49
BAB I PENDAHULUAN A. Ruang Lingkup 1. Kantor Kesehatan Pelabuhan Tingkat II Kendari Kantor Kesehatan Pelabuhan yang selanjutnya disebut KKP adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. KKP dipimpin oleh seorang Kepala dan dalam melaksanakan tugas secara administratif dibina oleh Sekretariat Direktorat Jenderal dan secara teknis fungsional dibina oleh Direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) diklasifikasikan ke dalam 4 kelas yaitu KKP kelas I, KKP kelas II, KKP kelas III dan KKP kelas IV. Klasifikasi tersebut di dasarkan pada beban kerja di bandara, pelabuhan dan lintas batas darat Negara. 1

5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Ruang Lingkup

1. Kantor Kesehatan Pelabuhan Tingkat II Kendari

Kantor Kesehatan Pelabuhan yang selanjutnya disebut KKP adalah

unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. KKP dipimpin oleh seorang Kepala

dan dalam melaksanakan tugas secara administratif dibina oleh Sekretariat

Direktorat Jenderal dan secara teknis fungsional dibina oleh Direktorat di

lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) diklasifikasikan ke dalam

4 kelas yaitu KKP kelas I, KKP kelas II, KKP kelas III dan KKP kelas IV.

Klasifikasi tersebut di dasarkan pada beban kerja di bandara, pelabuhan dan

lintas batas darat Negara.

Gambar 1. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Kendari

Klasifikasi Kantor Kesehatan Pelabuhan ditetapkan berdasarkan

kriteria yang berupa penentuan nilai terhadap seluruh komponen yang

berpengaruh terhadap beban kerja. Kriteria penentuan nilai sebagaimana

dimaksud terdiri atas unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama terdiri

atas:

1

Page 2: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

1. Kekarantinaan kesehatan yaitu upaya mencegah dan menyangkal keluar

atau masuknya penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan yang

berpotensi menimbulkan kedaruratan masyarakat.

2. Surveilans kesehatan, yaitu upaya untuk memperoleh gambaran tentang

penyakit potensial wabah dan faktor risiko melalui pengumpulan dan

pengolahan data secara terus-menerus terhadap lalu lintas alat angkut,

penyakit potensial wabah, faktor risiko, guna menghasilkan informasi

yang cepat dan akurat dalam proses pengambilan keputusan untuk

respon cepat

3. Pengendalian faktor risiko lingkungan, yaitu upaya pencegahan

penyakit dan/atau gangguan kesehatan akibat faktor risiko lingkungan

4. Pelayanan kesehatan, yaitu kegiatan pelayanan kesehatan promotif,

preventif, dan kuratif secara terbatas di lingkungan pelabuhan, bandara,

dan lintas batas darat

5. Sumber daya manusia teknis, yaitu jumlah pejabat fungsional yang

melaksanakan tugas dan fungsi teknis Kantor Kesehatan Pelabuhan,

termasuk pegawai paruh waktu

Unsur penunjang yang dimaksud terdiri atas:

1. Sumber daya manusia teknis, yaitu jumlah pejabat fungsional yang

melaksanakan tugas dan fungsi teknis Kantor Kesehatan Pelabuhan,

termasuk pegawai paruh waktu

2. Sarana kepegawaian, yaitu kelengkapan atau media yang dipergunakan

untuk melaksanakan kegiatan teknis dan manajemen Kantor Kesehatan

Pelabuhan.

Penetapan klasifikasi didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh

Kantor Kesehatan Pelabuhan berdasarkan tata cara penilaian yang

dilaksanakan oleh Menteri Kesehatan berkonsultasi dengan Menteri yang

2

Page 3: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pendayagunaan aparatur

negara dan reformasi birokrasi.

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Kendari merupakan unit Pelaksana

Teknis Ditjen PP-PL yang ikut serta berperan dalam upaya cegah tangkal

penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah baik di pelabuhan

laut maupun bandar udara. Tugas dan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan

Kelas II Kendari sesuai dengan Kepmenkes RI No. 265/Menkes/SK/II/2004

adalah cegah tangkal penyakit karantina dan penyakit menular potensial

wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah pelabuhan,

serta pengendalian dampak kesehatan lingkungan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,

KKP menyelenggarakan 16 (enam belas) fungsi (Pasal 3 PERATURAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

356/MENKES/ PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA

KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN):

1. Pelaksanaan kekarantinaan

2. Pelaksanaan pelayanan kesehatan;

3. Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan, dan

lintas batas darat

Negara;

4. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit

baru, dan

Penyakit yang muncul kembali;

5. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi, dan

kimia;

6. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai

penyakit yang

Berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan internasional;

7. Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan

kejadian luar

3

Page 4: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

Biasa (klb) dan bencana bidang kesehatan, serta kesehatan matra

termasuk

8. Penyelenggaraan kesehatan haji dan perpindahan penduduk;

9. Pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan

bandara, pelabuhan,

Dan lintas batas darat negara;

10. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika

dan alat

Kesehatan serta bahan adiktif (omkaba) ekspor dan mengawasi

persyaratan dokumen

Kesehatan omkaba impor;

11. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya;

12. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan

Lintas batas darat negara;

13. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan bandara,

pelabuhan, dan

Lintas batas darat negara;

14. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di bandara,

pelabuhan, dan

Lintas batas darat negara;

15. pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan, dan

surveilans

Kesehatan pelabuhan;

16. pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan

lintas batas

Darat negara pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP

Seksi PKSE

4

Page 5: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

Bidang Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi

mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan evaluasi serta

penyusunan laporan di bidang kekarantinaan, surveilans epidemiologi

penyakit dan penyakit potensial wabah serta penyakit baru dan penyakit

yang muncul kembali, pengawasan alat angkut dan muatannya, lalu lintas

OMKABA, jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta pengembangan

teknologi, pendidikan dan pelatihan bidang kekarantinaan di wilayah kerja

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat Negara.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pengendalian Karantina dan

Surveilans Epidemiologi menyelenggarakan fungsi:

1) kekarantinaan surveilans epidemiologi penyakit dan penyakit potensial

wabah serta penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali;

2) kesiapsiagaan, pengkajian, serta advokasi penanggulangan KLB dan

bencana/pasca bencana bidang kesehatan;

3) pengawasan lalu lintas OMKABA ekspor dan impor serta alat angkut,

termasuk muatannya;

4) kajian dan diseminasi informasi kekarantinaan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

5) pendidikan dan pelatihan bidang kekarantinaan;

6) pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kekarantinaan;

7) pelaksanaan pengembangan teknologi bidang kekarantinaan di wilayah

kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

8) penyusunan laporan bidang pengendalian karantina dan surveilans

epidemiologi.

Seksi Pengendalian Karantina mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan,

dan koordinasi pelaksanaan pemeriksaan dan sertifikasi OMKABA ekspor

dan impor, pengembangan, pengawasan dan tindakan kekarantinaan

5

Page 6: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

terhadap kapal, pesawat udara, dan alat transportasi lainnya, penerbitan

dokumen kesehatan kapal laut, pesawat udara, dan alat transportasi lainnya,

pengangkutan orang sakit/jenazah, kajian, pengembangan teknologi, serta

pendidikan dan pelatihan di bidang kekarantinaan.

Seksi Surveilans Epidemiologi mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan,

dan koordinasi pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit, penyakit

potensial wabah, penyakit baru, dan penyakit yang muncul kembali,

jejaring kerja surveilans epidemiologi nasional/internasional, serta

kesiapsiagaan, pengkajian, advokasi, dan penanggulangan KLB,

bencana/pasca bencana bidang kesehatan;

Seksi PRL

Bidang Pengendalian Risiko Lingkungan mempunyai tugas

melaksanakan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi serta penyusunan

laporan di bidang Pengendalian vektor dan binatang penular penyakit,

pembinaan sanitasi lingkungan, jejaring kerja, kemitraan, kajian dan

pengembangan teknologi, serta pendidikan dan pelatihan bidang

pengendalian risiko lingkungan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan

lintas batas darat negara.

Dalam melaksanakan tugas Bidang Pengendalian Risiko

Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

1) pengawasan penyediaan air bersih, serta pengamanan makanan dan

minuman;

2) hygiene dan sanitasi lingkungan gedung/bangunan;

3) pengawasan pencemaran udara, air dan tanah;

4) pemeriksaan dan pengawasan higiene dan sanitasi kapal/pesawat/alat

transportasi lainnya di lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas

darat negara;

6

Page 7: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

5) pemberantasan serangga penular penyakit, tikus dan pinjal di

lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

6) kajian dan pengembangan teknologi di bidang pengendalian risiko

lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

7) pendidikan dan pelatihan bidang pengendalian risiko lingkungan

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

8) pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di bidang pengendalian risiko

lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

9) penyusunan laporan di bidang pengendalian risiko lingkungan.

Seksi Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit

mernpunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan,

evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan pemberantasan

serangga penular penyakit, tikus, dan pinjal, pengamanan pestisida, kajian

dan diseminasi informasi, pengembangan jejaring kerja, kemitraan dan

teknologi serta pendidikan dan pelatihan bidang pengendalian vector dan

binatang penular penyakit di lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas

batas darat negara.

