4 Komunitas Masyarakat Veteriner Revisi 20091

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IV KOMUNITAS DAN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER Dalam rangka pembahasan materi Pengembangan Masyarakat Veteriner, yang di antaranya menyangkut metode intervensi komunitas atau lebih dikenal dengan pengembangan masyarakat, pada Bab ini, terlebih dahulu akan diuraikan beberapa hal terkait dengan Komunitas Masyarakat Veteriner dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Uraian tentang Sistem Kesehatan Hewan Nasional, Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional, Perlindungan Pangan Asal Hewan, dan Zoonosis juga disertakan sebagai bagian dari penjelasan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Kesehatan masyarakat veteriner (veterinary public health) dan keamanan pangan (food safety) merupakan aspek yang sangat dibutuhkan umat manusia. Setiap upaya yang dilakukan untuk pengembangan masyarakat, selain harus dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat, juga harus dikaitkan dengan potensi masyarakat. Oleh karena itu, untuk tercapainya kesehatan masyarakat veteriner yang optimal, potensi komunitas masyarakat veteriner perlu dikembangkan. Apa itu komuniats dan apa itu masyarakat? Banyak pakar memberi definisi tentang komunitas dan masyarakat. Masyarakat didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang mendiami wilayah tertentu dan masing-masing anggotanya saling berinteraksi. Ada kalanya masing-masing anggota masyarakat tidak saling mengenal, akan tetapi mereka bisa menduduki status dan peranan sosial tertentu yang sudah disediakan. Menurut para ahli sosial kemasyarakatan, beberapa elemen dalam sistem masyarakat saling berinteraksi satu dengan yang lain secara tetap. Interaksi ini terjadi karena masing-masing elemen memiliki kebutuhan, dan biasanya kebutuhan dari satu elemen dapat dipenuhi oleh elemen lainnya. Interaksi yang terjadi terus menerus ini, akan membangun sebuah pola hubungan sosial. Hubungan sosial inilah yang akan berjalan secara simultan dan saling membutuhkan sebagai suatu sistem. Secara umum dapat digambarkan bahwa di dalam masyarakat terdapat beberapa komunitas. Komunitas adalah sekelompok manusia yang mendiami wilayah tertentu yang anggotanya senantiasa berinteraksi satu sama lain. Mereka memiliki pembagian 1

peran dan status yang jelas, mempunyai kemampuan untuk memberikan pengaturan terhadap anggotanya. Biasanya suatu komunitas dikuatkan oleh hubungan kerabat, hubungan kerja, atau hubungan profesi. Komunitas Masyarakat Veteriner Apa yang kemudian dimaksud dengan komunitas masyarakat veteriner? Seperti telah disinggung di depan, istilah komunitas yang sering ditemukan dalam percakapan sehari-hari, memiliki makna yang beragam. Ada yang mengartikan sebagai kelompok manusia yang dipersatukan dalam minat atau kepentingan yang sama, walaupun mereka bisa saja tinggal di berbagai lokasi berbeda dengan jarak berjauhan. komunitas ilmuwan, komunitas profesi, dll. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah bisa hidup seorang diri. Padanya ada kebutuhan sosial, antara lain mencakup kebutuhan untuk hidup bersama, kebutuhan untuk membentuk komunitas dan kelompok sosial, kebutuhan akan keteraturan atau ketertiban bermasyarakat, dan kebutuhan lainnya. Di manapun dan kapanpun, manusia senantiasa memerlukan kerjasama dengan orang lain. Manusia membentuk pengelompokan sosial (social grouping) di antara sesama yang disebut komunitas. Pembentukan komunitas ini disadari atau tidak, adalah dalam upayanya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan kehidupannya. Komunitas juga bisa diartikan sebagai suatu kelompok yang memiliki kesamaan karakteristik dan kesamaan keyakinan yang tinggal ditengah-tengah penduduk dengan karakteristik dan keyakinan yang berbeda. komunitas Hindu, Islam, Buda, Katolik, dll. kepentingan yang sama. Contohnya komuniats religius, seperti Komunitas juga bermakna sebagai Contohnya

kumpulan individu yang mendiami lokasi tertentu dan biasanya terkait dengan Makna komunitas yang disebut terakhir inilah yang Pengertian yang hampir sama dimaksudkan dalam komunitas masyarakat veteriner.

diuraikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, terbitan Balai Pustaka (2001) yang menyatakan bahwa komunitas adalah kelompok organisme (orang dan lain sebagainya) yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu.

