13
TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium dan tingginya dapat mencapai 15- 20 meter. Batang kelapa sawit memiliki diameter 40-75 cm, dengan tinggi batang pada budidayanya biasanya tidak lebih dari 18 meter. Batang kelapa sawit mempunyai tiga fungsi utama, yaitu : a. struktur yang mendukung daun, bunga dan buah; b. sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral ke atas, serta hasil fotosintesis dari daun kebagian lain; c. berfungsi sebagai organ penimbunan makanan. Batang kelapa sawit akan diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah 12 tahun pelepah yang mengering dan membusuk akan terlepas, sehingga penampilan kelapa sawit menjadi mirip dengan tanaman kelapa (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005). Akar kelapa sawit berfungsi untuk menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap unsur hara dalam tanah, dan alat respirasi. Kelapa sawit memiliki sistem akar serabut, yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar primer tumbuh dari pangkal batang (bole), diameternya berkisar antara 8-10 mm, panjangnya dapat mencapai 18 cm. Akar sekunder tumbuh dari akar primer dengan diameter 2-4 mm, dari akar sekunder tumbuh akar tersier dengan diameter 0,7-1,5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15 cm. Akar-akar kelapa sawit membentuk lapisan anyaman yang tebal di dekat permukaan tanah, dan juga terdapat beberapa akar napas yang mengarah ke samping atas. Sebagian besar perakaran tanaman kelapa sawit berada dekat permukaan tanah, hanya sedikit yang berada pada kedalaman 90 cm (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005). Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu, yaitu bunga jantan dan betina berada terpisah tetapi masih di dalam satu pohon. Bunga jantan dan betina memiliki waktu pematangan yang berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan berbentuk lancip dan panjang, sementara bunga betina berbentuk lebih besar dan mekar. Jenis kelamin bunga jantan atau betina ditentukan 9 bulan setelah inisiasi, dan selang 24 bulan untuk inflor bunga berkembang sempurna. Buah kelapa sawit adalah buah batu yang sessile (sessile drup), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah buah per tandan

5 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit · Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak ... Fisiologi Pembuahan dan Hasil Tanaman

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 5 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit · Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak ... Fisiologi Pembuahan dan Hasil Tanaman

5

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus,

tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium dan tingginya dapat mencapai 15-

20 meter. Batang kelapa sawit memiliki diameter 40-75 cm, dengan tinggi batang

pada budidayanya biasanya tidak lebih dari 18 meter. Batang kelapa sawit

mempunyai tiga fungsi utama, yaitu : a. struktur yang mendukung daun, bunga

dan buah; b. sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral ke

atas, serta hasil fotosintesis dari daun kebagian lain; c. berfungsi sebagai organ

penimbunan makanan. Batang kelapa sawit akan diselimuti bekas pelepah hingga

umur 12 tahun. Setelah 12 tahun pelepah yang mengering dan membusuk akan

terlepas, sehingga penampilan kelapa sawit menjadi mirip dengan tanaman kelapa

(Mangoensoekarjo dan Semangun 2005).

Akar kelapa sawit berfungsi untuk menunjang struktur batang di atas

tanah, menyerap unsur hara dalam tanah, dan alat respirasi. Kelapa sawit memiliki

sistem akar serabut, yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier dan kuarter.

Akar primer tumbuh dari pangkal batang (bole), diameternya berkisar antara 8-10

mm, panjangnya dapat mencapai 18 cm. Akar sekunder tumbuh dari akar primer

dengan diameter 2-4 mm, dari akar sekunder tumbuh akar tersier dengan diameter

0,7-1,5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15 cm. Akar-akar kelapa sawit

membentuk lapisan anyaman yang tebal di dekat permukaan tanah, dan juga

terdapat beberapa akar napas yang mengarah ke samping atas. Sebagian besar

perakaran tanaman kelapa sawit berada dekat permukaan tanah, hanya sedikit

yang berada pada kedalaman 90 cm (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005).

