Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
15 Universitas Kristen Petra
4. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
4.1 Sekilas Pandang Perusahaan
Schneider Electric merupakan sebuah perusahaan manufaktur untuk
produk elektrik. Schneider Electric memiliki penjualan sebesar €24.000.000 pada
tahun 2012 dan memiliki lebih dari 140.000 karyawan di lebih dari 100 negara.
Schneider Electric memiliki pangsa pasar yang luas, terdiri dari 29% gedung-
gedung non-perumahan, 25% infrastruktur, 22% industri dan mesin, 15% data
centres dan 9% perumahan dan tempat tinggal. Pangsa pasar ini tersebar ke
seluruh dunia, 30% dari Eropa Barat, 27% dari Asia Pasifik, 25% dari Amerika
Utara dan sisanya merupakan wilayah lain di dunia.
Schneider awalnya merupakan perusahaan baja yang didirikan pada
tahun 1836 di Le Creusot, Prancis. Mulai tahun 1975 hingga tahun 1991, Merlin
Gerin, Telemecanique dan Square D bergabung dengan Groupe Schneider. Pada
tahun 1996 munculah Modicon, sebagai brand pertama dari Schneider. Akhirnya
pada tahun 1999, Groupe Schneider berubah menjadi Schneider Electric, yang
berfokus pada power and control. Tahun 2000 hingga tahun 2011 Schneider telah
mengakuisisi 8 perusahaan yang bergerak di bidang energi, automation, dan lain-
lain. Pada awal tahun 2000 inilah Schneider Electric berfokus pada manajemen
energi dan menjadi spesialis global di bidang manajemen energi. Hal ini berarti
Schneider Electric berkomitmen untuk mengolah energi terhadap produk yang
dihasilkan sehingga konsumen merasa ada penghematan energi yang mereka
ketahui atau rasakan. Schneider Electric memikirkan solusi terintegrasi dengan
cara membantu orang untuk dapat benar-benar memanfaatkan secara optimal
energi yang mereka miliki.
Tujuan Schneider adalah menjadi perusahaan yang efisien dalam hal
energi, ramah lingkungan, terbuka dan terintegrasi serta selalu ada selama 24 jam
setiap hari. Demi mencapai tujuan tersebut, maka saat ini Schneider telah
memiliki lebih dari 50 partner dari perusahaan pemerintah dan swasta, memimpin
proyek global mengenai nanoteknologi, bangunan pintar dan sebagainya,
16 Universitas Kristen Petra
meningkatkan standarisasi, dan mulai membangun keuangan. Schneider percaya
bahwa hasil yang paling memuaskan adalah kepuasan dari para stakeholder.
Schneider Electric Manufacturing Batam (SEMB) didirikan pada tahun
1991. Hingga saat ini SEMB terdiri dari tiga plant yang berlokasi di Batamindo
Industrial Park, Batam. Product Electromechanic (PEM) diresmikan pada bulan
Juni tahun 2007. Product Electronic (PEL) diresmikan pada bulan Juli di tahun
yang sama, sedangkan Sensor diresmikan pada bulan Juni tahun 2011. Gedung
PEL dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Schneider Electric Manufacturing Batam Plant Electronic (Sumber:
Schneider Electric, 2012)
Struktur organisasi dari PT SEMB PEL dapat dilihat pada Gambar 4.2.
PT SEMB PEL dikepalai oleh seorang Plant Manager yang memiliki seorang
Plant Assistant. Pada PT SEMB PEL terdapat beberapa fungsi, yaitu support
function, manufacturing, project dan business partner. Support Function terdiri
dari Supply Chain, S&E & BCP, Industrial Project, Quality & Technical, Method
& Manufacture Engineering, dan SPS & Six Sigma Deployment. Manufacturing
merupakan bagian produksi, sementara project terdiri dari Electronic Competent
Centre dan Platform Project. Business Partner terdiri dari HR BP dan Plant
Controller. Semua departemen dikepalai oleh seorang Manager. Tugas Akhir ini
akan berfokus pada Departemen Supply Chain pada bagian upstream.
17 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT SEMB PEL (Sumber: Schneider Electric,
2014)
Produk yang dihasilkan PEM berupa power and control protection,
sementara Sensor berfokus pada produk-produk sensor. PEL sendiri berfokus
pada produksi printed circuit board assembly (PCBA), motion and drive,
programable logic control (PLC), safety module, timer dan measurement relay.
Beberapa contoh produk dari SEMB PEL dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Contoh Produk dari PT SEMB PEL (Sumber: Schneider Electric,
2012)
Plant Director
Support Function
Supply Chain (Up &
Downstream)
S&E & BCP
Industrial Project
Quality & Technical
Method & Manufacture Engineering
SPS & Six Sigma
Deployment
Manufacturing
Manufacturing
Project
Electronic Competent
Centre
Platform Project
Business Partner
HR BP
Plant Controller
Plant Assistant
18 Universitas Kristen Petra
Ketiga plant SEMB memiliki jam kerja normal dan shift. Jam kerja
normal dimulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.30 WIB, sementara jam
kerja shift dibagi menjadi tiga. Jam kerja shift I mulai dari pukul 06.00 WIB
hingga pukul 12.55 WIB, shift II mulai pukul 13.05 WIB hingga 20.00 WIB,
sementara shift III mulai pukul 23.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB. SEMB juga
memberlakukan break yang terdiri dari tiga break. Break I pukul 10.00 WIB
hingga pukul 10.15 WIB, break II pukul 12.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB, dan
break III pukul 16.00 WIB hingga pukul 16.15 WIB.
4.2 Define
Kondisi inventori untuk produk automation dapat diketahui dari JIT
report. JIT report merupakan singkatan dari Just In Time report dan merupakan
rangkuman dari kondisi inventori berdasarkan part number dari bahan baku
tersebut. JIT berisi informasi mengenai part number Schneider, part number dari
pemasok, production lead time (LT), klasifikasi ABC/FMR, ramalan permintaan
selama enam bulan, rata-rata konsumsi, nama pemasok, purchasing group (PGR)
dan data lainnya yang berhubungan dengan suatu part number.
JIT akan berubah setiap hari, karena ramalan permintaan akan
menyesuaikan dengan MRP dan MPS yang akan dijalankan setiap harinya. JIT
juga akan menyesuaikan jumlah inventori yang ada di gudang dan line setiap
harinya. JIT akan menjadi sumber informasi untuk analisa lead time maupun
analisa inventori lainnya.
Total terdapat 6679 parts dan total biaya dari inventori yang ada adalah
USD 13.287.365,03 berdasarkan JIT 13 Januari 2014. Biaya inventori yang
optimal menurut Schneider adalah 130% dari safety stock dan 50% dari MOQ. PT
SEMB PEL ingin agar biaya inventori yang ada pada gudang dapat berada di
sekitar target biaya tersebut. Target yang seharusnya dicapai berdasarkan JIT 13
Januari 2014 adalah senilai USD 9.485.074,00. Biaya dari inventori yang
sesungguhnya lebih besar USD 3.802.291,03 dari biaya inventori yang
ditargetkan. Biaya inventori yang besar disebabkan oleh jumlah inventori yang
melebihi jumlah yang seharusnya. Jumlah inventori yang banyak dapat
19 Universitas Kristen Petra
disebabkan oleh lamanya lead time, sehingga safety stock harus mencakup lead
time yang panjang.
Hal ini dapat diselesaikan dengan cara menjalankan program
pengurangan lead time. Salah satu metode yang dapat dijalankan adalah VMI,
dimana pemasok dapat mengetahui jumlah inventori yang ada di gudang miliki
konsumen beserta ramalan permintaan yang diperbaharui setiap periode. Hal ini
akan memberi ruang untuk pemasok ikut mengatur pengiriman bahan baku ke
konsumen. Pemasok juga dapat lebih leluasa mempersiapkan produksi untuk
memenuhi kebutuhan dari konsumen. Efeknya adalah lead time akan secara
otomatis berkurang. VMI inilah yang akan diusulkan dan diimplementasikan
untuk mencapai tujuan utama dari laporan Tugas Ahir ini, yaitu meminimumkan
biaya inventori yang ada.
4.3 Measure
Sebagian data awal telah disebutkan dalam bagian Define, namun data
selengkapnya mengenai kondisi inventori awal dari JIT tanggal 13 Januari dapat
dilihat pada Lampiran 1. JIT sendiri berisi beberapa data. Klasifikasi ABC
menunjukkan klasifikasi part number berdasarkan nilai dari pemakaian harian
part number tersebut. Klasifikasi FMR menunjukkan klasifikasi part number
berdasarkan jumlah pergerakan part number. JIT juga menampilkan part number,
deskripsi dari part number, vendor material number, purchasing group, text dan
vendor material group. Purchasing group menunjukkan jenis proyek serta apakah
part number tersebut termasuk dalam metode kanban, VMI dan sebagainya. Text
merupakan nama proyek yang membutuhkan part number tersebut. VMI akan
mempermudah pembeli dalam mendeskripsikan suatu part number tertentu pada
pemasok. Keterangan lainnya dalam JIT adalah lead time, reorder point, safety
stock, jumlah inventori dalam gudang, production, quaranteen dan sales gudang.
Lead time merupakan lead time yang diberikan oleh pemasok dalam satuan hari.
JIT juga menampilkan rata-rata konsumsi dalam tiga dan enam bulan
terakhir, hasil ramalan permintaan untuk bulan tersebut dan lima bulan ke depan,
rata-rata tiga bulan ramalan permintaan, jumlah PO, jumlah konsumsi, serta
masing-masing biaya dari semua keterangan yang diberikan di JIT. Biaya ini
20 Universitas Kristen Petra
dikonversikan dari jumlah berdasarkan harga dari part number tersebut. Harga
dari part number tersebut diketahui dari standard cost. JIT juga menampilkan
MRP type, MRP control, material group, lot size, minimum lot size, rounding
value, vendor, vendor name, incoterm, country, shipping instruction, period start,
periode end. Keterangan-keterangan terakhir ini akan sangat dibutuhkan untuk
pemesanan. Minimum lot size merupakan minimum order quantity yang diberikan
oleh pemasok. Vendor merupakan kode dari pemasok, sementara vendor name
merupakan nama dari pemasok yang memasok part number tersebut.
Kondisi pada tanggal 13 Januari menunjukkan bahwa sudah terdapat 797
dari 6679 parts yang sudah menggunakan metode kanban atau VMI. Total biaya
dari inventori yang ada adalah USD 13.287.365,03, namun target biaya yang
sebenarnya ingin dicapai adalah USD 9.485.074,00. Biaya ini didapatkan dari
130% dari nilai safety stock ditambah dengan 50% nilai MOQ yang ditetapkan
pemasok. Target biaya sebagai dasar target penurunan biaya inventori dihitung
untuk masing-masing part number, kemudian dijumlahkan untuk semua part
number yang ada. Contoh perhitungan untuk salah satu part number adalah
sebagai berikut:
Bahan baku 708892 memiliki safety stock sebesar 336 dan MOQ sebesar 500.
Target jumlah yang ingin dicapai untuk part number ini adalah:
6875005,03363,1 Qty Target
Standard cost dari part number ini adalah USD 12.445 untuk setiap 10.000
unit, sehingga target biayanya adalah:
972,854000.10445,12687 USD USD Cost Target
Klasifikasi ABC dan FMR kemudian juga dihitung. Klasifikasi ABC
dilakukan untuk semua part yang ada di produk automation. Data yang
dibutuhkan untuk klasifikasi ABC adalah rata-rata ramalan permintaan selama 3
bulan dan data harga part tersebut. Rata-rata penggunaan harian (average daily
usage/ADU) kemudian dapat dihitung dengan membagi rata-rata ramalan
permintaan bulanan dengan 25 hari kerja dalam sebulan. Nilai dari part tersebut
kemudian dapat dihitung dengan mengalikan ADU dengan harga standar dari part
tersebut. Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut:
21 Universitas Kristen Petra
Bahan baku 708892 memiliki rata-rata ramalan permintaan selama 3 bulan
sebesar 359,667, sehingga ADU yang didapatkan adalah:
387,14253 59,667 ADU
Standard cost dari part number ini adalah USD 12,445 untuk setiap 10.000
unit, sehingga nilai dari ADU adalah:
018,0000.10445,12387,14 USD USD Value ADU
Perhitungan ini dilakukan untuk setiap part number yang ada, kemudian
nilai dari ADU diurutkan dari yang terbesar hingga terkecil. Nilai ini kemudian
dipresentasekan, dan presentase ini dikumulatifkan. Nilai hingga kumulatif
presentase 80% termasuk dalam klasifikasi A, nilai antara kumulatif 80% hingga
95% termasuk dalam klasifikasi B dan part number dengan kumulatif di atas 95%
masuk dalam klasifikasi C. Klasifikasi A menunjukkan part number tersebut
merupakan part number dengan nilai pemakaian yang tinggi, sedangkan
klasifikasi C berarti sebaliknya. Contoh klasifikasi ABC untuk beberapa part
dapat dilihat pada Tabel 4.1. Klasifikasi ABC selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Tabel 4.1 Contoh Klasifikasi ABC
Material
Rata-Rata
Ramalan 3
Bulan
Harga
Standar ADU
Nilai
ADU %
Akum.
