70
44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita ketrunan etnis Tionghoa kelahiran tahun 1954 dan besar di Tarakan. Ia merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara. Ia memiliki dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuan. Tahun ini Yani genap berumur 62 tahun. Yani dididik dengan ajaran agama Konghuchu dan diajarkan untuk rajin beribadah di Klenteng. Hubungan Yani dengan kedua orang tua maupun saudara- saudaranya sangat dekat dan akrab. Setelah tamat SMA, Yani memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah dan memilih untuk mengembangkan hobinya di bidang kecantikan. Yani mengaku sejak kecil dirinya suka segala sesuatu yang berhubungan dengan makeup dan rambut. Untuk mendukung hal tersebut Yani bekerja di salah satu salon yang terkenal di Tarakan pada saat itu. Sekarang Yani menghabiskan waktunya sebagai ibu rumah tangga dan tinggal bersama anak pertamanya. Untuk mengalihkan dari rasa bosan, Yani pergi bersama kakaknya yang rumahnya hanya satu kompleks dengannya atau pergi dengan anak dan cucunya. Jika anak pertamanya pergi untuk mengurus pekerjaan di luar kota, Yani tinggal bersama anak keduanya. Yani mengakui tidak bisa tinggal jauh dengan anak keduanya karena sering rindu dengan cucunya. 4.1.2 Informan 2 : Joni Joni adalah seorang pria keturunan campuran Cina-Jawa kelahiran tahun 1958 dan besar di Surabaya. Ia merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Sejak kecil Joni dididik dengan ajaran Kristen dan termasuk anak yang taat beragama. Tahun ini Joni genap berusia 58 tahun. Sejak kecil Joni memiliki hobi memancing dan sangat suka Chinese food. Sejak kecil Joni gemar berjualan barang. Pada saat Sekolah Dasar (SD), Joni membawa barang-barang untuk dijual ke teman-temannya. Sehingga tamat SMA, Joni memilih untuk langsung bekerja menjadi sales. Joni tipe orang yang suka berkomunikasi dan bertemu dengan banyak orang.

4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

44 Universitas Kristen Petra

4. ANALISIS DATA

4.1 Profil Informan

4.1.1 Informan 1 : Yani

Yani adalah seorang wanita ketrunan etnis Tionghoa kelahiran tahun 1954

dan besar di Tarakan. Ia merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara. Ia memiliki

dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuan. Tahun ini Yani genap berumur

62 tahun. Yani dididik dengan ajaran agama Konghuchu dan diajarkan untuk rajin

beribadah di Klenteng. Hubungan Yani dengan kedua orang tua maupun saudara-

saudaranya sangat dekat dan akrab.

Setelah tamat SMA, Yani memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah dan

memilih untuk mengembangkan hobinya di bidang kecantikan. Yani mengaku

sejak kecil dirinya suka segala sesuatu yang berhubungan dengan makeup dan

rambut. Untuk mendukung hal tersebut Yani bekerja di salah satu salon yang

terkenal di Tarakan pada saat itu.

Sekarang Yani menghabiskan waktunya sebagai ibu rumah tangga dan

tinggal bersama anak pertamanya. Untuk mengalihkan dari rasa bosan, Yani pergi

bersama kakaknya yang rumahnya hanya satu kompleks dengannya atau pergi

dengan anak dan cucunya. Jika anak pertamanya pergi untuk mengurus pekerjaan

di luar kota, Yani tinggal bersama anak keduanya. Yani mengakui tidak bisa

tinggal jauh dengan anak keduanya karena sering rindu dengan cucunya.

4.1.2 Informan 2 : Joni

Joni adalah seorang pria keturunan campuran Cina-Jawa kelahiran tahun

1958 dan besar di Surabaya. Ia merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Sejak

kecil Joni dididik dengan ajaran Kristen dan termasuk anak yang taat beragama.

Tahun ini Joni genap berusia 58 tahun. Sejak kecil Joni memiliki hobi memancing

dan sangat suka Chinese food.

Sejak kecil Joni gemar berjualan barang. Pada saat Sekolah Dasar (SD),

Joni membawa barang-barang untuk dijual ke teman-temannya. Sehingga tamat

SMA, Joni memilih untuk langsung bekerja menjadi sales. Joni tipe orang yang

suka berkomunikasi dan bertemu dengan banyak orang.

Page 2: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

45 Universitas Kristen Petra

Sekarang Joni harus tinggal menetap di Bali untuk mengurus

pekerjaannya. Pekerjaannya yang mengalami kegoncangan memaksa Joni untuk

tinggal berjauhan lagi dari istri dan anaknya. Dalam satu tahun Joni bertemu

dengan Yani sekitar 2x. Jika Joni tidak sempat ke Surabya, maka Yani yang akan

mengunjungi Joni terutama mendekati hari besar keagamaan seperti Paskah dan

Natal sekalian berlibur bersama keluarga.

4.1.3 Gambaran umum keluarga Yani dan Joni

Pada saat berumur 28 tahun, tepatnya pada tahun 1984, Yani

memperingati tahun baru China di rumah neneknya. Saat itu Yani mendapat tugas

untuk mempersiapkan hidangan untuk saudara-saudara yang datang berkunjung.

Ditempat itulah pertama kali Yani bertemu dengan Joni. Joni merupakan pria

berumur 24 tahun yang saat itu sedang melakukan tugas dinasnya di Tarakan.

Selama di Tarakan Joni tinggal bersama sepupu Yani. Tepat saat tahun baru China

itulah Joni diajak temannya yang juga merupakan sepupu Yani untuk merayakan

hari besar pagi etnis Tionghoa.

Setelah acara selesai, ketertarikan Joni kepada Yani semakin besar.

Hampir setiap malam Joni ditemani oleh temannya (yang juga merupakan sepupu

Yani) pergi berkunjung ke rumah Yani. Sampai suatu ketika Joni memberanikan

diri untuk pergi sendiri mulai mengungkapkan cinta. Yani pun menerima cinta

Joni dan sejak saat itu mereka mulai berpacaran.

Hubungan mereka berdua harus dipisahkan oleh jarak karena Joni harus

kembali ke Surabaya karena tuntutan pekerjaan. Mereka berdua menjaga

komunikasi dengan saling berkirim surat untuk awalnya. Setelah itu Yani memilih

untuk menjaga komunikasi dengan menggunakan telepon. Karena jaman belum

terlalu berkembang, Yani harus pergi ke wartel untuk bisa telepon. Percakapan

meliputi seputar aktivitas yang terjadi hari itu dan percakapan romantis untuk

melepas rindu.

Selama berpacaran, Yani bertemu dengan Joni kurang lebih sekitar 4 kali.

Kunjungan Joni ke Tarakan tidak bisa di prediksi karena sesuai dengan dinas

kantornya. Biasanya Joni menetap di Tarakan maksimal 1 minggu. Waktu itulah

yang digunakan kedua pasangan ini untuk bertemu. Akhirnya setelah 1 tahun

Page 3: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

46 Universitas Kristen Petra

berpacaran, Yani dan Joni memutuskan untuk menikah. Saat itu umur Yani 29

tahun dan umur Joni 25 tahun.

Setelah menikah, kedua pasangan ini menetap di Tarakan. Joni

mengusahakan untuk pulang satu bulan sekali untuk bertemu dengan Yani.

Komunikasi hanya bisa dilakukan melalui telepon rumah dengan durasi kurang

lebih 30 menit dan membahas kegiatan yang terjadi selama hari itu. Akhirnya,

setelah emnpat tahun menikah, Yani dan Joni memutuskan untuk pindah ke

Surabaya.

Selang satu tahun menikah, Yani mengandung anak pertama. Pada proses

kelahirannya anak tersebut meninggal dunia karena sakit dan ada gangguan di

tubuhnya. Sekitar dua tahun kemudian Yani mengandung lagi dan memiliki anak

laki-laki. Saat ini anak tersebut sudah berumur 29 tahun. Setelah itu Yani dan Joni

dikaruniai anak perempuan yang saat ini berumur 27 tahun.

Memasuki tahun pernikahan yang ke-sepuluh, Yani dan Joni mulai

berpikir untuk membuka usaha sendiri. Mereka berdua memikirkan untuk

membangun usaha bersama-sama tanpa perlu menjalani LDR (Long Distance

Relationship) lagi. Setelah melewati proses pemikiran dan banyak pertimbangan,

Joni membuka usaha sendiri yang memiliki bidang yang sama dengan

pekerjaannya dahulu. Selain karena sudah adanya pengalaman di bidang itu,

koneksi juga sudah terbuka sehingga lebih mudah untuk merintis dari awal.

Awal-awal merintis usaha, Joni banyak menghabiskan waktu di Surabaya.

Setelah itu, Joni harus memperlebar usahanya dan mulai keliling ke luar pulau.

Kedua pasangan ini harus rela menjalin hubungan jarak jauh lagi. Paling cepat dua

bulan sekali Joni kembali ke Surabaya untuk bertemu dengannya dan kedua

anaknya. Komunikasi masih dilaukan memalui telepon. Sibuknya pekerjaan

membuat komunikasi tidak sesering dulu. Dalam satu minggu, 3-4 kali Joni dan

Yani saling telepon dan menanyakan kabar. Yani mengaku sebagian besar, dia

duluan yang telepon karena sangat ingin tahu keadaan suaminya.

Saat ini Joni tinggal di Bali untuk mengurus pekerjaannya. Pekerjaannya

yang semakin maju membuatnya harus menetap lebih lama di Bali. Terhitung 3

tahun sudah pasangan ini tinggal di dua pulau yang berbeda. Setiap pertengahan

tahun dan akhir tahun, Yani, anaknya dan cucunya mengunjungi Joni di Bali

Page 4: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

47 Universitas Kristen Petra

sekaligus pergi berlibur. Jika ada urusan lain, Joni yang balik mengunjungi Yani

di Surabaya.

4.1.4 Informan 3: Marsha

Marsha adalah seorang wanita ketrunan etnis Tionghoa kelahiran tahun

1964 dan besar di Surabaya. Ia merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Tahun

ini Yani genap berumur 52 tahun. Marsha dan keluarganya merupakan penganut

agama Budha yang sangat taat terhadap agama. Walaupun tidak seberapa religius,

Marsha mengaku tetap pergi ke tempat ibadah dan memperingati hari besar

keagamaan. Setelah mengenal Bryan, Marsha pun memutuskan untuk pindah ke

kepercayaan suaminya dan melaksanakan upacara dan pemberkatan nikah secara

Kristen.

Sebagai anak pertama, Marsha dididik sebagai anak yang disiplin dan

dituntut untuk menjadi teladan yang baik bagi adik-adiknya. Marsha pun tumbuh

menjadi anak yang mandiri dan tidak mudah menggantungkan orang lain. Ia juga

memiliki sifat yang cepat dalam mengerjakan segala sesuatu dan berpegang pada

prinsip untuk tidak menunda pekerjaan.

Sebelumnya Marsha adalah ibu rumah tangga. Semenjak ditinggal bekerja

di luar negri oleh suaminya, kini Marsha menyibukkan diri sebagai guru di

sekolah dekat rumahnya, guru les, aktivis gereja dan ibu rumah tangga. Setiap

pagi Marsha menyiapkan sarapan untuk anak perempuannya. Setelah itu ia

berangkat mengajar di sekolah. Setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis sepulang

mengajar, Marsha segera pulang ke rumah karena harus mengajar anak yang les.

Sisa waktunya dipakai untuk mengurus rumah, datang ke pertemuan-pertemuan

ibadah seperti Doa Malam, Pengajaran Alkitab dan lain-lain. Selain itu Marsha

aktif sebagai anggota paduan suara di gereja.

4.1.5 Informan 4: Bryan

Bryan adalah seorang pria ketrunan etnis Tionghoa kelahiran tahun 1965

dan besar di Malang. Ia merupakan anak terakhir dari 5 bersaudara. Tahun ini

Bryan genap berumur 51 tahun. Karena rentang umur yang cukup jauh dengan

kakak-kakaknya, Bryan termasuk anak yang paling disayangi oleh orang tua dan

Page 5: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

48 Universitas Kristen Petra

kakaknya. Hal ini pulalah yang membuat Bryan sangat patuh dengan masukan

atau nasihat yang diberikan kakaknya. Sejak orang tuanya meninggal, bagi Bryan

kakaknya sudah dianggap seperti orang tua yang nasihat dan masukannya sangat

perlu untuk diperhatikan.

Sejak kecil Bryan sangat suka berolahraga. Beberapa lomba pernah

diikutinya. Olahraga yang paling digemarinya adalah bersepeda. Setelah lulus

STM, Bryan pindah ke Surabaya menyusul kakaknya untuk mencari pekerjaan.

Tanpa disangka di Surabaya inilah Bryan menemukan pasangan hidupnya.

Sekarang Bryan tinggal di Turki sebagai seorang Chef masakan Jepang.

Dengan sistem kerja kontrak, Bryan tidak dapat berhenti sesuai dengan

keinginannya. Setelah masa kontrak habis, Bryan memutuskan untuk kembali ke

Surabaya untuk berkumpul bersama keluarganya. Bryan mengakui sudah cukup

waktu yang dia habiskan untuk bekerja di luar negri. Selain sudah mencukupi

secara finansial, dia merasa cukup pengalamannya tinggal di negara orang. Kini

keinginannya adalah kembali berkumpul menggantikan tahun-tahun yang telah

hilang.

4.1.6 Gambaran umum keluarga Marsha dan Bryan

Marsha dan teman-temannya senang merencanakan pergi bersama. Suatu

ketika teman baik Marsha mengajak adiknya yang bernama Bryan dan mulai

mengenalkan kepadanya. Saat itulah Bryan mulai tertarik kepada Masrha.

Menurut Bryan Marsha adalah seorang yang baik, mandiri, menyenangkan jika

diajak bertukar pikiran. Sejak saat itu juga Marsha dan Bryan sering bertemu saat

acara jalan bersama teman-teman.

Benih asmara muncul diantara mereka berdua. Akhirnya Marsha dan

Bryan mulai memasuki tahap yang lebih dalam. Bryan mengajak Marsha pergi

jalan-jalan berdua dan saat itulah Bryan mulai mengutarakan perasaannya. Belum

genap satu tahun mereka saling mengenal, Marsha dan Bryan memutuskan untuk

menjalin hubungan yang lebih serius dan berpacaran.

Pada jaman itu, handphone belum ada dan telepon masih sangat jarang.

Awal-awal untuk berkomunikasi Marsha maupun Bryan harus pergi ke wartel

untuk telepon. Setelah berapa tahun akhirnya mereka memiliki telepon rumah dan

Page 6: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

49 Universitas Kristen Petra

mulai menggunakannya untuk berkomunikasi. Dalam satu minggu sekitar 2x

mereka bertemu dan pergi bersama. Pada masa pacaran itulah mereka berdua

mengenal sifat satu sama lain. Marsha mengaku di masa-masa inilah karakternya

semakin dibentuk untuk sabar dan dewasa. Banyak perbedaan diantara mereka

berdua apalagi Bryan merupakan anak paling kecil yang sering dimanja oleh

orang tua dan kakak-kakaknya. Tapi akhirnya setelah 5 tahun berpacaran, Marsha

memantapkan hati untuk menikah dengan Bryan. Alasannya sederhana yaitu dia

melihat bahwa Bryan orang yang setia. Hal ini bisa dilihat dari sikap Bryan

terhadap lawan jenis. Bryan sangat menghormati lawan jenis dan tidak melakukan

tindakan macam-macam seperti menggoda atau sebagainya.

Pasangan ini dikaruniai anak perempuan yang sekarang berumur 22 tahun.

Setelah beberapa tahun menikah, Marsha dan Bryan ini mulai mengalami

kesusahan finansial. Bryan memilih untuk jual beli sparepart mobil dan motor.

Tetapi dalam usahanya Bryan banyak ditipu orang. Mereka membeli barang tapi

tidak membayar bahkan ada yang melarikan diri. Bryan harus menanggung

banyak kerugian dan mulaai terlilit hutang. Ketika pasangan ini mulai putus asa

dengan keadaannya, teman baik Bryan mengajaknya untuk ke Amerika dan

bekerja disana. Kedua pasangan ini membutuhkan satu tahun untuk bergumul

menghadapi masalah ini. Marsha tahu dengan jelas jika dia membiarkan Bryan

pergi, dia harus berpisah jarak yang sangat jauh, perbedaan waktu yang cukup

ekstrim, dan tidak dapat bertemu dengannya dalam jangka waktu yang lama.

Akhirnya demi kehidupan yang lebih baik, pasangan ini setuju untuk hidup

sementara terpisah jarak. Bryan nekat berangkat bersama dua orang temannya

sebagai pekerja ilegal.

Selama di Amerika komunikasi dilakukan menggunakan telepon. Sebagian

besar Bryan yang telepon terlebih dahulu karena harganya lebih murah. Hari

Minggu dipilih sebagai hari komunikasi mereka yang intens karena pada hari itu

Bryan biaya teleponnya sangat murah bahkan terkadang gratis.

Pada masa awal berpisah dengan Bryan, Marsha mengaku sangat stress

dan sempat down. Beberapa kali Marsha harus melewati malam dengan tangisan.

Di masa itulah Marsha mengaku semakin mendekatkan diri dengan Tuhan.

Akhirnya Marsha memutuskan untuk menyibukkan diri sebagai aktifis gereja

Page 7: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

50 Universitas Kristen Petra

untuk mengalihkan pikiran negatif. Beberapa pembicaraan miring sempat

menerjang Marsha, tapi semuanya itu disikapi dengan respon cuek. Marsha tidak

mau komentar atau omongan orang lain mengendalikan dirinya.

Setelah sepuluh tahun berlalu, Bryan memutuskan pulang ke Surabaya.

Selama di Surabaya Bryan banyak menghabiskan waktu dengan keluarga dan

teman-teman. Selama di Surabaya itu Bryan mendapat tawaran bekerja di Turki

sebagai Chef dengan sistem kontrak. Bryan memutuskan untuk berangkat dan

mulai menyiapkan segala keperluannya. Sampai saat ini Bryan masih di Turki

untuk melakukan pekerjaannya.

4.2 Setting Penelitian

4.2.1 Informan 1 : Yani

Pada hari Jumat, 16 September peneliti menghubungi Yani untuk

menjelaskan waktu bertemu dan membuat janji wawancara. Akhirnya wawancara

pertama dilakukan pada hari Senin, 19 September 2016 pukul 15.30 di rumah

Yani yang terletak di kompleks perumahan daerah Surabaya Barat. Sesampainya

disana peneliti disambut hangat oleh Yani. Yani menyuguhkan beberapa makanan

dan menawarkan minuman.

Rumah Yani sangat bersih, tertata rapi dan cukup besar untuk dihuni 2

orang (Yani dan anak laki-lakinya). Yani mempunyai taman yang cukup luas.

Disana peneliti melihat beberapa macam tanaman dan pot. Ternyata Yani suka

merawat tanaman. Ini juga yang membuat rumah Yani tampak asri dan dingin.

Masuk lebih dalam, peneliti masuk ke kamar di sebelah kanan yang biasanya

digunakan sebagai kamar tamu. Kamar ini juga sering digunakan untuk anak

perempuannya yang datang berkunjung bersama cucunya. Masuk lebih dalam lagi

peneliti melihat kamar 2 kamar yaitu kamarnya dan kamar anak laki-lakinya.

Tepat disebelah kamar ada wastafel dan kamar mandi. Di bagian kiri, peneliti

melihat meja makan kecil, kulkas, dan dispenser. Masuk sedikit lebih dalam,

peneliti melihat dapur dan ruangan kecil terbuka untuk menjemur pakaian. Dekat

dengan tempat menjemur, peneliti melihat kandang anjing. Ternyata Yani

memelihara 7 anjing. Yani dan anak laki-lakinya sangat suka anjing.

Page 8: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

51 Universitas Kristen Petra

Setelah melihat rumah, peneliti mulai mengajukan beberapa pertanyaan

meengenai Yani dan keluarganya. Selain itu peneliti juga berkenalan dengan anak

pertama dan keduanya yang saat itu kebetulan datang ke rumah. Keluarga Yani

adalah keluarga yang hangat.

Wawancara kedua dilakukan pada hari Sabtu, 24 September 2016 pukul

sepuluh pagi di rumahnya. Siang itu Yani yang seorang diri di rumah sedang

membersihkan rumah. Peneliti memutuskan untuk membantu Yani menyapu

ruang tamu sebelum memulai wawancara sambil berbincang mengenai hal-hal

ringan yang terjadi di sekitar. Seperti berita yang sering diberitakan di televisi dan

hal lainnya. Setelah suasana semakin cair, peneliti melakukan wawancara.

Wawancara ketiga dilakukan pada hari Senin, 17 Oktober 2016 sekitar

pukul setengah dua belas siang di rumah Yani. Peneliti berkenalan dengan anak

pertama peneliti dan anak kedua yang pada saat itu sedang berkunjung ke

rumahnya. Peneliti berada di sana sekitar 3 jam untuk wawancara dan berbincang

ringan dengan Yani. Peneliti juga sempat berbincang dengan anak kedua dan

sempat menanyakan beberapa hal terkait dengan penelitian. Peneliti juga meminta

ijin kepada Yani untuk observasi dan merekam pembicaraan Yani dan Joni.

Peneliti berhasil merekam beberapa kali percakapan antara Yani dan Joni.

Tetapi keduanya tidak mengijinkan hasil rekaman untuk ditranskrip dan

dimasukkan dalam hasil skripsi. Sehingga peneliti mencatat garis besar

pembicaraan dan menuliskannya dalam bentuk deskripsi. Untuk melengkapi

beberapa data yang masih kurang, peneliti menggunakan via percakapan telepon

untuk berkomunikasi dengan Yani.