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu, yaitu bunga jantan dan

betina berada terpisah tetapi masih di dalam satu pohon. Bunga jantan dan betina

memiliki waktu pematangan yang berbeda sehingga sangat jarang terjadi

penyerbukan sendiri. Bunga jantan berbentuk lancip dan panjang, sementara

bunga betina berbentuk lebih besar dan mekar. Jenis kelamin bunga jantan atau

betina ditentukan 9 bulan setelah inisiasi, dan selang 24 bulan untuk inflor bunga

berkembang sempurna. Buah kelapa sawit adalah buah batu yang sessile (sessile

drup), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah buah per tandan

Page 2: 5 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit · Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak ... Fisiologi Pembuahan dan Hasil Tanaman

6

dapat mencapai 1.600 buah, berbentuk lonjong membulat dengan panjang buah 2-

3 cm dan bobotnya 30 gram. Minyak dihasilkan oleh buah yang masak dengan

kandungan 45-50 persen dari bobot mesokarp. Setelah melewati fase matang,

kandungan asam lemak jenuh dan tak jenuh akan meningkat dan buah akan rontok

dengan sendirinya. Buah terdiri atas tiga lapisan, a. eksokarp, yaitu bagian kulit

buah berwarna kemerahan dan licin; b. mesokarp, yaitu bagian serabut buah, dan;

c. endokarp, yaitu cangkang pelindung inti (Mangoensoekarjo dan Semangun

2005).

Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip. Daun kelapa sawit terdiri

atas kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian dan tulang anak

daun, rachis yang merupakan tempat anak daun melekat, tangkai daun (petiole)

yang merupakan bagian antara daun dan tangkai, dan seludang pembuluh (sheath)

yang berfungsi sebagai pelindung dari kuncup dan memberikan kekuatan pada

batang. Pada tanaman dewasa dapat menghasilkan 40-60 daun dan akan

menghasilkan bakal daun setiap dua minggu serta memiliki masa hidup fungsional

selama dua tahun. Panjang daun dapat mencapai 5-7 meter dan memiliki 100-160

pasang anak daun linear. Setiap tahun 18-24 pelepah daun akan dihasilkan, daun

tersusun secara spiral dan teratur yang dinamakan phylotaxis. Jumlah pelepah

dalam satu spiral berjumlah delapan pelepah (Mangoensoekarjo dan Semangun

2005).

Permodelan

Kemajuan teknologi memungkinkan kita melakukan prediksi hasil dari

tanaman melalui model. Model dapat dikatakan sebagai penyederhanaan dari

suatu sistem yang kompleks. Sistem dapat dijabarkan sebagai mekanisme yang

terjadi pada dunia nyata, dimana sistem merupakan kumpulan dari komponen

sistem yang terorganisasi dan mempunyai tujuan yang sama. Di dalam model akan

terdapat submodel-submodel lagi sehingga merangkai suatu model yang lebih

baik. Model dikatakan sebagai penyederhanaan, karena tidak semua yang terjadi

pada sistem dapat dibuat modelnya.

Tujuan dari dibuatnya model yaitu untuk melakukan prediksi, untuk

memahami suatu proses dan untuk kegiatan manajemen (Handoko 2005). Dengan

menggunakan model dan data yang ada kita dapat melakukan prediksi hasil dari

Page 3: 5 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit · Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak ... Fisiologi Pembuahan dan Hasil Tanaman

7

suatu kegiatan pertanian kedepannya, misalkan untuk memprediksi kapan

tanaman yang kita tanaman akan panen. Dalam suatu sistem hanya beberapa

komponen yang berpengaruh terhadap model yang kita buat. Pada model yang

lebih detail maka komponen yang kita perlukan juga akan semakin banyak. Hal

ini diperlukan agar proses dalam suatu sistem dapat kita mengerti dan pelajari,

misalnya bagaimana cahaya dapat berpengaruh terhadap hasil dan produksi

tanaman. Dalam proses manajemen model dijadikan sebagai kontrol, dimana hasil

yang sebenarnya akan di bandingkan dengan data prediksi yang dibuat.

Dalam pembuatan model ada beberapa tahap yang harus dilewati, yaitu

penentuan tujuan, pembuatan model, validasi, kalibrasi, aplikasi dan evaluasi

(Handoko 2005). Tujuan dalam pembuatan model harus jelas, terutama apa yang

ingin kita capai dari hasil model tersebut, sehingga parameter dan data yang kita

gunakan tepat dalam penyusunan model. Validasi dilakukan dengan data

nyata/real yang kita miliki dan kita bandingkan dengan data hasil prediksi yang

dikeluarkan dari model. Apabila terdapat perbedaan yang mencolok maka kita

lakukan kalibrasi agar model yang kita buat lebih mendekati kondisi sebenarnya.