%
Klasi-
fikasi
2800361 4.825,00 30,27 193,00 5.841,24 3,51 3,51 A
2800579 5.987,00 19,71 239,48 4.721,04 2,83 6,34 A
S1B94847 1.265,33 89,75 50,61 4.542,55 2,73 9,07 A
440202009 2.354,00 42,73 94,16 4.022,95 2,42 11,48 A
W81731945
0111BA 12.185,00 6,57 487,40 3.202,30 1,92 13,41 A
W01380689
0213 62.730,67 0,88 2.509,23 2.217,19 1,33 14,74 A
440202119
A02 822,33 58,76 32,89 1.932,81 1,16 15,90 A
440202117
A02 861,00 53,76 34,44 1.851,49 1,11 17,01 A
31006060 2.498,33 18,50 99,93 1.848,85 1,11 18,12 A
HRB82128 514,67 89,20 20,59 1.836,33 1,10 19,22 A
… … … … … … … …
2800613 40,67 69,93 1,63 113,75 0,07 80,05 B
440202801 3.714,67 0,75 148,59 111,27 0,07 80,12 B
22 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.1 Contoh Klasifikasi ABC (Sambungan)
Material
Rata-Rata
Ramalan 3
Bulan
Harga
Standar ADU
Nilai
ADU %
Akum.
%
Klasi-
fikasi
W11379178
0114 129.884,67 0,02 5.195,39 109,00 0,07 80,18 B
1MAG0133
12 3.246,67 0,83 129,87 107,97 0,07 80,25 B
W81625431
0112 1.260,00 2,13 50,40 107,54 0,07 80,31 B
35006657 106,00 25,24 4,24 107,01 0,06 80,38 B
W01380918
0211 3.368,00 0,79 134,72 106,69 0,06 80,44 B
240002114 1.703,00 1,57 68,12 106,65 0,06 80,51 B
707546 1.691,67 1,57 67,67 106,23 0,06 80,57 B
AKJ0042A
03 21.370,67 0,12 854,83 105,73 0,06 80,63 B
… … … … … … … …
HUA14495 10.423,67 0,04 416,95 17,61 0,01 95,00 C
S1A84388 1.038,33 0,42 41,53 17,60 0,01 95,02 C
SZ1DX300
2 50.506,33 0,01 2.020,25 17,59 0,01 95,03 C
W11380672
0111 157.331,33 0,01 6.293,25 17,57 0,01 95,04 C
S1B39161 538,67 0,81 21,55 17,53 0,01 95,05 C
W81625379
0112 126,67 3,45 5,07 17,50 0,01 95,06 C
KCCPM00
852 3.736,00 0,12 149,44 17,45 0,01 95,07 C
1MAG0090
23 1.260,00 0,35 50,40 17,44 0,01 95,08 C
KRESP002
63 4.116,33 0,11 164,65 17,32 0,01 95,09 C
… … … … … … … …
BBV53292 12,00 0,03 0,48 0,01 0,00 100,00 C
Langkah selanjutnya adalah menghitung klasifikasi FMR. Klasifikasi
FMR merupakan klasifikasi part berdasarkan frekuensi pergerakan part. Data
yang dibutuhkan adalah pergerakan dari masing-masing part selama satu tahun
yang didapatkan dari menu SAP. Rata-rata pergerakan selama satu bulan
kemudian dapat diketahui. Part yang memiliki rata-rata pergerakan lebih dari
empat kali diklasifikasikan ke dalam F, part yang memiliki rata-rata pergerakan
satu hingga empat kali diklasifikasikan ke dalam M dan sisanya masuk dalam
23 Universitas Kristen Petra
klasifikasi R. Contoh perhitungan klasifikasi FMR dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Data FMR selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Data-data yang telah ada
kemudian dijadikan acuan dalam bagian analyze.
Tabel 4.2 Contoh Klasifikasi FMR
P/N Movement
per tahun
Movement per
bulan Klasifikasi
AAV85758 19.730 1.644,17 F
W815498130111 12.738 1.061,50 F
W415498150111 12.392 1.032,67 F
W915497950111 11.725 977,08 F
18060004 9.764 813,67 F
S1B15255 9.502 791,83 F
W113806720111 8.853 737,75 F
2011054 8.605 717,08 F
2011052 8.484 707,00 F
BBV55488 7.847 653,92 F
… … … …
19857812 47 3,92 M
31006306 47 3,92 M
43512470 47 3,92 M
5050378 47 3,92 M
1CAP005559 47 3,92 M
1CNR006686 47 3,92 M
1RES000580 47 3,92 M
1RES007121 47 3,92 M
30362378GE 47 3,92 M
CFS12C331J 47 3,92 M
… … … …
2800574 11 0,92 R
7975002 11 0,92 R
7980012 11 0,92 R
9200129 11 0,92 R
31008145 11 0,92 R
440202108 11 0,92 R
43513476 11 0,92 R
1RES005921 11 0,92 R
1RES007204 11 0,92 R
… … … …
ZB4BA 0 0 R
24 Universitas Kristen Petra
4.4 Analyze
Analisa ini akan menampilkan analisa lead time untuk menentukan
program pengurangan lead time yang akan diajukan. Data yang diperlukan untuk
melakukan analisa lead time adalah klasifikasi ABC dan FMR, data ramalan
permintaan bulan ini dan lima bulan ke depan, rata-rata konsumsi selama tiga
bulan terakhir, rata-rata ramalan permintaan selama tiga bulan dan MOQ dan PGR
dari part tersebut. Melalui analisa ini, dapat diketahui part mana yang disarankan
untuk masuk dalam program pengurangan lead time.
Lead time yang dimaksud adalah lead time yang diberikan oleh pemasok,
dan merupakan lead time yang biasanya digunakan untuk pembuatan PO. Lead
time ini merupakan selisih dari saat PO dirilis, yaitu saat pemesanan dilakukan,
hingga barang dikirim ke SEMB PEL. MOQ merupakan jumlah minimum bahan
baku yang dapat dipesan untuk setiap kali pemesanan. MOQ dapat menimbulkan
penumpukan barang di gudang bila barang yang seharusnya diperlukan hanya
sedikit, namun pemesanan harus mengikuti MOQ yang ada. Lead time yang lama
juga dapat menyebabkan safety stock harus tinggi, untuk memenuhi kebutuhan
selama lead time.
Perhitungan untuk klasifikasi ABC dan FMR telah dilakukan pada bagian
measure, sehingga dapat langsung dipakai untuk analisa lead time. Klasifikasi
ABC dan FMR dapat digunakan untuk memprioritaskan part mana yang akan
diajukan untuk program pengurangan lead time. Analisa lead time ini kemudian
dikerjakan dengan terlebih dahulu mengumpulkan data ramalan permintaan bulan
ini hingga lima bulan ke depan. Analisa ini dilakukan setiap bulan untuk
mengetahui bahan baku apa saja yang dapat ditambahkan ke dalam daftar program
pengurangan lead time.
Setelah mengetahui ramalan permintaan setiap bulan, diperkirakan
permintaan untuk setiap minggunya, dan kemudian dirata-rata dan dicari standar
deviasinya. SEMB PEL telah menetapkan standar bahwa jika hasil pembagian
deviasi dan rata-rata berada di bawah angka 0,75, maka hal itu menandakan bahan
baku tersebut dapat diajukan untuk pengurangan lead time dan MOQ. Coverage
dari MOQ kemudian juga dihitung, dengan cara membagi MOQ dengan nilai
maksimum dari ramalan permintaan dan konsumsi. Nilai coverage yang kurang
25 Universitas Kristen Petra
dari satu menunjukkan part tersebut dapat diajukan untuk pengurangan lead time
dan MOQ. Pengurangan lead time dan MOQ dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu kanban, VMI, buffer stock dan lain-lain. Contoh dari pengolahan data
untuk analisa lead time dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Contoh Pengolahan Data untuk Analisa Lead Time
Part
Num. W03
.
.
W
26
Rata-Rata
Ramalan St. Dev
St.Dev
/Fore. Check
Klasi-
fikasi
708892 171 . 73 76,88 36,20 0,47 suitable CF
708893 272 . 136 141,25 50,75 0,36 suitable BF
710413 156 . 19 34,13 46,08 1,35 not OK CF
16113623 2.784 . 890 1.143,29 620,98 0,54 suitable CF
Part
Num.
Target
LT MOQ
Cov.
MOQ
Target
MOQ Proposal PGR
Ramal
-an 3
bln
Kon-
sumsi
3 bln
708892 8 500 1,39 4 W not OK 257 260 360
708893 8 500 0,92 4 W Already in
Program 20 513 547
710413
500 7,39
not OK 257 68 23
16113623 8 3.000 0,65 4 W VMI 219 4.650 4.264
Tabel 4.3 menunjukkan terdapat empat part yang diambil datanya dan
kemudian diolah untuk analisa lead time. Kolom W03 hingga W26 merupakan
kolom yang berisi data ramalan permintaan untuk part tersebut mulai dari minggu
ke-3 hingga minggu ke-26. Data ramalan permintaan diambil untuk bulan Januari
hingga bulan Juni. Data ramalan permintaan mingguan ini kemudian dirata-rata,
dan hasilnya dapat dilihat pada kolom rata-rata ramalan permintaan. Standar
deviasi dari ramalan permintaan setiap minggu juga dapat diketahui.
Langkah selanjutnya adalah menemukan hasil pembagian dari standar
deviasi dan rata-rata ramalan permintaan dari setiap part. Contohnya untuk part
708892, nilai yang dapat dihitung adalah:
47,088,76
20,36
.
.
ForecastAv
devSt
Nilai yang didapatkan adalah 0,47. Nilai coverage dari MOQ juga harus
dihitung. Nilai MOQ dari part ini adalah 500. Rata-rata ramalan permintaan
selama 3 bulan adalah 260, sementara rata-rata konsumsi selama 3 bulan adalah
26 Universitas Kristen Petra
360. Angka yang dipakai adalah angka maksimum, yaitu angka rata-rata konsumsi
sebesar 360. Perhitungan dari coverage MOQ adalah:
39,1360
500Coverage
Nilai coverage dari MOQ berada di atas 1, sehingga part ini tidak
dianjurkan untuk diajukan ke dalam pengurangan lead time. Analisa kemudian
akan dilakukan setelah pengolahan data selesai dilakukan. Analisa yang dilakukan
lebih mendetail untuk setiap pemasok. Part yang telah dianjurkan untuk program
pengurangan lead time belum tentu benar-benar diajukan untuk program tersebut.
Program pengurangan lead time untuk sementara hanya diajukan untuk pemasok
lokal dan yang terletak tidak jauh dari PT SEMB PEL. Hal ini dikarenakan letak
yang jauh akan menyebabkan pemasok belum dapat secara reguler mendukung
berjalannya program, yang pemesanannya dilakukan dalam jangka waktu yang
pendek. Lead time pengiriman untuk pemasok yang jauh letaknya cukup lama,
sehingga tidak dapat mendukung berjalannya program pengurangan lead time.
Kondisi sebaliknya terjadi untuk part yang sebenarnya memiliki MOQ
coverage lebih dari satu, yang seharusnya tidak diajukan ke dalam program
pengurangan lead time. Hal ini dikarenakan kondisi inventori terbilang aman
dengan coverage MOQ yang lebih dari satu bulan dan kondisi bahan baku tidak
terlalu cepat bergerak dalam inventori. Kenyataannya, program pengurangan lead
time sendiri menguntungkan untuk pihak PT SEMB PEL jika lead time berkurang
dan dapat meminimumkan biaya inventori. Analisa kemudian diarahkan lagi
kepada pemasok dari part tersebut. Program pengurangan lead time akan diajukan
untuk part tersebut jika ternyata pemasok dinilai mampu melaksanakan program
tersebut atau pemasok pernah menjalankan program tersebut untuk part lainnya.
Contoh pada Tabel 4.3 yang dapat diajukan untuk program pengurangan
lead time adalah part 16113623. Program pengurangan lead time sendiri ada
bermacam-macam, namun dalam Tugas Akhir ini akan digunakan metode VMI.
Umumnya, pemilihan metode yang akan digunakan dalam program pengurangan
lead time dilakukan dengan melihat kondisi dan historis pengiriman dari pemasok.
Pemasok yang pernah melakukan kanban, akan cenderung dimasukkan ke dalam
metode kanban, begitu pula dengan metode lainnya.
