Upload
dessyana-paulus
View
26
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
OKSIGENASI
A. Fisiologi Pernapasan
Sebagian besar sel dalam tubuh memperoleh energy dari reaksi kimia yang melibatkan
oksigen dan pembuangan karbondioksida. Pertukaran gas pernafasan terjadi antar udara di
lingkungan dan darah. Terdapat tiga langkah dalam proses oksigenasi yakni ventilasi,
perfusi, dan difusi (McCance dan Huether, 1994 dalam Potter & Perry, 2006).
Pernafasan dapat berubah karena kondisi atau penyakit yang mengubah struktur dan
fungsi paru-paru. Otot-oto pernafasan, ruang pleura, dan alveoli sangat penting dalam
ventilasi, perfusi, dan difusi.
a. Ventilasi : merupakan proses untuk menggerakkan gas ke dalam dan keluar par-
paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi oto paru dan toraks yang elastic dan
persarafan yang utuh. Oto pernafasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma
dipersarafi olhe saraf frenik, yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servikal
keempat.
Pernafasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat paru
berkontraksi. Kerja pernafasan ditentkan oleh tingkat kompliansi paru, tahanan jalan
nafas, keberadaan ekspirasi yang aktif, dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan.
Kompliansi merupakan kemampuan paru distensi atau mengembang sebagai respon
terhadap peningkatan tekanan intraalveolar. Kompliansi menurun pada penyakit, seperti
edema pulmonar, interstisial, fibrosis pleura, dan kelainan struktur traumatic, atau
congenital seperti kifosis atau fraktur iga. Surfaktan merupakan zat kimia yang diproduksi
di paru oleh sel tipe dua alveolar yang mempertahankan tegangan permukaan alveolar dan
mecegahnya dari kolaps. Tahanan jalan nafas merupakan perbedaan tekanan antara
mulut dan alveoli terkait dengan kecepatan aliran gas yang diinspirasi. Tahanan jalan
nafas dapat mengalami peningkatan akibat obstruksi jalan nafas, penyakit di jalan nafas
kecil (seperti asma), dan edema trakeal. Jika tahanan meningkat, jumlah udara, jumlah
udara yang melalui jalan nafas anatomis menurun. Ekspirasi merupakan proses pasif
normal yang bergantung pada property recoil elastic dan membutuhkan sedikit kerja otot
atau tidak sama sekali. Recoil elastic dihasilkan oleh serabut elastic di jaringan paru dan
oleh tegangan permukaan dalam cairan yang melapisi alveoli. Klien yang mengalami
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 3
penyakit pulmonary obstruksi kronis lanjut akan kehilangan recoil elastic paru dan
thoraks. Akibatnya kerja nafas klien meningkat.
Otot bantu nafas dapat meningkatkan volume paru selama inspirasi. Klien yang
mengalami penyakit pulmonary obstruksi kronis sering menggunakan oto ini untuk
meningkatkan volume paru. Selama pengkajian perawat dapat mengobservasi peningkatan
klavikula klien selama respirasi. Kompliansi yang meningkat, tahanan jalan nafas yang
meningkat, ekspirasi yang aktif, atau penggunaan oto bantu nafas meningkatkan kerja
pernafasan, ,menyebabkan penggunaan energy meningkat. Untuk memenuhi penggunaan
energy ini, tubuh meningkat kecepatan mentabolismenya dan kebutuhan akan oksigem,
sama seperti eliminasi karbondioksida. Rangkaian ini merupakan siklus sebab akibat pada
klien yang mengalami kerusakan ventilasi.
VOLUME PARU
Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi pulmonary. Spirometer mengukur
volume paru yang memasuki atau yang meninggalkan paru-paru. Variasi volume paru
dapat dihubungkan dengan status kesehatan, seperti kehamilan, latihan fisik, obesitas, atau
kondisi paru yang obstruktif. Jumlah surfaktan, tingkat kompliansi, dan kekuatan otot
bantu pernafasan mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru-paru.
TEKANAN PARU
Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada perubahan tekanan. Tekanan
intrapleura bersifat negative atau kurang dari tekanan atmosfer yakni 760 mmHg pada
permukaan laut. Supaya udara mengalir ke dalam paru-paru, maka tekanan intrapleura
harus lebih negative dengan gradient tekanan antara atmosfer dan alveoli.
b. Perfusi : fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah dan dari
membrane kapiler alveoli sehingga dapat berlangsung pertukaran gas. Sirkulasi
pulmonary merupakan suatu reservoar untuk darah sehingga paru dapat meningkatkan
volume darahnya tanpa peningkatan tekanan dalam arteri atau vena pulmonary yang
besar. Sirkulasi pulmonary juga berfungsi sebagai suatu filter yang menyaring
thrombus kecil sebelum thrombus tersebut mencapai organ-organ vital.
