Upload
lydan
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam pelaksanaan
sebuah penelitian. Penggunaan sebuah metode dalam penelitian bertujuan agar
dapat memperoleh data yang akhirnya akan mengungkap permasalahan yang
hendak diselesaikan. Sugiyono (2009:2) berpendapat: “Metode penelitian pada
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu.” Mengenai bentuk dan jenis metode penelitian yang digunakan
dalam sebuah penelitian biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam sebuah penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah causal-
comparative research. Fraenkel & Wallen (1992:317) mengungkapkan :
Causal-comparative research allows researchers to investigate the possibility of causal relationship among variables that cannot, as in experimental research, be manipulated. In a causal-comparative study, two groups that are different on particular variable are compared on another variable.
Penelitian kausal-komparatif memungkinkan peneliti untuk menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab akibat antara variabel, dalam studi kausal-
komparatif, dua kelompok yang berbeda pada variabel tertentu dibandingkan pada
variabel lain. Fraenkel & Wallen (19922:317) juga mengungkapkan, karena
kejadian atau variabel bebas yang mempengaruhi telah dilaksanakan atau telah
terjadi, penelitian causal-comparative disebut juga sebagai penelitian ex post
57
facto. Seperti diungkapkan oleh Fraenkel & Wallen (19922:317) bahwa, “since
both the effect(s) and the all alleged cuse(s) have already occurred, and hence are
studied in retrospect, causal comparative research is also referred to sometimes
as ex post facto (from the latin for "after the fact") research”. Hal ini senada
dengan yang diungkapkan oleh Nazir (2005:59), metode penelitian komparatif
adalah bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian
telah selesai atau sudah berlangsung. Peneliti dapat melihat akibat dari satu
fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang tersedia.
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi ada
variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi),
(Sugiyono, 2009:59). Komparatif yaitu membandingkan keberadaan satu variabel
atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda. Metode kausal-komparatif
dasar melibatkan memilih dua atau lebih kelompok yang berbeda pada variabel
tertentu dan membandingkan mereka pada variabel atau variabel lain. (Fraenkel &
Wallen, 1993:321).
Desain dasar penelitian kausal komparatif meliputi pemilihan atau lebih
kelompok yang berbeda berdasarkan variabel tertentu yang menjadi perhatian dan
membandingkannya berdasarkan variabel atau beberapa variabel lainnya (Adang
Suherman, 2002:18). Selanjutnya Adang Suherman (2002:18-19) juga
menjelaskan bahwa “kelompok dibedakan melalui satu dari dua cara : (a) satu
kelompok memiliki karakteristik yang tidak dimiliki kelompok lainnya atau (b)
kelompok dibedakan berdasarkan karakteristiknya”. Basic causal-comparative
58
desain ini disebut juga desain kelompok criteria, seperti terlihat dalam gambar 3,1
berikut :
Dalam penelitian ini penulis membandingkan kelompok siswa yang
diberikan program pengembangan gerak dengan kelompok siswa tidak memiliki
program pengembangan gerak.
Sedangkan bentuk desain penelitian Fraenkel & wallen menggambarkannya
dalam gambar 3.1.
Group Variabel independen Variabel dependen
(a) I C
(Group possesses characteristic)
O
(measurement)
II -C
(Group does not possesses
characteristic)
O
(measurement)
(b) I ��
(Group possesses characteristic 1)
O
(measurement)
II ��
(Group possesses characteristic 2)
O
(measurement)
Gambar 3.1. The Basic Causal Comparative Design Sumber : (Fraenkel & wallen, 1993:321)
Dalam penelitian ini penulis membandingkan kelompok siswa yang
diberikan program pengembangan gerak dengan kelompok siswa tidak memiliki
program pengembangan gerak terhadap keterampilan gerak dasar dan empati pada
siswa sekolah dasar kelas rendah. Berdasarkan bentuk desain dasar penelitian
kausal komparatif tersebut maka penulis mengacu pada cara (a). Sehingga dapat
digambarkan sebagai berikut :
59
Kelompok Variabel independen Variabel dependen
I C
(Kelompok Program Ruang Busa)
O
(Keterampilan Gerak Dasar
& Empati)
II -C
(Kelompok Tanpa Program Ruang Busa)
O
(Keterampilan Gerak Dasar
& Empati)
Gambar 3.2 Desain Penelitian
Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian maka penulis membuat
rancangan kerja untuk mempermudah langkah penulis dalam pelaksanaan
penelitian. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai
berikut. :
1) Pertama menentukan sampel dari populasi. Langkah pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, di mana dari
populasi yang ada diambil sesuai dengan karakteristik sampel yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2) Melakukan observasi ke lapangan, dilakukan untuk mengetahui kondisi dan
situasi program yang dilakukan oleh sekolah.
3) Melakukan tes kemampuan gerak siswa setelah program pengembangan gerak
siswa selesai dan memberikan angket empati untuk mengukur empati siswa.
4) Berdasarkan data-data yang telah diperoleh maka dilakukan pengolahan dan
analisis data sehingga hasilnya dapat ditafsirkan, pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan software pengolah data statistik SPSS. Hasil pengolahan
data dapat dilihat di Bab IV.