27 Universitas Kristen Petra
Perbedaan dari kanban dan VMI sendiri terletak pada MOQ dan waktu
pemesanan. Pemasok tidak akan melihat MOQ dalam pemesanan barang untuk
kanban. Pemesanan oleh PT SEMB PEL juga didasarkan hanya pada kondisi
inventori di gudang, sehingga pemesanan dapat dilakukan lebih dari satu kali
dalam seminggu. Metode VMI mengharuskan pemasok untuk menyimpan bahan
baku sesuai dengan jumlah ramalan permintaan yang dikirimkan oleh PT SEMB
PEL. Metode VMI juga memiliki batasan nilai MOQ dari pemesanan yang
dilakukan PT SEMB PEL. Metode VMI juga mengharuskan adanya pengiriman
data ramalan permintaan serta pemesanan setiap minggu kepada pemasok.
Grafik perbandingan antara part yang diajukan ke dalam VMI dan tidak
dapat dibuat setelah analisa selesai dilakukan. Grafik tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Grafik Hasil Analisa Lead Time dan MOQ
VMI sendiri memiliki beberapa kelebihan baik untuk pemasok dan
SEMB PEL sendiri. VMI mengharuskan pemasok menyimpan berdasarkan
ramalan permintaan yang dikirim oleh SEMB PEL. Hal ini akan memberi garansi
bagi SEMB PEL bahwa pemasok telah menyediakan part yang diperlukan, dan
Not OK
Suitable for LT& MOQ
ReductionProgram
Already in Program 1 751
Buffer stock proposal 0 53
no 3487 1395
VMI proposal 0 450
Propose to reduceMOQ
0 542
0500
1000150020002500300035004000
Nu
mb
er o
f P
art
s
Hasil Analisa Lead Time & MOQ
28 Universitas Kristen Petra
proses penarikan bahan baku akan lebih cepat karena adanya inventori tersebut.
Hal ini akan membuat jumlah inventori yang disimpan pada gudang SEMB PEL
akan lebih minimum, karena inventori selama beberapa bulan ke depan ada dalam
tanggung jawab pemasok, bukan SEMB PEL. Keuntungan bagi pemasok adalah
dapat mengetahui kondisi inventori SEMB PEL serta ramalan permintaan yang
selalu diperbaharui setiap minggunya. Hal ini akan membantu pemasok dalam
mengatur perencanaan produksi dan pembelian bahan baku.
Hal lain yang dapat menjadi kelebihan VMI dibandingkan dengan back
to back order atau pemesanan biasa adalah VMI memiliki jangka waktu
pemesanan yang pasti untuk setiap minggu. Hal ini menyebabkan proses pull in
atau push out tidak perlu sering dilakukan, terkecuali untuk part yang mengalami
kondisi kritis dan dibutuhkan segera. Hal ini dikarenakan sudah ada buffer stock
pada pemasok. Pull in merupakan penarikan barang dari pemasok sebelum jadwal
yang seharusnya, sedangkan push out merupakan penundaan permintaan barang
dari jadwal yang seharusnya.
Pihak SEMB PEL dan pemasok juga dapat mengatur kontrak sesuai
dengan kondisi yang diinginkan kedua belah pihak, termasuk liability jika
diperlukan. Liability merupakan jumlah inventori yang harus disiapkan oleh
pemasok, namun ternyata konsumsi aktual dari SEMB PEL tidak mencapai angka
tersebut. Tentunya hal ini akan menjadi kerugian bagi pemasok, karena semakin
lama barang disimpan dalam gudang dan tidak terpakai. Liability adalah
kewajiban PT SEMB PEL untuk tetap mengambil inventori tersebut untuk dipakai
ataupun disimpan di gudang milik SEMB PEL. Kelebihan lainnya dari VMI
adalah pemasok akan mendapatkan jaminan bahwa SEMB PEL akan memesan
part dari pemasok tersebut, karena adanya ramalan permintaan dan barang yang
telah dipesan beberapa bulan sebelumnya.
Penggolongan bahan baku ke dalam VMI menggunakan prioritas ABC
FMR, namun dengan memperhatikan kondisi lainnya, seperti letak pemasok,
kapasitas pemasok, serta kondisi bahan baku. Pemasok yang ditentukan akhirnya
berjumlah 9 pemasok, 4 di antaranya merupakan distributor. Total part yang
dianjurkan untuk diajukan berjumlah 257 parts pada bulan Februari. Jumlah parts
29 Universitas Kristen Petra
yang direncanakan untuk diajukan adalah sejumlah 241 parts. Hal ini dikarenakan
ada beberapa parts yang berpindah pemasok.
Analisa lead time bulan Januari untuk 6679 parts terlampir pada
Lampiran 4. Analisa lead time ini akan dilakukan di setiap akhir bulan untuk
menentukan part number tambahan yang direkomendasikan untuk menggunakan
metode VMI. Metode VMI yang dijalankan diharapkan dapat menurunkan lead
time, sehingga biaya inventori dapat diminimumkan. Target lead time yang
ditetapkan adalah 8 hari. Langkah selanjutnya adalah mengajukan proposal
kepada pemasok.
4.5 Improve
Perbaikan yang dilakukan dimulai dengan mengajukan proposal VMI
kepada pemasok.
4.5.1 Proposal VMI
Proses yang terjadi pada saat pengajuan proposal dapat digambarkan
menjadi flowchart yang ditampilkan pada Gambar 4.5. Part yang telah
digolongkan ke dalam part yang berpotensi untuk menggunakan metode VMI
dibuat proposalnya dan disampaikan kepada pemasok yang bersangkutan.
Proposal VMI ada dua macam, untuk pemasok yang sudah pernah melakukan
VMI dan untuk pemasok yang belum pernah melakukan VMI sebelumnya
dengan SEMB PEL.
Proposal VMI untuk pemasok yang pernah melakukan VMI dengan
SEMB PEL dilakukan hanya melalui email. Hal ini dikarenakan syarat dan
ketentuan yang ada tetap sama, hanya terjadi penambahan part yang
menggunakan metode VMI. Data yang diberikan kepada pemasok adalah data
part number, part number supplier, dan data perkiraan konsumsi selama satu
tahun. Pemasok kemudian akan menganalisa part tersebut sesuai dengan
pertimbangan internal mereka untuk memutuskan menyetujui penambahan part
tersebut ke dalam VMI atau tidak.
30 Universitas Kristen Petra
Pengajuan proposal
VMI kepada
pemasok
Analisa akar
permasalahanTerima?
Kesalahan
Perhitungan?
Analisa Lead Time
Menambahkan daftar
VMI
Merubah PGR
dengan bantuan
Purchasing
Menjalankan VMI
START
END
T
YT
Y
Gambar 4.5 Flowchart Pengajuan Proposal VMI
Proposal VMI untuk pemasok yang belum pernah menjalankan VMI
dengan SEMB PEL disertai dengan pengajuan ketentuan dan syarat yang harus
dipegang selama metode VMI dijalankan. Ketentuan dan syarat yang diajukan
meliputi alur proses dari VMI, mulai dari pengiriman ramalan permintaan, proses
pemesanan, pengiriman hingga pembayaran. Ketentuan dan syarat tersebut juga
menyebutkan mengenai detail parts yang diajukan untuk menggunakan metode
VMI. Pemasok juga harus mengetahui ketentuan toleransi untuk menyediakan
inventori barang selama beberapa bulan ke depan dengan berdasarkan ramalan
permintaan yang telah dikirimkan. Liability juga dapat dicantumkan bila
diperlukan. Proposal kemudian akan didiskusikan oleh pihak SEMB PEL dan
pemasok untuk menentukan syarat dan ketentuan yang disetujui oleh kedua belah
pihak. Pemasok kemudian akan mempelajari parts yang diajukan dan berhak
menyetujui atau tidak setuju dengan proposal VMI tersebut.
31 Universitas Kristen Petra
Pemasok kemudian memberi informasi kepada pembeli mengenai part
apa saja yang telah disetujui untuk ditambahkan ke dalam VMI. Pembeli
kemudian menginformasikan kepada Purchasing, agar purchase group dari part
tersebut dapat diubah ke dalam grup VMI. Tugas pembeli kemudian adalah
memasukkan part number tersebut ke dalam daftar VMI, dan memperbaharui data
jumlah inventori secara berkala agar pesanan untuk VMI muncul. Mayoritas
pesanan untuk VMI dilakukan setiap awal minggu.
Part yang tidak disetujui oleh pemasok harus dicari akar penyebabnya.
Pembeli akan menganalisa ulang part jika ternyata terjadi kesalahan perhitungan
untuk part tersebut. Kesalahan perhitungan dapat terjadi pada perhitungan
ramalan permintaan ataupun nilai coverage yang ada. Pengajuan proposal untuk
part yang ditolak pemasok dapat dihentikan bila ada alasan dari pemasok atau
analisa ulang menunjukkan part tersebut tidak direkomendasikan untuk program
pengurangan lead time.
4.5.1.1 Proposal VMI Februari 2014
Pemasok yang diajukan untuk 241 parts pada bulan Februari semuanya
merupakan pemasok yang sebelumnya telah menerapkan metode VMI untuk
beberapa parts, sehingga tidak perlu melampirkan ulang syarat VMI. Data
pemasok beserta jumlah part yang diajukan untuk menggunakan metode VMI
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data Proposal VMI Bulan Februari
No. Pemasok Jumlah Parts
1 Arrow Electronic(S) PTE LTD 38
2 Avnet Asia PTE LTD 26
3 Future Electronics (Distribution) 11
4 TTI Electronics Asia PTE LTD 18
5 Sanwa Plastic Industry PTE LTD 103
6 Rising Technologies PTE LTD C/O PT 18
7 PT Bengint Nusantara Industries 2
8 PT Asiaraya Batamindo 7
9 Asiaprint Manufacturing PTE LTD 18
Total Parts 241
32 Universitas Kristen Petra
Data yang diajukan pada pemasok adalah part number, vendor material
number atau MPN, dan data pemakaian selama satu tahun atau EAU. Data
perkiraan pemakaian setahun didapatkan dari rata-rata ramalan permintaan 3
bulan dikalikan dengan 12 bulan. Contoh data untuk PT Asiaraya Batamindo
dapat ditampilkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Data Proposal Bulan Februari untuk PT Asiaraya Batamindo
Part Number MPN EAU
AAV93738HT P/N LABEL PCBA 8.896
W917556910112 ATV71 I/O EXT TERM #1 LBL 18.480
W917556920112 ATV71 I/O EXT TERM#2 LBL 18.480
W917556930112 ATV71 I/O EXT TERM #3 LBL 18.480
W917556940112 ATV71 I/O EXT TERM #4 LBL 18.480
W917558840312 ATV71 IP4X OPT TOP COVER RAL 9001 84.960
W917574050112 ATV71 IO SWITCH LABEL 27.760
Data mengenai jumlah parts yang disetujui oleh pemasok untuk
menggunakan metode VMI dapat dirangkum pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Data Proposal VMI Bulan Februari yang Disetujui
No. Pemasok Jumlah Parts
1 Avnet Asia PTE LTD 22
2 Future Electronics (Distribution) 11
3 TTI Electronics Asia PTE LTD 17
4 Sanwa Plastic Industry PTE LTD 22
5 PT Bengint Nusantara Industries 2
6 PT Asiaraya Batamindo 7
7 Asiaprint Manufacturing PTE LTD 18
Proposal untuk Arrow Electronic(S) PTE LTD tidak disetujui karena
adanya implementasi program baru di pihak pemasok, sehingga tidak dapat
dilakukan penambahan part yang baru ke dalam VMI. Proposal untuk Rising
Technologies PTE LTD C/O PT juga tidak dapat disetujui, karena pihak pemasok
merasa jumlah pemakaian tahunan untuk part yang diajukan tidak cukup banyak
untuk dapat menggunakan metode VMI.
33 Universitas Kristen Petra
4.5.1.2 Proposal VMI Maret 2014
Proposal bulan VMI pada bulan Maret 2014 mencakup 63 parts number
dari 2 pemasok, yang dapat dilihat pada Tabel 4.7. PT Asiaraya Batamindo
merupakan pemasok yang pernah melakukan VMI sebelumnya, namun Phoenix
Contact (SEA) PTE LTD merupakan pemasok yang baru dalam melakukan VMI.
Perjanjian berupa terms and conditions perlu dibuat agar VMI dapat berjalan
sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak.
Tabel 4.7 Data Proposal VMI Bulan Maret
No. Pemasok Jumlah Parts
1 PT Asiaraya Batamindo 7
2 Phoenix Contact (SEA) PTE LTD 56
Proses pengajuan VMI untuk Phoenix Contact (SEA) PTE LTD masih
dalam proses hingga bulan Mei, sementara proposal untuk PT Asiaraya
Batamindo telah disetujui untuk ketujuh parts yang diajukan.
4.5.1.3 Proposal VMI April 2014
Proposal VMI untuk bulan April mencakup 310 parts dari 4 pemasok,
serta terdapat 35 parts tambahan yang diajukan oleh pemasok sendiri. Data
proposal untuk bulan April dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Data Proposal VMI Bulan April
No. Pemasok Jumlah Parts
1 Arrow Electronic(S) PTE LTD 119
2 Avnet Asia PTE LTD 49
3 Future Electronics (Distribution) 63
4 TTI Electronics Asia PTE LTD 114
Data proposal VMI yang disetujui oleh pemasok pada bulan April dapat
dilihat pada Tabel 4.9.
