13
OKLUSI DAN MALOKLUSI OKLUSI 1.DEFINISI Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara Dental system, Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi berkontak dalam keadaan berfungsi 2.macam : statis,fungsional=LI Oklusi ideal : Adalah merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan tidak mungkin terjadi pada manusia. Oklusi fungsional à gerakan fungsional dari mandibula shg menyebabkan kontak antar gigi geligi Oklusi normal : Adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang yang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi –geligi dikontakkan dan condylus berada dalam fossa glenoidea. Oklusi gigi-gigi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu (1)oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik), dan (2)oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping) ataupun kedepan (antero-posterior). Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada posisi cusp to marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa. Sedang pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai incisal edge RA. Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, kedepan (anterior) dan kebelakang (posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working side) yang ditunjukan dengan adanya kontak antara cusp bukal RA dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada balancing side. Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya. 2) Retruded Contract Position (RCP), adalah kontak maksimal gigi geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral. 3) Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB digerakkan ke anterior. 4) Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB digerakan ke lateral Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi keseimbangn, keduanya dalam keadaan kontak; 2. Unilateral balanced occlusion. Bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi keseimbangan tidak kontak; 3. Mutually protected occlusion. Dijumpai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang pada gigi posterior tidak kontak;

49855373-40690048-Oklusi-Dan-Maloklusi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sdsf

Citation preview

Page 1: 49855373-40690048-Oklusi-Dan-Maloklusi

OKLUSI DAN MALOKLUSIOKLUSI1.DEFINISI

Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara Dental system,

Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi berkontak dalam keadaan berfungsi

2.macam : statis,fungsional=LIOklusi ideal : Adalah merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan tidak mungkin terjadi pada manusia.Oklusi fungsional à gerakan fungsional dari mandibula shg menyebabkan kontak antar gigi geligiOklusi normal : Adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang yang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi –geligi dikontakkan dan condylus berada dalam fossa glenoidea.Oklusi gigi-gigi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu(1)oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik), dan(2)oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping) ataupun kedepan (antero-posterior).Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada posisi cusp to marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa. Sedang pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai incisal edge RA.Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, kedepan (anterior) dan kebelakang (posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working side) yang ditunjukan dengan adanya kontak antara cusp bukal RA dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada balancing side.

Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut :1) Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya.2) Retruded Contract Position (RCP), adalah kontak maksimal gigi geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral.3) Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB digerakkan ke anterior.

4) Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB digerakan ke lateral

Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat diklasifikasikan sebagai berikut :1. Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi keseimbangn, keduanya dalam keadaan kontak;2. Unilateral balanced occlusion. Bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi keseimbangan tidak kontak;3. Mutually protected occlusion. Dijumpai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang pada gigi posterior tidak kontak;4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dapat dikelompokkan dalam klasifikasi diatas (Hamzah, Zahreni; dkk).

3.syarat/karakteristik

MALOKLUSI1.DEFINISIMaloklusi adalah kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi yang tidak reguler.

Maloklusi adalah oklusi abnormal yang ditanda dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung di setiap bidang spatial atau anomaly abnormal dalam posisi gigi. Maloklusi adalah kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi yang tidak reguler. Keadaan ini dikenal dengan istilah maloklusi tetapi batas antara oklusi normal dengan tidak normal sebenarnya cukup tipis. Maloklusi sering pula tidak mengganggu fungsi gigi secara signifikan dan termodifikasi pemakaian gigi.1

Maloklusi terjadi pada kondisi-kondisi berikut ini :1.Ketika ada kebutuhan bagi subjek untuk melakukan posisi postural adaptif dari mandibula.2.Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula, dari posisi istirahat atau dari posisi postural adaptif ke posisi interkuspal.3.Jika posisi gigi adalah sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleks yang merugikan selama fungsi pengunyahan dari mandibula.4.Jika gigi-gigi menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak mulut.5.Jika ada gigi berjejal atau tidak teratur, yang bias merupakan pemicu bagi terjadinya penyakit periodontal dan gigi.6.Jika ada penampilan pribadi yang kurang baik akibat posisi gigi.7.Jika ada posisi gigi yang menghalangi bicara yang normal.3

2.ETIOLOGIEtiologi darimaloklusi dapat terbagi 2, yaitu :Primary etiologi siteEtiologi pendukungPrimary etiologi site terbagi menjadi :1. System NeuromuskularBeberapa pola kontraksi neuromuscular beradaptsi terhadap ketidakseimbangan skeletal / malposisi gigi. Pola- pola kontraksi yang tidak seimbang adalah bagian penting dari hamper semua maloklusi.

Page 2: 49855373-40690048-Oklusi-Dan-Maloklusi

2. TulangKarena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai dasar untuk dental arch, kesalahan dalam marfologi / pertumbuhannya dapat merubah hubungan dan fungsi oklusi. Sebagian besar dari maloklusi ynag sangat serius adalah membantu dalam identifikasi dishamorni osseus.3. GigiGigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk dentofacial dalam berbagai macam cara. Variasi dalam ukuran, bentuk, jumlah dan posisis gigi semua dapat menyebabkan maloklusi. Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa malposisisi dapat menyebabkan malfungsi, secara tidak langsung malfungsi merubah pertumbuhan tulang. Yang sering bermasalah adalah gigi yang terlalu besar.4. Jaringan Lunak (tidak termasuk otot)Peran dari jaringan lunak, selain neuromuskulat dalam etiologi maloklusi, dapat dilihat dengan jelas seperti tempat- tempat yang didiskusi sebelumnya. Tetapi, maloklusi dapat disebabkan oleh penyakit periodontal / kehilangan perlekatan dan berbagai macam lesi jaringan lunak termasuk struktur TMJ.