60
5) Sebagai langkah terakhir adalah membuat kesimpulan yang didasarkan pada
hasil pengolahan dan analisis data. Kesimpulannya dapat dilihat di Bab V.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:117). Jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda alam lain. Populasi juga
bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Menurut Sudjana (2005:5) populasi adalah keseluruhan subjek atau objek
penelitian dapat berupa manusia (siswa, penduduk), benda (buku, gedung),
perbuatan (pembelajaran, pengelolaan), peristiwa (kecelakaan lalu lintas, bencana
alam). Populasi dalam penelitian ini adalah 210 orang siswa sekolah dasar Talenta
Taman Kopo Indah III Kabupaten Bandung yang melakukan kegiatan belajar
mengajar dengan menganut sistem full day.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (subjek atau objek) penelitian (Sudjana
2005 :5). Sugiyono (2009), juga mengungkapkan sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar,
dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misal
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
61
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif.
Teknik pengambilan sampling yang digunakan yaitu non probability
sampling. Non probability sampling adalah tehnik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2009:122). Sugiyono (2006:119) menjelaskan
bahwa, “teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. ”
Mengenai probability sampling Sugiyono (2009:120) menjelaskan bahwa,
“Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel.” Cara ini dilakukan agar setiap anggota populasi mendapatkan
kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Selain itu juga
agar pengambilan sampel tidak ada kerancuan atau berdasakan subjektivitas,
tetapi berdasarkan objektivitas. Sedangkan tehnik yang digunakan yaitu sampling
purposive, Sugiyono (2009) mengungkapkan sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas rendah (kelas-2 SD) sekolah
dasar Talenta Kabupaten Bandung dan sebagai kelompok pembandingnya adalah
siswa sekolah dasar Al-Irsyad Kota Bandung yang sama-sama menganut sistem
fullday. Alasan peneliti menggunakan tehnik sampling purposive adalah sesuai
dengan karakteristik sampel yang menjadi objek penelitian, yaitu sebagai berikut :
62
1. Sekolah Dasar Talenta adalah sekolah yang menganut sistem fullday dan
merupakan sekolah yang menerapkan program ruang busa dalam kurikulum
sekolah.
2. Program ruang busa diberikan hanya untuk siswa kelas rendah yaitu hanya
kelas satu & kelas dua, sehingga penulis menetapkan siswa kelas dua sebagai
sampel dengan alasan bahwa siswa kelas dua telah mendapatkan program
pengembangan gerak selama 2 tahun.
3. Perkembangan gerak dasar dan kemampuan sosial dimulai sejak usia dini,
sehingga usia sekolah dasar kelas 2 merupakan usia yang perlu diberikan
perhatian yang lebih.
C. Operasional Variabel
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau
obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu
obyek dengan obyek yang lain, (Hacth dan Farhady 19981, dalam Sugiyono,
2009:60). Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka
macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:
1. Variabel independen atau variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ini
yaitu program ruang busa.
2. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas, (Sugiyono, 2009:61). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah keterampilan gerak dasar dan empati siswa sekolah
dasar.
63
D. Instrumen Penelitian
Instrument yang di gunakan penulis untuk kemampuan gerak dasar yaitu
teknik observasi dan evaluasi gerak dasar yang berisikan beberapa gerak dasar
yang cenderung dilakukan anak dalam kehidupan sehari-hari. Instrumen ini
dikembangkan oleh Adang Suherman (2008), dimana terdapat 5 instrumen untuk
observasi gerak dasar, yaitu : lari, lompat, lempar, menangkap, dan menendang.
Beberapa alasan penentuan gerak dasar di atas Adang Suherman (2008)
mengungkapkan sebagai berikut :
1. Gerak dasar tersebut cenderung merupakan gerak dasar utama yang sangat
penting untuk perkembangan gerak lebih lanjut.
2. Gerak dasar tersebut cenderung digunakan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
3. Gerak dasar tersebut potensial dapat dijadikan item tes objektif
4. Gerak dasar tersebut mampu membedakan perkembangan gerak siswa yang
memiliki keterlambatan dan keistimewaan.
Berikut adalah format instrumen observassi gerak dasar :
a. Instrumen Obsevasi Gerak Dasar
1) Lari
Nama siswa : ...................................................... tgl/bln/th lahir:.......................
• Posisi observasi :
Gerak dasar lari diobservasi dari dua posisi, yaitu dari samping dan dari
belakang. Observasi dari samping dilakukan kira-kira berjarak 7 meter
ditujukan untuk mengamati gerakan lengan dan tungkai dari samping.
Observasi dari belakang ditujukan untuk mengobservasi gerakan tungkai
64
dari belakang. Anak harus start dan finish pada garis yang sudah
ditetapkan. Agar larinya maksimal anak dapat diamati dalam situasi
kompetisi. Sebaiknya jarak harus cukup jauh agar mencapai kecepatan
maksimal namun jangan sampai anak kelelahan. Waktu istirahat yang
cukup harus diberikan diantara waktu percobaan.
• Aba-aba : pada saat mendengar aba-aba “YA”, ibu/bapa ingin anda berlari
secepat-cepatnya menuju (pohon,garis, dsb). Siaap, ya!
• Beberapa pertimbangan :
� Observasi memiliki cukup banyak waktu mengobservasi gerakan
lari siswa (tidak pada saat akselerasi maupun finish)
� Untuk menghindari kelelahan, jarak lari anak dibawah enam tahun
antara 5-8 meter.