2

Masyarakat veteriner adalah komunitas yang di antaranya memiliki kepentingan pada kesehatan masyarakat veteriner, yaitu segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan bahan-bahan yang berasal dari hewan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan masyarakat dan ketentraman batin masyarakat. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan ketentraman batin masyarakat adalah suasana tentram dan kepastian dalam diri masyarakat bahwa hewan dan produk hewan yang berada di dalam lingkungannya telah terjamin, sehingga aman dan layak serta sesuai dengan keyakinan dan kaidah yang berlaku. Komunitas atau kelompok orang yang memiliki keterkaitan dalam kepentingan dengan kesehatan masyarakat veteriner antara lain: kelompok petani peternak, pekerja di instansi pemerintah atau swasta yang bergerak dalam dunia peternakan, kesehatan hewan serta produk-produk peternakan dan hasil olahannya, kelompok ahli dan praktisi yang terkait dengan dunia peternakan dan kesehatan hewan. Komunitas yang memiliki kepentingan atau kebutuhan sosial yang sama tersebut, yaitu mereka yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan hewan untuk kepentingan kesehatan dan kesejahtraan manusia, dalam pembahasan selanjutnya dimaksudkan sebagai komunitas masyarakat veteriner. Komunitas masyarakat veteriner ini nanti dikelompokkan ke dalam lima strata, yaitu 1) masyarakat pemegang kebijakan, 2) masyarakat pendidikan, 3) masyarakat media (pers), 4) masyarakat pelaku usaha/bisnis, dan 5) masyarakat umum. Partisipasi komunitas masyarakat veteriner merupakan salah satu penentu keberhasilan rencana dan program pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan tangguh melalui kesehatan masyarakat veteriner. Oleh karena itu, pengembangan masyarakat veteriner sudah seharusnya terus diupayakan agar tujuan kesehatan masyarakat pada umumnya dan kesehatan masyarakat veteriner khususnya dapat tercapai. Kesehatan masayarakat veteriner berperan penting dalam mencegah penularan penyakit hewan kepada manusia (zoonosis), dan juga turut memelihara dan mengamankan produksi bahan makanan asal hewan dari pencemaran dan kerusakan akibat penanganan yang kurang higienis. Berikut akan diutarakan pengertian dan beberapa hal tentang kesehatan masyarakat veteriner.

3

Kesehatan Masyarakat Veteriner Membicarakan kesehatan masyarakat veteriner pada dasarnya adalah

membicarakan tentang kesahatan masyarakat itu sendiri. Banyak pakar kesehatan telah membuat batasan tentang kesehatan masyarakat, mulai dari yang amat sempit hingga yang luas. Batasan yang paling sederhana, menyatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi berbagai masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dalam hal ini, kesehatan masyarakat diartikan amat sempit, yaitu sama dengan pengertian sanitasi. Dalam pengertian ini, berbagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan merupakan kegiatan utama dari kesehatan masyarakat. Dilaporkan, pada akhir abad ke 18 dengan ditemukannya berbagai bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat diperluas meliputi pencegahan penyakit melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan melalui imunisasi pada masyarakat. Selanjutnya, pada awal abad ke 19, diketahui kesehatan masyarakat sudah mulai berkembang baik. Kesehatan masyarakat kemudian diartikan sebagai upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran. Ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang menyerang masyarakat. Oleh karena masyarakat sebagai obyek penerapan ilmu kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat kompleks, akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat. Dari pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah berjalan pada awal abad 20, para pakar kesehatan masyarakat kemudian membuat batasan yang hingga saat ini masih relevan. Batasan tersebut menyebutkan bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui berbagai upaya pengorganisasian masyarakat. Kesemuanya itu dimaksudkan untuk: 4

perbaikan sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit menular, pendidikan untuk kebersihan individu, pengorganisasian berbagai pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini, serta pengobatan, dan pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memilihara kesehatannya. Lewat batasan yang dikemukakan terakhir ini, kesehatan masyarakat diberi makna

yang amat luas dan kompleks.