Sirkulasi pulmonary dimulai pada arteri pulmonary yang menerima darah vena yang
membawa campuran oksigen dari ventrikel kanan. Aliran darah yang melalui system ini
bergantung pada kemampuan pompa ventrikel kanan, yang mengeluarkan darah sekitar 4-
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 4
6 l/menit. Darah mengalir dari arteri pulmonary melalui arteriol pulmonary ke kapiler
pulmonary tempat darah kontak dengan membrane kapiler-alveolar dan berlangsung
pertukaran gas pernafasan. Darah yang kaya oksigen kemudia bersirkulasi melalui venula
pulmonary dan vena pulmonary kembali ke atrium kiri. Tekanan dalam system sirkulasi
pulmonary adalah rendah jika dibandingkan dengan tekanan dalam system sirkulasi
sistemik. Tekanan arteri sistolik pulmonary yang normal antara 20-30mmHg, tekanan
diastolic kurang dari 12 mmHg dan tekanan rata-rata kurang dari 20 mmHg. Dinding
pembuluh darah pulmonary lebih tipis daripada dinding pembuluh darah di dalam
sirkulasi sistemik dan berisi lebih sedikit oto halus karena tekanan dan tahanan yang
rendah. Paru-paru menerima curah jantung total dari ventrikel kanan dan tidak
meneruskan aliran darah dari sati daerah ke daerah lain kecuali kasus hipoksia alveolar.
c. Difusi : gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih
tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di
membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan
membrane. Peningkatan ketebalan tersebut membuat gas lebih lama untuk melewati
membrane tersebut. Daerah permukaan membrane dapat mengalami perubahan
sebagai akibat suatu penyakit kronis. Apabila alveoli berfungsi lebih sedikit , maka
daerah permukaan menjadi berkurang.
System transportasi oksigen terdiri dari system paru dan system kardiovaskular. Proses
penghantaran ini bergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi),
aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi, dan kapasitas membawa
oksigen. Kapasitas darah tersebut dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam
plasma, jumlah hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen. Jumlah oksigen dalam
plasma relative kecil hanya sekitar 3 %. Sebagian besar oksigen ditransportasikan oleh
hemoglobin yang berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbondioksida. Molekul
hemoglobin akan bercampur dengan oksigen menjadi oksihemoglobin. Pembentukan
oksihemoglobin dengan mudah berbalik (reversibel) sehingga memungkinkan hemoglobin
dan oksigem berpisah, membuat oksigen menjadi bebas, sehingga oksigen ini bisa masuk
ke dalam jaringan.
Karbondioksida berdifusi ke dalam eritrosit dan dengan cepat dihidrasi menjadi asam
karbonat H2CO3 akibat adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat kemudia berpisah
menjadi ion hydrogen H+ dan ion bikarbonat (HCO3-). Ion hydrogen dibufer oleh
hemoglobin dan HCO3- berdifusi ke dalam plasma. Selain itu beberapa karbondioksida
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 5
yang ada dalam eritrosit bereaksi dengan asam amino membentuk senyawa karbamino.
Reaksi ini dapat terjadi dengan cepat tanpa adanya enzim. Hemoglobin yang berkurang
(deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan karbondioksida lebih mudah daripada
oksihemoglobin. Dengan demikian darah vena mentransportasikan sebagian besar
karbondioksida.
KAPASITAS DAN VOLUME PARU
Volume paru dan kapasitas fungsi paru merupakan gambaran fungsi ventilasi sistem
pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas fungsi paru dapat
diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya kelainan fungsi paru.
1. Volume Paru
Volume paru akan berubah-ubah saat pernapasan berlangsung. Saat inspirasi akan
mengembang dan saat ekspirasi akan mengempis. Pada keadaan normal, pernapasan
terjadi secara pasif dan berlangsung tanpa disadari
Beberapa parameter yang menggambarkan volume paru adalah :
a. Volume tidal (Tidal Volume = TV), adalah volume udara paru yang masuk dan
keluar paru pada pernapasan biasa. Besarnya TV pada orang dewasa sekitar 500 ml.
b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume = IRV), volume udara
yang masih dapat dihirup kedalam paru sesudah inpirasi biasa, besarnya IRV pada
orang dewasa adalah sekitar 3100 ml.
c. Volume Cadangan Ekspirasi (Expiratory Reserve Volume = ERV), adalah volume
udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa, besarnya
ERV pada orang dewasa sekitar 1000-1200 ml.
d. Volume Residu (Residual Volume = RV), udara yang masih tersisa didalam paru
sesudah ekspirasi maksimal sekitar 1100ml. TV, IRV, ERV dapat langsung diukur
dengan spirometer, sedangkan RV = TLC – VC
2. Kapasitas Fungsi Paru
Kapasitas paru merupakan jumlah oksigen yang dapat dimasukkan kedalam tubuh atau
paru-paru seseorang secara maksimal. Jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke
dalam paru ditentukan oleh kemampuan kembang kempisnya sistem pernapasan.
Semakin baik kerja sistem pernapasan berarti volume oksigen yang diperoleh semakin
banyak. Yang termasuk pemeriksaan kapasitas fungsi paru adalah :
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 6
a. Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity = IC), adalah volume udara yang masuk
paru setelah inspirasi maksimal atau sama dengan volume cadangan inspirasi
ditambah volume tidal (IC = IRV + TV).
b. Kapasitas Vital (Vital Capacity = VC), volume udara yang dapat dikeluarkan
melalui ekspirasi maksimal setelah sebelumnya melakukan inspirasi maksimal
(sekitar 4000ml). Kapasitas vital besarnya sama dengan volume inspirasi cadangan
ditambah volume tidal (VC = IRV + ERV + TV).
c. Kapasitas Paru Total (Total Lung Capasity = TLC), adalah kapasitas vital ditambah
volume sisa (TLC = VC + RV atau TLC = IC + ERV + RV).
d. Kapasitas Residu Fungsional (Functional Residual Capasity = FRC ), adalah volume
ekspirasi cadangan ditambah volume sisa (FRC = ERV + RV).