Tabel 3.1 Instrumen Observasi Lari
KOMPONEN ASPEK
OPTION GERAKAN YA TIDAK
TUNGKAI panjang dan kecepatan langkah maksimal DARI SAMPING Fase melayang terlihat jelas
Kaki tumpu merentang secara penuh
betis kaki ayun bergerak sejajar dengan tanah
LENGAN lengan mengayun secara vertikal berlawanan dengan tungkai
kedua lengan membengkok membentuk sudut 90 derajat
TUNGKAI gerakan memutar pada saat recovery tungkai dan kaki sangat kecil
DARI BELAKANG
TOTAL SKOR
%
STATUS AWAL/TRANSISI/MATANG
65
Gambar. 3.3 Gerakan Berlari
• Tingkat kemampuan :
� Awal : apabila kemampuannya (total skor) kurang dari 50%
� Transisi : apabila kemampuannya (total skor) lebih dari 50% dan <
100%
� Matang : apabila kemampuannya (total skor) 100%
2) Lompat
Nama siswa : .................................................... tgl/bln/th lahir:...........................
• Posisi observasi :
Observasi gerak dasar melompat dilakukan dari sisi yang dirasakan
nyaman bagi observer. Pelaku memulai lompatan dari posisi relaks dengan
kedua ujung jari kaki menempel pada garis start. Perhatian harus
ditekankan agar siswa tidak start dari posisi yang tidak nyaman.
• Aba-aba : pada saat mendengar aba-aba “ya”, ibu/bapa ingin anda
melompat dengan keduan kaki sejauh-jauhnya. Siaaaap ya!
• Beberapa pertimbangan :
66
Lompatan dilakukan pada tempat yang aman, dimatras, atau permukaan
lunak. Lompatan dimulai dari tanda start, lebih baik apabila diberi gambar
dua telapak kaki.
Tabel 3.2 Instrumen Observasi Lompat
Gambar.3.4. Gerakan Melompat
KOMPONEN
ASPEK
OPTION
GERAKAN YA TIDAK
Mengayun tinggi ke belakang untuk memaksimalkan lompatan
LENGAN Selama take off (tinggal landas) ayunan ke depan dan ke atas dengan menggunakan kekuatan
Lengan dipertahankan tinggi selama gerakan melompat
TOGOK Togok cenderung condong ke depan kira-kira 45 derajat
Melompat ke depan buka ke atas
Bengkokkan tungkai konsisten dengan sudut yang tajam TUNGKAI DAN PAHA
Take off dilakukan dengan pelurusan sendi paha, lutut, dan angkle secara penuh Sebelum mendarat, paha parallel dengan tanah sementara kaki bagian bawah menggantung secara vertical
Berat badan saat mendarat berada di depan
TOTAL
SKOR
%
STATUS AWAL/TRANSISI/MATANG
67
• Tingkat kemampuan :
� Awal : apabila kemampuannya (total skor) kurang dari 50%
� Transisi : apabila kemampuannya (total skor) lebih dari 50% dan <
100%
Matang : apabila kemampuannya (total skor) 100%
3) Lempar
Nama siswa : .................................................. tgl/bln/th lahir:...........................
• Posisi observasi :
Gerak dasar lempar dilakukan dari sisi tangan lempar pelempar. Namun
demikian jangan sampai mengganggu kenyamanan pelempar untuk
melakukan lemparan.
• Aba-aba : pada saat mendengar aba-aba “YA”, ibu/bapa ingin anda
melempar bola ini sejauh-jauhnya. Siaap, ya!
• Beberapa pertimbangan :
Lemparan dilakukan di tempat luas, tidak licin, dengan menggunakan bola
yang nyaman dipegang siswa. Bola dapat diganti dengan bola yang
berisikan pasir yang tidak memantul namun nyaman dipegang siswa.
68
Tabel 3.3 Instrumen Observasi Lempar
Gambar .3.5 Gerakan Melempar
• Tingkat kemampuan :
� Awal : apabila kemampuannya (total skor) kurang dari 50%
� Transisi : apabila kemampuannya (total skor) lebih dari 50% dan <
100%
� Matang : apabila kemampuannya (total skor) 100%
KOMPONEN
ASPEK
OPTION
GERAKAN YA TIDAK
LENGAN Lengan lempar diayunkan ke belakang dalam proses persiapan
Sikut lengan yang satu lagi diangkat untuk mengimbangi gerakan lengan lempar
Sikut lempar bergerak merentang ke depan secara horizontal
Lengan bagian atas berputar membentuk gerakan lacutan diakhiri dengan ibu jari menghadap ke bawah
TOGOK Togok bergerak menyamping sejajar dengan arah lempar pada saat gerakan persiapan
Bahu lengan lempar turun lebih rendah pada saat persiapan
Putaran tubuh diawali dari panggul, paha, tungkai, dan bahu pada saat gerakan melempar
TUNGKAI Berat badan berada pada kaki belakang pada saat gerakan persiapan
DAN KAKI Segera setelah berat badan pindah ke kaki depan dilanjutkan dengan gerakan langkah oleh kaki belakang
TOTAL
SKOR
%
STATUS AWAL/TRANSISI/MATANG
69
4) Menangkap
Nama siswa : ................................................... tgl/bln/th lahir:...........................
