4.pemarah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fiksu

Citation preview

Tips Mengatasi Anak Pemarah14-02-2012 diposkan oleh melindacareTips Mengatasi Anak Pemarah Tips mengatasi anak pemarah berikut ini mungkin dapat membantu Anda yang kebingungan dengan sikap anak Anda yang pemarah. Tapi tentunya Anda harus mengetahui dulu apa yang menjadi penyebab anak Anda menjadi pemarah. Anak pemarah bisa menjadi masalah bagi orang tuanya. Apalagi jika ada keinginannya yang tidak terpenuhi, anak pemarah biasanya akan langsung meledak-ledak. Bahkan ada yang sampai membanting pintu, menendang barang-barang yang ada didepannya, berteriak-teriak dan lainnya. Kemarahan yang timbul pada anak, bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor. Inilah yang perlu Anda selidiki dan ketahui. Kemarahan pada anak biasanya disebabkan oleh keinginan anak untuk melakukan sesuatu namun kadang kemampuannya belum dapat memenuhi keinginannya itu. Terkadang, anak-anak juga memiliki keinginan untuk melakukan hal-hal seperti orang dewasa. Namun hal itu terganjal oleh larangan orang tua karena memang belum cukup umur. Hal itu kadang membuat anak menjadi emosi dan hal itulah yang kemudian diluapkannya dalam bentuk kemarahan. Jika hal tersebut terjadi pada anak Anda, cobalah untuk tidak membalasnya dengan kemarahan lagi. Karena itu akan membuatnya semakin emosi. Coba lakukan beberapa hal yang mungkin bisa meredakan emosi anak atau coba alihkan perhatiannya pada kegiatan yang menarik.Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk meredam kemarahan anak : Ketahui penyebab anak Anda marah dengan memperhatikan sikap dan tingkah lakunya sehari-hari. Jika sudah mengetahui, Anda dapat melakukan percegahan sebelum kemarahan anak meledak. Selalu bersikap tenang bisa menjadi contoh bagi anak Anda. Jika ia berada di lingkungan yang suka marah-marah, maka ia akan melihat sikap tersebut sebagai hal yang wajar untuk dilakukan. Pahami bila anak sedang marah. Coba hampiri dengan lembut dan tanyakan apa yang diinginkannya. Jika keinginannya itu adalah hal yang kurang baik, coba Anda beri nasehat secara perlahan dan beritahu juga dampak apa yang akan terjadi padanya jika ia melakukan keinginannya itu. Jika anak meluapkan kemarahannya saat berada di luar rumah. Jangan serta merta memarahinya. Cobalah untuk mengajaknya pulang terlebih dahulu atau membawanya ke tempat sepi dan mulailah menasihatinya. Saat ia mulai memberontak atau kehilangan kontrol karena kemarahannya, Anda bisa memeluk atau merangkulnya sejenak. Mungkin ia akan melakukan pemberontakan kecil saat Anda memeluknya, tapi itu tidak akan lama. Karena pelukan Anda akan membuatnya nyaman dan merasa aman.Saat mengatasi anak pemarah, sebisa mungkin Anda harus menahan diri. Tunggulah sampai anak tenang, setelah itu Anda bisa mencoba untuk menasehatinya secara perlahan-lahan.-----------Cara Mengatasi Anak PemarahAnak pemarah merupakan masalah bagi orang tua, bayangkan saja anak selalu marah-marah jika permintaannya tidak dituruti, bagaimana pusingnya orang tua dalam menghadapi anak yang seperti itu? Jika anak sedang emosi atau marah biasanya dilampiaskan dengan cara membanting pintu, melempar sesuatu, menendang meja, mengacaukan segala hal dan berteriak-teriak penuh kemarahan.Rasa marah bisa timbul akibat banyak sebab, termasuk yang terjadi pada anak-anak. Terkadang orangtua ikut kesal jika anak selalu bertindak marah-marah. Berikut akan dipaparkan bagaimana mengatasi anak pemarah menurut versi Vera Farah Bararah.Bagaimana cara mengatasi anak pemarah?Sebenarnya ada dua perasaan dasar yang menyebabkan anak-anak memiliki sifat pemarah. yaitu: Seorang anak memiliki kengintahuan dan kemauan yang kuat untuk melakukan sesuatu, tapi seringkali kemampuannya tidak