42
Bab I - 1 Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2 010 1. LAHAN DAN HUTAN 1.1. Sumber Daya Lahan 1.1.1. Pola Penggunaan lahan Pola penggunaan lahan Kota Kendari mengalami pola perubahan setiap satuan waktu. Pola penggunaan lahan sampai pada akhir tahun 2010 terdiri atas: Permukiman seluas 8.014 ha atau 27,09 % dari l uas wilayah administrasi Per tanian (sawah, kebun, ladang ) seluas 11.487 ha atau 38,83 % dar i luas wilayah administrasi Hutan seluas 2.544 ha atau 8,60 % dari luas wil ayah administras i Lahan Tanaman kayu-k ayuan seluas 1.388 ha atau 4,69% dari luas wilayah administrasi Padang rumput/semak belukar seluas 236 ha atau 0,80 % dari luas wilayah administrasi Lahan kosong tidak diusahakan(alang-alang) 2.608 ha atau 8,82 % dari luas wilayah administrasi Rawa seluas 122 ha atau 0,05 % dari luas wila yah administrasi Kolam/tambank/empang selu as 109 ha atau 0,37 % dari luas wilayah administrasi Areal lainnya seluas 3.081 ha atau 10,42 % dari luas wilayah administrasi Secara spasial, distribusi penggunaan lahan Kota Kendari disaji kan pada Gambar 1.1., sement ara proporsi penggunaan lahan dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 1.2 berikut. Bab Kondisi Lingkungan Hidup & Kecenderungannya

5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Berisi kondisi dan kecenderungan perkembangan Kota

Citation preview

Page 1: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 1/42

Bab I - 1

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

1. LAHAN DAN HUTAN

1.1. Sumber Daya Lahan1.1.1. Pola Penggunaan lahan

Pola penggunaan lahan Kota Kendari mengalami pola perubahan

setiap satuan waktu. Pola penggunaan lahan sampai pada akhir

tahun 2010 terdiri atas:

Permukiman seluas 8.014 ha atau 27,09 % dari luas wilayah

administrasi

Pertanian (sawah, kebun, ladang ) seluas 11.487 ha atau 38,83 % dari

luas wilayah administrasi

Hutan seluas 2.544 ha atau 8,60 % dari luas wilayah administrasi

Lahan Tanaman kayu-kayuan seluas 1.388 ha atau 4,69% dari luas

wilayah administrasi

Padang rumput/semak belukar seluas 236 ha atau 0,80 % dari luas

wilayah administrasi

Lahan kosong tidak diusahakan(alang-alang) 2.608 ha atau 8,82 %

dari luas wilayah administrasi

Rawa seluas 122 ha atau 0,05 % dari luas wilayah administrasi

Kolam/tambank/empang seluas 109 ha atau 0,37 % dari luas wilayah

administrasi

Areal lainnya seluas 3.081 ha atau 10,42 % dari luas wilayah

administrasi

Secara spasial, distribusi penggunaan lahan Kota Kendari

disajikan pada Gambar 1.1., sementara proporsi penggunaan lahan

dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 1.2 berikut.

Bab

Kondisi Lingkungan Hidup& Kecenderungannya

Page 2: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 2/42

Bab I - 2

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

Tabel 1.1.

Luas Penggunaan Lahan

di Kota Kendari Tahun 2008 – 2009

No. Penggunaan LahanLuas Penggunaan Tanah (Ha)

2008 2009

1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Tanah Sawah

Bangunan dan Halaman

sekitarnya

Tegal/Kebun

Ladang/Huma

Padang Rumput

Rawa yang tidak ditanami

Tambak, Kolam, Tebat dan

Empang

Lahan yang sementara tidak

diusahakan

Lahan tanaman kayu-kayuan

Hutan Negara,Perkebunan

464

7.860

4539

2360

236

115

116

1.186

1.241

3.457

4.611

3.404

494

8.014

4.574

1.978

236

122

109

2.608

1.388

2.544

4.441

3.081

Jumlah 29.589 29.589

Sumber: BPS Kota Kendari, 2010

Gambar 1.1.

Presentase Penggunaan Lahan

Page 3: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 3/42

Bab I - 3

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

1.1.2. Perubahan Penggunaan lahan

Perubahan penggunaan lahan di wilayah Kota Kendari yang

mengalami perubahan drastis atau alih fungsi adalah pada jenis

penggunaan lahan bangunan dan atau infrastruktur serta pembukaan

lahan pertanian dlaam bentuk lading. Hal ini akibat dari pertumbuhan

penduduk yang berimplikasi terhadap kebutuhan pemukiman serta

adanya perkembangan infrastruktur perkotaan untuk menunjang

aktivitas masyarakat Kota.

Dinamika perkembangan ekonomi di Kota Kendari dalam kurun

waktu 10 tahun terakhir juga menjadi salah satu faktor berkembangnya

pusat-pusat pertumbuhan baru di wilayah bagian Barat dan bagian

Timur, yang ditandai dengan maraknya pembangunan kantor, aktivitasekonomi (ruko) serta sarana penunjang lainnya.

Berikut disajikan data beberapa perubahan penggunaan lahan

yang cukup penting dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.

Tabel 1.2.

Presentase Perubahan Penggunaan Lahan Dari Beberapa Parameter Yang

Cukup Penting di Wilayah Kota Kendari

No.Penggunaan

Lahan

Perbandingan Perubahan Luas (Ha)

2008 % 2009 % 2010 %

1. Bangunan/Pemu-kiman/Infrastruktur 

5.173 17,49 7.860 26,57 8.014 27,09

2. Ladang/Huma 1.714 5,80 1.978 6,69 2.360 7,98

3. Sawah 307 1,04 464 1,57 494 1,67

Keterangan :

- Luas Wilayah Administrasi Kota Kendari = 29.589 ha

- Sumber Data : Kendari Dalam Angka 2008 s/d 2010

Berdasarkan tabulasi data diatas, maka dapat diamati bahwa

kecenderungan perubahan dan alokasi lahan terbesar di wilayah Kota

Kendari dalam kurun waktu 3 tahun terakhir adalah pada sektor

pemukiman/perumahan serta sarana infrastruktur penunjang ekonomi

seperti bangunan rumah took (ruko). Besarnya perubahan ini

memperlihatkan prosentase antara 1% s/d 10%.

Page 4: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 4/42

Bab I - 4

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

1.2. Sumberdaya Hutan

Sumberdaya alam berupa kawasan hutan adalah sebuah

ekosistem alami yang mempunyai berbagai fungsi penting dan strategis

bagi kehidupan manusia. Kota Kendari secara adminstrasi dan ekologis

memiliki dua kelompok kawasan hutan dengan luas, yaitu Kelompok

Hutan Nipa-Nipa yang telah ditetapkan berdasarkan fungsinya menjadi

kawasan konservasi berupa Taman Hutan Raya Murhum seluas 2.685 ha

dan Kelompok hutan Nanga-Nanga Papalia yang berdasrkan fungsinya

ditetapkan sebagai kawasan hutan Lindung seluas 875 Ha dan kawasan

hutan produksi terbatas seluas 1.640 Ha.

Bagi Wilayah Kota Kendari keberadaan kedua kawasan hutan ini

menjadi sangat penting ditinjau dari fungsi ekonomis, ekologis dan sosial

budaya. Fungsi ekonomi kedua sumber daya hutan ini adalah sebagai

sumber pakan, bahan bangunan, tempat tinggal, bahan perdagangan

dan manfaat lainnya. Sedangkan fungsi ekologis antara lain sebagai

penghasil ( sink) rosot karbon sekaligus menyerap karbondioksida

(carbon sequester ) dan gas-gas beracun lainnya yang dihasilkan dari

aktivitas pembangunan, melindungi dari gas-gas akibat adanya efek

Gambar 1.2.

Pembangunan Pusat-Pusat Ekonomi (Ruko) dan Sarana Penunjang

Menjadi salah satu faktor penting dalam perubahan pola

penggunaan lahan di Kota Kendari dalam kurun 10 tahun terakhir 

Page 5: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 5/42

Bab I - 5

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

rumah kaca, daerah tangkapan air serta pengatur stabilitas tata air

yang mengalir kedalam wilayah Kota Kendari. Keberadaan kedua

kawasan hutan ini ibarat benteng alam dan menjadi penyanggah

(green belt) bagi wilayah Kota Kendari.

Tabel 1.3.

Luas Kawasan Hutan Kota Kendari Berdasarkan TGHK

STATUS KAWASAN (Ha)

KAWASAN HUTAN NANGA-NANGA PAPALIA

Hutan Lindung

(HL)Hutan Prod.