• Posisi observasi :
Observasi gerak dasar menengkap dilakukan dari depan siswa dengan
posisi menghadap siswa. Observer melakukan lemparan dari bawah, bola
yang dilempar kecil dan lunak, lemparan kira-kira setinggi dada siswa
dengan jarak kira-kira 3 m.
• Aba-aba : ibu/bapa ingin anda menangkap bola ini manakala ibu/bapa
lemparkan bola pada anda. Siaap, ya!
• Beberapa pertimbangan :
Berat dan besar bola merupakan factor penting, untuk itu gunakan bola
yang lunak, tidak terlalu berat, kurang lebih sebesar bola tenis, lemparan
terlalu tinggi atau rendah harus diulang.
Tabel 3.4 Instrumen Observasi Menangkap
KOMPONEN
ASPEK
OPTION
GERAKAN YA TIDAK
KEPALA Kepala menghadap ke depan dengan mata fokus pada gerakan bola yang akan ditangkap Kedua lengan bagian atas rilek di samping badan sementara itu lengan bagian bawah menjulur di depan badan
LENGAN Kedua lengan mengeper untuk menyerap berat bola
Gerakan kedua lengan sesuai dengan gerakan bola
Kedua ibu jari sejajar bersebelahan satu sama lainnya
TANGAN Kedua tangan menangkap bola dengan tepat secara bersamaan
Semua jari tangan bergerak menangkap bola secara efektif
TOTAL
SKOR
%
STATUS AWAL/TRANSISI/MATANG
70
Gambar.3.6 Gerakan Menangkap
• Tingkat kemampuan :
� Awal : apabila kemampuannya (total skor) kurang dari 50%
� Transisi : apabila kemampuannya (total skor) lebih dari 50% dan <
100%
� Matang : apabila kemampuannya (total skor) 100%
5) Menendang
Nama siswa : .................................................... tgl/bln/th lahir:...........................
• Posisi observasi :
Observasi gerak dasar menengkap dilakukan dari sisi kaki tending siswa
dengan jarak yang dirasakan nyaman bagi observer.
• Aba-aba : pada saat mendengar aba-aba “ya”, ibu/bapa ingin anda
menendang bola ini sekeras-kerasnya dan sejauh-jauhnya. Siaaaap ya!
• Beberapa pertimbangan :
Gunakan bola yang lunak agar anak tidak merasa takut dalam melakukan
geralan menendang. Besar bola kira-kira sebesar bola voli. Tempatkan
71
anak dibelakang bola kira-kira sejauh satu langkah. Menendang tidak
harus diawali dengan lari awalan
Tabel 3.5 Instrumen Observasi Menendang
Gambar.3.7. Gerakan Menendang
• Tingkat kemampuan :
� Awal : apabila kemampuannya (total skor) kurang dari 50%
� Transisi : apabila kemampuannya (total skor) lebih dari 50% dan <
100%
� Matang : apabila kemampuannya (total skor) 100%
KOMPONEN
ASPEK
OPTION
GERAKAN YA TIDAK
Kedua lengan mengayun secara berlawanan pada proses gerak menendang LENGAN DAN TOGOK Togok membengkok pada bagian pinggang pada proses gerak lanjut
Gerakan kaki tending dimulai dari pangkal paha
TUNGKAI Kaki tumpu ditekuk sedikit pada saat kaki tending kontak bola
Kaki tendang mengayun maksimal
Gerak lanjut kaki tendang tinggi, tumit kaki tumpu terangkat
TOTAL
SKOR
%
STATUS AWAL/TRANSISI/MATANG
72
b. Modifikasi Angket Empati
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang dilakukan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan
data kuantitatif ( Sugiyono, 2009:133). Sedangkan untuk mengukur aspek-aspek
psikologis dengan menggunakan angket empati dari (Albert Mehrabian dan
Norman Epstein) yang sudah dimodifikasi dengan skala Guttman, dalam skala
Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau “tidak setuju” atau “Ya” atau
“Tidak”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin
mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan
(Sugiyono, 2009:139). Skala guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan
ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor
tertinggi satu dan terendah nol. Misalnya untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan
tidak setuju diberi skor 0, Analisa dilakukan seperti pada skala Likert.
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, penulis
merumuskannya sebagai berikut:
1. Membuat dan menyusun kisi-kisi angket tes sikap terhadap aktivitas jasmani.
2. Membuat dan menyusun skala penilaian dari tes sikap yang berpatokan
kepada sub komponen yang telah dibuat. Mengenai pembuatan soal yang
mengacu pada sub komponen, Surakhmad (1989:184) mengemukakan sebagai
berikut:
a. Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya.
b. Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh responden, pernyataan mana yang menimbulkan kesan agresif.
73
c. Sifat pernyataan harus bersifat netral dan objektif d. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh
dari sumber lain.
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa untuk instrument angket empati,
penulis mengacu pada skala yang di kembangkan oleh Albert Mehrabian dan
Norman Epstein. Skala yang diutarakan oleh Albert Mehrabian dan Norman
Epstein (1971) adalah sebagai berikut ; (1) Kerentanan terhadap pengaruh
emosional, (2) Apresiasi terhadap perasaan orang lain yang tidak dikenal, (3)
Reaksi emosional yang berlebihan, (4) Kecenderungan untuk tergerak berdasarkan
pengalaman emosional positif orang lain, (5) Kecenderungan untuk tergerak
berdasarkan pengalaman emosional negatif orang lain, (6) Kecenderungan
memiliki rasa simpati, dan (7) Kesediaan untuk berhubungan dengan orang lain
yang memiliki masalah.