34 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.9 Data Proposal VMI Bulan Februari yang Disetujui
No. Pemasok Jumlah Parts
1 Arrow Electronic(S) PTE LTD Pending
2 Avnet Asia PTE LTD 26
3 Future Electronics (Distribution) 25
4 TTI Electronics Asia PTE LTD 84
Proposal untuk Arrow masih menunggu persetujuan dari pemasok,
sementara proposal untuk ketiga pemasok lainnya telah dipilih dan disetujui.
Proposal dari bulan Februari hingga April tidak dapat langsung dijalankan untuk
seluruh part yang telah disetujui, dikarenakan masih ada beberapa part yang
masih memiliki outstanding back to back order. Hal ini berarti part tersebut
masih memiliki purchase order yang masih aktif dan belum dikirim oleh
pemasok. Beberapa pemasok menyetujui penutupan back to back PO dan
langsung dipindahkan ke dalam VMI, namun beberapa pemasok tidak dapat
menutup back to back PO dan akan menjalankan VMI setelah semua back to back
order terpenuhi. Hal ini menyebabkan implementasi VMI yang benar-benar
dilakukan hingga bulan April 2014 hanya mencakup beberapa part saja.
4.5.2 Implementasi VMI
Proposal VMI yang telah disetujui dan selesai diproses kemudian dapat
langsung dijalankan, sesuai dengan persetujuan dari pemasok. Mayoritas pemasok
akan meminta waktu untuk menyediakan inventori sebelum menjalankan VMI.
Proses implementasi VMI dapat digambarkan ke dalam flowchart yang
ditampilkan pada Gambar 4.6.
Pembeli akan mengirimkan data ramalan permintaan selama enam bulan
ke depan kepada pemasok. Pengiriman data ramalan permintaan akan dikirimkan
setiap awal minggu kepada pemasok. Tujuan pengiriman ramalan permintaan
setiap minggu adalah agar pemasok tetap waspada akan adanya perubahan
ramalan permintaan setiap minggunya. Pengiriman data ramalan permintaan akan
disertai dengan jumlah pesanan untuk setiap part kepada pemasok. Pemesanan
hanya dilakukan satu kali seminggu, yaitu di awal minggu kecuali jika terdapat
part yang dalam kondisi kritis dan harus dipesan di luar jadwal tersebut.
35 Universitas Kristen Petra
Mengirim data
peramalan permintaan
selama 6 bulan beserta
pemesanan VMI parts
Menerima komitmen
tanggal pengiriman dari
pemasok
Mengecek penerimaan
bahan baku melalui
sistem
Sesuai dengan
kebutuhan?
Melakukan pull in
pemesanan bahan baku
Bahan baku
telah diterima?
Cross check dengan
SDV mengenai pending
GR
Ada pending
GR?
START
END
Meminta pihak SDV
segera melakukan GR
ke sistem
Cross check dengan
pemasokSudah dikirim
Meminta bukti DO untuk
cross check dengan
SDV
T
Y
T
T
Y
Y
Y
T
Gambar 4.6 Flowchart Proses Implementasi VMI
Pengiriman data ramalan permintaan dan pesanan akan dibalas oleh
pemasok dalam bentuk komitmen tanggal pengiriman oleh pemasok. Beberapa
tanggal pengiriman dapat melebihi tanggal sesungguhnya yang dibutuhkan oleh
PT SEMB PEL. Kondisi ini akan mengharuskan pembeli untuk segera melakukan
pull in kepada pemasok, sehingga pemasok dapat mempercepat pemenuhan
pesanan tersebut.
Pembeli kemudian akan mengecek penerimaan bahan baku melalui
sistem pada tanggal yang telah disebutkan oleh pemasok. Pembeli akan mengecek
apakah ada pending good received (GR) di SDV bila ternyata belum ada
penerimaan bahan baku di sistem. SDV merupakan jasa yang digunakan PT
36 Universitas Kristen Petra
SEMB PEL untuk mengatur gudang. Pembeli akan meminta pihak SDV untuk
segera melakukan GR jika ternyata ada pending GR.
Pengecekan pengiriman pada pemasok akan dilakukan bila ternyata tidak
terdapat pending GR di gudang. Pemasok kemudian akan mengecek pengiriman.
Pembeli harus meminta bukti delivery order (DO) bila pihak pemasok
menyatakan bahwa bahan baku telah dikirim. DO ini yang akan menjadi referensi
untuk pihak SDV segera mencari bahan baku yang seharusnya telah terkirim
tersebut. Pihak SDV diharuskan untuk segera melakukan GR untuk bahan baku
tersebut. Pembeli harus segera melakukan pull in bila ternyata pihak pemasok
menyatakan bahwa mereka memang belum melakukan pengiriman untuk bahan
baku tersebut.
4.5.3 Data Awal
Data awal yang diambil adalah lead time pemesanan, serta kondisi
inventori awal. Data awal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5. Contoh dari
data lead time pemesanan dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Contoh Data Awal Sebelum Implementasi VMI
Part Number MPN Vendor LT
Pemesanan
1CAP009553
WALSIN
1206B102M202CT
Future Electronics
Inc. (Dist.) 87
1CAP009726
WALSIN
1206B105K500CT
Future Electronics
Inc. (Dist.) 87
1CAP013044
NIC NACZ221M16
V6.3X8TR13F
Future Electronics
Inc. (Dist.) 115
1CAP013053
NIC NACZ471M16
V8X10.5TR13F
Future Electronics
Inc. (Dist.) 101
1CNR013153
JST 20R-JMDSS-G-
1-TF(LF)(SN)
Future Electronics
Inc. (Dist.) 115
4.5.4 Analisa Perbandingan Data sebelum dan setelah VMI
Data-data yang diambil untuk analisa perbandingan data adalah pada saat
VMI mulai dilakukan, yaitu pada bulan Maret 2014 hingga saat bahan baku yang
dipesan pada bulan April 2014 telah datang. Secara spesifik, data mulai diambil
pada pemesanan pertama VMI yaitu pada tanggal 18 Maret 2014 untuk TTI
37 Universitas Kristen Petra
Electronics Asia PTE LTD dan PT Asiaraya Batamindo. Data terakhir adalah
pada tanggal 7 Mei 2014 dimana bahan baku VMI untuk Future Electronics
(Distribution) telah datang di SDV. VMI yang diterapkan hingga bulan April
melibatkan pemesanan untuk 45 parts dari 7 pemasok. Data tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Data Pemesanan VMI hingga Bulan April 2014
No Pemasok Jumlah Part VMI
1 Avnet Asia PTE LTD 7
2 Future Electronics (Distribution) 5
3 TTI Electronics Asia PTE LTD 12
4 Sanwa Plastic Industry PTE LTD 4
5 PT Bengint Nusantara Industries 1
6 PT Asiaraya Batamindo 5
7 Asiaprint Manufacturing PTE LTD 13
Analisa perbandingan data dilakukan untuk lead time, safety stock, nilai
inventori dan kondisi inventori sebelum dan setelah implementasi VMI.
4.5.4.1 Analisa Perbandingan Lead Time
Data yang dibutuhkan untuk analisa perbandingan lead time adalah
tanggal pemesanan dan tanggal pengiriman aktual. Setiap tanggal pemesanan
VMI dicatat sebagai data awal pemesanan. Setiap pemesanan VMI disertai dengan
tanggal pengiriman yang diinginkan oleh SEMB PEL, namun tanggal pengiriman
yang sesungguhnya dapat lebih awal ataupun melebihi tanggal yang diinginkan.
Hal ini sesuai dengan komitmen dari pemasok. Tanggal penerimaan bahan baku
VMI oleh SDV didapatkan dari sistem SAP. SDV merupakan jasa yang
digunakan oleh SEMB PEL untuk jasa gudang, penerimaan barang dan
menginputkan jumlah barang ke dalam sistem. Data-data berupa tanggal
pemesanan dan tanggal penerimaan inilah yang akan digunakan untuk mengetahui
lead time sesungguhnya dari pemesanan VMI yang dilakukan.
Lead time yang dimaksud di sini adalah selisih antara saat pemesanan
pada pemasok dan bahan baku yang dipesan datang di gudang PT SEMB PEL
(SDV). Contohnya, jika pemesanan ke pemasok dilakukan pada tanggal 25 Maret
2014, dan bahan baku yang dipesan datang di SDV pada tanggal 27 Maret 2014,
38 Universitas Kristen Petra
maka lead time aktualnya adalah 2 hari. Jumlah pemesanan, penerimaan, rata-rata
lead time, minimum lead time dan maksimum lead time dari ketujuh pemasok
yang ada dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Data Pemesanan VMI hingga Bulan April 2014
No. Pemasok Pesan Terima LT
Min.
LT
Max.
Rata-
rata LT
1 Avnet Asia PTE LTD 8 0 - - -
2 Future Electronics (Distribution) 15 11 4 9 6,18
3 TTI Electronics Asia PTE LTD 32 18 4 7 5,44
4 Sanwa Plastic Industry PTE LTD 6 3 0 8 3,00
5 PT Bengint Nusantara Industries 8 8 3 10 5,63
6 PT Asiaraya Batamindo 10 10 0 4 1,10
7 Asiaprint Manufacturing PTE
LTD
41 41 0 2 0,95
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa rata-rata lead time dari setiap pemasok
sesuai dengan yang diinginkan oleh SEMB PEL. Target yang ditentukan oleh
SEMB PEL adalah 8 hari untuk bahan baku yang berada di bawah purchasing
group VMI. Target ini bersifat lower the better, yang berarti semakin kecil lead
time aktual maka semakin baik. Nilai lead time maksimum untuk beberapa
pemasok melebihi waktu 8 hari, dengan selisih yang terbesar adalah 2 hari. Hal ini
dikarenakan bahan baku belum tersedia di pemasok atau adanya hambatan
transportasi.
Nilai rata-rata lead time untuk keenam pemasok yang ada di bawah
target. Lead time untuk pemasok non-lokal, yaitu Future Electronics (Distribution)
dan TTI Electronics Asia PTE LTD masih berada di kisaran target, yaitu 8 hari.
Lead time untuk PT Bengint Nusantara Industries juga menunjukkan di kisaran 8
hari.
Hal yang mencolok adalah lead time untuk pemasok lokal seperti Sanwa
Plastic Industry PTE LTD, PT Asiaraya Batamindo, dan Asiaprint Manufacturing
PTE LTD. Nilai rata-rata lead time aktual berada jauh di bawah angka 8 hari. Hal
ini menunjukkan bahwa sebenarnya target lead time untuk ketiga pemasok ini
dapat diturunkan. Letak yang dekat dengan PT SEMB PEL menjadi salah satu
alasan mengapa lead time aktual tersebut dapat sedemikian rendah. Fakta ini dapat
39 Universitas Kristen Petra
dijadikan alasan untuk tidak menentukan hanya 1 target lead time saja untuk
semua pemasok, melainkan membedakan target lead time sesuai dengan data
historis pengiriman dari masing-masing pemasok. Tabel 4.13 menunjukkan
perbandingan dengan rata-rata lead time sebelumnya.