Dalam batasan tersebut tersirat bahwa kesehatan

masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dengan praktek (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Ketiga tujuan tersebut saling berkaitan dan mempunyai pengertian yang luas. Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut, diusulkan cara atau pendekatan yang Pengorganisasian masyarakat umumnya dilakukan dalam bentuk penghimpunan dan pengembangan potensi serta sumber daya masyarakat. Dalam hal ini, upaya tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan, membina dan mengembangkan partisipasi masyarakat di bidang pembangunan kesehatan. Dengan kata lain, pengembangan dianggap paling efektif yaitu melalui berbagai upaya pengorganisasian masyarakat.

kesehatan masyarakat meliputi aktivitas yang berkaitan dengan menjaga dan meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memperpanjang hidup melalui berbagai upaya pengorganisasian masyarakat. Lebih lanjut tentang organisasi dan kesehatan masyarakat akan dibahas pada Bab lain dalam buku ini. Seperti telah disinggung di depan, kesehatan masyarakat veteriner berperan penting dalam ikut mencegah penularan zoonosis dan pengamanan produksi bahan makanan asal hewan dan bahan asal hewan lainnya, untuk kepentingan kesehatan masyarakat. Zoonosis adalah penyakit yang dapat berjangkit dari hewan kepada manusia atau sebaliknya. Lalu apa sesungguhnya yang dimaksud dengan kesehatan masyarakat veteriner, atau dalam veterinary public health? Pengertian kesehatan masyarakat veteriner sebagaimana disebut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1983, adalah segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan bahan-bahan yang berasal dari hewan yang secara langsung atau tidak 5

langsung mempengaruhi kesehatan manusia. Sementara, menurut definisi World Health Organization/WHO (1946), kesehatan masyarakat veteriner adalah suatu bidang penerapan kemampuan profesional, pengetahuan dan sumber daya kedokteran hewan dalam bidang kesehatan masyarakat untuk melindungi dan memperbaiki kesehatan manusia. Dalam Future Trends in Veterinary Public Health, yang dicetuskan di Teramo, Italia pada tahun 1999, WHO kembali mendefinisikan kesehatan masyarakat veteriner sebagai The contributions to the physical, mental and social well being of humans through an understanding and application of veterinary science. Definisi ini sekaligus menggantikan definisi yang dibuat WHO sebelumnya. Diyakini bahwa definisi yang baru, lebih konsisten dengan definisi sehat WHO dan juga lebih sejalan dengan nilai, tujuan dan target dari Visi WHO: Health for all in the 21st century. Selanjutnya disebutkan bahwa aspek kesehatan masyarakat veteriner meliputi diagnosis, surveilans, epidemiologi, kontrol, pencegahan, eleminasi penyakit zoonosis, perlindungan pangan asal hewan, aspek manajemen kesehatan, fasilitas laboratorium diagnostik, penelitian biomedik, pendidikan dan penyuluhan kesehatan, dan pengawasan produk biologis. Dengan definisi dan aspek-aspek tersebut, ruang lingkup kesehatan masyarakat veteriner amat beragam dan mencakup berbagai disiplin ilmu (multidisiplin). Ruang lingkup tersebut tidak hanya meliputi para dokter hewan saja, melainkan juga tenaga ahli kesehatan, para ilmuan dan juga para-profesional lain yang bekerja di bidang pengobatan, pencegahan dan pengendalian penyakit yang berasal dari hewan. Dengan demikian, fungsi kesehatan masyarakat veteriner antara lain untuk melindungi konsumen dari bahaya yang dapat mengganggu kesehatan akibat menggunakan bahan makanan asal hewan, untuk melindungi dan menjamin ketentraman batin masyarakat dari kemungkinan penularan zoonosis, serta melindungi petani peternak dari kerugian sebagai akibat penurunan nilai dan kualitas bahan makanan asal hewan yang diproduksi. Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami betapa pentingnya kesehatan masyarakat veteriner dan betapa erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat. Untuk mengoptimalkan pengembangan kesehatan masyrakat veteriner ke depan, ada dua sistem yang perlu dicermati yaitu: sistem kesehatan hewan, dan sistem informasi kesehatan hewan. 6