Berikutnya kita dapat mengaplikasikan model yang kita buat, sehingga model

yang kita susun dapat digunakan. Model yang kita buat harus kita evaluasi lagi,

agar model yang kita susun semakin mendekati dengan sistem yang akan kita buat

modelnya.

Hasil penelitian Henson dan Dolmat (2003), penentuan perkembangan

kanopi sangat penting untuk menentukan berapa banyak cahaya yang diserap yang

dirubah menjadi produksi. Pada tanaman kelapa sawit besaran LAI bergantung

kepada luas pelepah, jumlah pelepah dan satuan tanaman per ha. Intersepsi cahaya

oleh kanopi (pelepah) merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan

tanaman, produksi biomassa serta dalam model pertumbuhan tanaman (Awal et al.

2005). Penelitian Okoye et al. (2011) menyatakan modeling produksi tandan

buah segar kelapa sawit menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap

genotif, lingkungan dan interaksi genotif dan lingkungan.

Model yang disusun oleh Henson (2000), menunjukkan bahwa model

yang disusun belum dapat mensimulasi hasil kelapa sawit dengan baik pada

kondisi cuaca yang berubah-ubah. Hal ini diakibatkan karena produksi tandan

Page 4: 5 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit · Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak ... Fisiologi Pembuahan dan Hasil Tanaman

8

segar tergantung pada jumlah sink yang ada, serta input dan data-data terbaru

diperlukan untuk membantu mensimulasi tingkat kompleksitas produksi tandan.

Fisiologi Pembuahan dan Hasil Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan pada umur 24 sampai 30 bulan

setelah ditanam di lapang, dan mampu mengasilkan tandan hingga 15

tandan/tahun dengan berat mencapai 15–25 kg. Buah kelapa sawit normalnya

memerlukan waktu 20-22 minggu untuk proses pematangan buah. Kematangan

buah kelapa sawit dapat diartikan sebagai tercapainya akumulasi maksimum

minyak yang terkadung dalam satu buah, dan seluruh buah dalam tandan (Razali

et al. 2012).

Produksi tandan pada tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa

faktor, seperti pemupukan, air, pasokan karbohidrat dan polinasi. Perubahan dari

beberapa faktor ini dapat menurunkan atau meningkatkan produksi dari tandan

buah. Kekurangan pemupukan dan polinasi yang buruk , yang dapat diakibatkan

oleh keduanya atau secara terpisah akan memicu rendahnya produksi tandan

(Harun dan Noor 2002).

Gambar 1. Diagram perkembangan bunga kelapa sawit (Siregar 1998)

Penentuan jenis kelamin atau pemisahan jenis kelamin merupakan proses

yang penting dalam pembentukan seks rasio kelapa sawit. Seks rasio yang

dimaksud merupakan perbandingan antara jumlah bunga betina dengan

keseluruhan bunga yang diproduksi pada waktu tertentu. Semakin tinggi seks ratio

atau semakin tinggi bunga betina, artinya peluang untuk mendapatkan produksi

tandan yang tinggi semakin besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi seks ratio

meliputi umur tanaman, jumlah hari kering, penyinaran matahari dan curah hujan

selama musim kemarau (Siregar 1998). Fase perkembangan bunga dapat dilihat

pada Tabel 1.

Bakal Bunga(Primordial)

Bunga Mekar(anthesis)

Penentuan Kelamin(Sex determination)

Buah Matang Panen(Ripening)

8-9 bulan 14.5-22 bulan 5-9 bulan27.5-37 bulan

19.5-28 bulan

Page 5: 5 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit · Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak ... Fisiologi Pembuahan dan Hasil Tanaman

9

Tabel 1. Fase perkembangan bagian buah pada tanaman kelapa sawit

Nomor pelepah Perkiraan bulan sebelumpanen

Tingkat perkembangan

L 46 38 Pembentukan awal bungaL 17 24 Jumlah spiklet ditentukanL 12 22 Jumlah bunga per spliketL 11 18 Penentuan jenis kelaminL +6 12 Perkembangan cepat bunga

betinaL +7 12 Perkembangan cepat bunga

jantanL +8 11 AborsiL +15 8 Berat frameL +17 6 Antesis dan pembentukan buahL +18 5 Berat buahL +31 0 Panen

Sumber : Rizal dan Tsan (2008)

Maksimum berat buah yang dapat dihasilkan sebesar 24 kg dan kandungan

minyak pada mesokarp sebesar 25%, pada buah dengan fruitset sebesar 90% dan

75%. Minimum fruitset yang diperlukan sebesar 40% untuk mendapatkan rasio

minyak/buah sebesar 20% (Harun dan Noor 2002). Peningkatan sink pada kondisi

source yang sedikit akan mengurangi berat buah dan meningkatkan buah yang

tidak berkembang pada bagian dalam buah.

