11
 PELAKSANAAN TOILET TRAINING  PADA ANAK USIA 4 -5 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI SELIMBAU Julian a A, Marmawi, Indri Ast uti Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini FKIP UNTAN Email : [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untukuntuk mengetahui pelaksanaan toilet training  pada anak usia 4-5 tahun. Di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau. Metode yang digu nakan adalah metod e deskriptif dengan pen dekata n penelit ian adalalah pendekatan kualitatifbahwa metode deskriptif dapat diartikan sebagai  prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga masyarakat dan lain-lain)  pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala Taman Kanak-Kanak, guru taman Kanak-Kanak 1 orang dan 33 orang anak Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau yang terdiri 15 orang anak laki-laki dan 18 orang anak perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan toilet training  pada anak usia 4-5 tahun Di Taman Kanak -Ka nak Negeri Sel imbau member ika n pe nga ruh pos itif pad a ana k untuk menjaga kebersihan tubuh dan kebersihan lingkungan sekolah. Kata kunci: Pelaksanaan, Toilet Training , dan Anak Usia Dini Abstract: purposely, the research is conducted to know the implementation of toilet training to the children at the age of 4 to 5 in the local kindergarden, Selimbau. The used method in this research ware descriptive method with qualitative research approach that descriptive method can be interpreted as trouble-shooting procedure investigated by depicting / defining situation of subyek / research obyek ( someone, society institute and others) at the (time) of now pursuant to visible facts or as it is. Subject in this study were the head of kindarden, kingarden teacher 1 and 33 kinga rden chil dren selimb au state comp rising 15 bo ys and 18 girls. Th e result indicated that the implementation of toilet training at the age of 4 to 5 brought a  positive influence for children either to keep the cle aness of their body or cleaness of the school environment. Keywords: Implementation, Toilet Training, Early Childhood endidikan prasekolah atau Pendidikan An ak Usia Dini (PAUD) dikenal dengan nama Taman kanak-Kanak (TK). Pada jenjang pendidikan inisasarannya adalah anak-anak y ang berusia b erkisar 4 tahun sampai 5 tahun yang biasanya diklasifikasikan pada kelompok A.Pentingnya pendidikan Taman Kanak-Kanak dikembangkan adalah untu k menumbu hkan minat belajar anak-anak sejak usia dini. Dengan demikian apabila sudah sampai pada usia masuk sekolah pendidikan dasar anak tersebut akan dapat termotivasi untuk sekolah. Pada sisi lain, anak-anak yang sudah mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak sudah memiliki kemampuan mengenal aksara bahkan baca tulis. P

5040-16542-1-PB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

h

Citation preview

  • PELAKSANAAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 4 -5 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI SELIMBAU

    Juliana A, Marmawi, Indri AstutiProgram Studi Pendidikan Anak Usia Dini FKIP UNTAN

    Email : [email protected]

    Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untukuntuk mengetahui pelaksanaan toilet training pada anak usia 4-5 tahun. Di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau.Metode yang digunakanadalah metode deskriptif dengan pendekatan penelitian adalalah pendekatan kualitatifbahwa metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.Subjek dalam penelitian ini adalah kepala Taman Kanak-Kanak, guru taman Kanak-Kanak 1 orang dan 33 orang anak Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau yang terdiri 15 orang anak laki-laki dan 18 orang anak perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan toilet training pada anak usia 4-5 tahun Di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau memberikan pengaruh positif pada anak untuk menjaga kebersihan tubuh dan kebersihan lingkungan sekolah.

    Kata kunci: Pelaksanaan, Toilet Training, dan Anak Usia Dini

    Abstract: purposely, the research is conducted to know the implementation of toilet training to the children at the age of 4 to 5 in the local kindergarden, Selimbau. The used method in this research ware descriptive method with qualitative research approach that descriptive method can be interpreted as trouble-shooting procedure investigated by depicting / defining situation of subyek / research obyek ( someone, society institute and others) at the (time) of now pursuant to visible facts or as it is.Subject in this study were the head of kindarden, kingarden teacher 1 and 33 kingarden children selimbau state comprising 15 boys and 18 girls. The result indicated that the implementation of toilet training at the age of 4 to 5 brought a positive influence for children either to keep the cleaness of their body or cleaness of the school environment.