Etiologi Pendukung antara lain :1.HerediterHerediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal genetic dapat menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir / mereka tidak dapat dilihat sampai 6 tahun setelah kelahiran (contoh : pola erupsi gigi). Peran herediter dalam pertumbuhan craniofacial dan etiologi kesalahan bentuk dentalfacial telah menjadii banyak subjek penelitian. Genetic gigi adalah kesamaan dalam bentuk keluaraga sangat sering terjadi tetapi jenis transmisi / tempat aksi genetiknya tidak diketahui kecuali pada beberapa kasus ( contoh : absennya gigi / penampilan beberapa syndrome craniofacial).2. Perkembangan abnormal yang tidak diketahui penyebabnyaMisalnya : deferensiasi yang penting pada perkembangan embrio. Contoh : facial cleft.3. TraumaBaik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan kerusakan atau kesalahan bentuk dentofacial.--Prenatal trauma / injuri semasa kelahiran-Hipoplasia dari mandibula Disebabkan karena tekanan intrauterine (kandungan) atau trauma selama proses kelahiran. -Asymetri Disebabkan karena lutut atau kaki menekan muka sehingga menyebabkan ketidaksimetrian pertumbuhan muka.--Prostnatal traumaRetak tulang rahang dan gigiKebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang lama.1.Agen Fisik2.Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung.3. MakananMakanan yang dapat menyebabkan stimulasi otot yang bekerja lebih dan peningkatan fungsi gigi. Jenis makanan seperti ini menimbulkan karies yang lebih sedikit.

4. HabitsMengisap jempol / jariBiasanya pada usia 3 tahun – 4 tahun anak-anak mulai mengisap jempol jika M1 nya susah saat

erupsi. Arah aplikasi tekanan terhadap gigi selama mengisap jempol dapat menyebabkan Insisivus maksila terdorong ke labial, sementara otot bukal mendesak tekanan lingual terhadap gigi pada segmen leteral dari lengkung dental.

Desakan lidah Ada 2 tipe, yaitu :-Simple tounge, desakan lidah yang berhubungan dengan gigi, sekalian menelan.-Kompleks tounge, normalnya anak-anak menelan dengan gigi dalam oklusi bibir sedikit tertutup dan lidah berada pada palatal di belakang gigi anterior. Simple tounge dihubungkan dengan digital sucking walaupun kebiasaannya tidak lagi dilakukan karena perlunya lidah untuk mendesak ke depan kea rah open bite untuk menjaga anterior seal dengan bibir selama penelanan. Kompleks tounge dihubungkan dengan stress nasorespiratoty, bernapas dengan mulut.

Lip sucking and lip bitingMenyebabkan open bite, labioversion maksila / mandibula ( terkadang).Menggigit kuku

5. Penyakit-Penyakit sistemikMengakibatkan pengaruh pada kualitas gigi daripada kuantitas pertumbuhan gigi.-Gangguan endokrinDisfungsi endokrin saat prenatal bias berwujud dalam hipoplasia, gangguan endokrin saat postnatal bias mengganggu tapi biasanya tidak merusak / merubah bentuk arah pertumbuhan muka. Ini dapat mempengaruhi erupsi gigi dan resorpsi gigi sulung.-Penyakit localPenyakit gingival periodontal dapat menyebabkan efek langsusng seperti hilangnya gigi, perubahan pola penutupan mandibula untuk mencegah trauma, ancylosis gigi.-Trauma-Karies-MalnutrisiBerefek pada kualitas jaringan dan kecepatan dari kalsifikasi.

3.KLASIFIKASI

Klasifikasi angelClass ILengkung mandibula normalnya mesiodistal berhubungan terhadap lengkung maksila, dengan mesiobukal cusp dari M1 permanen maksila menutupi grove bukal dari M1 permanen mendibula dan mesio lingual cusp M1 maksila menutupi fossa oclusal dari M1 permanen mandibula ketika rahang diistirahatkan dan gigi dalam keadaan tekanan.Class IICusp mesiobukal m1 permanen maksila menutupiu antara cusp mesio bukal M1 mandibula permanen dan aspek distal dari P1 mandibula. Juga mesiolingual cusp M1 permanen maksila menutupi mesiolingual cusp dari M1 permanen mandibula.Angle membagi class II maloklusi dalam 2 divisi dan 1 subdivisi berdasarkan angulasi labiolingual dari maksila, yaitu ;