Tanaman kelapa sawit mempunyai tipe perakaran dangkal sehingga

umumnya tidak toleran terhadap cekaman kekeringan, yang sangat membatasi

pertumbuhan dan produksi. Cekaman kekeringan dapat menghambat pembukaan

pelepah daun muda, merusak hijau daun yang menyebabkan daun tampak

menguning dan mengering, pelepah daun terkulai dan pupus patah. Pada fase

reproduktif cekaman kekeringan menyebabkan perubahan nisbah kelamin bunga,

bunga dan buah muda mengalami keguguran, dan tandan buah gagal menjadi

masak. Akhirnya, mengakibatkan gagal panen dan menurunkan produksi tandan

buah segar (Toruan-Mathius et al. 2001). Pengaruh curah hujan terhadap produksi

tanaman kelapa sawit pada beberapa lokasi dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 6: 5 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit · Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak ... Fisiologi Pembuahan dan Hasil Tanaman

10

Tabel 2. Pola produksi tandan buah segar pada beberapa negara dan curah hujanlokal

Negara Lokasi Curah hujan(mm/tahun)

Produksi tandan segar(ton/ha/tahun)

Malaysia Teluk Intan, PerakPaloh, JohoreTampin, MalaccaBintulu, Sarawak

2420201015803400

37.935.030.928.9

Indonesia Sumatra BeratSumatra Utara

-2890

30.035.1

Papua NewGuinea

KimbePopondettaBialla

387026405400

30.831.521.4

Costa Rica Quepos (SE)Quepos (NW)Coto

392028004040

29.523.026.0

Honduras San Alejo 2740 29.6Benin Pobe

Akpadanou11001010

13.29.7

Columbia Unipalma 2500 26.7Sumber : Rizal dan Tsan (2008)

Menurut Rizal dan Tsan (2008), pengaruh hujan terhadap produksi dapat

dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Curah hujan 200-300 mm bulan-1 memberikan produksi 2-3 ton ha-1bulan-1

2. Curah hujan 100-199 mm bulan-1 memberikan produksi 1.5-2 ton

ha-1 bulan-1

3. Curah hujan 0-99 mm bulan-1 memberikan produksi 0.5-1.5 ton ha-1bulan-1

Curah hujan 18 bulan sebelum panen atau lebih memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap penentuan jenis kelamin. Curah hujan yang rendah akan

mempengaruhi produksi 18 bulan kemudian karena akan mengurangi

perkembangan bunga betina. Korelasi antara curah hujan dan produksi dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Analisis korelasi produksi dan curah hujan pada Triang 2

Curah hujan x bulan sebelum panen 18 12 6Produksi (ton ha-1) 0.257* 0.094 0.010Note : *) berpengaruh nyata pada taraf 5%

Page 7: 5 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit · Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak ... Fisiologi Pembuahan dan Hasil Tanaman

11

Pengaruh Jumlah Pelepah terhadap Fisiologi dan Hasil Tanaman

Hasil penelitian Noor (2004), LAI akan meningkat seiring dengan umur

kelapa sawit, dan stabil pada umur lebih dari 10 tahun. Pada tempat yang subur

dimana luas daunnya mencapai 10-12 m2, tanaman kelapa sawit ditunas hingga

tersisa 40 pelepah per pohon dengan populasi 148 tanaman ha-1, diperoleh LAI

antara 5.9-7.1. Secara umum produksi bobot kering pada tanaman berbanding

lurus dengan penerimaan radiasi pada kanopi, selain itu juga terdapat faktor lain

seperti hara atau air. Produksi bahan kering juga bergantung kepada PAR yang

diterima dan efisiensi dalam mengkonversi radiasi menjadi bobot kering.