Penulis menyusun angket sebanyak 42 butir pernyataan, yang terdiri atas 21
pernyataan positif dan 21 pernyataan negatif. Setiap nomor soal pada setiap
komponen di random atau diacak untuk mencegah terjadinya bias dalam
pengumpulan data.
Tabel 3.6 Kisi-kisi Angket Empati
Teori Albert Mehrabian dan Norman Epstein
Variabel Sub Variabel NO SOAL
+ -
Empati Kerentanan terhadap pengaruh
emosional
10,5,27 20,4,24
74
Apresiasi terhadap perasaan orang lain
yang tidak dikenal
28,1,18 15,3,11
Reaksi emosional yang berlebihan 8,9,17 23,2,34
Kecenderungan untuk tergerak
berdasarkan pengalaman emosional
positif orang lain
14,7,35 22,6,36
Kecenderungan untuk tergerak
berdasarkan pengalaman emosional
negatif orang lain
16,19,37 30,13,38
Kecenderungan memiliki rasa simpati 31,29,39 26,33,40
Kesediaan untuk berhubungan dengan
orang lain yang memiliki masalah
12,25,41 21,32,42
c. Uji Coba Instrumen
Sebuah instrumen dapat digunakan dalam penelitian apabila instrumen
tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengujian terhadap instrumen yang dibuat dengan cara diuji coba. Uji
coba dilakukan pada tanggal 15 Desember 2010 di SDN Cibiru, uji coba
diberikan pada 30 orang responden .
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Empati
Setelah pelaksanaan uji coba angket, selanjutnya penulis menentukan kadar
validitas dan reliabilitas terhadap setiap butir pernyataan dari responden.
Mengenai validitas ini Sugiyono (2009:173) menjelaskan bahwa, “Instrumen yang
valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu
valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
75
yang seharusnya diukur.” Dengan kata lain, sebuah alat ukur harus dapat
dipercaya dan diakui oleh banyak orang bahwa alat ukur tersebut layak digunakan
untuk mengukur.
Adapun langkah yang ditempuh dalam menentukan validitas dan reliabilitas
instrumen adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis dan menyeleksi angket dari kemungkinan adanya butir soal yang
tidak dijawab oleh responden.
2. Memberikan skor pada masing-masing pernyataan setiap responden.
3. Memasukkan atau meng-input data yang diperoleh pada program komputer
Microsoft Excel.
4. Selanjutnya data tersebut diolah dengan teknik person correlation pada
Statistical Product and Service Solution (SPSS) Seri 17
Pengujian validitas tiap butir soal digunakan analisis item, yaitu
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap
skor butir. Masrun (1979) dalam Sugiyono (2009:188) menyatakan bahwa,
“Teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan
teknik yang paling banyak digunakan.” Korelasi yang digunakan adalah korelasi
Pearson Moment, yaitu mengkorelasikan antara skor tiap butir dengan skor total.
Berdasarkan analisis validitas instrumen dari setiap butir penelitian yang
berjumlah 42 butir pertanyaan dan pernyataan, diperoleh 25 butir soal yang valid
yang mewakili. Berikut penulis sajikan hasil uji coba instrument:
76
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen
No Pernyataan Pernyataan Pearson
Correlation Sig.(2-tailed) Keterangan
+/-
1 Saya turut merasa sedih melihat korban banjir pada acara televise
+ 0.509
0.004 Valid
2 Saya marah ketika seseorang mencorat-coret buku saya
- 0.325 0.080 Tidak Valid
3 Orang –orang yang saya lihat di tempat umum terlihat tenang dan ramah
- 0.391 0.033 Tidak Valid
4 Saya biasa saja ketika teman sedih - 0.303 0.104 Tidak Valid
5 Saya turut merasa risau ketika teman-teman di kelas merasa gelisah
+ 0.518 0.003 Valid
6 Saya merasa tidak senang ketika teman-teman tertawa
- 0.312 0.93 Tidak Valid
7 Saya suka melihat orang membuka hadiah + 0.285 0.127 Tidak Valid
8 Lagu yang dinyanyikan itu membuat saya merasa bersemangat
+ 0.508 0.004 Valid
9 Saya merasa ikut bersedih ketika menyampaikan kabar buruk kepada teman
+ 0.520 0.003 Valid
10 Teman-teman sekelas membuat saya merasa senang dan sedih
+ 0.484 0.007 Valid
11 Teman penyendiri mungkin punya sifat tidak ramah
- 0.312 0.093 Tidak Valid
12 Saya senang menghibur teman yang sedang sedih
+ 0.432 0.017 Valid
13 Saya akan membenci teman ketika ia berbuat tidak baik terhadap orang lain
- 0.124 0.545 Tidak Valid
14 Saya gembira ketika sahabat saya menjadi juara kelas
+ 0.275 0.141 Tidak Valid
15 Saya tidak suka melihat orang manja terhadap orang tuanya
- 0.055 0.131 Tidak Valid
16 Saya ikut bersedih melihat orang lain menangis