    Keywords: Implementation, Toilet Training, Early Childhood

    endidikan prasekolah atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dikenal dengan nama Taman kanak-Kanak (TK). Pada jenjang pendidikan inisasarannya adalah

    anak-anak yang berusia berkisar 4 tahun sampai 5 tahun yang biasanya diklasifikasikan pada kelompok A.Pentingnya pendidikan Taman Kanak-Kanak dikembangkan adalah untuk menumbuhkan minat belajar anak-anak sejak usia dini. Dengan demikian apabila sudah sampai pada usia masuk sekolah pendidikan dasar anak tersebut akan dapat termotivasi untuk sekolah. Pada sisi lain, anak-anak yang sudah mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak sudah memiliki kemampuan mengenal aksara bahkan baca tulis.

    P

    mailto:[email protected]

  • Menurut Imas Kurniasih (2009:11) masa usia dini merupakan periode emas bagi perkembangan anak di mana 50% perkembangan kecerdasan terjadi pada usia 0 4 tahun, 30% berikutnya hingga usia 8 tahun. Periode emas sekaligus merupakan periode kritis bagi anak dimana perkembangannya yang didapatkan pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan pada periode berikutnya hingga masa dewasanya.pada masa usia dini 0-4 tahun seorang anak penting untuk dididik, dibina dan diarahkan karena pada masa tersebut dimulainya perkembangan kecerdasan sehingga jika kurang perhatian orangtua dapat terjadi lambatnya perkembangan kecerdasan anak dan dapat berpengaruh pada kualitas anak di kemudian hari.

    Salah satu menu pembelajaran anak usia 4 5 tahun di Taman Kanak-Kanak adalah pelaksanaan toilet training (latihan toilet). Menu pembelajaran pelaksanaan toilet trainingsangat penting bagi anak usia dini agar mereka dapat mengenal kebersihan. Berkenaan dengan pelaksanaan toilet trainingJane Gilbert (2003:16) mengatakan, pelaksanaan latihan toilet telah berubah dari waktu ke waktu. Ibu-ibu dimasa lalu didorong untuk mengajarkan latihan toilet sedini mungkin. Di masa lalu, tidak jarang bayi yang baru belajar duduk sudah ditempatkan di atas toilet mini atau potty untuk membiasakannya.Pelaksanaan toilet training disekolah akan membantu anak membiasakan dirinya menggunakan toilet di rumah sehingga para orang tua dapat terbantu mengatasi kecerobohan anak di rumah.

    Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau merupakan satu-satunya lembaga pendidikan anak usia dini di kota kecamatan Selimbau. Berdasarkan pengamatan awal terdapat fenomena-fenomena sebagai berikut: Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau sudah melaksanakan toilet trainingtetapi belum dilakukan secara optimal. Anak-anak terutama anak laki-laki belum memanfaatkan toilet dengan benar. Guru agak kesulitan untuk mengajak anak ke toilet untuk buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB).Realitas ini menjadi pendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang Pelaksanaan Toilet TrainingPada 4 -5 Tahun Di Taman Kanak-KanakNegeriSelimbau.

    Fokus penelitian ini adalah adalahpelaksanaantoilet trainingpadaanakusia 4-5 tahunDi Taman Kanak-KanakNegeriSelimbau.Secara umum penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pelaksanaan toilet training pada anak usia 4-5 tahun Di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau. Secara khusus bertujuan: (1) Untukmendeskripsikan langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pelaksanaan toilet training pada anak usia 4 -5 tahun di Taman Kanak-KanakNegeriSelimbau. (2) Untuk mendeskripsikan factor pendukung dalam pelaksanaan toilet trainingpada anak usia 4 -5 tahun di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau.(3) Untuk mendeskripsikan factor penghambat dalam pelaksanaan toilet training pada anak usia 4 -5 tahun di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau. (4) Untukmendeskripsikan cara guru mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalampelaksanaan toilet training pada anak usia 4 -5 tahun di Taman Kanak-KanakNegeri Selimbau.

    Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan guru Taman Kanak-Kanak dalam melaksanakan pembelajaran toilet training pada anak Taman Kanak-Kanak. Secara praktis (a) Bagi guru: Sebagai masukan bagi guru dalam melaksanakan pelaksanaan

  • toilet training. (b) Bagi Lembaga Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau dapat sebagai bahan pertimbangan bagi TK dalam pengadaan dan peningkatan sarana danprasarana toilet training di sekolah.

    METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    deskriptif.Menurut Azwar, (1987:7), Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik, akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu serta berusaha menggambarkan situasi atau kejadian yang nyata. Nawawi, (1998:63), menegaskan, bahwa metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

    Tujuan menggunakan penelitian deskriptif adalah untuk memperoleh gambaran secara sistematik, factual, dan akurat mengenai faktor-faktor yang ada hubungannya dengan langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pelaksanaan toilet training,faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan toilet training, dan cara guru mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan toilet trainingpada anak usia 4 5 tahun di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau.

    Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.Menurut Bogdan and Biklen dalam Sugiyono (2008:90) karakteristik penelitian kualitatif adalah (1) Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung kesumber data dan peneliti adalah instrumen kunci. (2) Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.(3) Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk. (4) Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif. (5) Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).Subjek dalam penelitian ini adalah kepala Taman Kanak-Kanak, guru taman Kanak-Kanak 1 orang dan 33 orang anak Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau yang terdiri 15 orang anak laki-laki dan 18 orang anak perempuan.

    Teknik pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, teknik wawancara dan teknik studi dokumenter.Observasi yang digunakan adalah observasi partisipatif yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari anak yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.Alat pengumpul data yang digunakan (a) Pedoman wawancara; peneliti membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada kepala TK dan guru TK Negeri Selimbau, hasil wawancara akan digunakan untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan toilet training anak-anak TK Negeri Selimbau. (b)Daftar cek (check list); Pencatatan dilakukan dengan mengunakan daftar dari gejala-gejala yang akan diamati, di mana jika subyek yang diamati memperlihatkan gejala-gejala yang sesuai dengan daftar yang ada, maka daftar tersebut akan ditandai. (c)Arsip atau dokumen; merupakan

  • alat pengumpul data berupa catatan hasil-hasil yang diperoleh baik berupa arsip-arsip TK, dokumen-dokumen dari sekolah yang berhubungan dengan penelitian.

    Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dimaksudkan untuk menyusun segala informasi yang diperoleh agar mempermudah penulis menganalisis data-data yang sudah terkumpul.Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada (Sugiyono, 2008:345). Dengan didukung data-data yang telah dianalisis dengan jelas, maka dapat dilakukan penarikan kesimpulan sebagai jawaban akhir dari penelitian ini.

    HASIL DAN PEMBAHASANHasil Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di TK Negeri Selimbauyang beralamat diJl. Melati. Ds Gudang Hilir Selimbau. TK Negeri Selimbau didirikan pada tanggal 08 Mei 2008.Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pelaksanaan toilet training pada anak usia 4 - 5 tahun di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau

    Pelaksanaan toilet training penting untuk anak usia dini supaya anak mengetahui kebersihan sejak dini sehingga lebih cepat mandiri dan selalu menjaga kebersihan di sekolah maupun di rumah.TK Negeri Selimbau sudahmelaksanakan toilet trainingdengan baik karena toilet training merupakan salah satu program pembelajaran di TK ini. Oleh sebab itu toilet training bagi TK Negeri Selimbau bukan merupakan hal yang baru. Toilet training selalu di berikan kepada anak setiap setiap hari agar menjadi kebiasaan baik di sekolah maupun di rumah.Langkah-langkah yang lakukan guru dalam pelaksanaan toilet training yaitu pertama guru memberikan penjelasan kepada anak tentang kebersihan, baik kebersihan tubuh maupun kebersihan lingkungan. Kedua guru selalu memberikan kesempatan kepadaanak untuk BAK dan BAB di toilet Taman Kanak-Kanak.Ketiga, Apabila anak merasa takut sendiri pergi ke toilet guru selalu bersedia menemani. Keempat guru mengajak anak untuk melihat toilet dan menerangkan manfaat toilet.Perlunya mengikuti langkah-langkah tersebut adalah agar anak-anak dapat mempraktekkannya di sekolah maupun di rumah, sehingga selalu tertanam nilai-nilai kebersihan sejak dini. Hal ini disebabkan pelaksanaan toilet trainingyang dimulai dari pengetahuan dasar kebersihan dan dilanjutkan dengan penerapannya dapat membuat anak menyenangi dan lebih mudah untuk memahami apa yang diharapkan guru.