Kebutuhan radiasi pada tanaman kelapa sawit untuk mendapatkan hasil

yang memadai belum diketahui secara tepat, tetapi Hartley (dalam Noor 2004)

beranggapan bahwa kombinasi antara suhu yang tepat, hujan, dan lama

penyinaran dapat memberikan hasil yang baik. Secara umum area yang tingkat

radiasi rendah dengan distribusi hujan yang merata dan mencukupi, hasilnya dapat

lebih tinggi dibandingkan daerah dengan radiasi tinggi tetapi memiliki musim

kering yang sering. Contohnya dapat dilihat pada Tabel 4. Di daerah dengan

tingkat radiasi rendah memiliki hasil minyak yang hampir sama dengan dengan

daerah yang memiliki tingkat penyinaran yang tinggi.

Tabel 4. Iklim dan rataan hasil tandan buah pada tiga lokasi perkebunan diKolombia

Daerah Lama penyinaran(jam hari-1)

Bobot tandan Hasil minyak Faktor pembatasutama

(ton ha-1 thn-1)Barat 3.18 14.77 3.12 Radiasi rendahTimur 4.70 14.14 2.99 Musim kemarau,

penyakitUtara 6.96 16.63 3.38 Musim kemarau

panjang, suhutinggi

Note : Lama penyinaran adalah rata-rata untuk 2 (barat), 3 (timur) atau 5 (utara)lokasi selama 4-28 tahun. Data hasil (FEDEPALMA, 1998) adalah untuksemua tanaman pada setiap daerah dan rata-rata untuk tahun 1992.

Corley (1976) mengemukakan bahwa pada cahaya rendah, pertembahan

pelepah akan mengurangi tingkat respirasi atau meningkatkan efisiensi

Page 8: 5 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit · Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak ... Fisiologi Pembuahan dan Hasil Tanaman

12

fotosintesis. Hal ini memungkinkan tanaman untuk mendapatkan hasil maksimum

dengan penunasan yang minimal.

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa PAR yang diterima pada pelepah yang di

bawah akan semakin berkurang, hal ini karena terjadinya penutupan/naungan oleh

pelepah yang di atasnya. Pada pelepah terbawah tingkat kehilangan karbon

semakin menurun, hal ini menunjukkan bahwa pelepah yang paling bawah

semakin efisien dalam memanfaatkan karbon.

Tabel 5. Pengaruh LAI di bawah pelepah terhadap radiasi fotosintesis aktif (PAR)di atas kanopi pada keseimbangan karbon

LAI di ataspelepahterbawah

Nomorpelepah

FraksitransmisiPAR

Rata-rata PARper 12 jamdalam 0karbon(µmol quantam-2 s-1)

Karbon yang didapatatau hilang selama 24jam pada rata-rata PAR= 500µmol m-2 s-1

(mmol CO2 m-2)3.0 21 0.281 219 127.64.0 28 0.176 350 42.64.5 31 0.139 443 12.85.0 35 0.109 560 -10.76.0 42 0.069 897 -43.9

Note : diasumsikan 148 pokok/ha dan 10 m2 permukaan area per pelepahSumber : Henson (1991)

Penelitian Lamade et al. (2006) menemukan bahwa kandungan glukosa

mengalami fluktuasi yang linear pada tiap tingkat pelepah. Peningkatan terjadi

mulai dari pelepah pertama hingga pelepah 17-33. Glukosa tetap tinggi hingga

pelepah ke 40, sehingga hal ini dapat menjadi rekomendasi untuk penunasan.

Sebanyak 42 pelepah umumnya menjadi rekomendasi yang memadai berdasarkan

kandungan glukusa pada pelepah. Pola yang sama juga ditemukan pada

kandungan klorofil, yang secara langsung berkorelasi terhadap aktivitas

fotosintesis yang mana sangat kuat pengaruhnya terhadap glukosa sebagai hasil

asimilasi produksi dari daun source. Aktivitas reaksi gelap terjadi peningkatan

pada pelepah 9-10, menunjukkan bahwa daun yang sangat aktif berfotosintesis.

Selanjutnya akan menurun sangat tajam hingga pelepah ke 15. Sekali lagi pada

daun yang tua menunjukkan bahwa kehilangan karbon yang sedikit dan tetap

Page 9: 5 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit · Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak ... Fisiologi Pembuahan dan Hasil Tanaman

13

menjadi daun source cukup lama. Selain itu dengan menyisakan sedikit pelepah

pada tanaman akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan tanaman (Tabel 6).