Seksi Sanitasi dan Dampak Risiko Lingkungan mernpunyai tugas

melakukan penyiapan bahan, perencanaan, pemantuan, evaluasi,

penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan pengawasan penyediaan

air bersih, serta pengamanan makanan dan minuman, hygiene dan sanitasi

kapal laut dan pesawat, hygiene dan sanitasi gedung/bangunan, pengawasan

pencemaran udara, air, tanah, kajian dan diseminasi informasi,

pengembangan jejaring kerja, kemitraan dan teknologi serta pendidikan dan

pelatihan bidang sanitasi lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas

darat negara.

7

Page 8: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

Seksi UKLW

Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah mernpunyai tugas

melaksanakan perencanaan dan evaluasi serta penyusunan laporan di

bidang pelayanan kesehatan terbatas, kesehatan haji, kesehatan kerja,

kesehatan matra, vaksinasi internasional, pengembangan jejaring kerja,

kemitraan, kajian dan teknologi, serta pendidikan dan pelatihan bidang

upaya kesehatan pelabuhan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas

batas darat negara.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas

Wilayah menyelenggarakan fungsi:

1) pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan gawat darurat medik di

wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

2) pemeriksaan kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra di

wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

3) pengujian kesehatan nahkoda/pilot dan anak buah kapal/pesawat udara

serta penjamah makanan;

4) vaksinasi dan penerbitan sertifikat vaksinasi internasional;

5) pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

6) pengawasan pengangkutan orang sakit dan jenazah di wilayah kerja

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara, serta ketersediaan

obat-obatan/peralatan P3K di kapal/pesawat udara/alat transportasi

lainnya;

7) kajian dan pengembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang upaya

kesehatan dan lintas wilayah;

8) penyusunan laporan di bidang upaya kesehatan dan lintas wilayah.

Seksi Pencegahan dan Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi,

8

Page 9: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

penyusunan laporan, dan koordinasi pelayanan pengujian kesehatan

nahkoda, anak buah kapal dan penjamah makanan, pengawasan persediaan

obat/P3K di kapal/pesawat udara/alat transportasi lainnya, kajian

ergonomik, advokasi dan sosialisasi kesehatan kerja, pengembangan

jejaring kerja, kemitraan dan teknologi, serta pelatihan teknis bidang

kesehatan kerja di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat

negara.

Seksi Kesehatan Matra dan Lintas Wilayah mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi,

penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan vaksinasi dan penerbitan

sertifikat vaksinasi internasional (ICV), pengawasan pengangkutan orang

sakit dan jenazah, kesehatan matra, kesehatan haji, perpindahan penduduk,

penanggulangan bencana, pelayanan kesehatan terbatas, rujukan gawat

darurat medik, pengembangan jejaring kerja, kemitraan, dan teknologi,

serta pelatihan teknis bidang kesehatan matra di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darai negara.

9

Page 10: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

2. Pelabuhan Nusantara Kendari

Pelabuhan Nusantara Kendari merupakan Pelabuhan utama

penumpang di kota kendari. Bertempat di Jln. Konggoasa No. 1 Kendari.

Merupakan Badan dibawah naungan Pelabuhan Indonesia Area IV,

lokomotif Indonesia Timur.

Gambar 2. Pelabuhan Nusantara Kendari (sumber:www.inaport4.co.id)

Pelabuhan Nusantara Kendari beroperasi 24jam sehari meskipun di

hari libur. Memiliki Fasilitas berupa tiga buah dermaga yang terdiri dari

a. Dermaga Nusantara untuk kapal penumpang dengan panjang

270 m dan lebar 16 m

b. Dermaga Pertamina Jetty untuk Tanker sepanjang 120 m

c. Dermaga Jetty untuk Cargo atau kapal barangdengan panjang

110m.

10

Page 11: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

B. Kebisingan

1. Aspek fisis kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidaksesuai

dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapatmenimbulkan ganggua

terhadap kenyamanan dan kesehatanmanusia.

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usahaatau kegiatan

dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapatmenimbulkan gangguan kesehatan

manusia dan kenyamananlingkungan (Kep. MenLH. N0. 48 Tahun 1996), atau

semua suarayang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat- alat

prosesproduksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapatmenimbulkan

gangguan pendengaran (Kep. MenNaker. No. 51Tahun 1999).

Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang

bergetar. Getaran sumber suara inimengganggu keseimbangan molekul-

molekul udara di sekitarnyasehingga molekul-molekul udara ikut bergetar.

Getaran Sumberini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan

energymekanis dalam Medium udara menurut pola rambatanlongitudinal.

Rambatan gelombang di udara ini dikenal sebagaisuara atau bunyi.