Tabel 4.13 Data Pemesanan VMI hingga Bulan April 2014
No. Pemasok
Rata-
rata
LT
Rata-
rata LT
awal
Rata-rata
Penurunan
LT
%
1 Avnet Asia PTE LTD - - - -
2 Future Electronics (Distribution) 6,18 103,00 96,82 94%
3 TTI Electronics Asia PTE LTD 5,44 76,94 71,50 93%
4 Sanwa Plastic Industry PTE LTD 3,00 21,67 18,67 86%
5 PT Bengint Nusantara Industries 5,63 16,00 10,38 65%
6 PT Asiaraya Batamindo 1,10 22,50 21,40 95%
7 Asiaprint Manufacturing PTE
LTD
0,95 11,68 10,73 92%
Presentase rata-rata penurunan lead time adalah 65% hingga 95%. Hal ini
merupakan rata-rata penurunan yang besar, dan dapat menguntungkan bila
dikaitkan dengan safety stock dan nilai bahan baku yang harus disimpan dalam
warehouse. Perbedaan rata-rata lead time awal dan setelah implementasi VMI
akan lebih jelas terlihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Lead Time Awal, Lead Time VMI dan Penurunan Lead Time
0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.0090.00
100.00110.00
Lead Time
Rata-rata LT Aktual - Rata-rata LT awal - Rata-rata Penurunan LT -
40 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.7 menunjukkan adanya penurunan lead time sebelum dan
sesudah VMI. VMI dapat menurunkan lead time rata-rata antara 10,38 hingga
96,82 hari. Data selengkapnya mengenai data rata-rata lead time sebelum
implementasi VMI, rata-rata lead time sesudah implementasi VMI dan penurunan
lead time yang terjadi untuk setiap part dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Data Rata-Rata Lead Time Sebelum VMI, Rata-Rata Lead Time
Sesudah VMI dan Penurunan Lead Time
P/N Vendor
Rata-
Rata LT
Sebelum
Rata-
Rata LT
Sesudah
Penurunan
LT %
S1B83755
Sanwa Plastic
Industry PTE LTD 30 1,00 29,00 97%
02011053
Sanwa Plastic
Industry PTE LTD 3 8,00 -5,00 -167%
02011052
Sanwa Plastic
Industry PTE LTD 32 0,00 32,00 100%
1CAP013053
Future Electronics
Inc.(Distribution) 101 6,50 94,50 94%
B2BEHTSL
FSN
Future Electronics
Inc.(Distribution) 91 4,00 87,00 96%
1CAP013044
Future Electronics
Inc.(Distribution) 115 6,50 108,50 94%
1CAP009726
Future Electronics
Inc.(Distribution) 87 8,00 79,00 91%
SZ1RB4148
TTI Electronics Asia
PTE LTD 78 5,25 72,75 93%
SZ1RB6510
TTI Electronics Asia
PTE LTD 68 5,00 63,00 93%
SZ1RB6519
TTI Electronics Asia
PTE LTD 68 5,00 63,00 93%
SZ1CC3172
TTI Electronics Asia
PTE LTD 73 5,50 67,50 92%
1CNR00969
0
TTI Electronics Asia
PTE LTD 93 4,00 89,00 96%
PN658485P0
77
TTI Electronics Asia
PTE LTD 101 5,50 95,50 95%
KREST0031
3
TTI Electronics Asia
PTE LTD 88 7,00 81,00 92%
30154445
TTI Electronics Asia
PTE LTD 73 7,00 66,00 90%
1CAP007179
TTI Electronics Asia
PTE LTD 63 7,00 56,00 89%
41 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.14 Data Rata-Rata Lead Time Sebelum VMI, Rata-Rata Lead Time
Sesudah VMI dan Penurunan Lead Time (Sambungan)
P/N Vendor
Rata-
Rata LT
Sebelum
Rata-
Rata LT
Sesudah
Penurunan
LT %
HRB17481
PT Bengint Nusantara
Industries 16 5,63 10,37 65%
AAV93738H
T
PT. Asiaraya
Batamindo 23 1,40 21,60 94%
W917574050
112
PT. Asiaraya
Batamindo 23 1,00 22,00 96%
W917558840
312
PT. Asiaraya
Batamindo 24 0,50 23,50 98%
AAV35716
PT. Asiaraya
Batamindo 23 1,00 22,00 96%
HRB40377
PT. Asiaraya
Batamindo 16 1,00 15,00 94%
K6587911P0
01
Asiaprint
Manufacturing PTE
LTD 10 1,20 8,80 88%
S1B11231
Asiaprint
Manufacturing PTE
LTD 9 1,00 8,00 89%
3135101
Asiaprint
Manufacturing PTE
LTD 9 0,89 8,11 90%
15000252
Asiaprint
Manufacturing PTE
LTD 16 1,00 15,00 94%
17214737
Asiaprint
Manufacturing PTE
LTD 16 0,50 15,50 97%
S1B64710
Asiaprint
Manufacturing PTE
LTD 9 0,86 8,14 90%
NEZALAB0
032
Asiaprint
Manufacturing PTE
LTD 16 0,00 16,00 100%
35009681
Asiaprint
Manufacturing PTE
LTD 16 1,00 15,00 94%
HRB75523
Asiaprint
Manufacturing PTE
LTD 9 0,50 8,50 94%
17214735
Asiaprint
Manufacturing PTE
LTD 16 0,50 15,50 97%
42 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.14 Data Rata-Rata Lead Time Sebelum VMI, Rata-Rata Lead Time
Sesudah VMI dan Penurunan Lead Time (Sambungan)
P/N Vendor
Rata-
Rata LT
Sebelum
Rata-
Rata LT
Sesudah
Penurunan
LT %
17214738
Asiaprint
Manufacturing PTE
LTD 16 1,50 14,50 91%
17214740
Asiaprint
Manufacturing PTE
LTD 16 2,00 14,00 88%
NEZALAB0
033
Asiaprint
Manufacturing PTE
LTD 16 2,00 14,00 88%
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa lead time untuk semua part berkurang
dari lead time awal, kecuali lead time aktual untuk part number 02011053 dari
Sanwa Plastic Industry PTE LTD. Hal ini dikarenakan lead time awal dari Sanwa
Plastic Industry PTE LTD hanya tiga hari, namun pada kenyataannya barang
dikirim delapan hari setelah pemesanan. Mundurnya pengiriman sendiri
disebabkan oleh barang yang belum siap di pihak pemasok. Hal ini masih dalam
batas toleransi SEMB, karena masih berada dalam target lead time yang
diinginkan, yaitu delapan hari.
Lead time yang berkurang drastis adalah untuk part number 02011052
dari Sanwa Plastic Industry PTE LTD dan NEZALAB0032 dari Asiaprint
Manufacturing PTE LTD. Hal ini dikarenakan lead time selama pengiriman bulan
Maret dan April adalah nol. Hal ini berarti bahan baku dikirim pada hari yang
sama dengan hari pemesanan dilakukan. Hal ini bukan berarti target lead time
dapat diturunkan menjadi nol, karena data yang diambil untuk pengamatan hanya
dua bulan dan belum mencakup semua kemungkinan dari pemasok tersebut.
Mengabaikan kondisi dari part 02011053, dapat dilihat bahwa implementasi VMI
berdampak pada pengurangan lead time dan semua lead time aktual berada di
bawah target, sesuai dengan keinginan dari PT SEMB PEL.
43 Universitas Kristen Petra
4.5.4.2 Analisa Perbandingan Safety Stock
Lead time yang berubah, akan mempengaruhi jumlah safety stock yang
harus disimpan pada gudang untuk memenuhi kebutuhan selama lead time. Hal ini
dikarenakan safety stock berbanding lurus dengan lead time. Safety stock pada
SEMB ditentukan dengan rumus LTADU coef SS . SS coef ditentukan
berdasarkan kombinasi klasifikasi ABC dan FMR. Koefisien tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.15. Semakin kecil nilai dari suatu inventori, maka koefisiennya
cenderung semakin besar. Hal ini dikarenakan safety stock untuk bahan baku yang
nilai atau biayanya tidak terlalu tinggi diizinkan untuk lebih banyak. Semakin
jarang pergerakan suatu barang, nilai koefisiennya juga cenderung semakin besar.
Hal ini dikarenakan dibutuhkan safety stock yang cenderung lebih banyak untuk
barang yang pergerakannya jarang. Jika suatu saat terjadi permintaan yang berada
di luar prediksi, maka akan terdapat safety stock yang dapat digunakan terlebih
dahulu. Barang yang memiliki pergerakan jarang juga memiliki jadwal perilisan
PO yang jarang, karena pemesanan PO didasarkan pada ramalan permintaan yang
ada pada sistem. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa dibutuhkan safety stock
yang cenderung lebih besar untuk menjaga ketersediaan bahan baku jika ada hal-
hal di luar prediksi.
Tabel 4.15 SS Coefficient
Classification F M R
A 0,45 0,90 0,90
B 0,80 1,25 1,10
C 1,10 1,75 1,75
Average daily usage (ADU) merupakan rata-rata penggunaan harian
yang didapatkan dari rata-rata ramalan permintaan selama 3 bulan dengan asumsi
teradapat 25 hari kerja selama satu bulan. Safety stock sebelum implementasi VMI
didapatkan dari JIT pada tanggal sebelum diterapkannya VMI untuk masing-
masing pemasok, sementara safety stock sesudah implementasi VMI didapatkan
dari perhitungan dengan rumus yang telah ditampilkan. Perhitungan safety stock
yang dinginkan didapatkan dengan menggunakan parameter lead time delapan
hari. Nilai safety stock yang sesungguhnya didapatkan dengan menggunakan
44 Universitas Kristen Petra
parameter lead time aktual rata-rata dari setiap part number. Jumlah part yang
telah diterima SEMB dengan menggunakan metode VMI hingga bulan April
berjumlah 35 parts, sehingga data untuk safety stock yang aktual hanya tersedia
untuk 35 parts tersebut. Data mengenai safety stock sebelum, setelah VMI dan
target dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Data Safety Stock Sebelum, Setelah VMI dan Target
P/N
LT
Setelah
VMI
SS
Sebelum
VMI
SS Setelah
VMI SS Target
%
Penurunan
%
Penurunan
Target
S1B83755 1,00 433 101,13 809,01 77% -87%
2011053 8,00 11.707 2.317,57 2.317,57 80% 80%
2011052 0,00 23.847 0,00 8.789,76 100% 63%
1CAP013053 6,50 6.031 708,04 871,44 88% 86%
B2BEHTSLFSN 4,00 4.986 349,89 699,78 93% 86%
1CAP013044 6,50 16.702 1.580,11 1.944,75 91% 88%
1CAP009726 8,00 28.843 3.195,56 3.195,56 89% 89%
SZ1RB4148 5,25 21.564 2.248,48 3.426,25 90% 84%
SZ1RB6510 5,00 17.837 2.264,46 3.623,14 87% 80%
SZ1RB6519 5,00 43.221 4.457,64 7.132,22 90% 83%
SZ1CC3172 5,50 55.224 3.899,19 5.671,54 93% 90%
1CNR009690 4,00 5.152 200,96 401,92 96% 92%
PN658485P077 5,50 18.009 2.130,57 3.099,01 88% 83%
KREST00313 7,00 7.635 501,76 573,44 93% 92%
30154445 7,00 21.166 2.064,52 2.359,46 90% 89%
1CAP007179 7,00 114.101 18.860,59 21.554,96 83% 81%
HRB17481 5,63 11.884 2.710,04 3.854,28 77% 68%
AAV93738HT 1,40 543 34,09 194,77 94% 64%
W917574050112 1,00 2.202 125,55 1.004,37 94% 54%
W917558840312 0,50 4.860 143,79 2.300,59 97% 53%
AAV35716 1,00 408 25,34 202,75 94% 50%
HRB40377 1,00 427 21,37 170,96 95% 60%
K6587911P001 1,20 6.340 1.029,35 6.862,36 84% -8%
S1B11231 1,00 26 58,21 465,70 -124% -1691%
3135101 0,89 12.365 581,85 5.236,65 95% 58%
15000252 1,00 973 40,11 320,91 96% 67%
17214737 0,50 3.346 118,32 1.893,17 96% 43%
S1B64710 0,86 10.964 521,87 4.870,83 95% 56%
NEZALAB0032 0,00 565 0,00 184,10 100% 67%
45 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.16 Data Safety Stock Sebelum, Setelah VMI dan Target (Sambungan)
P/N
LT
Setelah
VMI
SS
Sebelum
VMI
SS Setelah
VMI SS Target
%
Penurunan
%
Penurunan
Target
35009681 1,00 3.858 310,80 2.486,40 92% 36%
HRB75523 0,50 1.286 33,10 529,64 97% 59%
17214735 0,50 3.346 86,05 1.376,85 97% 59%
17214738 1,50 3.346 258,16 1.376,85 92% 59%
17214740 2,00 3.346 473,29 1.893,17 86% 43%
NEZALAB0033 2,00 565 46,02 184,10 92% 67%
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa karena lead time berada dalam target,
maka target dari safety stock pun tercapai, bahkan safety stock dapat berkurang
seminimum mungkin. Hal ini akan menghemat biaya inventori yang harus
disimpan. Biaya inventori akan dibahas pada subbab selanjutnya. Penurunan
safety stock setelah VMI terhadap safety stock sebelum VMI berkisar antara 77%
hingga 100%. Penurunan 100% terjadi dikarenakan adanya bahan baku yang
langsung dikirim pada hari yang sama dengan hari pemesanan. Penurunan safety
stock target terhadap safety stock sebelum VMI berkisar antara 36% hingga 92%.
Hal ini dikarenakan adanya penurunan lead time yang diharapkan menjadi 8 hari.
Ada beberapa nilai safety stock yang justru meningkat. Safety stock untuk
part S1B83755, K6587911P001 dan S1B11231 memiliki target yang lebih tinggi
dibandingkan dengan safety stock sebelum VMI. Hal ini dikarenakan safety stock
yang ditentukan oleh pembeli kecil, berdasarkan pertimbangan tren dari
penggunaan bahan baku tersebut. Safety stock untuk S1B11231 berada di bawah
ADU, sehingga terlihat janggal dibandingkan dengan dua part lainnya. Safety
stock sebaiknya paling tidak berada di atas ADU, sehingga aman untuk konsumsi
rata-rata selama satu hari.
Safety stock yang dianjurkan untuk dipakai selanjutnya adalah nilai target
dari safety stock, karena masih sedikit jumlah pengiriman sehingga belum
didapatkan lead time yang stabil. Lead time yang belum stabil dan belum
diketahui trennya akan menambah resiko kekurangan atau kelebihan inventori,
jika ternyata meleset. Dalam kasus ini resiko yang mungkin terjadi adalah
kekurangan inventori karena lead time rata-rata aktual lebih kecil dibandingkan
target.