Tabel 6. Pengaruh penunasan terhadap pertumbuhan kelapa sawit

Pelepah yang dipertahankan/pokok 24 32 40Rata-rata pertumbuhan tanaman (ton bobot keringha-1 tahun-1)

24.1 27.0 27.2

Min. Sig. Diff 2.24 - -Note : 138 pokok ha-1

Sumber : Corley (1972)

Indeks buah yang tinggi dapat dijadikan sebagai indikator meningkatnya

hasil kelapa sawit. Hardon (dalam Noor 2004) menemukan bahwa peningkatan

hasil kelapa sawit, meningkat seiring dengan peningkatan LAI hingga di atas 5.0.

Indeks buah juga dapat ditingkatkan dengan meningkatkan total bobot kering buah

atau mengurangi pertumbuhan vegetatif. Hal ini sesuai dengan model yang

digunakan oleh Squire (dalam Noor 2004) untuk memperkirakan efek perubahan

10% pada karakter morfologi dan fisiologi pada hasil kelapa sawit (Tabel 7).

Tabel 7. Pengaruh perubahan 10 % pada karakter fisiologi dan morfologi utamapada hasil tanaman kelapa sawit

Peubah Nilai sekarang Arah perubahan Efek perubahanpada hasil (%)

Max. Luas pelepah 10-12 m2 + -2Koef. Transmisi (k) 0.47 + +2Produksi pelepah 20 thn-1 - +6Luas pelepah/bobot 2.5 m2 kg-1 + +6Pertambahan bobotdaun

15 kg thn-1 - +2

Konversi efisiensi 1.4 g MJ-1 + +18Minyak/bobot buah 0.55 + +7Sumber : Squire (1984)

Penunasan berat dan kepadatan tanam yang tinggi dapat menyebabkan

peningkatan keluarnya bunga jantan. Hal ini akan membuat penurunan sex ratio

dan hasil pada tingkat berikutnya, sehingga melakukan penunasan yang optimum

sangat diperlukan pada praktek di lapangan. Penunasan yang terbatas akan

meningkatkan pelepah untuk mendukung fotosintesis yang efektif agar dapat

menghasilkan tandan buah segar. Penunasan juga memberikan efek aborsi pada

Page 10: 5 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit · Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak ... Fisiologi Pembuahan dan Hasil Tanaman

14

kelapa sawit. Hartley (dalam Noor 2004) menemukan bahwa hujan memberikan

efek postif terhadap inisiasi pelepah. Pada penelitian Chang (dalam Noor 2004)

menyimpulkan bahwa produksi pelepah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap

fluktuasi hasil dan memiliki korelasi yang tinggi dengan hujan selama masa

diferensiasi kelamin pada bunga. Normalnya satu pelepah akan menghasilkan satu

bunga. Tetapi hal ini tidak selalu tepat. Aborsi dapat terjadi akibat cekaman atau

akibat pengaruh fisiologi lainnya. Oleh karena itu sangat penting untuk

mengetahui produksi inflourescence, yang terkait dengan struktur kanopi.

Meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah dapat meningkatkan luas

area pada pelepah, yang tentunya akan memberikan pengaruh secara langsung

terhadap LAI. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian pupuk

organik ataupun anorganik. Selain itu penyakit dan hama seperti hama pemakan

daun, dapat mengurangi LAI (Breure 2010). Hasil produksi bobot kering buah

pada tanaman kelapa sawit pada umur 6-9 tahun dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan antara total bobot kering vegetatif dan bobot kering buahdengan LAI (leaf area index) (Breure 2010).

Prod

uksi

bob

ot k

erin

g pe

r ha

(kg

CH

2O p

er h

ari)

Page 11: 5 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit · Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak ... Fisiologi Pembuahan dan Hasil Tanaman

15

Gambar 2 menunjukkan bahwa total bobot kering meningkat secara

kuadratik seiring dengan meningkatnya LAI pada tanaman, dan akan menurun

pada saat LAI lebih dari 6. Gambar 2 juga menunjukkan perbedaan CH2O yang

tersedia untuk produksi buah, hal ini akan meningkat seiring dengan LAI hingga

mencapai titik maksimum, yaitu saat LAI bernilai 5.6. LAI di atas tersebut

menyebabkan bobot kering buah akan berkurang seiring dengan meningkatnya

persaingan antar bagian tanaman.