Sistem Kesehatan Hewan dan Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Orientasi kesehatan hewan saat ini dikembangkan lewat animal health approach yaitu suatu pendekatan kesehatan hewan yang utuh. Lewat pendekatan ini, wawasan kesehatan hewan menjadi lebih luas. Kesehatan hewan merupakan bagian dari kesehatan masyarakat dan lingkungan (public health and environment), bagian dari penyediaan pangan asal hewani (food animals) dan merupakan bagian dari pengembangan pertanian (agricultural development). Untuk maksud tersebut, pemerintah telah mengembangkan Sistem Kesehatan Hewan Nasional sebagai suatu sistem yang terdiri atas empat subsistem. Keempat subsistem tersebut adalah subsistem: pelayanaan kesehatan hewan terpadu, pengamanaan lingkungan budidaya ternak, perlindungan sumberdaya alam, dan pengamanan hasil produksi peternakan. Sasaran yang ingin dicapai dengan pengembangan Sistem Kesehatan Hewan Nasional adalah untuk tercapainya kondisi ideal pembangunan peternakan di Indonesia yaitu ternak sehat yang menghasilkan produk ternak yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) untuk dikonsumsi. Dengan kondisi yang disebutkan di atas, maka jumlah dan mutu hasil ternak dapat ditingkatkan. Hanya pada ternak yang sehat yang dibudidayakan di lingkungan yang sehat dan bebas penyakit menular, para petani peternak akan dapat memperoleh hasil optimal. Agar penyusunan kebijakan dan/atau pengambilan keputusan dapat diilakukan secara cepat dan tepat, diperlukan perangkat pendukung berupa Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional. Tersedianya sistem informasi ini bertujuan untuk menghindarkan kerugian ekonomi yang lebih besar akibat penyakit dan/atau gangguan kesehatan hewan lainnya maupun ditolaknya produk ternak akibat pencemaran. Sasaran yang ingin dicapai adalah tersedianya informasi yang cepat dan tepat. Tersedianya data dasar yang cepat dan tepat sangat diperlukan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam menentukan skala prioritas maupun strategi di bidang kesehatan hewan. Di era global ini, kebutuhan akan informasi 7

tersebut terus meningkat seiring dengan perubahan-perubahan pesat yang terjadi. Dengan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional diharapkan mampu memenuhi kebutuhan informasi yang sekaligus dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan suatu negara dalam menangani masalah kesehatan hewan. Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional juga diperlukan sebagai sumber informasi yang dapat digunakan untuk menunjang perdagangan antar negara. Dalam hal ini yang berkenaan dengan persyaratan-persyaratan kesehatan hewan untuk maksud impor dan ekspor ternak beserta produk ikutannya. Dengan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional diharapkan mampu meningkatkan penanganan data dan informasi sesuai dengan prinsip-prinsip tepat waktu, tepat guna, tepat sasaran dan dapat dipercaya. Pengembangan suatu sistem informasi tidak terlepas dari masalah lamanya waktu yang diperlukan, banyaknya langkah-langkah kegiatan yang harus ditempuh, serta tingginya jumlah tenaga pelaksana yang terlibat mulai dari perencanaan, perancangan program sampai kepada realisasi operasional sistem. Berhasilnya suatu sistem informasi tergantung pada tahapan penentuan kegiatan dan penyesuaian prosedur dengan situasi dan kondisi yang ada. Aspek yang menentukan dalam sistem informasi seperti sistem pelaporan dan sistem komunikasi yang efisien dan efektif akan sangat mendukung kelancaran arus dan ketepatan informasi yang diinginkan. Untuk itu pemanfaatan peralatan ICT (information and communication technology) yang canggih seperti penyediaan akses ke internet sangat diperlukan, terutama dalam mendukung bukan hanya antar pengolah data dengan pengguna informasi, antar pusat dan daerah, akan tetapi juga dengan negara-negara luar serta organisasi internasional. Dengan demikian, di era global ini pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional menjadi isu penting agar sistem kesehatan hewan nasional dapat berjalan dengan baik. Perlindungan Pangan Asal Hewan Pangan merupakan kebutuhan dasar hidup umat manusia. Dengan semakin

bertambahnya jumlah penduduk dunia, kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat. 8