Setelah itu peneliti mendiskusikan sekali lagi bagian mana saja yang bisa

dituliskan dalam skripsi dan menunjukkan hasil yang sudah dituliskan kepada

Yani sebagai bukti bahwa peneliti sudah menuliskan sesuai dengan kesepakatan.

4.2.2 Informan 2 : Joni

Peneliti meminta nomor handphone Joni melalui istrinya, Yani. Peneliti

melakukan contact pertama kali menggunakan WhatsApp Messenger pada hari

Selasa tanggal 1 November 2016. Tiga hari kemudian tepatnya tanggal 4

Page 9: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

52 Universitas Kristen Petra

November 2016 peneliti mengirimkan pesan yang berisi perkenalan diri, maksud

dan tujuan wawancara, dan memberi penjelasan singkat mengenai skripsi.

Selanjutnya peneliti membuat janji untuk telepon menggunakan WhatsApp

call untuk bertanya lebih detail hingga data berhasil dikumpulkan. Semua data

yang diperlukan berhasil terkumpul pada hari Selasa tanggal 8 November 2016.

4.2.3 Informan 3 : Marsha

Awalnya peneliti menghubungi marsha melalui Gladys. Setelah peneliti

mendapatkan nomor handphone, akhirnya wawancara pertama baru dilakukan

pada hari Senin, 3 Oktober 2016. Peneliti bertemu dengan Dewi di salah satu cafe

di Surabaya Barat.

Marsha merupakan wanita yang ramah tapi tidak banyak bicara. Wanita

yang datang dengan baju yang rapi dan casual ini ternyata sangat menyukai kopi.

Setelah menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan, peneliti mulai melakukan

wawancara. Pada hari pertama peneliti banyak bertanya mengenai diri Marsha

sendiri.

Wawancara kedua dilakukan pada hari Jumat, 8 Oktober 2016 pukul 11

pagi. Peneliti datang ke rumah Marsha. Dari luar rumah tersebut tampak rapi dan

sepi. Sekilas terlihat seperti tidak ada penghuninya. Peneliti memencet bel dan

segera Marsha membuka. Dari luar tercium bau masakan yang harum. Ternyata

Marsha sedang memasak sesuatu dan letak dapur sangat dekat dengan pintu

masuk. Peneliti dipersilahkan duduk terlebih dahulu dan Marsha melanjutkan

masaknya sebentar. Di ruang tamu peneliti melihat banyak sekali foto keluarga

terutama foto wisuda anak semata wayangnya. Ruang tamu tersebut tampak rapi

dan teratur. Di di dekat pintu masuk terdapat rak sepatu yang rapi tersusun.

Rumah Marsha memiliki 2 lantai. Semua kamar tidur berada di lantai dua. Pada

saat datang kesana Marsha seorang diri baru pulang dari aktivitas gereja. Anaknya

sudah pergi bekerja pagi tadi.

Tidak lama kemudian, Marsha keluar sambil membawakan suguhan

minuman. Setelah itu peneliti lanjut berbincang dengan Marsha. Setelah bercerita

panjang lebar, peneliti menyadari bahwa Marsha orang yang bijaksana, hangat

dan suka bercerita.

Page 10: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

53 Universitas Kristen Petra

Wawancara kedua dilakukan pada hari Jumat 18 November 2016 pada

pukul 11.30 siang di ruang tamu. Peneliti bertanya mengenai beberapa hal dan

meminta ijin untuk melakukan observasi selama beberapa hari. Setelah itu peneliti

mulai mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh Marsha selama 2 hari (masing-

masing setengah hari).

Wawancara ketiga dilakukan pada hari Jumat, 29 Oktober 2016. Peneliti

bertanya mengenai beberapa pertanyaan. Karena susah menentukan jadwal

telepon dengan Bryan, peneliti meminta ijin untuk membaca chat yang dilakukan

oleh Marsha dan Bryan. Setelah itu Marsha berbaik hati untuk memberikan

screenshot sebanyak 10 kali kepada peneliti sebagai bahan observasi.

Selama Bulan Oktober hingga November, peneliti banyak melakukan

aktivitas chating dengan Marsha. Hal ini dilakukan sebab Marsha orang yang

sangat sibuk dan hanya bisa melakukan wawancara setiap hari Jumat saja.

Setelah itu peneliti mendiskusikan sekali lagi bagian mana saja yang bisa

dituliskan dalam skripsi dan menunjukkan hasil yang sudah dituliskan kepada

Yani sebagai bukti bahwa peneliti sudah menuliskan sesuai dengan kesepakatan.

4.2.4 Informan 4 : Bryan

Pada hari Selasa tanggal 1 November 2016, peneliti mengirimkan email

pertama kepada Bryan. Setelah beberapa hari tidak ada tanggapan, hari Jumat

tanggal 4 November 2016, peneliti datang berkunjung ke rumah Marsha untuk

wawancara sekaligus menanyakan cara lain untuk menghubungi Bryan. Akhirnya,

Marsha berinisiatif untuk membantu menghubungi Bryan.

Peneliti mulai melakukan komunikasi dengan Bryan menggunakan

WhatsApp Messenger pada hari Senin, 7 November 2016. Karena pekerjaannya

yang cukup padat, Bryan tidak bisa langsung membalas pesan tersebut bahkan

setelah hari berlalu. Akhirnya pada hari Jumat tanggal 11 November 2016,

peneliti selesai mengumpulkan data yang diperlukan.

Page 11: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

54 Universitas Kristen Petra

4.3 Temuan Data

4.3.1 Relationship Maintenance dalam Dimensi Positif

Dimensi ini melibatkan perilaku seperti bersikap riang, menjadi sopan, dan

menahan diri dari kritik. Seperti tersenyum saat berkomunikasi dengan pasangan,

mengatakan betapa berharganya pasangan untuk mereka, dan tidak pernah

mengeluh mengenai hubungan.

Sikap Positif harus dimulai dari dalam diri sendiri. Menurut Marsha, kalau

dalam hatinya teguh dan berusaha menjaga, maka hal-hal negatif diluar sana tidak

bisa mempengaruhi. Jika pun mempengaruhi, tidak akan banyak. Hal ini terjadi

ketika Bryan pergi ke Amerika dan tidak pulang-pulang, banyak sekali berita

miring tentangnya.

“Ai cuek orangnya. Ai ya denger aja. Tapi nggak mau gampang

terpengaruh. “Loh kamu nggak takut suamimu diluar sana ada godaan

apa apa gitu ta?”

“Ya tak iya ai tak sneyumi. Soalnya Ai itu yakin dia orangnya nggak

sembarangan. Kan sudah kenal”

Marsha tidak mau pikiran negatif menyiksa dirinya apalagi dia tahu bahwa Bryan

tidak bisa pulang dalam waktu singkat. Dan untuk berkomunikasi lewat telepon

pun juga terbatas. Marsha tidak ingin waktu-waktu berharganya yang seharusnya

digunakan untuk saling bertanya kabar atau mengungkapkan rasa sayang

digunakan untuk „menginterogasi‟ suaminya yang belum tentu terjadi. Bisa saja

itu karena pemikiran Marsha sendiri.

4.3.1.1 Gestur tubuh positif saat melihat pasangan

Dimensi positif bisa dilihat dari raut muka maupun gestur tubuh. Pada saat

melakukan wawancara, beberapa kali peneliti melihat Yani yang tersenyum saat

membicarakan mengenai Joni. Air mukanya terlihat gembira sambil beberapa

menerawang mengembalikan memori di masa lalu. Di tengah wawancara, Yani

pamit untuk mengangkat telepon sejenak. Dan ketika kembali raut wajah Yani

semakin sumringah. Ternyata baru saja dia menermia telepon dari Joni.

Page 12: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

55 Universitas Kristen Petra

Yani menjelaskan bahwa dalam berhubungan, sikap positif sangat

diperlukan.

“Positif kan harus dari dalam dulu gaby. Kalau positif dari dalam terus

kan orang yang diajak ngomong jadi ikutan positif”

4.3.1.2 Pasangan tidak sering mengeluh terhadap keadaan masing-masing

Yani mengakui bahwa dalam perjalanan hidup bersama Joni beberapa kali

dia mengeluh karena keadaan yang tidak bisa bertemu. Bahkan jika tidak diatasi,

keluhan Yani berujung kepada kecurigaan yang berlebihan. Karena itu Yani

berusaha menyiasatinya dengan berbagai cara salah satunya berpikiran positif

sambil terus menjaga kualitas dan kuantitas komunikasi.

Sedangkan untuk pasangan kedua, Marsha mengatakan bahwa diantara

mereka Bryan lah yang paling sering mengeluh soal hubungan. Bryan sering

mengeluh lelah dan ingin segera kembali berkumpul dengan anaknya. Bryan

menyadari banyak waktu yang tidak bisa dihabiskan dengan putrinya. Dia tidak

bisa mengikuti perkembangan anaknya secara baik. Tapi kedua pasangan ini

selalu berusaha mengembalikan segala sesuatunya kepada Tuhan. Marsha

menyadari bahwa mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah. Tidak ada cara

lain selain menjalani. Meski demikian, Marsha tidak anti terhadap keluhan. Bagi

Marsha, mendengar keluhan menjadikannya semakin mahir menjadi pendengar

yang baik dan membuatnya mengerti apa yang dirasakan Bryan. Saat-saat seperti

inilah yang digunakan untuk menguatkan satu sama lain.

"Namanya manusiawi ya itu ya semua kalau kita ditinggal jauh sama

keluarga ya seperti gitu. Tapi ya sudah lah namanya perjalanan hidup itu

kan mungkin rencana ya sudah dari Tuhan mungkin dibuat seperti itu. Ya

Ai terima aja. Dijalani aja sudah. Nggak usah mengeluh. Kalau mengeluh

tambah nggak selsai dan terasa berat. Dijalani berserah aja. Kan ada

Tuhan."

Page 13: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

56 Universitas Kristen Petra

4.3.1.3 Pasangan saling menghargai satu sama lain

Marsha menjelaskan bahwa salah satu cara bersikap positif adalah dengan

menghargai pasangan. Ungkapan betapa berharganya pasangan ini lebih banyak

dirasakan dengan perbuatan dibandingkan dengan kata-kata. Hal ini terlihat dari

perhatian Marsha terhadap Bryan dengan mengirimkan segala kebutuhan dan hal-

hal kesuakaan Bryan yang tidak ada disana). Berusaha menyelesaikan semuanya

sendiri untuk mengurangi beban pikiran Bryan. Sebaliknya Bryan banyak

mengirimkan barang-barang yang sangat diinginkan oleh Marsha

4.3.2 Relationship maintenance dalam Dimensi Keterbukaan (Openess)

Dimensi ini menceritakan bagaimana pasangan secara eksplisit membahas

sifat dari hubungan mereka. Dengan keterbukaan, orang merefleksikan untuk

memelihara hubungan mereka dengan berdiskusi mengenai tujuan akhir

berhubungan, pengakuan terhadap perasaan mereka mengenai hubungan, bertanya

bagaimana perasaan pasangan meengenai hubungan.

4.3.2.1 Pasanagan berdiskusi sebelum mengambil keputusan

Bagi Yani, penting sekali untuk selalu mendiskusikan sesuatu bersama

sebelum mengambil keputusan.

“Cukup terbuka Gaby. Kalau ada sesuatu pasti diceritakan kok. Ai juga

kalau ada apa-apa pasti bicara dengan dia”.

Dalam proses berkomunikasi, pasangan ini cukup terbuka ketika berdiskusi

mengenai tujuan akhir berhubungan terutama bisa berkumpul lagi bersama dengan

Joni. Yani sangat berharap Joni bisa menetap di Surabaya dan memindahkan

pekerjaannya. Apalagi anak pertama Yani dan Joni akan segera menikah. Yani

sangat ingin kembali tinggal satu atap dengan Joni. Beberapa kali mereka sempat

membahas apakah Joni yang harus kembali atau Yani yang menyusul ke Bali.

“Ai kan semakin tua Gaby. Apalagi habis ini Willy akan menikah. Kan

pasti waktu sama ai makin jarang. Ai ini nggak suka sendirian. Jadi ya

Page 14: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

57 Universitas Kristen Petra

sempet diskusi-diskusi gitu sama susuk. Kalau nggak ya ai yang pindah ke

Bali setelah Willy menikah.”

Keinginan itu masih dibicarakan oleh keduanya. Yani mengaku sampai saat ini

masih belum menemukan jawabannya. Bagi Yani pindah ke kota lain bukan hal

yang mudah. Yani mengaku sering merindukan cucu pertamanya.

“Ai itu suka kangen sama Shiery. Kan dari kecil ai yang rawat kalau

maminya sibuk kerja. Terus harus pindah lagi ke tempat lain. Kan disana

ai nggak ada kenal siapa-siapa.”

“Nggak bisa langsung pindah Gaby. Ai juga perlu bergumul dan berdoa

sama Tuhan bagusnya seperti apa.”

“Ya kalau ai sih berharpnya bisa kumpul semua di satu kota gitu. Kan

susuk sudah tua jadi ya sudah lah waktunya menikmati hidup.”

Sama halnya dengan pasangan kedua. Pasangan ini juga berdiskusi dalm

hal tahapan atau tujuan akhir berhubungan. Bagi Marsha dan Bryan, tujuan akhir

hubungan mereka adalah berkumpul bersama keluarga. Tak jarang pasangan ini

berdiskusi mengenai kontrak kerja di Turki. Marsha menjeaskan bahwa

memutuskan tinggal di Turki atau kembali ke Surabaya tidaklah mudah. Mereka

berdua harus menghitung dengan jeli apa yang menjadi kebutuhan mereka kelak.

Kehilangan 60% penghasilan, fasilitas, tunjangan, dan sebagainya juga masuk

dalam pehitungan dan pertimbangan mereka.

Bagi pasangan ini cara termudah untuk mengambil keputusan adalah

dengan melihat faktor pendorong atau motivasi awal melakukan sesuatu. Awalnya

Bryan memutuskan pergi ke Amerika adalah untuk mencari pekerjaan dan

penghasilan yang lebih baik. Ternyata sepuluh tahun berlalu, Bryan kembali

dengan kesuksesan. Kesuksesan lain didapat saat menerima tawaran di Turki.

Seharusnya semua tujuan awal sudah tercapai. Karena itu setelah kontrak tahunan

ini habis, Bryan memiliki keputusan bulat untuk pulang dan kembali ke Surabaya.

Marsha menambahkan bahwa keterbukan bukan sekedar masalah hari ini

mengalami apa, pergi bersama siapa, apa yang disukai dari pasangan, adakah hal

Page 15: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

58 Universitas Kristen Petra

yang mengganjal hati saja. Tapi lebih jauh adalah hubungan jangka panjang.

Marsha menilai bahwa tinggal terpisah lebih lama lagi bukanlah pilihan yang

baik. Mempertahankan kedekatan sebagai suami istri bukan hal yang mudah jika

bertahun-tahun tidak bertemu. Diperlukan usaha ekstra untuk tidak canggung.

Untuk itu, secara rutin, mereka sering membahas bagaimana hubungan ke depan

dan apa yang dirasakan pasangan. Hal ini juga untuk mengurangi kebosanan dan

keinginan untuk melakukan tindakan yang tidak diinginkan. Bryan sendiri

mengaku tidak ada waktu yang presisi dalam membahas hubungan ini. Apapun

yang menjadi ganjalan atau pemikiran, bebas diungkapkan oleh pasangan.

“Tidak ada waktu yang pasti. Kalau ada masalah dibicarakan. Jika tidak

ada ya membahas hal lainnya.”

Selain dalam hal hubungan, dalam hal keuangan pun tidak pernah

disembunyikan. Masalah keuangan biasanya disampaikan secara transparan.

Marsha menjelaskan bahwa Bryan akan mengirimkan jumlah uang yang sama

atau bahkan lebih. Biasanya Marsha akan bertanya dari mana uang lebihnya

berasal dan Bryan menjelaskan. Inilah salah satu yang disukai Bryan saat bekerja

di luar negri adalah bonus atau tips yang banyak.

“Dia kirim ai uang. Hampir nggak pernah terlambat. Berapa jumlahnya

pasti dia jelaskan. Kenapa kok lebih kenapa kok kurang. Kadang ya

uangnya itu dibuat belanja oleh-oleh atau barang yang ai atau Gladys

inginkan.”

Bagi Marsha dan Bryan, hal ini penting dilakukan selain untuk mengurangi rasa

curiga, kedua pasangan ini bisa saling kontrol keuangan masing-masing.

“Dia itu boros. Suka beli-beli. Apalagi beli barang untuk Gladys. Tapi

kadang suka beli yang nggak penting. Nah kalau dia cerita kan bisa tau

bisa sama-sama kasih masukan. Bisa kontrol bersama gitu.”

Page 16: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

59 Universitas Kristen Petra

4.3.2.2 Pasangan saling terbuka dengan perasaan satu sama lain

Pasangan ini membuka pikiran dan perasaannya satu sama lain. Bryan

sering menceritakan apapun yang terjadi di Amerika maupun Turki. Walaupun

tidak ditanya, Bryan berinisiatif untuk berbagi kepada Marsha baik hal yang

menyenangkan maupun yang menyebalkan. Biasanya Bryan akan mengirimkan

foto-foto kemana dan dengan siapa dia pergi kepada Marsha. Barulah saat telepon

Bryan menceritakan semua kepada Marsha apa yang dialaminya saat itu.

“Kalau waktu off dia jalan-jalan sama temen-temennya. Sering kirim foto.

Dia cerita terus ai dengerin”

Marsha melakukan hal yang sama. Marsha menjelaskan walaupun mampu

melakukan semua tugasnya sendiri, dia tetap akan menceritakan semuanya kepada

Bryan. Sebagai suaminya, Marsha merasa Bryan berhak tau apapun yang dia

lakukan. Masrha menambahkan justru saat-saat seperti ini bisa menjadi evaluasi

baginya. Apakah dia melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan, kedepan

harus berbuat seperti apa, hal-hal apa yang bisa diperbaiki dari kesalahan tersebut.

Bryan menambahkan bahwa hal ini merupakan waktu yang sangat baik untuk

mendekatkan diri satu sama lain.

“Dia yang sering, soalnya dia dulu hampir tiap hari itu telpon. Kadang itu

bingung apa yang harus dibicarain. Kalo ai kan paling anak, pelayanan

nggak ada yang lain. Dia cerita hari-harinya terus temen-temennya

gimana”

Marsha maupun Bryan terbiasa mengungkapkan hal apa yang tidak ia

sukai dengan memikirkan cara yang tepat.

“Iya terbuka banget. Cuma ya susuk kan lebih banyak di luar negri, jadi

komunikasinya ya terbatas. Jadi ya pokoknya sedikit aja ngomongnya

jadinya. Karena kan jaraknya jauh. Jadi ngomongnya nggak seperti kita

ngomong bener-bener”

Page 17: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

60 Universitas Kristen Petra

Selain itu, mereka berusaha untuk mengungkapkan perasaan ketika ada hal yang

tidak disukai. Salah satunya terjadi pada saat Marsha sedang hamil muda. Bryan

mulai terpengaruh kebiasaan buruk teman-temannya yaitu suka dengan dunia

malam dan diskotik. Seringkali Marsha ditinggal sendrian di rumah hingga larut

malam. Tak jarang Bryan pulang dalam keadaan mabuk. Hal ini membuat Marsha

sangat jengkel.

“Oh pernah. Dulu waktu hamil itu, itu kan dia kan orangnya gampang

terpengaruh. Ya susuk itu. Kalau temenhya baik ya baik, tapi kalau

temennya jelek ya jelek. Dia ikut jelek. Waktu hamil itu kan Ai suka

ditinggal karena dia punya temen itu suka itu pergi diskotik. Jadi ai itu

kadang itu kalau dia pergi itu ya Ai nangis sendiri. Tapi ai bisanya Cuma

berdoa sama Tuhan. Mohon kekuatan sama Tuhan. Datang pulang gitu

mabuk. Nah itu temennya. Ehh Ai itu sudah ngomongin. Jadi ai kalau dia

dateng ya sudah ai diemin aja. Terus ai nasihatin. Ya dijawab iya iya gitu

aja.”

Jika menurut pada keinginan dan emosinya, Marsha akan marah pada saat itu

juga. Tetapi Marsha berusaha menjernihkan pikiran dan memilih untuk tidur.

Keesokan paginya barulah Marsha mengeluarkan apa yang tidak dia sukai dari

sikap Bryan.

Marsha sendiri bukan tipe orang yang suka ribut atau mempermasalahkan

suatu hal. Dia mengaku sejak pacaran hingga menikah, dia berusaha

mengutarakan pendapatnya walaupun konsekuensi terburuknya harus menghadapi

pertengkaran yang besar. Tapi baginya, komunikasi yang baik dimulai dari saling

terbuka satu sama lain. Sejak saat itulah Marsha mencoba terus untuk

mengeluarkan apa yang menjadi isi hatinya pada saat dan momen yang tepat.

Marsha menjelaskan bagian tersusah bukan saat mengeluarkan apa yang

mengganjal di hatinya tetapi memilih momen, waktu, kata-kata yang tepat untuk

mengatakannya. Pasangan ini berusaha mewujudkan keterbukaan tanpa

mengundang pertengkaran.

Page 18: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

61 Universitas Kristen Petra

4.3.2.3 Pasangan membahas kualitas hubungan dan terbuka satu sama lain

Yani mengaku bahwa menjalani kehidupan rumah tangga bukan hal yang

mudah. Cinta bukan satu-satunya hal yang mampu dijadikan landasan. Bagi Yani,

cinta adalah penghantar utama sedangkan untuk membuat hubungan kuat,

dibutuhkan komitmen yang kuat pula. Bagi yani hal yang paling dia pelajari

dalam kehidupan rumah tangga adalah memaafkan dan terus menajaga

keterbukaan kepada pasangan. Hal inilah yang membuat Yani berhasil melewati

masa sulit dengan Joni.