sekuat keinginannya. Hal ini biasanya membuat ia kesal dan menuntunnya ke arah frustasi yang diungkapkan dengan marah-marah. Kemauan dan keinginannya untuk cepat menjadi besar. Biasanya anak-anak akan merasakan hal ini jika orangtua sudah melarang-larangnya dengan kata tidak. Karena ia belum bisa menguasai emosinya secara logis, maka ia memilih mengekspresikannya ke luar melalui kemarahan.Cara Mengatasi Anak PemarahSifat anak yang pemarah bisa menjadi masalah bagi ibu dan anak. Karena itu orangtua perlu memaklumi sifat anaknya tersebut. Seperti dikutip dari The baby Book karangan William dan Martha Sears, Jumat (19/3/2010) ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meredamkan amarah, yaitu: Mempelajari hal yang menyebabkan anak marah. Ketahui dengan pasti hal apa yang dapat memicu kemarahannya, seperti lapar, bosan, suasana lingkungan yang tidak mendukung atau lainnya. Dengan mengetahui penyebabnya, maka orangtua dapat mencegah kemarahan anak. Memberikan contoh sikap tenang padanya. Anak mempelajari sesuatu dari apa yang dilihat dan dengarnya, karena itu penting untuk mencontohkan sikap tenang didepannya. Jika lingkungan disekitarnya suka marah-marah, maka anak akan menganggap bahwa perilaku ini merupakan hal yang wajar. Ketahui siapa yang sedang marah. Bila orangtua adalah orang yang mudah emosi, maka akan sangat mudah bagi anak untuk memancing kemarahan dan berakhir dengan lomba saling teriak tanpa ada penyelesaian. Karena itu perlu diketahui siapa yang marah agar kondisi tetap terkendali. Usahakan untuk tetap tenang meskipun berada di tempat umum. Sebaiknya orangtua tidak menunjukkan kemarahannya pada anak di depan banyak orang, karena anak akan semakin menunjukkan rasa marahnya. Jadi cobalah untuk menggendong dan membawanya ke tempat yang lebih sepi. Memeluk dan merangkulnya erat seperti pelukan gaya beruang. Sebagian besar anak yang kehilangan kontrol akan menjadi lebih tenang saat dipeluk. Pelukan ini tidak akan terlalu mengekangnya, namun tetap memberinya keamanan dan kenyamanan yang dibutuhkan saat sedang marah. Menahan diri adalah terapi yang baik. Tunggulah sampai ia tenang sebelum memulai konseling atau mengatasi permasalahannya, karena jika ia masih marah-marah kemungkinan Anda akan terpancing untuk ikut marah.Semoga dapat bermanfaat dalam mengatasi anak pemarah..!!Cara Mengatasi Anak PemarahCara Mengatasi Anak Pemarah----------Agar Si Kecil Tak Jadi Anak PemarahPenulis : Christina Andhika Setyanti | Rabu, 25 Januari 2012 | 11:18 WIBDibaca: 2931Komentar: 0|Share:shutterstockAda tiga cara yang bisa dilakukan orangtua untuk mengatasi anak yang pemarahArtikel Terkait: Menghadapi Si Kecil yang Bersikap Semaunya Hukuman Berat Bikin Anak Jadi Pembohong? Mengasuh Anak dengan Kompromi dan Kemandirian 5 Cara Membangun Kedekatan dengan Anak 7 Cara Mengatasi Perilaku Membual pada AnakKOMPAS.com - Setiap orangtua pasti ingin mendidik anak sebaik-baiknya, namun seringkali aturan yang mereka terapkan membuat anak-anak merasa terkekang dan menyalahartikan aturan tersebut. Tak jarang hal ini membuat anak-anak menjadi mudah marah, dan berakhir menjadi anak pemarah. Agar sikap pemarah ini tak berkelanjutan sampai dewasa, sebaiknya orangtua membantu anak agar terbebas dari rasa marah yang berlebihan. Simak tiga cara yang bisa Anda lakukan agar anak tak menjadi seorang pemarah.1. Terbuka pada rasa marahSejak masih balita, anak-anak sering dibujuk untuk menyangkal perasaan marah. Ungkapan seperti "Jangan marah" memberikan pesan pada balita bahwa kemarahan adalah hal yang buruk dan salah. Padahal sebenarnya marah tidaklah selalu buruk. Mengekang rasa marah akan membuat mereka melakukan tindakan yang tidak baik dan justru memberontak ketika dewasa. Dibanding melarang anak untuk