+ 0.444 0.014 Valid
17 Saya sangat senang karena menjadi juara kelas
+ 0.512 0.004 Valid
18 Mengikuti prilaku dalam film Upin-Ipin adalah sesuatu yang agak bodoh
+ 0.540 0.002 Valid
19 Saya sangat marah ketika melihat orang diperlakukan tidak baik
+ 0.430 0.018 Valid
20 Ketika tidak mengerjakan pekerjaan rumah saya tidak takut dimarahi ibu guru meskipun semua teman-temanku merasa
+ 0.431 0.017 Valid
77
takut
21 Saya malas menghibur teman yang sedang sedih
- 0.524 0.003 Valid
22 Saya merasa tidak senang melihat teman mendapatkan nilai ulangan yang bagus
- 0.462 0.010 Valid
23 Saya tidak suka jika seorang teman menirukan gaya bicara Upin-Ipin
- 0.444 0.14 Valid
24 Saya tidak menghiraukan permintaan teman yang meminta bantuan
- -0.022 0.909 Tidak Valid
25 Saya menanyakan kabar teman karena ia tidak masuk sekolah karena sakit
+ 0.638 0.000 Valid
26 Saya tidak mengerti mengapa seorang teman merasa sangat sedih
- 0.415 0.022 Valid
27 Saya sangat sedih ketika melihat seekor binatang kesakitan
+ 0.214 0.256 Tidak Valid
28 Saya turut sedih melihat orang yang mengemis di tengah keramaian
+ 0.378 0.040 Tidak Valid
29 Saya sedih melihat seorang kakek yang sudah tidak berdaya
+ 0.192 0.308 Tidak Valid
30 Saya merasa biasa saja ketika ada teman yang mengganggu saat saya mengerjakan tugas
- 0.298 0.109 Tidak Valid
31 Saya sangat sedih melihat seorang pengemis dijalan
+ 0.447 0.013 Valid
32 Ketika akan bermain saya tidak mengajak teman yang terlihat murung dan sedih
- 0.295 0.113 Tidak Valid
33 Membantu teman mengerjakan pekerjaan rumah sama saja dengan membiarkan ia mencontek
- 0.366 0.047 Tidak Valid
34 Saya marah ketika teman sekelas mengganggu
- 0.247 0.188 Tidak Valid
35 Saya ikut gembira ketika tim sepakbola sekolah saya menang
+ 0.488 0.006 Valid
36 Saya tidak senang mendengar teman sekelas bernyanyi
- 0.407 0.026 Valid
37 Saya tidak senang melihat teman sekelas merusak pohon di halaman sekolah
+ -0.059 0.757 Tidak Valid
38 Saya tidak peduli melihat teman sekelas membuang sampah sembarangan
- 0.447 0.013 Valid
39 Saya senang membantu korban banjir dengan menyumbang uang
+ 0.571 0.001 Valid
40 Saya tidak senang melihat teman sekelas menangis
- 0.136 0.473 Tidak Valid
41 Saya merasa senang membantu teman yang mengalami kesulitan
+ -0.149 0.431 Tidak Valid
78
42 Saya tidak suka belajar dengan teman yang bodoh
- 0.518 0.003 Valid
Keterangan:
1) Jika koefisien korelasi (Pearson correlation) > 0,3 dinyatakan valid
2) Jika koefisien korelasi (Pearson correlation) < 0,3 dinyatakan tidak valid
3) Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 maka item tes tidak valid
4) Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka item tes valid
Hasil analisis secara lengkap mengenai uji validitas instrumen angket,
penulis sajikan pada bagian lampiran.
Selanjutnya item pernyataan yang valid tersebut diuji tingkat reliabilitasnya.
Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik belah dua, yaitu membagi item soal yang
valid ke dalam dua kelompok ganjil dan genap atau belah dua (split half).
Selanjutnya skor total kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya.
Adapun hasil uji reliabilitas pada uji coba instrumen yang ke-1 diperoleh
reliabilitas dengan Cronbach’ Alpha 0.816 yang terdiri atas 25 item soal.
Berdasarkan kriteria keputusan bahwa apabila Cronbach’ Alpha > 0,6 maka
instrumen dinyatakan reliabel. Berikut adalah tabel 3.4 hasil uji reliabilitas ke-1
dengan analisis data SPSS Serie-17.
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0.816 25
79
Diketahui:
Nilai r hitung Cronbach's Alpha 0,816
Jika r hitung Cronbach's Alpha 0,4 > 0,6 maka tingkat reliabilitas cukup baik
Jika r hitung Cronbach's Alpha lebih dari 0,6 maka tingkat reliabilitas sangat baik
Jika reliabilitas nilai Cronbach’ Alpha semakin mendekati angka 1 (satu),
maka instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil
analisis tersebut, maka instrumen yang diujicobakan layak untuk digunakan dalam
penelitian. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
instrumen penelitian layak digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.
Selanjutnya butir yang valid tersebut akan digunakan sebagai alat tes yang
hendak penulis teliti kepada sampel yang sebenarnya.
Berikut adalah kisi-kisi dan angket setelah dilakukan ujicoba angket.