Berbicara soal pengakuan, Yani mulai menerawang bercerita bahwa dalam

rumah tangganya sempat terjadi kegoncangan yang cukup besar. Sejak pacaran

hingga hampir lima belas tahun menikah, Yani sangat terbiasa dengan hubungan

jarak jauh. Yani berpikir bahwa rumah tangga akan baik-baik saja dengan pola

komunikasi yang sudah ada. Tapi siapa yang menyangka, Yani sering mendapat

gangguan dari pihak luar seperti telepon dan lain sebagainya. Hal ini membuat

kepercayaan Yani kepada Joni perlahan goyang. Yani mulai merasa ada yang

tidak beres dalam rumah tangganya dan benar saja beberapa lama kemudian Yani

harus menghadapi kenyataan bahwa dalam rumah tangganya muncul orang ketiga.

Sempat beberapa kali pasangan ini bertengkar hebat karena hal tersebut.

Yani yang diliputi rasa curiga berusaha menekan rasa penasaran hingga suatu hari

Yani tidak mampu lagi menahan dan meledaklah emosinya. Saat itu terjadi

pertengkaran hebat diantara keduanya. Disaat pasangan itu sama-sama dipiluti

emosi yang besar, pasangan ini memilih untuk tidak berkomunikasi bahkan Bryan

sempat tidak pulang ke rumah selama satu bulan.

“Ai merasa saat itu sudah akhir dari segalanya Gaby. Ai sudah kecewa

dan beberapa kali berpikir untuk bercerai saja. Tapi kalau bercerai selalu

kepikiran anak-anak. Ai nggak mau gagal menjadi contoh pernikahan

yang baik atau kasih trauma ke anak-anak.”

Pada saat Yani mulai menerawang dan kembali mengenang masa-masa itu tanpa

disadari air matanya mulai menetes.

Page 19: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

62 Universitas Kristen Petra

“Sampai sekarang ai ini bersyukur sama Tuhan bisa melalui itu semua.

Keluarga tetap utuh dan semuanya baik-baik saja. Ai sadar bahwa berapa

lama menikah tidak bisa menjamin apapun. Hati manusia itu licik Gaby.

Bisa berubah tanpa disadari.”

Setelah melalui pergumulan yang panjang, Joni mulai menghubungi Yani dan

akhirnya mereka bertemu membicarakan semua ini. Joni meminta maaf dan

mengakui kesalahannya. Joni menceritakan semua yang terjadi dengan penuh

penyesalan. Yani pun meminta waktu sejenak untuk berpikir ulang dan

menenangkan diri. Joni berusaha menghormati keputusan Yani.

Selam proses menenenagkan diri, Yani selalu merasa sebagai korban. Dia

merasa dijahati oleh suaminya. Tapi perkataan salah satu konselor di gerejanya

mulai mengubah hatinya dan mulai menerima Joni kembali. Yani memetik

pelajaran berharga bahwa didalam hubungan pernikahan selalu ada hukum sebab

akibat. Permasalahan besar selalu dimulai dari hal kecil. Kesalahan kecil yang

tidak diselesaikan akan terus berguling maju hingga menjadi besar dan menjalar

kemana-mana. Yani sadar bahwa dirinya juga salah karena tidak memperhatikan

Joni lebih lagi dan tidak menyadari adanya keretakan komunikasi yang terjadi

diantara keduanya. Dan semua itu dimulai dari keterbukaan yang sangat sedikit.

Yani mengaku tidak mengerti apapun tentang pekerjaan Joni. Apa yang

terjadi dan bagaimana prosesnya terjadi. Yani juga mengakui ketika bertanya

mengenai pekerjaan bukan karena sungguh-sungguh ingin mengetahui tetapi lebih

ke arah mencari topik pembicaraan atau basa-basi saja. Dia tidak benar-benar

memaknai ucapannya. Tanpa disadari hal inilah yang membuat Joni akhirnya

malas bercerita mengenai pekerjaan dengan Yani. Joni merasa bahwa tidak ada

manfaat juga untuk menceritakan kepada Yani. Tidak hanya soal pekerjaan tetapi

juga masalah keuangan. Hal ini bertahun-tahun terjadi hingga tanpa disadari mulai

merusak hubungan diantara mereka berdua.

Sejak masalah tersebut, Yani dan Joni berusaha untuk satu sama lain

mengenai hubungan. Salah satunya mengenai hal keuangan. Hal kecil pun

Page 20: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

63 Universitas Kristen Petra

berusaha diungkapkan baik hal yang tidak disukai maupun yang disukai. Melalui

masalah itu juga Yani mengaku lebih mengenal siapa Joni sebenarnya.

“Gini Gaby. Awalnya ai berpikir sudah lama menikah dan pacaran sudah

kenal susuk itu orangnya gimana kan Gabu. Tapi waktu itu konselor

bilang ke Ai ketika berhenti berusaha megenal satu sama lain itu awal

dari permasalahan. Dan Ai merasa kesalahannya terletak disana Gaby.

Sudah sama-sama kenal kan Gaby. Jadi ya gitu sudah nggak bisa

menghormati lagi satu sama lain. Semuanya dianggap ah biasa gitu

terus.”

Hal lain yang membuat pasangan ini pantang untuk bercerai adalah perjanjian

nikah yang sudah diucapkan satu sama lain beberapa tahun yang lalu. Bagi Yani

maupun Joni janji pernikahan yang mereka buat itu mampu menjadi penawar

ketika sudah ingin melakukan tindakan-tindakan ekstrim dalam pernikahan.

Yani menjelaskan bahwa tidak ada waktu yang presisi untuk membahas

hubungan. Ada yang mengganjal langsung diungkapkan supaya nggak terlalu

lama.

4.3.3 Relationship maintenance dalam Dimensi Kepastian (Assurance)

Dimensi ini membahas bahwa dengan kepastian, komunikator

menunjukkan bahwa mereka setia, menekankan komitmen dalam hubungan

mereka, dan jelas menyiratkan bahwa hubungan mereka memiliki masa depan.

Berkaitan dengan kepastian ada aktivitas komunikasi yang mampu

membuat pasangan menjadi terhibur yang terdiri dari ucapan yang menawarkan

dukungan emosional, pertanyaan mengenai keadaan pikiran, tanggapan mengenai

topik dengan referensi yang relevan, ucapan yang menawarkan metode untuk

mengatasi keadaan emosional, ucapan yang menunjukkan pengertian dalam

mengatasi keadaan emosional, hingga menawarkan pernyataan terhadap suatu

masalah.

Page 21: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

64 Universitas Kristen Petra

4.3.3.1 Pasangan melakukan tindakan menghibur untuk meyakinkan

pasangan mengenai hubungan mereka

Sejak masa pacaran, Yani melihat bahwa Joni merupakan orang yang

mampu mendampinginya seumur hidup. Hal ini diperjelas bahwa selama masa

mudanya, berkali-kali Yani dijodohkan oleh orang lain tetapi tidak ada yang pas

di hatinya. Ketika Joni datang, yani merasakan sesuatu yang berbeda. Dan setelah

melewati proses pacaran, Yani semakin mantap memilih Joni sebagai suaminya.

Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, Yani juga melakukan aktifitas

menghibur seperti yang dijelaskan di bagian atas. Yani bertanya kepada Bryan

bagaimana pekerjaannya di Bali dan mulai menceritakan. Sesekali Joni mengeluh

kelelahan karena umurnya yang sudah tua. Yani menjelaskan bahwa sudah

saatnya Joni pensiun dan mengalihkan usahanya kepada Willy. Tetapi Joni keras

kepala tidak mau melakukannya. Joni akan mengalihkan kepada Willy ketika

usahanya keadaannya lebih stabil. Joni tidak ingin membebani Willy dengan

keadaan perusahaannya yang sekarang.

"Iya tau maksudnya papa baik. Tapi anak-anak sudah mandiri. Nggak

usah terlalu dipaksakan seperti dulu. Yang penting kita bahagia".

Hal ini juga yang menjadi pertimbangan bagi Yani apakah ia harus menyusul ke

Bali atau Joni saja yang pulag ke Surabaya. Yani tidak tega melihat kondisi Joni

yang semakin kurus dan tidak terawat. Hingga sekarang hal ini menjadi

pergumulan bagi Yani dan Joni. Joni juga sempat mengalami gangguan tidur

karena memikirkan apa yang menimpa keluarganya.

"Iya dulu juga sempat nggak isa tidur. Coba sambil baca aja atau

melakukan apa gitu. Kalau masih sakit kepala minum obat aja. Yang ada

efek ngantuknya"

Baik Yani maupun Joni mengusahakan memiliki kehidupan yang lebih pasti.

Dalam waktu dekat, pasangan ini akan mengambil keputusan. Yani mengaku akan

mempersiapkan kepindahannya ke Bali.

Page 22: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

65 Universitas Kristen Petra

“Dulu kan pertimbangannya karena ada anak-anak di sini. Kasihan siapa

yang urus Gaby. Apalagi Willy kan belum menikah. Tapi sekarang Ai lihat

sudah bisa ditinggal. Walau nanti pasti kangen ya sama Shierry. Tapi

susuk lebih butuh ai.”

“Masing nggak tau sih. Mau dipikirkan lagi yang mateng jangan sampai

salah langkah.”

4.3.3.2 Pasangan menunjukkan perasaan setia kepada pasangan

Sejak masa pacaran, Marsha mengakui bahwa Bryan adalah sosok yang

setia dengan pasangan. Hal itu banyak dibuktikan dengan perilaku non verbal dan

perkataan Bryan terhadap lawan jenis. Selain itu, selama 5 tahun Marsha menilai

bahwa Bryan adalah sosok yang bertanggung jawab dan bisa diandalkan. Karena

itulah Marsha memilih untuk memasuki jenjang pernikahan bersama Bryan.

Berkaitan dengan kepastian, Marsha dan Bryan melakukan aktivitas

komunikasi. Pada saat di Turki, Bryan sempat sakit dan tidak sembuh-sembuh.

Beberapa kali Bryan mengeluh pada Marsha ingin segera pulang ke Surabaya.

Tapi Bryan tidak bisa melakukannya karena Bryan sudah terikat kontrak kerja di

Turki. Beberapa kali Marsha memberikan dukungan emosional agar Bryan dapat

lebih tenang dan tidak terlalu banyak beban pikiran.

"Kamu jangan capek-capek. Istirahat aja. Besok mama coba kirim obat.

Kalau masih nggak sembuh ke dokter aja daripada makin parah."

Keesokan harinya Marsha pergi ke apotik dan membeli obat-obatan yang ada

untuk dikirimkan ke Turki. Marsha menjelaskan bahwa Bryan bukan tipe orang

yang suka berganti obat. Jika sudah percaya dengan satu obat, dia akan terus

menggunakannnya. Sayangnya obat tersebut tidak ada di Turki.

Tidak hanya itu, Marsha juga bertanya apakah Bryan sedang banyak

pikiran. Marsha mengenal Bryan bukanlah orang yang mudah sakit apalagi dalam

jangka waktu yang lama. Marsha ingin mengetahui apakah ada faktor lain yang

membuat Bryan seperti itu. Bryan mengaku pada saat itu dia sedang ada salah

Page 23: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

66 Universitas Kristen Petra

paham dengan salah satu atasannya dan itu sangat mengganggu pikiran dan

pekerjaannya. Apalagi pada saat itu didukung dengan keadaan udara Turki yang

tidak bagus. Hal inilah yang mengakibatkan kondisi Bryan drop. Di saat-saat

seperti itu, marsha menyarankan agar Bryan mengambil cuti dan segera pergi ke

dokter. Selain digunakan untuk istirahat dan menenangkan diri. Bryan pun

melakukan hal yang sama terhadap Marsha. Setiap kali dia mengeluh, Bryan

berusaha untuk membuatnya merasa aman dengan ucapan yang sangat simpati

dan menghibur. Hal ini mampu menenangkan keadaan pikiran Marsha. Hal ini

pulalah yang membuat Marsha sering merindukan Bryan.

4.3.4 Relationship Maintenance dalam Dimensi Jaringan Sosial (Social

Network)

Jaringan sosial menjelaskan bahwa pasangan yang sudah menikah

menggunakan sosial media lebih banyak dibandingkan dengan pasangan yang

berpacaran. Hal ini terjadi karena pasangan yang sudah menikah mengalami

peningkatan dalam melakukan kegiatan bersama dan lingkaran sosial umum.

4.3.4.1 Menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan pasangan

Pasangan ini banyak menggunakan sosial media untuk berkomunikasi

dengan pasangan. Pada awal pergi ke Amerika pasangan ini menggunakan yahoo

messenger untuk berkomunikasi sambil telepon. Setelah teknologi semakin maju,

pasangan ini beralih ke Facebook, BBM, dan WhatssApp.

“Ai dulu pakai line. Oh nggak pakai itu apa messenger itu.”

“Iya. Terus sempet ya pakai FB. Awalnya kan itu. Dulu kan bbm nggak

berapa ya. Ya terakhir-terakhir itu sudah pakai bbm tapi sudah nggak.

Susuk nggak suka pakai BBM makanya lebih pilih pakai line. Papanya itu

suka pakai messenger. Waktu disini baru pakai line, kalau BBM dia nggak

mau. Terus terakhir ya whatsapp”

Marsha menjelaskan Facebook awalnya banyak digunakan untuk chat sambil

melihat-lihat foto yang diunggah disana. Setelah itu banyak menggunakan

Page 24: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

67 Universitas Kristen Petra

WhatssApp untuk chat. Jika diluar hari Minggu, biasanya telepon menggunakan

WhatsApp karena menurut Marsha suaranya lebih jelas terdengar. Begitu pula jika

mengirim rekaman. Jika sama-sama sibuk dan tidak bisa telepon, pasangan ini

sesekali menggunakan Voice Message yang ada untuk saling memberi kabar.

Untuk video call, biasanya menggunakan Line karena menurut Marsha kualitas

gambarnya lebih bagus, lancar, dan praktis.

Meski banyak menggunakan sosial media, Marsha lebih suka telepon

secara langsung.

“Yang penting jangan pakai sms atau tulisan. Sering salah paham.”

Untuk menyelesaikan atau membicarakan masalah yang serius, Marsha lebih suka

menggunakan telepon. Hal ini dapat mengurangi salah paham. Salah paham

karena salah menggunakan nada dalam membaca pesan beberapa kali terjadi.

Dalam hal ini Marsha mengaku bahwa dirinya yang sering salah menanggapi.

“Ai pikir dia pakai nada yang agak tinggi gitu ya. Kan terkesan marah.

Terus ai pas lagi ngomel ada Gladys. Gladys tanya „Apa ma kok marah-

marah‟ ya ai cerita terus tunjukkan ke Gladys. Lucu ya pas itu dia bilang

marah-marahnya di bagian mana. Ai tunjukkan itu terus ya dia ketawa.

Dia baca pakai nadanya. Sejak itu ya sadar ternyata bisa banyak

nadanya. Bisa dibaca nada marah bisa dibaca nada biasa saja.”

Sejak mengetahui hal itu, Marsha jadi lebih berhati-hati dalam membaca. Marsha

menjelaskan aktivitasnya yang padat membuatnya lelah dan jika ada sesuatu yang

tidak berkenan di hatinya semakin mudah memicu emosinya keluar. Jika Marsha

dalam keadaan yang seperti itu, dia memilih untuk tidak membaca pesan yang

ditulis oleh Bryan. Dia akan mengambil waktu sejenak untuk beristirahat, ketika

rasa lelahnya sudah mereda dia baru akan membalas pesan itu.

“Kalau lagi banyak acara gitu ya ai nggak balas dulu. Atau ai bilang

sebentar masih di gereja. Nah nanti waktu sampai rumah ai duduk dulu

Page 25: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

68 Universitas Kristen Petra

atau melakukan apa dulu yang buat santai terus baru di balas. Kalau

sudah kesel ya ai balas langsung suruh dia telepon.”

Marsha menambahkan cara inilah yang digunakan oleh mereka berdua untuk

mengatasi kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

“Kadang kalau dipikir gitu ya lucu. Dia bilang kok balesnya nggak enak

apa ada masalah. Ai bingung perasaan ya biasa aja. Langsung ai balik

tanya rasanya yang ada masalah itu kamu. Gitu”

“Iya hampir semuanya benar. Kan biasanya ketiknya ya gitu-gitu aja.

Kok kali ini sensi jawabnya. Biasanya capek atau banyak pikiran. Setelah

ditanya ya akhirnya cerita.”

Bagi pasangan ini terkadang hal-hal seperti ini baik untuk melatih kepekaan dan

semakin tanggap dengan keadaan pasangan.

“Kalau sudah gitu ya jangan satunya ikutan panas juga. Nggak jadi peka

adanya ya ribut.”

Berbeda dengan pasangan pertama, Bagi Yani, jaringan sosial dengan fitur

chat, video call dan lainnya bukanlah hal yang menarik. Justru Yani lebih suka

menggunakan telepon biasa. Alasannya sederhana, Yani tidak suka repot. Pada

jamannya, jaringan sosial belum ada sehingga Yani harus belajar lagi

menggunakannya. Baginya hal ini cukup ribet dan menyita waktu. Yani lebih suka

menggunakan telepon biasa karena praktis. Selain itu lebih puas untuk melakukan

komunikasi. Tidak perlu mengetik atau terganggu karena sinyal yang tidak bagus.

Joni sangat menghargai keputusan Yani untuk tidak menggunakan

jaringan sosial dalam berkomunikasi walaupun Joni sendiri bisa

menggunakannya. Joni mengaku memang terasa lebih puas jika menggunakan

telepon. Meskipun harus rutin mengisi pulsa, tapi hal itu tidak menjadi masalah

baginya.

Page 26: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

69 Universitas Kristen Petra

“Saya menggunakan telepon”

“Lebih praktis. Suaranya jernih tidak putus-putus”

Yani menjelaskan bahwa keadaan seperti ini melatihnya untuk lebih

percaya terhadap Joni. Yani tidak bisa membuka ataupun mengoperasikan sosial

media sehingga tidak mengerti dengan siapa Joni melakukan komunikasi dan

topik apa yang sedang dibicarakan. Meski begitu, setiap kali bertemu terkadang

Joni menunjukkan dan berbagi berita yang ada di sana.

“Dia yang cerita lagi ngobrol sama siapa terus ngomong apa gitu. Ai ya

lihat tulisannya. Jadi dia ya cerita-cerita sendiri gaby. Kadang kita ya

tertawa bersama kalau ada hal yang lucu atau cerita apa yang dikatakan

siap misalnya begitu.”

“Nggak tau ya Gaby. Kok ai ini nggak tertarik sama seperti itu. Enak

seperti ini sudah. Lebih nyaman damai. Jadi nggak banyak yang cari atau

ganggu. Kalau butuh ya tinggal ngomong lewat telepon. Kalau sudah

selesai ya sudah.”

Jika Joni ingin mengirimkan foto atau gambar, biasanya dikirimkan ke

handphone anak pertamanya. Tapi hal ini sangat jarang sekali. Joni mengaku lebih

suka menceritakan dan mendeskripsikan dengan kata-kata daripada mengirim

foto. Sedangkan Yani mengatakan pernah melakukan video call itupun bersama-

sama dengan anaknya.

4.3.4.2 Pasangan cenderung menutup diri dari pergaulan sosial disekitarnya

Yani merasa bahwa jarak yang memisahkan kedua pasangan ini membuat

pengaruh terhadap hubungan dan komunikasi dengan teman-teman. Yani

mengaku lebih menutup diri dari perkumpulan. Hal ini dikarenakan kebanyakan

teman di Surabaya adalah teman Joni. Yani merupakan tipe yang pendiam jika

tidak terlalu akrab dengan orang lain.

“Jarang ya Gaby. Kalau Cuma kumpul biasa nggak pernah seingat ai.”

Page 27: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

70 Universitas Kristen Petra

“Apa ya. Nggak mau aja. Buat apa juga. Lagipula nggak enak kalau

ditanya-tanya. Sudah nggak dekat juga. Kebanyakan teman susuk”.

Meski demikian, Yani mengaku hubungan dengan sesama keluarga masih

terjalin baik. Yani masih bersedia untuk melakukan aktivitas atau kegiatan dengan

teman atau keluarganya.

“Oh masih Gaby. Kalau sama keluarga susuk masih. Kan ai juga dekat

dengan adiknya.”

“Datang Gaby. Kalau ada undangan pernikahan ai datang. Kemarin

waktu saudaranya susuk meninggal ai juga datang.”

Sama halnya dengan Yani dan Joni, Marsha mengakui lebih jarang

berkumpul dengan teman dan keluarga. Jika ada undangan pernikahan anak dari

teman Bryan, Marsha akan berdiskusi dulu dengan Bryan apakah harus datang

atau tidak. Berapa jumlah uang yang harus diberikan. Biasanya Marsha meminta

anak perempuannya untuk menemani. Hal yang sama juga dilakukan kepada

saudara. Marsha mengakui walau hubungan dengan saudara Bryan cukup dekat

mengingat kakak Bryan yang mengenalkannya pada Bryan.

“Iya ngomong. Pasti ngomong. Dia bilang “Datengo. Nanti kasih angpao

berapa” gitu. Mesti bilang. Terus diskusi perlu datang apa nggak. Kalau

nggak dekat itu malas Gaby.”