Terbatas

(HPT)

Hutan Produksi

(HP)

Taman Hutan

Raya

(THR)

875 1.640 - -

KAWASAN HUTAN NIPA-NIPA

- - - 2.685

Sumber Data : Bidang Kehutanan, Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2009

Selain fungsi-fungsi ekologis yang disebutkan diatas, sumberdaya

hutan berperan sebagai penyokong kehidupan sosial ekonomi

masyarakat, bukan hanya yang ada disekitar kawasan akan tetapi juga

masyarakat di luar kawasan hutan, khususnya masyarakat yang ada di

bagian wilayah hilir. Ekosistem hutan juga berperan membentuk aneka

ragam budaya masyarakat akibat interaksi manusia dengan alam yang

memungkinkan munculnya teknologi tepat guna setempat, bahasa,

 jenis pangan, dan seni. Oleh karena itu kondisi ekosistem hutan yang

sehat akan memperkuat daya dukung bagi berbagai proses kehidupan

manusia di sekitarnya.

Mengingat fungsi strategis kawasan hutan bagi penyangga

kehidupan manusia, maka ekosistem kedua kawasan hutan ini juga

berperan sangat penting untuk menjadi kawasan penyanggah wilayah

kota dalam mendukung pembangunan yang berjalan dan terus

mengalami perkembangan pesat yang membutuhkan dukungan

sumberdaya alam. Penyediaan Air, udara (karbon) dan lingkungan

Page 6: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 6/42

Bab I - 6

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

yang sehat merupakan faktor-faktor utama pendukung

keberlangsungan kehidupan manusia di kawasan perkotaan.

Pertumbuhan penduduk dan perkembangan pembangunan

sosial ekonomi wilayah Kota Kendari tidak dapat dipisahkan juga telah

memberikan implikasi penting terhadap keberadaan kedua kawasanhutan ini, sehingga menyebabkan berkurangnya fungsi-fungsi

lingkungan. Deplesi dan penyusutan tutupan kedua kawaan hutan ini

adalah faktor nyata yang penting dari berkurangnya fungsi lingkungan

kedua kawasan ini akibat aktivitas penduduk yang membutuhkan

ruang sebagai tempat tinggal atau kegiatan bercocok tanam.

Secara umum laju degradasi pada kedua kawasan hutan ini

akibat berbagai faktor penting, yaitu :

a. Alih fungsi kawasan; menjadi pemukiman penduduk, lahan

pertanian tahunan/semusim dan atau tambang galian C;

b. Pemanfaatan kayu sebagai bahan bangunan pemukiman, atau

bangunan lainnya diwilayah Kota Kendari;

c. Perambahan dan pendudukan kawasan.

1.2.1. Kondisi Tutupan Vegetasi Kawasan Hutan

Tutupan vegetasi adalah salah satu aspek penting dalam

penilaian kualitas sumberdaya kawasan hutan untuk memainkan peran

dan fungsinya. Secara ekologis, tutupan vegetasi memberikan

pengaruh penting terhadap aliran permukaan dan erosivitas yang

terjadi di suatu wilayah sehingga menciptakan iklim mikro. Vegetasi

hutan berfungsi sebagai :

a) intersepsi butiran air hujan melalui daun dan tajuk tanaman

sehingga mengurangi erosivitas tanah;

b) mengurangi dan menghambat laju kecepatan aliran permukaan

dan kekuatan perusak air yang akan mentransformasi agregat

tanah;

c) menyimpan cadangan air tanah;

d) menambah serasah sebagai media penyubur tanah.

Page 7: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 7/42

Bab I - 7

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

Analisis dengan sistem digitasi ulang terhadap Citra satelit

(landsat ETM 7+) November tahun 2008, menunjukkan bahwa tutupan

lahan di kedua kawasan hutan diklasifikasikan, sebagai berikut :

a) sangat rapat (> 80%) seluas 611,2 ha atau 24,4%

b) rapat (61% s/d 80%) seluas 273,5 ha atau 10,9%

c) sedang (41% s/d 60%) seluas 490,2 ha atau 19,5

d) kurang rapat (21% s/d 40%) seluas 577 ha atau 23%

e) terbuka (< 20%) seluas 563,1 ha atau 22,4%

Tekanan terhadap kedua kawasan hutan di wilayah Kota Kendari

sangat dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat yang bermungkim di

sekitar kawasan. Tingkat tekanan terhadap kedua kawasan juga

sangat dipengaruhi oleh aksesibilitas yang relatif dekat dan mudah

menuju kedua kawasan tersebut.

Gambaran kondisi penutupan lahan pada salah satu kawasan

hutan di Kota Kendari disajikan dalam peta penutupan lahan berikut.

Gambar 1.3.

Aktivitas di Sekitar Kawasan Yang

Memberikan Tekanan Terhadap

Penutupan dan Fungsi Kawasan

Page 8: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 8/42

Bab I - 8

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

Laporan SLHD Kota KendaTahun 2010

Page 9: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 9/42

Bab I - 9

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

2. KEANEKARAGAMAN HAYATI

Keanekaragaman hayati merupakan salah satu pilar dari

komponen ekologis dalam sebuah ekosistem. Belum banyak yang

memahami peran sesungguhnya dari keanekaragaman hayati yang

sangat penting adalah penyimpan gen yang mengandung sifat

keturunan dalam tubuh makhluk hidup. Oleh karena itu

keanekaragaman hayati juga disebut dengan sumberdaya daya

genetik. Banyak sekali hasil temuan dalam bidang pangan,

farmasi/kesehatan dan ilmu pengetahuan lainnya yang membuktikan

bahwa keanekaragaman hayati adalah sumber kehidupan jangka

panjang dimuka bumi ini.

Dalam banyak hal, kegiatan pembangunan kadang-kadang

secara langsung dan tidak langsung menyebabkan degradasi

keanekaragaman hayati. Implementasi kebijakan umum nasional

dengan sistem pembangunan berkelanjutan nampaknya belum dapat

berjalan dengan optimal, karena keanekaragaman hayati cenderung

terus menurun sementara pemanfaatannya bagi kesejahteraan

masyarakat belum meningkat secara signifikan.

Upaya melindungi keanekaragaman hayati dilakukan dengan

berbagai cara antara lain dengan usaha cagar alam (konservasi) in situ

dan ex situ. Berbagai aktivitas manusia baik langsung maupun tidak

langsung telah memberikan pengaruh yang besar terhadap

menurunnya keanekaragaman hayati dimuka bumi ini. Beberapa

laporan Badan konservasi dan perlindungan keanekaragaman hayati

dunia menyatakan bahwa tidak kurang dari 15 ribu jenis

keanekaragaman hayati yang hilang dalam satu tahun akibat berbagai

aktivitas manusia.

Komposisi vegetasi pada suatu tipe hutan sangat penting diketahui

untuk mengukur kualitas kawasan hutan. Komposisi dimaksud, antara lain :

vegetasi pada lapisan tajuk di bagian atas (pohon) dan vegetasi pada

lapisan bawah (lantai hutan). Termasuk di sini diantaranya adalah

Page 10: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 10/42

Bab I - 10

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

tumbuhan memanjat (liana dan rotan), palem bukan rotan, paku-

pakuan, herba, tumbuhan epifit, lumut dan lain-lain yang kesemuanya

merupakan sumber genetik (genetic resource) dari jenis-jenis tumbuhan

yang ada di dalamnya.

Tingginya tingkat keragaman hayati (biodiversity) di kawasan hutantropis merupakan salah satu kekayaan tersendiri yang tak ternilai

harganya. Tingkat keragaman hayati juga memberikan ukuran dan

menjadi indikasi penting kestabilan komunitas hutan. Semakin tinggi

keragaman hayati maka semakin stabil komunitas (Richards, 1964;

Whitmore, 1990).

Pada kawasan hutan Nanga-Nanga Papalia, berdasarkan data

dan informasi yang didapatkan dari kegiatan inventarisasi potensi pada

tahun 2008, 53 plot transek pengamatan, terdapat 27 jenis tingkatan

pohon, 38 jenisnya tingkatan tiang, 39 tingakatan pancang dan 6 jenis

rotan serta berbagai jenis epifit.

Data keragaman jenis setiap tingkatan vegetasi di dalam kawasan

hutan yang ditemukan dan dikenali berdasarkan tingkatannya diuraikan

lebih detail dalam bentuk tabel-tabel berikut.