Laju rambat gelombang suara di udara bergantung padasuhu sekitar. Pada

suhu 20ºC laju rambat suara sekitar 344 m/dt.Setiap kenaikan 10ºC maka laju

rambat suara bertambah sekitar0,61 m/dt. Dalam pengendalian kebisingan

diasumsikan bahwa laju rambat suara di udara tidak tergantung pada frequensi

dan kelembaban udara.

Suara yang merambat melalui medium udara berlangsung melalui pola

mampatan-regangan molekul udara yang dilalui. Banyaknya mampatan-

regangan yang terjadi dalam suatu interval waktu tertentu disebut frequensi

suara. Satuannya dinyatakan dalam Hertz (Hz) jika interval waktu kejadian

dinyatakan dalam detik .

Sumber bunyi merupakan gabungan dari beberapa komponen sumber suara:

11

Page 12: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

a. Fluid Turbulence, bising yang terbentuk oleh getaran yangdiakibatkan

benturan antar partikel dalam fluida, misalnyaterjadi terjadi pada pipa,

valve, gas exchaust.Moving andvibration part, bising terjadi oleh

getaran yang disebabkanoleh gesekan, benturan atau ketidak

seimbangan gerakanbagian mesin/peralatan seperti bearing pada

kompresor,turbin, pluks pompa, blower.

b. Electrical Equipment, bising yang disebabkan efekperubahan fluks

elektromagnetik pada bagian inti yangterbuat dari logam, misalnya

generator, motor listrik,tranformator.

c. Temperatur Difference, bising yang terbentuk olehpemuaian dan

penyusutan fluida, misalnya terjadi padamesin jet pesawat.

Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan yangbersumber dari

alat produksi dan atau alat yang pada tingkat tertentu akan menimbulkan

gangguan pendengaran. Kebisingan (Noise) dapat juga diartikan sebagai sebuah

bentruk getaran yang dapat berpindah melalui medium padat, caire dan gas.

Kebisingan adalah produk samping yang tidak diinginkan dari sebuah

lingkungan Bandara yang disebabkan oleh kegiatan operasional Bandara yaitu

bunyi suara mesin pesawat terbang yang menimbulkan kebisingan yang tidak

hanya mempengaruhi aktifitas karyawan bandara (Ground Handling) dan

penduduk yang tinggal di sekitar Bandara. Peningkatan tingkat kebisingan yang

terus menerus dari berbagai aktifitas pada lingkungan Bandara dapat berujung

kepada gangguan kebisingan, efek yang ditimbulkan kebisingan berupa :

i. Efek psikologis pada manusia (kebisingan dapat membuatkaget,

mengganggu, mengacaukan konsentrasi).

ii. Menginterferensi komunikasi dalam percakapan dan lebih jauhlagi akan

menginterferensi hasil pekerjaan dan keselamatankerja.

iii. Efek fisis kebisingan dapat mengakibatkan penurunankemampuan

pendengaran dan rasa sakit pada tingkat yangsangat tinggi.

12

Page 13: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

2. Tingkat Kebisingan

a. Tingakat kebisingan equivalent

Pernyataan tingkat kebisingan equivalent merupakan modelyang dipergunakan

untuk menyatakan tingkat kebisingan yang merupakan tingkat tekanan suara

rerata dalam interval waktu tertentu. Model matimatisnya disajikan dalam

persamaan :

Keterangan : Leq = Tingkat kebisingan equivalent (dBA).

fi = Faksi waktu terjadinya tingkat kebisinganpada interval waktu pengukuran

tertentu.

Li = Nilai tengah tingkat kebisingan pada interval waktu pengukuran tertentu.

13

Page 14: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

b. Tingkat kebisingan sesaat.

Pernyataan tingkat kebisingan sesaat merupakan model yangdipergunakan

untuk menyatakan tingkat kebisingan pada keadaan tertentu dalam interval

waktu yang sangat singkat seperti kebisingan yang ditimbulkan aktifitas tinggal

landas pesawat terbang. Model matematis yang dipergunakan disajikan menurut

persamaan :

Keterangan :

Lt = Tingkat kebisingan sesaat (dBA).

L(t) = Tingkat kebisingan rerata dalam interval waktu pengukuran tertentu

(dBA).

dt = Interval waktu pengukuran t1 ke t2 (detik).

c. Tingkat kebisingan siang dan malam.

Pernyataan tingkat kebisingan siang-malam merupakanmodel tingkat

kebisingan equivalent yang dipergunakan untuk menyatakan tingkat kebisingan

terutama di daerah permukiman. Pengukurannya dilakukan selama 24 jam,

yang dibagi dalaminterval waktu malam (22.00 – 06.00) dan interval waktu

siang( 06.00 – 22.00).

