47057849 Tugas Final AkLan

Embed Size (px)

Citation preview

BAB VII PENJUALAN KONSINYASIKonsinyasi merupakan suatu perjanjian di mana salah satu pihak yang memiliki barang menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan memberikan komisi (tertentu). Pihak yang menyerahkan barang (pemilik) disebut consignor atau pengamanat. Sedangkan pihak yang menerima barang disebut consignee, factor, commission merchant atau komisioner. Dari segi pengamanat (consignor) transaksi pengiriman barang-barang kepada komisioner, biasa disebut sebagai Barang-barang Konsinyasi (Consignment out). Sedang bagi komisioner untuk barang-barang yang diterimanya itu disebut sebagai Barang-barang Komisi (Consignment In). Terdapat perbedaan prinsipal antara transaksi penjualan dengan transaksi konsinyasi, yaitu dalam hubungannya dengan perpindahan hak milik atas barang-barang yang bersangkutan. Dalam transaksi penjualan hak milik atas barang berpindah kepada pembeli pada saat penyerahan barang, dan keadaan itu di dalam akuntansi dipakai sebagai dasar pengakuan terhadap timbulnya pendapatan. Di dalam transaksi konsinyasi penyarahan barang dari pengamanat kepada komisioner tidak diikuti (tidak berarti) adanya penyerahan hak milik atas barang yang bersangkutan. Terdapat 4 hal yang pada umumnya merupakan karakteristik dari transaksi konsinyasi itu, yang sekaligus merupakan perbedaan perlakuan akuntansinya dengan transaksi penjualan, yaitu : 1. Karena hak milik atas barang-barang masih berada pada pengamanat, maka barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh pengamanat. Barang-barang konsinyasi tidak boleh diperhitungkan sebagai persediaan oleh pihak komisioner (consignee). 2. Pengiriman barang-barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya pendapatan dan tidak boleh dipakai sebagai criteria untuk mengakui timbulnya pendapatan, baik bagi pengamanat maupun bagi komisioner sampai dengan saat barang dapat dijual kepada pihak ketiga. 3. Pihak pengamanat sebagai pemilik tetap bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang konsinyasi sejak saat pengiriman sampai dengan saat komisioner berhasil menjualnya kepada pihak ketiga. Kecuali ditentukan lain dalam perjanjian di antara kedua belah pihak yang bersangkutan. 4. Komisioner dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban untuk menjaga keamanan dan keselamatan barang-barang komisi yang diterimanya itu. Oleh sebab itu administrasi yang tertib harus diselenggarakan sampai dengan saat ia berhasil menjual barang tersebut dengan pihak ketiga. Alasan-alasan bagi pengamat (consignor) untuk mengadakan perjanjian konsinyasi 1. Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang dapat dijamin oleh seorang produsen, pabrikan atau distributor, terutama apabila :

1

a. Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan, permintaan produk tidak tertentu dan tidak terkenal. b. Penjualan pada masa-masa yang lalu dengan melalui dealer tidak menguntungkan. c. Harga barang menjadi mahal dan membutuhkan investasi yang cukup besar bagi pihak dealer apabila ia harus membeli barang-barang yang bersangkutan. 2. Risiko-risiko tertentu dapat dihindarkan oleh pengamanat. Barang-barang konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan pada diri komisioner. Jadi lain sifatnya dengan perjanjian keagenan atau dealer. 3. Mungkin pengamanat ingin mendapatkan penjual khusus (specialist) salam perdagangan barang-barangnya terutama untuk ternak, hasil pertanian, dan lain-lain. 4. Harga eceran barang-barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh pengamanat; demikian pula terhadap jumlah barang-barang yang siap dipasarkan dan stock barangbarang tersebut. Alasan-alasan komisioner menerima perjanjian konsinyasi, antara lain : 1. Komisioner dilindungi dari kemungkinan risiko gagal untuk memasarkan barang-barang tersebut atau keharusan menjual dengan rugi. 2. Risiko rusaknya barang dan adanya fluktusi harga dapat dihindarkan. 3. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab adanya barang-barang konsinyasi yang diterima atau dititipkan oleh pengamanat. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi Ketentuan-ketentuan dalam perjanjian konsinyasi pada umumnya dinyatakan secara tertulis yang menekankan sifat hubungan kerjasama antara kedua pihak. Selai ketentuanketentuan yang diatur secara spesifik di dalam perjanjian, hubungan kerjasama di dalam transaksi konsinyasi juga berlaku ketentuan-ketentuan umum yang diatur oleh Undangundang (hukum) yang berlaku di dalam dunia perdagangan, antara lain : 1. Tentang hak-hak komisioner a) Komisoner berhak untuk menjual barang titipan tersebut, sesuai dengan jumlah yang diatur dalam perjanjian di antara kedua pihak. b) Dalam batas-batas tertentu biasanya kepada komisioner diberikan hak untuk memberikan jaminan (garansi) terhadap kualitas barang yang dijualnya. c) Untuk menjamin pemasaran barang yang bersangkutan komisoner berhak memberikan syarat-syarat pembayaran kepada langganan seperti yang berlaku pada umumnya untuk barang-barang yang sejenis, meskipun pengamanat dapat mengadakan pembatasn-pembatasan yang harus dinyatakan dalam perjanjian.

2

2. Tentang kewajiban-kewajiban komisioner a) Melindungi keamanan dan keselamatan barang-barang yang diterima dari pihak pengamanat. b) Mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual barang-barang milik pengamanat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perjanjian. c) Mengelola secara terpisah baik dari segi phisik maupun administratip terhadap barang-barang milik pengamanat, sehingga identitas barang-barang tersebut dapat diketahui setiap saat. d) Membuat laporan secara periodic tentang barang-barang yang diterima, barangbarang yang berhasil dijual dan barang-barangyang masih dalam persediaan serta mengadakan penyelesaian keuangan seperti dinyatakan dalam perjanjian. Masalah akuntansi bagi komisioner Prosedur akuntansi yang diikuti oleh komisioner tergantung kepada : (1) Apakah transaksi-transaksi konsinyasi dicatat secara terpisah sehingga pendapatan dan laba dari konsinyasi ditentukan secara terpisah dari laba (rugi) dari kegiatan penjualan reguler. (2) Transaksi-transaksi konsinyasi tidak dicatat secara terpisah dari transaksi-transaksi penjualan reguler dari perusahaan komisioner, sehingga tidak dibedakan antara laba konsinyasi dengan laba (rugi) dari penjualan reguler. Apabila terhadap transaksi konsinyasi diselenggarakan pembukuan secara terpisah, maka komisioner harus membentuk rekening Barang-barang Komisi atau Consigment-In untuk setiap perjanjian konsinyasi yang diadakan. Apabila dianggap perlu buku-buku tambahan (pembantu) dapat diselenggarakan untuk menampung perincian transaksi konsinyasi dengan tiap-tiap pengamanat misalnya. Buku tambahan itu akan merupakan sumber informasi di dalam penyusunan laporan periodik kepada masing-masing pengamanat. Dalam hal transaksi konsinyasi tidak tercatat secara terpisah dari tarnsaksi penjualan reguler, maka terhadap penjualan barang titipan dibukukan dalam rekening Hasil Penjualan. Akan tetapi sebagai konsekuensinya pengakuan terhadap Pembelian atau Harga Pokok Penjualan harus segera dilakukan setiap komisioner berhasil menjual barang-barang konsinyasi tersebut. Pencacatan dalam bentuk memorandum biasanya diselenggarakan pada Buku Memo tersendiri. Apabila dikehendaki memorandum tersebut dapat juga disusun jurnalnya dengan membentuk rekening antara atau rekening neutral. Masalah akuntansi bagi pengamat (consignor) Prosedur akuntansi yang akan diikuti oleh pihak pengamanat tergantung pada :

3

Rekening-rekening pembukuan atas transaksi konsinyasi (Hasil penjualan, Harga pokok Penjualan dan Biaya-biaya yang bersangkutan) itu diselenggarakan; dalam hal ini terdapat dua alternatip sebagai berikut : (1) Diselenggarakan secara terpisah dari transaksi penjualan reguler. (2) Tidak diselenggarakan secara terpisah dari transaksi penjualan reguler.

Metode administrasi barang-barang dagangan; dalam hal ini juga terdapat dua alternatip sebagai berikut : (1) Metode perpetual (2) Metode phisik

Masalah akuntansi untuk perjanjian penjualan konsinyasi yang belum selesai Apabila jangka waktu perjanjian konsinyasi barlangsung dan melampaui akhir peiode akuntansi, sedang belum seluruhnya barang-barang konsinyasi berhasil dijual oleh komisioner maka diperlukan adanya penyesuaian terhadap biaya-biaya yang bersangkutan dan terikat pada produk yang belum terjual (inventory cost). Biaya-biaya yang terikat pada sebagian produk yang belum terjual baik yang berasal dari pihak pengamanat sendiri maupun biaya yang dibebankan oleh komisioner harus ditangguhkan pembebanannya dari pendapatan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Contoh biaya-biaya demikian itu antara lain adalah : biaya pengiriman, biaya pengepakan, biaya asuransi dan ongkos angkut. Biaya-biaya demikian itu harus dialokasikan kepada seluruh unit produk yang dikirim kepada komisioner. Pencacatan pada buku-buku pengamanat Prosedur pembukuan pada waktu pengiriman barang-barang maupun pembayaran ongkos angkut dan biaya pengepakan, pada prinsipnya sesuai dengan metodenya masingmasing. Akan tetapi prosedur pembukuan selanjutnya dalam hubungannya dengan tujuan penutupan buku pada akhir bulan desember; terlebih dahulu harus dialokasikan beberapa macam biaya yang inventoriable terhadap barang yang belum terjual sebagai berikut : (a) Transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah Apabila transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah, maka berdasar perhitungan penjualan atas barang yang dibuat, dicatat sebagai berikut : Kas Barang-barang konsinyasi (ongkos angkut) Komisi penjualan Biaya perakitan Penjualan konsinyasi xxx xxx xxx xxx xxx

Pencatatan dan pengakuan atas hasil penjualan konsinyasi itu, kemudian diikuti dengan pencatatan terhadap harga pokok penjualan dan biaya yang bersangkutan dengan barangbarang konsinyasi, atas dasar alokasi seperti disebut di atas sebagai berikut :

4

Harga pokok penjualan konsinyasi Biaya-biaya penjualan konsinyasi Barang-barang konsinyasi

xxx xxx xxx

(b) Transaksi penjualan konsinyasi tidak dicatat secara terpisah Pencacatan pada buku-buku komisioner Bagi komisoner pencatatan secara formal terbatas terhadap barang-barang yang telah berhasil dijual kepada pihak ketiga dan biaya-biaya yang telah dikeluarkannya. Bagi komisioner semua biaya yang telah dikeluarkan baik untuk barang yang telah maupun belum terjual dikurangkan terlebih dahulu dari hasil penjualannya. Penerimaan hasil penjualan setelah dikurangi dengan keseluruhan biaya-biaya tersebut merupakan jumlah yang terhutang baginya. Proses pencatatan selanjutnya, yaitu penutupan rekening-rekening nominal ke rekening Rugi-Laba serta pemindahan saldo laba atau rugi ke laba Yang Ditahan dilakukan seperti biasa. Barang-barang konsinyasi yang dikembalikan Apabila barang-barang konsinyasi dikembalikan kepada pengamanat, maka rekening barang-barang konsinyasi harus dikredit dengan harga pokok barang-barang yang bersangkutan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas untuk menjual barang tersebut, harus dibebankan kepada pendapatan untuk periode yang bersangkutan. Dalam hal barang-barang dikembalikan karena rusak sehingga manfaatnya tidak lagi sebanding dengan harga pokoknya, maka penurunan nilai itu harus diakui sebagai kerugian. Jika biaya-biaya perbaikan diperlukan untuk dapat menjual barang-barang tersebut, maka biaya perbaikan demikian harus diakui sebagai biaya periode yang bersangkutan. Uang muka dari komisioner Perjanjian konsinyasi kemungkinan disertai dengan persyaratan akan adanya uang muka yang harus dibayar komisioner untuk barang-barang komisi yang diterimanya. Penyajian laba (rugi) penjualan konsinyasi di dalam laporan perhitungan Rugi-Laba Laba (rugi) penjualan konsinyasi dapat disajikan di dalam Laporan Perhitungan RugiLaba bagi pengamanat, dengan cara menggabungkan data hasil penjualan; harga pokok penjualan dan biaya-biaya penjualan yang bersangkutan dengan data yang sama untuk transaksi penjualan reguler. Akan tetapi apabila transaksi penjualan konsinyasi merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan distribusinya, maka data hasil penjualan, harga pokok penjualan dan biaya-biaya penjualan yang bersangkutan dapat dilaporkan secara terpisah dan sejajar dengan data penjualan reguler. Kemungkinan lain untuk menyajikan data transaksi penjualan konsinyasi di dalam Laporan Perhitungan Rugi Laba adalah melaporkan sebesar laba (rugi) penjualan konsinyasi tanpa menyajikan data penjualan dan biaya-biaya yang bersangkutan.