Tabel 1.4.

Daftar Jenis Vegetasi/Flora Tingkat Pohon

Yang Ditemukan di Kawasan Hutan Nanga-Nanga Papalia

& Tahura Murhum

No.

Pohon

Nama Jenis Kerapata

n Relatif

(%)

Frekuensi

Relatif

Domin

asi

Relatif

INP Ket.Daerah/

PerdaganganIlmiah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. EhaCastanopsis

buruana0,27 1,31 0,9 2,48 Endemik  

2. Meranti Shorea Spp 0,12 0,26 0,03 0,41 Prod.

3. Pontoh Myristica

koodersii0,39 1,22 0,18 1,79 Prod.

4. Kayu PutaBarringtonia

 racemosa0,20 0,17 0,14 0,51 Prod.

5. Kayu Besi  Metrosiderospetiolata

0,27 033 0,21 0,81 End.

6. Bolo-Bolo Adenandra

celebica0,14 0,29 0,04 0,43 LL

7. Bolo-Bolo Putih Thea Spp 0,22 0,18 0,14 0,53 LL

8. DaoDracon.

mangiferum0,27 033 0,21 0,81 Prod

9.Dambu-

dambuEugenia Spp 0,14 0,29 0,04 0,43 Prod.

Page 11: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 11/42

Bab I - 11

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

10. Huru Litsea Sp 1,22 0,48 0,41 2,11 Endemik  

11. Beringin Ficus benyamina 0,27 1,33 0,21 1,86 DL.

12.Jelutung

dataranDyera costulata 0,14 0,29 0,10 0,53 Endemik  

13. Bintangur   Callophylum Spp 0,29 0,68 0,19 1,16 Prod.

14. Uru Unidentified 0,14 0,29 0,04 0,43 Endemik  

15. Kulipapo Vitex copassus 0,22 0,18 0,14 0,53 LL

16. Nato Palaquium Sp 0,27 2,21 0,11 2,59 Prod.17. Longori Intis retusa 0,14 0,29 0,04 0,43 LL

18. Anyurung Dyospiros 0,22 0,14 0,10 0,46 Endemik  

19. Onahaa Unidentified 0,14 0,29 0,04 0,43 LL

20. Kisuji Unidentified 0,22 0,18 0,14 0,53 LL

21 BanggerisKoompassia

excelsa0,27 033 0,21 0,81 Prod.

21. Kayu Cina Cinnamon Spp 0,14 0,29 0,04 0,43 Prod.

22. Tolihe Unidentified 0,08 0,19 0,05 0,32 LL

23. Gito-GitoDyospyros

Surensis1,10 0,72 0,63 2,45 Endemik  

24. Puspa Schima walicii 0,08 0,93 0.10 1,11 Prod.

25. Kacapi Unidentified 0,26 0,49 0,33 1,08 LL

26. KadancaTerminalia

barencia

0,18 0,23 0,41 0,82 Prod.

27. Rasamala  Altingia exelca 0,12 0,73 0,08 0,93 Prod.

  Sumber Data : Hasil Inv. Kegiatan Pemetaan Kawasan Hutan, Bappeda, 2008

Tabel 1.5.

Jenis-jenis Keragaman Fauna yang Ditemukan atau Terindikasi Hidup

di Kawasan Hutan Nanga-Nanga Papalia

No Nama Ilmiah Nama Indonesia/lokalStatus*

M E T P 

amalia

1. Sus scrofa Babi Hutan W E EN  

2. Cervus timorensis Rusa W SI dd  

3.  Macaca ochreata Kera Hitam Sulawesi W E DD  

4.  Myotis adversus Kelelawar kecil abu J

5. Rattus rattus Tikus hutan J E

ves

1  Aecipter rhodogaster  Tekukur E  

2 Gallus gallus Ayam Hutan  

3 Dicaeum sp. Burung cabe

4 Ducula aenea Peragam hijau E

5 Gymnocrex rosenbergii Mandar muka biru E VU

6 Halcyon Cekakak   

7 Heinrichia calligyna Cingcoang Sulawesi E

8 Hirudo ruscita Layang-layang asia

9  Milvus Sp Elang Sulawesi E  

10 Riticeros cassidix Rangkong Sulawesi E  

11 Rhipidura teysmanni Kipasan Sulawesi E

Reptil

1  Mabuya multifasciata Kadal

2 Phiton reticulata Ular Phyton3 Varanus bengalensis Biawak 

mphibia

1 Bufo spp Katak Batu

2 Limnonectes modestus Katak sungai kecil

3 Polypedates leucomystax Katak pohon

4 Rana sp Katak

Vertebrata

1 Ordo. Lepidoptera Kupu-kupu

2 Ordo. Odonata Capung

Page 12: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 12/42

Bab I - 12

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

3  Monomorium pharaonis Semut merah

4 Componotus pennsylvnicus Semut hitam

5 Polyrhachis hauxwelli Semut raja

6 Iridomyrmex anceps Semut hitam besar/Kolimondi

7 Lobopelta ocillifera Semut merah hitam besar 

8 Lactrodectus mactans Laba-laba janda hitam

9  Argiope Aurelia Laba-laba kebun

10 Loxosceles reclosa Gertsch. Laba-laba coklat

11 Phyllophaga portoricensis Kumbang kulit12  Allonemobius fasciatus L. Jangkrik tanah

13 Neoxabea bipunclata Geer  Jangkrik pohon

14 Blatta orientalis Kecoak timur 

15  Aedes stimulans Walker. Nyamuk hutan

16  Melanoplus differentialis Belalang bertaji

17 Dermatobia hominis L.Jr. Lalat belatung

18 Halticus bractatus Say. Kepik daun

19 Phaneeus vindex Kumbang scrabeid

20  Melanoplus sanguinipes Belalang pronotum bertaji

21 Laphira lata Lalat perampok 

22 Phanomeris pyillotomae Tabuhan

23  Melanolestes picipes Kepik Pembunuh

24 Callosoma scrutator  Kumbang tanah

25 Lycosa sp Laba-laba tanah

26 Polydesmid millipede Kaki seribu

Sumber Data :

- Hasil Inv. Kegiatan Pemetaan Kawasan Hutan, Bapopeda, 2008

- Bidang Kehutanan Kota Kendari, 2009

E = Endemisitas (E = Endemik Sulawesi, e = Endemik Wallacea),

T = Keterancaman (EN = Endangered, NT = Near Threatened, dd = Dat Deficient,

VU = Vulnerable),P = Keterlindungan (o = dilindungi)

Gambar 1.4.Monyet Sulawesi ( Macaca maura l) dan Rangkong

Sulawesi (Riticeros cassidix)

Fauna Endemik yang masih mudah dijumpai

di Kawasan Kota Kendari

Page 13: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 13/42

Bab I - 13

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

3. Sumber Daya AIR

Air merupakan zat yang paling esensial dibutuhkan dalam setiap

aspek kehidupan, kita semua tidak dapat hidup tanpa air. Hanya 2.5%

yang berupa air tawar dan cuma <1% yang dapat dimanfaatkan

dengan biaya rendah, yaitu: air di danau, sungai, waduk dan sumber air

tanah dangkal, sehingga diperlukan upaya bersama untuk

mempertahankan keberadaannya dan untuk kelangsungan kehidupan

diperadaban sekarang serta yang akan datang. Oleh karena itu dalam

konteks ini, diamanatkan kepada manusia untuk menjaga air dan

sumber-sumber air dari segala bentuk perbuatan yang menimbulkan

kerusakan.

Sumberdaya air merupakan sumberdaya yang ketersediaannyadirasakan semakin terbatas. Pengelolaan sumberdaya air, perlu

dilakukan berbagai tindakan yang meliputi efisiensi dan distribusi

sumberdaya air yang memadai sesuai kebutuhan.

Perubahan strategi dalam pengelolaan sumberdaya air akan

menjamin tersedianya sumberdaya air bagi kebutuhan berbagai sektor

pembangunan yaitu: sektor rumah tangga, industri, perdagangan,

kesehatan, pariwisatan, pertanian, perikanan dan akuakultur,

transportasi, pembangkit tenaga listrik, proses pendinginan dan

sebagainya. Oleh karena itu untuk kelangsungan kehidupan tersebut

maka sunberdaya air permukaan maupun air tanah harus mendapat

proteksi dari manusia dengan sebaik-baiknya agar kita mendapatkan

manfaat otimum dari sumberdaya air (Agenda 21 Indonesia, 1997).