Marsha mengakui agak malas jika menghadiri pesta pernikahan yang bukan teman

dekatnya atau memang teman Bryan. Tetapi Marsha tetap menyempatkan diri

untuk datang mewakili Bryan hanya saja dia tidak mengikuti acara hingga selesai.

Di pertengahan acara dia pulang.

Karena memiliki teman-teman dari kumpulan yang sama, Marsha

mengaku masih ikut pergi bersama jika ada acara kumpul-kumpul.

“Kalau sama yang teman satu kumpulan sih ikut. Kalau yang lain nggak.”

Page 28: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

71 Universitas Kristen Petra

“Iya dekat karena kan dulu satu kumpulan. Otomatis temannya dia, teman

ai juga. Jadi masih nyaman. Nyambung gitu. Kalau yang teman susuk

Cuma tau aja tapi nggak pernah kumpul. Kalau pergi kayaknya pernah ya

tapi ya pas susuk pulang itu.”

4.3.5 Relationship Maintenance dalam Dimensi Pembagian Tugas (Sharing

Task)

Tahap ini sangat menekankan pada saling berbagi tugas, atau melakukan

pembagian satu pekerjaan dalam hubungan.

4.3.5.1 Pasangan mengetahui dan bertanggung jawab terhadap tugas

masing-masing

Yani dan Joni tidak pernah melakukan diskusi kesepakatan pembagian

tugas. Yani menjelaskan bahwa apapun yang bisa Joni lakukan, akan dilakukan

semua agar tidak menyusahkan Yani.

“Susuk itu orangnya perhatian sekali Gaby. Sayang sama keluarga sama

anak-anak. Pokoknya mbelani orangnya Gaby. Pulang kerja capek-

capek gitu kalau minta apa pasti langsung dibelikan. Apa yang belum

beres kalau masih kuat ya dia yang selesaikan”.

Jika Joni tidak ada di rumah, Yani berusaha menyelesaikan sendiri, seperti

belanja kebutuhan rumah tangga, membayar tagihan (listrik, air, telepon), dan

sebagainya. Yani mengaku bahwa dia tidak suka melakukan segala sesuatunya

sendiri sehingga Yani mengajak kakaknya untuk menemani. Ketika anak-anaknya

sudah dewasa, yani biasanya meminta anak-anak untuk menemaninya pergi”.

“Ai nggak suka kalau pergi sendirian. Biasanya ya minta tolong Willy

untuk belikan. Atau kalau ai harus ikut ya minta dia temani ai”.

“Oh kalau pas kecil ya ai sendiri. Tapi kalau cece bisa nemeni biasanya

sama cece. Sekalian pergi Gaby. Cuma kalau cece nggak bisa ya mau

nggak mau harus urus sendiri”.

Page 29: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

72 Universitas Kristen Petra

Yani mengaku bahwa untuk urusan anak-anak, Joni berusaha

mendahulukannya dan menyempatkan untuk menyelesaikannya bagi mereka. Hal

ini dilakukan Joni untuk bisa dekat dengan anaknya.

“Iya ai antar sekolah. Masuk sekolah tapi kalau ada papanya ya sama

papanya. Ai kadang nunggui juga.”

Sejak ditinggal pergi oleh Bryan, Marsha harus membiasakan diri untuk

mengurus segala sesuatunya sendiri. Marsha menjelaskan bahwa tidak ada

perjanjian khusus atau diskusi untuk membagi tugas. Semuanya terjadi secara

alami dengan berjalannya waktu. Bagi Marsha apapun yang bisa dia lakukan akan

dilakukan bahkan sebisa mungkin segera selesai. Hal ini terjadi karena sejak kecil

sebagai anak sulung, Marsha sudah dididik mandiri dan mampu menjadi contoh

bagi adik-adiknya. Daripada harus menunggu dan menunda, Marsha memilih

menyelesaikannya. Di satu pihak dia merasa tidak terbeban semakin banyak

karena tugas yang harus di selesaikan, di pihak lain Marsha merasa sudah sangat

membantu Bryan mengatasi tugas rumah tangga. Pada titik inilah Marsha merasa

sudah menjalankan tugas utamanya sebagai seorang istri yaitu penolong suami.

Marsha menjelaskan seperti pada saat hendak pindah rumah. Marsha

harus mengurus mulai surat-surat hingga perpindahan barang sendirian saja.

Setiap kali telepon Marsha akan melapor kepada Bryan bagaimana proses

perpindahannya apakah berjalan dengan lancar atau tidak. Sesekali Bryan

menanyakan kelancaran pindahan rumah tersebut.

“Ya iya. Ai yang ngurus. Ya surat pindah, ya apa gitu, ya ngurus

sendiri”

“Iya soalnya ya udah kebiasaan itu tadi, Gaby. Dulu waktu jaman papa

saya yang ngurusin ya saya, jadi ya makanya biasa.”

“He‟eh. Paling papanya cuma udah diurusin belum? Oh iya nanti besok

tak urus”

Page 30: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

73 Universitas Kristen Petra

Ketika Bryan kembali ke Indonesia pun, segala urusan tetap dilakukan

oleh Marsha. Marsha mengaku bahwa Bryan cenderung tidak mau membantu

mengurus urusan yang ada di Surabaya. Biasanya Bryan hanya bertanya dan

mengingatkan saja. Jika harus Bryan yang melakukan, biasanya dia meminta

Marsha untuk mendampinginya. Menurut Marsha sikap Bryan ini dikarenakan

terlalu lama tinggal di luar negri dan sudah tidak terbiasa lagi mengurus berbagai

macam urusan yang berkaitan dengan rumah tangga. Alhasil bahkan hal kecil pun

sebagian besar dilakukan oleh Marsha.

“Sampai sekarang ya ai yang urus. Dia nggak mau. Terima beres gitu.”

“Loh iyaa. Sampai sekarang pun ya ai yang urus. Kan ada yang tukang

listrik nyasar alamat. Pas itu ya ai ya nggak lihat ya namanya. “Buk

belum bayar” apa apa gitu mau diputus. Ai mikir loh sudah bayar kok

mau di putus. Terus tak lihat alamatnya ternyata salah. Nomor 23. Ya

langsung ai taruh di nomer 23 situ. Di rumahnya yang bersangkutan.”

“Iya. Kemarin aja loh ai cerita soal listrik gitu dia tanya “Lah kamu

sudah bayar apa belum?” “Ya sudah. Sudah tak bayar tanggal 10 itu kan

jatuh tempo. Waktuya bayar”. Wong ke bank ada urusan gitu ya ai

sendiri yang nganu kok. Nggak mau snediri.”

“Iya nggak mau. Ya udah kebiasaan ya. Sampai sekarang. Meskipun

buka rekening gitu ya sendiri aja lo udah nggak mau. Minta di

barengi.”

Untuk urusan yang terkait dengan pekerjaan Bryan seperti mengurus Visa,

kelengkapan surat-surat untuk bekerja di luar negri dan sebagainya, dilakukan

sendiri oleh Bryan. Marsha mengaku tidak ikut campur terhadap urusan tersebut.

Marsha hanya bertanya untuk mengetahui dan membantu mengingatkan saja.

Marsha mengaku bukannya tidak peduli terhadap urusan suaminya, hanya

pasangan ini merasa jika fokus megerjakan tugasnya sendiri-sendiri hasilnya akan

lebih maksimal dan efisien. Pasangan ini percaya bahwa satu sama lain bisa

mengerjakan sendiri bagiannya.

Page 31: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

74 Universitas Kristen Petra

4.3.6 Romantic Relationship dalam Dimensi Gairah

Dalam hal ini, gairah tidak termasuk dalam konteks perasaan seksual saja,

tetapi juga termasuk pada perasaan yang luar biasa, spiritual dan daya tarik.

4.3.6.1 Pasangan terbuka dalam mengutarakan hasrat seksual

Sejak pacaran, pasangan ini sudah terbiasa hidup berjauhan karena adanya

faktor pekerjaan. Pada awal-awal hubungan, Yani mengaku tidak mengalami

kesulitan dalam hal yang berhubungan dengan gairah seksual. Hal ini disebabkan

karena sejak awal pernikahan, mereka membiasakan untuk memiliki waktu berdua

terutama ketika Joni pulang bekerja. Waktu berdua secara khusus ini digunakan

untuk mendekatkan diri secara intim. Bahkan Yani mengaku pada awal-awal

pernikahan Yani sengaja berdandan dan mengenakan baju tidur lebih terbuka dari

biasanya untuk menyenangkan Joni.

Tidak hanya dari segi penampilan, Yani berusaha menyenangkan hati Joni.

Bagi Yani ini merupakan salah satu bentuk untuk menjaga gairah diantara mereka.

Ketika pulang kerja dalam keadaan lelah, Yani akan menghindari bahkan hal-hal

kecil yang tidak disukai Joni. Usia pernikahan yang bertambah juga membantu

Yani untuk peka kapan waktunya untuk bermanja-manaja, kapan waktunya untuk

diam. Yani menjelaskan bahwa Joni mudah terpancing jika Yani mampu

membuatnya nyaman.

Yani mengaku setelah permasalahan besar dengan pihak ketiga, pasangan

ini berusaha untuk menjaga gairah diantara mereka dan menyemptkan untuk

berhubungan intim. Tidak hanya itu, pasangan ini juga berusaha

mengkomunikasikan kenyamanan dalam hubungan tersebut. Intinya setiap ada

waktu, mereka berusaha untuk melakukan kontak fisik mulai dari yang ringan

hingga semakin intens.

Selama menjalani hubungan jarak jauh dengan Joni, Yani mengaku tidak

pernah bertukar foto nakal atau video call dengan Joni. Alasannya sudah jelas

karena Yani tidak bisa dan tidak suka menggunakan sosial media. Dengan wajah

merona Yani mengakui sempat beberapa kali melakukan „telepon nakal‟ dengan

Joni dan biasanya dilakukan pada malam hari. Dalam telepon ini biasanya Joni

Page 32: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

75 Universitas Kristen Petra

bercerita mengenai fantasinya dan biasanya request kepada Yani untuk melakukan

atau mengenakan sesuatu saat mereka bertemu.

Berbeda dengan pasangan kedua, yaitu Marsha dan Bryan. Tinggal

berjauhan beda benua membuat kedua pasangan ini sempat mengalami penurunan

gairah dimana terjadinya kecanggungan saat bertemu dengan pasangan. Sepuluh

tahun tinggal berjauhan, tidak pernah bertemu, dan tidak adanya komunikasi tatap

muka, membuat hubungan Marsha dan Bryan mengalami kecanggungan.

“Ya waktu jemput di bandara agak canggung, Gladys gitu juga merasa

asing. Ngomongnya nggak lancar seperti di telepon, ketemu langsung jadi

grogi, ya kayak gitu. Tapi kebanyakan dia yang tanya, ai njawab, dia

tanya ai njawab. Karna ya itu apa lama nggak ketemu ya.”

Marsha mengakui bahwa canggung terus bukanlah hal yang baik. Untuk itu harus

segera dicari penyelesaiannya. Sehingga baik Marsha maupun Bryan berusaha

keras menghabiskan banyak waktu bersama seperti keluar bersama. Pada awal-

awal kedatangannya, Bryan sendiri jarang menghabiskan waktu bersama teman-

teman dan memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluarga terlebih dahulu.

Bryan sendiri mengakui bahwa keluarga adalah prioritas utamanya.

“Yaa yaa makanya itu. Dia kan sering di rumahya ngobrol-ngobrol

bareng. Terus kalau pergi selalu bertiga, sama-sama. Ya dia pokoknya

kalau bisa itu. Kalau bisa waktunya untuk keluarga, dia jarang keluar

sama temen-temennya. Dia tipenya memang suka di rumah dari pada

jalan-jalan.”

Bukan hanya sebatas menghabiskan waktu bersama saja, Marsha dan

Bryan juga mulai memperbaiki exceptional emotional satu sama lain. Sudah

terbiasa tinggal di negara yang memiliki perbedaan waktu ekstrim juga menjadi

masalah terutama saat menjelang tidur.

Page 33: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

76 Universitas Kristen Petra

“Terus awal-awal tidurnya itu kan jetlag gitu ya, jadi waktu malem dia

tidur ai bangun. Jadi ai ya terganggu juga. Jadi dia bangun ya nonton

Tvnya di luar. Ya dia ya apa ya ai ya nggak isa tidur.

“Iya. Yang kemarin itu pulang dari Turki ya gitu juga, kan beda 6 jam to

tapi ya lumayan ya gitu juga dia. jadi dia belum ngantuk dia jadi nonton

TV di luar. Soalnya nggak kebiasaan.”

Bagi Marsha waktu menjelang tidur adalah waktu yang terbaik untuk

memulihkan hubungan terutama hubungan intim yang terjalin diantara mereka

berdua. Kedua pasangan ini setuju mungkin hal ini tidak berdampak pada

hubungan jangka pendek tetapi bisa berakibat buruk pada hubungan jangka

panjang. Gairah merupakan hal yang abstrak dan tidak ada tolak ukur khusus

untuk melihatnya. Tanpa terasa gairah satu sama lainh bisa padam dan membuka

celah untuk melakukan hal-hal yang tidak baik.

“Ya gitulah. Biasanya dia sebelum tidur terus sering ajak ngobrol lalu

lebih bicara yang saying-sayang gitu terus ya seperti itu. Yang jelas usaha

untuk mendekatkan diri lebih intim dan dalam.”

Tidak hanya ketertarikan secara fisik jasmani saja, kedua pasangan ini juga

terus bersama memiliki kerinduan yang kuat dalam segi spiritual. Marsha

meyakini jika keduanya dekat dengan Tuhan, hubungan akan berjalan dengan

semakin baik. Karena itu selain usaha dari manusia, mereka melibatkan Tuhan

dalam segala sesuatu. Marsha sering mengajak Bryan untuk berdoa dan pergi

gereja ersama untuk menguatkan iman mereka terhadap godaan yang berasal dari

dalam diri sendiri maupun dari orag lain.

“Iya makanya itu. Nggk usah yang jauh ya, yang deket aja yang tiap hari

ketemu aja bisa lo mau berbuat yak an bisa, nggk usah yang jauh, apalagi

yang jauh tapi kita punya iman yang kuat yah kita serahkan sama

Tuhan.Jadi Tuhan yang bantu untuk tahan hawa nafsu dan keinginan-

keinginan yang bukan pada tempatnya.”

Page 34: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

77 Universitas Kristen Petra

“iya, puji Tuhan lah. Selama dia berapa lama itu. Sampe tahun berapa ya

dia pulang itu nggk ada masalah ya.”

Dengan kata lain, gairah mereka juga diletakkan di tangan Tuhan sehingga tidak

ada pikiran-pikiran yang tidak patut dipikirkan. Untuk mengatasi hal itu, mereka

berdua sepakat untuk menyibukkan diri dan mengelilingi diri mereka dengan

orang-orang yang baik seperti Marsha yang memilih untuk sibuk sebagai aktivis

gereja. Secara gamblang Marsha mengakui hal ini mampu mengalihkan

keinginannya untuk merasakan perasaan dicintai secara langsung dan kontak fisik

yang lebih mendalam.

4.3.7 Romantic Relationship dalam Dimensi Komitmen

Komitmen adalah niat untuk tetap menjalin sebuah hubungan. Komitmen

sendiri terdiri dari beberapa bentuk. Bahkan terkadang, komitmen adalah dasar

yang harus dilakukan dari dalam diri seseorang atau pasangan. Dalam komitmen

terdiri dari enam dimensi yaitu mempersepsi masa depan yang mengntungkan,

mengidentifikasi sebuah hubungan, mengamati alternatif menarik yang lebih

sedikit, kemauan untuk mengerahkan usaha dalam menajlin hubungan, investasi

lebih dalam sebuah hubungan , bekerja bersama dalam menghadapi masalah, dan

menunjukkan komitmen.

Selain beberapa hal yang dijabarkan diatas, berbagai penelitian

menunjukkan bahwa komitmen dapat ditunjukkan dengan beberapa katagori

berikut yaitu memberikan kasih saying, memberikan dukungan, memelihara

integritas, saling bersahabat, melakukan usaha untuk berkomunikasi,

menunjukkan rasa hormat, menciptakan masa depan yang berhubungan,

menciptakan atmosfer positif dalam sebuah hubungan, bekerja bersama dalam

menghadapi masalah, dan menunjukkan komitmen itu sendiri.

4.3.7.1 Pasangan saling menguasahakan untuk mencapai masa depan yang

lebih baik

Dimensi pertama yang dibahas dalam dimensi komitmen adalah

mempersepsi masa depan yang menguntungkan. Dimensi ini secara spesifik

Page 35: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

78 Universitas Kristen Petra

membahas masa depan dari sebuah hubungan itu sendiri. Bisa fokus dalam

jangka panjang atau jangka pendek.

Dalam menjalin hubungan, Marsha dan Bryan juga melewati tahapan ini.

Hal ini terlihat saat mereka berdiskusi rencana untuk bekerja di Amerika. Hal ini

berawal ketika usaha Bryan mengalami kemacetan karena terlilit hutang dan

banyak ditipu orang. Perputaran uang mengalami kemacetan sedangkan

kebutuhan rumah tangga terus berputar. Beberapa lama setelah itu muncul

tawaran untuk bekerja di Amerika. Bagi pasangan yang tidak pernah hidup

terpisah, pilihan ini bukan keputusan yang mudah. Butuh kurang lebih satu tahun

untuk memikirkannya secara matang. Selama waktu pergumulan itu, Marsha

banyak mendekatkan diri kepada Tuhan dan meminta jawaban Tuhan agar tidak

sampai terjadi salah melangkah dan mengambil keputusan.

“Nggak. Di Surabaya dia cuma apa jual beli sparepart gitu lo, sparepart

mobil atau kendaraan gitu. Terus kan banyak apa ditipu orang akhirnya

kemudian ada yang ajak ke Amerika, sama temennya waktu itu bertiga

dia pergi, itu mulai Gladys umur 3 tahun”

“ya berat ya namanya kan keluarga yak lo bisa kita kumpul, tapi

namanya kita ada maksud lain, kalo bisa kan punya hidup yang lebih

baik. Soalnya di sini kan ya gitu banyak ditipu orang. Nagih-nagih nggak

bayar nggak bayar gitu lo. Ambil-ambil barang akhirnya ya putus asa

kerja apa lagi yang ada ya modal juga kan kurang. Akhirnya ya itu ada

yang ajak ke Amerika. Disana kan pake dollar gajinya nahh gitu.

Awalnya kaya gitu, pertama ya berat ya tapi klo ditahan-tahan kita di

sini itu juga gimana kalo kita nggk ada modal juga susah juga.

Pendidikannya dia itu STM kan dulu cari kerja susah. Kalau kerja ikut

orang kan susah yang mau STM. Jadi akhirnya dengan berat hati.”

“Nggak lama sihh. Sampek ehh kira-kira 1 tahun yaa. Jadi ya bergumul,

saya kan juga sering ke gereja, jadi saya itu puji Tuhan doa gimana solusi

nya gitu. Terus ya gimana lagi yak lo di sini terus lama-lama kan juga

percuma nggak ada hasilnya. Ya itu bertiga kemudian sama temennya itu

Page 36: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

79 Universitas Kristen Petra

diajak, temennya itu juga punya pergumulan yang sama gitu lo. Akhirnya

waktu Gladys umur 3 tahun itu pergi.”

Untuk tinggal berjauhan bukanlah hal yang mudah. Harus rela

meninggalkan istri, anak dan tinggal berjauhan. Sebagai imigran gelap, Bryan

tidak bisa memutuskan untuk pulang dan kembali lagi sesuka hatinya. Jika sudah

memutuskan untuk kembali ke Indonesia, Bryan tidak bisa balik ke Amerika

untuk bekerja.

“Nggk pernah soalnya kan ilegal. Ilegal kan kalo pulang nggk bisa

kembali. Tambah kenapa-kenapa nanti urusnya susah.”

“Iya sudah nggak bisa kan. Di blacklist. Jadi ya di sana cari uang

sebanyak-banyaknya lalu baru pulang. Soalnya klo sudah pulang nggk

bisa kembali.”

Karena hal ini jugalah banyak sekali komentar yang kurang baik membanjiri

Marsha. Banyak teman-teman yang mengatakan jika terlalu lama di sana dan

hidup berpisah kemungkinan untuk selingkuh semakin besar dan lain sebagainya.

Tapi Marsha memilih cuek dan berpegang pada pendiriannya bahwa semua ini

dilakukan untuk masa depan yang lebih baik dan memilih untuk menyerahkan

hubungan rumah tangganya kepada Tuhan. Marsha percaya bahwa pasti ada

sesuatu yang indah di balik semua ini.

“Ai cuek orangnya. Ai ya denger aja. Tapi nggak mau gampang

terpengaruh. “Loh kamu nggak takut suamimu diluar sana ada godaan

apa apa gitu ta?”

“Ya tak iya ai tak senyumi. Soalnya ai itu yakin dia orangnya nggak

sembarangan. Kan sudah kenal”

“Tuhan itu pasti menjaga. Saya ya sudah berdoa aja sama Tuhan untuk

menguatkan kami berdua. Pasti dijauhkan dari hal-hal buruk. Percaya

kok kalau susuk nggak akan selingkuh. Saya kenal dia.”

Page 37: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

80 Universitas Kristen Petra

Pada awalnya Bryan memiliki rencana untuk bekerja di Amerika hanya 2-

3 tahun saja. Tetapi kedua pasangan ini melihat sesuatu yang menguntungkan bagi

keluarga mereka terutama dari segi finansial. Hal ini jugalah yang membuat kedua

pasangan ini bertahan untuk fokus pada komitmen awal hingga akhirnya

mengurungkan niat untuk pulang ke Indonesia lebih awal.