Hasil penelitian Breure (2010) menunjukkan terdapat perbedaan tingkat

LAI pada jenis kelapa sawit yang berbeda. Untuk kelapa sawit asal Ekona, Nigeria

dan Calabar (Gambar 3), menunjukkan bahwa selama fase 1 tren pertumbuhan

kanopi ketiganya hampir sama waluapun Nigeria menunjukkan pertumbuhan yang

lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Selama fase 2, ketiga jenis kelapa sawit

tersebut mencapai luas area daun yang maksimum, dimana Calabar pada saat

umur 6.9 tahun, 7.4 tahun untuk Nigeria, dan 8.8 tahun untuk Ekona. Luas area

daun Calabar hanya seluas 7.99 m2 lebih kecil dibandingkan dengan Nigeria

dengan luas 9.63 m2 dan Ekona 10.11 m2.

Gambar 3. Hubungan antara perkembangan luas daun dengan umur setelahtanam pada Ekona, Nigeria dan Calabar (Breure 2010).

Luas

are

a m

aksi

mum

pad

a ta

nam

an m

uda

(m2 )

Tahun setelah tanam

Page 12: 5 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit · Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak ... Fisiologi Pembuahan dan Hasil Tanaman

16

Gambar 4 menunjukkan nilai tengah LAI (perkiraan) untuk kerapatan 143

tanaman/ha yang umumnya digunakan pada perkebunan komersial, dibandingkan

dengan 135 tanaman/ha yang digunakan pada penelitian ini. Seperti pada Gambar

2, ketiga jenis kelapa sawit tersebut memiliki luas LAI yang sama pada fase

pertama dengan LAI yang terluas adalah Nigeria, Calabar dan yang terakhir

Ekona. Pada fase 2 Nigeria dan Ekona sudah mencapai LAI yang optimum untuk

hasil yang maksimum. Sebaliknya Calabar tidak dapat mencapai batas terendah

yaitu 5.5. Hal yang lebih menarik pada pola LAI pada fase 3, dimana daun telah

mencapai luas perkembangan maksimumnya. Pada fase ini, tingkat LAI

dipengaruhi oleh periode produksi buat matang. Untuk alasan inilah, LAI selama

fase 3 dianggap sebagai perkiraan yang tepat sebagai perkiraan jumlah kerapatan

maksimum penanaman kelapa sawit. Seperti yang ditunjukan pada Gambar 3, LAI

selama fase 3 menurun dibandingkan dari fase 2. Hal ini diperkirakan sebagai

akibat pengurangan jumlah daun karena dilakukannya penunasan untuk

pemanenan buah pada pohon yang tinggi, disertai dengan pengurangan produksi

daun pada fase 3. Tetapi tetap di atas batas teratas untuk LAI yaitu 5.56 Nigeria

dan 5.69 Ekona, sementara itu Calabar tetap berada di bawah interval tingkat yang

diperlukan untuk produksi optimum. Untuk mendapatkan hsil yang optimal, maka

Calabar harus ditanam dengan tingkat kerapatan yang tinggi dari standar 143

tanaman ha-1.

Gambar 5 menunjukkan persentase penerimaan cahaya oleh kelapa sawit

pada fase 2 dan 3. Sangat jelas, bahwa penerimaan cahaya pada fase 2 lebih besar

dari fase 3. Faktor yang menyebabkan hal ini yaitu, produksi daun pada fase 3

mengalami penurunan, yang diikuti dengan penunasan bobot pada saat pemanenan

buah.

Page 13: 5 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit · Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak ... Fisiologi Pembuahan dan Hasil Tanaman

17

Gambar 4. LAI kelapa sawit pada 3 fase umur secara berurutan Ekona, Nigeria,Calabar dan optimal LAI (Breure 2010).

Gambar 5. Persentase penerimaan cahaya terhadap kanopi pada Ekona, Nigeriadan Calabar (Breure 2010).

Ekona

Nigeria

Calabar

Optimal

Ekona

Nigeria

Calabar

Tahun setelah tanam

Tahun setelah tanam

Inde

ks L

uas D

aun

Pena

ngka

pan

caha

ya (%

)