B. Definisi Oksigenasi
a) Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan
dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktivitas nberbagai organ atau sel.(Hidayat, A. Aziz
Alimul, 2009.)
b) Oksigenasi adalah salah satu komponen
gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan
hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara
menghirup O2 setiap kali bernapas. Masuknya O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh
sistem respirasi kardioaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah, Tarwoto.2003).
c) Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis
yang paling penting. Tubuh bergantung pada oksigen dari waktu ke waktu untuk
bertahan hidup. Oksigen harus secara adekuat diterima dari lingkungan ke dalam paru-
paru, pembuluh darah, dan jaringan. Pada beberapa titik dalam kehidupannya, klien
berisiko untuk tidak memenuhi kebutuhan oksigen mereka. Kebutuhan tersebut
mungkin kronik, seperti pada penyakit emfisema. Keadaan demikian dapat terpenuhi
kebutuhannya dengan pemberian oksigen dengan menggunakan kanula atau masker,
fisioterapi dada, dan cara pengeluaran sputum. Tujuan pemberian oksigenasi adalah
mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan untuk menurunkan kerja paru-
paru dan jantung.(Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik:2005.vol.1,hlm.613)
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 7
C. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenisasi dan
Proses Oksigenasi
Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi, kardiovaskuler, dan
keadaan hematologi.
a. Sistem respirasi (pernapasan)
Sistem pernafasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu ParuParu-paru dan
Sebuah pompa ventilasi yg terdiri dari atas dinding dada, otot-otot pernafasan,
ototdiafragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak.Pada
keadaan istirahat frekuensi pernafasan antara 12-15 kali/mnt.
Bernafas atau pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu
dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang
(ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1) Ventilasi
Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru
atau sebaliknya.Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada
perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi,
dada ,mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan
ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
Tekanan udara atmosfir
Jalan nafas yang bersih
Pengembangan paru yang adekuat
2) Difusi
Difusi adalah pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus
dan kapiler paru-paru. Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang
lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan
pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran
respirasi.
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 8
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi
membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien
tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar
40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
Luas permukaan paru
Tebal membran respirasi
Jumlah darah
Keadaan/jumlah kapiler darah
Afinitas
Waktu adanya udara di alveoli
3) Transpor
Tranpor adalah pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.Oksigen perlu
ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 %
oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa
ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam
cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
Curah jantung (cardiac Output / CO)
Jumlah sel darah merah
Hematokrit darah
Latihan (exercise)
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 9
b. Sistem Kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung
utk memompa darah sebagai transpor oksigen.Darah masuk ke atrium kiri dari vena
pulmonaris.Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup aorta.
Kemudian dari aorta darah disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik Melalui arteri,
arteriol dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yg kemudian dialirkan ke
jantung melalui atrium kanan.Darah dari atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan
melalui katup trikuspidalis kemudian keluar ke arteri pulmonaris melalui katup
pulmonalis kmd dialirkan ke paru2 kanan dan kiri utk berdifusi.
Darah mengalir di dlm vena pulmonalis kembali ke atrium kiri dan bersikulasi
scr sistemik. Sehingga tidak adekuatnya sirkulasi sistemik berdampak pada
kemampuan transpor gas oksigen dan karbon dioksida.
c. Hematologi
Oksigen membutuhkan transpor dari paru2 ke jaringan dan karbon dioksida dari
jaringan ke paru2.sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yg telah berikatan
dgn hemoglobin (Hb) dan 3% oksigen larut dalam plasma.
D. Faktor Yang Mempengeruhi Oksigenasi
1. Fisiologis
Tabel 1. Proses Fisiologis yang Mempengaruhi Oksigenasi (Potter & Perry, 2006)
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 10
Proses Pengaruh Pada Oksigenasi
Anemia Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen
Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen
Obstruksi jalan nafas Membatasi pengiriman oksigen yang diinspirasi ke alveoli
Dataran tinggiMenurunkan konsentrasi oksigen inspirator karena
konsentasi oksigen atmosfer yang lebih rendah.
DemamMeningkatkan frekuensi metabolism dan kebutuhan
oksigen di jaringan.
Penurunan pergerakan
dinding dada (kerusakan
muskulo)
Mencegah penurunan diafragma dan menurunkan diameter
anteroposterior thoraks pada saat inspirasi, menurunkan
volume udara yang diinspirasi.
Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada :
- Kehamilan
- Obesitas
- Kelainan musculoskeletal
- Konfigurasi structural yang abnormal
- Trauma
- Penyakit otot
- Penyakit system persarafan
- Perubahan system saraf pusat
- Pengaruh penyakit kronis.
2. Perkembangan
a. Bayi premature : berisiko terkena penyakit membrane hialin, yang diduga
disebabkan defisiensi surfaktan. Kemampuan paru untuk mensintesis surfaktan
berkembang lambat pada masa kehamilan, yakni pada sekitar bulan ke tujuh dan
demikian bayi preterm tidak memiliki surfaktan.
b. Bayi dan toddler : berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) hasil
pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap dari rokok. Selain itu, selama
proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang kongesti nasal yang
memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan potensi terjadinya ISPA.
ISPA yang sering doalami adalah nasofaringitis, faringitis, influenza, dan tonsillitis.
c. Anak usia sekolah dan remaja : mengisap rokok dan asap rokok.
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 11
d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan : factor risiko nya berupa diet yang tidak
sehat, kurang latihan fisik, obat-obatan, dan merokok.
e. Lansia : plak arteriosklerosis sehingga tekanan darah sistemik meningkat,
kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia berhubungan dengan
osteoporosis, dan kalfisifikasi tulang rawan kosta, otot otot pernafasan melemah dan
sirkulasi pembuluh darah menjadi kurang dapat berdistensi, jumlah silia fungsional
menurun.
3. Perilaku
- Nutrisi : obesitas menyebabkan penurunan ekspansi paru, meningkatkan kebutuhan
oksigen karena metabolism, berisiko anemia.