Sadar akan kondisi ini, para ilmuwan, pemerhati, petani, peternak, industri dan para pekerja lainnya, mengupayakan ketersediaan pangan lewat berbagai cara. Dalam perkembangannya, penggunaan pestisida dan bahan kimia lain untuk mencegah dan memberantas hama penyakit, baik pada tanaman maupun pada hewan tidak terelakkan. Bahkan, penggunaan pestisida dan bahan kimia tersebut dilakukan oleh industri pengolahan hasil tanaman dan hasil hewan, baik sebagai campuran untuk pengawet, atau bahan pencuci hama (desinfektan). Sementara, diketahui bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan dan penggunaan bahan kimia yang sangat kuat dan berspektrum luas dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia. Penggunaan pestisida dan bahan kimia yang berlebihan tersebut juga dapat mengganggu dan merusak kehidupan flora dan fauna serta mencemari lingkungan hidup. Oleh karena bahan pangan asal hewan merupakan bahan yang mudah rusak, diperlukan pengawasan terhadap terjadinya pencemaran atau kontaminasi berlebihan akibat penggunaan pestisida dan bahan kimia tersebut. Di samping itu, upaya mewaspadai ancaman agen penyakit dan hal lain yang dapat mengganggu kesehatan pangan hewan yang berdampak terhadap kesehatan manusia sangat diperlukan. Telah dikatakan bahwa kesehatan masyarakat veteriner dan keamanan pangan merupakan aspek yang sangat dibutuhkan manusia. Bahan pangan asal hewan harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu aman (safety), sehat (healthy), utuh (wholesomeness), dan halal (khusus untuk bahan pangan asal hewan yang disyaratkan syariat islam). Untuk memenuhi persyaratan tersebut, bahan pangan harus ditangani sesuai kaidah-kaidah kesehatan masyarakat veteriner sejak berupa bahan baku hingga siap dikonsumsi. Pembahasan kaidah kesehatan masyarakat veteriner meliputi penanganan dan perlakuan terhadap pangan asal hewan sejak praproduksi, masa produksi, sampai pascaproduksi. Oleh karena itu dikenal istilah rantai pangan (food chain) dan istilah from farm to table. Menjelaskan tentang bahan pangan asal hewan, tidak bisa lepas dari pembahasan penanganan dan perlakuan saat produksi. Hewan ternak dapat memperoduksi daging, susu, telur, serta bahan asal hewan lainnya yang dapat diproses menjadi berbagai jenis produk olahan. Sebagai contoh, daging dapat diolah menjadi daging beku (frozen meat), 9

sosis, dendeng, dan daging kalengan.

Susu dapat diolah menjadi susu ultra high

temperature (UHT), susu bubuk (skim milk powder), susu kental kaleng, bahkan diolah lebih lanjut menjadi keju (cheese), youghurt, krim, dan produk susu lainnya. Telur dapat diolah menjadi telur asin ataupun tepung telur sebagai bahan baku dalam industri penganan (kue-kue). Selain sebagai bahan pangan, terdapat komoditas asal hewan yang digunakan sebagai bahan baku industri, misalnya kulit hewan yang dibutuhkan untuk memproduksi sepatu, tas, jaket, dompet, ikat pinggang, dan produk kulit lainnya. Tulang dan darah hewan dapat diolah menjadi tepung tulang dan tepung darah, bahkan sering dicampur menjadi tepung daging dan tepung tulang yang disebut meat and bone meal untuk industri pakan ternak. Dari uraian di atas, diketahui bahan asal hewan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia cukup banyak. Oleh karena itu, kesehatan dan keamanan hewan harus tetap dijaga, terutama dari faktor-faktor yang mengganggunya, sehingga hewan dapat berproduksi secara optimal. Dengan kata lain, aspek kesehatan masyarakat veteriner dan aspek kemanan pangan asal hewan perlu mendapat perhatian serius. Pangan asal hewan harus terhindar dari kontaminasi agen penyebab penyakit dan terhindar dari kandungan residu seperti antibiotika, hormon, logam berat, pestisida dan cemaran mikroba. Residu adalah bahan baku obat atau zat kimia dan hasil metabolit yang tertimbun serta tersimpan di dalam sel, jaringan, atau organ hewan. Kandungan zat yang tidak diinginkan ini dapat tertinggal dalam makanan atau di lingkungan sekitar. Residu dapat dibagi ke dalam tiga kelompok berikut. Residu alamiah: secara alamiah residu terdapat di lingkungan sekitar dan umumnya terdiri atas mineral dan mikrobilogi. Sebagian besar residu mineral berupa logam berat (timah, air raksa, kadmium). Kelompok residu alamiah dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu (1) logam berat yang secara alamiah terdapat di dalam tanah dengan konsentrasi lebih tinggi dari normal, serta diabsorbsi oleh tanaman dan masuk ke dalam mata rantai makanan; dan (2) logam yang mengkontaminasi tanah dan hewan yang lebih dari batas alamiah, akibat perbuatan manusia seperti tanah disekitar