Page 3: 49855373-40690048-Oklusi-Dan-Maloklusi

Class II – divisi IDengan relasi Molar terlihat seoerti tipe kelas II, gigi insisivus maksila labio version.Class II – divisi IIDengan relasi molar terlihat seperti tipe kelas II, Insisivus maksila mendekati normal secara anteroposterior atau secara ringan dalam linguoversion sedangakan I2 maksila tipped secara labial atau mesial.Class II – sbdivisiSaat relasi kelas II molar, terjadi oada satu sisi pada lengkung dental.Class IIILengkung dan badan mandibula berada pada mesial lengkuna maksila dengan cusp mesiobukal M1 permanen maksila beroklusi pada ruang interdental di antara ruang distal dari cusp distal pada M1 permanen mandibula dan aspek mesial dari cusp mesial m2 mandibula.Class III terbagi 2, yaitu :Psedo class III – maloklusiIni bukan maloklusi kelas 3 yang sebenarnya, tapi tampak serupa, disini mandibula bergesar ke anterior dengan fossa gleroid dengan kontak premature gigi atau beberapa alas an lainnya ketika rahang berada pada oklusi sentrik.Kelas III – subdivisi

Maloklusi sesuai denagn unilaterally.Pada kondisi normal, relasi antar molar pertama normal begitu juga gigi-gigi yang ada di anteriornya (depan-red).Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama normal, tetapi garis oklusi gigi-gigi di daerah depan dari molar pertama tersebut tidak tepat.Pada maloklusi kelas 2, tampak molar pertama bawah tampak lebih belakang dari pada molar atasnya sehingga relasi tidak lagi normal. Kondisi ini merupakan overbite / gigitan berlebih.Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan dari Kelas 2, yaitu molar pertama atas yang tampak lebih belakang daripada molar pertama bawah. Kondisi ini merupakan underbite atau terkadang disebut gigitan terbalik.

Klasifikasi dewey, yaitu modifikasi dari angle kelas I dan kelas IIIModifikasi angle’s kelas I1.Tipe 1Anle Class I dengan gigi anterior maksila crowding.Tipe 2Angle Class I dengan gigi I maksila labio versionTipe 3Angle Class I dengan gigi I maksila lingual version terhadap I mandibula. ( anterior cross bite ).Tipe 4M dan atau P pada bucco atau linguo version, tapi I dan C dalam jajaran normal ( cross bite posterior ).Tipe 5M kea rah mesio version ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi tersebut, ( contoh hilangnya M susu lebih awal dan P2 ).Modifikasi angle’s kelas III1.Tipe 1Suatu lengkungan saat dilihat secara individu bidang pada jajaran yang normal, tetapi oklusi di anterior terjadi edge to edge.Tipe 2I mandibula crowding dengan I maksila ( akibat I maksila yang terletak kea rah lingual ).

Tipe 3Lengkung maksila belum berkembang sehingga terjadi cross bite pada I maksila yang crowding dan lengkung mandibula perkembangannya baik dan lurus.

klasifikasi Lischers modifikasi dengan Klasifikasi angelNeutroklusiSama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 1DistoklusiSama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 2MesioklusiSama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 3Nomenklatur Lischer untuk malposisi perindividual gigi geligi menyangkut penambahan ”versi” pada sebuah kata untuk mengindikasikan penyimpangan dari posisi normal.MesioversiLebih ke mesial dari posisi normalDistoversiLebih ke distal dari posisi normalLingouversiLebih ke lingual dari posisi normallabioversiLebih ke labial dari posisi normalInfraversiLebih rendah atau jauh dari garis oklusiSupraversiLebih tinggi atau panjang melewati garis oklusiAxiversiInklinasi aksial yang salah, tipped.TorsiversiRotasi pada sumbunya yang panjangTransversiPerubahan pada urutan posisi.

Klasifikasi BennetteKlasifikasi ini berdasarkan etiologinya:Kelas 1Abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai faktor lokal.Kelas IIAbnormal bentuk atau formasi dari sebagian atau keseluruhan dari salah satu lengkung sesuai kerusakan perkembangan tulang.Kelas IIIAbnormal hubungan diantara lengkung atas dan bawah dan diantara salah satu lengkung dan kontur fasial sesuai dengan kerusakan perkembangan tulang.

Klasifikasi SimonsSimons (1930) yang pertama kali menghubungkan lengkung gigi terhadap wajah dan kranial dalam tiga bidang ruang:Frankfort Horizontal Plane (vertikal)Frankfort Horizontal Plane atau bidang mata- telinga ditentukan dengan menggambarkan garis lurus hingga margin tulang secara langsung di bawah pupil mata hingga ke margin atas meatus eksternal auditory (derajat di ats tragus telinga). Digunakan untuk mengklasifikasi maloklusi dalam

Page 4: 49855373-40690048-Oklusi-Dan-Maloklusi

bidang vertikal.AttraksiSaat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort horizontal menunjukkan suatu attraksi (mendekati).AbstraksiSaat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort horizontal menunjukkan suatu abstraksi (menjauhi).Bidang Orbital (antero-posterior)Maloklusi menggambarkan penyimpangan antero-posterior berdasarkan jaraknya, adalah:rotraksiGigi, satu atau dua, lengkung dental, dan/atau rahang terlalu jauh ke depan.RetraksiSatu gigi atau lebih lengkung gigi dan/atau rahang terlalu jauh ke depan.Bidang Mid-Sagital (transversal)Maloklusi mengklasifikasikan berdasarkan penyimpangan garis melintang dari bidang midsagital.KontraksiSebagian atau seluruh lengkung dental digerakkan menuju bidang midsagitalDistraksi (menjauhi)Sebagian atau seluruh lengkung gigi berada pada jarak yang lebih dari normal.