mengekspresikan kemarahannya, lebih baik jika Anda menunjukkan rasa empati ketika menghadapi kemarahan anak. Sampaikan bahwa marah sebenarnya tidak masalah, yang penting bagaimana mengontrol emosi dengan lebih efektif.2. Ekspresikan dengan kata-kata dan tulisanKecerdasan emosional yang tepat, dan kontrol diri, bisa diungkapkan dengan cara menempatkan perasaan dalam kata-kata. Anda bisa membantu anak untuk mengatasi rasa marah dengan konsisten mendorong mereka untuk berbagi apa yang membuat mereka marah. Mungkin saja dengan membuat daftar paling umum yang bisa memicu amarahnya. Tuangkan melalui kata-kata dalam daftar tersebut, apa saja yang bisa membuat mereka marah. Kemudian bandingkan antara daftar Anda dan daftar anak, untuk mendapatkan pemahaman bersama tentang cara mengendalikan rasa marah.3. Siap menerima kemarahanKunci terakhir untuk membantu anak agar menerima dan mengelola kemarahan dengan baik adalah dengan bersedia menerima kemarahan anak. Sebagai orangtua, pasti sulit untuk berada dalam posisi ini, terutama ketika Anda merasa benar. Meskipun demikian, ketika Anda bersedia menerima kemarahan anak, hal ini akan mengirim pesan yang kuat bahwa keluhan mereka didengarkan, dan perasaan mereka diperhatikan oleh orangtuanya. Setelah kemarahan anak reda, Anda bisa menasihati anak dengan lembut, sehingga anak mau mendengarkan saran orangtua, dan menyesali sendiri kesalahannya. Ini jauh lebih baik dibanding ketika Anda berdebat dan balik memarahi anak ketika mereka sedang emosional. Cara ini akan mengirimkan sinyal negatif kepada anak bahwa orangtua mereka tidak mengerti perasaan mereka, atau bahkan merasa tidak dicintai.---------Anak Pemarah, Semua Serba SalahRubrik: Psikologi Keluarga - Dibaca: 7876 kaliPada usia tertentu, anak sering marah adalah wajar. Namun, bila melewati masa-masa itu anak masih tetap sering marah, bahkan disertai kekerasan fisik, seperti memukul, melempar, menendang dan sebagainya, orangtua tak bisa lagi tinggal diam. Karena keinginannya tak dituruti, Rian (5 tahun) menangis sambil mengamuk. Ia menendang-nendang dan memukul ibunya yang berusaha menenangkan. Walau begitu, sang ibu tetap sabar, memeluk dan membujuk anaknya dengan suara lembut. Sungguh tak mudah, apalagi mereka saat itu berada di tempat umum. Pemandangan seperti itu mungkin pernah kita temui dalam keseharian; anak yang mengamuk, entah anak kita sendiri atau anak-anak lainnya. Tak hanya menangis dan menjerit-jerit, kadang kemarahan anak-anak ini disertai kata-kata kasar, membanting atau melempar benda-benda yang ada di sekitarnya. Tak jarang juga memukul dan menendang orang. Bujukan dan kata-kata lembut untuk menenangkan, tidak mempan. Banyak orangtua yang kehabisan akal dalam menghadapi perilaku anak ini, bahkan tak jarang ikut terbawa emosi dan jadi ikut-ikutan marah. Semua jadi kacau dan tak terkendali. Marah yang wajar dan tidak wajar Pada rentang usia tertentu, kemarahan yang tiba-tiba memang biasa dan wajar saja dialami oleh anak. Mereka bisa marah karena sebab apa pun, bahkan yang menurut orangtua sebab-sebab remeh. Kemarahan yang seperti ini diberi istilah temper tantrum atau tantrum saja. Masa-masa anak mengalami temper tantrum biasanya pada usia 2 5 tahun atau masa-masa prasekolah. Pada usia ini, jelas Devi Ayutya Wardhani, M.Psi, psikolog anak di Optima Psychology, perkembangan bahasanya memang masih terbatas, sehingga saat ia mengalami emosi ia belum paham bagaimana cara mengekspresikannya. Dia merasa tak nyaman, misalnya ketika mainannya direbut adik atau kakaknya. Dia ingin mengekspresikan ketidaknyamanan emosinya, yah akhirnya ia membentak, berguling-guling, menangis sebagai ekspresi emosi dia. Dengan bertingkah seperti itu si anak berharap orang di sekitarnya tahu kalau ia sedang