46 Universitas Kristen Petra
Hal yang perlu diingat adalah penentuan target lead time harus
disesuaikan dengan data historis pengiriman dari setiap pemasok, sesuai dengan
pembahasan di bagian sebelumnya. Penentuan lead time inilah yang akan
mempengaruhi besarnya jumlah safety stock yang dibutuhkan untuk setiap part.
4.5.4.3 Analisa Perbandingan Biaya Inventori
Biaya dari inventori sebelum dan setelah implementasi VMI juga dapat
dibandingkan. Biaya inventori diambil dari data JIT pada setiap akhir minggu.
Data yang digunakan pada JIT adalah kolom total stock. Pengambilan data biaya
inventori dimulai pada minggu kedua hingga minggu ke-20 tahun 2014. Rata-rata
biaya inventori kemudian dihitung sebagai data sebelum dan setelah implementasi
VMI. Data minggu pertama hingga minggu ke-12 merupakan data sebelum
implementasi, minggu ke-13 hingga minggu ke-20 merupakan data setelah
implementasi. Data lengkap mengenai rata-rata biaya inventori dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Perbandingan biaya inventori dapat lebih mudah dibandingkan setelah
dikelompokkan berdasarkan pemasok. Gambar 4.8 hingga Gambar 4.10
menunjukkan perbandingan biaya inventori sebelum, setelah dan target biaya
inventori setiap part untuk tiga pemasok. Perbandingan untuk ketiga pemasok
lainnya dapat dilihat pada Lampiran 7 sementara grafik perbandingan data mulai
minggu ke-2 hingga ke-20 untuk setiap part dapat dilihat pada Lampiran 8.
Gambar 4.8 menunjukkan perbandingan biaya inventori untuk Sanwa
Plastic Industry PTE LTD. Biaya untuk part 02011053 dan 02011052 turun
dibandingkan dengan biaya inventori rata-rata sebelum implementasi VMI.
Penurunan ini sesuai dengan yang diharapkan, karena menuju pada target biaya
inventori dari masing-masing part. Grafik pada Lampiran 8 menunjukkan adanya
tren penurunan biaya inventori ke arah target. Part 02011053 mengalami sedikit
kenaikan pada minggu ke-17 hingga 20. Hal ini dikarenakan masih adanya
peningkatan permintaan di minggu tersebut. Peningkatan ini hanya menyebabkan
biaya inventori naik, namun tidak setinggi pada saat sebelum diterapkannya VMI,
sehingga masih terdapat peningkatan dalam pencapaian target. Biaya inventori
untuk part 02011052 pada minggu ke-18 berada di bawah target, hal ini
47 Universitas Kristen Petra
dikarenakan masih adanya pemesanan VMI yang terlambat dikirim oleh pemasok,
karena bahan baku belum siap. Biaya inventori pada minggu ke-20 mulai
meningkat lagi dan bergerak ke arah target, karena ada bahan baku yang telah
dikirim pemasok.
Gambar 4.8 Perbandingan Biaya Inventori JIT untuk Sanwa Plastic Industry PTE
LTD
Biaya inventori untuk part S1B83755 setelah implementasi VMI
memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum implementasi.
Hal ini dikarenakan ada kenaikan permintaan pada minggu ke-17 dan 20,
sehingga jumlah pemesanan juga ditingkatkan untuk minggu tersebut. Hal yang
perlu diperhatikan adalah selain kenaikan pemesanan pada dua minggu tersebut,
ada tren penurunan biaya inventori ke arah target.
Gambar 4.9 Perbandingan Biaya Inventori JIT untuk Future Electronics
(Distribution)
S1B83755 2011053 2011052
Rata-Rata Sebelum 2335.41 1873.22 7771.85
Rata-Rata Setelah 2889.9 1156.87 4346.25
Target 1700.21 379.69 1955.51
02000400060008000
Sanwa
1CAP013053 B2BEHTSLFSN 1CAP013044 1CAP009726
Rata-Rata Sebelum 985.61 344.53 2602.86 704.08
Rata-Rata Setelah 557.92 316.67 1284.05 442.68
Target 119.9 88.71 150.23 73.25
0500
10001500200025003000
Future
48 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.9 menunjukkan perbandingan biaya inventori untuk keempat
part Future Electronics (Distribution) yang dipesan selama bulan Maret dan April
2014. Dapat dilihat bahwa untuk keempat part yang ada, terjadi penurunan rata-
rata biaya inventori setelah implementasi VMI. Grafik untuk Future Electronics
(Distribution) pada Lampiran 8 menunjukkan bahwa terdapat tren penurunan
biaya inventori hinggga minggu ke-20. Tren penurunan ini menyebabkan biaya
inventori untuk parts tersebut semakin mendekati target yang diinginkan.
Terjadinya peningkatan di minggu ke-18 hingga 20 untuk part
1CAP013053 dan B2BEHTSLFSN disebabkan masih adanya back to back PO
untuk part ini yang masih bersifat aktif. Pemasok masih mengirim part sesuai
dengan pesanan back to back PO di samping pesanan VMI hingga tidak ada lagi
outstanding untuk back to back PO.
Gambar 4.10 menunjukkan perbandingan biaya inventori untuk Asiaprint
Manufacturing PTE LTD. Seluruh part number mengalami penurunan rata-rata
biaya inventori kecuali untuk part number S1B11231. Hal ini dikarenakan pada
minggu ke-18 dan 20 terjadi lonjakan pemesanan menjadi 2.000 buah. Hal ini
dikarenakan bahan baku pada gudang digunakan dalam jumlah yang cukup besar,
dan pada minggu ke-16 dan 17 jumlah inventori berada di bawah target. Hal ini
menyebabkan pesanan VMI untuk minggu berikutnya melonjak, dan di akhir
minggu 20 bahan baku tersebut belum dikonsumsi lagi.
49 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.10 Perbandingan Biaya Inventori JIT untuk Asiaprint Manufacturing PTE LTD
K6587911P001
S1B11231
31351011500025
21721473
7S1B6471
0NEZALAB
00323500968
1HRB7552
31721473
51721473
81721474
0NEZALAB
0033
Rata-Rata Sebelum 1929.91 65.55 977.07 189.89 2712.72 2283.27 402.67 4262.26 290.82 8416.82 3626.56 1854.23 415.64
Rata-Rata Setelah 1510.21 85.57 528.08 76.74 2325.95 956.18 339.72 2047.96 154.71 4334.24 2349.11 1522.5 309.04
Target 503.38 61.08 303.04 60.51 1044.74 638.5 111.94 842.88 62.6 1056.54 1243.65 796.09 111.8
0500
10001500200025003000350040004500500055006000650070007500800085009000
Asiaprint
49
Un
ivers
itas K
riste
n P
etra
50 Universitas Kristen Petra
4.5.4.4 Healthy and Unhealthy Stock
VMI mempengaruhi biaya inventori yang ada, sehingga secara otomatis
juga mempengaruhi biaya dari healthy stock dan unhealthy stock. Healthy stock
merupakan stock yang berada dalam batas minimal dan batas maksimal yang
dianjurkan. Batas-batas ini merupakan batas biaya yang ditetapkan oleh
perusahaan. Batas minimum yang ditentukan oleh PT SEMB PEL adalah sebesar
70% dari safety stock yang ditentukan. Batas maksimum yang ditentukan adalah
sebesar 130% dari safety stock dan 50% dari nilai MOQ.
Unhealthy stock sendiri mencakup missing stock, excess stock dan
provision. Missing stock terjadi ketika inventori berada di bawah batas minimum,
sementara excess stock terjadi ketika inventori melebihi batas maksimum.
Provision sendiri dapat diartikan sebagai stock yang berumur lebih dari dua tahun
dan sulit untuk dijual (obsolescence) atau inventori yang berumur lebih dari satu
tahun (slow moving).
VMI yang dijalankan pada bulan Maret hingga April mencakup 35 part
number. Pergerakan kondisi inventori beserta kondisi stock tersebut dapat dilihat
pada Gambar 4.11. Kondisi inventori untuk masing-masing part ini didapatkan
dengan OneMMTool yang diunduh setiap minggu.
Gambar 4.11 Grafik Pergerakan Kondisi Inventori Total untuk 35 Parts VMI
Gambar 4.11 menunjukkan bahwa kondisi inventori aktual untuk 35
parts VMI tersebut sudah searah atau sesuai dengan proyeksi inventori yang ada.
-
10,000.00
20,000.00
30,000.00
40,000.00
50,000.00
60,000.00
70,000.00
80,000.00
Inventori VMI Total
Stock VMI
ProjectedInventory
Excess Stock
Provision
Missing
51 Universitas Kristen Petra
Proyeksi inventori atau projected inventory didapatkan dari open PO dan PR yang
yang ada, beserta dengan rencana konsumsi yang ada. Biaya inventori di setiap
bulannya dapat diproyeksikan dan melalui grafik-grafik pergerakan inventori,
dapat dilihat apakah biaya inventori sesuai dengan proyeksi atau tidak. Biaya
proyeksi inventori untuk minggu-minggu dalam satu bulan yang sama akan
bernilai sama.
Excess stock pada grafik menunjukkan adanya tren menurun. Provision
jarang terjadi dan missing stock juga menunjukkan tren menurun. Gambar 4.11
akan dapat dijelaskan lebih terperinci bila dipecah ke dalam grafik untuk setiap
pemasok. Gambar 4.12 hingga Gambar 4.14 merupakan gambar grafik untuk tiga
pemasok. Grafik untuk ketiga pemasok lainnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
Data selengkapnya mengenai pergerakan kondisi inventori setiap minggu untuk
masing-masing pemasok berdasarkan OneMMTools dapat dilihat pada Lampiran
10.
Gambar 4.12 Grafik Pergerakan Kondisi Inventori untuk 3 Parts Sanwa Plastic
Industry PTE LTD
Gambar 4.12 menunjukkan grafik pergerakan kondisi inventori untuk
Sanwa Plastic Industry PTE LTD. Biaya inventori untuk Sanwa Plastic Industry
PTE LTD bergerak sesuai dengan arah proyeksi inventori, dan terdapat tren
penurunan setelah diterapkan VMI, yaitu setelah minggu ke-12. Data untuk
Sanwa Plastic Industry PTE LTD hanya dapat diambil hingga minggu ke-14. Hal
0
5000
10000
15000
20000
wk2
wk3
wk4
wk5
wk6
wk7
wk8
wk9
wk1
0
wk1
1
wk1
2
wk1
3
wk1
4
Inventori VMI Sanwa
Stock VMI
ProjectedInventory
Excess Stock
Provision
52 Universitas Kristen Petra
ini dikarenakan data OneMMTools untuk minggu ke-15 hingga minggu ke-20
tidak menyediakan data untuk ketiga parts Sanwa Plastic Industry PTE LTD
tersebut. OneMMTools hanya dapat diunduh pada minggu tersebut dan tidak
dapat diulang di minggu berikutnya. Hal ini yang menyebabkan ketidaktersediaan
data untuk ketiga parts ini.
Excess stock meningkat pada minggu ke-8 dan ke-9, namun
menunjukkan tren menurun setelah minggu ke-12. Peningkatan excess stock ini
disebabkan oleh barang-barang yang dibutuhkan pada minggu sebelumnya baru
datang pada minggu ke-8 dan ke-9. Hal ini menyebabkan penumpukan stock
hingga bahan baku tersebut dipakai. Sebagai efek dari semua itu, terlihat
penurunan terjadinya missing stock dimulai pada minggu ke-8 tersebut.
Gambar 4.13 Grafik Pergerakan Kondisi Inventori untuk 4 Parts Future
Electronics (Distribution)
Gambar 4.13 menunjukkan pergerakan kondisi inventori untuk 4 parts
Future Electronics (Distribution) yang berada di bawah purchasing group VMI.
Pergerakan biaya inventori yang ada sesuai dengan pergerakan proyeksi inventori
yang ada. Biaya inventori pada minggu ke-19 dan ke-20 meningkat, hal ini
dikarenakan adanya peningkatan pemesanan VMI ke pemasok. Selain itu terdapat
beberapa PO issue, sehingga bahan baku yang telah datang pada periode
sebelumnya baru dapat diterima dan masuk dalam sistem setelah PO issue selesai,
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
Inventori VMI Future
Stock VMI
Projected Inventory
Excess Stock
Provision
Missing
VMI parts
53 Universitas Kristen Petra
yakni di minggu ke-19 dan ke-20 tersebut. Adanya penundaan penerimaan bahan
baku juga menyebabkan pemesanan VMI untuk part tersebut meningkat karena
barang yang telah datang belum dimasukkan ke dalam sistem dan dianggap belum
ada di gudang. Hal ini yang menyebabkan naiknya permintaan, dan biaya
inventori meningkat di minggu tersebut. Penerimaan bahan baku untuk back to
back PO juga terdapat pada minggu ke-19 dan ke-20 ini, sehingga juga
mempengaruhi meningkatnya biaya inventori.