    Faktor pendukung dalam pelaksanaan toilet training pada anak usia 4 -5 tahun di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau

    Faktor pendukung pelaksanaan toilet training di Sekolah TK Negeri Selimbau tersedianya sarana dan prasarana toilet dan penampungan air ledeng (PDAM). Sampai saat ini TK Negeri Selimbau memiliki dua buah toilet yaitu satu buah untuk anak laki-laki, satu buah untuk anak perempuan. Jumlah toilet cukup memadai serta kondisi toilet yang bersih dan baik memudahkan pelaksanaan toilet

  • training. Guru taman kanak-kanak melaksanakan toilet training di sekolah secara terus agar anak-anak menjadi terbiasa tidak BAK atau BAB sembarangan.Di samping itu adanya dukungan orang tua yang selalu mengingatkan ajaran guru di sekolah.Fasilitas toilet di TK Negeri Selimbau kondisinya sangat baik dan dapat mengatasi keperluan toilet bagi anak-anak TK. Kondisi tersebut memberikan motivasi bagi guru untuk menjaga kebersihan sekolah dan mengajarkan pada anak-anak dalam penggunaan toilet dengan baik dan benar.

    Adanya fasilitas toilet yang memadai, baik dari jumlah maupun kondisinya cukup baik dapat membuat anak-anak tidak merasa takut untuk masuk toilet baik untuk BAB atau BAK. Meskipun demikian guru tidak membiarkan anak sendirian masuk toilet karena anak belum dapat membuka pakaiannya sendiri tetapi harus dibantu. Oleh karena itu guru selaku pembina selalu menemani anak untuk melakukan BAK atau BAB di toilet sehingga pelaksanaan toilet trainingtidak sekedar teori tetapi langsung dengan prakteknya.

    Faktor penghambat dalam pelaksanaan toilet training pada anak usia 4 -5 tahun di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau

    Kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan toilet training di TKNegeri Selimbau yaitu adanya anak tidak mau memberitahu jika mau BAK atau BAB. Terutama jika ingin BAK mereka tidak memanfaatkan toilet yang telah tersedia.Anak-anak yang belum memanfaat toilet sekolah dengan baik memiliki alasan-alasan tersendiri. Ada yang karena takut di toilet dan ada yang ingin cepat melakukan BAK tanpa harus antri atau jauh dari tempatnya bermain.

    Cara guru mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaantoilet training pada anak usia 4 -5 tahun di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau

    Cara mengatasi kendala dalam pelaksanaan toilet training, yaitu setiap hari guru selalu menanyakan anak satu persatu apakah ada yang ingin BAK atau BAB. Jika ada yang ingin BAk atau BAB guru langsung menindaklanjuti agar anak dapat diajak ke toilet. Pendampingan oleh guru ke toilet selain anak tidak takut sendiri juga untuk membantu anak membuka pakaian dan menyiram toilet dengan bersih.

    Dampak pelajaran toilet trainingbagi anak-anak TK sangat positif, mayoritas mereka sudah mengetahui bahwa BAK atau BAB ada tempatnya sehingga mereka tidak mau sembarangan tempat BAK atau BAB.Sikap positif anak dapat memberikan kemudahan bagi orang tua di rumah untuk melanjutkan pembinaan di rumah. Bahkan seringkali anak mengutif kata-kata guru di sekolah untuk disampaikan kepada orang tuanya. Oleh karena itu sikap positif anak terhadap kebersihan harus ditindaklanjuti di rumah sehingga sejak dini sudah tertanam nilai-nilai kebersihan dari anak tersebut. Adanya pelaksanaan toilet training di sekolah dapat membuat anak belajar mandiri dan mengerti pentingnya BAK atau BAB di tempat yang sudah disediakan, dan pembelajaran toilet trainingdi sekolah dapat diteruskan orang tua di rumah serta dapat membantu orang tua dalam hal BAK atau BAB.

    Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui (a) Cara guru memberikan petunjuk dalam pelaksanaan toilet training adalah Setiap masuk kelas anak-anak

  • diberikan pengetahuan tentang penggunaan toilet.(b)Cara guru memberikan pendampingan agar anak melakukan BAK dan BAB dengan benar adalah guru selalu menanyakan kepada anak, siapa yang ingin BAK atau BAB. Apabila ada anak yang ingin BAK atau BAB guru selalu menawarkan diri untuk mengantarnya ke toilet.(c) Cara guru mengajak anak ke toilet ketika anak menunjukkan tanda-tanda ingin BAK atau BAB adalah apabila ada anak yang duduk diam sendiri atau gelisah guru akan menghampiri dan menanyakan kepada anak tersebut mengapa diam atau kenapa gelisah. Apabila ingin BAB atau BAK maka guru akan mengantarnya ke toilet. (d) Guru membiasakan anak membaca doa masuk dan keluar toilet yaitu supaya anak-anak tidak merasa takut selama berada di toilet.(e) Guru menjelaskan mengapa harus BAK atau BAB di toilet yaitu Agar anak mengetahui bahwa toilet adalah tempat yang benar untuk BAK atau BAB. (f) Guru memberikan penjelasan agar anak tidak rebutan menggunakan toilet yang disebabkan pertama untuk mengajarkan budaya antri, kedua agar anak dapat tertib dan ketiga takut ana-anak tergelincir jika memasuki toilet berdesakan (g) Guru memberikan penjelasan agar setelah anak melakukan BAK atau BAB langsung disiram/dibersihkan dengan air supaya anak mengetahui bahwa apabila tidak disiram toiletnya menjadi kotor dan bau sehingga menjadi sarang kuman dan sumber penyakit.(h) Guru memberikan penjelasan dampak toilet yang kotor agar anak dapat mengerti akibat toilet yang kotor dapat membahayakan kesehatan. (i) Guru membiasakan anak setelah BAK atau BAB mencuci tangan dengan sabun agar anak mengetahui setelah BAK atau BAB tangan menjadi kotor, oleh karena itu harus dicuci dengan sabun agar tidak dihinggapi kuman penyakit. (j) Cara guru memberikan pujian setiap kali anak berhasil melakukan BAK atau BAB ditempat yang benar, yaitu setiap anak yang berhasil melakukan BAK dan BAB selalu diberikan pujian di dalam kelas agar anak-anak lainnya mau mengikuti.

    PembahasanPelaksanaan toilet training penting untuk anak usia dini supaya anak

    mengetahui kebersihan sejak dini sehingga lebih cepat mandiri.Guru memberikan petunjuk dalam pelaksanaan toilet trainingdengan cara setiap masuk kelas anak-anak diberikan pengetahuan tentang penggunaan toilet. Hal ini didukung oleh tersedianya toilet di lingkungan sekolah.Pelaksanaan toilet training dapat dilakukan karena adanya dua faktor penting. Faktor pertama adalah ketekunan guru yang secara terus menerus memberikan penjelasan kepada anak tentang kebersihan tubuh dan lingkungan serta selalu mengajak anak untuk menggunakan toilet dengan benar. Guru sebagai pembina siswa taman kanak-kanak harus dapat memahami perilaku anak didiknya sehingga tidak bersikap keras maupun membiarkan kondisi yang terjadi pada anak.

    Memahami perilaku anak, maksudnya mengetahui ciri-ciri anak yang mau BAK atau BAB guru harus tanggap dengan kondisi tersebut, karena tidak semua anak mau memberitahu kepada guru jika ingin BAK atau BAB. Hal ini dapat disebabkan karena anak tersebut pendiam, takut / malu berbicara atau takut untuk pergi ke toilet. Oleh karena itu guru dapat proaktif mengatasi kondisi anak tersebut.Penjelasan dan pengarahan kepada anak tentang kebersihan tubuh dan lingkungan yang diberikan guru setiap hari masuk sekolah sangatlah penting jika

  • anak mau memberitahukan apabila ingin BAK atau BAB. Namun apabila anak tidak mau memberitahukan kepada guru maka penjelasan dan pengarahan tentang kebersihan yang diberikan guru hanyalah sebagai suatu program yang kurang efektif dalam pelaksanaan toilet training. Penjelasan dan pengarahan secara intensif secara perlahan akan terekam dalam otak anak sehingga jika ingin BAK atau BAB anak akan mencari toilet sesuai dengan penjelasan guru.