Klasifikasi SkeletalSalzmann (1950) yang pertama kali mengklasifikasikan struktur lapisan skeletal.Kelas 1 SkeletalMaloklusi ini dimana semata-mata dental dengan tulang wajah dan rahang harmoni dengan satu yang lain dan dengan posisi istirahat kepala. Profilnya orthognatic.Kelas 1 dental ditentukan berdasarkan maloklusi dental :divisi IMalrelasi lokal insisor, caninus , dan premolar.divisi IIProtrusi insisor maksiladivisi IIILingouversi insisor maksiladivisi IVprotrusi bimaksilarikelas II Skeletalini menyangkut maloklusi dengan perkembangan distal mandibular subnormal dalam hubungannya terhadap maksila.Dibagi menjadi dua divisi:divisi Ilengkung dental maksila dalam batas sempit dengan crowding pada regio caninus, crossbite bisa saja ada ketinggian wajah vertikal menurun. Gigi anterior maksila protrusif dan profilnya retrognatic.divisi IImerupakan pertumbuhan berlebih mandibula dengan sudut mandibula yang tumpul. Profilnya prognatic pada mandibula.3

Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama normal, tetapi garis oklusi gigi-gigi di daerah depan dari molar pertama tersebut tidak tepat.

Pada maloklusi kelas 2, tampak molar pertama bawah tampak lebih belakang dari pada molar atasnya sehingga relasi tidak lagi normal. Kondisi ini merupakan overbite / gigitan berlebih.

Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan dari Kelas 2, yaitu molar pertama atas yang tampak lebih belakang daripada molar pertama bawah. Kondisi ini merupakan underbite atau terkadang disebut gigitan terbalik.a.

klas Ib.faktor yang berpengaruh (bad habit)

c.pemeriksaand.pencegahane.perawatanklas IIdivisi 1a.etiologi : herediter, bad habit- faktor yang berpengaruh (bad habit)

b.syarat,ciri,karakteristikpemeriksaanradiografi, analisa model study,…………..c.pencegahanmenghilangkan bad habit spt menghisap jempol, edukasid.perawatanLIdivisi 2a.etiologiLIb.syarat, cirigigi anterior retrusifc.pemeriksaan = idemd.pencegahan = sesuai etiologie.perawatansubdivisiLIklas IIIpseudoklas IIIa.etiologib.cirimandibula bergeser ke anterior dengan fossa glenoid…..subdivisiLI

PencegahanüEdukasiüMeminimalisir penggunaan dotüPenggunaan space maintenerMENCEGAH terjadinya maloklusi atau susunan gigi yang tidak teratur atau berantakan pada anak bisa digunakan dengan perawatan ortodonti interseptif. Perawatan ini juga dapat membantu

Page 5: 49855373-40690048-Oklusi-Dan-Maloklusi

malolkusi yang lebih parah dan juga menghilangkan maloklusi ringan yang sudah ada.ada beberapa jenis ortodonti intersentif, antara lain, pertama, dengana.pemakaian space regainer. Space regainer merupakan alat yang dapat digunakan untuk melebarkan kembali ruangan yang telah menyempit sehingga gigi tetap dapat erupsi dengan baik pada tempat yang seharusnya. gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya, biasanya akan menyebabkan ruangan yang ditinggalkannya mengalami penyempitan, sehingga benih gigi tetap yang ada di bawahnya akan kesulitan untuk erupsi dan cenderung untuk erupsi di luar lengkung gigi yang seharusnya.’’Normalnya gigi sulung tanggal akibat desakan gigi tetap yang ada di bawahnya. Gigi sulung dapat tanggal sebelum waktunya akibat berlubang yang mengharuskannya untuk dicabut, trauma, dan lain sebagainya,’’ujarnya.

bperawatan serial ekstraksi. Misalnya ada pasien usia 8 atau 9 tahun yang memiliki keluhan gigi bagian depan yang berjejal. Bila tidak segera dirawat susunan gigi yang tidak teratur tersebut akan bertambah parah nantinya. Kondisi ini dapat dihindari dengan perawatan serial ekstraksi.’’Perawatan serial ekstraksi merupakan perawatan dengan cara mencabut gigi sulung secara berkala pada saat-saat tertentu sesuai dengan keperluan,’’ungkapnya.c pemakaian oral screen. Anak-anak yang memiliki kebiasaan bernafas melalui mulut akan menyebabkan lengkung gigi dan rahang menyempit serta cenderung cembung ke depan atau istilah awamnya tonggos.’’Kondisi ini dapat diatasi dengan penggunaan alat oral screen. Namun, sebelum dilakukan perawatan dengan menggunakan oral screen, penyebab kebiasaan bernapas melalui mulut ini harus dihilangkan,’’tuturnya.Biasanya, terang Bambang, penyebab dari kebiasaan ini adalah adanya gangguan saluran nafas anak terutama pada bagian hidung. Akibat gangguan tersebut anak merasa lebih nyaman dengan bernafas melalui mulut. Gangguan saluran nafas hidung ini perlu ditindak lanjuti oleh spesialis THT (Telinga Hidung Tenggorokan).d pemakaian oral grid yaitu, anak yang mempunyai kebiasaan mendorong gigi depan dengan lidah lama kelamaan akan menyebabkan gigi depan akan semakin maju ke depan (tonggos). ’’Kebiasaan buruk ini dapat diatasi dengan penggunaan grid dengan alat ortodonti lepasan,’’tukasnya.

