4.1 2003 15-24 arafah

Embed Size (px)

Citation preview

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 4 (1) (2003) pp 15-24

KAJIAN PENGGUNAAN JERAMI DAN PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH IRIGASIArafah dan M. P. Sirappa BPTP Sulawesi SelatanKajian penggunaan jerami dan pupuk N, P, dan K dilaksanakan pada lahan sawah irigasi di desa Sikku Ale, kecamatan Cempa, Pinrang, pada MK. 2001. Kegiatan berlangsung dari bulan Juli sampai Nopember 2001. Percobaan disusun dalam rancangan petak terpisah dengan 4 ulangan. Petak Utama adalah jerami padi (J), yaitu tanpa jerami (J0) dan dengan jerami 2 t/ha (J1), dan Anak Petak adalah pemupukan (P), yaitu pupuk N (P1), NP (P2), NK (P3), PK (P4), dan NPK (P5). Tujuan kajian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik jerami dan kombinasi pupuk N, P, dan K terhadap pertumbuhan dan hasil padi. Hasil kajian menunjukkan bahwa, penggunaan pupuk organik yang bersumber dari jerami pada musim tanam pertama belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi, namun ada kecenderungan pertumbuhan dan hasil tanaman yang menggunakan bahan organik lebih tinggi dibanding tanpa pupuk organik baik secara tunggal maupun interaksinya dengan pupuk N, P, dan K. Perlakuan pemupukan secara tunggal memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi, kecuali terhadap bobot 1.000 biji. Perlakuan P4, yaitu tanpa nitrogen (Pemupukan PK) memberikan rata-rata pertumbuhan (tinggi tanaman) dan komponen hasil yang terendah, dan berbeda nyata dengan perlakuan pemupukan lainnya. Demikian juga perlakuan tanpa pupuk N, baik yang menggunakan pupuk organik maupun tanpa pupuk organik memberikan hasil yang terendah. Tanaman padi pada lokasi kajian memerlukan tambahan pupuk nitrogen untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil padi. Penggunaan pupuk organik berupa jerami perlu dilakukan setiap musim tanam untuk dapat meningkatkan produktivitas lahan dan sebaiknya digunakan jika C/N rasio sudah rendah, yaitu < 20. Assassment of straw and N, P, and K fertilizer was conducted on irrigation lowland rice at Sikku Ale village, sub district of Cempa, Pinrang, DS. 2001. The activity take place from July to November, 2001. The trial was carry out on split plot design with 4 replications. The main plot is rice straw (J), i.e. without straw (J0) and with straw 2 t/ha (J1), while sub plot is N, P, and K fertilizer (P), which is N fertilizer (P1), NP (P2), NK (P3), PK (P4), and NPK (P5). The aims of this assass were known effect of organic fertilizer straw and N, P, and K fertilizer for growth and yield of rice. The result showed that the use of organic fertilizer that source from rice straw in the first sowing time non significant for growth and yield componen of rice, however, the growth and yield of rice that using of organic fertilizer disposed more high compared to without organic fertilizer, a single or interaction with N, P, and K fertilizer. Fertilizer treatment as a single was give the significant effect for growth and rice yield componen, except weight of 1,000 seeds. P4 treatment, that without nitrogen (PK fertilizer) was give growth means (plant high) and yield componen which lower, and significant with others treatment of fertilizer. Thus, the treatment without N fertilizer, that using and without organic fertilizer was give the lower of yield. Rice on assassment location need of nitrogen fertilizer added for increasing the growth and yield of rice. Using of organic fertilizer such as straw need to doing every sowing time for increasing of land productivity and have to use if C/N ratio is low, i.e. < 20. Key Words : Assassment, organic fertilizer straw, N, P, and K fertilizer, irrigation lowland rice

15

16

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 4 (1) (2003)