5

BAB VIII HUBUNGAN KANTOR PUSAT (I) Perkembangan pembentukan agen dan cabang Di dalam perkembangan usahanya, perusahaan dapat beroperasi tidak saja di dalam lingkungan suatu kota tetapi dapat juga beroperasi ke luar kota, ke luar daerah dan bahkan ke luar negeri. Pada umumnya sebagai titik tolak perkembangan tersebut adalah perluasan daerah pemasaran. Meluasnya daerah pemasaran ini menimbulkan problema bagi pimpinan perusahaan untuk mencari cara-cara paling efektip dan ekonomis dalam melakukan penjualan barang-barangnya. Berbagai macam cara dapat ditempuh antara lain dengan mengangkat pedagang keliling atau petugas bagian penjualan yang langsung mendatangi langganan, penggunaan katalogus dengan pengiriman pesanan per pos; dengan sistem penjualan konsinyasi dan lainlain. Tetapi cara-cara tersebut kadang-kadang tidak memenuhi harapan pimpinan berhubung sangat besarnya perkembangan daerah pemasaran. Untuk mengatasi hal tersebut maka dapat dibentuk pusat-pusat penjualan di daerah-daerah tertentu yang dapat merupakan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan pemasaran. Pusat-pusat penjualan yang dibentuk itu dapat berupa agen atau cabang. Dalam perkembangan selanjutnya bentuk agen ataupun cabang dapat pula diserahi fungsi selain penjualan juga fungsi pembelian dan lain-lain. Perbedaan karakteristik agen dan kantor cabangAgen Kantor Cabang 1 Agen adalah suatu bentuk organisasi 1 Kantor cabang adalah suatu bentuk yang hanya diberi fungsi untuk menerima organisasi yang menjual barang-barang pesanan barang-barang dan bekerja di dari persediaan yang dibentuknya (baik bawah pengawasan langsung oleh kantor dikirim dari kantor pusat maupun dibeli pusat. Sedang transaksi dengan pihak sendiri) dan diberi wewenang untuk ketiga dilaksanakan secara langsung oleh melaksanakan transaksi-transaksi dengan kantor pusat. pihak ketiga, sehingga berfungsi sebagai unit usaha yang berdiri sendiri. 2 Agen tidak memiliki persediaan untuk 2 Kantor cabang mengadakan persediaan barang-barang yang akan dijual, akan untuk barang-barang dagangannya yang tetapi hanya berupa monster (contohpada umumnya sebagian besar dikirim contoh/samples). Barang-barang akan dari kantor pusatnya. Namun demikian dikirim langsung oleh kantor pusat sampai dengan batas-batas tertentu kepada langganan yang bersangkutan. kantor cabang juga membeli sendiri barang-barang dagangannya.

6

3 Persetujuan terhadap syarat-syarat penjualan terletak sepenuhnya pada kantor pusat. Administrasi terhadap piutang yang timbul dari penjualan dan pengumpulan piutang yang bersangkutan diselenggarakan oleh kantor pusat. 4 Modal kerja untuk biaya-biaya operasi agen diberikan oleh kantor pusat. Agen tidak mengurus uang tunai selain modal kerja yang diberikan.

3 Kantor cabang memberikan persetujuan tentang syarat-syarat penjualan, menyelenggarakan administrasi piutang yang timbul dari penjualan tersebut dan mengurus pengumpulan piutang yang bersangkutan. 4 Kantor cabang mengelola uang tunai dari hasil pengumpulan piutangnya dan melaksanakan transaksi-transaksi pembayaran atas inisiatip sendiri.

Hubungan kantor pusat dan agen Usaha dari suatu agen Agen yang bekerja sebagai suatu unit organisasi penjualan local berada di bawah pengawasan kantor pusat dan biasanya tidak mengadakan persediaan selain dari contohcontoh atau monster daripada barang-barang yang akan ditawarkan untuk dijual. Pesanan-pesanan yang diterima oleh agen dikirimkan langsung ke kantor pusat untuk dimintakan persetujuan. Jika harga dan syarat-syarat pembayaran dapat diterima, maka kantor pusat dapat mengirimkan barang-barang langsung kepada langganan dengan faktur penjualannya sekaligus. Pembukuan untuk suatu agen Akuntansi terhadap usaha keagenan tidak membutuhkan penyusunan buku-buku secara lengkap. Pada umumnya agen cukup menyelenggarakan buku kas untuk mencatat penerimaan modal kerja dari kantor pusat, dan pengeluaran-pengeluaran untuk berbagai macam biaya. Pengeluaran kas biasanya dicatat dalam bentuk rangkap dengan cara membuat tembusannya. Pembukuan pada kantor pusat Pembukuan transaksi-transaksi dengan agen, yang akan diselenggarakan oleh kantor pusat, tergantung pada tujuan yang dikehendaki, yaitu mengenai laba (rugi) yang didapat dari aktivitas penjualan melalui agen tersebut. Laba (rugi) yang didapat dari aktivitas penjualan melalui agen (tiap-tiap agen) tidak ditentukan secara terpisah. Pada cara ini laba (rugi) yang didapat dari penjualan melalui agen akan dilaporkan tergabung dengan transaksi penjualan reguler. Laba (rugi) yang didapat dari aktivitas penjualan melalui agen ditentukan secara terpisah. Pada cara ini rekening-rekening pembukuan khusus untuk agen, terutama untuk pendapatan dan biaya-biaya yang bersangkutan harus diselenggarakan.

7

Hubungan kantor pusat dan cabang Pada mulanya operasi cabang lebih banyak berhubungan dengan aktivitas penjualan, namun demikian pada akhir-akhir ini nampak adanya gejala untuk semakin memperluas aktivitas yang dapat dicakup oleh suatu kantor cabang. Apapun sifat dan jenis usahanya operasi kantor cabang, biasanya berada di bawah pengelolaan seorang manajer cabang yang bertanggung jawab langsung kepada top manajemen di kantor pusat. Manajer cabang harus melaporkan informasi tentang volume aktivitas dan hasil usaha cabang kepada kantor pusatnya, karena data demikian penting untuk analisa dan pengambilan keputusan. Meskipun cabang berusaha dan bekerja sebagai unit yang berdiri sendiri, tetapi tetap dikontrol oleh kantor pusat. Tingkat kebebasan berdiri sendiri yang diberikan kepada suatu cabang ditetapkan oleh kantor pusat. Kebijaksanaan umum dan standar pelaksanaan yang biasa berlaku bagi dunia usaha, juga dilaksanakan terhadap cabang-cabang yang dibentuk oleh kantor pusat. Garis besar bekerjanya suatu cabang adalah sebagai berikut : Cabang diberi modal kerja, baik berupa uang kas, barang-barang dagangan maupun aktiva lainnya oleh kantor pusat. Cabang dapat membeli barang dagangan dari pihak ketiga untuk memenuhi kebutuhan permintaan barang-barang lokal yang tidak dapat dipenuhi oleh kantor pusat atau apabila pembelian itu dapat dipertanggung-jawabkan secara ekonomis. Cabang melakukan aktivitas penjualan; mulai dari usaha-usaha untuk mendapatkan pembeli; mengirimkan barang atau menyerahkan jasa-jasa kepada langganan, membuat faktur penjualan, menagih piutang dan menyimpan uangnya di dalam rekening banknya sendiri.

-

Sistem akuntansi untuk operasi kantor cabang Sistem sentralisasi Apabila system sentralisasi dilaksanakan, maka pembukuan terhadap transaksi-transaksi yang terjadi di kantor cabang diselenggarakan sepenuhnya oleh kantor pusat. Pada cara ini kantor cabang cukup mengumpulkan dokumen-dokumen dasar, seperti faktor penjualan, catatan waktu kerja, voucher-voucher pengeluaran kas, dan bukti-bukti lainnya yang mendukung terjadinga transaksi. Sistem desentralisasi Pada cara ini setiap cabang menyelenggarakan pembukuan atas transaksi-transaksi yang terjadi pada cabang yang bersangkutan secara lengkap. Apabila system desentralisasi dilaksanakan, biasanya susunan dan klasifikasi rekening-rekening pembukuan pada tiaptiap kantor cabang mengikuti dan sesuai dengan susunan dan klasifikasi yang dipakai pada kantor pusatnya.

8

Proses akuntansi pada kantor cabang diselenggarakan seperti halnya pada perusahaan yang berdiri sendiri, kecuali bahwa kantor cabang tidak menyelenggarakan rekening modal. Hasil akhir dari proses akuntansi pada kantor cabang ini akan tercermin di dalam laporan keuangan kantor cabang secara individual. Sedang proses penyusunan laporan keuangan periodic pada kantor cabang juga dilaksanakan seperti biasanya pada perusahaanperusahaan yang berdiri sendiri. Prinsip-prinsip pelaksanaan sistem desentralisasi Ciri pokok yang menghubungkan pembukuan di kantor cabang dan kantor pusatnya ialah rekening R/K-kantor pusat di dalam rekening-rekening pembukuan kantor cabang dan R/K-kantor cabang di dalam rekening-rekening pembukuan kantor pusat. Kedua rekening tersebut merupakan rekening proforma. Diselenggarakannya rekening-rekening aktiva; hatuang; pendapatan dan biaya-biaya kecuali untuk rekening modal di kantor cabang, dapat diambil kesimpulan mengenai adanya hubungan antara rekening-rekening pembukuan di kantor cabang dengan rekening-rekening pembukuan di kantor pusat. Aktiva yang ditempatkan di cabang adalah sebagian dari aktiva yang dimiliki oleh perusahaan sebagai satu kesatuan usaha. Transaksi-transaksi intern pada kantor cabang atau transaksi antara kantor cabang dengan pihak ketiga, oleh karena tidak mempengaruhi jumlah penanaman modal di kan tor cabang dicatat oleh kantor cabang pada rekening-rekening yang bersangkutan. Kantor pusat sebagai konsekuensi dari system desentralisasi tidak perlu melakukan pencatatan terhadap perubahan bentuk atau komposisi terhadap investasinya di kantor cabang. Sebagai unit usaha yang berdiri sendiri cabang mengeluarkan biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan. Di dalam akuntansi pengaruh dari pendapatan dan biaya-biaya itu terhadap modal yang ditanamkan, akan dikumpulkan selama satu periode akuntansi melalui ikhtisar perhitungan rugi-laba. Dalam hal modal itu ditanamkan oleh kantor pusat di cabang, maka pengaruh perubahan jumlah modal yang berasal dari pendapatan dan biaya yang terjadi di cabang akan diikhtisarkan dalam laporan perhitungan rugi-laba cabang yang bersangkutan. Pendapatan dan biaya-biaya yang terjadi di cabang sebagai unit usaha yang berdiri sendiri dianggap sebagai transaksi intern pada kantor cabang. Secara periodik laba atau rugi usaha kantor cabang diperhitungkan dengan jumlah investasi kantor pusat di cabang. Pada perusahaan-perusahaan dagang, semua atau sebagian besar dari barang dagangan yang dijual oleh cabang itu dikirim langsung dari kantor pusatnya. Pengiriman barang oleh kantor pusat kepada cabangnya, berarti menambah jumlah investasi di cabang. Agar supaya kantor pusat tetap dapat mengawasi barang-barang dagangannya yang dijual melalui kantor cabangnya sedang perusahaan menggunakan metode phisik untuk barang-barang dagangannya maka pengiriman barang tersebut dicatat kredit pada pengiriman barang ke cabang saldo rekening pengiriman barang ke cabang merupakan