“Dulu awalnya pergi kesana bilangnya “Aku mau pergi berapa taun aja

terus pulang”. Maunya sih gitu. Tapi kok enak disana. Ya ai ya bilang

kalo sana kan dollar terus kerjaan ya dihargai gitu daripada di sini.

Kalau bisa kan ya nggak papa kesempatan. Maksudnya kalau masih kuat

kerja ya mendingan disana. “Iya kamu lek disini nanti kamu malah susah.

Disini kan cari kerja juga susah”. Akhirnya ya itu ya yang buat

bertahan”.

Hal itu jugalah yang membuat Bryan pergi lagi ke Turki untuk memulai

kontrak kerjanya sebagai seorang Chef. Bryan melihat bahwa mampu menambah

penghasilan karena sangat menjanjikan. Selain itu, sangat bagus untuk menunjang

jenjang karir Bryan. Akhirnya pasangan ini sepakat untuk harus terpisah jarak

karena hal tersebut.

Selain itu, banyak hal yang menjadi pertimbangan bagi kedua pasangan ini

seperti salah satunya rencana untuk pindah rumah sekaligus investasi jangka

panjang. Ketika keadaan finansial keluarga ini sudah stabil, Bryan megusulkan

untuk pindah ke rumah yang lebih baik. Pada tahun itu perkembangan Surabaya

Barat belum terlalu maju dan harga tanah di daerah sana masih lebih murah.

Sebelum ke Amerika Bryan yang hobi bersepeda ini sering keliling bersama

teman-temannya ke daerah Citraland. Setelah melewati beberapa pertimbangan

kedua pasangan ini memutuskan untuk pindah rumah.

“Dia kan sebelumnya sudah tau daerah Citraland. Waktu Citraland dulu

masi sepi susuk suka sepedaan sama teman-temannya, dia punya

komunitas sepeda. Dia senang daerah sini”

Page 38: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

81 Universitas Kristen Petra

“Dia yang ngomong duluan. Terus ai yang cari, carinya kan ngga cepet.

Terus ketemu, ai fotokan terus dia suka. Pokoknya dipercayakan ke ai”

Hal ini menunjukkan sekalipun tinggal berjauhan, pasangan ini tetap memikirkan

masa depan yang bermanfaat untuk masing-masing pasangan. Marsha berharap

agar saat Bryan kembali pulang, dia mampu menikmati keadaan dan suasana

rumah yang amat baik. Jadi kerja keras Bryan dan pengorbanan mereka selama ini

terbayarkan.

4.3.7.2 Pasangan memiliki fokus pada hubungan sentral

Selanjutnya, untuk menjaga komitmen tetap utuh, pasangan ini juga

berusaha mengerti satu sama lain dan tidak egois. Salah satu caranya dengan

fokus kepada hubungan sentral dimana mengganti kata „saya‟ dengan kata „kita‟.

Dalam hal ini, segala sesuatu harus berpusat pada hubungan sentral bukan lagi

masing-masing pribadi. Bagi mereka yang sudah lama pisah di tempat yang juah

hal ini bukanlah perkara yang mudah. Waktu yang sudah berlalu menuntut mereka

untuk memulai lagi sikap pengertian satu sama lain.

“Ya makanya itu harus salah satu mengalah. Nah kita harus sering-

sering intropeksi diri. Ya kalau bisa itu ya mengalah. Setiap masalah itu

harus segera diselesaikan. Nggak boleh sama-sama keras. Dia keras ya

ai nggak boleh keras. Harus salah satu aja. Kalau ai sih ya gitu.

Prinsipnya harus mikirnya harus yang pakai pikiran yang dingin .Kita

harus mengerti kalau bukan tentang hidup ai atau hidup dia aja.

Tentang kita. Jangan yang apa yang panas. Jadi waktu kalau ada cekcok

gitu ya mending lebih baik salah satu diem. Jadi kalau kita bantah nggak

ini. Nah ai ini kebanyakan ai ini. Dia kan terus suka ngomong gitu ya

ganti ai yang diem. Kadang ai yang ngomong ya dia yang diam. Jadi ada

saling pengertian lah.”

Bagi mereka berdua untuk mewujudkan hubungan yang fokus pada hubungan

sentral, harus mampu menekan ego masing-masing dan mempunyai sikap

Page 39: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

82 Universitas Kristen Petra

toleransi. Hingga akhirnya, Marsha menjelaskan bahwa menekan ego itu sampai

pada titik dimana kebahagiaan pasangan itulah yang nomor satu. Ketika pasangan

bisa bahagia, otomatis diri juga akan berbahagia.

“Iya. Makanya harus sering koreksi diri itu supaya pengertian satu sama

lain bisa dilakukan. Kalau sudah menikah kita itu jadi satu. Bukan aku

kamu tapi ai bagian dari susuk, susuk bagian dari ai.”

4.3.7.3 Pasangan memiliki usaha lebih untuk menjaga kualitas komunikasi

Pasangan ini juga mengakui diperlukannya usaha dalam menjalini

hubungan apalagi jarak yang jauh. Bicara soal usaha, waktu dianggap paling tepat

untuk mewakilinya. Waktu tersebut digunakan dan dihabiskan untuk hal-hal yang

paling berkomitmen untuk dilakukan bahkan terkadang membutuhkan

pengorbanan. Bagi mereka berdua, waktu berkomunikasi adalah saat-saat yang

paling penting teruama pada bulan-bulan awal perpisahan mereka. Perbedaan

waktu yang cukup ekstrim tidak bisa menjadi penghalang sekalipun butuh

beberapa penyesuaian. Bryan sendiri sering lupa jika perbedaan waktu yang ada

terpaut cukup jauh. Karena itulah tidak sadar Bryan telepon padahal di Indonesia

waktu menunjukkan pukul 12 malam. Akibatnya Marsha sering mengalami sakit

kepala karena terbangun di malam hari dan berlanjut hingga terkena vertigo.

“Iya. awalnya itu setiap hari, terus kemudian paling seminggu 3x gitu,

sama kan ai yang bingung dia belum bisa sesuaikan waktu ya, ai malem-

malem di telpon dikira dia disana pagi, jadi dia masi bingung nganu

waktu, jadi ai malem-malem mesti kaget. Kan bedanya 12 jam toh.”

“Iya bener. Jadi bayangin sana jam 5 pagi, sini jam 5 sore. Jadi disana

12 siang, sini 12 malem. Pas telpon itu Ai itu sering kaget dikirain ada

apa. Tapi berjalannya waktu dia bisa nyesuain. Setelah berapa bulan dia

nggak pernah telepon malem-malem.”

“Iya, di sana jam berapa? Jam 12 siang. Disini lho jam 12 malam. Jadi ai

sampek kena vertigo. Sering vertigo.”

“Iya, kan kaget, malem-malem gitu telpon kaget”

Page 40: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

83 Universitas Kristen Petra

“Iya. Di sana dia kan kerjanya pagi, kadang malem juga ada kerja gitu

lembur”

Sekalipun waktu yang berbeda jauh dan sering mengalami sakit kepala, hal ini

tidak membuat Marsha menyerah dalam menjalin komunikasi. Marsha sering

mengingatkan Bryan mengenai perbedaan waktu yang ada. Di pihak Bryan, dia

selalu berusaha mengingat dan menghitung perbedaan waktu sebelum menelepon.

Walaupun sering lupa, hal ini tidak dijadikan masalah besar bagi mereka berdua

karena saat komunikasi termasuk waktu yang berkualitas bagi kedua pasangan ini.

Selain itu, rindu yang tak terbendung atau terlalu bersemangat untuk menceritakan

sesuatu menjadi alasan utama Bryan yang sering lupa pada waktu.

Tidak berhenti pada titik saling pengertian saja, Marsha dan Bryan harus

melakukan investasi baik waktu, tenaga, dan hal lain demi menjaga hubungan

keduanya agar tetap baik. Jelas kedua pasangan itu tidak bisa melakukan

komunikasi tatap muka. Sebagian besar komunikasi melalui via telepon dimana

untuk melakukannya butuh usaha dan biaya yang tidak murah. Karena itu

sebagian besar selalu Bryan yang telepon terlebih dahulu karena biayanya lebih

murah. Hari Minggu dipilih sebagai waktu komunikasi yang paling intens karena

di tempat Bryan setiap hari Minggu biaya telepon lebih murah bahkan gratis.

“Ya smsnya nggk sih. Ehh kalau sms biasa paling cuma 1000 mungkin ya

jaman dulu. Kebanyakan susuk yang telpon ke saya. Ai kalo telepon ke

sana kan mahal, kalo dari sana kan nggak. Apalagi kalo minggu itu

katanya free di sana.

“ Iya nggk bayar, jadi telepon sepuasnya nggk bayar”

Untuk menghindari kesalahpahaman yang muncul, kedua pasangan ini lebih suka

menggunakan telepon dari pada via chat atau sms. Bagi Marsha, teks bisa

multitafsir. Dia lebih suka langsung telepon untuk menghindari asumsi pribadi

dan meminimalisir segala bentuk miskomunikasi.

Page 41: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

84 Universitas Kristen Petra

“Karena kan jaraknya jauh. Jadi ngomongnya nggak seperti kita

ngomong bener-bener. Ya lewat telepon sih tapi telepon kan nggak enak.

Nggak leluasa. Nggak sebebas seperti tatap muka. Jadi kadang ya mau

video call tapi sinyalnya ini susah. Apalagi daerah Citraland gini. Kalau

sudah gitu juga ini loh kuotanya sering habis kan. “

“Ai kalau sms itu kayaknya nggak enak gitulo. Enak langsung telpon

langsung ngomong. Gara-gara itu susuknya harus lebih sering teleponj ai.

Nah akhirnya susuknya juga jarang sms.”

“Oh ya langsung. Kan signalnya di rumah jelek. Jadi kalau kadang

nggak diangkat dia biasaya sms “telepon kok nggak diangkat?” gitu.

Terus ai bilang “Oh iya di charge, atau oh iya lagi jalan-jalan. Kalau pas

jalan-jalan gitu kan nggak mungkin ya. Kadang ai bilang signalnya. Terus

ya akhirnya ai keluar gitu. Di Citraland kan susah sinyal. Kadang ya

capek kalau mesti keluar terus. Makanya kadang ya bolak balik ganti

provider.”

Marsha dan Bryan menyadari bahwa rasa curiga adalah gerbang awal

hancurnya sebuah komitmen. Untuk itu segala sesuatu harus dipastikan terlebih

dahulu. Bukan dengan persepsi atau asumsi sendrii tetapi dengan kenyataan yang

ada. Untuk itu sebelum melakukan komitmen harus dilandasi dengan pengenalan

yang baik satu sama lain dan saling percaya. Hal ini tidak mudah. Mereka berdua

harus membangun semuanya sejak awal pacaran.

“Oh nggak ada. Nggak ada janjian sih. Cuman mungkin ya anu ya dari

sendiri. Memang sudah jodohnya kali ya. Walaupun ya apa gitu ya tetep

bertahan. Terus waktu pacaran ya sudah anu itu apa kenal baik. Ya pas

lima tahun itu sudah tau baik jeleknya semua. Dipakai buat saling kenal

terus ya intropeksi diri.”

“Ya nggak gampang. Apalagi kalau bicara soal mau ai sama mau dia kan

beda. Terus dari kecil semuanya beda kan nggak isa sama. itulah

makanya kita harus itu intorpeksi diri.”

Page 42: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

85 Universitas Kristen Petra

Marsha mengaku sejak awal pacaran tidak ada perjanjian khusus mengenai hal ini.

Semua berjalan secara alami dan berawal dari diri pribadi dengan cara intropeksi

diri. Saling pengertian adalah kunci untuk menjalin komitmen tetap utuh. Jika ada

salah satu diantara mereka yang melupakannya atau membuat pasangannya sedih,

memaafkan adalah jalan yang dipilih. Marsha lebih memilih untuk banyak

bersabar dan menerima. Baginya, pilihannya lima tahun yang lalu tidak akan

mengubah apapun. Pilihan hanya bisa dilakukan sekali dan apapun yang terjadi

Marsha bertekad untuk menerima keadaan suaminya beserta kelebihan dan

kekurangannya. Termasuk kekurangan yang sangat mengganggunya sekalipun.

Hal ini jugalah yang membuat mereka berdua bertahan sekalipun dua orang teman

yang sama-sama pergi ke Amerika waktu itu memutuskan untuk bercerai.

“Iya he‟eh. Jadi kan sudah tahu gimana orangnya kan ya itu nggak

mungkin lah, semua itu manusia ya manusia itu kan nggak ada yang

sempurna tapi kalau kita serahkan kita tetep perlu kepercayaan. Kita

percaya, dia percaya. Memang banyak temen-temennya yang 2 itu

akhirnya sama istrinya cerai. Yang satu nggk cerai cuma renggang, terus

yang laki di sana juga ada simpanan gitu.”

Bukan hanya investasi dalam bentuk yang sudah dijabarkan diatas,

beberapa kali Bryan harus memberikan waktu bersama teman-temannya dan

memilih untuk berdiam di kamar hanya demi mendengar kata-kata romantis dari

istrinya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Marsha. Bagi mereka ini merupakan

investasi jangka panjang.

“Orang melihat mungkin sederhana ya. Karena oh kok Cuma telepon.

Tapi bagi kami hal ini tak ternilai. Bayangkan harus melewatkan apa ya

istilahnya ya waktu refreshing ya hanya untuk telepon ai. Bagi saya

mungkin hasilnya ngga terlalu terasa sekarang tapi itu baik untuk ke

depan.”

“Iya dong. Kalau lagi marah atau nggak enak, ingat perjuangannya

sampai seperti itu membuat marah itu bisa hilang”

Page 43: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

86 Universitas Kristen Petra

Bryan juga berusaha berhemat, mengeluarkan uang seperlunya untuk membeli

barang yang diinginkan istri dan anaknya. Semua hal ini dilakukan agar rasa

sayang yang tidak bisa terungkap karena bentangan jarak yang memisahkan bisa

tersalurkan saat nanti mereka bertemu.

Bagi Marsha dan Bryan yang tinggal berjauhan, cara mengungkapkan

kasih sayang mereka adalah dengan berusaha perhatian dan tanggap memenuhi

kebutuhan satu sama lain. Contohnya dalam hal kesehatan dan obat-obatan. Ada

beberapa tipe obat yang tidak dijual di Amerika maupun di Turki. Bryan sendiri

tipe orang yang susah untuk beralih ke merk obat tertentu. Karena itu cara satu-

satunya adalah dengan mengirimkan obat-obatan dari Indonesia.

Tidak hanya obat-obatan saja, Bryan seringkali mengirimkan barang-

barang untuk anak dan istrinya. Di tempat negara Bryan bekerja, barang-barang

yang dijual jauh lebih murah dibandingkan di Indonesia apalagi mendekati hari

natal atau pergantian musim. Cara inilah yang digunkan Bryan untuk

mengungkapkan perasaan sayang kepada keluarga.

Sekalipun sibuk tenggelam dalam kegiatan masing-masing, kedua

pasangan ini tidk pernah lupa hari ulang tahun masing-masing. Biasanya Bryan

akan memberi selamat melalui sms atau menyempatkan diri telepon dan

memberikan kado untuk anak dan istrinya. Meski demikian tidak dapat dipungkiri

jika terkadang salah satu diantara mereka lupa mengucapkan selamat ulang tahun.

Tapi hal itu tidak mau dipermasalahkan agar tidak ribut pada akhirnya. Mereka

berdua mempunyai cara yang unik untuk mengingatklan pasangan jika ada hari

tertentu yang mereka lupakan.

“Oh anu sering lupa hehhee. Sering lupa sih. Cuma kalau ulang tahunnya

ehhhh. Sering lupa ya. Kalau ulang tahun ai atau anak gitu masih inget.

Tapi kalau ulang tahun kayak perkawinan gitu dia lupa.”

“Nggak. Nggak masalah sih ai. Biasanya ya nanti sms.”

“Dulu awal-awalnya masih di Amerika itu dia awalnya kirim boneka

Barbie. Nah Gladys itu kan suka. Kan seneng. Terus setelah itu sudah

Page 44: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

87 Universitas Kristen Petra

umur berapa gitu nggak. Paling ya kirim kartu ucapan aja. Atau ai lagi

kepingin apa gitu ya dia nanti kirim pas ulang tahun sebagai hadiah”

“Iya. Kalau dia tau ai kepengennya apa terus lagi ada disana ya dia

belikan. Dia orangnya baik ngga pelit.”

Jika lagi di Indonesia, hari-hari penting seperti ini dimanfaatkan untuk merekatkan

kembali hubungan yang renggang dengan cara pergi menghabiskan waktu

bersama di luar. Atau terkadang makan di rumah dan mengundang saudara-

saudara untuk datang.

“Iya. Paling ya keluar makan gitu. Kalau nggak ya undang saudara-

saudara ke rumah. Yang penting kumpul-kumpul”

4.3.7.4 Pasangan toleransi dan menghargai kesibukan masing-masing

Bagi Marsha, melakukan kesibukan yang disukainya dapat menjadi

pengalihan terbaik dalam menjalani kesehariannya seorang diri. Untuk itu, Masrha

memutuskan untuk melibatkan diri dalam berbagai macam aktivitas gereja terasuk

mengajar sekolah minggu, menjadi anggota paduan suara, hingga menjadi guru di

sekolah milik gerejanya tersebut. Semua kesibukan ini sudah ia jalani dan nikmati

selama 10 tahun. Saat suaminya pulang dari Amerika dan tinggal beberapa waktu

di Indonesia, kegiatan Marsha ini menjadi masalah bagi hubungan mereka berdua

karena Bryan jarang bertemu dengannya. Marsha pun harus merelakan hal yang

disukainya tersebut untuk membangun kembali komunikasi yang sudah tidak lagi

intens akibat tinggal berjauhan dalam waktu yang cukup lama. Meski demikian,

tindakan yang dilakukan Marsha ini bukan karena terpaksa. Walaupun awalnya

sedih harus beradaptasi kembali dan mengurangi hal yang disukainya, bagi

Marsha semuanya akan terbayar ketika bisa menghabiskan lebih banyak waktu

bersama dengan Bryan dan anaknya.

“Ya tetep, soalnya ai kan sebelumnya sudah ngomong. Ngajar kan ai

ngomong. Kalau dia bolehkan ya ai ngajar, kalau nggak ya ai nggak

jalan. Jadi walaupun ada dia ai tetep pelayanan. Cuma kadang ai ya

Page 45: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

88 Universitas Kristen Petra

kadang kalau terlalu sering di gereja ada ya perasaan ngomel kayak

“sering ke gereja, udah kamu sana tidur di gereja aja”, ya udah ai Cuma

sama senyum aja nggak dibuat serius. Tapi ya tetep nggak pernah

ngelarang sih. Cuma kok tiap hari kesana terus. Soalnya kadang pagi di

gereja, sore di gereja gitu. Kadang ai ya membatasi diri ya soalnya kan

kasihan nggak bisa ketemu. Biasanya Rabu malem dateng, ai nggak

dateng kalau susuk ada di rumah. Karna juga ya ai juga merasa masa

dia disini ai tinggal terus. Soalnya sampai dia ngomong kayak gitu. Kan

dia disini Waktu itu kan dia juga di sini Cuma sementara, jadi ai

kurangin. Cuma tetep boleh sih dia nggak ngelarang. Cuma ya gitu,

kesadaran ai sendiri aja. Kita harus memiliki waktu yang berkualitas juga.

Memang ai lebih suka bekerja daripada di rumah. Tapi sekarang kan

bukan tentang ai aja tapi tentang kita. Jadi kalau susuk nggak suka ya

harus jadi bahan pertimbangan.”

Bryan pun menyadari bahwa apa yang dilakukan Marsha ini semata-mata untuk

eksistensi diri dimana apa yang dilakukan adalah hal yang disukainya. Karena itu

pulalah Bryan berusaha untuk maklum dan membiarkan istri melakukan apa yang

disukai sebagai hiburan.

4.3.7.5 Pasangan tidak menunda dalam penyelesaian konflik

Dalam menjalin sebuah hubungan juga pasti ada yang namanya konflik.

Pasangan ini memiliki cara tersendrii untuk menangani konflik yang muncul.

Sejak awal, Marsha menyadari sikap Bryan yang keras tidak bisa dilawan dengan

cara yang keras juga. Ketika emosi mulai memuncak, Marsha memilih untuk

tenang sampai keadaan sudah dingin. Setelah itu baru dibicarakan baik-baik.

Pada awal kehamilannya, Bryan mulai memiliki kebiasaan pergi ke

diskotik setiap malam. Hal ini terjadi karena pengaruh buruk teman-temannya.

Marsha sangat membenci hal ini dan tak jarang dia menangis sendiri setiap

malam. Tapi konflik yang terjadi ini mampu diatasi dengan baik. Ketika Bryan

pulang dengan keadaan setengah sadar, Marsha memilih untuk menahan amarah

dan tidur. Keesekan pagi ketika keadaan sudah agak tenang, Marsha baru

Page 46: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

89 Universitas Kristen Petra

mengeluarkan unek-uneknya dan mengomel. Hal ini mampu meredam

pertengkaran hebat yang terjadi diantara mereka.

“Ya makanya itu harus salah satu mengalah. Nah kita harus sering-sering

intropeksi diri. Ya kalau bisa itu ya mengalah. Setiap masalah itu harus

segera diselesaikan. Nggak boleh sama-sama keras. Dia keras ya kita

nggak boleh keras. Harus salah satu aja. Kalau ai sih ya gitu. Prinsipnya

harus mikirnya harus yang pakai pikiran yang dingin . Jangan yang apa

yang panas. Jadi waktu kalau ada cekcok gitu ya mending lebih baik

salah satu diem. Jadi kalau kita bantah nggak ini. Nah ai ini kebanyakan

ai ini. Dia kan terus suka ngomong gitu ya ganti ai yang diem. Kadang ai

yang ngomong ya dia yang diam. Jadi ada saling pengertian lah.”