PENDAHULUAN Permintaan terhadap beras sebagai makanan utama sebagian besar penduduk Indonesia mengalami peningkatan sebesar 2,23 % per tahun, dan menurut Swastika et al. (2000), proyeksi permintaan beras pada tahun 2010 sekitar 41,50 juta ton. Selanjutnya dikatakan bahwa defisit beras akan meningkat sekitar 13,50 % per tahun (12,78 juta ton pada tahun 2010) apabila tidak dilakukan peningkatan produktivitas dan perluasan areal panen. Menurut Tim Peneliti Badan Litbang Pertanian (1998), defisit beras pada tahun 2003 diperkirakan sekitar 3.587.461 ton, dan kontribusi terbesar dalam memenuhi permintaan beras adalah melalui peningkatan produktivitas, yaitu 56,80 %. Menteri Pertanian (1998) menyatakan bahwa peluang peningkatan produktivitas padi masih memungkinkan karena hingga saat ini rata-rata produktivitas yang dicapai di tingkat petani masih di bawah potensi hasil atau hasil penelitian. Adanya kesenjangan hasil tersebut mengindikasikan bahwa penerapan teknologi di tingkat petani masih belum optimal sesuai anjuran. Berkaitan dengan hal tersebut, pemupukan merupakan salah satu cara yang terus dilakukan. Pemakaian pupuk anorganik secara intensif serta penggunaan bahan organik yang terabaikan untuk mengejar hasil yang tinggi menyebabkan bahan organik tanah menurun. Keadaan ini akan menurunkan produktivitas lahan (Las et al., 2002). Dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan secara berkelanjutan diperlukan terobosan yang mengarah pada efisiensi usahatani dengan memanfaatkan sumberdaya lokal. Las et al. (1999)

menyatakan bahwa dalam meningkatkan produksi padi perlu dilakukan pelestarian lingkungan produksi, termasuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah dengan memanfaatkan jerami padi. Hal ini sejalan dengan yang dikemukan oleh Hadiwigeno (1993) dan Zaini et al. (1996), bahwa arah penelitian ke depan adalah pertanian terlanjutkan dalam jangka panjang (sustainable agriculture) dengan masukan bahan kimia rendah (low chemical input) yang dikenal dengan LISA atau LEISA, yaitu suatu bentuk pertanian yang menggunakan sumberdaya lokal yang tersedia secara optimal dan meminimumkan penggunaan masukan dari luar. Penambahan bahan organik merupakan suatu tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman yang antara lain dapat meningkatkan efisiensi pupuk (Adiningsih dan Rochayati, 1988). Hasil penelitian penggunaan bahan organik, seperti sisa-sisa tanaman yang melapuk, kompos, pupuk kandang atau pupuk organik cair menunjukkan bahwa pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk, terutama pupuk K. Menurut Arifin et al. (1993); Hadiwigeno (1993); Basyir dan Suyamto (1996), pemberian 5,0 t/ha jerami dapat menghemat pemakaian pupuk KCl sebesar 100 kg/ha. Sedangkan Adiningsih (1984) melaporkan bahwa penggunaan kompos jerami sebanyak 5 t/ha selama 4 musim tanam dapat menyumbang hara sebesar 170 kg K, 160 kg Mg, dan 200 kg Si. Hal ini disebabkan karena sekitar 80 % kalium yang diserap tanaman berada dalam jerami (Rochayati et al., 1991), sehingga