- Latihan fisik : meningkatkan aktivitas metabolism dan kebutuhan oksigen. Individu
yang melakuka latihan fisik 3-4 kali dakam satu minggu selama 20-40 minggu
memiliki frekuensi nadi dan tekanan darah yang lebih rendah.
- Merokok : dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, penyakit
paru obstrukti kronis, dan kanker paru.
- Penyalahgunaan substansi : kadang kala memiliki asupan nutrisi yang buruk akibat
penggunaan alcohol dan obat-obatan dan dapat mendepresi pernafasan, menurunkan
frekuensi dam kedalaman pernafasan dan jumlah oksigen yang diinhalasi.
4. Lingkungan
- Daerah perkotaan (polutan berupa debu)
- Ansietas : akan meningkatkan laju metabolism tubuh dan kebutuhan akan oksigen.
Tubuh berespon terhadap ansietas akan meningkatkan frekuensi dan kedalaman
pernafasan.
5. Faktor Emosi
Percepatan frekuensi nadi merupakan suatu reaksi tubuh terhadap emosi seperti takut,
cemas dan marah. Menerangkan bahwa kerja jantung dipengaruhi oleh impuls dari
pusat yang lebih tinggi di otak dengan jalan hypotalamus yang menstimulasi pusat
cardiac (Penghambat dan pemacu jantung) di medulla otak. Jaringan penggerak pusat
tersebut membawa impuls ke para sympatis nerves dan sympatis yang kemudian
mengirim impuls ke jantung.
6. Faktor Kesehatan
Pada orang sehat, sistem cardio vaskuler sering mempengaruhi distribusi oksigen dalam
sel tubuh. Penyakit sistem pernafasan dapat menyebabkan hypoxemia, karena
hemoglobin membawa oksigen dan karbondioksida.
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 12
7. Faktor Latihan
Latihan fisik atau aktifitas meningkatnya pernafasan dan kebutuhan oksigen dalam
tubuh. Mekanisme yang mendasarinya tidak banyak diketahui. Walaupun demikian hal
ini menerangkan bahwa beberapa faktor yang terlibat didalamnya antara lain kimiawi,
neural dan perubahan.
8. Faktor Gaya hidup
Penting untuk mengkaji gaya hidup seseorang khususnya kebutuhan oksigen. Data
menunjukkan bahwa merokok dan penghisapan udara berpolusi dapat memberikan
indikasi atau gambaran keadaan paru seseorang.
E. Mekanisme dan Jenis Pernafasan
Bernapas, yang juga disebut ventilasi, adalah gerakan udara dari luar tubuh ke dalam
bronkus beserta cabangnya dan alveoli, diikuti oleh pembalikan dari gerakan udara.
Tindakan bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan udara disebut inspirasi atau inhalasi
dan ekspirasi atau ekshalasi. 5
1. Inspirasi
Inspirasi adalah fase aktif ventilasi karena ini adalah fase di mana diafragma dan
musculus intercostalis externus kontraksi (Gambar 7). Dalam keadaan yang santai,
diafragma berbentuk kubah; selama inspirasi dalam, diafragma kontraksi dan mendatar
(menurun). musculus intercostalis externus kontraksi, dan tulang rusuk bergerak ke
atas dan ke luar. Setelah kontraksi diafragma dan musculus intercostalis externus,
volume rongga dada akan lebih besar daripada sebelumnya. Dengan meningkatnya
volume toraks, memperluas paru-paru. Sekarang udara tekanan dalam alveoli (disebut
tekanan intrapulmonari) menurun, menciptakan vakum parsial. Dengan kata lain,
tekanan alveolar sekarang kurang dari tekanan atmosfer (tekanan udara luar paru-
paru), dan udara secara alami akan mengalir dari luar tubuh ke saluran pernapasan dan
masuk ke alveoli.
Penting untuk menyadari bahwa udara masuk ke dalam paru-paru karena telah
membuka; udara tidak memaksa paru-paru terbuka. Itulah sebabnya mengapa
terkadang dikatakan bahwa manusia bernapas dengan tekanan negatif. Pembentukan
vakum parsial dalam alveoli menyebabkan udara masuk paru-paru. Sementara inspirasi
adalah fase aktif bernapas, aliran udara aktual ke alveoli bersifat pasif.
Inspirasi
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 13
1. Impuls saraf perjalanan pada saraf frenikus untuk serat otot di diafragma, dan
diafragma kontraksi
2. Diafragma bergerak ke bawah berbentuk kubah, rongga dada mengembang
3. Pada saat yang sama, musculus intercostalis externus kontraksi, meningkatkan
dan memperluas rusuk torakalis sehingga rongga lebih luas.
4. Penurunan tekanan intra-alveolar.
5. Tekanan atmosfer yang lebih besar di luar, membuat udara masuk ke saluran
pernapasan menuju alveoli.
6. Paru-paru terisi oleh udara.
Inspirasi
Gambar 7
2. Ekspirasi
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 14
Biasanya, ekspirasi adalah fase pasif dari ventilasi, dan tidak ada upaya dibutuhkan
untuk mewujudkannya. Selama ekspirasik, diafragma dan otot-otot interkostal
relaksasi. Oleh karena itu, diafragma membentuk kubah dan tulang rusuk bergerak ke
bawah (Gambar 8). Saat volume rongga toraks berkurang, paru-paru bebas untuk
mundur. Sekarang tekanan udara dalam alveoli (tekanan intrapulmonari) meningkat di
atas tekanan atmosfer udara secara alami akan mengalir ke luar tubuh .