Degradasi sumberdaya alam khususnya air dan lahan, yang

ditandai dengan deplesi sumber air (permukaan dan air bawah tanah,

baik kuantitas maupun kualitasnya), semakin meluasnya tanah kritis dan

DAS kritis, penurunan produktifitas lahan, semakin meluasnya kerusakan

hutan (terutama karena perambahan) baik hutan pegunungan maupun

hutan pantai (mangrove). Permasalahan pencemaran, baik

pencemaran air, udara maupun tanah yang penyebarannya sudah

Page 14: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 14/42

Bab I - 14

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

cukup meluas dan terkait dengan industri, rumah tangga dengan segala

 jenis limbahnya, terutama sampah.

Khusus untuk masalah krisis sumberdaya air bersih semakin nyata

dihadapi oleh setiap daerah. Fluktuasi debit dan kualitas air semakin

 jauh diatas ambang baku mutu lingkungan untuk air permukaan. Rusakdan terganggunya suberdaya hutan dan lahan sebagai wilayah

tangkapan air (catcment area) menjadi penyebab utama fluktuasi

debit. Sementara gelontotoran limbah padat dan cair dari berbagai

sumber yang mengandung zat pencemar kimia tinggi telah

menyebabkan terganggunya kualitas air.

Dewasa ini sumberdaya air belum mendapat proteksi yang layak

untuk menghindari terjadinya kehancuran kehidupan secara total, yang

berarti melumpuhkan kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Tanpa

disadari pada saat ini juga kita telah membayar biaya yang cukup tinggi

untuk mendapatkan segelas air yang layak bagi kesehatan. Bagi

Indonesia yang merupakan negara agraris yang tengah merintis arah

pembangunan nasionalnya menuju era industrialisasi, peranan

sumberdaya air sangatlah menentukan. Disamping itu, sejalan dengan

pertambahan penduduk Indonesia yang terus berlangsung, peranan

sumberdaya air tersebut akan dirasakan semakin menentukan dalam

kehidupan sehari-hari. Di lain pihak keberadaan sumberdaya air yang

dapat memenuhi kebutuhan penduduk dan kegiatan pembangunan di

berbagai sektor semakin mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan oleh

berbagai faktor seperti pencemaran, penggundulan hutan, kegiatan

pertanian yang mengabaikan kelestarian lingkungan, dan berubahnya

fungsi daerah-daerah tangkapan air.

3.1. Kondisi dan Kualitas Air

Kota Kendari dialiri dan merupakan muara 22 aliran kali/sungai

besar dan kecil yang tersebar di semua kecamatan, aliran kali/sungai

tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai

penopang kebutuhan industri, kebutuhan rumah tangga, irigasi

Page 15: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 15/42

Bab I - 15

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

pertanian, budidaya perikanan serta pembangkit energi skala kecil.

Meningkatnya aktivitas manusia di beberapa sektor pembangunan

seperti; sektor pertambangan, pertanian, industri, barang dan jasa

menyebabkan permintaan (kebutuhan) air cenderung semakin

bertambah. Harapan untuk mendapatkan air yang berkualitas dari segidebit dan baku mutu semakin dirasakan penting.

Adapun data kali/sungai yang mengalir di wilayah administrasi

Kota Kendari diuraikan dalam Tabel 1.6 berikut :

Tabel 1.6.

Data Jumlah dan Panjang Aliran Kali/Sungai yang Mengalir dan Bermuara

di Wilayah Kota Kendari

No Nama Kali/Sungai Panjang (Km) Potensi Pemanfaatan

1. Wanggu 17,0Pertanian, Tambak, Transportasi

Lokal2. Lasolo 6,52 Air bersih masyarakat, pertanian

3. Kampung Salo 4,70 Rumah tangga

4. Mandonga 7,90 Rumah tangga

5. Kambu 15,01 Rumah tangga, pertanian

6. Kadia 10,39 -

7. Abeli 10,10 Air bersih PDAM, Rumah tangga

8. Abeli Dalam 6,55 Air bersih masyarakat

9. Amarilis 2,30 Pertanian

10. Lepo-Lepo 8.91 -

11. Watu-Watu 2,33 Air bersih masyarakat

12.Nanga-Nanga/Andonohu

5,54 Air baku PDAM, pertanian/irigasi

13. Mokoau 6,43 -

14. Lahundape 4,68 Air bersih masyarakat

15. Punggaloba 4,01 Air bersih

16. Lemo 4,21 Air bersih masyarakat, pertanian

17. Lalonggori 4,41 -

18. Mata 2,60 Air bersih masyarakat,

19. Watubangga 3,41 Pertanian

20. Wua-Wua 4,76 -

21. Benu-Benua 2,91 Air bersih22. Korumba 5,56 -Panjang Total 144,64

Sumber : Hasil Olahan Beradasrkan Digitasi dan Interpretasi Citra Landsat TM-7, 2008

Page 16: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 16/42

Bab I - 16

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

Selain kuantitasnya, kualitas air sungai-sungai utama yang mengalir

di wilayah Kota Kendari juga telah banyak yang menurun karena

terkontaminasi dengan limbah padat dan pollutan limbah rumah

tangga. Pemantauan kualitas air di 5 sungai utama di Kota Kendari

dalam kurun waktu tahun 2008 dan tahun 2009, dengan parameterpantau seperti DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biochemical Oxygen

Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), PO4, fecal coli dan total

coliform, sebagian besar masih memenuhi kriteria mutu air kelas I

berdasarkan PP 82 Tahun 2001. Masalah paling utama yang dijumpai

pada kualitas air adalah tingginya tingkat kekeruhan akibat proses

sedimentasi di sepanjang daerah hulu dan bagian tengah aliran sungai.

Pembukaan lahan dan kawasan hutan disepanjang DAS Wanggu

adalah salah satu penyumbang sedimen terbesar sehingga

menyebabkan pendangkalan di Teluk Kendari.

Gambar 1.5.

Kondisi Sungai Wanggu, Kali

Mandonga dan Kali Kadia Sungai

Utama Yang Mengalir di Wilayah

Kota Kendari

Page 17: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 17/42

Bab I - 17

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

3.2. Potensi Sumber Air Bersih

Kawasan hutan Nanga-Nanga Papalia selain memiliki keragaman

hayati yang tinggi juga merupakan sumber air bersih yang penting bagi

wilayah Kota Kendari. Dalam kawasan hutan terdapat 5 lima catchment

area yang merupakan hulu dari pengaliran/kali, yaitu :

1) Kali Abeli, yang hulunya barada di punggungan bagian Selatan

kawasan hutan Nanga-Nanga Papalia dan bermuara ke Teluk

Kendari. Bagi masyarakat yang ada di Kelurahan Tobimeita dan

Kelurahan Benua Nirae, Kali Abeli merupakan sumber kehidupan

sehari-hari. Aktivitas dan keperluantermasuk sumber air bersih untuk

minum sebagian besar berasal dari aliran kali Abeli.

2) Kali Anggoeya, yang bermuara di bagian luar batas kawasan hutanproduksi yang melewati pemukiman penduduk di kelurahan

Anggoeya dengan pajang ± 7,31 km. Aliran kali Anggoeya juga

menjadi sumber air baku untuk reservoir PDAM di unit Anggoeya.

3) Kali Lemo merupakan salah satu kali yang catchment areanya

berasal dari bagian timur kawasan hutan produksi dan bermuara di

Teluk Kendari, yang melewati Kelurahan Tondonggeu dan mengarah

ke bagian barat wilayah Desa Lalowaru, dengan panjang pengaliran

± 4,1 km.

4) Kali Andounohu adalah aliran kali terbesar dan terpanjang yang

bagian hilir berasal dari kawasan hutan Nanga-Nanga Papalia. Kali

Andounohu bermuara ke Teluk Kendari dengan melewati wilayah

kelurahan Rahandauna dan Kelurahan Andounohu. Panjang aliran

kali Andounohu berkisar ± 22 km. Debit yang besar dengan anak kali

yang banyak menjadikan kali Andounohu sebagai salah satu reservoir

penting bagi unit PDAM Kota Kendari.

5) Kali Kambu, adalah aliran kali terpanjang kedua setelah kali

Andounohu yang wilayah catchment areanya berasal dari kawasan

hutan Nanga-Nanga Papalia. Panjang aliran kali kambu adalah

± 19,7 km.

Page 18: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 18/42

Bab I - 18

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

6) Kali Nanga-Nanga adalah aliran kali yang cathment areanya berasal

dari wilayah bagian barat kawasan hutan produksi kabupaten Konsel

dan bermuara ke sub das Wanggu dengan melintasi sebagian kawan

pemukiman di Kelurahan Baruga. Panjang aliran kali Nanga-Nanga ±

14,8 km.