Arafah dan Sirappa. Kajian Penggunaan Jerami

17

menurut Sharma dan Mittra (1991) penggunaan jerami sebagai sumber kalium cenderung lebih efektif. Hal ini diperkuat oleh Dobermann dan Fairhurst (2000) bahwa kandungan hara tertinggi dalam jerami selain Si (4-7 %) adalah kalium, yaitu sekitar 1,2-1,7 %, sedangkan lainnya adalah N (0,5-0,8 %), P (0,07-0,12 %), dan S (0,05-0,10 %). Hara nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan faktor pembatas utama untuk produktivitas padi sawah. Respon padi terhadap nitrogen, fosfor, dan kalium dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah penggunaan bahan organik. Bahan organik merupakan kunci utama dalam meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan kajian untuk melihat pengaruh penggunaan bahan organik (jerami padi) dan pemupukan N, P, dan K terhadap pertumbuhan dan produktiviatas padi sawah pada lahan intensifikasi. BAHAN DAN METODE Percobaan kajian penggunaan jerami dan pupuk NPK dilaksanakan pada lahan petani di desa Sikku Ale, kecamatan Cempa, kabupaten Pinrang pada MT. 2001. Kegiatan berlangsung dari bulan Juli sampai Nopember 2001. Contoh tanah komposit diambil pada lapisan 0-25 cm dan 25-50 cm, dan analisis sifat fisik dan kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, IPPTP Maros. Percobaan disusun dalam rancangan petak terpisah dengan 4 ulangan. Sebagai petak utama adalah penggunaan pupuk organik (jerami = J), yaitu : 1) tanpa jerami (J0), dan 2) dengan jerami 2 t/ha (J1), sedangkan anak petak adalah pupuk anorganik (P), yaitu 1) Pupuk N (P1), 2) Pupuk NP (P2), 3) Pupuk NK (P3), 4) Pupuk PK (P4),

dan 5) Pupuk NPK (P5), sehingga jumlah unit perlakuan adalah 40 unit. Luas plot percobaan adalah 5 m x 6 m, jarak tanam 20 cm x 20 cm, umur bibit tanaman 15 hari dengan jumlah bibit 1 tanaman/rumpun. Varietas padi yang digunakan adalah Ciliwung. Tanah diolah secara sempurna dengan menggunakan traktor, yaitu bajak satu kali kemudian digaru dan diratakan. Pemupukan P dan K dilakukan pada umur 10 hari setelah tanam dengan dosis masing-masing 75 kg SP-36 dan KCl/ha. Pemupukan urea dilakukan berdasarkan pengamatan dengan menggunakan bagan warna daun/leaf color chart (BWD/LCC) skala 4, dan pengamatannya dimulai pada umur 14 hst dengan interval pengamatan setiap 7 10 hari. Dengan demikian, dosis urea yang dioberikan dapat mencapai 200 kg/ha dengan 3 kali aplikasi, tergantung skala warna daun tanaman. Pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan herbisida pratumbuh yang dikombinasikan dengan penyiangan tangan, sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan pengelolaan hama terpadu (PHT). Parameter yang diukur/diamati dalam kajian ini adalah : (1) tinggi tanaman sebelum panen, (2) jumlah anakan sebelum panen, (3) jumlah gabah/malai, (4) persentase gabah hampa, (5) bobot 1000 butir, dan (6) hasil gabah kering (ka. 14 %). HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis dan Sifat Tanah Tanah Aluvial merupakan jenis tanah yang dominan di Kabupaten Pinrang (Anonim, 1993), sedangkan jenis tanah di lokasi penelitian tergolong ke dalam Inceptisol (Anonim, 2000). Secara umum, tanah Inceptisol merupakan tanah-tanah

18

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 4 (1) (2003)