marah. Ada dua jenis ekspresi kemarahan, lanjut Devi yang juga menjadi konsultan di Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia. Pertama, reaksi marah yang impulsif atau agresif, seperti perilaku menendang, melempar dan berguling-guling. Kedua, reaksi marah yang terhambat. Anak dengan reaksi kemarahan yang terhambat, pada saat dia marah dia akan cenderung menarik diri dan menghindari orang yang menyebabkan dia marah. Kalau anak kecil itu justru yang sehat adalah kemarahan yang keluar tadi. Kalau pada saat dia marah, dia malah menarik diri, diam, orang tak akan tahu apa yang dia rasakan. Dalam kondisi seperti itu, justru harus dicari penyebab kenapa anak ini tak bisa mengekspresikan emosinya. Apa kira-kira yang menghambat dia. Karena normalnya anak-anak itu adalah makhluk yang paling jujur dan spontan, hingga apa yang ada dalam pikirannya langsung dikeluarkan, terang ibu 3 anak ini. Ketika usianya sudah lebih besar atau pada usia 6 tahun ke atas semestinya kemarahan yang meledak-ledak seperti itu tidak terjadi lagi. Sebab, pada usia-usia tersebut perkembangan bahasa anak sudah semakin meningkat. Mereka sebenarnya sudah dapat mengekspresikan kemarahan dengan cara yang lebih positif, seperti penggunaan kata-kata yang lebih terarah, misalnya dengan kata-kata aku marah adik mengambil mainanku. Tanpa tangisan dan jeritan, orangtua atau orang lain di sekitarnya tahu si anak sedang marah. Nah, kalau sudah sekolah atau usia 6 tahun ke atas, si anak marahnya masih guling-guling dan lempar-lempar barang, itu sudah tidak normal lagi, kata Devi, yang menyelesaikan S2 Psikologi dengan kekhususan klinis anak di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tahun 2007 ini. Bila setelah usia 6 tahun si anak masih gampang marah dengan cara kekerasan tadi, ada kemungkinan ia melihat dan mencontoh perilaku itu dari orang terdekatnya. Misalnya, tambah Devi, anak melihat bila ayah dan ibunya marah mereka berteriak-teriak atau barang-barang di rumah beterbangan, maka si anak akan belajar bahwa memang begitulah caranya mengekspresikan kemarahan. Tak ayal, mereka pun akan menirunya.Orangtua pemarah, anak jadi pemarah? Anak yang gampang atau sering marah acap dikaitkan dengan sifat orangtuanya. Orang menganggap anak yang pemarah bisa jadi karena orangtuanya juga pemarah. Devi mengakui bahwa faktor keturunan juga memengaruhi anak untuk bersifat pemarah, entah dari pihak ibu atau pihak ayah. Anak dapat mewarisi sifat temperamental, gampang marah dan gampang tersinggung dari kedua orangtuanya. Faktor lingkungan juga tak kalah besarnya dalam memberi pengaruh pada anak. Bahkan, kata Devi, faktor lingkungan inilah yang memberi andil lebih besar bagi anak untuk menjadi pemarah dibanding faktor keturunan. Selain mencontoh dari perilaku orangtua yang kalau marah meledak-ledak tadi, anak-anak juga bisa terpengaruh dari lingkungan di luar keluarganya. Entah dari pengasuh, teman atau dari tontonan yang dilihatnya. Mereka tak akan bisa meluapkan kemarahan dengan kata-kata kasar dan kotor, melempar, menendang, memukul, membanting dan sebagainya bila anak tidak pernah mendengar kata-kata itu dari lingkungannya. Dengan kata lain, mereka pasti pernah melihat atau mendengar ekspresi marah yang demikian entah dari mana sebelum kemudian mencontohnya. Pola asuh yang salah juga bisa membentuk anak jadi pemarah. Contohnya, ketika anak mengalami masa temper tantrum orangtua selalu mengatasi tantrumnya dengan menuruti segala keinginan anak. Saat anak marah dan menangis ingin dibelikan ini itu, apalagi disertai aksi guling-gulingan di tempat umum, orangtua lantas saja menuruti keinginan anak agar tangisnya cepat berhenti. Ketika besoknya anak menangis lagi dan orangtua menurutinya lagi, maka anak akan merasa dengan