Tabel. 3.9 Tabel Angket Empati Setelah Ujicoba
Variabel Sub Variabel Pernyataan No Soal
+ -
Empati
Kerentanan terhadap
pengaruh emosional
1. Saya turut merasa risau ketika teman-teman di kelas merasa gelisah. (+)
2. Teman-teman sekelas membuat saya merasa senang dan sedih. (+)
3. Saya biarkan permintaan teman yang meminta bantuan. (-)
1,3
6
Apresiasi terhadap
perasaan orang lain
yang tidak dikenal
1. Mengikuti perilaku dalam film
Upin-Ipin adalah sesuatu yang agak
bodoh. (+)
2. Saya turut sedih melihat orang yang
18,23,5
17
80
mengemis ditengah keramaian. (+)
3. Saya turut merasa sedih melihat
korban banjir di televise. (+)
4. Saya tidak suka melihat orang yang
manja terhadap orang tuanya (-)
Kemampuan reaksi
emosional yang
berlebihan
1. Saya sangat senang karena menjadi
juara kelas. (+)
2. Saya merasa ikut bersedih ketika
menyampaikan kabar buruk kepada
teman. (+)
3. Lagu yang dinyayikan itu membuat
saya merasa bersemangat. (+)
4. Saya marah ketika teman mencorat-
coret buku saya. (-)
25,13,2
11
Kecenderungan untuk
tergerak berdasarkan
pengalaman emosional
positif orang lain
1. Saya ikut gembira ketika tim
sepakbola sekolah saya menang. (+)
2. Saya tidak senang mendengar teman
sekelas saya bernyanyi. (-)
3. Saya merasa tidak senang melihat
teman mendapatkan nilai ulangan
yang bagus. (-)
12
20,7
Kecenderungan untuk
tergerak berdasarkan
pengalaman emosional
80negatif orang lain
1. Saya ikut bersedih melihat orang
lain menangis. (+)
2. Saya sangat marah ketika melihat
orang diperlakukan tidak baik. (+)
3. Saya tidak peduli melihat teman
sekelas membuang sampah
sembarangan. (-)
16,21
8
Kecenderungan
memiliki rasa simpati
1. Saya sangat sedih melihat seorang
pengemis dijalan. (+)
9,4
24,19
81
2. Saya senang membantu korban
banjir dengan menyumbang uang.
(+)
3. Membantu teman mengerjakan PR
sama saja dengan membiarkan ia
mencontek. (+)
4. Saya tidak mengerti mengapa
seorang teman merasa sangat sedih.
(-)
Kesediaan untuk
berhubungan dengan
orang lain yang
memiliki masalah
1. Saya senang menghibur teman yang
sedang sedih. (+)
2. Saya menanyakan kabar teman
karena ia tidak masuk sekolah
karena sakit. (+)
3. Saya malas menghibur teman yang
sedang sedih. (-)
4. Saya tidak suka belajar dengan
orang teman yang bodoh. (-)
10,14
15,22
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Keterampilan Gerak Dasar
Sedangkan untuk instrumen gerak dasar juga diujicobakan terhadap responden
dan dianalisis dengan menggunakan spss. Kriteria validitas dapat ditentukan
dengan melihat nilai pearson correlation (nilai r-hitung) dan Sig. (2-tailed). Jika
Nilai pearson correlation (r-hitung) > nilai pembanding berupa r-tabel, maka item
tersebut valid. Atau jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 berarti item tersebut valid dan
berlaku sebaliknya. r-kritis bisa menggunakan tabel r atau dengan uji -t.
82
Nilai r pada tabel product moment dengan jumlah sampel 20 orang adalah
0.444, dengan demikian makna dari data yang diperoleh penulis sajikan sebagai
berikut :
Tabel.3.10
Tabel Uji Validitas Instrumen Keterampilan Gerak Dasar
r- hitung
r- tabel
N20 = 0.444 Keterangan
melompat 0.597 0.444 Valid
menendang 0.701 0.444 Valid
menangkap 0.562 0.444 Valid
berlari 0.463 0.444 Valid
melempar 0.701 0.444 Valid
Adapun hasil uji reliabilitas pada uji coba instrumen diperoleh reliabilitas
dengan Cronbach’ Alpha 0.806. Berdasarkan kriteria keputusan bahwa apabila
Cronbach’ Alpha > 0,6 maka instrumen dinyatakan reliabel. Berikut adalah tabel
3.11 hasil uji reliabilitas dengan analisis data SPSS Serie-17.
Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0.806 5
83
Diketahui:
Nilai r hitung Cronbach's Alpha 0,806
Jika r hitung Cronbach's Alpha 0,4 > 0,6 maka tingkat reliabilitas cukup baik
Jika r hitung Cronbach's Alpha lebih dari 0,6 maka tingkat reliabilitas sangat baik
Jika reliabilitas nilai Cronbach’ Alpha semakin mendekati angka 1 (satu),
maka instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil
analisis tersebut, maka instrumen yang diujicobakan layak untuk digunakan dalam
penelitian. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
instrumen penelitian layak digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.
Selanjutnya butir yang valid tersebut akan digunakan sebagai alat tes yang
hendak penulis teliti kepada sampel yang sebenarnya.