mineral yang baru mengalami perkembangan profil, yang terbentuk dari bahan induk yang cukup beragam. Ritung (1994) menyatakan bahwa Inceptisol yang terdapat di Sulawesi Selatan terdiri dari subordo Aquept dan Tropept. Sedangkan Aquept yang terdapat di Kabupaten Pinrang, khususnya di kecamatan Cempa tergolong group Tropaquept yang terbentuk dari bahan induk endapan sungai dan marin, dan dalam klasifikasi Soepratohardjo tergolong ke dalam jenis Aluvial Kelabu. Dari hasil analisis contoh tanah komposit pada lapisan 0 25 cm, tekstur tanah tergolong liat berdebu, pH tanah masam, C-organik dan Ntotal tergolong rendah, P2O5 ekstrsk HCl 25 % sedang, P2O5 Olsen sangat rendah, K2O ekstrak HCl 25 % sangat tinggi, kation Ca dan Mg tergolong tinggi, K sangat rendah, dan Na termasuk rendah, KTK tanah tergolong tinggi, sedangkan kejenuhan basa termasuk sangat tinggi (Tabel Lampiran 1). Berdasarkan sifat kimia tanah tersebut, maka status kesuburan tanahnya digolongkan dalam kategori sedang. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Penggunaan pupuk organik (jerami) secara tunggal belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Namun secara umum, penggunaan jerami padi sebanyak 2 t/ha rata-rata memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding tanpa penggunaan jerami (Tabel 1). Hal ini disebabkan karena peranan penting dari bahan organik dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah, baik dari aspek kimia, fisika, dan biologi tanah. Belum

nampaknya pengaruh dari pupuk organik jerami terhadap pertumbuhan dan hasil diduga karena pemberian jerami baru dilakukan pada musim tanam tersebut, disamping dosisnya yang masih rendah. Beberapa peneliti menyatakan bahwa pemberian pupuk organik pada tanaman akan mulai nampak pengaruhnya pada musim tanam berikutnya. Hasil penelitian Adiningsih (1984) menunjukkan bahwa penggunaan jerami sebanyak 5 t/ha selama 4 musim tanam dapat meningkatkan hasil gabah dan menyumbang hara sekitar 170 kg K. Pengaruh Penggunaan Pupuk NPK Penggunaan pupuk N, P, dan K secara tunggal memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan beberapa komponen hasil padi, namun terhadap bobot 1000 biji tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 1). Rata-rata tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan P5, yaitu pemupukan NPK (105 cm) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 (pemupukan NP) dan perlakuan P3 (pemupukan NK), masing-masing sebesar 104 dan 103 cm. Demikian juga jumlah gabah/malai dan hasil gabah tertinggi serta persentase gabah hampa terendah dicapai pada perlakuan P5 (masing-masing sebesar 150 biji, 6,56 t/ha, dan 6,18 %) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2, dan P3, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan P4 (pemupukan PK). Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi memerlukan nitrogen untuk pertumbuhan dan hasil tanaman, karena tanpa pemberian N (perlakuan P4) terbukti tanaman memberikan pertumbuhan yang ditunjukkan oleh tinggi tanaman (94 cm) dan hasil gabah

Arafah dan Sirappa. Kajian Penggunaan Jerami

19

(5,22 t/ha) yang terendah dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 1). Suhartatik, Mastur, dan Partohardjono (1994) menyatakan bahwa hara nitrogen merupakan salah satu faktor pembatas utama untuk produktivitas padi sawah. Dari nitogen tanah, sekitar 97-98 % berupa Norganik dan 2-3 % berupa N-anorganik. Menurut Yoshida (1981), produktivitas padi sawah lebih banyak ditentukan oleh kadar zat organik tanah. Dengan

demikian, tanah-tanah yang berkadar bahan organik rendah perlu diupayakan tambahan pupuk N dari pupuk agar status hara N tanaman cukup untuk menopang produktivitas yang tinggi. Hasil analisis tanah juga menunjukkan bahwa kadar C-organik dan N-total tergolong rendah, sehingga pemberian pupuk nitrogen mutlak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tanaman dalam menopang pertumbuhannya.