Kehadiran surfaktan menurunkan tegangan permukaan dalam alveoli. Surfaktan
juga, sebagai pengerut paru-paru, tekanan antara dua lapisan pleura menurun, dan ini
cenderung membuat alveoli tetap terbuka. Pentingnya tekanan intrapleural dikurangi
ditunjukkan saat kecelakaan, yaitu udara memasuki ruang intrapleural.
Sementara inspirasi adalah fase aktif pernapasan, ekspirasi biasanya pasif yaitu,
diafragma dan musculus intercostalis externus relaksasi saat berakhir. Namun, ketika
bernapas lebih dalam dan / atau lebih cepat, berakhirnya juga dapat aktif. Kontraksi
musculus intercostalis internus dapat memaksa tulang rusuk bergerak ke bawah dan ke
dalam.
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 15
Ekspirasi
Ekspirasi 5
1. Diafragma dan musculus intercostalis externus relaksasi.
2. Jaringan elastis paru-paru dan toraks kandang, yang yang membentang
selama inspirasi, tiba-tiba mengerut, dan tegangan permukaan dinding
alveolar menurun
3. Jaringan sekitar paru-paru meningkatkan tekanan intra-alveolar.
4. Udara keluar dari paru-paru.
Jenis Pernapasan
a. Pernapasan Dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga
rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
2) Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang
rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga
dada menjadi kecil.Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih
besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon
dioksida keluar.
b. Pernapasan perut
Pernapasan perut berlangsung dalam dua tahap, yaitu :
1) Fase inspirasi, terjadi bila otot diafragma berkontraksi, diafragma mendatar
mengakibatkan volume rongga dada membesar sehingga tekanan udaranya
mengecil dan diikuti paru-paru yang mengembang mengakibatkan tekanan
udaranya lebih kecil dari tekanan udara atmosfer dan udara masuk.
2) Fase ekspirasi, diawali dengan otot diafragma berelaksasi dan otot dinding perut
berkontraksi menyebabkan diafragma terangkat dan melengkung menekan rongga
dada, sehingga volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat sehingga
udara dalam paru-paru keluar. Pernapasan perut umumnya terjadi saat tidur.
Jenis – jenis respirasi :
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 16
1) Pernapasan Eupnoe : Pernafasan normal dan tenang.
Proses pernapasan normal terdiri dari :
- IRV (Inspiration Reserve Volume)
Jumlah udara yang masuk paru pada pernapasan normal, kurang lebih 1500 cc.
- TV (Tidal Volume)
Jumlah udara yang keluar masuk paru pada pernafasan normal 500 cc.
- ERV (Expiration Reserve Volume)
Jumlah udara yang keluar dari paru setelah ekspirasi 1000 cc
- RV (Residual Volume)
Jumlah udara yang tertinggi dalam paru setelah ekspirasi maksimum 1200 cc
2) Pernapasan Cheyne stokes : Pernafasan kadang-kadang apnoe, frekuensi pernafasan
di bawah 20x/menit.
3) Pernafasan Biot : Pernafasan yang tidak teratur ritmenya dan kadang-kadang diikuti
apnoe
4) Pernafasan Kussmaul : Pernapasan yang kadang-kadang cepat dan lambat sehingga
frekuensi tidak teratur.
F. Mekanisme Pertukaran Gas
1. Pengangkutan O2
Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan tubuh,
melalui proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan berdifusi menembus
selaput alveolus dan berikatan dengan haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebut
deoksigenasi dan menghasilkan senyawa oksihemoglobin (HbO).
Sekitar 97% oksigen dalam bentuk senyawa oksihemoglobin, hanya 2 – 3% yang larut
dalam plasma darah akan dibawa oleh darah ke seluruh jaringan tubuh, dan selanjutnya
akan terjadi pelepasan oksigen secara difusi dari darah ke jaringan tubuh.
2. Pengangkutan CO2
Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses respirasi sel akan berdifusi ke dalam
darah yang selanjutnya akan diangkut ke paru-paru untuk dikeluarkan sebagai udara
pernapasan.
Ada 3 (tiga) cara pengangkutan CO2 :
1) Sebagai ion karbonat (HCO3), sekitar 60 – 70%.
2) Sebagai karbominohemoglobin (HbCO2), sekitar 25%.
3) Sebagai asam karbonat (H2CO3) sekitar 6 – 10%.
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 17
G. Masalah Kebutuhan Oksigenasi
a. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen
dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di
tingkat sel, tanda yang muncul seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum,
terjadinya hipoksia ini disebabkan karena menurunnya kadar Hb menurunnya difusi
O, dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi
yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.
b. Perubahan Pola Pernapasan
1) Tachypnea merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi melebihi 24 kali per
menit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi
emboli.
2) Bradypnea merupakan pola pernapasan yang ditandai dengan pola lambat,
kurang lebih 10 kali permenit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan
peningkatan tekanan intrakranial yang disertai dengan konsumsi obat-obatan
narkotika atau sedatif.
3) Hiperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah
oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai
dengan adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada,
menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain. Keadaan demikian dapat disebabkan
karena adanya infeksi, ketidakseimbangan asam-basa atau gangguan psikologis.
Apabila pasien mengalami hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnea, yaitu
berkurangnya CO, tubuh di bawah batas normal, sehingga rangsangan terhadap
pusat pernapasan menurun.
4) Kusmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan
pada orang dalam keadaan asidosis metaholik.
5) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida
dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya
dalam penggunaan oksigen dengan ditandai adanya nyeri kepala, penurunan
kesadaran, disorientasi atau ketidakseimbangan eletktrolit yang dapat terjadi
akibat atelektasis, otot-otot pernapasan lumpuh, depresi pusat pernapasan,
tahanan jalan udara pernapasan meningkat, tahanan jaringan paru dan toraks
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 18
menurun, compliance paru, dan toraks menurun. Keadaan demikian dapat
menyebabkan hiperkapnea yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga paCO2
meningkat (akibat hipoventilasi) akhirnya menyebabkan depresi susunan saraf
pusat.
6) Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat: saat pernapasan. lial ini dapat
disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja
berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
7) Orthopnea merupakan keesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau
berdiri dan pola ini sering, ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif
paru.
8) Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mulamula naik
kemudian menurun dan berhenti dan kemudian mulai dari siklus baru
9) Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan di mana dinding paru bergerak
berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan
atelektaksis.
10) Biot merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes akan
tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan
selaput otak, tekanan intrakranial yang meningkat, trauma kepala, dan lain-lain.
11) Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena pe;nyempitan pada
saluran pernapasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea, atau
obstruksi laring.
c. Obstruksi Jalan Napas
Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi individu mengalami ancaman pada
kondisi pernapasannya terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif, yang
dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi,
imobilisasi, stasis sekresi dan batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti
CV/1 (cerebro vaskular accident), akibat.efek pengobatan sedatif, dan lain-lain.
Tanda Klinis:
a) Batuk tidak efektif atau tidak ada.
b) Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas.
c) Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.
d) Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.
d. Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisiindividu mengalami penurunan gas baik
oksigen maupun karbon dioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 19
disebabkan oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf,
depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru. '1`erjadinya gangguan
pertukaran gas ini menunjukkan penurunan kapasitas difusi Yang antara lain
disebabkan oleh menurunnYa luas pcrmukaan difusi, menebalnya membran alveolar
kapiler, rasio ventilasi perfusi tidak baik dan dapat menyebabkan pengangkutan Cy,
dari paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan
CO2„ dan terganggunya aliran darah.
Tanda Klinis:
Dispnea pada usaha napas.
Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.
Agitasi.
Lelah, letargi.
Meningkatnya tahanan vaskular paru.
Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya paCO2
Sianosis.
H. Pemberian Terapi Oksigen
Di rumah sakit:
1. Cara pemberian arus rendah:
1) Kanula hidung
Adalah suatu pipa plastic lunak dengan ujung buntu yang dikaitkan ke telinga dan
di bawah leher. Dapat pipakai untuk dewasa, anak, dan bayi. Kanula dihubungkan
dengan pipa kecil dan disambung ke humidifier. Kecepatan aliran antara 2-6
L/menit. FiO2 0,28-0,4.
2) Masker
Dipergunakan bila level oksigen yang diberikan lebih tinggi dibandingkan kanula
hidung.
Terdiri dari beberapa jenis:
a. Masker simple
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 20
Digunakan pada wajah dengan mengikatkan pita kepala plastic. Kecepatan
aliran oksigen bervariasi antara 5-10L/menit, FiO2 0,3-0,6.
b. Masker reservoir
Terdiri dari:
1. Masker rebreathing
2. Masker nonrebreathing
Kedua masker tersebut beratnya ringan, platik transparan dengan reservoir
di bawah dagu. Perbedaan kedua masker ini adalah pemakaian katup.
Reservoir umumnya menampung sampai 600 mL.
Pada masker nonrebreathing dihubungkan dengan katup/klep di antara
reservoir dan masker.
Dengan adanya klep, pada waktu ekspirasi udara dapat keluar melalui
lubang samping antara katup dan reservoir, sehingga saat inspirasi hanya
oksigen yang dihisap reservoir.
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 21
Kecepatan aliran 10-12 L/menit, FiO2 0,35-1.
2. Cara pemberian arus tinggi:
1) Venturi mask
Konsentrasi O2 terbentuk dalam masker dengan udara di dalamnya, dengan cara ini
oksigen diberikan dengan angka pasti. Alat yang digunakan nonaerosol dengan
persen tetap (24, 28, 31, 36, 40, 50%).
2) Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
Sistem CPAP dengan regulator digunakan melalui sebuah flow meter menuju
masker dan diakhiri dengan sebuah alat yang dapat mengukur tekanan antara 2,5-20
cmH2O. Masker dipasang pada wajah menggunakan pengikat kepala.
Pemberian Oksigen di rumah:
Alat penghasil oksigen yang dapat digunakan di rumah adalah:
1. Silinder
Bentuk besar dengan ukuran 240-622 L, lama pemberian 2-5,5 jam bila digunakan
dengan kecepatan aliran 2 L/menit.
Digunakan pada pasien yang tidak banyak bergerak.
Harga relative murah.
Jika habis, perlu penggantian silinder.
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 22
2. Sistem Oksigen liquid
Ringan, bila digunakan dengan kecepatan aliran 2 L/menit, lama pemberiian 7 hari
dapat dibawa sambil berjalan
Harga lebih mahal, dapat diisi ulang.
3. Konsentrator
Mengambil udara ruangan.
Memiliki sistem filtrasi partikel besar, bakteri, gas non O2.
Menggunakan listrik, tidak membutuhkan isi ulang.
Keamanan
Untuk pasien :
- Memastikan bahwa selangnya benar-benar masuk ke dalam saluran pernapasan.
- Selang atau kateter yang masuk ke dalam saluran napas harus steril.
- Tabung oksigennya dijauhkan dari jangkauan api.