kemarahan dan aksi yang ditunjukkannya ternyata menguntungkan baginya. Berarti perilaku anak yang demikian dikuatkan terus oleh orangtua, kata Devi. Bisa dibayangkan bahwa selanjutnya anak akan terus menggunakan kemarahannya untuk mendapatkan semua yang diinginkannya.Lagi-lagi orangtua harus mampu bersikap konsisten. Bila sekali bilang tidak boleh, seterusnya harus bilang tidak boleh. Jangan terperangkap kemarahan dan tangisan anak hingga akhirnya menuruti keinginan anak, walaupun yang diinginkan anak itu semula dilarang orangtua. Kalau orangtua tak konsisten, anak akan bingung, sebenarnya hal itu boleh atau tidak. Tak jarang terjadi anak yang semula amat manis tiba-tiba menjadi pemarah. Orangtua harus jeli dalam mencari pemicu kemarahan anak tersebut. Bisa jadi si anak sering marah lantaran cemburu karena ia menganggap orangtua lebih memerhatikan adik baru, misalnya. Dengan luapan kemarahan tersebut ia berharap kembali mendapat perhatian dari orangtuanya. Pada kasus kemarahan seperti ini orangtua harus bisa membuktikan bahwa kasih sayang mereka tetap tercurah buat anak itu walau kini ia telah punya adik.Menangani kemarahan anak Perilaku anak yang gampang marah ini, apalagi bila telah melewati masa temper tantrum, tentu tak bisa dibiarkan. Orang-orang di sekeliling anak tentu tak merasa nyaman dengan sikap ini. Tak ada perilaku yang tidak bisa diubah. Bahkan walaupun merupakan keturunan, sifat pemarah tetap bisa diarahkan kepada perilaku yang lebih baik. Devi memberi beberapa poin penting yang mesti diperhatikan orangtua dalam menangani sifat pemarah anak. Pertama, berikan contoh bagaimana menyalurkan kemarahan dengan cara yang positif. Apa yang dilihat dan didengar anak setiap hari, itulah yang diserap dan diterapkannya. Kalau mau anak ini berubah, ya suasana di rumahnya juga harus berubah. Sebisa mungkin anak dijauhkan dari lingkungan yang negatif sehingga mereka punya model yang bagus untuk perilaku mereka, saran wanita kelahiran Jakarta, 29 tahun silam ini. Kedua, binalah selalu komunikasi yang baik dengan anak. Dengan komunikasi yang lancar dalam kondisi apapun anak tetap bisa mengungkapkan perasaan dan emosinya kepada orangtua, walaupun yang ingin diungkapkannya adalah kemarahan. Dalam suasana ini pula anak bisa dengan mudah diajak untuk belajar mengelola amarahnya dengan cara yang lebih baik, tidak meledak-ledak dan melemparkan barang. Selain mengelola amarah, ajarkan anak untuk memecahkan masalahnya tersebut. Ketiga, menahan diri agar jangan ikut terpancing marah. Menghadapi anak yang sedang marah, bisa memancing kemarahan orangtua juga. Sebaiknya, saat anak marah, bila memungkinkan, biarkan sejenak sementara kita juga menenangkan diri dahulu. Jangan sampai orangtua menangani anak yang sedang marah dengan kemarahan juga, bahkan mungkin disertai kekerasan fisik. Kalau di dalam Islam kita kan dianjurkan untuk berwudhu ketika marah, kata Devi. Setelah diri tenang, barulah orangtua bisa menghadapi kemarahan anak dengan kepala dingin. Memang tidak mudah menghadapi anak yang gampang dan sering marah. Kesabaran dan konsistensi adalah kuncinya.Asmawati/wawancara Rosita--------------Jakarta, Jika anak sedang emosi atau marah biasanya dilampiaskan dengan cara membanting pintu, melempar sesuatu, menendang meja, mengacaukan segala hal dan berteriak-teriak penuh kemarahan.Rasa marah bisa timbul akibat banyak sebab, termasuk yang terjadi pada anak-anak. Terkadang orangtua ikut kesal jika anak selalu bertindak marah-marah.Bagaimana cara mengatasi anak yang suka marah?Sebenarnya ada dua perasaan dasar yang menyebabkan anak-anak memiliki sifat pemarah. yaitu: Seorang anak memiliki kengintahuan dan kemauan yang kuat untuk melakukan sesuatu, tapi seringkali kemampuannya tidak sekuat keinginannya. Hal