Tabel 1. Pengaruh penggunaan jerami dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah di Pinrang, MT. 2001.Perlakuan*) Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan (batang) Jumlah gabah/malai (biji) 140 a 143 a 140 ab 143 ab 141 ab 135 b 150 a Gabah hampa (%) 7,91 a 7,60 a 8,12 ab 7,57 ab 7,71 ab 9,22 a 6,18 b Bobot 1000 biji (g) 25,92 a 26,08 a 25,99 a 26,08 a 25,99 a 25,80 a 26,15 a Hasil gabah ka.14% (t/ha) 6,13 a 6,25 a 6,23 a 6,54 a 6,39 a 5,22 b 6,56 a

Jerami (J) : J0 101 a 305 a J1 101 a 322 a Pupuk (P) : P1 101 b 315 a P2 104 a 335 a P3 103 ab 318 a P4 94 c 271 b P5 105 a 330 a Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf yang Berganda Duncan *) : J0 = tanpa jerami J1 = jerami 2 t/ha P1 = pupuk N P2 = pupuk NP P3 = pupuk NK P4 = pupuk PK P5 = pupuk NPK

sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Uji Jarak N : berdasarkan BWD/LCC P : 75 kg SP-36/ha K : 75 kg KCl/ha

Pengaruh Interaksi Penggunaan Pupuk Organik dan Pupuk NPK Pengaruh interaksi penggunaan pupuk organik (jerami) dan pupuk N, P, dan K secara umum tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap komponen hasil tanaman padi, kecuali terhadap tinggi tanaman (Tabel 2). Namun penggunaan pupuk

organik jerami rata-rata memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding tanpa jerami pada berbagai perlakuan pemupukan. Pada Tabel 2 terlihat bahwa perlakuan P4 (pemupukan PK) baik yang menggunakan pupuk organik jerami (J1) maupun yang tanpa jerami memberikan rata-rata tinggi (J0)

20

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 4 (1) (2003)

tanaman, jumlah anakan, jumlah gabah/malai, bobot 1000 biji, dan hasil gabah terendah, serta persentase gabah hampa tertinggi. Ini menunjukkan bahwa pupuk nitrogen merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan dan produksi padi sebagaimana yang dijelaskan oleh Suhartatik, Mastur, dan

Partohardjono (1994) dan Partohardjono dan Makmur (1993). Hal ini berkaitan dengan peranan nitrogen sebagai pembentuk molekul organik yang penting dalam tanaman, seperti asam amino, protein, enzim, asam nukleat dan khlorofil (Partohardjono dan Makmur, 1993).

Tabel 2. Pengaruh interaksi penggunaan pupuk organik (jerami) dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil padi di Pinrang, MT. 2001.Perlakuan*) J0 J1 J0 J1 P1 R 99 b Q 102 a Q 299 a QR 330 a ........ QR 139 a QR 141 a Q 8,17 a P 8,06 a P 26,87 a P 26,11 a P 6,15 a P 6,32 a P2 ........ Tinggi P 104 a P 104 a ........ Jumlah P 334 a Q 335 a Jumlah Gabah PQ 143 a Q 142 a ......... Gabah QR 7,44 a P 7,69 a ........ Bobot P 26,00 a P 26,15 a ........ Hasil P 6,41 a P 6,67 a P3 Tanaman (cm) Q 102 a PQ 103 a Anakan (btg) PQ 318 a R 319 a /Malai (biji) QR 139 a Q 143 a Hampa (%) QR 7,71 a P 7,72 a 1000 biji (g) P 25,89 a P 26,08 a Gabah ka. 14% P 6,38 a P 6,41 a P4 ......... S 95 a R 93 b .......... R 274 a S 267 a ......... R 134 a R 136 a ......... P 9,82 a P 8,63 a .......... P 25,77 a P 25,82 a (t/ha) ...... Q 5,17 a Q 5,26 a P5 P 105 a P 104 a Q 300 b P 361 a