Menurut tingkatan bising (noise level) daerah sekitar pesawat dibagi menjadi 4

zone yaitu :

i. Zone A : Daerah dengan tingkatan bising antara 150 dB. Zone ini

jangan dimasuki sama sekali.

ii. Zone B : Daerah dengan tingkatan bising antara 135 – 150 dB. Di

daerah ini orang harus berusaha sesingkat mungkin dan harus memakai

ear muff.

iii. Zone C : Daerah dengan tingkatan bising antara 115 – 135 dB. Semua

orang yang bekerja di sini harus memakai ear muff. Bila hanya sebentar

boleh memakai ear plug.

14

Page 15: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

iv. Zone D : Daerah dengan tingkatan bising antara 100 – 115 dB. Mereka

yang bekerja di sini harus mekakai ear plug terus menerus.

3. Kontrol Kebisingan

Kebisingan sebagai suara yang tidak dikehendakiharus kendalikan agar

tidak mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia. Getaran yang

dibangkitkan secara terus menerus (kontinyu) akan mengakibatkan stress, mual,

atau pusing tergantung frequensi yang dibangkitkan. Tingkat kebisingan pada

suatu titik yang berasosiasi dengan sumber peruntukan lingkungan yang

tertentu disebut kebisingan ambien. Kontrol kebisingan dilakukan sebagai

upaya pengendalian kebisingan ambien untuk mereduksi tingkat kebisingan

sampai taraf yang ditentukan oleh baku tingkat kebisingan untuk lingkungan

dengan peruntukan tertentu. Secara umum control kebisingan diklasifikasikan

atas tiga kategori yaitu:

1. Kontrol kebisingan pada sumber kebisingan.

2. Kontrol kebisingan pada lintasan (medium perambatansuara)

3. Kontrol kebisingan pada penerima (manusia).

4. Baku mutu tingkat kebisingan.

Baku mutu kebisingan adalah batas maksimal tingkat Bakumutu

kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan

sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan

lingkungan (Kep.MenLHNo.48 Tahun 1996). Tingkat kebisingan adalah

ukuran energy bunyi yang dinyatakan dalam satuan Decibel disingkat dB.

Decibel adalah ukuran energi bunyi atau kuantitas yang dipergunakan sebagai

unit-unit tingkat tekanan suara berbobot A. Yang dilakukan untuk

mensederhanakan plot-plot multipledan untuk secara kira-kira membandingkan

kuantitas logaritmik dari stimulus akustik yang diterima telinga. Berdasarkan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

15

Page 16: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

KEP.48/MENLH/11/1996, tanggal 25 Nopember 1996. Tentangbaku tingkat

kebisingan Peruntukan Kawasan atau Lingkungan Kegiatan.

16

Page 17: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

C. Tuli Akibat Bising

1. Definisi

Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced hearing

loss / NIHL ) adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras

dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh

bising lingkungan kerja.1,2 Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian

ensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis.3,4 Secara

umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan.

2. Epidemiologi

Tuli akibat bising merupakan tuli sensorineural yang paling

sering dijumpai setelah presbikusis. Lebih dari 28 juta orang Amerika

mengalami ketulian dengan berbagai macam derajat, dimana 10 juta

orang diantaranya mengalami ketulian akibat terpapar bunyi yang keras

pada tempat kerjanya. Sedangkan Sataloff dan Sataloff ( 1987 )

mendapati sebanyak 35 juta orang Amerika menderita ketulian dan 8

juta orang diantaranya merupakan tuli akibat kerja.

Oetomo, A dkk ( Semarang, 1993 ) dalam penelitiannya

terhadap 105 karyawan pabrik dengan intensitas bising antara 79 s/d

100 dB didapati bahwa sebanyak 74 telinga belum terjadi pergeseran

nilai ambang, sedangkan sebanyak 136 telinga telah mengalami

pergeseran nilai ambang dengar, derajat ringan sebanyak 116 telinga

( 55,3% ), derajat sedang 17 ( 8% ) dan derajat berat 3 ( 1,4% ). 7

Kamal, A ( 1991 ) melakukan penelitian terhadap pandai besi yang

berada di sekitar kota Medan. Ia mendapatkan sebanyak 92,30 % dari

pandai besi tersebut menderita sangkaan NIHL.

3. Patomekanisme

Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama

sel-sel rambut. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar

17

Page 18: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

yang menunjukkan adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan

intensitas dan lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar

menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi.

Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai

lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang

pertama kali terkena adalah daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia,

sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut.

Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam

dan sel-sel penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan

pada sel-sel rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat

dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak.