9

kontra rekening yang mengurangi harga pokok barang yang tersedia untuk dijual pada kantor pusat. Modifikasi teknik pencatatan Agar supaya data dan laporan keuangan lebih informative maka untuk kepentingan analisa laporan keuangan hendaknya ada pemisahan di dalam pencatatan penanaman modal yang bersifat permanen dan penanaman modal oleh kantor pusat di cabang yang bresifat sementara. Berdasarkan pokok pemikiran tersebut di atas, maka baik pada buku-buku kantor pusat maupun buku-buku kantor cabang perlu diadakan pemisahan antara : Rekening kantor pusat dan kantor cabang yang bersifat sementara, dengan Rekening kantor pusat maupun kantor cabang yang bersifat sementara, dipakai untuk menampung transaksi-transaksi yang mengakibatkan hutang-piutang lancar antara pusat dan cabang. Rekening kantor pusat dan kantor cabang yang bersifat permanen Rekening-rekening kantor pusat maupun kantor cabang yang bersifat permanen, dipakai untuk menampung transaksi-transaksi yang mengakibatkan hutang-piutang tetap antara pusat dan cabang. Laporan keuangan gabungan untuk kantor pusat dan kantor cabang Secara periodic baik kantor cabang maupun kantor pusat menyusun neraca laporan keuangannya secara individual. Meskipun laporan keuangan individual itu dapat menunjukkan informasi-informasi yang penting, baik untuk kantor cabang maupun kantor pusat, tetapi laporan-laporan itu tidak dapat menggambarkan posisi keuangan dan hasil usaha kantor pusat dan cabangnya sebagai satu kesatuan ekonomis. Oleh karena laporan keuangan gabungan antara kantor pusat dan cabangnya, dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan sebagai satu kesatuan ekonomis yang bulat, maka di dalam penyusunannya harus memperhatikan hal-hal yang berikut : a. Di dalam neraca hanya disajikan aktiva dan hak-hak yang ada pada perusahaan dan hutang-hutang atau kewajiban perusahaan yang lain kepada pihak-pihak di luar perusahaan. b. Di dalam laporan perhitungan rugi-laba harus dihindarkan adanya perhitungan ganda terhadap suatu pendapatan dan biaya yang sama. Dengan demikian langkah-langkah yang diperlukan di dalam penyusunan laporan keuangan gabungan dari kantor pusat dan cabangnya dirumuskan sebagai berikut :

10

Penyusunan neraca gabungan, dilakukan dengan langkah-langkah yang terdiri dari : (1) Menghapuskan saldo rekening R/K-kantor pusat dengan R/K-kantor cabang dan saldo rekening hutang dengan piutang kepada antar kantor pusat dan cabang, yang ada di dalam neraca individual kantor pusat maupun kantor cabang. (2) Menjumlahkan saldo rekening-rekening aktiva, dan rekening-rekening hutang yang terdapat dalam neraca individual kantor pusat dan cabangnya, sesuai dengan kelompok masing-masing.

Penyusunan laporan perhitungan rugi-laba gabungan, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : (1) Menghapuskan saldo rekening pengiriman barang dari kantor pusat dengan pengiriman barang ke kantor cabang dan saldo rekening-rekening pendapatan dengan biaya-biaya yang bersangkutan = yang diakui di dalam laporan perhitungan rugi-laba individual kantor pusat dan cabang, sebagai akibat kebijaksanaan system desentralisasi yang dilaksanakan. (2) Menjumlahkan saldo rekening-rekening pendapatan dan laba di luar usaha, rekeningrekening biaya dan rugi di luar usaha yang terdapat dalam laporan rugi-laba individual kantor pusat dan cabang, sesuai dengan kelompok masing-masing.

Daftar lajur penyususnan laporan keuangan gabungan Untuk mempermudah penggabungan saldo rekening-rekening pembukuan yang ada baik di pusat maupun cabang-cabangnya, biasanya disusun suatu kertas kerja yang berupa daftar lajur penyusunan laporan keuangan gabungan. Daftar lajur itu memuat kolom-kolom saldo rekening-rekening pembukuan kantor pusat, cabang-cabang, debit dan kredit untuk penyesuaian dan eliminasi dan kolom untuk neraca atau laporan rugi-laba gabungan. Di dalam daftar lajur itu telah dilakukan penggolongan rekening-rekening pembukuan yang sama dengan mudah dapat dilaksanakan. Daftar lajur dibuat semata-mata untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan gabungan, oleh karena itu jurnal penyesuaian dan eliminasi tidak perlu dibukukan ke rekening-rekening yang bersangkutan baik di pusat maupun cabang.

11

BAB IX HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN CABANG (II) PERSOALAN-PERSOALAN KHUSUSPersoalan-persoalan khusus di dalam akuntansi biasanya timbul, apabila hubungan antara kantor pusat dengan cabang-cabangnya itu menyangkut hal-hal berikut : 1. Pengiriman (transfer) uang antar cabang. 2. Pengiriman barang-barang antar cabang. 3. Barang-barangyang dikirimkan ke cabang dinota dengan harga di atas harga pokoknya yaitu dengan tambahan % tertentu di atas harga pokoknya, atau dinota dengan harga penjualan eceran. Pengiriman uang antar cabang Pengiriman uang antar cabang ini terjadi, apabila perusahaan mempunyai cabang lebih dari satu. Untuk mengendalikan aktivitas tiap-tiap cabangnya, biasanya kantor pusat mengadakan pembatasan-pembatasan yang menyangkut hubungan antara cabang tertentu dengan cabang lainnya. Pembatasan yang diadakan itu berhubungan dengan otorisasi terhadap transaksi yang terjadi antara cabang tertentu dengan cabang lainnya tersebut. Rekening Proforma antara cabang tertentu dengan cabang lainnya tidak perlu diselenggarakan. Sedangkan untuk menampung transaksi antar cabang berdasar otorisasi dari kantor pusat harus diperhitungkan oleh masing-masing cabang dengan kantor pusat. Contoh : Suatu perusahaan yang berkantor pusat di Yogyakarta memerintahkan kepada cabang bandung untuk mengirimkan uang sebesar Rp 100.000 kepada cabang semarang. Sesuai dengan uraian tersebut di atas, maka pencatatan yang diperlukan oleh masing-masing pihak yang terlihat dalam transaksi ini adalah sebagai berikut :Buku-buku Kantor Pusat R/K Kantor cabangSemarang R/K Kantor cabang Bandung 100,000.00 100,000.00 R/K Kantor Pusat (D) Kas (K) 100,000.00 Cabang Bandung 100,000.00 Kas (D) R/K Kantor pusat 100,000.00 Cabang Semarang 100,000.00

Pengiriman barang antar cabang Dalam hal pengiriman barang antar cabang, maka otorisasi terjadinya transaksi tersebut, biasanya ada pada kantor pusatnya. Terdapat persoalan tersendiri apabila terjadi pengiriman barang dari cabang tertentu kepada cabang lainnya. Apabila terjadi pengiriman barang-barang untuk cabang atas perintah kantor pusat, maka perlakuan terhadap ongkos angkut diatur sebagai berikut :

12

a. Ongkos angkut barang-barang dari cabang tertentu ke cabang yang lain itu dibayar lebih dulu oleh cabang yang mengirim dan natinya akan diperhitungkan sebagai beban kantor pusat. b. Pembebanan ongkos angkut untuk cabang yang menerima barang-barang kiriman itu diperhitungkan sesuai dengan ongkos angkut apabila kantor pusat mengirimkan langsung kepada cabang penerima. c. Dalam buku-buku kantor pusat, selisaih yang terjadi dalam perhitungan pembebanan ongkos angkut antar cabang itu diperlakukan sebagai : selisih ongkos angkut barangbarang antar cabang. Barang-barang untuk cabang dinota di atas harga pokok Barang-barang yang dikirim oleh kantor pusat ke cabang-cabang yang dinota di atas harga pokoknya, biasanya dilakukan salah satu dari dua macam harga yang berikut : Dinota dengan tambahan % tertentu di atas harga pokok Dinota dengan harga jual eceran

Barang-barang untuk cabang dinota dengan tambahan % tertentu di atas harga pokok. Tujuan penentuan harga barang-barang untuk cabang di atas harga pokoknya antara lain : a. Untuk dapat mengontrol/mengendalikan para pejabat di cabang, sehingga dapat diperoleh gambaran yang konkrit tentang hasil-hasil usahanya. b. Untuk dapat menutup sebagian ongkos-ongkos pengurusan dan pengawasan serta administrasi yang menyangkut hubungan antara kantor pusat dan cabang. Dengan menentukan harga barang-barang untuk cabang di atas harga pokoknya, sebenarnya bahwa laba yang dilaporkan adalah lebih rendah dari yang sesungguhnya terjadi. Barang-barang untuk cabang dinota dengan harga jual eceran Tujuan pokok daripada teknik penentuan harga untuk cabang dengan harga-harga penjualan ecaran antara lain adalah : Untuk lebih memperketat control dan mendapatkan informasi yang lengkap tentang hasilhasil operasi cabang. Oleh karena harga jual eceran telah ditetapkan, maka apabila ada laporan penjualan dari cabang, dapat segera diperkirakan saldo persediaan yang ada di cabang tanpa menunggu sampai dengan laporan tentang persediaan itu dibuat. Mempermudah untuk pencocokan di dalam mengadakan inventarisasi phisik barang di cabang, di mana jumlah persediaan phisik harus sama dengan perbedaan antara harga yang dinota oleh kantor pusat dikurangi penjualan bersih yang dilaporkan.

13

Melaksanakan kebijaksanaan harga jual yang sama terhadap beberapa daerah pemasaran tertentu.

Laporan keuangan gabungan apabila barang-barang cabang dinota di atas harga pokok Penyusunan laporan keuangan gabungan untuk barang yang dikirimkan antar cabang dicatat dengan harga pokoknya, relatip lebih mudah seperti dijelaskan pada bab sebelumnya. Apabila barang-barang untuk cabang dinota dengan harga yang berbeda dari harga pokoknya, maka akan timbul persoalan-persoalan khusus di dalam penyusunan laporan keuangan gabungan. Persoalan-persoalan khusus yang perlu diperhatikan antara lain : Persediaan akhir barang-barang pada neraca kantor cabang yang nilainya berbeda dari harga pokok sebenarnya, harus dinyatakan kembali dalam nilai harga pokok semula agar memungkinkan penyusunan neraca gabungan. Persediaan awal dan akhir barang-barang pada laporan perhitungan rugi-laba cabang harus dinyatakan kembali dalam harga pokok yang sebenarnya. Untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan gabungan biasanya daftar lajur dibuat atas dasar data neraca sisa dari pusat dan cabangnya.

14

BAB X HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN CABANG III (CABANG-CABANG DI LUAR NEGERI) Masalah nilai kurs mata uang Ada beberapa macam jenis kurs yang dikenal di dalam dunia perdagangan, yaitu : Nilai kurs yang didasarkan langsung atas relatip emas murni yang terdapat di dalam satu kesatuan mata uang tertentu dan dikenal dengan sebutan : mint par rates of exchange. Nilai kurs yang didasarkan atas hokum permintaan dan penawaran yang berlaku dan dikenal dengan sebutan : free market rate of exchange.

Nilai tukar tidak langsung Nilai tukar tidak langsung menyatakan nilai kesatuan mata uang dalam negeri dalam persamaannya dengan mata uang asnig. Misalnya : Rp 1,00 = 0,000925 Rp 1,00 = 0,002410 US $ Jual beli dengan pihak luar negeri Dalam transaksi jual beli dengan pihak luar negeri, harga beli atau harga jual barangbarang dapat dinyatakan dalam mata uang asing dan atau mata uang dalam negeri. Akan tetapi pembukuan terhadap transaksi-transaksi tersebut tetap harus dinyatakan dengan satuan mata uang dalam negeri. Di dalam akuntansi laba atau rugi karena perubahan-perubahan kurs dicatat dalam rekening selisih (beda) kurs. Agar supaya lebih jelas dan terperinci, biasanya selisih kurs yang terjadi dibedakan ke dalam 2 macam rekening, yaitu ; a. Untuk selisih kurs yang menguntungkan dicatat dalam rekening Laba selisih kurs. b. Untuk selisih yang merugikan dicatat dalam rekening Rugi selisih kurs. Masalah penjabaran nilai mata uang Perhitungan penjabaran mata uang harus memperhatikan dasar hitungan mata uang yang bersangkutan. Apabila nilai tukar suatu mata uang dinyatakan dalam dasar hitungan decimal, penjabarannya ke dalam mata uang tertentu relatip lebih mudah. Dan hampir semua kesatuan mata uang Negara-negara besar di dunia, dewasa ini sudah mempergunakan system decimal currency system.