e.gejalaAnak yang masih memiliki kebiasaan menghisap jari setelah ia berumur 4 tahun dengan intensitas atau frekuensi tinggi cukup beresiko tinggi untuk mengalami masalah gigi atau masalah bicara saat ia dewasa.Pada saat tidur di malam hari, biasanya penderita akan mengeluarkan suara gigi-gigi yang beradu. Bila dilihat secara klinis, tampak adanya abrasi pada permukaan atas gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah. Bila lapisan email yang hilang cukup banyak dapat timbul rasa ngilu pada gigi-gigi yang mengalami abrasi. Kadang terlihat adanya jejas atau tanda yang tidak rata pada tepi lidah

tambahan :

DAFTAR CONTOH KASUS-KASUS ORTODONTIK:1. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior berjejal2. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior spacing3. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior protrusif4. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior protrusif bimaksiler5. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior crossbite

6. Maloklusi klas I Angle dengan gigi posterior crossbite7. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior deep overbite8. Maloklusi klas I Angle dengan gigi posterior telah telah dicabut9. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior berjejal10. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior atas protrusif (divisi 1)11. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior atas retrusif (divisi 2)12. Maloklusi klas II Angle subdivisi13. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior berjejal14. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior spacing15. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior cross bite16. Maloklusi klas II Angle dengan gigi posterior cross bite17. Maloklusi klas II Angle dengan gigi posterior telah telah dicabut18. Maloklusi klas III Angle dengan gigi anterior berjejal19. Maloklusi klas III Angle dengan gigi anterior cross bite20. Maloklusi klas III Angle dengan gigi posterior cross bite21. Maloklusi klas III Angle dengan gigi anterior cross bite22.Maloklusi klas III Angle subdivisi

1.perbedaan ketika punngung jempol menghadap ke atas n ke bawah?

Gambar : Ilustrasi anak yang memiliki kebiasaan menghisap jempol. Perhatikan jempol yang menghadap ke langit-langit, saat anak melakukan gerakan menghisap jempol tersebut akan memberi tekanan ke arah atas dan gigi depan, dan bagian bawah jempol akan menekan lidah sehingga mendoron gigi bawah dan bibir sedangkan dagu terdesak ke dalam. Akibatnya anak dapat memiliki profil muka yang cembung akibat gigi depan yang maju.

2.kapan seorg anak harus menghentikan kebiasaan menghisap jempolBayi mempunyai dorongan alami/natural untuk menghisap, yang hal itu akan berkurang setelah usia 6 bulan. Namun terkadang kebiasaan itu berlanjut, yang akhirnya akan menjadi kebiasaan bayi atau anak kecil karena dengan menghisap jempol/ibu jari, mereka akan merasa nyaman/tenang ketika lapar, takut, gelisah, kesepian, ngantuk dan bosan.

3.bagaimana patofisiologi isap jempol menjadi maloklusi

4.kenapa klasifikasi maloklusi memakai M1?5.

5.apakah sama oklusi normal dengan oklusi Klas 1?

So, mau bagaimanapun daerah di bagian depan gigi geraham tersebut, mau berdesakan atau tampak teratur tetapi untuk menentukan klasifikasi maloklusi, tetap dilihat dahulu dari molar pertamanya.Pada kondisi normal, relasi antar molar pertama normal begitu juga gigi-gigi yang ada di anteriornya (depan-red).Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama normal, tetapi garis oklusi gigi-gigi di daerah depan dari molar pertama tersebut tidak tepat.

Page 6: 49855373-40690048-Oklusi-Dan-Maloklusi

Pada maloklusi kelas 2, tampak molar pertama bawah tampak lebih belakang dari pada molar atasnya sehingga relasi tidak lagi normal. Kondisi ini merupakan overbite / gigitan berlebih.

Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan dari Kelas 2, yaitu molar pertama atas yang tampak lebih belakang daripada molar pertama bawah. Kondisi ini merupakan underbite atau terkadang disebut gigitan terbalik.