Pemanfaatan sumber air bersih yang berasal dari kawasan hutan

Nanga-Nanga Papalia selain sebagai pemenuhan kebutuhan reservoir

PDAM juga bagi keperluan pemukiman dan keperluan pertanian di

kawasan bagian bawah yang dialiri. Selain kualitas yang baik juga

memiliki debit stabil.

Berikut disajikan data-data hasil analisa parameter kualitas air

terhadap beberapa sungai utama dan kualitas air di beberapa titik

sumur warga yang ada di wilayah Kota Kendari.

Gambar 1.6.

Potensi Air Bersih Permukaan Yang Bermuara Dalam

Kawasan Hutan Nanga-Nanga Papalia

Page 19: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 19/42

Bab I - 19

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

1. Parameter Fisik 

Pemantauan terhadap kualitas fisik dengan parameter pH, BOD,

COD, DO, TSS serta tingkat Kekeruhan dilakukan secara sampling pada 4

aliran sungai/kali, masing-masing pada kali Kadia, Kali Mandonga, Kali

Tipulu dan Kali Sodoha.

a) Parameter pH

Keempat sungai yang diuji memperlihatkan bahwa semua masih

dibawah batas ambang baku mutu lingkungan untuk mutu kelas I dan II

air permukaan berdasarkan PP 82 tahun 2001. Satu-satunya Sungai yang

mempunyai nilai pH sedikit lebih rendah adalah pada Sungai Mandonga

dengan kisaran pH 5,6 – 6,3.

Nilai parameter pH ini menunjukkan bahwa keempat sungai masih

memungkinkan dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air baku

air minum dan budidaya atau kepentingan prasarana umum.

b) Parameter BOD5

Parameter BOD5 merupakan indikator penting dalam menilai

kualitas fisik air permukaan. Besarnya beban zat cemaran yang masuk

kedalam badan air secara langsung akan berpengaruh terhadap

parameter BOD dan COD.

Keempat sungai yang diuji memperlihatkan bahwa semua masih

dibawah batas ambang baku mutu lingkungan untuk mutu kelas I dan II

air permukaan berdasarkan PP 82 tahun 2001. Meskipun demikian,

parameter BOD keempat sungai lainnya cenderung masih jauh dibawah

ambang baku mutu air, dengan kisaran 1,08 – 1,22 mg/l.

Meskipun keempat sungai parameter BOD masih dibawah

ambang baku mutu kelas air I dan II akan tetapi laju peningkatandiperkirakan akan meningkat setiap waktu mengingat aktivitas dibagian

hulu keempat sungai cukup aktif dilakukan.

Page 20: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 20/42

Bab I - 20

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

c) Parameter COD

Sama dengan parameter BOD, COD air seringkali digunakan

sebagai indikator penting dalam menilai kualitas fisik air permukaan.

Besarnya beban zat cemaran yang masuk kedalam badan air secara

langsung akan berpengaruh terhadap parameter BOD dan COD.

Hasil uji dari paremeter COD terhadap Keempat sungai

memperlihatkan bahwa semua masih dibawah batas ambang baku

mutu lingkungan untuk mutu kelas IV dan V air permukaan berdasarkan

PP 82 tahun 2001. Nilai COD tertinggi terjadi di kali Kadia dengan nilai

COD 57,16 mg/l.

d) Parameter TSS

Hasil uji dari paremeter TSS terhadap Keempat sungai

memperlihatkan bahwa semua sungai masih dibawah batas ambang

baku mutu lingkungan untuk mutu kelas I dan II air permukaan

berdasarkan PP 82 tahun 2001. Nilai TSS tertinggi dijumpai pada sampel

air yang berasal dari kali Kadia dengan nilai TSS 11,2 mg/l, selebihnya

berada pada kisaran nilai : 9,3 mg/l; 7,5 mg/l, 8,2 mg/l.

2. Parameter Kimia

Untuk parameter kimia air permukaan data yang disajikan dalam

laporan ini mengacu pada parameter nitrit, nitrat, pospat, pestisida,

detergen, Hg, Pb, dan Cd.

a) Parameter Nitrit

Parameter kimia nitrit, pada semua sungai yang dipantau tidak

memperlihatkan adanya kadar yang melebihi ambang batas. Kadar

tertinggi dijumpai pada kali Tipulu dan kali Sodohoa sebesar 0,05 mg/l

sementara sungai/kali lainnya terdeteksi masih dibawah ambang baku

mutu.

b) Parameter Nitrat

Parameter kimia nitrat, pada semua sungai yang dipantau tidak

memperlihatkan adanya kadar yang melebihi ambang batas. Kadar

Page 21: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 21/42

Bab I - 21

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

tertinggi dijumpai pada kali Mandonga sebesar 9,78 mg/l sementara

sungai/kali lainnya berada pada kisaran 9,12; 8,67 dan 9,44 mg/l.

c) Parameter Pospat

Parameter kimia pospat, pada semua sungai yang dipantau tidak

memperlihatkan adanya kadar yang melebihi ambang batas. Kadar

tertinggi dijumpai pada Kali Mandonga yaitu 0,28 mg/l.

d) Parameter Klorida

Parameter kimia klorida, pada semua sungai yang dipantau

terdapat klorida yang melebihi ambang baku mutu. Hal ini kemungkinan

diakibatkan oleh banyaknya aktifitas yang dilakukan oleh warga

masyarakat disekitar kali tersebut. Sehingga air di semua kali tersebut

sudah tercemar dengan zat klorida.

e) Parameter Detergen

Parameter kimia detergen ditengarai banyak ditemukan pada

sungai-sungai yang mengalir dalam wilayah Kota Kendari. Pada semua

sungai yang dipantau, Kali Kadia dan kali Sodohoa terdeteksi kandungan

detergen yang cukup tinggi, meskipun belum melebihi ambang baku

mutu. Sementara kali Mandongan dan Kali Tipulu kadar detergen masih

dibawah dari kadar detergen pada kali Kadia. Konstribusi kadar

detergen pada sampel air, diprediksi sebagian besar dihasilkan dari

aktivitas pemukiman masyarakat dan buangan aktivitas hotel/restoran

yang hampir pasti tidak terdeteksi.

4. UDARA

4.1. Kondisi Udara

Pencemaran udara dapat terjadi yang disebabkan oleh adanya

kontaminan (pencemar) di udara yang mengakibatkan kandungan

senyawa gas menjadi berubah. Perubahan ini dapat memberikan

dampak negatif bagi kelangsungan hidup makhluk hidup karena

menimbulkan reaksi kimia secara spontan di udara.

Page 22: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 22/42

Bab I - 22

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

Potensi gangguan pencemaran udara di wilayah Kota Kendari

disamping sumber gas buang dari pollutan bergerak, juga terjadi pada

aktivitas pembangunan, khususnya akibat kegiatan penimbunan

beberapa bagian wilayah Kota dengan material yangh cukup besar.

Aktivitas transportasi pengangkut tanah timbunan telah memberikanpengaruh terhadap peningkatan kadar debu di udara bebas. Meskipun

hanya bersifat temporer, akan tetapi memberikan pengaruh yang

langsung kepada sebagian penduduk kota, baik yang ada di jalur

transportasi material, maupun yang ada disekitar kawasan pengurugan.

Berdasarkan bentuk fisiknya, pencemar udara dibedakan menjadi

dua yaitu yang berbentuk partikulat dan berbentuk gas. Indikator

terjadinya pencemaran udara mengacu pada 2 peraturan yaitu

Peraturan Pemerintah (PP) No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara

Ambien dan SK Menaker No. 51/Menaker/1999 tentang nilai ambang

batas (NAB). Pencemaran udara di wilayah Kota Kendari relatif belum

terdeteksi, peningkatan kadar konsentrat sebagai emisi gas buang

kendaraan pada lokasi padat juga belum melebihi ambang baku mutu.