15

Rekening-rekening yang dinyatakan dalam uang asing Apabila suatu perusahaan mendirikan cabang atau mempunyai perusahaan anak di luar negeri, maka laporan keuangan individual dari cabang atau perusahaan anak tersebut akan dinyatakan dalam satuan mata uang di Negara di mana unit usaha itu bertempat kedudukan sehingga berbeda dari laporan keuangan individual kantor pusat atau perusahaan induknya. Ketentuan-ketentuan umum untuk menjabarkan rekening-rekening mata uang asing ke dalam rupiah ini di Indonesia telah diatur di dalam prinsip akuntansi Indonesia, seperti pada prinsip 1.3. Adapun isi pokok dari ketentuan penjabaran tersebut adalah sebagai berikut : Rekening-rekening Neraca : seperti Aktiva lancar, Aktiva tidak Lancar, Hutang lancar, Hutang tidak lancar, dan Modal saham. Rekening-rekening Rugi-Laba : seperti Pendapatan dan Biaya-biaya, serta Penyusutan Aktiva Tetap.

Penyusunan laporan keuangan gabungan kantor pusat dan kantor cabang di luar negeri Langkah-langkah di dalam penyusunan laporan keuangan gabungan antara kantor pusat dan kantor cabang di luar negeri, adal sebagai berikut : 1. Atas dasar laporan keuangan individual dari cabang, terlebih dahulu harus diadakan penjabaran terhadap saldo rekening-rekening pembukuan kantor cabang menjadi saldosaldo yang dinyatakan dalam mata uang dalam negeri yang dipakai kantor pusat. 2. Proses penjabaran terhadap saldo rekening pembukuan cabang, sebaiknya dimulai dengan mengambil dari angka-angka yang terdapat pada neraca saldo yang dipakai sebagai dasar penyusunan neraca lajur. 3. Apabila hasil penjabaran terhadap saldo rekening pembukuan secara keseluruhan tidak seimbang, maka selisihnya ditampung dalam rekening penyesuaian kurs. 4. Sesudah proses penjabaran terhadap saldo rekening pembukuan cabang selesai, kemudian menyusun working papers. 5. Berdasar dari daftar lajur gabungan tersebut nomor 4, baru disusun neraca dan perhitungan rugi-laba gabungan antara kantor pusat dan cabang. Penyusutan aktiva tetap Dalam saldo rekening biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum, termasuk unsure biaya penyusutan alat-alat perlengkapan kantor dan gedung yang seharusnya dijabarkan tersendiri sesuai dengan kurs pada saat terjadinya transaksi aktiva tetap itu didapat. Jika kurs rata-rata sama dengan kurs pada saat pembelian aktiva-aktiva tersebut,

16

maka penjabaran terhadap unsure biaya penyusutan dalam biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum dapat disatukan. Selisih penyesuaian kurs Pada umumnya selisih yang terjadi di dalam penjabaran mata uang asing ke dalam mata uang dalam negeri dapat nerakibat menguntungkan atau merugikan. Apabila selisih penyesuaian kurs menunjukkan saldo sebelah debit berarti merugikan dan apabila menunjukkan saldo sebelah kredit berarti menguntungkan. Laba atau rugi karena selisih penyesuaian kurs dapat diperlakukan sebagai laba atau rugi untuk periode yang bersangkutan. Akan tetapi ada pendapat lain yang menyatakan bahwa laba atau rugi dalam penjabaran mata uang asing tersebut, sebenarnya belum terjadi atau belum direalisasi. Oleh karena itu laba atau rugi yang diperhitungkan tadi tidak seharusnya diperlakukan sebagai laba atau rugi untuk periode yang berjalan. Akan tetapi laba atau rugi itu harus diperlakukan sebagai laba yang masih akan diterima atau sebaliknya sampai dengan jumlah itu disetor atau ditransfer ke kantor pusat.

17

BAB XI PENGGABUNGAN BADAN USAHA (BUSINESS COMBINATIONS)Pengertian Umum Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis. Dari segi organisasinya usaha mengembangkan perusahaan, dapat dilakukan melalui salah satu dari dua jalan sebagai berikut : Mengadakan ekspansi (perluasan usaha) dari usaha yang telah ada atau Internal business expansions. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan hanya memperluas usaha yang telah ada, tanpa melibatkan unit-unit usaha di luar (organisasi) perusahaan. Mengadakan penggabungan badan usaha atau External business expansion. Dalam hal ini untuk mengembangkan usahanya, suatu perusahaan mengadakan penggabungan sumber-sumber ekonomis yang dimiliki oleh perusahaan lainnya. Dilihat dari segi cara terbentuknya pengembangan badan usaha melalui external business expansion ini dapat dibedakan ke dalam 2 cara sebagai berikut : Penggabungan badan usaha. Menggabungkan beberapa perusahaan yang telah ada sebelumnya menjadi satu perusahaan yang baru, atau berfusinya beberapa perusahaan ke dalam satu perusahaan yang baru. Pemilikan sebagian besar sahamsaham perusahaan lain. Dengan dimilikinya sebagian besar sahamsaham perusahaan lain, berarti berhak untuk sepenuhnya mengendalikan operasi dan manajemen perusahaan lain tersebut. Bentuk-bentuk Penggabungan Badan Usaha Tergantung dari sudut pandangan masing-masing, bentuk-bentuk penggabungan badan usaha dapat dibedakan ke dalam berbagai macam bentuk sebagai berikut : Dari segi jenis usaha perusahaan yang bergabung. Bentuk penggabungan badan usaha dilihat dari segi jenis usaha perusahaan-perusahaan yang bergabung dibedakan ke dalam tiga macam bentuk sebagai berikut : Penggabungan Horizontal

18

Penggabunagn horizontal terjadi apabila perusahaan-perusahaan yang bergabungan menjalankan fungsi produksi dan penjualan barang-barang yang sejenis. Penggabungan Vertikal Apabila perusahaan yang semula merupakan langganan terhadap produk (jasa) yang dihasilkan oleh perusahaan lain, atau sebaliknya perusahaan lain itu adalah supplies bahan baku baginya dan kemudian mengadakan penggabungan perusahaan; maka penggabungan demikian disebut penggabungan vertikal. Penggabungan Konglomerat (Conglomerat Combinations) Penggabungan konglomerat terbentuk apabila perusahaan-perusahaan yang bergabung bukan perusahaan-perusahaan sejenis dan tidak pula mempunyai hubungan langganan-supplier. Dilihat menurut kejadian hukumnya. Dari segi kejadian hukumnya, bentuk-bentuk penggabungan badan usaha dapat dibedakan ke dalam : Merger Merger adalah penggabungan perusahaan dengan jalan pemilikian langsung oleh suatu perusahaan terhadap harta milik dari satu atau lebih perusahaan lain yang digabungkan. Konsolidasi Penggabungan perusahaan disebut konsolidasi, jika dalam proses penggabungan itu dibentuk sebuah perusahaan baru dengan tujuan khusus untuk membeli (mengambil alih) harta milik dan mengakui hutang-hutang dari dua atau lebih perusahaan yang telah ada. Persoalan yang Timbul dalam Penggabungan Perusahaan Masalah yang timbul di dalam proses penggabungan perusahaan dapat bersifat komplek, tetapi juga dapat bersifat sederhana. Sebagai contoh; penentuan jumlah yang harus dibayar dan syarat-syarat pembayaran dalam penggabungan perusahaan dalam hal pembayarannyaberbentuk uang tunai relatip lebih sederhana jika dibanding dengan penggabungan perusahaan di mana pembayarannya berbentuk surat-surat berharga, yang harga pasarnyapun tidak mudah dapat ditentukan. Masalah Kontribusi Relatip Perusahaan Yang Bergabung Jika perusahaan yang baru dibentuk dalam Konsolidasi akan mengeluarkan modal saham sebagai alat pembayaran kepada perusahaan-perusahaan yang digabung, dapat dipakai dua cara (pendekatan) di dalam menentukan banyaknya saham yang harus diserahkan kepada masing-masing perusahaan yang digabung.

19

Kontribusi relatip dari kekayaan bersih Penentuan besarnya jumlah kekayaan bersih relatip seringkali diperlukan bantuan dari akuntan dan orang yang ahli dibidang menaksir harga-harga pasar. Laporan keuangan dari masing-masing pihak harus disusun atas dasar harga pasarnya (harga yang disetujui oleh semua pihak). Tiap-tiap pos dari laporan keuangan harus diperiksa dan dianalisa secara khusus oleh akuntan yang independen, dan jika dirasa perlu akuntan dapat menyusun kembali laporan keuangan tersebut agar supaya lebih informatip dan dapat diperbandingkan, serta sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim.

Kontribusi relatip dari laba yang diproyeksikan Penentuan besarnya kontribusi relatip dari rata-rata keuntungan kepada perusahaan yang baru dibentuk, memerlukan juga bantuan dari orang yang ahli dibidang ini. Laporan perhitungan Rugi-Laba dari perusahaan yang digabung juga harus disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, seperti halnya pada neraca.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Dasar yang akan Dipakai di dalam Menentukan Besarnya Kontribusi Relatip dari Masing-masing Pihak Ada dua faktor yang harus dipertimbangkan di dalam memilih dasar yang akan dipakai untuk menentukan besarnya kontribusi masing-masing pihak yang mengadakan penggabungan badan usaha, yaitu : Apakah perusahaan yang baru dibentuk akan mengeluarkan satu jenis atau golongan surat berharga (modal saham) saja. Apakah perusahaan yang baru dibentuk akan mengeluarkan dua atau lebih jenis (golongan) surat berharga (modal saham).

Penggabungan Perusahaan dengan Mengeluarkan satu Jenis Modal Saham Jika kemampuan untuk memperoleh labaari masing-masing perusahaan yang bergabung relatip sama dan satu jenis modal saham dikeluarkan untuk maksud penggabungan perusahaan, maka modal saham tersebut akan dibagikan sesuai dengan jumlah kekayaan bersih yang diserahkan. Akan tetapi jika kemampuan untuk memperoleh laba berbeda-beda dari perusahaan yang satu ke perusahaan lainnya dan satu jenis modal akan dikeluarkan, maka cara membagikan modal saham kepada masingmasing pihak harus didasarkan di samping kekayaan bersih riil yang diserahkan perlu diperhitungkan juga adanya kemampuan lebih untuk mendapatkan keuntungan dari masing-masing pihak. Penggabungan Perusahaan dengan Mengeluarkan dua atau lebih Jenis Modal Saham Jika dikehendaki agar proporsi pemilikan dan hak-hak dari masing-masing pihak dapat dipertahankan dalam perusahaan yang baru, maka perlu dikeluarkan lebih satu jenis saham.

20

Cara mengalokasikan modal saham tersebut, jika dikeluarkan lebih dari satu jenis diatur sebagai berikut : (1) Keuntungan relatip dari masing-masing pihak harus dikapitalisasikan dengan suatu tingkat atau prosentase tertentu. (2) Saham prioritas harus dikeluarkan dan dibagikan kepada masing-masing pihak, sesuai dengan jumlah kekayaan bersih riil yang diserahkan. (3) Saham biasa yang dikeluarkan adalah sebesar selisih antara modal saham yang harus dikeluarkan (sebagaimana perhitungan sub 1), dikurangi dengan jumlah modal saham prioritas sebagaimana dijelaskan pada sub (2). Preferensi saham prioritas terhadap kekayaan, dimaksudkan agar klaim terhadap kekayaan dalam perusahaan yang baru sama dengan kekayaan riil yang diserahkannya. Sedang saham prioritas juga harus berpartisipasi penuh, dimaksudkan agar ratio pembagian laba tetap dapat dipertahankan. Di dalam prakteknya tingkat kapitalisasi yang dipakai untuk menentukan kontribusi relatip kekayaan bersih dari perusahaan-perusahaan yang digabungkan dapat berbeda antara sejumlah laba normal dengan jumlah laba di atas normal. Tingkat kapitalisasi dan hak prioritas pembagian laba dari saham prioritas yang akan dikeluarkan di dalam penggabungan badan usaha merupakan factor penting yang harus diperhitungkan, agar klaim terhadap kekayaan bersih dan hak atas pembagian laba dari perusahaan terdahulu tetap dapat dijamin kesesuaiannya dengan kontribusi relatipnya baik terhadap kekayaan bersih maupun keuntungan pada saat terjadinya (transaksi) penggabungan badan usaha. A. Tingkat kapitalisasi laba adalah 6% sama dengan prioritas yang diberikan kepada Pemegang Saham Preferen (Prioritas). Pembagian laba akan senantiasa berada pada perimbangan yang sama, sejak tingkat laba yang didapat oleh perusahaan gabungan mencapai jumlah laba yang diproyeksikan. B. Tingkat kapitalisasi laba sebesar 8%, di atas prosentase hak prioritas yang diberikan kepada Pemegang Saham Preferen (Prioritas). Pada cara ini komposisi pembagian laba tetap dapat dipertahankan seperti keadaan sebelum terjadinya penggabungan. Akan tetapi apabila tingkat kapitalisasi laba lebih besar dari hak prioritas atas pembagian laba yang diberikan kepada saham preferen atas prosentase itu tidak jauh lebih besar dari rate of return terendah di antara perusahaan-perusahaan yang bergabung, maka komposisi pembagian laba dapat dipertahankan sejak tingkat laba yang didapat oleh perusahaan yang baru dibentuk sama dengan hak prioritas saham preferen. C. Tingkat kapitalisasi laba sebesar 5%, lebih rendah dari hak prioritas pembagian laba yang diberikan kepada Pemegang Saham Preferen (Prioritas).

