaman hubungan ini dipengaruhi dari keterbukaan masing-
masing informan. Apabila tidak terbuka dan akhirnya ditolak, maka bukannya
kedalaman hubungan yang dirasakan, namun semakin menjauh hubungannya
dengan orang tua masing-masing.