ORAL HABITKebiasaan mengisap jari merupakan oral habit yang paling sering muncul padaanak yang tidak diberikan ASI. Tanda-tanda umum maloklusi sering ditemukanakibat kebiasaan mengisap jari yang dilakukan dengan aktif adalah gigitan terbukaanterior, gigitan terbuka anterior merupakan hilangnya overlap antara gigi insisivrahang atas dan bawah pada saat oklusi. Gigitan terbuka anerior terjadi akibatpenempatan secara langsung jari yang diisap pada gigi-gigi insisiv. Keadaan inimencegah terjadinya erupsi lanjutan atau erupsi lengkap dari gigi-gigi insisiv,sedangkan gigi-gigi posterior tetap bebas bererupsi. Gigitan terbuka anterior jugadapat terjadi akibat intrusi gigi-gigi insisiv, tetapi gigitan anterior anterior lebih mudahterjadi akibat penghambatan erupsi karena intrusi gigi-gigi insisiv. Tanda lain yangakan terlihat adalah pergerakan gigi insisiv atas ke arah labial dan gigi insisiv bawahkearah lingual. Pergerakan gigi-gigi insisiv ini tergantung pada jari yang diisap dandiletakkan serta banyaknya jari yang dimasukkan ke dalam mulut. Ibu jari yangdiletakkan ke dalam mulut akan menekan permukaan lingual gigi insisiv rahang atasdan pada permukaan labial gigi insisiv bawah. Anak yang secara aktif mengisap jaridapat menghasilkan daya yang cukup pada ujung gigi insisiv rahang atas, sehinggamenjadi lebih protrusif dan gigi insisiv bawah lebih retrusif dengan demikianbertambahanya overjet menjadi lebih besar. Keadaan lain yang dapat muncul adalahkontriksi maksila. Kontriksi lengkung maksila biasa terjadi pada kebiasaan mengisapjari karena lengkung maksila gagal untuk berkembang dalam arah horizontal karenaperubahan keseimbangan antara tekanan lidah dan pipi. Ketika ibu jari diletakkan didalam mulut, lidah akan tertekan ke bawah dan menjauh dari palatum danmenurunkan tekanan lidah pada bagian lingual pada gigi-gigi posterior rahang atas.Tekanan otot pipi terhadap gigi-gigi posterior rahang atas ini meningkat akibatkontraksi otot buccinators selama mengisap pada saat yang sama. Hilangnyakeseimbangan daya yang diberikan oleh lidah pada permukaan inlgualmenyebabkan lengkung posterior maksila berkontriksi menjadi crossbite posterior.Tekanan pipi yang terbesar terjadi pada sudut mulut dan menyebabkan lengkungmaksila berubah menjadi bentuk V dan kontriksi lebih besar terjadi interkaninus

daripada molar.

PERSISTENSI dan kehilangan prematur gigi sulung merupakan beberapa contoh dari gangguan tumbuhkembang gigi yang dapat mempengaruhi susunan gigi geligi pada rahang. Adapun akibat yangditimbulkannya dapat berupa pergeseran posisi erupsi dan mempengaruhi waktu erupsi gigi permanen.Adanya pergeseran gigi yang tidak pada tempatnya tersebut menyebabkan deviasi signifikan dari oklusi

normal seseorang yang disebut maloklusi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara persistensi gigi sulung dan kehilangan prematur gigi sulung dengan status maloklusi dental kelas I

Diagnosis Sefalometrik (cephalometric diagnosis):Yaitu diagnosis mengenai oklusi gigi-geligi yang ditetapkan berdasarkan atas datadatapemeriksaan dan pengukuran pada sefalogram (Rontgen kepala) .• Misalnya : Maloklusi klas II Angle tipe skeletal . ditandaai oleh :Relasi gigi molar pertama atas dan bawah klas II (distoklusi) rang disebabkan olehkarena posisi rahang atas lebih ke anteorior atau rahang bawah lebih ke posterior dalamhubungannya terhadap basis kranium. Pada sefalogram dengan analisis SefalometrikSteiner (1953) hasil pengukuran sudut ANB > 2° (standar normal 2°)Titik A. : titik sub spinale yaitu titik terdepan basis alveolaris maksilaN/Na. : titik Nasion yaitu titik terdepan sutura frontonasalisB. : titik supra mentale yaitu titik terdepan basis alveolaris mandibularis

1. Kriteria Diagnostik Esensial (Essential Diagnostic Criteria)a. Anamnesis dan Riwayat kasus (case history)b. Pemeriksaan / Analisis klinis :- Umum / general : Jasmani, Mental- Khusus / lokal : Intra oral, Extra oralc. Analisis model studi : Pemeriksaan dan pengukuran pada model studi:- Lebar mesiodistal gigi-gigi- Lebar lengkung gigi- Panjang / Tinggi lengkung gigi- Panjang perimeter lengkung gigid. Analisis Fotometri (Photometric Analysis):Pemeriksaan dan pengukuran pada foto profil dan foto fasial pasien, meliputi :- Tipe profil- Bentuk muka- Bentuk kepalae. Analisis Foto Rontgen (Radiographic Analysis):- Foto periapikal- Panoramik- Bite wing- Dll.Bila dianggap perlu bisa dilengkapi dengan data hasil pemeriksaan tambahan yang disebutsebagai :2. Kriteria Diagnostik Tambahan (Supplement Diagnostic Criteria)a. Analisis Sefalometrik (Cephalometric Analysis):- Foto lateral (Lateral projection) untuk anlisis profil- Foto frontal (Antero-posierior projection) untuk anlisis fasial- Dll.48b. Analisis Elektromyografi (EMG) : Untuk mengetahaui abnormalitas tonus dan aktivitasotot-otot muka dan mastikasi.c. Radiografi pergelangan tangan (Hand-wrist Radiografi): Untuk menetapkan indekskarpal yaitu untuk menentukan umur penulangan.d. Pemeriksaan Laboratorium: Untuk menetapkan basal metabolic rate (BMR), Tesindokrinologi, dll.