21

Pada cara ini komposisi pembagian laba itu akan mencapai komposisi seperti keadaan sebelum penggabungan. D. Kapitalisasi laba sebesar 10%, lebih besar dari tingkat laba yang paling rendah di antara perusahaan-perusahaan yang bergabung. Pada cara ini pembagian laba oleh perusahaan yang baru, tidak akan pernah mencapai komposisi semula pada saat sebelum terjadi penggabungan. Meskipun dalam penggabungan ini, misalnya goodwill yang dibentuk tetapi selama tingkat kapitalisasi laba adalah lebih besar dari tingkat laba paling rendah di antara perusahaan yang bergabung, maka komposisi keseimbangan pembagian laba itu tidak pernah dapat dicapai. Tingkat Kapitalisasi Laba Normal berbeda dengan Laba di atas Normal Penentuan jumlah modal saham yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang baru dibentuk sebagai pembayaran atau kekayaan bersih yang diserahkan oleh perusahaan-perusahaan terdahulu seperti dihitung dengan mengkapitalisasikan laba yang diproyeksikan untuk masing-masing perusahaan dengan suatu prosentase (tingkat) tertentu. Prosentase (tingkat) kapitalisasi itu diperlakukan sama untuk keseluruhan laba yang diharapkan, tanpa dibedakannya kemampuan untuk memperoleh laba di atas normal dari masing-masing perusahaan. Di dalam kenyataannya perusahaan yang sejenis, dan dengan jumlah investasi yang sama besarnya, dapat memiliki kemampuan untuk memperoleh laba yang berbeda karena beberapa faktor tertentu. Apabila dua tingkat macam kapitalisasi digunakan, maka tingkat kapitalisasi untuk laba normal harus sama dengan hak prioritas atas pembagian laba yang diberikan kepada saham preferen (prioritas). Seperti halnya pada cara-cara lain yang telah dikemukakan sebelumnya, factor kecermatan dan ketepatan di dalam memproyeksikan kemampuan laba dari masingmasing perusahaan, sangat menentukan dapat dan tidak dapatnya dipertahankan ratio pembagian laba itu setelah diadakannya penggabungan. Masalah Akuntansi Dalam Penggabungan Badan Usaha Dilihat dari segi akuntansinya, apabila dua atau lebih badan usaha diselenggarakan bersama atau digabungkan, dengan tujuan untuk melanjutkan usaha-usahanya yang terdahulu, sebagai akibat adanya kombinasi tersebut dibedakan ke dalam dua macam cara (prosedur) pencatatan, sebagai berikut : (1) Pembelian (by purchase) (2) Penyatuan kepentingan (by pooling interest)

22

Penggolongan tersebut didasarkan oleh bagaimana keadaan yang sebenarnya; yaitu tergantung dari luas dan sampai seberapa besar bagian penting dari pemilikan semula itu akan dieliminasikan atau apakah begian penting dari pemilikan tersebut akan diteruskan. Penggabungan Badan Usaha atas dasar Pembelian (By Purchase) Apabila di dalam suatu kombinasi usaha dari dua tau lebih badan usaha, di mana bagian yang terpenting dari pemilikan perusahaan atau perusahaan-perusahaan yang diperoleh itu dieliminasikan. Atau apabila penggabungan badan usaha tersebut berakibat para pemilik perusahaan yang bergabung tidak lagi ikut berpartisipasi secara substansiil di dalam perusahaan tunggal yang dibentuk. Dengan lain perkataan sebagai akibat kombinasi usaha itu terjadi (timbul) suatu pemilikan baru. Penggabungan demikian tersebut sebagai penggabungan atas dasar pembelian. Prosedur Akuntansi Penggabungan Badan usaha atas dasar Pembelian (by Purchase) Apabila suatu kombinasi usaha dianggap suatu pembelian maka harta kekayaan yang diperoleh dalam transaksi penggabungan harus dicatat dalam buku-buku usaha yang memperolehnya atas dasar harga peolehannya yang diukur dengan uang. Atau dalam hal pembayarannya tidak dilakukan secara tunai, harus diukur dengan menilainnya secara wajar sesuai dengan kejadiannya, atau dengan nilai yang wajar dari harta kekayaan yang bersangkutan, mana yang paling jelas dapat dibuktikan. Bagi peusahaan-perusahaan terdahulu, pencatatan yang perlu dengan tejadinya penggabungan usaha tersebut adalah yang bersangkutan paut dengan penerimaan sahamsaham dari perusahaan yang dibentuk atau perusahaan yang tetap melanjutkan usahanya, serta membagikan saham-saham itu kepada para pemilik (pemegang saham0. Jika dasar pertukaran kekayaan bersih yang diserahkan oleh masing-masing perusahaan selain daripada nilai bukunya, maka laba (rugi) yang timbul dalam pertukaran harus diakui dan dicatat untuk menentukan hak-hak para pemegang sahamnya. Penggabungan Badan Usaha atas dasar Penyatuan Kepentingan (by Pooling Interest) Dari segi akuntansi penggabungan badan usaha atas dasar penyatuan kepentingan (by pooling of interest) terjadi apabila : Pada suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha, di mana pemegang-pemegang dari bagian penting atas pemilikan masing-masing badan usaha itu menjadi pemilik dari badan usaha yang kemudian memiliki harta kekayaan dan usaha-usaha dari perusahaan-perusahaan yang digabung, baik secara langsung atau melalui satu atau lebih anak perusahaan. Beberapa faktor lain yang merupakan petunjuk adanya penggabungan badan usaha yang bersifat penyatuan kepentingan dapat dikemukakan sebagai barikut : a) Badan usaha yang tunggal itu dapat berupa satu di antara perusahaan yang bergabung atau badan usaha yang tunggal itu dapat berupa suatu badan usaha yang dibentuk sama sekali baru.

23

b) Sesudah kombinasi usaha dilakukan, kekayaan bersih dari semua badan usaha yang bergabung (pada umumnya) akan dipegang oleh badan usaha tunggal tersebut. Prosedur akuntansi-Penggabungan Badan Usaha atas dasar Penyatuan Kepentingan (Pooling of Interest) Apabila kombinasi usaha dianggap sebagai suatu pooling of intensif maka tidak diperlukan dasar-dasar baru tentang accountabilitynya. Dalam hal ini harta kekayaan yang diperoleh dari badan-badan usaha yang bergabung jika telah dinyatakan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi dan telah diadakan penyesuaian dengan tepat (bila dianggap perlu) untuk menempatkan suatu aktiva pada suatu dasar pencatatan akuntansi yang uniform harus diteruskan pada bukubuku badan usaha yang memperoleh aktiva tarsebut. Menurut konsep pooling of interest, badan usaha yang baru dianggap sebagai kelanjutan dari semua badan usaha yang bergabung, baik dalam bentuk suatu badan usaha yang tunggal maupun sebagai induk perusahaan dengan satu atau beberapa anak perusahaan. Oleh sebab itu apabila ada satu atau lebih dari badan usaha yang bergabung itu tetap melanjutkan eksistensinya dalam suatu bentuk hubungan afiliasi dan terdapat persyaratan-persyaratan untuk adanya pooling of interest; maka gabungan atas Saldo Laba Yang Tidak Dibagi di dalam neraca konsolidasi adalah merupakan keharusan. Apabila diperhatikan prosedur pencatatan terhadap penggabungan badan usaha yang dinyatakan sebagai penyatuan kepentingan, maka ada beberapa hal yang secara prinsipal berbeda dengan prosedur pencatatan yang berlaku pada penggabungan badan usaha yang dinyatakan sebagai pembelian. Akan tetapi apabila jumlah modal yang ditetapkan dalam perusahaan gabungan tidak sama dengan modal yang ditetapkan oleh perusahaan-perusahaan terdahulu, maka diperlukan adanya penyesuaian terhadap saldo Agio Saham dan Laba Yang Ditahan sebagaimana dilakukan apabila suatu perusahaan mengadakan perubahan terhadap besarnya modal yang ditetapkan (stated capital). Pada umumnya penggabungan yang dinyatakan sebagai pooling of interst hamper selalu menetapkan besarnya modal yang berakibat mengurangi saldo Laba Yang Ditahan secara total dan sebaliknya tidak pernah berakibat bertambahnya saldo Laba Yang Ditahan secara total dari perusahaan-perusahaan yang terdahulu. Perbedaan di antara kedua metode pencatatan itu antara lain sebagai berikut : (1) Pada penggabunagn by purchase digunakan dasar pencatatan yang sama sekali baru (accountability yang baru). Oleh sebab itu juga tidak mengakui adanya (saldo) Laba Yang Ditahan bagi perusahaan yang baru dibentuk dan belum menjalankan operasinya. (2) Apabila modal statutair perusahaan yang baru lebih besar dari modal statutair yang ada berarti harus dipenuhi dengan jalan mengkapitalisasikan sebagian atau seluruh komponen

24

hak pemegang saham selain modal statutair. Sebaliknya apabila terjadi pengurangan modal statutair maka selisih lebih modal statutair lama harus diakui sebagai bagian dari hak pemegang saham yang dalam hal ini sebagai Agio Saham, yaitu bagian modal yang berasal dari pemilik karena disetor lebih besar dari nilai nominal/nilai yang ditetapkan. Akibat-akibat Adanya Prosedur penggabungan Badan Usaha Yang Alternatip Adanya dua prosedur penggabungan di mana masing-masing mempunyai konsekuensi khususnya terhadap dasar pencatatannya yang satu sama lain berbeda tersebut, akan mengakibatkan (mengahsilkan) pula posisi keuangan perusahaan gabungan yang berbeda-beda pada masing-masing cara. Sebagai akibat lanjut perbedaan di dalam posisi keuangan ini adalah perbedaan terhadap hasil usahanya apabila perusahaan gabungan sudah memulai aktivitasnya. Pada penggabungan by purchase, dimana dipakai dasar pencatatan aktiva (accountability) yang baru, maka pencatatan terhadap kekayaan bersih yang diserahkan oleh masing-masing perusahaan terdahulu tidak sama dengan apa yang dilaporkan oleh perusahaan terdahulu (pada umumnya di atas nilai bukunya). Apabila di dalam penggabungan tersebut modal saham perusahaan baru dinilai dan dikeluarkan atas dasar tingkat keuntungan tertinggi yang dikapitalisasikan, maka bi9sa berakibat nilai modal saham lebih besar dari seluruh nilai pasar aktiva berwujud. Di lain pihak pada penggabungan by pooling of interest, di mana perusahaan yang baru tetap menggunakan dasar accountability dari perusahaan asal (yaitu pencatatan yang didasarkan atas nilai bukunya), tidak perlu lagi adanya Aktiva Tak Berwujud yang harus diakui dalam proses penggabungan badan usaha. Pada cara ini penyerahan kekayaan bersih diikuti pula dengan penyerahan modal saham yang sama nilainya.