Industri di wilayah Kota Kendari yang termasuk industri kecil dan

menengah juga belum memperlihatkan adanya potensi penghasil gas

cemaran di udara. Lokasi yang dipantau menunjukkan bahwa hanya

kadar kebisingan di industri PLN yang melebihi ambang baku mutu

lingkungan untuk tingkat kebisingan. Meskipun demikian maka potensi

terjadinya peningkatan gas cemaran udara sampai melebihi ambang

batas baku mutu lingkungan patut terus diwaspadai dengan indikator

peningkatan konsumsi bahan bakar minyak, khususnya premium dan

solar akibat laju pertumbuhan kendaraan bermotor untuk aktivitas

transportasi penduduk Kota.Jumlah penduduk yang terus meningkat dan seiring dengan

peningkatan kesejahteraan masyarakat maka mendorong terjadinya

peningkatan permintaan kendaraan bermotor 3-4 kali lipat dalam satu

decade ini. Dengan demikian kenyataan menunjukkan bahwa jumlah

kendaraan akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan

Page 23: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 23/42

Bab I - 23

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

 jumlah kendaraan tersebut pada hampir semua daerah tidak diimbangi

dengan peningkatan ruas jalan sehingga mendorong terjadinya

peningkatan tingkat kemacetan lalu lintas.

Peningkatan tingkat kemacetan serta jumlah kendaraan yang

beroperasi dijalan telah menimbulkan potensi pollutan zat pencemar diudara dan polusi suara oleh sumber yang bergerak. Pada sistem

transportasi udara juga menunjukkan hal yang sama, yakni dari tahun ke

tahun terjadi peningkatan frekuensi penerbangan serta jumlah

penerbangan. Hal ini memberikan konsekwensi terjadinya peningkatan

polusi udara maupun suara.

Seperti yang dijelaskan di atas bahwa sistem transportasi darat dan

udara secara langsung mempengaruhi polusi suara. Demikian pula

halnya pembangunan infrastruktur ekonomi, terutama aktivitas industri

secara langsung berpengaruh pada polusi udara maupun suara.

Terjadinya polusi suara dan udara (noise pollution)  juga diperparah oleh

celah hukum (ketidaklengkapan/kurang sempurnanya perangkat

hukum) yang dapat mendorong meningkatnya polusi suara. 

Tabel. 1. 7.

Kendaraan Bermotor Terdaftar menurut Jenis Kendaraan

di Kota kendari Tahun 2004 - 2008

Jenis kendaraan Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

Mobil penumpang 1.344 1.729 1.254 1.180 1.293

Mobi barang 2.450 2.696 2.953 2.953 3.337

Mobil Bus 3.691 4.017 4.017 4.398 4.980

Sepeda Motor 28.778 35.459 35.459 42.613 55.320

  Sumber : BPS Provinsi Sultra

Page 24: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 24/42

Bab I - 24

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

4.2. Kualitas Udara

Sejak kurun 2 tahun terakhir, kondisi kualitas udara di wilayah Kota

Kendari telah dimonitoring dengan mengukur emisi gas buang sumber

bergerak (ambient) dan emisi gas buang sumber non bergerak.

Meskipun masih belum mencakup keseluruhan wilayah, namum

pengambilan uji petik telah dilakukan berdasarkan standar baku sesuai

PP No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien. Sedangkan

khusus bagi emisi gas buang sumber non bergerak, yang dilakukan uji

petik, masing-masing di industri pembangkitan listrik PLTD Jawa – Bali

didapatkan hasil emisi gas buang masih dibawah ambang baku.

Gambar 1.7.

Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Telah

Menyebabkan Meningkatnya Konsumsi BBM YangBerimplikasi Pada Gas Buang Kendaraan. Salah Satu

Potensi Gangguan Pencemaran Udara

Page 25: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 25/42

Bab I - 25

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

Gambar 1.9.

Uji Emisi Gas Buang Sumber Non Bergerak di Industri

Pembangkitan Listrik PLTD Jawa-Bali dan Pengujian Ambien

Gas Buang Pada Lokasi Ruas Jalan Kota Kendari

Dalam Rangka Penyusunan SLHD 2010

Gambar 1.8.

Uji Petik Emisi Gas Buang

Kendaraan Bermotor 

Page 26: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 26/42

Bab I - 26

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

5. LAUT, PESISIR DAN PANTAI

Kawasan pesisir Kota Kendari mencakup garis sepanjang kawasan

Teluk Kendari dengan panjang keliling ± 81 km. Terdapat enam wilayah

Kecamatan yang mempunyai wilayah pesisir, yang berada disepanjang

garis pasang surut Teluk Kendari. Selain itu terdapat satu wilayahkelurahan, yaitu Kelurahan Bungkutoko yang wilayahnya merupakan

pulau daratan tersendiri, meskipun jarak jangkau dari Kota Kendari relatif

mudah.

Kualitas laut dan pesisir Kota Kendari mengalami tekanan yang

cukup besar akibat aktivitas dari daratan. Khusus bagi wilayah Teluk

Kendari, laju pendangkalan akibat intrusi sedimen telah mengakibatkan

peningkatan luas daratan dalam badan Teluk. Sampah yangbercampur dengan sedimen telah menjadikan dataran permanen yang

luasnya mencapai ± 25 s/d 50 ha.

6. Iklim

Topografi Wilayah Kota Kendari pada dasarnya bervariasi anatar

datar dan berbukit. Daerah datar terdapat dibagian Barat dan Selatan

dari wilayah Teluk Kendari sedangkan bagian wilayah yang agak tinggi

terletak disebelah Utara Teluk yang merupakan kawasan pegunungan

Nipa-Nipa (Tahura Murhum) dengan ketinggian mencapai ± 459 m dari

garis pantai sedangkan kearah selatan tingkat kemiringan antara 4 %

sampai 30 % bagian Barat (Kecamatan Mandonga dan Kecamatan

Puuwatu) dan Selatan (Kecamatan Poasia dan Kecamatan Abeli) terdiri

dari daerah perbukitan bergelombang rendah dengan kemiringan

kearah Teluk Kendari. Bagian wilayah tertinggi berada di sekitar kawasan

hutan Nanga-Nanga Papalia dengan titik tertinggi ± 397 m daripermukaan laut.

Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.

Perbedaan ketinggian dari permukaan laut, derah pegunungan dan

daerah pesisir mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit berbeda untuk

masing-masing tempat dalam suatu wilayah.Secara keseluruhan, wilayah

Page 27: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 27/42

Bab I - 27

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

Kota Kendari merupakan daerah bersuhu tropis. menurut data yang

diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter Monginsidi Kendari, selama tahun

2008 suhu udara maksimum 32,50°C dan minimum 20,50°C. Tekanan

udara rata-rata 1.009,0 millibar dengan kelembaban udara rata-rata 79

persen. Kecepatan angin di Kota Kendari selama tahun 2008 padaumumnya berjalan normal, mencapai 4 m/s.

Dari keadaan diatas menggambarkan bahwa Kota Kendari hanya

dikenal dengan dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan.

Keadaan musim sangat dipengaruhi oleh arus angin ang bertiup diatas

wilayahnya. Sekitar bulan April arus angin selalu tidak menentu dengan

curah hujan yang tidak merata. Musim ini dikenal sebagai musim

pencaroba atau peralihan antara musim hujan dan musim kemarau.Pada bual mei sampai dengan bulan Agustus, angin bertiup dari arah

timur berasal dari Benua Australia yagn kurang mengandung uap air. Hal

ini sampai dengan bulan Oktober terjadi musim Kemarau. Kemudian

Pada bulan November sampai dengan bulan Maret, angin bertiup

banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan

Samudra Pasfok, setelah melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan

tersebut diwilayah kota kendari dan sekitarnya biasanya terjadi musim

Hujan. Menurut data yang ada memebrikan indikasi bahwa di Kota

Kendari tahun 2008 terjadi 242 hh dengan curah hujan 2.301 mm.

Kota Kendari secara umum beriklim panas, suhu rata-rata adalah

26o Celsius dengan kelembaban udara rata-rata 86 %. Sebagai daerah

khatulistiwa, arah angin dipengaruhi oleh angin barat yang bertiup

pada Bulan November sampai dengan Bulan Agustus, sedangkan dalam

keadaan sehari-hari arah angin dipengaruhi oleh angin laut.

6.1. Musim

Keadaan musim di Kota Kendari sangat dipengaruhi oleh arus

angin yang bertiup di atas wilayahnya. Sekitar Bulan April, arus angin

selalu tidak menentu dengan curah hujan yang tidak merata. Musim ini

dikenal sebagai musim pancaroba atau Peralihan antara musim hujan

dan musim kemarau. Pada Bulan Mei sampai dengan Bulan Agustus,

Page 28: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 28/42

Bab I - 28

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

angin bertiup dari arah timur berasal dari Benua Australia yang kurang

mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan kurangnya curah hujan

didaerah ini.