Selain itu, Marsha berusaha melibatkan Tuhan atas konflik yang terjadi di rumah

tangganya.

“ya iya namanya orang ya mesti ada konflik, ai pun rumah tangga jarak

jauh pun ya pernah konflik gitu. Tapi kita selalu inget Firman Tuhan,

kalo bisa itu kalau konflik diselesaikan hari itu juga. Jadi ai itu

kebanyakan ngalah. Susuk itu kan memang agak keras orangnya jadi kita

harus ngimbangi. Gitu caranya. Suapaya awet, walaupun kita merasa

nggak salah ya tapi ya namanya orang daripada nanti berkelanjutan ya

nggak papa kita ngalah sedikit”

“dari susuknya, kadang suka ngotot. Wes dibilangi tapi ngotot, merasa

prinsipnya bener, padahal salah ya akhirnya ai yang nganui gitu. Kalau

bisa selisih ya diselesaikan hari itu juga kalau nggak bisa panjang

urusannya. Kalau sama-sama keras kan ya itukebanyakan kan orang-

orang seperti itu, punya ego sendiri-sendiri ya. Dia merasa saya bener

dia bener akhirnya nggak ada titik temunya. Kalau kita nggak gitu.”

Page 47: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

90 Universitas Kristen Petra

4.4 Analisis dan Interpretasi Data Interpersonal Maintenance dalam

Konteks Commited Romantic Relationship

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara dua orang yang

berhubungan, yang memerlukan kemampuan interpersonal di dalamnya, yang

pada akhirnya menciptakan hubungan interpersonal yang saling menguntungkan :

baik komunikator maupun komunikan (DeVito, 2007, p.65). Konteks komunikasi

interpersonal yang dibahas dalam penelitian ini adalah commited romantic

relationship antara suami istri. Pasangan yang sudah menikah membutuhkan

komunikasi interpersonal yang lebih banyak dan intens dibanding jenis hubungan

lain. Jenis hubungan yang satu ini membutuhkan tingkat komitmen yang sangat

besar. Sangat diperlukan kemampuan interpersonal yang baik untuk menciptakan

hubungan jangka panjang.

Hal yang telah disebutkan diatas juga diperlukan oleh pasangan suami istri

yang menjalani Commuter Marriage. Commuter Marriage adalah kesepakatan

yang dilakukan dengan sukarela oleh pasangan suami istri yang berada pada dua

lokasi yang berbeda dengan pekerjaan masing-masing dan dipisahkan setidaknya

tiga malam dalam satu minggu selama sesedikitnya tiga bulan. (Gretel dan Gros,

p.71). Jika melihat pada penjelasan mengenai komunikasi interpersonal, pasangan

yang menjalani Commuter Marriage memiliki kesempatan melakukan

komunikasi interpersonal yang jauh lebih sedikit dibandingkan pasangan suami

istri pada umumnya. Karena itu dibutuhkan Interpersonal Maintenance yang baik

agar tidak sampai mengganggu hubungan walaupun menjalani commuter

marriage.

Dalam proses komunikasi interpersonal pasangan suami istri yang

menjalani commuter marriage, kedua pasangan ini sama-sama ingin memiliki

kuantitas-kualitas komunikasi yang baik seperti pasnagan umum lainnya. Namun

masalah jarak yang jauh dan perbedaan waktu yang terkadang ekstrim membuat

kuantitas pasangan ini untuk berkomunikasi semakin minim. Kedua pasang ini

selalu berusaha bagaimana memiliki kualitas komunikasi yang baik meskipun

terkadang kuantitas tidak mendukung mereka.

Dalam penelitian ini, pembahasan akan mengerucut menjadi bagaimana

interpersonal maintenance dalam konteks commited romantic relationship antara

Page 48: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

91 Universitas Kristen Petra

pasangan Yani-Joni dan Marsha-Bryan. Pembahasan akan mengungkapkan 8 hal

menarik yang ditemukan oleh peneliti selama melakukan observasi dan

wawancara antara pasangan suami istri yang menjalani commuter marriage.

4.4.1 Sikap Positif Memupuk Hubungan Jangka Panjang

Manusia memiliki tujuan hubungan jangka panjang, dan menggunakan

perilaku komunikasi untuk mengejar tujuan mereka (Canary, Cody, Manusov,

2008, p.292). Satu kalimat diatas menunjukkan bahwa dalam kehidupanmya di

dunia, manusia tidak bisa lepas dari dua hal yaitu kehidupan jangka panjang dan

aktifitas pemeliharaan hubungan. Kedua ini saling terkait dimana hubungan

jangka panjang mustahil dapat terwujud jika manusia tidak mampu melakukan

aktifitas pemeliharaan hubungan yang tepat.

Manusia diciptakan sangat unik dengan berbagai macam latar belakang

dan banyak perbedaan lainnya. Hal ini disebabkan oleh setiap individu memiliki

field of experience dan frame of referance yang berbeda satu sama lain. field of

experience dan frame of referance inilah yang mempengaruhi latar belakang

individu yang sangat majemuk. Kedua hal ini sangat melekat pada individu dan

dibawa terus selama proses kehidupan di dunia. Perbedaan ini memiliki dampak

yang cukup berpengaruh apalagi jika tujuan akhir dalam hubungan adalah jangka

panjang. Perlu sekali untuk mengetahui dengan jelas field of experience dan frame

of referance dari setiap pasangan. Setelah masing-masing pasangan sudah saling

mengenal dengan baik, aktifitas pemeliharaan hubungan tidak terlalu sulit untuk

diwujudkan. Pengenalan field of experience dan frame of referance baik dari

masing-masing pihak, mampu menciptakan hubungan yang positif.

Untuk mewujudkan pernikahan yang ideal itu, sejak pacaran fokus utama

pasangan ini adalah mengenal dan memahami dengan benar pasangan masing-

masing. Pada tahap ini, Marsha harus banyak melakukan penyesuaian dengan

Bryan begitu sebaliknya. Hal ini dipengaruhi dari latar belakang kehidupan

mereka. Marsha tumbuh sebagai anak yang mandiri, tegas, dan cepat dalam

mengerjakan segala sesuatu bahkan cenderung perfeksionis, sedangkan Bryan

tidak. Bryan yang merupakan anak terakhir lebih banyak dimanja oleh orang tua

dan kakak serta mendapatkan bagian tugas yang lebih sedikit dalam keluarganya.

Page 49: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

92 Universitas Kristen Petra

Latar belakang yang berbeda inilah yang menjadi alasan seringnya pasangan ini

bertengkar.

Marsha sering menasihati Gladys dengan mengatakan bahwa menikah

bukanlah hal yang mudah karena kesenangannya mungkin hanya dirasakan satu

hari yaitu pada pesta pernikahan. Setelah itu harus menghadapi kenyataan untuk

hidup bersama selamanya dengan segala kelemahan dan kelebihannya. Butuh

mengenal dengan dalam dan komitmen seumur hidup untuk menjalaninya. Tidak

bisa bosan di tengah jalan dan menyerah, tetapi harus diselesaikan sampai akhir.

Dan untuk mencapai tahap ini diperlukan pengenalan yang mendalam satu sama

lain. Hal ini juga yang menjadi rahasia pernikahan Marsha dan Bryan tetap awet

meskipun terpisah jarak yang jauh dan perbedaan waktu yang ekstrim.

Dalam penjelasannya, Marsha menambahkan bahwa pengenalan yang

baik, membuat dia mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai oleh Bryan.

Dari sinilah dia memahami strategi pemeliharaan apa yang harus diambil demi

menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan

oleh DeVitto bahwa salah satu fungsi dari pemeliharaan hubungan adalah untuk

menjaga hubungan yang utuh : untuk mempertahankan kemiripan hubungan,

untuk mencegah pembubaran hubungan (DeVito, 2007, 240).

Bagi pasangan yang menjalani Commuter Marriage, Sikap positif tidak

bisa muncul dengan instan. Dibutuhkan kemauan untuk mengerahkan usaha

dalam menjalin hubungan. Tidak hanya sebatas kemauan tetapi kemauan yang

disertai dengan komitmen penuh. Dalam konteks Commuter Marriage yang

sangat terbatas oleh jarak dan frekuensi bertemu, waktu memegang peranan yang

sangat penting. Setiap manusia memiliki waktu. Waktu tersebut digunakan dan

dihabiskan untuk hal-hal yang kita anggap paling komitmen untuk dilakukan.

Bahkan terkadang membutuhkan pengorbanan untuk melakukannya

(Knapp&Vangelisti, 2009, p.295-297) .

Kedua informan setuju bahwa waktu merupakan hal yang paling baik

untuk mewakili usaha mereka dalam menjalin hubungan. Bagi Marsha dan Bryan,

waktu berkomunikasi merupakan saat-saat paling penting terutama pada awal-

awal masa perpisahan mereka. Hal ini juga dirasakan oleh Yani dan Joni. Lebih

lanjut Yani menjelaskan jika dalam satu hari tidak menghabiskan waktu dengan

Page 50: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

93 Universitas Kristen Petra

Joni di telepon, seperti ada sesuatu yang mengganjal. Ganjalan ini bisa

menuntunnya ke arah yang negatif. Yani jadi berpikiran macam-macam. Untuk

itulah bagi pasangan yang menjalin hubungan jarak jauh, mengerahkan usaha agar

bisa mempunyai waktu berkualitas bersama, baik melalui telepon atau media

sosial, sangatlah penting.

Dalam prosesnya, usaha yang dilakukan tidak selalu berjalan mudah.

Bahkan terkadang membutuhkan pengorbanan untuk melakukannya. Dengan

partner yang saling berkomitmen, pengorbanan merupakan suatu hal yang alami

dan wajar untuk diekpresikan. Hal ini bukanlah jenis pengorbanan yang dilakukan

dengan maksud untuk membuat orang lain merasa bersalah atau merasa berhutang

budi (Knapp&Vangelisti, 2009, p.295-297) .

Seperti yang dijabarkan dalam temuan data, pada masa awal hubungan

jarak jauh (Surabaya-Amerika), Marsha sering sekali mengalami vertigo. Hal ini

disebabkan karena Bryan sering telepon pada malam ketika Marsha sedang tidur.

Bahkan lebih sering menelepon pada tengah malam. Bryan sering lupa perbedaan

waktu di dua benua berbeda itu hampir mencapai 12 jam. Hal yang terjadi secara

berulang ini menyebabkan Marsha mengalami vertigo. Sekalipun waktu yang

berbeda jauh dan sering mengalami sakit kepala, hal ini tidak membuat Marsha

menyerah dalam menjalin komunikasi. Marsha sering mengingatkan Bryan

mengenai perbedaan waktu yang ada. Bagi marsha sendiri hal ini bukan termasuk

dalam pengorbanan. Marsha megaku tidak pernah lelah mengingatkan Bryan

mengenai jam untuk telepon. Ketika Bryan lupa, Marsha tidak serta merta

memarahinya. Daripada memilih untuk memarahi atau mengomel karena Bryan

sering lupa, marsha memilih untuk dengan sabar mengingatkan. Dia tidak mau

membuat suasana yang seharusnya menyenangkan menjadi tidak nyaman. Saat-

saat inilah yang membuat Marsha merasakan dirinya semakin positif. Hal ini sama

seperti yang ditulis oleh Canary, Cody, dan Manusov bahwa positifitas dan

menjadi efektif dalam artian memelihara hubungan karena dengan positif dapat

meningkatkan tingkat penghargaan dari pasangan. Dan orang-orang yang benar-

benar positif dan bermanfaat untuk sesama (Canary, Cody, Manusov, 2008,

p.292).

Page 51: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

94 Universitas Kristen Petra

Hal serupa juga dilakukan oleh Yani. Yani rela meninggalkan aktifitasnya

untuk fokus menerima telepon dari Bryan. Bahkan Yani rela tidur lebih malam

atau bangun lebih pagi hanya untuk menyesuaikan dengan waktu senggang Joni.

Sebaliknya, Joni rela melawan rasa lelah karena pekerjaan demi bisa mendengar

cerita Yani atau bahkan untuk mendengar suara istrinya itu. Untuk membedakan,

Yani sampai membeli nomor khusus yang hanya digunakan untuk berkomunikasi

dengan Joni saja. Yani mengaku akan melakukan hal-hal apapun demi membuat

hubungan diantara keduanya tetap dekat.

Seseorang ingin memperluas banyaknya usaha demi sebuah hubungan,

dimana salah satu terlihat ingin melakukan banyak hal sedangkan yang lainnya

tidak (backs off). Selama pasangan sering menunjukkan sedikit usaha untuk

hubungan, usaha mungkin diperkuat dengan tidak adanya peningkatan keinginan

yang datang dari pihak lain (Knapp&Vangelisti, 2009, p.298). Karena itu dalam

melakukan komitmen yang baik sebisa mungkin menyangkut kedua orang.

Tidak cukup berhenti pada level berkomitmen untuk mengerahkan usaha

dalam menjalin hubungan, teori yang ada menjelaskan bahwa positifvitas

melibatkan perilaku seperti bersikap riang, menjadi sopan, dan menahan diri dari

kritik. Peneliti juga menemukan bahwa pasangan yang menjalani Commuter

Marriage harus berusaha ekstra untuk mewujudkan dimensi positif ini. Marsha

mengakui aktifitasnya yang sangat padat tidak jarang menyedot energinya.

Sebagai ibu rumah tangga, pengajar di sekolah, guru les, aktifis gereja, dan

sebagainya. Ketika dalam kondisi yang sangat lelah dan ada hal yang tidak

berjalan sesuai harapannya, tak bisa dipungkiri emosinya mudah tersulut dan

sensitif. Kesalahan kecil bisa berubah menjadi besar. Ketika suasana hatinya

menjadi buruk, terkadang orang-orang terdekat merasakan dampaknya. Marsha

berbicara dengan nada yang ketus dan tidak enak didengar.

Di awal-awal menjalani hubugan jarak jauh, suasana hati yang buruk

berpengaruh kepada pasangan. Saat Bryan telepon dengan keadaan seperti ini

biasanya pembicaraan menjadi tidak enak. Bahkan Marsha mengaku setiap

keluhan yang diucapkan Bryan selalu ditanggapi dengan kritik bahkan kritikan

yang sangat menkritisi. Tak jarang kalimat itu berubah menjadi tuduhan kesalahan

untuk Bryan. Bryan menanggapi tidak enak dan pembicaraan di telepon berakhir

Page 52: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

95 Universitas Kristen Petra

tidak menyenangkan. Hal ini membuat Marsha semakin tidak enak hati. Karena

inilah beberapa malam dilewatinya dengan tangisan. Dalam keadaan yang tidak

enak, Marsha ingin bermanja-manja dengan suaminya tetapi tidak bisa. Yang ia

dapatkan malah komunikasi yang buruk.

Beberapa tahun menjalani akhirnya Marsha sadar. Keadaan hati tidak bisa

menguasainya. Ketika keadaan mulai tidak enak dan harus berkomunikasi dengan

Bryan, Marsha terus mengingatkan dirinya bahwa Bryan tidak berada di

sampingnya. Untuk mendengar suaranya pun tidak bisa setiap waktu. Butuh

perjuangan dan terkadang pengorbanan. Karena itu sebelum berkomunikasi,

marsha mengambil waktu sejenak untuk menenangkan diri dan melepas penatnya

terlebih dahulu. Bahkan jika keadaan hatinya sangat tidak enak, Marsha sengaja

tidak mengangkat telepon. Setelah telepon berhenti berdering, Marsha chat Bryan

dan memintanya untuk menunggu sejenak. Marsha mengakui bahwa hal ini

tidaklah mudah. Tapi ketika marsha mampu menekan egoi dan mengendalikan

emosinya, Marsha bisa mendapatkan komunikasi yang berkualitas dengan Bryan.

Teknik ini akhirnya diberitahukan kepada Bryan dan hingga sekarang pasangan

ini masih menggunakannya.

Pelajaran lain yang berhasil dipetik Marsha adalah sikap yang positif bisa

menular dan mampu membuat hubungan semakin erat. Ketika Bryan telepon

dengan keadaan yang tidak baik (banyak pikiran, ada masalah, lelah karena

bekerja, dan sebagainya), kalimat yang dikeluarkan Marsha seharusnya mampu

menjadi „obat‟ dan mengembalikan Bryan kepada sikap yang positif. Bukan

malah membuatnya semakin negatif dan membuat bebannya bertambah. Marsha

juga sempat memberikan peneliti wejangan kepada peneliti. Berikut kutipannya :

“Nanti kalau sudah pacaran gaby akan tau. Gini ya, misal gaby sudah

pacaran. Diantara banyak orang, pasangan Gaby memilihmu untuk

menjadi pelariannya ketika ada masalah. Kamu orang pertama yang dia

cari. Pasti nanti terasa kamu berusaha kasih yang terbaik supaya dia

kembali bahagia.”

Page 53: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

96 Universitas Kristen Petra

Melalui kalimat singkat itu, Marsha menjelaskan jangan sampai pasangan kita

menyesal karena memilih kita untuk menjadi „pelarian‟ dalam masalahnya

Terpisahnya jarak diantara mereka dengan perbedaan waktu yang cukup ekstrim,

Marsha menyadari bahwa penting sekali untuk menghargai waktu bersama

pasangan dengan bersikap positif. Marsha juga menambahkan bahwa sebaiknya

lingkungan di luar tidak mempengaruhi. Walaupun susah, Marsha mengakui terus

melakukan hal ini karena baginya waktu yang dihabiskan untuk berkomunikasi

bersama Bryan jauh lebih berharga dibandingkan ego dan emosinya.

Hal ini juga terjadi kepada Yani. Bagi Yani, bisa menghabiskan waktu

bersama Joni adalah saat yang sangat berharga. Karena itu kesempatan sekecil

apapun akan diusahakan untuk memberi yang terbaik. Yani berusaha menahan

keinginannya untuk menceritkan hari-hari buruknya jika kebetulan pada saat itu

Joni merasakan hal yang sama. Beberapa kali yani membiarkan Joni untuk

menceritakan permasalahannya terlebih dahulu. Waktu yang berlalu membuat

Yani semakin peka untuk merespon cerita-cerita Joni. Apakah Joni butuh

diberikan masukan berupa solusi, hanya butuh di dengarkan saja, atau justru

kalimat-kalimat yang menenangkan. Walaupun sempat beberapa kali salah dalam

merespon, Yani tidak kapok terus belajar untuk mengenali pasangannya. Yani

menjelaskan ketika dirinya berhasil membuat Joni tenang dan membantu

menemukan jalan keluar, keinginan untuk menceritakan hari-hari buruknya sirna.

Bahkan suasana hati Yani yang buruk, berubah menjadi baik.

Sikap positif juga bisa dilakukan secara sengaja dengan mencari

persamaan daya tarik. Positifitas sama seperti yang diungkapkan oleh ide Bell,

Daly, dan Gonzales (1987) bahwa pemeliharaan hubungan didapatkan dari

perilaku mencari persamaan atau daya tarik. Pencarian persamaan atau daya tarik

mengacu pada cara agar mendapatkan seseorang untuk mendapatkan orang lain

seperti dia (Canary, Cody, Manusov, 2008, p.292). Sebagai contoh, pasangan

Marsha-Bryan sangat menyukai olahraga. Marsha mengetahui olahraga yang

paling disukai Bryan adalah bersepeda. Walaupun hanya berkomunikasi melalui

telepon dan sosial media, Marsha seringkali membahas hal ini dengan Bryan.

Marsha mengamati ketika dirinya membicarakan suatu topik yang sangat disukai

Bryan, pasangannya itu secara intonasi suara terlihat lebih tertarik dan positif

Page 54: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

97 Universitas Kristen Petra

menanggapi pembicaraan Marsha. Bryan menjadi lebih cerewet dari biasanya

bahkan mendominasi pembicaraan hari itu. Sebaliknya Marsha sangat suka

berenang. Bryan biasanya akan mengajak Marsha kembali bernostalgia dengan

masa muda ketika dulu sering berenang bersama.

Mencari persamaan daya tarik bisa diterapkan dalam pembicaraan yang

lebih intim lagi. Seperti yang dilakukan oleh Yani dan Joni. Kedua pasangan ini

mempunyai kebiasaan saling memuji satu sama lain. Bagi Yani, kata-kata positif

akan menghasilkan perlaku yang positif pula. Setelah itu, baru masuk ke dalam

topik pembicaraan yang menarik bagi keduanya. Bahkan terkadang rasa positif ini

membangun keintiman diantara keduanya. Yani mengaku karena hal ini, gairah

seksual diantara keduanya terjaga dengan baik. Bahkan semakin kreatif. Joni jadi

lebih sering tertarik secara fisik dengannya dan membahas hal-hal yang berbau

seksualitas.

Pasangan yang menjalani Commuter Marriage tidak bisa hanya berfokus

kepada hubungan interpersonal suami istri saja. Tetapi harus mengacu kepada

hubungan dengan anak dan orang tua, terutama orang tua yang tinggal berjauhan.

Pasangan yang menjalani Commuter Marriage harus bisa membangun positifitas

dengan anak.

Commuter Marriage tidak hanya berpengaruh kepada pasangan suami istri

tetapi juga keadaan anak. Orang tua harus memastikan selain memiliki hubungan

yang dekat dengan pasangan, anak juga harus mempunyai hubungan yang baik

juga dengan salah satu orang tua yang tidak tinggal bersama. Dalam penelitian ini

Joni dan Bryan terpisah dari anak-anaknya.