25

BAB XII LAPORAN KEUANGAN YANG DIKONSOLIDASI HUBUNGAN PERUSAHAAN INDUK DAN PERUSAHAAN ANAKSuatu perusahaan yang memiliki saham-saham perusahaan lain di atas 50% dari jumlah modal saham yang beredar, praktis memiliki hak untuk memilih dan menentukan manajemen dari perusahaan lain tersebut. Dengan demikian berarti pula berhak untuk mengendalikan operasi dan policy dari perusahaan yang bersangkutan. Dengan pemilikan sebagian besar dari modal saham, masalah-masalah yang dihadapi akan relatip sederhana dan lebih sedikit disbanding dengan merger atau konsolidasi. Merger dan konsolidasi, memerlukan investasi yang besar jumlahnya, karena dilakukan sekali dan tidak dapat diangsur. Sedang dengan pemilikan modal saham diperlukan investasi relatip lebih kecil karena posisi control ini dapat dicapai secara bertahap. Pengendalian terhadap perusahaan melalui pemilikan saham Untuk mengendalikan manajemen dan operasi perusahaan lain dapat dilakukan dengan jalan pemilikan sebagian besar dari atau seluruh modal sahamnya, meskipun perusahaan lain yang dimaksud masih tetap melanjutkan usaha dan mempertahankan identitasnya. Dari segi ekonomis keadaan demikian itu sama seperti halnya pada merger atau konsolidasi; Karena dengan adanya pemilikan terhadap sebagian besar saham-saham, berarti kekayaan dan sumber-sumber dan perusahaan yang bersangkutan berada di bawah pengelolaan satu manajemen. Akan tetapi dari segi yuridis, terlepas dari beberapa besarnya pemilikan saham tersebut, masing-masing perusahaan masih harus dipandang sebabagi unit usaha yang berdiri sendiri. Perusahaan induk dan Holding company Suatu perusahaan yang memiliki sebagian besar dari atau seluruh modal saham yang beredar dari peusahaan lain, sehingga berhak untuk mengendalikan operasi dan manajemen perusahaan lain tersebut disebut dengan Perusahaan Induk. Apabila suatu perusahaan dibentuk dengan tujuan umum untuk memiliki sahamsaham dan mengendalikan operasi perusahaan lain, maka perusahaan itu disebut sebagai Holding company. Sumber pendapatan utama bagi Holding Company adalah berupa deviden dari saham-saham yang dimilikinya, sedang biaya-biaya operasi seluruhnya berupa biaya administratip sifatnya. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang manajemen dan operasinya dikendalikan baik oleh perusahaan induk maupun holding company disebut sebagai Perusahaan Anak. Hubungan antara perusahaan induk dan perusahaan anak, dinamakan hubungan affiliasi. Perusahaan yang memiliki sebagian besar dari atau seluruh modal saham perusahaan anak

26

disebut dengan Controlling Interest dan pemilik saham selebihnya disebut sebagai Minority Interest. Controlling interest, yang memiliki seluruh modal saham perusahaan affiliasinya disebut dengan Wholly Owned Subsidiary. Pencatatan investasi pada perusahaan anak Pemilikan saham-saham oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan lain dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di antara cara-cara yang paling sering dijumpai adalah; pembelian langsung, pertukaran dengan kekayaan lainnya atau memperoleh saham-saham tersebut. Dalam hal saham-saham diperoleh dengan jalan membeli secara tunai, investasi tersebut dicatat sebesar harga perolehannya yaitu sebesar jumlah uang yang diperlukan untuk memperoleh saham-saham tersebut. Sifat-sifat laporan keuangan yang dikonsolidasikan Neraca perusahaan induk yang melaporkan pemilikan saham pada perusahaan anak sebagai investasi dan perusahaan anak yang melaporkan hak-hak perusahaan induk atas perusahaannya sebagai modal saham, kedua-duanya menunjukkan laporan keuangan dan perusahaan affiliasi sebagai unit usaha yang terpisah. Dalam hal laporan konsolidasi antara peusahaan induk dan anaknya akan disusun, maka prosedur penyusunannya dilaksanakan sama dengan penyususnan laporan gabungan antara kantor pusat dan cabangnya. Untuk ini perusahaan anak diperlakukan sama dengan kantor cabang. Dengan prosedur itu berarti aktiva dan hutang-hutang dari perusahaan anak digabungkan dengan aktiva dan hutang-hutang perusahaan induk sesuai dengan kelompok masing-masing aktiva atau hutang yang bersangkutan, sedang pos-pos yang sifatnya timbale balik yang menyebabkan gambaran adanya satu kesatuan itu tidak Nampak lagi harus dieliminasi. Untuk mempermudah penyusunan laporan gabungan, dapat dibuat suatu daftar lajur untuk penyusunan neraca gabungan. Di dalam lajur disediakan kolom eliminasi untuk menetralkan saldo rekening-rekening timbale balik. Neraca gabungan untuk kantor pusat dan kantor cabangnya adalah sebagai berikut :

27

PT X Neraca Gabungan Kantor Pusat dan Cabang Per I Januari 1977

Aktiva Aktiva Lancar Kas Piutang dagang Persediaan barang Jumlah Aktiva lancar Rp Rp 300,000.00 400,000.00

Rp 1,900,000.00 Rp 2,600,000.00

Aktiva Tetap (Neto)

Rp 2,400,000.00

Jumlah aktiva

Rp 5,000,000.00

Hutang dan Modal Hutang Hutang dagang Rp 300,000.00

Modal Modal saham Agio saham Laba yang ditahan Rp 3,000,000.00 Rp 1,000,000.00 Rp 700,000.00 Rp 4,700,000.00 Jumlah Hutang dan Modal Rp 5,000,000.00

Masalah-masalah umum yang dihadapi dalam penyususnan laporan konsolidasi Ada beberapa masalah umum yang senantiasa timbul di dalam rangka penyusunan neraca konsolidasi. Masalah-masalah tersebut antara lain timbul dan dipengaruhi oleh : 1. Periode di mana laporan/neraca konsolidasi tersebut disusun. 2. Jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan induk, dan harga perolehan yang telah dikeluarkan untuk memperoleh saham tersebut. Pemilikan saham dari suatu perusahaan yang sudah berjalan Dalam hal pemilikan saham kurang dari 100% modal saham yang beredar, maka eliminasi terhadap saldo rekening investasi saham dilakukan tidak dari seluruh modal saham, melainkan sesuai dengan prosentase pemilikannya. Sdangkan jumlah selebihnya tetap dilaporkan dalam neraca konsolidasi sebagai hak para pemegang saham minoritas.

28

Masalah lain yang mungkin timbul di sini ialah bahwa pemilikan saham-saham tersebut bisa terjadi kurang, lebih atau persis sama dengan nilai buku saham-saham yang bersangkutan. Untuk itu penyusunan neraca konsolidasi harus dilakukan analisa secara teliti. Oleh karena hal ini menyangkut masalah perlakuan dan penyajian dari perbedaan jumlah tersebut di dalam neraca konsolidasi. Contoh : Penyusunan neraca konsolidasi, jika perusahaan tidak memiliki sebagian besar (kurang dari 100%) saham-saham perusahaan anak sebesar/sesuai dengan nilai bukunya. (perusahaan anak dalam keadaan surplus). PT Dani membeli 200 lembar saham-saham PT Prambini dengan harga Rp 30.000.000 dan pada tanggal 1 januari 1976, setelah terjadinya transaksi tersebut disusun neraca konsolidasi, maka daftar lajur untuk penyususnan neraca konsolidasi Nampak sebagai berikut :PT Dani dan Perusahaan anaknya (PT Prambini) Daftar Lajur untuk Penyusunan Neraca konsolidasi per 1 Januari 1976

Rekening-rekening Neraca

PT Dani

PT Prambini D

Eliminasi K (Rp) D

Neraca Konsolidasi K (Rp)

(Rp) Debit Investasi saham-saham PT Prambini Eli 80% Modal saham Elim 80% Laba yang ditahan Macam-macam aktiva Rp 30,000,000.00 Rp 57,500,000.00 Rp 87,500,000.00

(Rp)

(Rp)

(Rp)

Rp 45,000,000.00 Rp 45,000,000.00

-

Rp20,000,000.00 Rp10,000,000.00 -

Rp102,500,000.00 -

-

Kredit Macam-macam hutang Modal saham, PT Dani Laba yang ditahan PT Dani Modal saham, PT Prambini Elim 80% Pem. Saham minoritas 20% Laba yang ditahan PT Prambini Elim 80% Pem. Saham minoritas 20% Rp 87,500,000.00 Rp 45,000,000.00 Rp 12,500,000.00 Rp 30,000,000.00 Rp102,500,000.00 Rp102,500,000.00 Rp 12,500,000.00 Rp 50,000,000.00 Rp 25,000,000.00 Rp 7,500,000.00 Rp 25,000,000.00 Rp Rp 20,000,000.00 Rp 50,000,000.00 Rp 25,000,000.00 5,000,000.00

(1) Rp 20,000,000.00 -

(2) Rp 10,000,000.00 Rp 30,000,000.00

29

Penjelasan daftar lajur : 1. Jika tidak seluruh saham-saham perusahaan anak dimiliki oleh perusahaan induk dan oleh karena pada prinsipnya penyusunan neraca konsolidasi adalah penggabungan dari aktiva dan hutang dari perusahaan-perusahaan afiliasi tersebut, maka di dalam neraca konsolidasi harus pula dilaporkan secara lengkap Hak-hak pemegang saham minoritas sebagai imbangan dari sebagian haknya atas kekayaan bersih yang digabungkan tersebut. 2. Dalam neraca konsolidasi disusun dan pemilikan oleh perusahaan induk atas sahamsaham perusahaan anak kurang dari 100%, maka eliminasi yang dilakukan terbatas hanya sebesar pemilikannnya saja. 3. Ada beberapa cara melaporkan hak-hak pemegang saham minoritas di dalam neraca konsolidasi. Di dalam prakteknya hak-hak pemegang saham minoritas dapat dilaporkan sebagai sebagian daripada hutang. 4. Perusahaan berafiliasi, dilihat sebagai satu kesatuan ekonomi mempunyai kewajiban kaepada pemegang saham minoritas sama seperti halnya dengan para pemegang saham pada umumnya. Pemilikan terhadap saham-saham perusahaan anak dengan harga di atas nilai bukunya Ada beberapa faktor yang menyebabkan pemilikan terhadap saham-saham perusahaan lain dilakukan/terjadi tidak sama dengan nilai bukunya, yang secara umum dapat digolongkan ke dalam 3 faktor sebagai berikut : 1. Kesalahan dalam melaporkan kekayaan bersih perusahaan anak pada saat pemilikan saham terjadi. Kekayaan bersih dilaporkan terlalu besar atau terlalu kecil dari jumlah yang semestinya. 2. Adanya motivasi tertentu dalam rangka penggabungan perusahaan. 3. Kombinasi dari kedua faktor yang tersebut di atas. Oleh karena pada prinsipnya, perlakuan akuntansi dan penyajian terhadap selisih labih atau selisih kurang antara harga perolehan dengan nilai buku saham-saham perusahaan anak tergantung pada faktor-faktor penyebab terjadinya selisih tersebut.

30

PT PI dan Perusahaan anaknya (PT PA) Neraca Konsolidasi, per 1 Januari 1976

Aktiva Kas Piutang dagang Persediaan barang dagangan Aktiva tetap Selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku, saham-saham PT PA Jumlah aktiva Rp Rp Rp 100,000.00 350,000.00 550,000.00

Rp 1,750,000.00 Rp 75,000.00

Rp 2,825,000.00

Hutang dan Modal Hutang dagangan Hak-hak pemegang saham minoritas Modal saham (25 lb) Laba yang ditahan Rp Rp 187,500.00 37,500.00 Rp 225,000.00 Rp 350,000.00

Perusahaan induk : Modal saham (200 lb) Laba yang ditahan Rp 2,000,000.00 Rp 250,000.00 Rp 2,250,000.00 Rp 2,475,000.00 Jumlah Hutang dan Modal Rp 2,825,000.00

Penjelasan daftar lajur : 1. Di dalam neraca konsolidasi tidak tampak lagi rekening investasi saham-saham PT PA yang pada saat pemilikannya oleh PT PI dicatat dengan jurnal sebagai berikut : Investasi saham-saham PT PA Kas Rp 750.000 Rp 750.000

2. Eliminasi terhadap saldo rekening investasi saham-saham, PT PA, tidak seluruhnya ditutup oleh nilai bukunya, sehingga masih terdapat sisa yang tercantum dalam neraca konsolidasi sebagai selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku saham-saham,PT PA sebesar Rp 75.000. 3. Di dalam neraca konsolidasi saldo atau jumlah investasi PT pi pada PT PA sebesar Rp 750.000 tidak lagi dinyatakan secara eksplisit dalam rekening investasi.