J0 J1 J0 J1 J0 J1 J0 J1

P 147 a P 153 a R 6,42 a Q 5,45 a P 26,08 a P 26,23 a P 6,51 a P 6,60 a

Keterangan : *) : lihat keterangan Tabel 1 - Angka rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Uji Jarak Berganda Duncan - Angka rata-rata pada baris yang sama yang didahului huruf kapital yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Uji Jarak Berganda Duncan Menurut Las et al. (1999), untuk menjamin tingkat produksi yang tinggi perlu dilakukan pemupukan yang berimbang baik hara makro maupun hara mikro. Tingkat kesuburan tanah berbeda antar lokasi sehingga penggunaan pupuk terutama P dan K harus didasarkan pada status hara P dan K tanah. Selain meningkatkan efisiensi, penggunaan pupuk berdasarkan status hara tanah berperan penting dalam pelestarian lingkungan produksi, termasuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah dengan memanfaatkan jerami. Respon padi terhadap nitrogen dipengaruhi oleh bebrapa faktor, seperti C-organik tanah, KTK tanah dan N-total. Dalam kajian ini, pemberian bahan organik (jerami)

Arafah dan Sirappa. Kajian Penggunaan Jerami

21

belum memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil padi diduga karena jerami yang digunakan masih mempunyai C/N yang tinggi. Menurut Tisdale, Nelson, dan Beaton (1990), bahan organik yang mempunyai nisbah C/N yang tinggi bila dibenamkan ke dalam tanah akan segera mengalami mineralisasi. Selanjutnya Haryanto dan Idawati (1990) menyatakan bahwa sebagian Nmineral dalam tanah, baik yang berasal dari pelapukan jerami, N-mineral tanah maupun N-mineral pupuk diimmobilisasi oleh jasad renik untuk memenuhi kebutuhan unsur N dalam perkembangbiakannya. Dengan demikian antara tanaman padi dan jasad renik terjadi persaingan dalam penggunaan nitrogen. Demikian juga perlakuan P3 (tanpa P) baik yang menggunakan jerami maupun tanpa jerami, rata-rata memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih rendah dibanding Ini perlakuan P2 (tanpa K). menunjukkan bahwa tanaman padi juga respon terhadap pemberian pupuk P. Hal ini berkaitan dengan peranan unsur P sebagai kunci kehidupan, karena berhubungan dengan senyawasenyawa struktural, asam nukleat yang diperlukan untuk reproduksi, konversi, dan transfer energi dalam reaksi metabolik, merupakan penyusun yang esensial untuk semua sel hidup (Stevenson, 1976). Menurut Soepardi (1979), peranan penting dari P di dalam tanaman antara lain adalah dalam pembentukan buah dan biji serta pembelahan sel dan perkembangan akar, sehingga kekurangan P akan menyebabkan tanaman tumbuh lambat dan kerdil. Aktivitas enzim fosfatase meningkat drastis, karena berhubungan dengan mobilisasi dan penggunaan kembali P yang ada dalam tanaman.

Rata-rata pertumbuhan dan hasil tanaman yang mengguanakan pupuk organik jerami pada berbagai pemupukan memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding tanpa pemberian pupuk organik jerami walaupun secara statistik tidak memberikan perbedaan yang nyata. Hal ini diduga karena dalam suasana reduksi, proses perombakan bahan organik akan banyak menghasilkan asam-asam organik, dimana anion dari asam organik tersebut dapat mendesak P yang terikat oleh Fe, Al atau Ca sehingga P dapat terlepas dan tersedia bagi tanaman (Alexander, 1977). Dengan demikian, jumlah P dalam larutan tanah yang dapat segera diambil oleh tanaman meningkat. Mengingat peranan bahan organik begitu penting, yaitu sebagai kunci utama dalam meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan, maka penambahan bahan organik merupakan tindakan yang harus lebih dahulu dilakukan untuk memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman, sehingga produktivitas dapat meningkat. Kendala utama dalam pemupukan organik adalah jumlahnya yang banyak, sehingga bahan organik yang digunakan sebaiknya in situ. Untuk dapat memperoleh manfaat penggunaan bahan organik, seperti jerami sebaiknya setiap musim tanam dikembalikan ke dalam tanah. KESIMPULAN DAN SARAN Secara umum, penggunaan pupuk organik yang bersumber dari jerami pada musim tanam pertama belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi, namun ada kecenderungan pertumbuhan dan hasil tanaman yang menggunakan bahan organik lebih tinggi