Rotter, Barnett, & Fawcett (dalam Rhodes, 2002) setuju bahwa pasangan

Commuter Marriage akan mengalami pola hidup yang lebih menyulitkan dengan

adanya kehadiran anak yang tinggal di rumah. Ketika pasangan setuju untuk

melakukan tipe pernikahan seperti ini, salah satu orang tua biasanya tinggal di

rumah bersama dengan anak-anak, sehingga akan mengemban tanggung jawab,

stress, dan jumlah pekerjaan yang lebih besar.

Marsha sempat merasakan seperti seorang single parent. Ketika Bryan

pergi ke Amerika, marsha harus mengurus anaknya yang waktu itu masih berumur

3 tahun. Marsha harus menghadapi pertanyaan anaknya mengenai ayahnya dan

Page 55: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

98 Universitas Kristen Petra

beberapa kali menjelaskan tentang keadaan keluarganya. Hal tersulit lain yang

harus dihadapi marsha adalah membuat sang anak tetap dekat dan merasa

memiliki ayahnya. Gladys yang berusia 3 tahun saat itu belum mengerti apa-apa

dan dia sudah terbiasa tumbuh melewati masa-masanya di Sekolah dasar tanpa

kehadiran seorang ayah secara langsung dalam dirinya. Marsha menceritakan

sempat Gladys kecil pulang sekolah protes karena iri melihat teman-temannya

dijemput oleh ayahnya. Dengan kesabaran untuk memberikan penjelasan

membuat Gladys akhirnya mengerti bahwa ayahnya pergi ke Amerikan untuk

mewujudkan kehidupan finansial yang lebih baik.

Meski demikian Gladys mengaku kurang dekat dan canggung ketika

pertama kali bertemu dengan ayahnya.

“Ya ya apa ya. Kayak ada perasaan asing. Selama ini kan Cuma denger

suarae di telepon, nggak pernah ketemu langsung toh. Terus tiba-tiba

ketemu. Sempet mikir ini beneran ta. Ya alay se tapi kayak nggak nyata.

Papaku dateng. Balik pulang.”

Di sisi lain, Gladys merasa bahagia akhirnya bertemu lagi dengan ayahnya.

Gladys tau bahwa ayahnya sangat mencintainya. Karena sejak kecil Gladys sering

dibelikan berbagai macam mainan dan barang-barang bagus. Tapi hati kecil

Gladys tidak bisa memungkiri bahwa jarak diantara dia dengan ayahnya tetaplah

ada.

Perasaan yang tidak jaub berbeda juga dialami oleh Willy, anak pertama

dari pasangan Yani dan Joni. Willy mengaku hubungan dengan ayahnya tidak

begitu dekat. Masih ada kecanggungan pada saat berbicara mengingat pria lebih

susah mengungkapkan perasaannya kepada orang tua. Pemicaraan hanya seputar

pekerjaan dan menanyakan kabar. Susah baginya untuk bercerita mengenai

kehidupan pribadi. Bukan karena tidak mau tetapi Willy merasakan canggung.

Pada saat wawancara, Willy mengaku sempat mengingat bagaimana dulu

perjuangan ayahnya untuk bekerja dan membahagiakan anak-anaknya. Bahkan

masih menyempatkan waktu untuk mengantar mereka sekolah.

Page 56: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

99 Universitas Kristen Petra

Banyak orang tua yang melakukan perpisahan merasakan rasa bersalah

telah berpisah dengan keluarga dan melewatkan bagian-bagian penting dalam

perkembangan anak-anak mereka (Johnson, 1987, Rotter et al., 1998). Hal ini juga

dialami oleh Bryan. Melalui Marsha, Bryan bercerita sering merasa bersalah

dengan Gladys karena tidak bisa bermain dan menemani bersama seperti anak lain

pada umumnya. Bryan juga beberapa kali menyalahkan diri sendiri mengapa

harus meninggalkan Gladys diusianya yang masih sangat kecil dimana anak

seusianya membutuhkan perhatian seorang ayah.

Perasaan-perasaan seperti inilah yang akhirnya timbul dan membuat Bryan

bertekad untuk bekerja lebih giat. Bryan secara rutin membelikan Gladys mainan

dan menuruti apapun yang putrinya inginkan. Ketika kembali ke Surabaya, Bryan

banyak menghabiskan waktu bersama keluarga terutama dengan Gladys. Marsha

menjelaskan bahwa Bryan tidak ingin anaknya tidak kehilangan figur seorang

ayah. Apalagi anaknya perempuan. Hal ini seuai dengan pernyataan yang

diungkapkan oleh Jackosn bahwa Untuk menutupi rasa bersalah mereka,

umumnya orang tua tersebut mengambil langkah-langkah seperti memberikan

perhatian secara kualitas ketika menghabiskan waktu dengan anak-anak mereka.

Selain itu, orang tua yang tinggal berjauhan penting sekali untuk

melakukan kontak secara intens dengan anak. Bisa melaalui telepon, sosial media,

bahkan video call. Hal ini dilakukan agar hubungan dengan orang tua semakin

akrab dan anak tidak akan kehilangan figur orang tuanya. Dalam hal ini, biasanya

Willy melakukan contact dengan ayahnya melalui sosial media WhatsApp dan

telepon. Jika ada libur dari kantor atau waktu senggang, Willy pasti mengambil

cuti untuk bertemu dengan ayahnya. Willy lebih dekat dengan ayahnya

dibandingkan sang adik karena Willy lebih banyak melakukan kontak dengan

Joni. Tapi tetap tidak bisa dipungkiri, hubungan Willy dengan ayahnya tidak bisa

dekat dan akrab. Masih banyak kecanggungan.

4.4.2 Keterbukaan Untuk Memperkuat Kepercayaan Dan Meminimalisir

Konflik

Keterbukaan merefleksikan bagaimana pasangan secara eksplisit

membahas bagaimana sifat dari hubungan mereka. Strategi ini juga dinamakan

Page 57: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

100 Universitas Kristen Petra

keterusterangan oleh Ayres (1983). Dalam menjalankan tipe hubungan apapun,

keterbukaan merupakan hal yang sangat penting. Keterbukaan menjadi hal yang

sangat penting jika berkaitan dengan hubungan pernikahan tipe commuter

marriage.

Keterbukaan membantu untuk memelihara hubungan sejauh pasangan

mendiskusikan mengenai topik penting dalam hubungan (misalnya mengenai

kesepakatan untuk memiliki hubungan seksual yang ekslusif). Menurut Argyle

dan Henderson (1984), bersikap terbuka tentang keberhasilan pribadi seseorang

dan menceritakan rahasia mengenai informasi sensitif dengan yang lain adalah

dua cara penting untuk memelihara kedekatan diantara mereka (Canary, Cody,

Manusov, 2008, p.293). Secara tidak langsung, keterbukaan menjadi cara penting

untuk mempertahankan kedekatan bahkan keintiman diantara pasangan.

Lebih lanjut peneliti menemukan bahwa keterbukaan mampu

meminimalisir kesalahpahaman bahkan konflik yang berpotensi timbul. Yani

mengakui bahwa kegoncangan besar yang sempat menimpa rumah tangganya bisa

diatasi jika mereka lebih paham dan sadar betapa pentingnya keterbukaan. Ketika

ada sesuatu yang mulai mengganjal di pikiran, Yani lebih memilih untuk diam

dan bertahan pada asumsi pribadi yang belum tentu benar adanya. Masalah kecil

yang ada tidak segera diselesaikan dan mengakibatkan permasalahan menjadi

semakin besar. Tanpa terasa beberapa tahun membuat hubungan diantara

pasangan ini tidak dekat. Perlahan tetapi pasti, Yani kehilangan kepercayaan

terhadap Joni. Rasa curiga mulai muncul dan menghantui Yani. Hingga suatu hari

ketika emosi tidak terbendung lagi, konflik muncul dan mengakibatkan

pertengkaran hebat.

Keterbukaan dapat menjadi kunci utama untuk membangun kepercayaan.

Semakin besar keterbukaan, rasa percaya yang dibangun cukup besar. Awalnya

Yani merasakan bahwa dalam hubungan rumah tangganya, baik dia maupun Joni

sudah terbuka. Tetapi setelah kejadian yang menimpanya ini, Yani menyadari

adanya ego untuk tidak mau terbuka satu sama lain. Yani merasa masih bisa

menghadapi dan memilih untuk tidak menceritakannya kepada Joni. Joni pun

merasa demikian. Dia cenderung tidak mengungkapkan permasalahan pekerjaan

karena takut mengganggu beban pikiran Yani. Sempat beberapa kali Joni

Page 58: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

101 Universitas Kristen Petra

berbohong mengenai masalah pekerjaan. Joni mengaku pekerjaan baik-baik saja

tetapi ternyata pekerjaannya di ambang kehancuran. Joni yang takut membuat

Yani kepikiran memilih untuk bercerita kepada teman kerjanya yang pada

akhirnya justru menjadi pihak ketiga. Jika berkaca pada Johari Window,

hubungan mereka termasuk dalam golongan jendela B yang menunjukkan

hubungan dimana hidden area mendominasi. Ini berarti salah satu individu yang

terlibat dalam hubungan takut mengungkapkan kelemahannya dan kurang percaya

kepada orang lainnya, ia yakin bahwa rekannya akan mengeksploitasi segala

informasi yang ia keluarkan. Individu yang memiliki jendela hubungan ini

percaya bahwa ia perlu menciptakan topeng untuk berusaha menjadi sosok yang

sebenarnya bukan dirinya.

Yani menjelaskan bahwa hal ini berpotensi terjadi karena jarangnya

mereka bertemu. Segala sesuatu dianggap dalam keadaan baik-baik saja. Tetapi

ketika masuk ke dalam ternyata fondasi dalam hubungan mereka mengalami

keretakan. Yani bersyukur mengetahui hal ini sebelum semuanya terlambat dan

berubah menjadi semakin buruk. Hal ini juga dijadikan pelajaran berharga bagi

yani untuk terus terbuka kepada Joni termasuk hal-hal yang kecil. Yani mengaku

termasuk orang yang susah mengungkapkan apa isi hatinya kepada orang lain.

Untuk itu Yani belajar menghargai Joni sebagai suaminya dengan menceritakan

apa yang dirasakan mengenai hubungan kepada Joni. Melalui hal ini, Yani

menumbuhkan rasa percaya kepada Joni begitupula Joni merasa dipercaya oleh

Yani. Pada akhirnya kedua pasangan ini bisa bergantung secara emosional yang

lebih dekat satu sama lain.

Berbeda dengan Yani, dalam pernikahannya Marsha dan Bryan hampir

tidak pernah dihadapkan pada masalah pihak ketiga. Marsha mengatakan dan

berani menjamin sejak awal hubungan, pernikahannya bersih dari pihak ketiga.

Hal ini diakui butuh perjuangan yang sangat keras. Sejak awal pacaran, pasangan

ini untuk terbuka satu sama lain. Marsha menjelaskan bahwa Bryan tipe orang

yang tidak masalah jika harus bertengkar jika itu bisa membawa hubungan mereka

ke arah yang lebih baik dan mampu mengenal satu sama lain.

Dalam hal ini jika dikaitkan dengan Johari Window, hubungan mereka

berada pada tahap menggambarkan hubungan dimana open area menjadi area

Page 59: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

102 Universitas Kristen Petra

paling luas. Hubungan seperti ini membutuhkan tingkat self disclosure yang

signifikan, yang memerlukan keterbukaan dan kesensitifan terhadap apa yang

diperlukan orang lain.

Selain memiliki waktu untuk membahas apa yang dirasakan mengenai

hubungan, penting sekali bagi pasangan untuk mempunyai strategi dalam

menghadapi konflik. Yani merupakan wanita yang cenderung menghindari

konflik. Saat konflik terjadi Yani lebih memilih menjauh dan tidak berhubungan

dengan sumber konflik tanpa tahu kapan tenggat waktu untuk kembali

berkomunikasi. Hal ini sangat memperngaruhi hubungan diantara keduanya. Yani

mengakui permasalahan utama adalah sulitnya untuk terbuka mengenai apa yang

ia rasakan. Sedangkan Joni cenderung ingin menyelesaikan semua permasalahan

saat itu juga agar tidak berlarut-larut. Perbedaan dalam menyelesaikan masalah ini

akhirnya menambah konflik diantara mereka berdua. Setelah beberapa waktu

berlalu, pasangan ini akhirnya bisa menyesuaikan satu sama lain. Untuk

penyesuaian inilah dibutuhkan keterbukaan. Yani menjelaskan bahwa pasangan

tidak akan pernah bisa untuk mengetahui apa isi hati kita yang terdalam tanpa kita

memberitahukan kepada mereka. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menjalin

hubungan dengan pasangan, keterbukaan memegang peranan yang sangat penting.

Dalam hal ini keterbukaan menjadi kunci apakah konflik yang terjadi bisa selesai

dengan baik dan efektif atau malah membuat hubungan semakin renggang.

Pasangan yang menjalani Commuter Marriage harus lebih terbuka dengan

pasangan apa yang menjadi perasaan satu sama lain apalagi jika hidup berjuahan.

Hal ini sangat penting ketika membahas tujuan akhir dalam berhubungan. Berbeda

saat jenis hubungan berada dalam tahap pacaran. Hampir sebagian besar pasangan

yang pacaran akan membawa hubungannya ke tahap pernikahan. Tetapi untuk

pasangan yang sudah menikah apalagi menjalani hubungan Commuter Marriage,

tujuan akhir menyangkut masalah yang kompleks. Yani dan Joni harus

memikirkan sampai kapan mereka berdua harus menjalani Commuter Marriage

mengingat usia mereka yang semakin tua. Yani merasa mereka berdua sudah

cukup berhubungan jarak jauh. Joni sempat menjelaskan jika Yani tidak

mengutarakan hal ini kepadanya, Joni tidak akan pernah mengetahui apa yang

Page 60: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

103 Universitas Kristen Petra

Yani rasakan. Nampaknya hal ini terlihat sederhana tetapi jika dibiarkan mampu

membawa petaka dalam rumah tangganya.

Marsha dan Bryan juga merasakan hal yang sama. Walaupun memiliki

jenjang karir yang bagus di Turki, beberapa kali pasangan ini sempat melihat

kembali mengenai tujuan akhir berhubungan. Apakah harus seterusnya menjalani

Commuter Marriage atau tidak. Marsha menjelaskan dengan adanya keterbukaan,

masing-masing menjadi pribadi yang lebih kuat dalam mendukung satu sama lain.

Di sisi lain, keterbukaan mampu menghindari terbukanya kemungkinan

masuknya orang ketiga. Dalam hal ini, Yani mengakui kebenarannya. Awal

terjadinya perselingkuhan karena adanya hal yang diinginkan bahkan yang

diperlukan yang tidak mampu didapatkan dari pasangan lain. Dengan adanya

keterbukaan, masing-masing pasangan mengetahui keinginan satu sama lain dan

berusaha mewujudkannya. Walaupun mungkin ada keperluan dan keinginan yang

susah untuk diwujudkan, pasangan bisa mencari jalan keluar dan strateginya

bersama-sama.

Dalam hal keterbukaan pun diperlukan komitmen. Komitmen yang

levelnya lebih tinggi bisa dikomunikasikan dengan adanya indikasi bahwa adanya

lebih sedikit alternatif yang menarik. Faktanya, ada seorang ilmuwan menemukan

bahwa prediktor terbaik dari gagalnya suatu hubungan adalah tingginya perhatian

terhadap alternatif. Alternatif-alternatif mungkin bisa jadi hubungan potensial

yang lain, tetapi bisa juga dalam bentuk pekerjaan, hobi, dan lainnya. Saat

altenatif ini cukup menarik untuk menggantikan sebagian atau semua dari

hubungan, hal ini bisa mengurangi persepsi dalam komitmen terhadap hubungan

tersebut (Knapp&Vangelisti, 2009, p.295-297).

Bagi pasangan yang hidup di tempat yang berdekatan, hal ini bukan

menjadi masalah. Tetapi beda halnya jika harus menjalani Commuter Marriage.

Perbedan jarak dan waktu menimbulkan alternatif yang semakin besar. Pasangan

yang menjalani Commuter Marriage harus secara aktif terbuka mengenai teman-

teman dan kesehariannya. Hal ini menghindari dari timbulnya rasa curiga. Hal ini

pernah dirasakan oleh Marsha. Terkadang marsha tidak bisa mengangkat telepon

karena sedang pergi bersama Gladys atau melakukan pekerjaan tambahan.

Akibatnya waktu untuk berkomunikasi makin berkurang. Jika tidak

Page 61: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

104 Universitas Kristen Petra

dikomunikasikan secara terbuka, Bryan bisa saja curiga dengan siapa Marsha

pergi. Jangan-jangan Marsha mempunya pria simpanan. Atau pada saat membalas

chat agak lama. Sebaliknya, marsha juga mengalami hal yang sama. Terkadang

untuk melepas rasa lelah dan penat akibat bekerja, Bryan pergi bersama teman-

temannya. Bisa saja pada saat itu Marsha memiliki pikiran buruk mengenai apa

yang dilakukan oleh Bryan. Karena itu pasangan ini membiasakan diri untuk

terbuka apa yang dijalani hari itu. Bukan seperti meminta ijin untuk pergi tapi

mengabarkan sesuatu. Misalnya saat Bryan mau pergi, Marsha akan menerima

pesan yang menunjukkan bahwa Bryan pergi refreshing dengan teman-teman.

Marsha pun juga akan memberi kabar bahwa dirinya sedang mendampingi

muridnya untuk pergi keluar kota.

Terpisah di tempat yang jauh dengan kebudayaan yang sangat berbeda

juga sempat menjadi hambatan bagi pasangan ini. Marsha mengaku seiring

berjalannya waktu, kecurigaan semakin tidak ada karena komunikasi yang lancar

diantara mereka berdua. Bryan sering menceritakan teman-temannya kepada

Marsha bahkan beberapa kali menunjukkan fotonya. Hal ini membuat marsha

sangat dihargai. Bahkan terkadang, marsha seolah-olah juga sedang berada di sana

karena mendengar cerita Bryan. Jadi pasangan ini setuju bahwa alternatif lain

yang secara tidak sengaja mampu mengalihkan waktu komunikasi mereka tidak

akan menjadi masalah besar jika mampu dikomunikasikan dengan baik.

Beberapa hal yang cukup krusial untuk dibicarakan secara terbuka adalah

menyangkut hal keuangan. Bagaimana pembagian dan pengelolaan keuangan.

Bahkan menyangkut pengiriman uang. Bagi Marsha dan Bryan hal ini tidak

menjadi masalah karena sejak awal sudah dikomunikasikan secara terbuka.

Bahkan Bryan akan memberitahukan kepada Marsha berapa uang yang dikirim.

Jika jumlahnya kurang dari biasanya, Bryan akan menjelaskannya tanpa Marsha

harus bertanya. Hal ini dilakukan bukan sebagai bentuk laporan tapi semata-mata

untuk menjaga kepercayaan yang sudah diberikan kepada pasangan. Sebisa

mungkin meminimalisir adanya „pertanyaan‟ yang muncul.

Terkait dengan keterbukaan dalam hal keuangan, peneliti menemukan

bahwa pasangan yang menjalani Commuter Marriage karena faktor ekonomi

cenderung lebih tangguh dibandingkan dengan pasangan suami istri yang

Page 62: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

105 Universitas Kristen Petra

menjalani Commuter Marriage karena faktor pekerjaan. Yani dan Joni harus

menjalani Commuter Marriage karena faktor pekerjaan.

Sebelum bertemu dengan Yani, Joni sudah bekerja sebagai sales keliling

yang tidak menetap di satu tempat dalam waktu yang lama. Bahkan hingga

menikah pun, Yani harus lapang dada sering ditinggal pergi oleh suaminya.

Beberapa tahun berlalu, Joni memutuskan untuk membuka usaha sendiri. Meski

demikian usaha yang dirintis Joni tidak jauh berbeda dari pekerjaan yang

sebelumnya. Alasannya sederhana yaitu Joni sudah sangat menyukai pekerjaannya

dan sudah berpengalaman memahami seluk beluk pekerjaan ini. Karena itulah

Yani lagi-lagi harus menerima kenyataan untuk menjalani Commuter Marriage.

Memiliki usaha sendiri memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan

bekerja ikut orang lain. Benar saja sekitar empat tahun yang lalu, pekerjaan Joni

mengalami kemacetan dan membuatnya harus tinggal menetap di Bali. Jika pada

awalnya pasnagan ini bisa bertemu paling tidak empat bulan sekali dalam setahun,

sekarang Yani bisa bertemu dengan Joni maksimal dua kali dalam setahun. Joni

semakin sibuk untuk mempertahankan usahanya di Bali. Dalam hal ini, faktor

yang menjadi penyebab pasangan ini menjalani Commuter Marriage adalah faktor

ekonomi.

Lain halnya dengan Marsha dan Bryan. Pasangan ini harus menjalani

Commuter Marriage karena faktor ekonomi. Usaha yang dibangun oleh Bryan

mengalami kegoncangan sehingga pasangan ini mengambil langkah lain yaitu

pergi ke Amerika demi mewujudkan kehidupan finansial yang lebih baik. Sebagai

imigran gelap, Bryan tidak bisa pulang ke Indonesia dan balik lagi ke Amerika

sesuka hatinya. Jika dia memutuskan untuk pulang, tidak ada kesempatan lagi

baginya untuk kembali bekerja di Negeri Paman Sam itu kecuali Bryan harus mau

mengikuti semua prosedur seperti pengajuan visa dan sebagainya. Hal inilah yang

menyebabkan mereka berdua tidak bisa bertemu selama sepuluh tahun.