31

Cara lain pembuatan daftar lajur untuk menyusun neraca konsolidasi Ada cara lain yang dapat digunakan/dipakai dalam membuat daftar lajur untuk penyusunan neraca konsolidasi, yaitu dengan mengeliminasi sekaligus saldo rekening investasi saham pada perusahaan anak dengan rekening lawan seluruh jumlah/saldo hak-hak pemegang saham perusahaan anak; menentukan bagian penyertaan dari pemegang saham minoritas dan selisihnya ditampung dalam rekening selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku saham-saham perusahaan anak atau selisih lebih nilai buku di atas harga perolehan saham-saham perusahaan anak. Dengan demikian pada cara ini, jurnal eliminasi yang dibuat apabila pemilikan saham-saham perusahaan anak kurang dari 100%, masing-masing dengan harga di atas dan dibawah nilai buku saham;serta perusahaan anak dalam keadaan surplus dan defisit adalah:(Transaksi) Pemilikan Saham Perusahaan Anak sebesar 75% dari jumlah yang beredar 1. Pemilikan saham-saham Perusahaan Anak dengan harga di atas nilai bukunya Modal saham, Perusahaan Anak 100%) Laba yang ditahan, Perusahaan Anak (100%) Selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku saham-saham, Perusahaan Anak Investasi saham-saham Perusahaan Anak Hak pemegang saham minoritas (25% x jumlah hak-hak pemegang saham Perusahaan Anak) Rp xxx Rp xxx Investasi saham-saham, Perusahaan Anak Defisit, Perusahaan Anak 100%) Hak pemegang saham minoritas (25% x jumlah hak para pemegang saham Perusahaan Anak) 2. Pemilikan saham-saham perusahaan Anak dengan harga di bawah nilai bukunya Modal saham, Perusahaan Anak 100%) Laba yang ditahan, Perusahaan Anak (100%) Investasi saham-saham, Perusahaan Anak Hak pemegang saham minoritas (25% x jumlah hak-hak pemegang saham Perusahaan Anak) Selisih lebih nilai buku di atas harga perolehan saham-saham Perusahaan Anak Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Investasi saham-saham, Perusahaan Anak Defisit, Perusahaan Anak 100%) Hak pemegang saham minoritas (25% x jumlah hak para pemegang saham Perusahaan Anak) Selisih lebih nilai buku di atas harga perolehan saham-saham Perusahaan Anak Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Modal saham, perusahaan Anak 100%) Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Modal saham, perusahaan Anak 100%) Selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku saham Perusahaan Anak Rp xxx Rp xxx Perusahaan Anak dalam keadaan surplus Perusahaan Anak dalam keadaan defisit

32

BAB XIII LAPORAN KEUANGAN YANG DIKONSOLIDASI (INVESTASI DICATAT DENGAN METODE EQUITY)Dalam hal investasi saham pada perusahaan anakn, selalu diadakan penyesuaian terhadap adanya perubahan yang terjadi dalam perusahaan anak, sehingga rekening investasi saham senantiasa mengikuti perkembangan yang terjadi pada perusahaan anak maka prosedur pencacatan itu disebut dengan Metode Equity. Dalam rangka penyusunan laporan/neraca konsolidasi pada dasarnya pengertian terhadap metode dan prosedur pencacatan investasi saham tersebut adalah penting. Hal ini berhubungan erat dengan sifat dan dasar dari titik tolak untuk eliminasi yang diperlukan terhadap pospos/rekening-rekening yang timbale balik di antara perusahaan induk dan perusahaan anak. Metode Equity Pencatatan investasi saham pada perusahaan anak dengan metode equity, didasarkan pada suatu anggapan investasi pada perusahaan anak sejajar dan sama dengan investasi pada perusahaan-perusahaan cabangnya. Alasan diterapkannya metode equity juga didasarkan atas suatu fakta bahwa perusahaan induk dan perusahaan anaknya merupakan bagian-bagian dari satu kesatuan usaha, seperti halnya hubungan antara kantor pusat dan cabang-cabangnya. Secara garis besar hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam prosedur pencatatan terhadap investasi saham pada perusahaan anak dengan menggunakan metode equity adalah : 1. Rugi dan laba bersih dari perusahaan anak Laba keuntungan bersih, akan menaikkan kekayaan dan laba yang ditahan dari perusahaan anak; sedang rugi usaha sebaliknya mengakibatkan berkurangnya kekayaan di satu pihak dan laba yang ditahan dipihak yang lain. Oleh karena keuntungan yang didapat dan rugi yang diderita berakibat terjadinya perubahan yang dimaksud, maka terhadap keuntungan yang diperoleh dan atau rugi yang diderita oleh perusahaan anak, harus diakui dan dicatat oleh perusahaan induk. 2. Dividen yang dibagikan oleh perusahaan anak Sama halnya dengan para pemegang saham pada umumnya, realisasi keuntungan yang didapat bagi perusahaan induk terjadi pada saat pembagian dividen dilakukan oleh perusahaan anak. Dilihat dari segi perusahaan anak, pembagian dividen ini akan berakibat berkurangnya saldo laba yang ditahan di satu pihak dan menaikkan jumlah hutang lancar atau mengurangi jumlah uang kas di pihak lain. Dari segi perusahaan induk, oleh karena pencatatan dan pengakuan terhadap laba perusahaan anak terjadi pada saat perusahaan anak melaporkan adanya laba tersebut,

33

maka dengan dibagikannya seluruh atau sebagian keuntungan itu tidak berakibat bertambah atau berkurangnya hak-hak perusahaan induk atas pemilikannya pada perusahaan anak. Contoh : Berikut ini diberikan contoh menganai prosedur-prosedur pencacatan dan penyusunan laporan konsolidasinya, jika metode equity dipakai. Hubungan kantor pusat dengan kantor cabang Buku-buku kantor pusatKantor Cabang 1. Investasi pada kantor cabang 2. Laba kantor cabang 3. Rugi kantor cabang 4. Penyelesaian oleh kantor cabang Laba yang ditahan 3. Rugi kantor cabang 1. Laba operasi kantor pusat 2. Laba kantor cabang

Hubunagn antara perusahaan induk dengan perusahaan anak Buku-buku perusahaan indukKantor Cabang 1. Investasi saham pada perusahaan anak 2. Bagian atas laba 4. Pembagian deviden 2. Bagian atas laba 3. Bagian atas rugi perusahaan anak Laba yang ditahan 3. Bagian atas rugi perusahaan anak 1. Laba operasi perusahaan induk

Modifikasi daripada Metode Equity Prosedur pencatatan di mana perusahaan induk mencatat dan mengakui bagian atas laba atau rugi perusahaan anak yang ditampung dalam rekening investasi saham dan mengikuti pembagian deviden dari perusahaan anak sebagai realisasi dari/pencarian dari sebagian investasi/penanaman modal pada perusahaan anak disebut dengan metode yang konvensional. Dengan prosedur demikian, rekening investasi saham meliputi jumlah investasi mula-mula ditambah/dikurangi dengan bagian atas pemilikan perusahaan induk terhadap perubahan yang terjadi atas kekayaan bersih dan perusahaan anak sejak pemilikan terjadi. Metode equity yang diterapkan dengan cara tersebut, didasarkan atas pendekatan/pandangan dari segi ekonomis. Dari segi ekonomis ini laba yang didapat oleh perusahaan anak juga harus diakui dan tercermin dalam laporan keuangan perusahaan induk demikian sebaliknya rugi operasi dari perusahaan anak harus pula Nampak dan dinyatakan dalam hasil usaha perusahaan induk.

34

Akan tetapi dalam kenyataannya, yaitu dilihat dari segi yuridis laba dan rugi periodik dari perusahaan anak tidak mempengaruhi jumlah kekayaan dan tidak berakibat sebagai keharusan untuk membagikan atau tidak membagikan deviden bagi perusahaan induk kepada para pemiliknya. Bagian laba atas perusahaan anak diakui sebagai kenaikan dari investasi sahamsaham perusahaan anak dengan prosedur sebagai berikut : Rekening investasi saham didebit sebesar bagian atas laba tersebut dengan rekening lawan Modal penilaian. Dengan demikian sebaliknya terhadap bagian atas kerugian yang diderita oleh perusahaan anak. Pada metode penilaian ini, untuk menampung dan mengikhtisarkan hasil usaha perusahaan anak, dipakai rekening Modal Penilaian dan Laba Yang Ditahan. Bagian keuntungan dari perusahaan anak yang tidak/belum dibagikan secara deviden diakui oleh perusahaan induk sebagai kenaikan Modal Penilaian. Sedang keuntungan yang telah dibagikan sebagai deviden diakui sebagai bagian saldo laba yang ditahan. Meskipun pada kedua cara berakibat besarnya total aktiva perusahaan induk sama, namun pada metode penilaian menghasilkan informasi yang lengkap. Karena di sini dijelaskan perbedaan antara pengakuan pendapatan yang sudah direalisasikan sebagai benar-benar laba yang ditahan dan pendapatan yang belum direalisasikan diperlakukan sebagai kenaikan di dalam Modal-Penilaian.

Dalam hal saldo debit rekening modal penilaian tersebut dirasakan sangan material dibandingkan dengan saldo/jumlah investasi saham-saham perusahaan anak dan diperkirakan akan relatip permanen, maka diperkenankan untuk menghapuskannya dengan dibebankan pada rekening laba yang ditahan. Jika metode konvensional yang dipakai dan keuntungan yang berasal dari perusahaan anak tidak dipisahkan dengan keuntungan yang didapat oleh perusahaan induk serta diikhtisarkan dalam rekening Laba Yang Ditahan, maka perubahan yang terjadi pada saldo rekening investasi harus dianalisa lebih lanjut untuk menentukan besarnya laba dari perusahaan induk yang benar-benar dapat dibagikan sebagai deviden. Hutang piutang antar Perusahaan Afiliasi Neraca konsolidasi adalah neraca gabungan dari beberapa perusahaan afiliasi yang dipandang sebagai satu kesatuan ekonomis. Oleh sebab itu di dalam neraca yang dikonsolidasikan tidak lagi dibenarkan melaporkan hak-hak dari perusahaan yang satu atas perusahaan lain yang berafiliasi atau sebaliknya kewajiban-kewajiban dari suatu perusahaan kepada perusahaan lain yang berafiliasi tersebut. Transaksi-transaksi antar perusahaan yang berafiliasi sering mengakibatkan timbulnya piutang dari satu pihak dan hutang bagi pihak lain, dalam perusahaan-perusahaan yang berafiliasi tersebut. Saldo rekening-rekening timbale balik yang timbul dapat berasal dari transaksi-transaksi : penjualan, pemberian uang muka/piutang di antara perusahaan afiliasi, pembagian deviden oleh perusahaan anak dan sebagainya. Saldo rekening-rekening timbale balik tersebut, harus dieliminasikan di dalam

35

neraca konsolidasi. Eliminasi dilakukan hanya dalam daftar lajur, dengan mendebit rekening hutang dan kredit pada rekening piutang atau aktiva. Jumlah hak dan kewajiban antar perusahaan afiliasi merupakan satu-satunya faktor yang harus dipertimbangkan di dalam proses eliminasi terhadap hutang-piutang antar perusahaan afiliasi. Masalah eliminasi terhadap wesel tagih dan atau wesel bayar yang telah didiskontokan Jika hutang-piutang antar perusahaan yang berafiliasi berupa wesel tagih dan atau wesel bayar, maka selama wesel tagih atau wesel bayar masih tetap berada di tangan perusahaan yang berafiliasi tidak menimbulkan masalah di dalam prosedur eliminasi atau penyelesaiannya dalam rangka penyusunan neraca konsolidasi. Akan tetapi akan menjadi lain halnya apabila wesel tagih atau wesel bayar tersebut telah didiskontokan oleh salah satu pihak perusahaan yang berafiliasi kepada pihak lain di luar perusahaan afiliasi. Dilihat sebagai satu kesatuan usaha bagi perusahaan-perusahaan yang berafiliasi, dengan didiskontokannya wesel tersebut berarti timbulnya kewajiban untuk membayar wesel tersebut pada saat jatuh tempo kepada pihak di luar perusahaan afiliasi. Oleh sebab itu proses penyusunan neraca konsolidasi mengikuti ketentuan sebagai berikut : 1. Langkah pertama adalah menghapuskan rekening-rekening wesel bayar pada perusahaan afiliasi. 2. Langkah kedua menghapuskan rekening wesel tagih yang didiskontokan dengan rekening lawan wesel bayar yang berarti timbulnya kewajiban kepada pihak luar. Dilihat dari segi satu kesatuan usaha hak atas tagihan wesel kepada langganan tetap saja jumlahnya. Oleh karena itu di dalam penyusunan neraca konsolidasi, eliminasi dilakukan hanya dengan menghapuskan rekening wesel tagih pada pihak yang mendiskontokan. Dengan demikian selanjutnya apabila oleh pihak yang mendiskonto kemudian didiskontokan lagi kepada bank atau pihak di luar afiliasi, maka tidak mempengaruhi jumlah hak tagih atas wesel kepada langganan. Akan tetapi dalam hal yang terakhir ini harus diingat bahwa dengan demikian tetap harus diakui adanya jumlah kemungkinan yang menjadi kewajiban untuk membayar jika pada saat jatuh temponya kelak langganan tidak dapat memenuhi kewajibannya. Contoh : Jika PT A memegang 2 lembar wesel tagih dari langganannya sebesar nominal @ Rp 1.000.000. Sebelum jatuh tempo wesel-wesel tersebut didiskontokan/dijual kepada PT H, dan oleh karena sesuatu hal 1 lembar di antaranya oleh PT H dijual kembali kepada bank setempat. Terlepas dari beberapa besarnya kurs penjualan wesel-wesel tersebut, maka proses eliminasi dalam rangka penyusunan neraca konsolidasi sesudah terjadinya transaksi tersebut adalah sebagai berikut :