Hal yang harus dilaporkan dan didokumentasikan
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 23
a. Observasi dan catat terhadap penurunan kecemasan, peningkatan
pengetahuan, penurunan kelemahan, penurunan frekuensi nafas, perubahan warna
kulit, peningkatan saturasi oksigen.
b. Monitor dan dokumentasikan hasil analisa gas darah dan pulse oksimetri untuk
menilai keefektifan terapi oksigen. Therapy Oksigen berhasil jika : Nilai PaO2 dan
PaCO2 yang diharapkan tercapai : PaO2 = ( 4 – 5 ) x FiO2.
c. Monitor dan dokumentasikan kulit disekitar telinga, hidung , mukosa
hidung terhadap iritasi.
d. Monitor dan dokumentasikan terjadinya efek samping / bahaya terapi oksigen
yang lain.
e. Observasi dan catat posisi alat (kanula/masker, dll) yang tepat pada
pasien .Catat metode yang digunakan, berapa liter/ menit alirannya atau berapa FiO2
yang diberikan.
Resiko Terapi Oksigen
Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi bila
oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari.
Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang
sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak
alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis.
Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada
bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan kepada
manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi, menimbulkan distres
substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam
mengakibatkan kerusakan jaringan paru.
Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2, selanjutnya
mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan pemadatan jaringan paru
(displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi ini adalah retinopti
prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan jaringan vaskuler opak pada
matayang dapat mengakibatkan kelainan penglihatan berat. Pemberian O2 100% pada
tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi trakeobronkial, tetapi juga kedutan
otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa pening, kejang dan koma. Pajanan terhadap O2
tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik) dapat menghasilkan peningkatan jumlah O2
terlarut dalam darah. Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat memudahkan terjadinya
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 24
kebakaran, oleh karena itu klein dengan terapi pemberian oksigen harus menghindari :
Merokok, membuka alat listrik dalam area sumber oksigen, menghindari penggunaan
listrik tanpa “Ground”.
I. Spirometri
Suatu prosedur pemeriksaan dengan menggunakan alat spirometer yang bertujuan
untuk mengukur ventilasi yaitu mengukur volume statik dan volume dinamik paru.
Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat volume
udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut spirometri. Bentuk
spirometri dasar yang khas dilukiskan pada Gambar 11. Spirometer ini terdiri dari sebuah
drum yang dibalikkan di atas bak air dan drum tersebut diimbangi oleh suatu beban. Dalam
drum terdapat gas untuk bernapas, biasanya udara atau oksigen; dan sebuah pipa yang
menghubungkan mulut dan ruang gas. Apabila seseorang bernapas dari dan ke dalam ruang
ini, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai di atas gulungan kertas yang
berputar.
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 25
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 26
Pemeriksaan Spirometri
Indikasi Spirometri
Diagnostik
Untuk mengevaluasi gejala, tanda atau tes laboratorium abnormal
Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru
Untuk layar berisiko individu memiliki penyakit paru
Untuk menilai risiko pra-operasi
Untuk menilai prognosis
Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas fisik berat program
Monitoring
Untuk menilai intervensi terapeutik
Untuk menggambarkan perjalanan penyakit yang mempengaruhi fungsi paru-paru
Untuk memantau orang terkena agen merugikan
Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru diketahui
Penurunan nilai evaluasi
Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 27
Untuk menilai risiko sebagai bagian dari evaluasi asuransi
Untuk menilai orang karena alasan hukum
Kesehatan masyarakat
Survei epidemiologi
Penurunan persamaan referensi
Penelitian klinis (PFT2)
Kontra Indikasi
• Absolut: Tidak ada
• Relatif :
• Kondisi akut yang dapat mempengaruhi pemeriksaan: muntah, vertigo
• Hemoptisis, penumothorax
• Pasca bedah: Abdomen, thorax, mata
• Infark miokard akut dalam 1 bulan terakhir dan atau angina tidak stabil
Caranya :
1. Pointer vitalometer disesuaikan dengan tanda nol
2. Aktivitas gagang vitalometer itu terhubung ke mulut pasien
3. Pasien diminta untuk mengeluarkan napas biasanya ke spirometer setelah inspirasi
normal melalui hidung untuk merekam volume tidal
4. Pointer disesuaikan kembali lagi ke nol.
5. The subjek diminta untuk mengeluarkan napas paksa ke spirometer pada akhir
berakhirnya normal setelah inspirasi biasa melalui hidung dan mencatat volume
cadangan ekspirasi
6. Pointer telah disesuaikan kembali lagi ke nol.
7. Pasien diminta untuk membuat inspirasi dalam melalui hidung dengan mulut di mulut,
sekarang lubang hidung ditutup dengan tangannya sendiri dan diminta untuk
mengeluarkan napas secara paksa untuk maksimum melalui mulut ke spirometer.
Kapasitas vital direkam.
8. Prosedur di atas diulang tiga kali dengan jarak 2 menit interval di antara dan nilai
tertinggi dilaporkan.7
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 28
Spirometri
J. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Oksigenasi
1. Pengkajian Keperawatan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
a) Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui
hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat
pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya /
penyakitnya.
b) Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada
saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time).
c) Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 29
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
d) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah /
penyakit yang sama.
e) Riwayat social
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
f) Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya.
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup.
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapy.
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapy.
g) Riwayat spiritual
h) Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak,
eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris.
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak.
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada
bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping
sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis
klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter
tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior
dan tranversal adalah 1 : 2 Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :
Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal
sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 30
depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan
dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter
antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-
posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1. Kelainan tulang
belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke
depan atau punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang
belakang ke salah satu sisi.
Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah
pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24
x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau
tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt,
atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16
x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan. Perlu juga dikaji
volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara
dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang
ditandai dengan pernapasan yang lambat. Perlu juga dikaji sifat pernapasan
apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan yang ditandai
dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan
yang ditandai dengan pengembangan perut. Perlu juga dikaji ritme/irama
pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler, ataukah klien
mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian
menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu
pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan
yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas
yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu
kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri. Perlu juga
dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur
yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu
bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing
yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak
atau bergelembung dan didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi
napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi. Perlu juga dikaji
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 31
batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu batuk
yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan
keras tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah.
Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah
takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu
denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri
yang tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu
keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu
suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu
berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal
atau eksternal, atau cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa
membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb,
ataukah clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat
kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa,
peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih
terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih
besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1) Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas. Tanda-
tandanya :
Bunyi napas yang abnormal.
Batuk produktif atau non produktif.
Cianosis.
Dispnea.
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 32
Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi.
Kecelakaan atau trauma (trakheostomi).
Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada.
Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan.
Hilangnya kesadaran akibat anasthesi.
Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit
untuk di expektoran.
Immobilisasi.
Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi.
2) Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak
akuat. Tanda-tandanya :
Dispnea.
Peningkatan kecepatan pernapasan.
Napas dangkal atau lambat.
Retraksi dada.
Pembesaran jari (clubbing finger).
Pernapasan melalui mulut.
Penambahan diameter antero-posterior.
Cianosis, flail chest, ortopnea.
Vomitus.
Ekspansi paru tidak simetris.
Kemungkinan faktor penyebab :
Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri.
Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat
anasthesi.
Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan
kolaps paru.
CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli.
Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi.
Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan
spasme bronchial atau oedema.
Penimbunan CO2 akibat penyakit paru.
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 33
3) Gangguan pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis
respiratori.
4) Penurunan kardiak output
Tanda-tandanya :
Kardiak aritmia.
Tekanan darah bervariasi.
Takikhardia atau bradikhardia.
Cianosis atau pucat.
Kelemahan, vatigue.
Distensi vena jugularis.
Output urine berkurang.
Oedema.
Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)
Kemungkinan penyebab :
Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung.
Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan
reaksi kegagalan jantung.
Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit.
Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah.
3. Intervensi Keperawatan
a) Mempertahankan terbukanya jalan napas
Pemasangan jalan napas buatan
Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang
dimasukkan ke dalam mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari
lingkaran trakhea untuk memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi
Rute pemasangan :
Orotrakheal : mulut dan trachea.
Nasotrakheal : hidung dan trachea.
Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang
diciptakan pada lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3.
Intubasi endotrakheal.
Latihan napas dalam dan batuk efektif
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 34
Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi
Cara kerja :
Pasien dalam posisi duduk atau baring.
Letakkan tangan di atas dada.
Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang.
Tahan napas untuk beberapa detik.
Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi.
Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali.
Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu
keluarkan secara cepat disertai batuk yang bersuara.
Ulangi sesuai kemampuan pasien.
Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada
daerah bekas operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk,
untuk menghindari terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri.
Posisi yang baik
Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru
maksimal karena isi abdomen tidak menekan diafragma.
Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan
posisi, ambulasi dan latihan
Pengisapan lendir (suctioning)
Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan
napas, suction dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakheal
atau trakheostomi tube.
Pemberian obat bronchodilator
Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa
bronkhus dan spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan
pertukaran udara.
Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi
atau menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.
b) Mobilisasi sekresi paru
Hidrasi
Cairan diberikan 2±secara oral dengan cara menganjurkan pasien
mengkonsumsi cairan yang banyak - 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas
kemampuan/cadangan jantung.
Humidifikasi
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 35
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.
Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di
dalam pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam
bronkhus dan trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap
sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur atau istirahat.
Tekniknya :
Sebelum postural drainage, lakukan :
Nebulisasi untuk mengalirkan secret.
Perkusi sekitar 1 - 2 menit.
Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode.
Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
c) Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru
Latihan napas
Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui
peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui
pengontrolan pernapasan
Jenis latihan napas :
Pernapasan diafragma.
Pursed lips breathing.
Pernapasan sisi iga bawah.
Pernapasan iga dan lower back.
Pernapasan segmental.
Pemasangan ventilasi mekanik
Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran /
penghembusan udara ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat
mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam periode yang lama.
Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.
Pemasangan chest tube dan chest drainage
Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur
thorakik, satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui
pembedahan dinding dada dan dihubungkan ke sistem drainage.
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 36
Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open
pneumothoraks, flail chest.
Tujuannya :
Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau
rongga thoraks dan rongga mediastinum.
Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal
kardiorespirasi pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis
dengan membuat tekanan negatif dalam rongga pleura.
Tipenya :
The single bottle water seal system.
The two bottle water.
The three bottle water.
d) Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia.
Dengan pemberian O2 dapat melalui :
Nasal canule
Bronkhopharingeal khateter
Simple mask
Aerosol mask / trakheostomy collars
ETT (endo trakheal tube)
e) Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output
Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :
Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas.
Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau mulut ke
hidung.
Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi
buatan.
Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :
Health promotion
Ventilasi yang memadai
Hindari rokok
Pelindung / masker saat bekerja
Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)
Pakaian yang nyaman
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 37
Health restoration and maintenance
Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan secret.
Teknik batuk dan postural drainage.
Suctioning.
Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler,
significant other.
Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang
bermanfaat, fasilitasi lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang
sesuai, ROM.
Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian
tipis dan hangat, hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas,
atur posisi.
Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan
makanan yang mudah dikunyah dan dicerna.
Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan
ajarkan latihan.
Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan prinsip
medikal asepsis.
Terapi O2.
Terapi ventilasi.
Drainage dada.
4. Implementasi Keperawatan Dan Evaluasi
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi dilakukan sesuai
tujuan dan kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses.
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN “Veteran” Jakarta 38