10

daerah pertambangan, limbah industri sekunder, serta pencemaran tanah akibat penggunaan pupuk fosfat yang berlebihan. Residu yang disebabkan oleh manusia: residu ini tidak terdapat secara alamiah sebelum ada campur tangan manusia. Kandungan sintetis ini dapat menimbulkan residu pada hewan dan manusia. Contoh: (1) senyawa dari hasil teknologi pertanian dan industri (dieldrin, dioksin aldrin, DDT); (2) obat-obatan dan perangsang pertumbuhan (antibiotika, antimikroba, ektoparasit, antelmentik, hormon anabolik, steroid); dan (3) radio isotop sintetis. Residu sekunder: residu ini meliputi semua zat yang dihasilkan dalam jumlah berlebihan selama masa perlakuan dan pemrosesan lebih lanjut terhadap makanan dan selama masa pengawetan makanan. Kelompok ini termasuk nitrosanida yang dihasilkan akibat pencampuran nitrit dengan amina primer dalam daging selama masa pengasapan dan benzopyrenes yang timbul akibat prosedur rumah asap. Produk pangan asal hewan yang diproduksi harus merujuk pada pedoman, standar, dan rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh organisasi internasional. Begitu pula lalu-lintas pemasukan (import), pengiriman (export), dan transportasinya harus mendapat pengawasan, sehingga saat tiba di tempat tujuan tetap terjaga kualitasnya. Kondisi praproduksi, masa produksi, dan pascaproduksi, termasuk transportasi ke tempat tujuan hingga ke masyarakat konsumen menjadi kondisi yang rawan kontaminasi dan pencemaran. Di sanalah terdapat titik-titik kritis yang perlu mendapat pengawasan yang dikenal dengan istilah hazard analytic critical control point (HACCP). Aspek keamanan pangan (food safety) berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat konsumen karena adanya kemungkinan pencemaran atau kontaminasi mikroba selama dalam masa transportasi. Selain menangani berbagai cemaran mikroba, residu obat hewan, logam berat, hormon, dan pestisida, aspek kesehatan masyarakat veteriner juga menangani berbagai penyakit menular, zoonosis, food borne disease, food intoxication. Karena itu, aspek kesehatan masyarakat veteriner dan keamanan pangan tidak dapat dipisahkan. Pengertian umum dari keamanan pangan (food safety) yaitu hal yang kompleks sekaligus merupakan dampak dari hasil interaksi antara toksisitas mikrobiologi, kimiawi, status gizi, dan ketentraman batin. Keempat hal tersebut saling berkaitan dan saling 11

mempengaruhi, sehingga aspek keamanan pangan muncul sebagai suatu masalah yang dinamis seiring dengan berkembangnya peradaban manusia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004, yang dimaksud dengan keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Dengan pengertian ini, persyaratan kemanan pangan berupa standar dan ketentuan lainnya sangat diperlukan. Aspek keamanan pangan merupakan tuntutan dari masyarakat yang semakin maju dan modern. Ini yang menyebabkan langkah dan kegiatan yang ditempuh dalam rangka menerapkan keamanan pangan mengacu pada pedoman, standar, atau rekomendasi yang dikeluarkan oleh organisasi atau badan internasioanal, misalnya Codex Alimentarius Commission (CAC). Sementara, standar yang ditetapkan secara nasional berdasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI). Zoonosis Seperti telah dijelaskan sebelumnya, zoonosis merupakan penyakit hewan yang dapat menular ke manusia, menimbulkan gangguan kesehatan, bahkan menyebabkan kematian. Sekurang-kurangnya sejak abad 23 SM, pada zaman Babilonia, orang telah mulai menyadari adanya penyakit zoonosis ini. Sejak saat itu mulai disadari pula bahwa pengendalian penyakit ini dapat berhasil, bila dalam pelaksanaannya diarahkan pada rantai penularan yang bukan saja pada lingkungan hewan dan habitatnya, tetapi juga pada manusia, baik sebagai sasaran akhir maupun sasaran lanjutan. Jenis penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia ini, untuk pertama kali diberi istilah zoonosis oleh Virchow. Asal penyakit bisa dari hewan ke manusia dan bisa pula dari manusia ke hewan. Penyakit yang menular dari hewan ke manusia dikelompokkan sebagai penyakit anthropozoonosis dan sebaliknya dari manusia ke hewan disebut zooanthroponosis. Karena pembatasan kedua istilah tersebut sering tidak dapat dilakukan dengan tegas, istilah zoonosis tetap digunakan, baik untuk penyakit yang menular dari hewan ke manusia, atau sebaliknya yang menular dari manusia ke hewan.