    Faktor kedua adalah tersedianya toilet di sekolah, sehingga memberi kemudahan bagi guru menjelaskan fungsi dan manfaat toilet maupun memperagakan kepada anak-anak cara menggunakan toilet yang baik dan benar. Dengan demikian anak tidak mengetahui penjelasannya tetapi dapat mempraktekkan secara langsung. Melihat secara langsung lebih mudah diingat dan dipahami dari pada mendengar penjelasan. Oleh sebab itu dengan melihat dan mempraktekkan secara langsung sangat efektif dalam pelaksanaan toilet training.Keberadaan toilet di lingkungan sekolah merupakan faktor penting apabila ingin menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan membentuk perilaku anak yang disiplin terhadap kebersihan sekolah. Pelaksanaan toilet training merupakan suatu hal yang penting terutama pada anak usia dini agar lebih cepat mengenal kebersihan dan cepat mandiri. Dalam hal ini kemandirian anak tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan harus dibantu oleh guru atau pembina selama jam sekolah, baik untuk mengantar ke toilet dan membuka pakaian maupun menyiram toilet dan mencuci tangan. Bimbingan kepada anak secara terus menerus dan dengan rasa kasih sayang dan tanggungjawab akan mempercepat proses kemandirian anak dalam pelaksanaan toilet training. Hal ini disebabkan anak-anak tersebut akan meminta perhatian dari guru serta menunjukkan bahwa mereka sudah dapat melaksanakan BAK dan BAB sendiri. Oleh sebab itu keberhasilan anak melakukkan BAK atau BAB sendiri selayaknya diberikan perhatian atau pujian sehingga memotivasi anak-anak yang lain untuk melakukan BAK atau BAB sendiri.

    Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pelaksanaan toilet trainingberupa memberikan penjelasan tentang kebersihan, baik kebersihan tubuh maupun kebersihan lingkungan,memberikan kesempatan siswa untuk BAK dan BAB di toilet sekolahdanmengajak siswa untuk melihat toilet dan menerangkan manfaat toilet merupakan langkah-langkah pelaksanaan toilet training yang efektif.Dikatakan demikian karena setelah anak mendengar penjelasan dapat langsung mempraktekkannya. Realitas ini akan membuat terbiasa untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekolah serta memanfaatkan toilet untuk BAK dan BAB.Untuk memberikan keyakinan rasa aman pada anak di toilet guru selalu mengajarkan doa sebelum dan sesudah masuk toilet. Dengan demikian anak-anak akan terbiasa untuk melakukan suatu pekerjaan dimulai dengan doa. Kebiasaan berdoa harus selalu diterapkan oleh guru agar anak-anak memiliki rasa percaya diri apabila sudah berdo;a. Pada sisi, mengajarkan anak untuk selalu berdoa agar menjadi rendah hati dan mengetahui ada kekuatan yang besar yang tidak terlihat mata selalu melindunginya. Dalam pelaksanaan toilet training guru harus mengawasi anak-anak agar tidak berebutan memasuki toilet. Hal ini penting dilakukan agar anak dapat menerapkan budaya antri serta menghindari lantai yang licin agar tidak terjatuh kelantai yang dapat membahayakan keselamatan. Dengan

  • penjelasan dan pengarahan yang baik dari dapat menanamkan sikap sabar dan hati-hati bagi anak dalam melakukan sesuatu. Namun hal ini tidaklah menunjukkan hasil secara spontan tetapi membutuhkan kesabaran dan keuletan guru untuk memberikan pengarahan.