Pada Bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober terjadi musim

kemarau. Sedangkan Pada Bulan November sampai dengan BulanMaret, angin bertiup banyak mengandung uap air yang berasal dari

Benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah melewati beberapa lautan.

Pada bulan-bulan tersebut di wilayah Kota Kendari dan sekitarnya

biasanya terjadi musim hujan. Data yang ada memberikan indikasi

bahwa di Kota Kendari Tahun 2006 terjadi 159 hh dengan curah hujan

1.747 mm.

6.2. Suhu Udara

Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Perbedaan

ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan dan daerah pesisir

mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk masing-masing

tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota Kendari

merupakan daerah bersuhu tropis.

Menurut data yang diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter

Monginsidi Kendari, selama Tahun 2006 suhu udara maksimum 33,25 oC

dan minimum 20,00oC. Tekanan Udara rata-rata 1.009,6 millibar dengan

kelembaban udara rata-rata 74,92 %. Kecepatan angin di Kota Kendari

selama Tahun 2008 pada umumnya berjalan normal mencapai 3,92

meter/detik.

7. Bencana alam

Kejadian bencana alam yang terekam selama kurun waktu 1

tahun terakhir (2010) hanya mencakup : banjir dan genangan

sedangkan tanah longor meskipun terjadi pada tahap kecil namun tidak

menimbulkan kerusakan berarti.

Data dari Satuan Penanggulangan Becana (Satkorlak) maupun

dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Kendari, mencatat bahwa

kejadian bencana ringan yang terjadi di Kota Kendari, didominasi oleh

Page 29: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 29/42

Bab I - 29

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

kejadian banjir, yaitu pada kawasan Bantara Sungai Wanggu yang

merupakan satu-satunya Sungai besar yang melintas dalam wilayah Kota

Kendari. Banjir yang terjadi merupakan kejadian rutin tahunan akibat

intensitas hujan yang terjadi cukup tinggi pada bulan Januari – Februari

bersamaan dengan kondisi pasang susurt air laut. Masalah utamaterkait dengan bencana banjir adalah system drainase kota yang belum

terintegrasi serta pendangkalan pada alur-alur sungai yang masuk ke

laut.

Tidak ada korban jiwa yang tercacat selama kejadian bencana

banjir di wilayah Kota Kendari, namun telah mengakibatkan korban harta

benda serta rusaknya jaringa infrastruktur perkotaan yang nilainya belum

dapat diperkirakan.

Meskipun demikian dari beberapa data-data dasar maka

kawasan rawan bencana di wilayah Kota Kendari tetap menjadi salah

satu bagian yang penting untuk menjadi perhatian dimasa akan datang.

7.1. Bencana Tanah Longsor

Bencana tanah longsor adalah bencana geologi yang sulit

diramalkan kejadiannya. Tanah longsor adalah gerakan tanah yang

terjadi pada lereng perbukitan melalui bidang gelincir yang melengkung

atau datar. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tanah

longsor adalah :

1) Morfologi

2) Batuan dan tanah

3) Struktur 

4) Curah hujan

5) Aktifitas manusia

Tanah longsor biasanya terjadi karena lereng tidak bisa menahan

bebannya sendiri sehingga bergerak karena beratnya sendiri. Hujan

adalah salah satu penyebab terjadinya longsor. Air hujan akan masuk ke

pori-pori antar butir, ini akan menaikkan berat massa tanah jauh lebih

besar. Disamping itu air juga menurunkan ikatan antar butir, sehingga

Page 30: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 30/42

Bab I - 30

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

massa tanah mudah mengalir. Air yang yang masuk akan terhenti pada

suatu lapisan yang kedap air. Ini akan membentuk bidang gelincir

longsoran. Disamping faktor-faktor diatas ada faktor non alamiah yang

mempengaruhi dinamika lereng perbukitan dan memicu terjadinya

longsoran, yaitu :1) Getaran

2) Meningkatnya beban lereng

3) Hilangnya penahan lereng

4) Perubahan penggunaan lahan

Penampakan perlapisan horison batuan sedimen di kompleks Paal

Dua, Ranomuut, dan Kairagi merupakan bukti adanya sesar naik

tersebut. Adanya struktur palung Laut Sulawesi dan Laut Banda

(Lempeng Pasifik) turut mempengaruhi kestabilan geologi di sekitar KotaKendari, karena struktur tersebut merupakan penyebab utama terjadinya

pusat-pusat gempa di sekitar wilayah tersebut.

Dilihat dari proses geomorfologinya, maka bentuk lahan (landform)

yang terjadi di Kota Kendari dibedakan atas bentuk lahan asal volkanik,

asal struktural, asal denudasional, asal fluvial, dan asal marin. Akibat

bentuk lahan tersebut menyebabkan topografi Kota Kendari tergolong

halus dengan kemiringan lereng > 45 % menempati sebagian wilayah

Kota Kendari.

Tabel 1.8.

Jenis Tanah Kota Kendari

No. Jenis Tanah Luas

1. Aluvial 980

2. Glisol 1,704

3. Recoso Litisol 512

4. Gleisoacic 4,184

5. Podsoloik 762

6. Mediteran Haplik 1,5857. Gleisol Distrik 3,572

8. Gleiik 1,764

9. Aluvial Tidnik 2,481

10. Kembisol Distrik 5,303

11. Rensina 1,323

12. Podsolik Plintik 2,069

13. Gleisol Evtrik 2,947

Page 31: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 31/42

Bab I - 31

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

7.2. Hasil Identifikasi Kawasan Rawan Longsor

Longsor yang terjadi di Kota Kendari merupakan bencana alam

yang rutin terjadi dalam musim penghujan. Kasus-kasus kejadian

bencana longsor yang terjadi pada beberapa tempat dan waktu lalu

banyak menimbulkan kerugian baik berupa rusaknya lahan pertanian,

infrastruktur khususnya jalan serta sarana bangunan umum lainnya,

bahkan harta benda maupun korban jiwa. Faktor penyebab utama

terjadinya longsor yang menyebabkan terjadinya gerakan massa

tersebut adalah kondisi topografi yang curam, dengan struktur geologi,

iklim dan faktor penggunaan lahan oleh masyarakat sekitar.

Faktor tersebut saling kait mengkait dan dalam proses untukmencapai keseimbangan baru, akan terjadi berbagai proses baik proses

erosi maupun proses gerakan massa. Telah kenyataan bahwa aktivitas

manusia dalam memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup

selalu merubah faktor topografi, litologi, stratigrafi dan kemungkinan

struktur geologinya. Misalnya aktivitas manusia yang banyak

menambang batuan untuk bahan bangunan, jalan dan bangunan

lainnya telah menambah beban yang dapat mengakibatkan atau

memacu terjadinya gerakan massa.

Biasanya kejadian gerakan massa itu bersamaan dengan musim

penghujan yaitu pada saat puncak intensitas curah hujan tinggi dalam

waktu relatif lama. Dalam gerakan massa, air pegang peranan, bukan

sebagai tenaga, tetapi merupakan faktor pemacu yaitu menjadi bidang

pelicin dan menambah berat massa hancuran batuan. Selain itu air

dapat berfungsi sebagai wahana dalam mempercepat gerakan massa

hancuran karena menyebabkan massa tersebut menjadi lebih encer.

Berdasarkan hasil pemetaan dari kawasan yang menjadi rentan

terhadap kejadian bencana longsor di Kota Kendari faktor penyebabnya

dapat diinventarisir sebagai berikut :

Page 32: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 32/42

Bab I - 32

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

1) Kemiringan lereng umumnya merupakan kawasan curam hingga

sangat curam sehingga memudahkan terjadinya proses perpindahan

massa tanah karena dorongan gaya berat (gravitasi).

2) Curah hujan yang tinggi mengakibatkan kelebihan aliran permukaan

(run off) dan terjadinya kejenuhan air tanah sebagai akibat dari

hujan terus menerus.3) Adanya bidang pelicin pada permukaan batuan, yang

menyebabkan terjadinya gerak massa batuan.

4) Pola penggunaan lahan oleh aktivitas manusia/penduduk dengan

metode pembukaan lahan hutan menjadi kawasan pertanian.