comment-form-te

Page 7: 49855373-40690048-Oklusi-Dan-Maloklusi

Analisis Foto muka (Analisis fotografi) :Analisis terhadap muka dan profil pasien dapat dilakukan langsung pada pasien dalampemeriksaan klinis. Tetapi untuk tujuan dokumentasi mengenai keadaan wajah pasiendiperlukan juga foto wajah perlu disertakan pada laporan status pasien. Analisis foto mukapasien dilakukan untuk mendiagnosis adanya abnormalitas mengenai bentuk profil dan tipemuka pasien:- Tipe profil: cembung, lurus, cekung.- Bentuk muka: Brahifasial, Mesofasial, Oligofasial.- Bentuk kepala: Brahisefali, Mesosefali, OligosefaliAnalisis Foto Rontgen :Analisis Foto Rontgen diperlukan apabila dibutuhkan diagnosis tentang keadaanjaringan dentoskeletal pasien yang tidak dapat diamati langsung secara klinis, seperti:- Foto periapikal : Untuk menentukan gigi yang tidak ada, apakah karena telah dicabut,impaksi atau agenese. Untuk menentukan posisi gigi yang belum erupsi terhadappermukaan rongga mulut berguna untuk menetapkan waktu erupsi, Untukmembandingkan ruang yang ada dengan lebar mesiodistal gigi permanen yang belumerupsi.- Panoramik : Untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan pendukungnya secarakeseluruhan dalam satu Ro foto, Untuk menentukan urutan erupsi gigi, dll.- Bite wing : Untuk menentukan posisi gigi dari proyeksi oklusal.51 Analisis Sefalometri :Analisis sefalometri sekarang semakin dibutuhkan untuk dapat mendiagnosis maloklusidan keadaan dentofasial secara lebih detil dan lebih teliti tentang:- Pertumbuhan dan perkembangan serta kelainan kraniofasial- Tipe muka / fasial baik jaringan keras maupun jaringan lunak- Posisi gigi-gigi terhadap rahang- Hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap basis kraniumDiagnosis yang ditetapkan pada setiap tahap pemeriksaan disebut diagnosissementara (Tentative diagnosis), setelah semua data pemeriksaan lengkap dikumpulkankemudian dapat ditetapkan diagnosis finalnya (Final diagnosis) yang biasa disebut sebagaidiagnosis dari pasien yang dihadapi. Kadang-kadang jika kita masih ragu-ragumenetapkan suatu diagnosis secara pasti atas dasar data-data pemeriksaan yang ada. Bisapula diagnosis pasien ditetapkan dengan disertai diagnosis alternatifnya yang disebutsebagai diferensial diagnosis.

Analisis Foto muka (Analisis fotografi) :Analisis terhadap muka dan profil pasien dapat dilakukan langsung pada pasien dalampemeriksaan klinis. Tetapi untuk tujuan dokumentasi mengenai keadaan wajah pasiendiperlukan juga foto wajah perlu disertakan pada laporan status pasien. Analisis foto mukapasien dilakukan untuk mendiagnosis adanya abnormalitas mengenai bentuk profil dan tipemuka pasien:- Tipe profil: cembung, lurus, cekung.- Bentuk muka: Brahifasial, Mesofasial, Oligofasial.- Bentuk kepala: Brahisefali, Mesosefali, Oligosefali6. Analisis Foto Rontgen :Analisis Foto Rontgen diperlukan apabila dibutuhkan diagnosis tentang keadaanjaringan dentoskeletal pasien yang tidak dapat diamati langsung secara klinis, seperti:- Foto periapikal : Untuk menentukan gigi yang tidak ada, apakah karena telah dicabut,impaksi atau agenese. Untuk menentukan posisi gigi yang belum erupsi terhadap

permukaan rongga mulut berguna untuk menetapkan waktu erupsi, Untukmembandingkan ruang yang ada dengan lebar mesiodistal gigi permanen yang belumerupsi.- Panoramik : Untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan pendukungnya secarakeseluruhan dalam satu Ro foto, Untuk menentukan urutan erupsi gigi, dll.- Bite wing : Untuk menentukan posisi gigi dari proyeksi oklusal.517. Analisis Sefalometri :Analisis sefalometri sekarang semakin dibutuhkan untuk dapat mendiagnosis maloklusidan keadaan dentofasial secara lebih detil dan lebih teliti tentang:- Pertumbuhan dan perkembangan serta kelainan kraniofasial- Tipe muka / fasial baik jaringan keras maupun jaringan lunak- Posisi gigi-gigi terhadap rahang- Hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap basis kraniumDiagnosis yang ditetapkan pada setiap tahap pemeriksaan disebut diagnosissementara (Tentative diagnosis), setelah semua data pemeriksaan lengkap dikumpulkankemudian dapat ditetapkan diagnosis finalnya (Final diagnosis) yang biasa disebut sebagaidiagnosis dari pasien yang dihadapi. Kadang-kadang jika kita masih ragu-ragumenetapkan suatu diagnosis secara pasti atas dasar data-data pemeriksaan yang ada. Bisapula diagnosis pasien ditetapkan dengan disertai diagnosis alternatifnya yang disebutsebagai diferensial diagnosis.kelaian / anomali posisi / malposisi gigi individual yang ada :- labioversi/ bukoversi- linguoversi/palatoversi- torsiversi/rotasi- distoversi- mesioveri- supraversi- infraversi- transversi- aksiversi- mesiolabioversi (kombinasi)