22

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 4 (1) (2003)

dibanding tanpa pupuk organik baik secara tunggal maupun interaksinya dengan pupuk N, P, dan K. Perlakuan pemupukan secara tunggal memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi, kecuali terhadap bobot 1000 biji. Perlakuan P4 tanpa nitrogen (Pemupukan PK) memberikan rata-rata pertumbuhan (tinggi tanaman) dan komponen hasil yang terendah, dan umumnya berbeda nyata dengan perlakuan pemupukan lainnya. Demikian juga terhadap interaksinya dengan penggunaan pupuk organik, perlakuan tanpa pupuk N baik yang menggunakan pupuk organik maupun tanpa pupuk organik memberikan hasil yang terendah. Tanaman padi pada lokasi kajian memerlukan tambahan pupuk nitrogen untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Penggunaan pupuk organik berupa jerami perlu dilakukan setiap musim tanam untuk dapat mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produktivitas padi, dan sebaiknya yang mempunyai nisbah C/N rendah, yaitu < 20.

DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, Sri J. 1984. Pengaruh beberapa faktor terhadap penyediaan kalium tanah sawah daerah Sukabumi dan Bogor. Disertasi Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor. _____________ dan Sri Rochayati. 1988. Peranan bahan organik dalam meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas tanah. Hal. 161-181. Dalam M. Sudjadi et al. (eds.) Pros.

Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk. Puslittan, Bogor. Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Microbiology. 2nd Edition. John Wiley and Sons. New York. Santa Barbara, London, Sidney, Toronto. Anonim. 1993. Analisis Data Pokok Pembangunan Kabupaten Dati II Pinrang. Bappeda Tk II Kabupaten Pinrang kerjasama dengan Kantor Pertanahan Kabupaten Pinrang. ______. 2000. Identifikasi kesuburan tanah lahan sawah dalam rangka menunjang penerapan teknologi pemupukan di sentra produksi padi Sulawesi Selatan. Kerjasama IPPTP Makassar dengan SP. Bimas Propinsi Sulawesi Selatan. Arifin, Z., Suprapto, dan A.M. Fagi. 1993. Pengaruh kalium anorganik dan organic terhadap hasil padi sawah. Reflektor 6 (1-2) : 13-17. Balittan Sukamandi. Basyir, A. dan Suyamto. 1996. Penelitian padi untuk mendukung pelestarian swasembada pangan. Pros. Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Balittan Padi. Badan Litbang Pertanian. Buku I. Hal. 146-170. Dobermann, A. dan T. Fairhurst. 2000. Rice : Nutrient Disorders & Nutrient Management. Potash & Potash Institute/Potash & Potash Institute of Canada. Hadiwigeno, S. 1993. Kebijaksanaan dan arah penelitian pupuk dan pemupukan dalam menghadapi tantangan peningkatan produksi tanaman pangan di masa datang. Jurnal Litbang Pertanian, XII (1) : 16. Haryanto dan Idawati. 1990. Pengaruh pemberian jerami pada serapan N dan pertumbuhan padi. Majalah BATAN, Vol. XXIII : 32-41.