Page 33: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 33/42

Bab I - 33

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

Laporan SLHD Kota KendariTahun 2010

Page 34: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 34/42

Bab I - 34

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

Berdasarkan zona tingkat kerawanannya, ternyata ada sebagian

wilayah yang tidak dapat sama sekali diperuntukkan untuk pemukiman

atau perencanaan pembangunan infrastruktur. Namun kenyataannya

zona tersebut telah berkembang sebagai lahan pemukiman, pertanian

bahkan kecenderungan merambah ke arah bukit semakin meluas.Hasil identifikasi dan evaluasi daerah yang termasuk kawasan

rawan bencana longsor di Kota Kendari sebanyak 44 lokasi seluas

4.140,87 ha yang tersebar pada 6 (enam) Kecamatan, dengan rincian

menurut tingkat bahaya adalah Sangat Rawan 145,366 ha, Rawan/agak

rawan 39.948 ha.

Tabel 1. 9.

Sebaran Daerah Sangat Rawan Longsor Kota Kendari Berdasarkan Kemiringan,

Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan

No. Kecamatan Keluarahan Luas (Ha)

1.

2.

3.

Mandonga

Kendari

Kendari Barat

Labibia

AnggilowuMata

Kampung Salo

Kendari Caddi

Kandai

Jati Mekar 

Kemaraya

Sodoha

Benua-BenuaPunggalobaTipulu

Watu-Watu

Dapudapura

16,199

6,4732,717

0,097

4,79

2,483

0,495

48,441

1,413

2,279,116

27,172

22,507

1,193

Jumlah 145,366

  Sumber : Data Analisis BLH Kota Kendari, 2010

Page 35: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 35/42

Bab I - 35

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

Tabel 1.10.

Sebaran Daerah Rawan Longsor Kota Kendari Berdasarkan Kemiringan,

Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan

No. Kecamatan Keluarahan Luas (Ha)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Abeli

Kendari

Kendari Barat

Poasia

Baruga

Mandonga

Benuanirai

Tondonggeu

Sambuli

Nambo

Petoaha

Tobimeita

Mata

Manggadua

Kampung Salo

Kendari Caddi

Kandai

Jati Mekar 

Gunung Jati

KemarayaSodoha

Benua-Benua

Punggaloba

Sanua

Tipulu

Watu-Watu

Dapudapura

Matabubu

Anggoeya

Rahandouna

Andonouhu

Baruga

LabibiaWawombalata

Alolama

Anggilowu

23,419

38,888

37,618

26,501

101,756

75,937

74,663

77,710

11,561

6,814

28,000

6,006

60,203

239,43226,760

52,016

85,420

38,483

116,955

112,327

3,688

23,988

67,061

24,621

34,856

34,289

89,81522,102

3,579

7,193

Jumlah 39.948

  Sumber : Data Analisis BLH Kota Kendari, 2009

7.3. Kawasan Rawan Bencana Banjir dan Genangan

Hewlet (1982) dalam Asdak (2000) mengartikan banjir sebagai

aliran atau genangan air yang menimbulkan kerugian ekonomi atau

bahkan menyebabkan kehilangan jiwa. Sedangkan pemetaan bahaya

banjir adalah peta yang menyajikan secara keruangan sebaran banjir

pada suatu daerah dengan skala dan simbol tertentu.

Page 36: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 36/42

Bab I - 36

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

Dibyosaputro (2002) mengemukakan didalam pemetaan banjir

ada beberapa hal yang dapat digunakan sebagai petunjuk yang dapat

dipakai diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Tubuh perairan

b. Kenampakan detil geomorfologi dataran rendahc. Penutup vegetasi / land use

d. Kondisi kelembaban tanah

e. Kenampakan buatan manusia sebagai pencerminan adaptasi

manusia terhadap banjir.

Selanjutnya Dibyosaputro mengemukakan bahwa pemetaan

bahaya banjir dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat kerawanannya,

yakni:

1. Tidak rawan ; daerah yang tidak terlanda banjir dan genangan.

2. Rawan : Topografi landai – datar, material aluvial, tekstur tanah halus,

struktur massive, drainase lambat, terlanda banjir, penggenangan

kurang satu hari, frekuensi 1 – 2 tahun.

3. Sangat Rawan : Topografi datar, material aluvial, tekstur tanah halus,

struktur massive, drainase sangat lambat, terlanda banjir, genangan

air > 1 hari, frekuensi < 1 tahun.

Daerah/kawasan rawan banjir dapat diartikan sebagai kawasan

yang pernah mengalami bencana banjir atau belum terjadi tetapi

berpotensi untuk setiap saat terjadi bencana banjir oleh karena berbagai

faktor yang sangat memungkinkan.

Banjir merupakan akibat dari ketidakmampuan kawasan maupun

wilayah DAS untuk menampung air hujan yang jatuh di kawasan/wilayah

tersebut. Banjir tidak hanya melanda wilayah setempat tetapi dapat juga melanda sepanjang DAS. Banjir umumnya merupakan akibat dari

berkurangnya kawasan bervegetasi tetap yang berfungsi sebagai

daerah resapan air.

Page 37: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 37/42

Bab I - 37

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

Hasil Inventarisasi kawasan rawan banjir dibagi menjadi dua

bagian yakni kawasan banjir berdasarkan sejarah dan kawasan yang

berpotensi terjadi bencana banjir, akibat topografi wilayah yang berada

di dataran rendah. Wilayah rawan banjir yang ada di Kota Kendari,

merupakan kawasan yang berada pada kondisi kerendahan (bantaran

kali) dengan akumulasi muara pengaliran air dari kawasan punggungan

yang lebih tinggi. Sedimentasi yang tinggi serta pola aliran drainase yang

belum tertata dengan baik telah membantu terjadinya bencana banjir

dan genangan setiap waktu, sehingga kawasan yang mengalami kondisi

ini adalah kawasan yang sama pada waktu sebelumnya.

Gambar 1.10.

Beberapa Kejadian Banjir dan

Genangan di wilayah Kota Kendari

Sejak Tahun 2010

Page 38: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 38/42

Bab I - 38

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

Tabel 1.11.

Sebaran Daerah Rawan Banjir/Genangan Berdasarkan Sejarah

No. Kecamatan Keluarahan Luas (Ha)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Abeli

Kendari

Kendari Barat

Poasia

Baruga

Mandonga

Kadia

Kambu

Wua-Wua

Puwatu

Nambo

PetoahaKampung Salo

Kendari Caddi

Kandai

Jati Mekar 

Kemaraya

Sodoha

Sanua

Tipulu

Watu-Watu

Dapudapura

LahundapeRahandouna

Andonouhu

Lepo-Lepo

Wundudori

Watubangga

Korumba

Mandonga

Bende

Pondambea

Wowawanggu

Lalolara

KambuBonggoeya

Anaiwoi

Puwatu

Watulondo

Punggolaka

4,634

0,0170.392

1,178

6,252

0,248

12,13

11,272

3,454

9,59

25,193

7,178

10,4118,963

40,482

70,433

48,677

10,028

3,196

59,912

49,587

0,010

0,002

18,056

88,76383,146

2,886

24,336

27,658

4,167

Jumlah 632,251

  Sumber : Data Analisis BLH Kota Kendari, 2010

Tabel 1.12.

Sebaran Daerah Potensi Rawan Banjir Kota Kendari

No. Kecamatan Keluarahan Luas (Ha)

1. Abeli Abeli

Tondonggeu

Sambuli

Bungkutoko

Nambo

Petoaha

Poasia

0,362

23,530

12,24

68,578

18,433

15,682

0,162

Page 39: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 39/42

Bab I - 39

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Kendari

Kendari Barat

Poasia

Baruga

Mandonga

Kadia

Kambu

Wua-Wua

Lapulu

Puday

Purirano

Watu-Watu

Lahundape

Kemaraya

Sodoha

Benua-BenuaPunggaloba

Sanua

Dapudapura

Matabubu

Anggoeya

Rahandouna

Andonouhu

Baruga

Watubangga

Lepo-Lepo

WundudopiKorumba

Wowawanggu

Bende

Lalolara

Kambu

MokoauBonggoeya

29,418

36,574

21,277

12,395

61,794

9,851

5,503

6,0634,523

1,545

9,129

95,040

248,610

213,604

359,817

934,669

633,920

218,502

87,452184,886

6,043

120,353

259,743

416,931

2,68584,126

Jumlah 4.203,440

  Sumber : Data Analisis BLH Kota Kendari, 2010

Page 40: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 40/42

Bab I - 40

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

Laporan SLHD Kota KendariTahun 2010

Page 41: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 41/42

Bab I - 41

Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010

Laporan SLHD Kota KendariTahun 2010

Page 42: 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

7/21/2019 5. Bab 1 Kondisi Lingkungan Dan Kecenderungannya

http://slidepdf.com/reader/full/5-bab-1-kondisi-lingkungan-dan-kecenderungannya 42/42