12

Agen penyakit yang menyebabkan penyakit zoonosis dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, bakteria, rickkettsia, clamedia, protozoa, dan sebagainya. Penyakit zoonosis dapat pula disebabkan oleh organisme yang lebih tinggi lagi tingkatannya, misalnya parasit cacing, beberapa jenis jamur dan oleh beberapa ektoparasit. Beberapa contoh penyakit zoonosis yang penting dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pada dasarnya penyakit zoonosis yang disebabkan oleh jasad renik di luar kelompok parasit seperti virus, bakteria, rickettsia dan lain-lain, baik yang berada dalam hewan maupun manusia adalah merupakan agen penyakit yang sama dan sama-sama pula patogenisitas dan virulensinya. Sedangkan pada penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit baik endoparasit seperti protozoa, cacing, maupun ektoparasit seperti bangsa tungau, kutu dan lainnya, bentuk penularannya pada hewan dan manusia merupakan suatu kesatuan proses siklus hidup. Dengan demikian, keadaan parasit di alam bebas, kemudian dalam tubuh hewan dan selanjutnya dalam tubuh manusia, adalah merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan. Proses penularan penyakit zoonosis parasit dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya, merupakan peristiwa yang lebih rumit dibandingkan dengan proses penularan yang disebabkan mikroorganisme lainnya. Oleh karena itu, dalam usaha pengendalian penyakit zoonosis parasit, pengetahuan mengenai habitat untuk masing-masing fase infeksi dan perkembangannya perlu diketahui dengan baik. dikuasai pula. Selain itu, terkait dengan inang yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup agen penyakitnya, zoonosis dapat dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu: direct zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit hanya memerlukan satu vertebrata sebagai inang antara (intermediate host). Penularan agen penyakit terjadi secara langsung, yaitu agen penyakit menginfeksi hewan, kemudian pindah ke manusia. Contoh: penyakit rabies, brucellosis, trichinosis. cyclo zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit memerlukan dua atau lebih inang vertebarata. Contoh: penyakit taeniasis dan penyakit hidatid. Selain itu, untuk mengoptimalkan pengendalian, tentunya pengetahuan mengenai parasitnya sendiri harus

13

meta zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit memerlukan inang vertebrata dan invertebrata. Contoh: penyakit fasioliosis. sapro zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit memerlukan satu inang antara dari bahan organik atau bahan hidup yang tidak berjiwa sebagai reservoir. Contoh: penyakit cutaneus larva migran. Selanjutnya beberapa istilah berikut perlu diketahui, sehubungan dengan kejadian,

penularan, dan timbulnya penyakit yang diakibatkan karena sifat atau karakteristik dari agen penyakit yang berbeda satu dengan yang lainnya. Penyakit: suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu agen penyakit yang menyebabkan gangguan fisiologik dari suatu inang. Infeksi: masuknya agen penyakit berupa mikroorganisme atau organisme lain ke dalam inang. Infeksious: sifat atau kemampuan dari agen penyakit untuk berpindah dari satu inang ke inang yang lain. Infektivitas: derajat kemampuan dari suatu agen penyakit untuk menyebabkan infeksi atau untuk hidup dan berkembang dalam tubuh inang. Virulensi: derajat keparahan penyakit yang disebabkan oleh agen penyakit yang mempunyai kekuatan infeksi yang diukur dengan laju fatalitas. Patogenisitas: derajat kemampuan suatu agen penyakit untuk menimbulkan penyakit. Toxisitas:derajat kemampuan suatu agen penyakit untuk mengeluarkan zat racun atau toxin. Antigenesitas: derajat kemampuan tubuh inang untuk meproduksi antoibodi atau kekebalan terhadap infeksi suatu agen penyakit. Invasifness: derajat kemampuan agen penyakit untuk memasuki tubuh inang. Latensi: kemampuan suatu agen penyakit untuk bersembunyai pada inangnya sehingga susah terdeteksi. Periode inkubasi: waktu yang diperlukan mulai dari masuknya agen penyakit ke dalam tubuh inang sampai terlihatnya awal gejala. Periode prepaten: waktu yang diperlukan mulai masuknya agen penyakit ke dalam tubuh inang sampai dapat dideteksi sebelum gejala terlihat. 14