Arafah dan Sirappa. Kajian Penggunaan Jerami

23

Las, I., A.K. Makarim, Sumarno, S. Purba, M. Mardikarini, dan S. Kartaatmadja. 1999. Pola IP padi300, konsepsi dan prospek implementasi system usaha pertanian berbasis sumberdaya. Badan Litbang Pertanian. 66 hal. __________________, H.M. Toha, dan A. Gani. 2002. Panduan Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah Irigasi. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. 37 hal. Menteri Pertanian. 1998. Kebijaksanaan peningkatan produksi padi nasional. Seminar Nasional Peningkatan Produksi Padi Nasional melalui Sistem Tabela Padi Sawah dan Pemanfaatan Lahan Kurang Produktif. Bandar Lampung, 9-10 Desember 1998. 17 p. Partohardjono, S. dan A. Makmur. 1993. Peningkatan produksi padi gogo. Hal. 523-549. Dalam Padi. Buku 2. Puslitbangtan, Bogor. Ritung, S. 1994. Penyebaran TanahTanah di Sulawesi. Dalam Pros. Temu Konsultasi Sumberdaya Lahan untuk Pembangunan KTI. Palu, 17-20 Januari 1994. Puslittanak, Bogor.Hal. 1-14. Rochayati, Sri, Mulyadi, dan J. Sri Adiningsih. 1991. Penelitian efisiensi penggunaan pupuk di lahan sawah. Hal. 107-143. Dalam Pros. Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V, Cisarua, 1213 Nopember 1990. Puslittanak. Sharma, A.R. and B.N. Mittra. 1991. Effect of different rates of application of organic and nitrogen

fertilizers in a rice based cropping system. The Journal of Agr. Sci. 117 : 313-318. Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Stevenson, I.L. 1976. Biochemistry of the soil. In F.E. Bear (Ed.). Chemistry of the Soil. Oxpord & IBH Publ. Co., New Delhi. pp. 241291. Suhartatik, E., Mastur, dan S. Partohardjono. 1994. Pengaruh pemupukan nitrogen, pembenaman Sesbania rostrata dan jerami terhadap hasil padi sawah. Penelitian Pertanian, Vol. 14 (1) : 17. Balittan Bogor. Swastika, D.K.S, P.U. Hadi, dan Nyak Ilham. 2000. Proyeksi penawaran dan permintaan komoditas tanaman pangan : 2000-10. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. 13 hal. Tim Peneliti Badan Litbang Pertanian. 1998. Laporan Hasil Penelitian Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Alam dan Teknologi untuk Pengembangan Sektor Pertanian dalam Pelita VII. Puslittanak, Bogor. 386 hal. Tisdale, S.L., W.L. Nelson and J.D. Beaton. 1990. Soil Fertility and Fertilizers. 4th Edition. Macmillan Pub. Co., New York. Yoshida, S. 1981. Fundamental of Rice Crop Science. IRRI, Los Banos, Laguna, Philippines. Zaini, Z., Erythrina, dan K. Kariyasa. 1996. Low external input sustainable agriculture, Maubisse, East Timor, Indonesia. IARD Journal, Vol. 18 (2) : 31-36.

24

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 4 (1) (2003)

Tabel 3. Sifat Contoh Tanah Sawah Komposit di Cempa, Pinrang, MT. 2001Sifat Fisik/ Kimia Tanah Tekstur : Pasir (%) Debu (%) Liat (%) pH : H2O KCl C-Organik (%) N-Total (%) C/N P2O5 Olsen (ppm) P2O5 HCl 25 % (mg/100 g) K2O HCl 25 % (mg/100 g) KTK (mg/100 g) Kejenuhan Basa (%) Kation dapat tukar : - Ca (me/100 g) - Mg (me/100 g) - K (me/100 g) - Na (me/100 g) Metode Pipet 5 50 45 5,2 4,3 1,59 0,13 9 2 28 72 26,27 72 12,62 6,01 0,05 0,12 7 43 50 6,9 5,2 0,66 0,07 9 34 58 151 33,58 87 18,48 9,40 1,14 0,16 Kedalaman solum (cm) 0 25 25 50

pH meter (1:2,5) Walkley dan Black Kjeldahl Perhitungan Olsen Ekstraksi HCl 25% Ekstraksi HCl 25% NH4OAc pH 7.0 NH4OAc pH 7.0 AAS AAS Flame photometer Flame photometer

Keterangan : Hasil analisis pada Laboratorium Tanah IPPTP Maros, 2001