a. Pada Relasi skeletal klas I (Ortognatik) :- Posisi maksila dan mandibula normal- Jika posisi gigi terhadap masing-masing rahangnya semua normal (teratur rapi) makarelasi gigi molar pertama atas dan bawah klas I Angle (neutroklusi) dan relasi gigi-gigilainnya terhadap antagonisnya normal maka kasus ini didiagnosis sebagai : Oklusinormal.- Jika relasi gigi molar pertama klas I (neutroklusi) tetapi ada gigi lainnya yangmalposisi atau malrelasi maka kasus ini didiagnosis sebagai maloklusi klas I Angle tipedental.- Jika relasi gigi molar pertama distoklusi baik disertai maupun tanpa disertai malposisidan malrelasi gigi lainnya maka kasus ini di diagnosis sebagai maloklusi klas II Angletipe dental.- Jika maloklusi klas II Angle ini disertai dengan protrusif gigi anterior atas didiagnosissebagi maloklusi klas I Angle divisi 1 tipe dental , dan jika disertai dengan retrusif gigianterior atas, didiagnosis sebagi maloklusi klas II Angle divisi 2 tipe dental- Jika relasi gigi molar pertama mesioklusi baik disertai maupun tanpa disertai cross bitegigi anterior atau malposisi dan malrelasi gigi lainnya maka kasus ini di diagnosis

Page 8: 49855373-40690048-Oklusi-Dan-Maloklusi

sebagai maloklusi klas III Angle tipe dental.- Jika relasi molar klas II atau klas III ini hanya satu sisi (unilateral) maka klasifikasimaloklusi dilengkapi dengan subdivisib. Pada Relasi skeletal klas I I (Retrognatik) :- Posisi maksila lebih kedepan (protrusif) dan / atau posisi mandibula lebih ke belakangdari posisi normal (retrusif).- Jika posisi gigi-gigi terhadap masing-masing rahangnya normal maka relasi gigi-gigibawah terhadap gigi-gigi atas distoklusi karena gigi-gigi tersebut terletak pada rahangyang hubungannya retrognatik, hubungan gigi molar pertama atas terhadap gigi molarpertama bawah klas II, maka kasus ini didiagnosis sebagai : maloklusi klas II Angletipe skeletal.- Jika relasi klas II ini diikuti dengan malposisi gigi anterior berupa protrusif gigi anteroratas maka kasus ini didiagnosis sebagai : maloklousi klas II Angle divisi 1, dan jikagigi-gigi anterior atas dalam keadaan retrusif maka kasus ini adalah : maloklousi klasII Angle divisi 2.59- Jika posisi gigi molar pertama atas dan / atau bawah tidak normal terhadap masingmasingrahangnya maka ada beberapa kemungkinan relasi gigi molar:- Jika gigi molar pertama atas distoversi dan / atau gigi molar pertama bawahmesioversi, dapat mengkompensasi deskrepansi hubungan rahang yang retrognatikmaka relasi molar pertama menjadi neutroklusi, maka kasus ini diagnosis sebagai :maloklusi Angle klas I tipe dentoskletal. Jika malposisi gigi molar tersebut tidak dapatmengkompensasi diskrepansi hubungan rahangnya maka relasi gigi molar tetapdistoklusi maka kasus ini didiagnosis sebagai: maloklusi klas II Angle tipe dentoskeletal.- Jika malposisi gigi molar pertama atas mesioversi dan / atau gigi molar pertama bawahdistoversi maka hubungan gigi molar pertama atas dan bawah akan semakin ekstremkearah maloklusi klas II Angle tipe dentoskeletal.c. Pada Relasi skeletal klas III (Prognatik) :- Posisi maksila lebih ke belakang ( retrusif) dan / atau posisi mandibula lebih ke depanterhadap posisi normalnya (protrusif).- Jika posisi gigi-gigi terhadap masing-masing rahangnya normal, maka relasi gigi molarpertama atas dan bawah menjadi mesioklusi pada rahang yang prognatik sehinggakasus ini diagnosis sebagai maloklusi klas III Angle tipe skeletal.- Jika posisi gigi terhadap masing-masing rahangnya tidak normal, maka dapat terjadibeberapa kemungkinan hubungan gigi molar pertama atas dan bawah :- Jika posisi gigi molar pertama atas mesioklusi dan / atau gigi molar pertama bawahdistoklusi dapat mengkompensasi hubungan rahang yang prognatik maka relasi gigimolar pertama atas dan bawah menjadi neutroklusi maka kasus ini didiagnosis sebagai:maloklusi klas I Angle tipe dentoskeletal. Jika malposisi gigi molar tersebut tidakdapat mengkompensasi diskrepansi hubungan rahannya maka relasi gigi molar tetapmesioklusi maka kasus ini didiagnosis sebagai: maloklusi klas III Angle tipedentokeletal.- Jika malposisi gigi molar pertama atas distoversi dan / atau gigi molar pertama bawahmesioversi maka hubungan gigi molar pertama atas dan bawah akan semakin ekstremkearah maloklusi klas III Angle tipe dentoskeletal.60d. Relasi rahang atas dan bawah keduanya tidak normal pada arah yang sama(Bimaksiler) :- Jika maksila dan madibula ke dua-duanya pada posisi ke depan maka maloklusi inidisebut sebagai tipe prognatik bimaksiler (bimaxillary prognatism).

- Jika maksila dan madibula ke dua-duanya pada posisi ke belakang maka maloklusi inidisebut sebagai tipe retrognatik bimaksiler (bimaxillary retrognatism).

DAFTAR PUSTAKADARI BERBAGAI SUMBER