Tabel 4.1. Beberapa Penyakit Zoonosis Penting pada HewanPenyakit Anthrax Bartonellosis Brucellosis Penyebab Bakteria Bakteria Bakteria Agen Penyakit Bacillus anthracis Bartonella henselae Brucella abortus Brucella suis Brucella canis Brucella ovis Brucella melitensis Erysipelothrix rhusiopathiae Leptospira interrogans Listeria monocytogenes Burkholderia pseudomallei Chlamydia psittaci Coxiela burnetti Salmonella sp. Hewan Rentan / Sumber Penular sapi, kerbau, kambing, domba, kuda, babi kucing sapi babi anjing domba kambing, domba babi, ikan, unggas urin (sapi, babi, anjing, tikus) bahan asal hewan seperti susu dan hasil olahan seperti keju (sapi, domba) tanah berair dan tercemar tinja rodensia pembawa agen penyakit bangsa burung terutama dalam Fam Psittacidae sapi, domba, kambing, susu segar, caplak Babi, ayam, sapi, kerbau, kambing, domba, burung, hewan liar, hewan kesayanagn daging dan ekskreta babi tertular Cara Penularan ke Manusia kontak dengan hewan atau hasil hewan lewat cakaran, gigitan, jilatan kontak langsung dengan plasenta, fetus, cairan/ organ reproduksi kontak langsung kontak langsung atau tidak langsung dengan sumber penular per-os lewat makanan, minuman atau kontak per-oral lewat makanan, lewat kulit, saluran pernafasan kontak langsung dengan burung tertular lewat inhalasi percikan (droplet) per-os melalui bahan-bahan tertular oleh tinja penderita secara kontak langsung dan tidak sengaja peros kontak langsung dengan hewan, tanah dan barang

Erysipelas Leptospirosis

Bakteria Bakteria

Listeriosis

Bakteria

Melioidosis

Bakteria

Psittacosis Demam Q Salmonellosis

Bakteria Rickettsia Bakteria

Streptococcosis

Bakteria

Ringworm

Jamur

Streptococcus equi subspecies zooepidemicus, Streptococcus suis tipe 2 Microspora sp., Trichophyton sp.

Anjing, kucing, tanah yang tercemar

15

tercemar Ebola Virus Virus Ebola, Fam: Filoviridae Virus Influenza Tipe A, 16ubtype H5N1 Virus RNA, Fam: Flaviviridae, Genus: Flavivirus Virus Golongan Paramyxovirus diduga kuat virus tersebar di alam bebas pada satwa liar unggas (ayam, burung, itik) babi dan beberapa bangsa burung kontak langsung dengan ekskrekta satwa primata kontak langsung dengan penderita lewat artropoda / nyamuk Culex tritaeniorhyncus, dan jenis arthropoda lain kontak langsung dengan daging babi atau ekskreta babi tertular kontak langsung dengan jaringan hewan tertular lewat gigitan hewan penderita per-os, manusia menelan larva per-os lewat makanan atau minuman tercemar kontak kulit dengan larva III yang ada di tanah kontak langsung karena kedekatan per-os dengan mengkonsumsi daging yang mengandung kista per-os lewat tinja kucing atau daging yang menagandung kista per-os

Flu Burung/ Avian Influenza Japanese Encephalitis

Virus Virus

Penyakit Nipah

Virus

babi, kelelawar diduga bertindak sebagai reservoir domba, kambing anjing, kucing, kera babi feses dan potongan usus babi tanah yang tercemar lava nematode dari anjing, kucing hewan kesayangan (anjing, kucing) sapi babi

Orf Rabies Ascariasis Balantidiosis

Virus Virus Parasit Cacing Parasit Protozoa Parasit Cacing Parasit Tungau Parasit Cacing

Virus Fam. Poxviridae, Genus Parapoxvirus Virus Fam. Rhabdoviridae Ascaris suum Balantidium coli

Cutaneus larva migrans Scabies Taeniasis

Larva nematoda (Ancylostoma caninum, A. brazilienze) Sarcoptes sp. Taenia saginata Taenia solium

Toxoplasmosis

Parasit Protozoa

Toxoplasma gondii

oocyt yang telah mengalami sporulasi dalam tinja kucing Jaringan sapi yang mengandung prion, terutama otak dan sumsum tulang

Sapi Gila

Prion

Suatu molekul protein tanpa asam inti

16

belakang

17