Lokasi dan perubahan histopatologi yang terjadi pada telinga

akibat kebisingan adalah sebagai berikut :

a. Kerusakan pada sel sensoris

b. Kerusakan pada stria vaskularis

c. Kerusakan pada serabut saraf dan nerve ending

d. Hidrops endolimf

4. Gambaran Klinis

Gangguan pada frekwensi tinggi dapat menyebabkan kesulitan

dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada

tinggi, seperti suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidak

didengar sama sekali. Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinnitus

merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan akhirnya dapat

mengganggu ketajaman pendengaran dan konsentrasi.Secara umum

gambaran ketulian pada tuli akibat bising ( noise induced hearing loss )

adalah :

a. Bersifat sensorineural

b. Hampir selalu bilateral

c. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing

loss ) Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB.

18

Page 19: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

d. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan

pendengaran yang signifikan.

e. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000,

4000 dan 6000 Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada

frekwensi 4000 Hz.

f. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000,

4000 dan 6000 Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10

– 15 tahun.

Selain pengaruh terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang

berlebihan juga mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh

terhadap komunikasi wicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur

sampai memicu stress akibat gangguan pendengaran yang terjadi.

5. Pencegahan

Tujuan utama perlindungan terhadap pendengaran adalah untuk

mencegah terjadinya NIHL yang disebabkan oleh kebisingan di

lingkungan kerja. Program ini terdiri dari 3 bagian yaitu :

a. Pengukuran pendengaran Test pendengaran yang harus dilakukan

ada 2 macam, yaitu

1. Pengukuran pendengaran sebelum diterima bekerja.

2. Pengukuran pendengaran secara periodik.

b. Pengendalian suara bising Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1. Melindungi telinga para pekerja secara langsung dengan

memakai ear muff ( tutup telinga ), ear plugs ( sumbat telinga )

dan helmet ( pelindung kepala ).

2. Mengendalikan suara bising dari sumbernya, dapat dilakukan

dengan cara :

memasang peredam suara

menempatkan suara bising ( mesin ) didalam suatu

ruangan yang terpisah dari pekerja

19

Page 20: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

c. Analisa bising Analisa bising ini dikerjakan dengan jalan menilai

intensitas bising, frekwensi bising, lama dan distribusi pemaparan

serta waktu total pemaparan bising. Alat utama dalam pengukuran

kebisingan adalah sound level meter .

20

Page 21: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

BAB II

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN

KESEHATAN DI PELABUHAN NUSANTARA KOTA KENDARI

1. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran

dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani

maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para

pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.

Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja

tersebut, risiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan

dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan

pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah

capek. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek

perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian

keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan

mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi.

Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk

menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi,

unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku

pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi. Meskipun

ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur

sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan.

Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan

keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis.

Salah satunya adalah pekerja-pekerja bongkar muat barang pelabuhan,

memikul lebih banyak beban fisik daripada beban mental ataupun

sosial.

21

Page 22: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan

oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja.

Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang

artifisial atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja (PAK), menurut

KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993, adalah penyakit yang disebabkan

pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja terjadi sebagai

pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja.

Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing

loss/ NIHL ) adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras

dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh

bising lingkungan kerja. Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian

sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis.

2. Dasar Hukum

a. UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 tahun 1999

c. UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

3. Tujuan

Untuk Meningkatkan pengetahuan para buruh pelabuhan di

Pelabuhan Nusantara Kendari tentang pentingnya penggunaan alat

pelindung diri dari kebisingan untuk menghindari dampak penyakit

akibat kerja yang dapat timbul yaitu Ketulian akibat Bising.

4. Manfaat

a. Menambah pengetahuan bagi para pekerja-pekerja buruh

pelabuhan, di pelabuhan Nusantara Kendari tentang upaya program

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

22

Page 23: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

b. Dapat meminimalisasi penyakit akibat kerja yang disebabkan tidak

digunakannya alat pelindung diri.

5. Sasaran Kegiatan

Para teknisi mesin, abk kapal, buruh pelabuhan di Pelabuhan Nusantara

Kendari Kendari

6. Waktu dan Lokasi

Waktu Pelaksanaan : Kamis, 17 September 2015

Jam : 12.00-13.00 WITA

Tempat Pelaksanaan : Pelabuhan Nusantara Kendari Kendari

23

Page 24: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

7. Metode

Menggunakan metode ceramah dengan mengunjungi satu persatu sasaran

penyuluhan. Menggunakan leaflet tentang Bahaya kebisingan dan

pengenalan jenis-jenis Alat Pelindung Diri yang berhubungan dengan

kebisingan.

8. Hasil Kegiatan

Penyuluhan K3 diikuti oleh 20 orang buruh pelabuhan.

Pelaksanaan penyuluhan berlangsung dengan baik dan seluruh peserta

cukup antusias dalam mengikuti penyuluhan.