ini biasanya membuat ia kesal dan menuntunnya ke arah frustasi yang diungkapkan dengan marah-marah. Kemauan dan keinginannya untuk cepat menjadi besar. Biasanya anak-anak akan merasakan hal ini jika orangtua sudah melarang-larangnya dengan kata "tidak". Karena ia belum bisa menguasai emosinya secara logis, maka ia memilih mengekspresikannya ke luar melalui kemarahan.Sifat anak yang pemarah bisa menjadi masalah bagi ibu dan anak. Karena itu orangtua perlu memaklumi sifat anaknya tersebut. Seperti dikutip dari The baby Book karangan William dan Martha Sears, Jumat (19/3/2010) ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meredamkan amarah, yaitu:1. Mempelajari hal yang menyebabkan anak marah. Ketahui dengan pasti hal apa yang dapat memicu kemarahannya, seperti lapar, bosan, suasana lingkungan yang tidak mendukung atau lainnya. Dengan mengetahui penyebabnya, maka orangtua dapat mencegah kemarahan anak.2. Memberikan contoh sikap tenang padanya. Anak mempelajari sesuatu dari apa yang dilihat dan dengarnya, karena itu penting untuk mencontohkan sikap tenang didepannya. Jika lingkungan disekitarnya suka marah-marah, maka anak akan menganggap bahwa perilaku ini merupakan hal yang wajar.3. Ketahui siapa yang sedang marah. Bila orangtua adalah orang yang mudah emosi, maka akan sangat mudah bagi anak untuk memancing kemarahan dan berakhir dengan lomba saling teriak tanpa ada penyelesaian. Karena itu perlu diketahui siapa yang marah agar kondisi tetap terkendali.4. Usahakan untuk tetap tenang meskipun berada di tempat umum. Sebaiknya orangtua tidak menunjukkan kemarahannya pada anak di depan banyak orang, karena anak akan semakin menunjukkan rasa marahnya. Jadi cobalah untuk menggendong dan membawanya ke tempat yang lebih sepi.5. Memeluk dan merangkulnya erat seperti pelukan gaya beruang. Sebagian besar anak yang kehilangan kontrol akan menjadi lebih tenang saat dipeluk. Pelukan ini tidak akan terlalu mengekangnya, namun tetap memberinya keamanan dan kenyamanan yang dibutuhkan saat sedang marah.6. Menahan diri adalah terapi yang baik. Tunggulah sampai ia tenang sebelum memulai konseling atau mengatasi permasalahannya, karena jika ia masih marah-marah kemungkinan Anda akan terpancing untuk ikut marah.----------Strategi Kendalikan Anak PemarahLifestyle + | Senin, 14 November 2011 17:26 WIBBEBERAPA anak sering menujukkan rasa marah mereka untuk membuktikan bahwa mereka sudah dewasa dan tidak sukadiberikan petunjuk. Kita akan tahu bila anak memiliki temperamen tinggi ketika ia menangis berlebihan, menjerit, bahkan melukai diri sendiri.Untuk mengendalikannnya, diperlukan penanganan yang tepat. Berikut beberapa strategi dalam mengendalikan anak yang pemarah.1. Taati peraturanOrang tua sebaiknya tetap berpegang teguh pada aturan-aturan dasar tertentu. Jika anak tahu ada hal-hal tertentu yang tidak diterima oleh Anda, mereka tidak akan mencoba melakukannya. Anda juga sebaiknya memberikan alasan kuat atas keputusan tersebut.2. Jangan berteriak atau memukulUntuk menunjukkan bahwa Anda memilikiwewenang, janganlah berteriak atau memukul mereka sebab itu tidak ada gunanya. Jangan menanggapi perilaku buruk mereka karena anak akan tahu Anda memberikan perhatian dan mereka justru akan semakin menunjukkan amarahnya.3. Ketekunan adalah kunciJangan pernah merasa menyesal karena tidak mampu memenuhi tuntutan anak. Percayalah,anak akan berterima kasihatas ketegasan Anda ketika mereka menjadi dewasa.4. Jelaskan situasi kemudianSetelah amarah anak mereda, buatlah mereka mengerti bahwa marah-marah bukanlah perilaku yang baik, terutama untuk usia anak-anak.Biarkan anak mendengarkan apa yang Anda katakan.Berbicaralah dengan cara yangtenang dan perlakukan mereka dengan cintadan kasih sayang. (MI/ICH)----------