    Faktor pendukung dalam pelaksanaan toilet trainingtersedianya sarana dan prasarana toilet dan penampungan air ledeng (PDAM). Tersedianya fasilitas pendukung seperti tersedia toilet dan bak air yang cukup dengan kondisinya yang baik memberikan motivasi bagi guru dan anak untuk melaksanakan toilet training.Ketersediaan toilet dan air di lingkungan sekolah sering menjadi masalah di sekolah. Seringkali dijumpai di sekolah-sekolah yaitu dalam toilet tidak tersedia air sehingga toilet kotor dan berbau. Kondisi seperti ini sangat tidak layak untuk pelaksanaan toilet trainingbagi anak usia dini. Oleh karena itu dalam pelaksanaan toilet trainingharus dipersiapkan segala sesuatu yang diperlukan sehingga tidak menimbulkan persepsi yang keliru dari anak.Dukungan orang tua tidak kalah pentingnya untuk kelancaran toilet training. Dalam hal ini orang tua dapat berperan apabila anak di rumah. Artinya orangtua dirumah menerapkan disiplin terhadap pemanfaatan toilet sehingga apabila anak berada di rumah tetap merasakan sebagaimana pelaksanaan toilet training di sekolah. Dengan demikian apabila anak berada di sekolah maupun di rumah selalu mengikuti aturan yang diajarkan guru untuk menggunakan toilet dan menjaga kebersihan, sepeeti menyiram toilet setelah menggunakannya dan mencuci tangan dengan bersih setelah keluar dari toilet.

    Dukungan orang tua tidak kalah pentingnya untuk kelancaran toilet training. Dalam hal ini orang tua dapat berperan apabila anak di rumah. Artinya orangtua dirumah menerapkan disiplin terhadap pemanfaatan toilet sehingga apabila anak berada di rumah tetap merasakan sebagaimana pelaksanaan toilet training di sekolah. Dengan demikian apabila anak berada di sekolah maupun di rumah selalu mengikuti aturan yang diajarkan guru untuk menggunakan toilet dan menjaga kebersihan, sepeeti menyiram toilet setelah menggunakannya dan mencuci tangan dengan bersih setelah keluar dari toilet.

    Faktor penghambat dalam pelaksanaan toilet training yaitu adanya anak tidak mau memberitahu jika mau BAK atau BAB. Terutama jika ingin BAK mereka tidak memanfaatkan toilet yang telah tersedia. Anak yang tidak mau memberitahujika mau BAK atau BAB terjadi pada anak laki-laki, terutama jika sedang bermain di luar ruangan, apabila mau BAK mereka langsung melakukan di tempat terbuka. Meskipun tidak menimbulkan bau tetapi menunjukkan kurang patuh terhadap petunjuk dan pengarahan guru. Dalam hal ini apabila guru melihat langsung sebaiknya anak tersebut dihampiri serta diberikan pengertian agar tidak mengulangi kembali kesalahannya. Menegur anak yang tidak melakukan BAK di toilet guru dapat bersikap lembut seolah-olah anak tersebut tidak melakukan kesalahan sehingga anak menjadi terkesan atas kekeliruannya dan tidak menjadi takut kepada guru. Pada sisi lain, apabila guru kurang tepat menangani anak yang kurang patuh mengikuti penjelasan dan pengarahan dapat berpengaruh pada perilaku anak, seperti tidak terbuka terhadap guru karena takut dimarahi atau melakukan kekeliruan tanpa sepengetahuan guru.Untuk meminimalisir kekeliruan dalam pelaksanaan toilet trainingguru selalu melakukan pengawasan terhadap anak-anak pada jam istirahat atau sedang melakukan proses pembelajaran di luar

  • ruangan kelas. Dengan demikian meskipun anak-anak bermain di lingkungan sekolah guru tetap memperhatikannya. Apabila menegur anak yang tidak melakukan BAK di toilet guru dapat bersikap lembut seolah-olah anak tersebut tidak melakukan kesalahan sehingga anak menjadi terkesan atas kekeliruannya dan tidak menjadi takut kepada guru. Pada sisi lain, apabila guru kurang tepat menangani anak yang kurang patuh mengikuti penjelasan dan pengarahan dapat berpengaruh pada perilaku anak, seperti tidak terbuka terhadap guru karena takut dimarahi atau melakukan kekeliruan tanpa sepengetahuan guru.Untuk meminimalisir kekeliruan dalam pelaksanaan toilet trainingguru selalu melakukan pengawasan terhadap anak-anak pada jam istirahat atau sedang melakukan proses pembelajaran di luar ruangan kelas. Dengan demikian meskipun anak-anak bermain di lingkungan sekolah guru tetap memperhatikannya.