9. Kendala/hambatan

a. Ada yang menolak untuk diberi penyuluhan

b. Sebagian besar diantara mereka sedang bekerja sehingga tidak bisa

ikut mendengar penyuluhan

10. Saran

a. Kepada petugas kesehatan khususnya yang bertugas di pelabuhan

Nusantara Kendari sebaiknya sering melakukan penyuluhan agar

meningkatkan kesadaran para pekerja akan pentingnya kesehatan

dan keselamatan kerja

b. Bila dilakukan penyuluhan selanjutnya sebaiknya ketika para

pekerja tidak sedang bekerja sehingga bisa lebih banyak yang hadir

dalam penyuluhan

c. Di harapkan kepada petugas kesehatan agar dapat berkordinasi

terhadap petugas pelabuhan untuk pengadaan Alat Pelindung Diri

untuk para buruh pelabuhan.

d. Memperketat peraturan penggunaan Alat Pelindung Diri di lingkup

pelabuhan.

11. Kesimpulan

24

Page 25: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

a. Para buruh telah mengetahui dampak bahaya polusi, penyakit-

penyakit yang dapat timbul akibat polusi dan mengetahui jenis-jenis

Alat Pelindung Diri.

b. Pelaksanaan penyuluhan berlangsung dengan baik dan seluruh

peserta cukup antusias dalam mengikuti penyuluhan

LAPORAN KEGIATAN SURVEY TINGKAT KEBISINGAN

DI PELABUHAN NUSANTARA KENDARI

1. Latar Belakang

Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising

yang intensitasnya 85 desibel (dB) atau lebih dapat menyebabkan

kerusakan reseptor pendengaran Corti pada telinga dalam. Sifat

ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan biasanya terjadi pada kedua

telinga. Dari definisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu

sangat subyektif, tergantung dari masing-masing individu, waktu dan

tempat terjadinya bising. Sedangkan secara audiologi, bising adalah

campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi.

Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing

loss/ NIHL ) adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras

dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh

bising lingkungan kerja. Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian

sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan

a. Intensitas kebisingan

b. Frekwensi kebisingan

c. Lamanya waktu pemaparan bising

d. Kerentanan individu

e. Jenis kelamin

25

Page 26: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

f. Usia

g. Kelainan di telinga tengah

Tabel 1. Intensitas bunyi dan waktu paparan yang diperkenankan sesuai

dengan Departemen Tenaga Kerja 1994 – 1995

Intensitas bising

( dB )

Waktu paparan

Per hari dalam jam

85

87,5

90

92,5

95

100

105

110

8

6

4

3

2

1

½

¼

Sumber: Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999

Tabel 2. Nilai Ambang Kebisingan Menurut Kep Menaker No.

KEP-51/MEN/1999

Waktu Pemaparan per

hariIntensitas (dB A)

8

4

2

1

Jam

85

88

91

94

30

15

7,5

3,75

Menit 97

100

103

106

26

Page 27: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

1,88

0,94

109

112

28,12

14,06

7,03

3,52

1,75

0,88

0,44

0,22

0,11

Detik

115

118

121

124

127

13

133

136

139

Sumber: Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999

Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap manusia, seperti

gangguan fisiologis, psikologis, komunikasi, dan ketulian atau ada yang

menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya

gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti

komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, kelelahan dan stres.

2. Dasar Hukum

a. UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 tahun 1999

c. UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

3. Tujuan

Untuk menilai tingkat kebisingan di lingkungan kerja dan dapat

menimalisir dampak tingkat kebisingan terhadap Penyakit Akibat kerja.

Memberikan pengetahuan kepada pekerja tentang dampak tingkat

kebisingan terhadap kesehatan fungsi pendengaran.

4. Manfaat

27

Page 28: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

a. Menambah pengetahuan bagi para pekerja-pekerja tentang bahaya

tingkat kebisingan

b. Dapat meminimalisasi penyakit akibat kerja yang disebabkan tidak

digunakannya alat pelindung diri.

c. Tingkat kebisingan di lingkungan kerja dapat diketahui

6. Sasaran Kegiatan

Petugas Mesin kapal yang berlabuh di Pelabuhan Nusantara kendari

7. Waktu dan Lokasi

Waktu Pelaksanaan : Kamis, 17 September 2015

Jam : 13.00-14.00 WITA

Tempat Pelaksanaan : Pelabuhan Pangkalan Nusantara Kendari

8. Metode

Menggunakan Alat menghitung tingkat kebisingan dengan cara

mensurvey daerah dengan tingkat kebisingan yang tinggi. Memberikan

penyuluhan kepada petugas dengan metode ceramah tentang jenis alat

pelindung diri untuk menghindari paparan tingkat kebisingan yang cukup

tinggi.