Tidak ada kasus missing stock untuk 4 parts Future Electronics
(Distribution) yang ada. Nilai dari excess stock juga menunjukkan adanya tren
menurun, dimulai dari minggu ke-8 hingga implementasi VMI. Penurunan excess
stock dan pergerakan biaya inventori yang sesuai dengan proyeksi merupakan
salah satu target dari implementasi VMI yang tercapai.
Gambar 4.14 Grafik Pergerakan Kondisi Inventori untuk 13 Parts Asiaprint
Manufacturing PTE LTD
Gambar 4.14 menunjukkan grafik pergerakan inventori untuk 13 parts
dari Asiaprint Manufacturing PTE LTD. Data minggu ke-16 hingga minggu ke-20
hanya mencakup 8 parts saja, sehingga data proyeksi inventori untuk minggu
tersebut hanya diambil dari kedelapan parts tersebut saja. Biaya inventori sesuai
dengan proyeksi inventori hingga minggu ke-8, dan meningkat pada minggu ke-
10. Hal ini menyebabkan nilai excess stock juga meningkat di minggu ke-10. Hal
ini dikarenakan adanya penurunan konsumsi untuk 4 parts yang ada. Sebagai
05000
1000015000200002500030000350004000045000
Inventori VMI Asiaprint
Stock VMI
Projected Inventory
Excess Stock
Provision
Missing
VMI parts
54 Universitas Kristen Petra
contoh part 17214737 pada minggu ke-8 dikonsumsi sebesar 5000, pada minggu
ke-9 dan ke-10 hanya dikonsumsi total sebesar 1000. Hal ini menyebabkan
penumpukan inventori di gudang dan menyebabkan biaya inventori meningkat.
Penurunan mulai terjadi setelah minggu ke-11, dimana konsumsi mulai
sesuai dengan proyeksi inventori. Nilai excess pun juga mengikuti tren penurunan,
sehingga unhealthy stock mulai menurun. Missing stock hanya terjadi di minggu
ke-3 dan ke-4 dengan nilai 3 USD, dimana bahan baku masih di bawah back to
back order. Missing stock tidak lagi terjadi setelah implementasi VMI, karena
pihak Asiaprint Manufacturing PTE LTD dapat mengirim bahan baku dengan
lead time aktual maksimal sebesar 2 hari selama waktu pengamatan dilakukan.
4.5.5 Resiko VMI
Resiko dari VMI terhadap PT SEMB PEL adalah berupa liability yang
harus diambil jika permintaan atau jumlah pesanan kepada pemasok lebih kecil
dari jumlah ramalan permintaan yang dikirimkan kepada pemasok. Proses liability
dari setiap pemasok berbeda. Umumnya, bila suatu bahan baku sama sekali tak
bergerak dalam kurun waktu 4 minggu atau satu bulan, maka pihak pemasok akan
memberi peringatan kepada PT SEMB PEL. Pihak PT SEMB PEL wajib untuk
mengambil inventori dari pemasok sejumlah ramalan permintaan yang telah
dikirimkan. Jangka waktu pengambilan adalah tiga bulan dari peringatan
diberikan.
Pengamatan yang dilakukan selama pemesanan bulan Maret dan April
menunjukkan bahwa terdapat beberapa part yang memiliki pesanan di bawah
ramalan permintaan. Tabel 4.17 menunjukkan data mengenai perbandingan
pesanan dan ramalan permintaan di bulan Maret dan April 2014. Data yang lebih
detail dapat dilihat pada Lampiran 11.
Tabel 4.17 Perbandingan Pesanan dan Ramalan Permintaan
P/N Pemasok Order
Mar
Fore.
Mar
Stat.
Mar
Order
Apr
Fore.
Apr
Stat.
Apr
SZ1TR1001 AVNET - - - 162.000 0 Ok
28130-00027 AVNET - - - 9.000 2.943 Ok
HUA17594 AVNET - - - 810 0 Ok
55 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.17 Perbandingan Pesanan dan Ramalan Permintaan (Sambungan)
P/N Pemasok Order
Mar
Fore.
Mar
Stat.
Mar
Order
Apr
Fore.
Apr
Stat.
Apr
SZ1SA7003 AVNET - - - 1.500 694 Ok
1NTC008816 AVNET - - - 2.000 0 Ok
1NTC008830 AVNET - - - 1.380 0 Ok
1NTC008831 AVNET - - - 1.872 0 Ok
1CAP013053 FUTURE 300 4.156 No 5.400 5.376 Ok
B2BEHTSLFSN FUTURE 1.400 1.528 No 1.400 2.112 No
1CAP013044 FUTURE 0 0 Ok 8.000 9.630 No
1CNR013153 FUTURE 0 0 Ok 82.500 9.959 Ok
1CAP009726 FUTURE 0 1.539 No 2.000 8.359 No
HUA10276 TTI 16.000 2.757 Ok 8.000 4.197 Ok
SZ1RB4148 TTI 10.000 1.455 Ok 35.000 4.503 Ok
SZ1RB6510 TTI 5.000 4.234 Ok 10.000 1.216 Ok
SZ1RB6519 TTI 5.000 1.483 Ok 25.000 7.661 Ok
SZ1CC3172 TTI 4.000 35.306 No 12.000 22.480 No
1RES000956 TTI 35.000 0 Ok 95.000 0 Ok
1CNR009690 TTI 800 3.831 No 10.400 0 Ok
1CAP011931 TTI 0 0 Ok 18.000 2.658 Ok
PN658485P077 TTI 0 0 Ok 30.000 0 Ok
KREST00313 TTI 0 0 Ok 2.500 2.176 Ok
30154445 TTI 0 217 No 4.000 8.183 No
1CAP007179 TTI 0 64.945 No 60.000 41.597 Ok
K6587911P001 ASIAPRINT 10.000 1.328 Ok 8.000 10.120 No
S1B11231 ASIAPRINT 1.000 0 Ok 2.000 113 Ok
3135101 ASIAPRINT 3.000 0 Ok 27.000 11.374 Ok
15000252 ASIAPRINT 0 0 Ok 500 196 Ok
17214737 ASIAPRINT 0 0 Ok 2.000 9.222 No
S1B64710 ASIAPRINT 0 0 Ok 21.000 10.425 Ok
NEZALAB0032 ASIAPRINT 0 0 Ok 1.000 283 Ok
35009681 ASIAPRINT 0 0 Ok 13.000 5.937 Ok
HRB75523 ASIAPRINT 0 0 Ok 2.000 1.821 Ok
17214735 ASIAPRINT 0 0 Ok 7.000 9.222 No
17214738 ASIAPRINT 0 0 Ok 4.000 9.222 No
17214740 ASIAPRINT 0 0 Ok 2.000 7.222 No
NEZALAB0033 ASIAPRINT 0 0 Ok 1.000 151 Ok
AAV93738HT ASIARAYA 1.000 0 Ok 4.500 415 Ok
W917574050112 ASIARAYA 1.000 0 Ok 0 980 No
W917558840312 ASIARAYA 0 2.446 No 4.000 1.774 Ok
AAV35716 ASIARAYA 0 0 Ok 500 0 Ok
56 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.17 Perbandingan Pesanan dan Ramalan Permintaan (Sambungan)
P/N Pemasok Order
Mar
Fore.
Mar
Stat.
Mar
Order
Apr
Fore.
Apr
Stat.
Apr
HRB40377 ASIARAYA 0 0 Ok 2.000 0 Ok
HRB17481 BENGINT - - - 22.000 30.808 No
S1B83755 SANWA - - - 900 0 Ok
02011053 SANWA - - - 600 0 Ok
02011051 SANWA - - - 4.032 0 Ok
02011052 SANWA - - - 10.332 0 Ok
Status “Ok” pada Tabel 4.17 menunjukkan kondisi bahwa jumlah
pesanan lebih tinggi daripada ramalan permintaan, sementara “No” menunjukkan
kondisi sebaliknya. Terdapat 3 parts dari total 5 parts yang dipesan pada pemasok
Future Electronics (Distribution) yang memiliki jumlah di bawah ramalan
permintaan. Hal ini akan menyebabkan PT SEMB PEL wajib untuk mengambil
selisih jumlah dari ramalan permintaan dan pesanan dalam kurun waktu 3 bulan
dari saat itu. Selisih yang besar terlihat untuk 1CAP013053 pada bulan Maret,
serta 1CAP009726 untuk bulan April. Liability untuk PT SEMB PEL dapat
dilimpahkan pada pemesanan di bulan berikutnya. Liability bukan menjadi
masalah, apabila pemesanan di bulan berikutnya melebihi ramalan permintaan
yang ada.
Pemesanan untuk TTI Electronics Asia PTE LTD yang berada di bawah
ramalan permintaan terjadi pada 4 parts dari total 12 parts pada bulan Maret, dan
2 parts pada bulan April. Liability yang mencolok terjadi untuk part SZ1CC3172,
dimana terdapat selisih 31.306 buah pada bulan Maret dan 10.480 buah pada
bulan April. Part 1CAP007179 pada bulan Maret juga tidak memiliki pesanan,
sementara ramalan permintaan menunjukkan jumlah 64.945. Dapat dilihat bahwa
pada bulan April, terdapat kelebihan jumlah pemesanan dibandingkan dengan
ramalan permintaan sejumlah 18.403 buah. Jumlah 18.403 buah ini dapat
dianggap sebagai pengambilan liability untuk bulan sebelumnya, sehingga sisa
liability untuk dua bulan mendatang adalah 46.542 buah.
Pemesanan untuk Asiaprint Manufacturing PTE LTD pada bulan April
juga memiliki beberapa pemesanan yang di bawah ramalan permintaan. Salah satu
pemesanan, yaitu untuk part K6587911P001 memiliki kelebihan pemesanan
57 Universitas Kristen Petra
sebesar 8.672 buah. Part ini merupakan part yang baru dipesan dengan
menggunakan metode VMI pada bulan ini, sehingga tidak terdapat liability untuk
bulan sebelumnya. Kelebihan pemesanan ini dapat dianggap sebagai pemenuhan
liability untuk bulan berikutnya, dimana pemesanan VMI lebih kecil sebesar
2.120 parts dari ramalan permintaan yang seharusnya.
Pemesanan untuk PT Asiaraya Batamindo atas part W917574050112
juga memiliki kasus yang sama dengan part K6587911P001, dimana kelebihan
pemesanan pada bulan Maret akan memenuji liability untuk bulan April. Hal ini
dikarenakan pada bulan Maret terdapat pemesanan sejumlah 1.000 sementara
tidak ada ramalan permintaan, sementara pada bulan April tidak ada pemesanan
sementara terdapat ramalan permintaan sejumlah 980.
Pemesanan untuk PT Bengint Nusantara Industries baru dilakukan untuk
bulan April, dan pemesanan berada di bawah ramalan permintaan sehingga
terdapat liability yang harus diambil. Pemesanan untuk bulan berikutnya belum
diketathui, sehingga belum dapat diketahui apakah liability telah lunas diambil
atau tidak.
Selama pengamatan, pengambilan liability tidak menjadi masalah bagi
PT SEMB PEL, karena semua part yang menggunakan metode VMI merupakan
parts yang high runner, sehingga mengalami perputaran yang cepat untuk
produksi. Perjanjian liability yang harus diambil dalam kurun waktu tiga bulan
pun telah disesuaikan dengan kondisi part high runner yang ada di PT SEMB
PEL, sehingga waktu tersebut cukup untuk pemenuhan liability.
Liability hanyalah salah satu dari resiko yang harus ditanggung oleh PT
SEMB PEL dalam menjalankan VMI. Resiko lainnya adalah kebalikan dari
liability, yaitu kasus bila tidak ada ramalan permintaan namun ada permintaan.
Pemasok akan menyimpan inventori untuk 3 bulan ke depan. Tidak akan terjadi
masalah bila dalam kurun waktu 3 bulan tersebut total dari permintaan berada
dalam rentang ramalan permintaan yang diberikan untuk 3 bulan tersebut.
Masalah baru akan terjadi apabila ramalan permintaan tidak ada, sementara
permintaan terus ada. Hal ini akan menyebabkan shortage pada PT SEMB PEL.
Beberapa pemasok lokal bersedia untuk mengirim barang, walaupun tidak
terdapat ramalan permintaan yang tersisa untuk part tersebut. Beberapa pemasok
58 Universitas Kristen Petra
lain, khususnya distributor, tidak bersedia untuk mengirimkan part yang tidak
memiliki ramalan permintaan.
Kasus ini terjadi untuk 1 parts pada Future Electronics (Distribution), 7
parts pada TTI Electronics Asia PTE LTD, 5 parts pada Asiaprint Manufacturing
PTE LTD, 3 parts pada PT Asiaraya Batamindo dan 4 parts pada Sanwa Plastic
Industry PTE LTD. Akibatnya, pada beberapa part untuk Sanwa Plastic Industry
PTE LTD dan Future Electronics (Distribution) tidak dapat dikirimkan ke PT
SEMB PEL oleh pemasok. Hal yang dapat dilakukan adalah memperbaharui
ramalan permintaan untuk minggu berikutnya secara manual.