36

Rekening-rekening Neraca Debit Wesel tagih

PT H

PT A D

Eliminasi K

Neraca Konsolidasi D K

Rp 2,000,000

Rp 2,000,000

-

Rp 2,000,000

Rp 2,000,000

-

Kredit Wesel tagih yang didiskontokan Rp 1,000,000 Rp 2,000,000 Rp 2,000,000 Rp 1,000,000

Dari kolam konsolidasi dapat dilihat bahwa jumlah tagihan atas wesel kepada langganan tetap sebasar Rp 2.000.000. tetapi di lain pihak diakui pula kemungkinan timbulnya kewajiban untuk membayar kepada bank jika pada saat jatuh tempo kelak langganan yang bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya. Dengan demikian atas tagihan wesel kepada langganan adalah 1 lembar sebesar nominal Rp 1.000.000. Akan tetapi sesuai dengan azas konservatip maka terhadap hak tersebut disajikan sebagai berikut : Wesel Tagih (debit) Wesel Tagih Yang Didiskontokan (kredit) Hak atas tagihan Wesel yang sebenarnya Rp 2.000.000 (Rp 1.000.000) Rp 1.000.000

Masalah penyesuaian dan koreksi sebelum penyusunan neraca konsolidasi Berhubung dengan satu atau beberapa hal tertentu rekening-rekening timbale balik pada perusahaan yang berafiliasi pada tanggal atau saat tertentu tidak menunjukkan jumlah yang sama. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya beberapa hal yang pada prinsipnya dapat dikelompokkan ke dalam 2 macam sebagai berikut : 1) Tidak tercatatnya oleh salah satu pihak dari perusahaan-perusahaan yang berafiliasi terhadap informasi keuangan tertentu. 2) Adanya pos-pos yang masih dalam proses, sehingga suatu informasi telah dicatat oleh satu pihak akan tetapi belum dicatat oleh pihak yang lain berhubung dengan faktor waktu. Oleh sebab itu jika terdapat perbedaan jumlah/saldo dalam rekening-rekening yang bersifat timbale balik, sebelum eliminasi terhadap rekening-rekening tersebut dilakukan dalam rangka penyusunan neraca konsolidasi, terlebih dahulu harus dilakukan beberapa koreksi dan penyesuaian daripadanya. Tidak dicatatnya oleh salah satu pihak dari perusahaan-perusahaan yang berafiliasi terhadap informasi keuangan tertentu. Apabila salah satu pihak di antara perusahaan yang berafiliasi berhubung sesuatu hal belum mencatat suatu informasi keuangan dalam hubungannya dengan transaksi antar kedua pihak, maka informasi tersebut harus dicatat dulu dan disajikan dalam laporan keuangannya, sebelum dibuat neraca konsolidasi. Karena dengan demikian berarti laporan keuangan tersebut tidak lengkap sebelum pengaruh antar transaksi itu ikut serta disajikan dalam laporan keuangan.

37

Adanya transaksi yang masih dalam proses. Transaksi yang masih dalam proses di sini adalah, apabila salah satu pihak telah mencatat di dalam rekening timbale balik suatu informasi keuangan tertentu, sedang pihak lain belum mencatatnya sampai dengan informasi tersebut diterima. Hal ini akan mengakibatkan rekening timbal balik tidak menunjukkan saldo yang sama. Contoh : PT Dani memiliki masing-masing 90% saham-saham yang beredar dari PT Dina dan 80% saham-saham beredar dari PT Dona yang semuanya dibeli dari para pemegang saham sebelumnya pada tanggal dan dengan harga sebagai berikut : 1 Oktober 1976, membeli 900 lembar saham-saham PT Dina dengan harga @ Rp 15.000 per lembar = Rp 13.500.000 1 Juli 1976, membeli 800 per lembar saham-saham PT Dona dengan harga @ Rp 7.500 per lembar = Rp 6.000.000 Adapun posisi modal dari masing-masing perusahaan pada tanggal 31 Desember 1975, serta laba (rugi) dan deviden yang dibagikan selama periode tahun buku 1976 dan 1977 adalah sebagai berikut :Keterangan PT Dani (Rp) Modal saham, nominal @ Rp 10.000 Rp 25,000,000.00 Laba yang ditahan (defisit) 31 Desember 1975 Pembagian deviden, 30 Desember 1976 dibayar bulan Januari 1978 Laba bersih (rugi) tahun 1976 Pembagian deviden 30 Desember 1977, dibayar bulan Januari 1978 Laba (rugi) bersih tahun 1977 Rp 1,000,000.00 Rp (1,250,000.00) Rp Rp 500,000.00 3,000,000.00 Rp 1,000,000.00 Rp 2,500,000.00 Rp 500,000.00 1,500,000.00 Rp 5,000,000.00 Rp 2,500,000.00 Rp (10,000,000.00) PT Dina (Rp) Rp 10,000,000.00 PT Dona (Rp) Rp 10,000,000.00

Rp (1,000,000.00) Rp

(500,000.00) Rp

Pada metode equity hasil usaha perusahaan anak selalu diikuti perkembangannya oleh perusahaan induk. Pada dasarnya hanya bagian atas laba (rugi) sejak terjadinya pemilikan saham-saham perusahaan yang bersangkutan yang dapat diakui. Oleh sebab itu timbul masalah di dalam menentukan besar laba (rugi) perusahaan anak tersebut apabila pemilikan saham terjadi dalam tahun yang sedang berjalan, khususnya jika perusahaan anak tidak membuat laporan keuangan interim. Masalah selisih harga perolehan dari nilai buku saham Selisih lebih dan atau selisih kurang harga perolehan dari nilai buku saham-saham perusahaan anak timbul atau terjadi pada saat pemilikan saham-saham tersebut. Jumlah selisih lebih atau selisih kurang tersebut tetap tidak akan berubah selama saham-saham perusahaan anak masih tetap dimilki dan tidak ada kebijaksanaan untuk menghapuskan atau diamortisasi secara periodik.

38

Pada metode equity eliminasi terhadap saldo rekening investasi saham-saham perusahaan anak. Selisih antara hak-hak pemegang saham yang dieliminasi dengan saldo debit rekening investasi saham perusahaan anak merupakan selisih lebih atau selisih kurang harga perolehan dari nilai buku saham. Untuk menguji kebenaran jumlah selisih harga perolehan dari nilai buku saham pada prinsipnya harus dibandingkan dengan penentuan jumlah selisih itu apabila bertitik tolak pada posisi keuangan pada saat terjadinya pemilikan saham-saham perusahaan anak. Contoh : selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku saham-saham PT Dina sebesar Rp 2.925.000 dan selisih lebih nilai buku di atas harga perolehan saham-saham PT Dona sebesar Rp 1.800.000 dapat dibuktikan dengan cara sebagai berikut :PT Dina (Rp) Harga Perolehan saham-saham. 900 lembar @ Rp15.000 per lembar 800 lembar @ Rp 7.500 per lembar Rp 13,500,000.00 Rp 6,000,000.00 PT Dona (Rp)

Nilai buku saham-saham pada saat terjadinya pemilikan saham : Modal saham Laba yang ditahan (defisit) Rp 10,000,000.00 Rp 1,750,000.00 Rp 1,000,000.00 Rp (250,000.00)

Saldo hak pemegang saham

Rp 11,750,000.00

Rp 9,750,000.00

Nilai buku saham yang dibeli : PT Dina = 90% x Rp 11.750.000 PT Dona = 80% x Rp 9.750.000 Rp 10,575,000.00 Rp 7,800,000.00

Selisih harga perolehan dari nilai bukunya

Rp 2,925,000.00

Rp (1,800,000.00)

39

BAB XIV LAPORAN KEUANGAN YANG DIKONSOLIDASI (INVESTASI DICATAT DENGAN METODE HARGA PEROLEHAN) Metode harga perolehan (cost method) Apabila metode harga perolehan diikuti untuk mencatat investasi sahamsahamperusahaan anak, maka deviden atas saham-saham tersebut yang diakui sebagai pendapatan oleh perusahaan induk. Sebaliknya laba atau rugi atas pemilikan modal hanya timbul apabila sebagian atau seluruh jumlah saham yang dimiliki itu dijual. Kedua hal tersebut merupakan perbedaan principal antara kedua metode pencatatan investasi sahamsaham perusahaan anak. Pada metode equity pendapatan atas investasi diakui pada saat perusahaan anak melaporkan adanya keuntungan usaha. Pada metode harga perolehan sebaliknya, saldo rekening investasi saham penjualan anak; selalu tetap jumlahnya, kecuali apabila terjadi penjualan atau pembelian tambahan atas saham-saham yang dimiliki, karena harga perolehan hanya terjadi sekali pada saat pemilikan. Pada metode harga perolehan, perushaan induk tidak mencatat atas bagian laba yang diperoleh perusahaan anak sampai dengan laba tersebut dibagikan sebagai deviden. Oleh sebab itu laporan rugi-laba perusahaan induk tidak mencantumkan pendapatan dan atau kerugian atas investasi pada perusahaan anak. Contoh : Pada tanggal 1 Januari 1980 PT PI membeli 80% saham-saham PT PA dengan harga seluruhnya Rp1.000.000. Pada saat itu modal saham PT PA yang beredar sebesar nominal Rp 1.000.000 sedang rekening Laba yang ditahan mempunyai salso kredit sebesar Rp 200.000. Untuk 6 bulan pertama tahun 1980 PT PA memperoleh laba sebesar Rp 200.000. Sedang untuk 6 bulan kedua dalam tahun yang sama rugi sebesar Rp 50.000. Pada tanggal 10 Desember 1980 PT PA mengumumkan pembagian deviden sebesar Rp 100.000 sedang realisasi pembayarannya baru terjadi pada tanggal 20 Desember. Dalam operasinya selama tahun buku 1980 PT PI memperoleh laba sebesar Rp250.000. a) Neraca konsolidasi per 1 Januari 1980 (sesaat setelah terjadi pemilikan saham-saham perusahaan anak) Untuk mudahnya terlebih dahulu dibuatkan daftar lajurnya. Adapun bentuk daftar lajur, yang dibuat sesaat setalah terjadinya pemilikan saham baik pada metode harga perolehan maupun pada metode equity adalah sama. Hal ini disebabkan konsepsi yang mendasari dan syarat-syarat penyusunan neraca konsolidasi sama pada kedua metode tersebut. b) Jurnal-jurnal yang harus dibuat PT PI dalam hubungannya dengan pemilikan sahamsaham PT PA selama tahun buku 1980, disajikan dalam bentuk perbandingan dengan metode equity sebagai berikut :

40

Transaksi 30 Juni 1980

Metode Harga Perolehan (Cost Method)

Metode Equity

PT PA melaporkan laba PT PI tidak mencatat sebesar : Rp 200.000

Investasi saham-saham, PT PA Rugi-Laba, PT A Rp160,000.00 Rp160,000.00

10 Desember 1980 PT PA mengumumkan deviden sebesar : Rp 100.000 20 Desember 1980 Pembayaran deviden oleh PT PA 31 Desember 1980 PT PA melaporkan rugi PT PI tidak mencatat sebesar : Rp 50.000 Rugi-Laba, PT PA Rp 40,000.00 Rp 40,000.00 Kas Piutang deviden Rp 80,000.00 Rp 80,000.00 Kas Piutang deviden Rp 80,000.00 Rp 80,000.00 Piutang deviden Penghasilan deviden Rp 80,000.00 Rp 80,000.00 Piutang deviden Investasi sahamsaham, PT PA Rp 80,000.00 Rp 80,000.00

Investasi saham, PT PA

c) Penyusunan neraca konsolidasi pada tanggal 31 Desember 198