9. Hasil Kegiatan

Pekerja telah mengetahui tingkat kebisingan di lingkungan kerjanya.

Pekerja dapat mengetahui bahaya paparan tingkat kebisingan di

lingkungan terhadap fungsi pendengaran. Pekerja dapat mengetahui jenis

alat pelindung diri yang tepat digunakan untuk menghindari paparan

tingkat kebisingan yang tinggi.

12. Kendala/hambatan

1. Media penyuluhan yang terbatas.

28

Page 29: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

2. Tidak seluruhnya petugas mesin kapal yang diberi penyuluhan

disebabkan kapal yang disurvey hanya dua dan petugas yang

bertugas dibagi dalam beberapa shift.

13. Saran

a. Kepada petugas kesehatan khususnya yang bertugas di pelabuhan

Nusantara sebaiknya sering melakukan penyuluhan agar

meningkatkan kesadaran para pekerja akan pentingnya kesehatan

dan keselamatan kerja

b. Kepada petugas kesehatan sebaiknya menyarankan kepada

pekerja mesin di kapal agar memeriksa secara rutin kesehatan

pendengaran agar dapat diketahui dampak akibat tingkat paparan

kebisingan.

c. Di harapkan kepada petugas kesehatan agar dapat berkordinasi

terhadap petugas pelabuhan untuk pengadaan Alat Pelindung Diri

untuk para buruh pelabuhan.

d. Memperketat peraturan penggunaan Alat Pelindung Diri di

lingkup pelabuhan.

14. Kesimpulan

a. Berdasarkan hasil pengukuran Tingkat kebisingan, hasilnya

tingkat kebisingan di lingkungan kerja kamar mesin kapal cukup

tinggi, dan sangat membahayakan fungsi pendengaran pekerja.

b. Penggunaan alat pelindung diri di lingkungan pelabuhan masih

kurang baik, disebabkan ketersediaan APD dan kesadaran

pekerja terhadap pentingnya penggunan APD.

29

Page 30: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kantor Kesehatan Pelabuhan merupakan unit organisasi yang

bertanggung jawab dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan

di atas. Secara kelembagaan, eksistensi KKP didasarkan atas SK.

Menkes RI No. 356/MENKES/PER/IV/2008, tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. KKP

mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya

penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi,

kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan

kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap

penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur

biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

KKP ini juga memiliki tiga unit usaha yang penting berupa :

Unit PKSE (Karantina dan Surveilans Epidemiologi), Unit PRL

(Pengendalian Risiko Lingkungan), dan Unit UKLW (Upaya Kesehatan

dan Lintas Wilayah) yang memiliki peran yang berbeda- beda.

Dalam kegiatan dilapangan dilakukan peyuluhan menyankut

penyakit yang dapat diakibatkan oleh kebisingan. Yaitu salah satunya

ketulian atau penurunan pendengaran yang bersifat irreversible

atautidak dapat pulih beserta upaya pencegahannya.

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena

tidaksesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga

dapatmenimbulkan ganggua terhadap kenyamanan dan kesehatan

manusia. Oleh karena itu sebagai salah satu upaya pencegahan harus

dilakukan pengalisaan kebisingan pada lapangan secara berkala. Salah

30

Page 31: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

satunya dengan pengukuran mesin kapal yang tiap harinya beroperasi

di Pelabuhan Nusantara Kendari.

B. Saran

a. Dalam Pelaksanaan upaya promotif dan preventif lebih di

kembangkan lagi, utamanya dalam hal pelaksanaan Kesehatan

dan keselamatan kerja di wilaya pelabuhan.

b. Dalam pelaksanaan program Kesehatan pelabuhan agar lebih

ditingkatkan lagi sarana dan prasarana dalam mendukung upaya

promotif dan preventif di KKP.

c. Untuk keberhasilan setiap program agar Pihak KKP lebih tegas

dalam menerapkan aturan keselamatan dan kesehatan kerja di

lingkup pelabuhan utamanya kepada pekerja.

d. Data informasi riwayat kesehatan penyakit akibat kerja agar di

lakukan survey kepada pekerja pelabuhan.

31

Page 32: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

Lampiran 1.

Leaflet Penyuluhan Kesehatan “Tuli Akibat Kebisingan”

32

Page 33: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

Lampiran 2.

Dokumentasi Kegiatan

Gambar 3. bersama petugas KKP

33

Page 34: 5. laporan KKP KUMPUL KAMPUS.docx

Gambar 4. pengukuran kebisingan mesin kapal

Gambar 5. penyuluhan kesehatan kepada teknisi mesin kapal

34