E. Prosedur Pengolahan Data
Untuk mengetahui hasil dari data yang telah diperoleh, selanjutnya penulis
lakukan pengolahan terhadap data. Adapun proses pengolahan data penulis
tempuh dengan melakukan proses penghitungan secara statistika. Penghitungan
dan analisis data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mengetahui makna
dari data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah penelitian. Adapun
langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:
a) Menyeleksi data angket dan hasil tes observasi yang terkumpul. Proses ini
dilakukan karena mungkin saja pada sebagian butir pernyataan dalam angket,
terdapat jawaban yang tidak diisi oleh responden.
b) Memberikan nilai pada tiap-tiap butir pernyataan (penskoran) dalam angket
dan hasil tes observasi sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan.
84
c) Memasukkan atau melakukan input data dari skor tersebut pada program
komputer Microsoft Excel.
d) Selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis, dengan tujuan dapat
memperoleh kesimpulan penelitian.
Analisis data dilaksanakan dengan menggunakan program Statistical
Product and Service Solution (SPSS) Serie 17. Adapun langkah-langkah yang
ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memperoleh
informasi mengenai distribusi kenormalan data. Selain itu, uji normalitas data juga
akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis statistik
apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau non-parametrik.
Langkah yang dilakukan adalah dengan menginput dan menganalisa
menggunakan deskripsi explore data pada menu SPSS Serie. 17. Adapun untuk
pengujian normalitas data mengacu pada uji kolmogorov smirnov.
2. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas data dilaksanakan setelah uji normalitas data. Tujuan uji
homogenitas data adalah untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari
sampel atau populasi yang homogen atau tidak. Selain itu juga untuk menentukan
jenis analisis statistik apa yang selanjutnya digunakan dalam uji hipotesis data.
Karena syarat dari uji satistik parametrik, data penelitian harus berdistribusi
normal dan homogen.
85
Uji homogenitas data menggunakan program software SPSS Serie 17 adalah
sama dengan uji normalitas data. Output yang dihasilkan dari descriptive explore
data tersebut sekaligus menghasilkan dua analisis, yaitu normalitas dan
homogenitas data. Untuk uji homogenitas data mengacu pada penghitungan
Lavene Statistik hasil output dari SPSS.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis data dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang
diperoleh. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis
dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan
homogenitas data.
Pada uji hipotesis ini penulis mengajukan dua pengujian hipotesis, yaitu uji
hipotesis data empati dan data keterampilan gerak dasar. Adapun hipotesis yang
diuji adalah sebagai berikut:
a) Hipotesis 1
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara empati siswa kelompok
program pengembangan gerak dan kelompok tanpa program pengembangan
gerak.
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara empati siswa kelompok program
pengembangan gerak dan kelompok tanpa program pengembangan gerak.
b) Hipotesis 2
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan gerak dasar
kelompok program pengembangan dan kelompok tanpa program pengembangan
gerak.
86
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan gerak dasar
kelompok program pengembangan dan kelompok tanpa program pengembangan
gerak.
Untuk menguji hipotesis tersebut, penulis melakukan pengolahan data
dengan membandingkan data empati dan data keterampilan gerak dasar kelompok
siswa yang melaksanakan program gerak dan tidak melaksanakan program
pengembangan gerak (kontrol). Uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan antara
dua kelompok sampel, digunakan pengolahan dengan independent sampel t-test.
Output yang dihasilkan setelah pengolahan, diperoleh dua uji, yaitu uji-f (Varians)
dan uji-t (Uji rata-rata).
a) Uji-f kesamaan varians (lavene)
Uji-f bukan merupakan uji yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
Uji ini merupakan cara untuk menentukan nilai t-hitung pada kolom mana
yang harus digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Apabila berdasarkan
uji-f tidak ada perbedaan varians, maka nilai-t yang digunakan adalah pada
kolom asumsi varians sama (equal variance assumed). Sebaliknya apabila
berdasarkan uji-f terdapat perbedaan varians, maka nilai t yang digunakan
adalah pada kolom asumsi varians tidak sama (equal variance not assumed).
b) Uji Dua Rata-rata (Uji-t)
Uji-t atau uji dua rata-rata digunakan untuk melihat perbedaan rata-rata data
empati dan keterampilan gerak dasar. Uji-t ini juga sekaligus merupakan uji yang
digunakan untuk menguji hipotesis seperti dikemukakan di atas.
87
Pengujian hipotesis didasarkan pada kriteria keputusan nilai probabilitas
atau signifikansi (Sig.). Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:
a) Jika probabilitas (Sig.) > 0,05 maka H0 diterima.
b) Jika probabilitas (Sig.) < 0,05 maka H0 ditolak.
. 4. Analisis dan deskripsi data
Dalam kegiatan analisis dan deskripsi data yang dilakukan adalah
menganalisis serta mendeskripsikan angka-angka yang ada, hasil dari
penghitungan statistik. Angka atau nilai probabilitas yang dihasilkan
dibandingkan dengan derajat kebebasan (dk) yang digunakan yaitu 0,05 mengacu
pada kriteria keputusan di atas. Selanjutnya analisis didasarkan pada hipotesis
yang dibuat untuk dapat memaknai nilai dan angka yang dihasilkan dari
penghitungan. Selain itu juga dibahas berbagai temuan selama pelaksanaan
penelitian di lapangan, serta dianalisis berdasarkan teori-teori dan hasil penelitian
yang ada yang telah dilaksanakan peneliti lainnya.