Setelah kembali dari Amerika, Bryan menetap di Indonesia selama satu

tahun. Dalam rentang waktu itu, bisa dikatakan Bryan bisa membangun bisnis

yang baru karena keadaan finansial mereka telah pulih. Tidak lama kemudian,

Bryan mendapatkan tawaran untuk bekerja sebagai Chef di Turki dengan

menggunakan sistem kontrak kerja. Bryan melihat bahwa ini merupakan peluang

Page 63: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

106 Universitas Kristen Petra

yang baik untuknya. Setelah berdiskusi bersama Marsha, akhirnya Bryan

memutuskan untuk berangkat lagi ke Turki. Dalam hal ini, faktor yang

mempengaruhi pasangan ini menjalani Commuter Marriage adalah faktor

pekerjaan. Bryan diijinkan untuk pulang ke Indonesia satu kali dalam setahun

dengan durasi satu hingga dua bulan maksimal.

Melalui dua pasangan diatas, dari sisi lain peneliti menemukan kesamaan

yaitu sama-sama pernah menjalani Commuter Marriage karena faktor ekonomi

dan pekerjaan. Melalui beberapa kali wawancara dan membaca kumpulan chat

kedua pasangan ini di masa lampau, terlihat sekali bahwa pasangan yang

menjalani Commuter Marriage karena faktor ekonomi memiliki jiwa yang lebih

tangguh dibandingkan karena faktor pekerjaan.

Yani mengakui bahwa dalam hidup tidak ada kata terbiasa menjalani

Commuter Marriage. Tetapi sejak di Bali, Yani menyadari beberapa perubahan

dalam dirinya yaitu semakin mandiri. Jika dibandingkan dengan yang dulu, kini

Yani bisa mengerjakan semuanya tanpa kehadiran Joni. Lebih jarang menangis

dan bersedih. Yani melakukan hal ini untuk menguatkan suaminya juga yang

sekarang berjuang dalam keadaan ekonomi. Jika dulu Yani hanya menghadapi

Commuter Marriage tanpa harus memikirkan soal uang karena kehidupan yang

sudah tercukupi, kini permasalahan harus bertambah satu lagi. Selain memikirkan

bagaimana cara agar tetap bisa berhubungan dengan Joni mewujudkan

komunikasi yang baik, kini Yani harus memikirkan bagaimana perputaran uang di

keluarga mereka. Yani semakin jarang bermanja-manja tetapi justru malah

semakin sering menguatkan Joni agar mampu melewati semua. Pasangan tidak

bisa menguatkan satu sama lain jika tidak bisa terbuka.

Fase ini dialami juga oleh Marsha tetapi terbalik. Di awal-awal saat

menjalani Commuter Marriage, Marsha sangat stress karena harus beradaptasi

dengan keadaan tanpa kehadiran Bryan. Selain itu, perbedaan waktu yang cukup

ekstrim membuatnya beberapa kali vertigo. Tetapi dalam keadaan itu marsha tidak

menyerah dan menguatkan dirinya. Hal ini dilakukan agar kehidupan ekonomi

dalam keluarga mereka segera pulih. Walaupun rindu yang teramat kepada Bryan,

Marsha terus menguatkan diri. Menahan diri dari pikiran dan rasa curiga karena

pernyataan buruk yang sering datang kepadanya, hingga menahan hasratnya untuk

Page 64: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

107 Universitas Kristen Petra

bertemu dengan Bryan. Dan ketika Bryan pulang ke Surabaya semua itu

terbayarkan. Selama satu tahun marsha bisa menikmati hidup dekat dengan Bryan

dan menikmati hasil kerja keras mereka berdua untuk bertahan dalam pernikahan.

Bagi marsha ketika harus menjalani Commuter Marriage kedua kalinya bukan hal

yang susah. Selain sudah pernah mengalami, kini Marsha tidak perlu lagi pusing

memikirkan keadaan finansial keluarga. Selain itu, Marsha lebih tenang karena

Bryan tidak harus bekerja lebih keras seperti dahulu. Marsha mengaku lebih

sering bermanja-manja dengan Bryan di telepon dan menghabiskan waktu lebih

intim ketika Bryan kembali pulang ke Surabaya. Marsha mengatakan bersyukur

kepada Tuhan berhasil melewati masa-masa sukarnya pada saat Brya di Amerika.

Bagi Marsha hidupnya yang sekarang adalah tinggal menikmati apa yang dulu

ditaburnya.

Dari dua hal ini peneliti menarik garis besar bahwa pasangan yang

mengalami Commuter Marriage memiliki karena faktor ekonomi memiliki sikap

yang lebih tangguh dibandingkan dengan faktor pekerjaan. Hal ini jelas terbukti

karena faktor ekonomi menuntut pasangan untuk mencari uang demi keluarganya.

Jika faktor pekerjaan, pasangan bisa memilih opsi untuk melanjutkan pekerjaan

atau tidak dan sebagian besar tidak harus dihantui oleh keadaan ekonomi mereka.

Biasanya pasangan yang melakukan Commuter Marriage memiliki kesempatan

lebih besar untuk memilih dan mempertimbangkan pekerjaan lain yang mungkin

bisa diambil tanpa harus menjalani Commuter Marriage.

Peneliti juga menemukan bahwa keterbukaan dalam hal perasaan juga

menyangkut keterbukaan perasaan pasangan terhadap kehidupan seksual.

Pasangan yang menjalani Commuter Marriage tidak bisa melakukan kehidupan

seksual yang rutin. Untuk itu perlu dikomunikasikan. Selain untuk mencairkan

rasa canggung akibat lama tidak pertemu, hal ini mampu mendekatkan keintiman

dan menjaga api gairah diantara keduanya.

4.4.3. Kepastian mempengaruhi Tujuaan Akhir Berhubungan

Dengan menggunakan strategi ini, komunikator menunjukkan bahwa

mereka setia, menekankan komitmen dalam hubungan mereka, dan jelas

Page 65: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

108 Universitas Kristen Petra

menyiratkan bahwa hubungan mereka memiliki masa depan (Stafford&Canary,

1991).

Menurut Marsha kesetiaan adalah hal yang abstrak dan hanya bisa

dirasakan. Tidak bisa ditunjukkan lewat perkataan saja tetapi harus dilakukan

dengan tulus. Dalam hal ini, kesetiaan Bryan sudah terlihat sejak mereka berdua

berpacaran. Bryan sangat menjaga sikapnya pada saat bersama dengan lawan

jenis. Hal ini yang membuat yakin untuk melewati masa depannya dengan Bryan.

Selain itu, selama di terpisah oleh jarak yang jauh, Bryan tidak lupa hari-hari

penting terutama hari ukang tahun. Walaupun beberapa kali sempat lupa, Marsha

mampu memakluminya karena kesibukan Bryan yang padat. Bryan juga

menunjukkan kesetiaan dengan berusaha meluangkan waktu bersama dengan

keluarganya saat berada di Surabaya. Marsha menjelaskan bahwa saat berada di

Surabaya, dia jarang sekali membuka handphone-nya kecuali ada hal yang sangat

mendesak. Bryan fokus untuk berbicara dengan istri dan anaknya. Selain itu,

Bryan berusaha memprioritaskan waktu dengan keluarga. Jika dihadapkan pada

pilihan, Bryan lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluarga

daripada dengan teman-temannya.

Tidak berbeda jauh dengan Joni. Yani menjelaskan bahwa kasih sayang

Joni dan keseriusan dalam rumah tangga terlihat saat Joni berusaha mendahulukan

kepentingan keluarga sejak dulu. Setiap pulang dari pekerjaannya, Joni akan

menelepon Yani dan anak-anak serta menanyakan apa yang sedang mereka

inginkan. Joni akan pulang dan membawa barang-barang yang mereka inginkan

tersebut. Setiap pulang ke rumah, Joni selalu mengajak istri dan anaknya keluar.

Yani mengaku bahwa Joni sangat sayang kepada anak-anaknya. Bahkan jika ada

kemungkinan untuk pergi bersama, Joni akan menunda untuk pergi dengan Yani

dan memilih pergi bersama-sama dengan anak. Hal ini dilakukan Joni karena Joni

jarang bertemu dan berkomunikasi dengan anak-anak.

Selain itu, kepastian juga berbicara mengenai masa depan yang

menguntubngkan. Tingkatan yang digunakan untuk melihat masa depan yang

bermanfaat dengan pasangan, dapat meningkatkan komitmen yang ada dalam

hubungan tersebut. Membicarakan masa depan dapat didapat dari berbagai macam

bentuk. Dapat secara spesifik mengenai masa depan sebuah hubungan itu sendiri,

Page 66: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

109 Universitas Kristen Petra

atau seperti hal-hal yang umum. Bisa dalam bentuk fokus pada rencana jangka

pendek maupun jangka panjang, atau bahkan bisa ditekankan pada seseorang atau

berkaitan dengan kedua pasangan tersebut (Knapp&Vangelisti, 2009, p.295-297).

Marsha dan Bryan yang sedang mengalami kesulitan dalam hal keuangan

melihat bahwa ada masa depan yang bisa diperbaiki jika Bryan bekerja di luar

negri. Setelah melewati waktu satu tahun untuk berpikir, Bryan akhirnya

mengambil peluang ini dan pulang sepuluh tahun kemudian. Begitu pula pada saat

hendak berangkat ke Turki. Bryan melihat bahwa ada jenjang karir yang baik di

Turki. Setelah berpikir pun akhirnya Bryan memutuskan untuk berangkat ke

Turki. Dalam hal ini bisa terlihat bahwa pasangan yang terlibat dalam jenis

hubungan yang mendalam, membutuhkan komitmen yang serius, semakin mampu

pula memprediksi masa depannya. Bahkan memprediksi dan membangun masa

depan bersama bisa menimbulkan kedekatan diantara keduanya.

Sama halnya dengan pasangan Yani dan Joni, sejak mengetahui anak

pertamanya akan lahir, Joni mengajak Yani untuk pindah ke Surabaya. Joni

merasa di Surabaya sudah ada rumah sehingga tidak perlu lagi menumpang pada

keluarga Yani. Hal ini sudah menunjukkan bahwa sejak awal mereka berdua pun

melakukan tahap ini. Pertimbangan demi pertimbangan yang mengganjal di hati

Yani ketika mampu diutarakan dengan baik dan menemukan solusi bersama,

menimbulkan rasa aman bagi Yani. Rasa aman dalam hatinya ini yang

membuatnya mantap dan pasti dalam mempertahankan hubungan serta terus

berusaha melakukan pemeliharaan hubungan secara interpersonal.

Pasangan yang menjalani Commuter Marriage harus mampu memprediksi

kapan mereka akan kembali. Hal ini harus sering dikomunikasikan dengan baik

agar tidak mengganggu keintiman dalam pasangan bahkan kedekatan dengan

orang lain. Peneliti menemukan bahwa orang-orang yang menjalani Commuter

Marriage biasanya lebih tertutup terhadap sekitarnya. Karena itu, penting sekali

dibicarakan secara berkala agar jika ada pertanyaan yang muncul dari pihak luar,

pasangan mampu menjawab dengan baik. Hal ini terlihat sepeleh, tapi jika

menjalani Commuter Marriage dalam waktu yang lama dengan durasi waktu

bertemu yang sangat singkat, lambat laun bisa terjadi persoalan. Seperti halnya

yang dialami oleh Marsha dan Yani.

Page 67: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

110 Universitas Kristen Petra

Sejak awal, Yani mengaku tidak terlalu dekat dengan keluarga Joni.

Biasanya ketika ada kumpul keluarga selalu ditemani Joni. Jika Joni tidak ada di

Surabaya, Yani lebih selektif dalam memilih. Yani biasanya melihat apa tujuan

dari perkumpulan keluarga tersebut apakah menikah, arisan keluarga, atau hanya

sekedar berkumpul. Setlanjutnya Yani melihat siapakah yang mengundang.

Apakah hubungannya dekat atau tidak. Jika yang mengundang dari pihak keluarga

Joni, biasanya yani akan mengkomunikasikan dulu kepada Joni apakah dirinya

perlu datang atau tidak. Jika yang mengundang berasal dari pihak keluarga Yani,

terkadang dia bertanya pendapat Joni tapi tidak jarang Yani mengambil keputusan

sendiri.

Hal yang sama berlaku dalam jaringan sosial dalam berteman. Yani

mengaku jarang sekali ikut dalam acara perkumpulan bersama dengan teman,

reuni atau hanya pergi biasa. Yani memang memiliki teman di Surabaya tetapi

sebagian besar adalah teman Joni pada masa muda atau partner kerja. Yani

mengaku tidak terlalu mengetahui bagaimana seluk beluk pekerjaan Joni dan

orang-orang yang berhubungan dengan pekerjaan suaminya secara mendetail. Hal

ini membuat Yani sangat tidak nyaman jika harus datang atau beramah tamah

dengan orang tersebut jika tidak ada Joni. Yani malu jika ditanya mengenai

pekerjaan Joni walaupun mungkin orang tersebut hanya basa-basi. Selain itu,

sebagian besar teman Yani ada di tarakan tempat dia lahir dan besar.

Yani menjelaskan bahwa keberatannya dalam menghadridi acara seperti

itu bukan karena semata-mata malas atau tidak menghargai. Sebenarnya Yani

malas menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul berkaitan dengan

keberadaan Joni dan keluarganya. Apalagi yani bukan tipe orang yang sangat

ramah dan mudah akrab dengan orang baru. Yani memiliki karakter yang

cenderung cuek dan pendiam jika berada di lingkungan yang baru. Berbeda

dengan Joni yang lebih bisa bersosialisasi dan supel. Beberapa kali Yani harus

menekan rasa malasnya untuk menghadiri acara seperti itu hanya demi mewakili

Joni. Yani menyadari bahwa teman Joni adalah teman yani juga. Jangan sampai

hubungan Joni dengan teman maupun rekan kerja retak hanya karena tidak hadir

dalam acara-acara tertentu (pernikahan anak dari temannya, dll).

Page 68: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

111 Universitas Kristen Petra

Masalah jaringan sosial ini diperburuk ketika terjadi konflik hingga

melibatkan orang ketiga. Beberapa teman-teman gereja Yani mengetahui hal

tersebut karena yang menjadi pihak ketiga dalam rumah tangga mereka adalah

teman satu persekutuan Yani sendiri. Sejak masalah itu yani semakin menutup diri

dan tidak mau datang ke persekutuan. Alasannya sederhana yaitu Yani malas

menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Saat itu Yani dalam keadaan

yang stress dan down. Dia sangat malu dengan keadaan yang menimpa

keluarganya. Yani mengaku akan stress menjelang hari Minggu, ketakutan

berlebihan bahkan menyebabkan penyakit maagnya kambuh. Yani juga sempat

berpikir untuk pindah gereja dan memiliki jaringan pertemanan yang baru. Yani

menjelaskan bahwa kekhawatiran, pemikirannya, asumsi, dan ketakutannya tidak

terbukti. Teman-teman di gereja sangat mendukungnya bahkan mendoakannya

walaupun memang ada beberapa orang yang sempat mempertanyakannya.

Hal yang serupa juga dialami oleh Marsha. Pada masa awal ketika dirinya

ditinggalkan oleh Bryan, banyak sekali orang-orang yang bertanya termasuk

keluarganya. Tidak hanya bertanya, sebagian besar dari mereka memberikan

pernyataan yang negatif. Hal ini sangat menggangu dan mengintimidasi Marsha.

Masrha malas sekali untuk datang ke acara keluarga maupun teman hanya untuk

menghindari hal seperti ini. Beberapa kali ditanya Marsha menjawab dengan

sabar. Dan ketika pertanyaan masuk dalam pernyataan yang negatif, masrha

menanggapi hanya dengan senyuman. Ketika Bryan di Amerika dan memasuki

tahun kelima, Marsha mengaku semakin menutup diri. Beberapa temannya

bertanya dan tidak jarang yang menuding Bryan berselingkuh. Bagi marsha hal

tersusah bukan menjawab pertanyaan tersebut tetapi tetap mempertahankan

respon hati yang benar. Marsha tidak mau pernyataan negatif yang dikeluarkan

oleh teman-temannya mempengaruhi pola pikirnya dan menyiksa Marsa dalam

jeerat kecurigaan. Dengan tersipu Marsha mengaku selalu berdoa agar teman-

temannya tidak bertanya mengenai Bryan kepadanya saat bertemu. Bahkan

marsha sudah memikirkan pertanyaan dan menyediakan jawaban yang mungkin

akan ditanyakan.

Kedua pasangan ini memiliki persamaan yaitu berusaha menghindar dari

segala pertemuan yang beraitan dengan jaringan sosial jika tidak ditemani oleh

Page 69: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

112 Universitas Kristen Petra

pasangan. Kalaupun harus datang ke acara seperti undangan pernikahan atau

ulang tahun, pasangan ini berusaha keras memaksa anaknya untuk datang

menemani, datang dengan waktu yang sangat mepet bahkan terlambat, dan pulang

lebih awal. Semuanya dilakukan untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan

sederhana “Mana suamimu?” yang ketika dijawab akan berlanjut ke pertanyaan-

pertanyaan selanjutnya. Marsha mengyadari bahwa teman-teman dan keluarganya

terkadang terpengaruh bahwa hubungan jarak jauh yang berlangsung dalam durasi

yang lama sebagian besar hancur karena pihak ketiga atau salah satu diantara

pasangan (terutama pria) tidak kuat menahan godaan baik dalam dirinya sendiri

(hasrat seksual) maupun godaan dari luar.

Hal diatas mampu diminimalisir atau bahkan tidak akan terjadi jika kedua

pasangan berusaha mengkomunikasikan dengan pasti kapan mereka akan kembali.

Sehingga begitu pertanyaan ddilontarkan, pasangan yang tinggal mampu

menjawab dengan yakin setiap pertanyaan yang masuk. Hal ini membangkitkan

percaya diri untuk menghadapi baik orang lain disekitarnya maupun pasangannya.

Tidak hanya memprediksi masa depan yang menguntungkan bersama-

sama, pasangan yang menjalani Commuter Marriage harus terus mengidentifikasi

hubungan mereka. Identifikasi hubungan secara berlanjut dapat menumbuhkan

kepastian bagi masing-masing pasangan. Komitmen yang dijalin juga dapat

diukur dari tingkat identifikasi dalam sebuah hubungan. Kemajuan ke arah yang

lebih intim membawa setiap orang dari pandangan fokus pada “saya” menjadi

“kita”. Semakin spontan kata jamak (kita) digunakan, persepsi yang lebih besar

dari kesatuan pasangan, danhubungan sentral adalah bagian dari apa yang terjadi

ketika pasangan romantis menjadi sangat berkomitmen satu sama lain.

Marsha membenarkan hal tersebut. Bagi marsha, pasangan yang sudah

menikah tidak bisa lagi fokus pada dirinya sendiri. Bagi dia, pasangan yang sudah

menikah seakan sudah menjadi satu. Apa yang menjadi kebahagiaan pasangan

akan menjadi kebahagiaannya. Begitu pula sebaliknya. Jika ada masalah yang

sangat rumit dan butuh berdiskusi, pasangan ini selalu berusaha untuk kembali

pada hubungan sentral dimana tidak ada kata saya, saya, dan saya tetapi kita, kita,

dan kita. Dengan mengetahui apa yang menjadi perasaan pasangan, Marsha

Page 70: 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani · 44 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1 Informan 1 : Yani Yani adalah seorang wanita

113 Universitas Kristen Petra

mampu mempertimbangkan segala sesuatunya jadi lebih matang bahkan semakin

mantap dalam mengambil keputusan.

4.4.4. Peran Pasangan Dalam Berbagi Tugas

Salah satu cara untuk melakukan pemeliharaan hubungan adalah

menekankan pada saling berbagi tugas, atau melakukan pembagian satu pekerjaan

dalam hubungan. Contohnya, satu orang menyiapkan makan malam dan yang

lainnya membersihkan dapur, atau yang satu menyuci piring dan lainnya

mengeringkannya (Canary, Cody, Manusov, 2008, p.295-296). Hal ini tampaknya

sederhana dan jarang dibicarakan. Tetapi hal sederhana ini dapat menjadi sangat

berarti jika masing-masing individu mengetahui tugas dan kewajibannya masing-

masing.

Baik dalam rumah tangganya, Marsha dan Yani mengaku tidak pernah

membuat perjanjian secara tertulis mengenai pembagian tugas. Bahkan hampir

dikatakan tidak pernah ada keluhan mengenai hal ini. Prinsip mereka berdua

adalah satu, apa yang bisa mereka lakukan untuk meringankan beban suaminya

akan mereka lakukan. Marsha yang tumbuh besar dengan kebiasaan karakter yang

mandirimengerjakan semua pekerjaan yang ada di Surabaya sedangkan Bryan

mengurus pekerjaannya di Turki. Marsha mengurus semuanya sendiri mulai

pindah rumah, membayar berbagai macam keperluan, dan banyak hal lainnya.

Marsha yakin ketika ia mampu mengerjakan semuanya, Bryan yang ada di tempat

yang jauh tidak terlalu kepikiran.

Yani juga melakukan hal yang sama. Meskipun demikian Yani mengaku

bahwa Joni sangat baik hati mau menggantikan tugasnya saat dia ada di Surabaya.

Terkadang Joni yang mengantar anak-anak sekolah dan mengerjakan beberapa

urusan. Bagi Joni tindakan yang dilakukan ini bukan karena tidak puas dengan

hasil kerja Yani tetapi dia berusaha memanjakan istrinya dan membuat hati Yani

senang.

Hal-hal sederhana seperti ini mampu membuat hubungan jarak jauh yang

tadinya canggung akan menjadi lebih hangat. Tidak ada hal lain yang lebih

menyenangkan jika masing-masing pasangan mampu menunjukkan komitmennya

dalam melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.