Penjabaran di atsas menunjukkan bahwa kasus seperti liability dan
shortage akibat tidak adanya ramalan permintaan sangat bergantung pada
keakuratan dari ramalan permintaan. Hal ini berarti untuk meminimumkan resiko
yang harus ditanggung PT SEMB PEL, maka ramalan permintaan harus benar-
benar dicek dan disesuaikan dengan kemungkinan kondisi yang ada.
4.6 Control
Analisa yang dijabarkan pada bagian Define, Measure, Analyze dan
Improvement menunjukkan bahwa implementasi VMI berdampak pada
pengurangan lead time aktual dari pemesanan bahan baku. Berkurangnya lead
time ini sendiri berdampak pada menurunnya safety stock. Pemesanan VMI juga
langsung dipengaruhi oleh kondisi inventori dalam gudang, dan hanya akan ada
pemesanan ketika kondisi inventori di bawah jumlah minimum yang ditentukan.
Semua dampak ini pada akhirnya akan berdampak pada pengurangan inventori
dan biaya inventori ke arah target yang ditetapkan.
Implementasi VMI yang sudah menunjukkan perubahan ke arah target
harus tetap dikontrol. Pengontrolan VMI yang dapat dilakukan tetap melakukan
pengecekan dan pengiriman ramalan permintaan ke pemasok, memperbaharui
data inventori di gudang setiap hari. Saat pemesanan VMI dilakukan, pembeli
perlu memastikan pemasok memberikan komitmen tanggal pengiriman.
Selama implementasi VMI untuk bulan Maret hingga bulan April,
terdapat beberapa hal yang dapat ditingkatkan lagi, sehingga implementasi VMI
59 Universitas Kristen Petra
dapat memberikan dampak yang benar-benar signifikan untuk berikutnya.
Beberapa solusi peningkatan tersebut dijabarkan pada bagian 4.6.1.
4.6.1 Solusi Improvement VMI
Beberapa masalah dan solusi yang dapat diberikan dapat dijabarkan
sebagai berikut:
Ramalan permintaan untuk beberapa parts jauh lebih kecil daripada pesanan
bahan baku di bulan tersebut.
Pemasok seperti TTI Electronics Asia PTE LTD tidak bersedia untuk
memproses pesanan bahan baku yang berada di luar ramalan permintaan.
Beberapa bahan baku selalu mendapatkan remark no pipeline forecast dari pihak
pemasok. Hal ini berarti bahan baku tersebut tidak mempunyai ramalan
permintaan untuk pemesanan pada minggu-minggu tersebut. Bahan baku ini tidak
akan diproses dan tidak akan dikirim oleh pemasok selama pemasok tidak
menerima ramalan permintaan yang baru dari pihak SEMB.
Solusi yang dapat dilakukan adalah pembeli wajib mengecek ramalan
permintaan dan permintaan untuk penggunaan bahan baku tersebut. Hal ini
dikarenakan pemesanan VMI dipicu oleh kondisi jumlah inventori dalam gudang,
bukan berdasarkan ramalan permintaan saja. Terkadang suatu bahan baku sudah
berada di bawah batas minimum yang ditentukan, sehingga pemesanan VMI
muncul untuk bahan baku tersebut dengan jumlah sesuai dengan SPQ yang
ditentukan pemasok. Kenyataannya, bahan baku ini tidak akan dikonsumsi dalam
beberapa periode mendatang. Hal yang mungkin terjadi adalah memang tidak ada
ramalan permintaan untuk part ini dalam beberapa periode mendatang, sementara
masih ada pesanan yang muncul akibat kondisi inventori di bawah batas
minimum. Pembeli yang telah mengetahui keadaan ini tidak perlu memasukkan
pesanan bahan baku tersebut ke dalam pesanan VMI ke pemasok.
Kondisi yang kedua adalah jika bahan baku ini memiliki rencana
konsumsi untuk beberapa periode mendatang, namun ramalan permintaan jauh
lebih kecil atau bahkan tidak ada. Ramalan permintaan dapat disesuaikan terlebih
dahulu dengan consumption history maupun permintaan penggunaan bahan baku
60 Universitas Kristen Petra
untuk produksi yang akan dilakukan. Ramalan permintaan kemudian dikirim
kepada pemasok setelah pengecekan dan penyesuaian selesai dilakukan.
Kemungkinan hambatan yang ada di PT SEMB PEL adalah person in
charge (PIC) VMI berbeda untuk pemesanan dan pengiriman ramalan permintaan.
Pemasok akan memperingatkan tidak adanya ramalan permintaan pada PIC
pemesanan VMI. PIC pemesanan VMI terkadang hanya mengecek tanggal
komitmen dari pemasok dan mengajukan pull in untuk komitmen yang terlalu
lama. Masalah load forecast yang baru tidak menjadi prioritas utama, dan tidak
tersampaikan kepada PIC pengiriman ramalan permintaan karena masih banyak
prioritas pekerjaan lain yang menunggu. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan
masalah shortage jika ternyata memang bahan baku tersebut benar-benar
dikonsumsi. Solusi untuk masalah ini adalah PIC VMI baik untuk pemesanan dan
pengiriman ramalan permintaan sebaiknya adalah satu orang, sehingga PIC
tersebut benar-benar mengerti pergerakan bahan baku, pemesanan, dan
menyesuaikan ramalan permintaan dengan konsumsi masa lalu dan permintaan
produksi.
Terdapat beberapa daftar VMI yang belum diperbaharui.
Beberapa part sudah tidak lagi berada dalam lingkup VMI, dan
dikembalikan ke back to back order. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi
inventori di gudang. Inventori untuk bahan baku tersebut akan aman bila
purchasing group sudah dikembalikan ke purchasing group non-kanban,
walaupun dalam daftar VMI belum diubah. Hal ini berarti bahan baku dengan part
number tersebut akan muncul di PR pada sistem SAP, sehingga bahan baku
tersebut tetap dapat dipesan berdasarkan back to back PO.
Masalah akan muncul bila setelah ada informasi pemberitahuan
perubahan VMI, purchasing group masih belum berubah padahal pemasok sudah
memindahkan part tersebut ke dalam pemesanan biasa. Hal ini akan menyebabkan
pemasok tidak akan memproses pemesanan bahan baku tersebut tanpa adanya
back to back PO, sementara tidak akan ada PR yang muncul untuk part tersebut
dari sistem. Hal ini akan menimbulkan shortage bila dibiarkan begitu saja.
Solusi yang dapat diberikan adalah setelah ada informasi mengenai
pemindahan purchasing group, sebaiknya pembeli langsung menginformasikan
61 Universitas Kristen Petra
kepada pihak purchasing untuk merubah purchasing group ke purchasing group
semula. Pembeli juga langsung memperbaharui list VMI segera setelah mendapat
konfirmasi dari pihak purchasing dan setelah itu segera mengonfirmasi kepada
pemasok.
Pihak produksi terkadang masih melakukan pengambilan dan pengembalian
bahan baku ke gudang.
Pihak produksi mengambil barang pada saat akan dimulai proses
produksinya. Pada beberapa kesempatan, pihak produksi sudah terlanjur
mengambil bahan baku di gudang, sementara ternyata produksi tidak dapat
dilakukan akibat adanya bahan baku lain yang mengalami shortage. Bahan baku
tersebut kemudian tidak digunakan dalam waktu yang lama hingga bahan baku
lain sudah datang. Hal ini menyebabkan pihak produksi mengembalikan bahan
baku tersebut ke gudang.
Kasus yang terjadi adalah saat pengambilan bahan baku ke line, jumlah
inventori untuk bahan baku tersebut berkurang. Berkurangnya bahan baku hingga
berada di bawah batas minimum akan memunculkan pesanan VMI untuk bahan
baku tersebut. PIC pemesanan VMI kemudian akan mengirimkan pesanan kepada
pemasok dan pemesanan diproses oleh pemasok. Kenyataanya, pihak produksi
kemudian mengembalikan bahan baku dari line ke gudang. Hal ini akan
menyebabkan penumpukan jumlah inventori untuk bahan baku tersebut, sehingga
kemungkinan akan terjadi excess.
Solusi yang dapat dilakukan adalah menginformasikan kepada pihak
produksi untuk mengecek bahan baku terlebih dahulu sebelum menarik barang
dalam sistem, sehingga barang yang ditarik benar-benar akan dikonsumsi. Hal ini
akan mengurangi kemungkinan terjadinya penumpukan barang. Pihak produksi
juga dapat diinformasikan mengenai pengambilan bahan baku dalam jumlah yang
cukup untuk produksi, dan tidak menyimpan terlalu banyak inventori pada line.
Hal ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya ketidakcocokan jumlah
inventori antara sistem dan aktual, yang tentunya juga akan berpengaruh pada
jumlah pesanan untuk VMI.
62 Universitas Kristen Petra
Belum ada tracking untuk kondisi gudang pemasok setiap minggunya.
Selama implementasi VMI untuk bulan Maret hingga Mei, tidak ada
informasi dari pemasok secara rutin mengenai kondisi gudang pemasok.
Akibatnya, pihak SEMB tidak dapat mengetahui perkiraan jumlah inventori yang
dimiliki oleh pemasok. Sebaiknya pihak SEMB meminta laporan mingguan
mengenai kondisi inventori dari pemasok. Pihak SEMB dapat memastikan
pemasok telah menyimpan inventori sesuai dengan komitmen dan perjanjian
dalam implementasi metode VMI yang telah disetujui bersama. Hal ini juga akan
meningkatkan komitmen pemasok dan secara otomatis “memaksa” pemasok
untuk menyimpan inventori sesuai dengan ramalan permintaan dari SEMB.
Banyaknya pengiriman yang melebihi tanggal komitmen pemasok.
Pemasok terkadang telah menyebutkan tanggal komitmen untuk
pengiriman suatu part tertentu, namun tidak dikirim sesuai tanggal tersebut, atau
bahkan tidak dikirim sama sekali. Pembeli di satu sisi tidak dapat mengecek
pengiriman satu per satu, apalagi dengan adanya keterlambatan proses good
received (GR). Akhirnya, tidak ada komplain untuk pemasok dan pemasok
kemungkinan juga tidak memprioritaskan hal tersebut. Keterlambatan atau tidak
adanya pengiriman kemudian baru dapat diketahui pada saat terjadi shortage. Hal
ini tentu saja tidak menguntungkan untuk SEMB.
Solusi yang dapat dilaksanakan adalah pembeli mengecek pengiriman
bahan baku dari pemasok paling tidak tiga hari hingga satu minggu setelah
tanggal komitmen. Waktu satu minggu dapat dikurangi, sesuai dengan toleransi
dari pihak pembeli. Pengecekan sebaiknya dilakukan sekaligus, yaitu dengan
mengunduh penerimaan bahan baku melalui SAP dengan transaction code mb51
dengan parameter tanggal dengan jangka waktu seminggu dimulai dari tanggal
komitmen. Data tersebut kemudian dapat dibandingkan dengan data komitmen
pemasok dan bahan baku yang belum di-GR dapat segera dikonfirmasi kepada
pihak SDV. Pembeli juga dapat segera mengonfirmasi ke pemasok jika ternyata
bahan baku tersebut tidak ada di SDV.
Banyaknya pending GR untuk part VMI.
Bahan baku VMI seringkali mengalami pending GR karena adanya PO
issue. PO issue kebanyakan disebabkan oleh belum dilakukan top up untuk
63 Universitas Kristen Petra
scheduling agreement (SA). Hal ini menyebabkan pihak SDV tidak dapat
menginputkan jumlah ke dalam sistem. Hal ini dapat ditanggulangi dengan
menambahkan kolom jumlah sisa SA ke dalam form pemesanan VMI, sehingga
pembeli akan mudah memperhatikan apakah sudah saatnya menambahkan jumlah
ke dalam SA atau belum. Setiap kali pembeli melakukan pemesanan ke pemasok,
pembeli akan dapat mengecek kondisi jumlah bahan baku yang masih tersisa pada
SA. Pembeli kemudian akan melakukan top up untuk part yang memiliki jumlah
open order yang kurang atau habis.
Hal lainnya yang menyebabkan pending GR adalah karena banyaknya
bahan baku baik VMI maupun non-VMI yang datang ke SDV, sehingga ada
sistem prioritas yang dijalankan oleh pihak SDV dalam melakukan GR. Sistem
prioritas ini tidak dapat dibantah, karena pada kenyataannya memang banyak
sekali barang yang harus di-GR. Solusi yang dapat ditawarkan adalah setelah
melakukan pengecekan berkala seperti saran pada poin sebelumnya, pembeli
segera meminta konfirmasi pada pihak SDV bila ada bahan baku yang seharusnya
telah datang namun belum di-GR. Hal ini akan membantu untuk mengingatkan
pihak SDV jika ada pending GR.