    Cara guru menghadapi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan toilet training setiap hari guru selalu menanyakan anak satu persatu apakah ada yang ingin BAK atau BAB. Jika ada yang ingin BAk atau BAB guru langsung menindaklanjuti agar anak dapat diajak ke toilet. Supaya anak melakukan BAK dan BAB dengan benar sebaiknya guru selalu memberikan pendampingan kepada anak, sambil memberikan penjelasan dampak toilet yang kotordapat menjadi sarang kuman dan bakteri dapat membahayakan kesehatan pengguna toilet. Oleh sebab itu toilet harus selalu dibersihkan karena kuman dan bakteri tidak dapat berkembang ditempat yang bersih. Penjelasan dan pengarahan guru sebagai upaya mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan toilet training sangat penting dilakukan secara kontinyu, karena pada dasar anak-anak tersebut bukannya tidakpatuh tetapi ingin cepat-cepat untuk keluar toilet. Pada sisi lain terdapatnya anak-anak yang BAK tidak menggunakan toilet karena ingin praktis tidak perlu menyiram toilet, apalagi jika toilet sedang digunakan orang lain dan anak tersebut tidak mau menunggu atau tidak tahan, maka anak cenderung BAK di luar toilet.

    Pada dasarnya hambatan dalam pelaksanaan toilet trainingbukanlah masalah teknis tetapi cenderung disebabkan faktor kebiasaan dan pembinaan. Anak usia dini yang apabila di rumah sering berperilaku semaunya sendiri karena kurang pengawasan orangtua maupun karena karakter anak tersebut yang nakal dan terbawa sampai ke sekolah. Oleh sebab itu guru mempunyai kewajiban untuk merubah kebiasaan dan perilaku anak tersebut secara bijaksana. Pembinaan dan pengarahan dari guru dari waktu ke waktu secara perlahan akan merubah kebiasaan dan perilaku anak sebagaimana mestinya. Dengan demikian hambatan dalam pelaksanaan toilet training akan teratasi secara perlahan. guru tidak boleh membiarkan perilaku tersebut berlangsung terus menerus karena akan berdampak bagi anak laki-laki lainnya untuk mengikuti kebiasaan temannya. Oleh sebab itu meskipun tidak perlu diberikan sanksi bagi anak yang belum patuh untuk melaksanakan toilet trainingtetapi harus dilakukan tindakan pencegahan.Hambatan pelaksanaan toilet trainingyang datangnya dari anak berkaitan dengan guru. Artinya kekeliruan yang dilakukan anak merupakan tanggungjawab guru untuk memperbaikinya. Realitas ini selalu terjadi di masyarakat yaitu apabila anak sekolah melakukan kesalahan selalu guru yang menjadi sorotan dan dianggap guru kurang memberikan pembinaan dengan baik.

  • SIMPULAN DAN SARANSimpulan

    Berdasarkan analisis data hasil pembahasan disimpulkan bahwa Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pelaksanaan toilet training pada anak usia 4 -5 tahun di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau adalah sebagai berikut: a) guru memberikan penjelasan kepada anak tentang kebersihan, baik kebersihan tubuh maupun kebersihan lingkungan, b) memberikan kesempatan kepada anak untuk BAK dan BAB di toilet Taman Kanak-Kanak, c) Apabila anak merasa takut sendiri pergi ke toilet guru selalu bersedia menemani, d) guru mengajak anak untuk melihat toilet dan menerangkan manfaat toilet. Faktor pendukung dalam pelaksanaan toilet training pada anak usia 4 -5 tahun di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau adalahtersedianya toilet dan bak air yang cukup dengan kondisinya yang baik dan dukungan orangtua yang selalu mengajarkan kepada anaknya toilet training di rumah sehingga anak semakin terbiasa untuk menggunakan toilet dengan baik dan benar di sekolah maupun di rumah. Faktor penghambat dalam pelaksanaan toilet training pada anak usia 4 -5 tahun di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau yaitu masih terdapat anak yang tidak mau memberitahu jika mau BAK atau BAB. Terutama jika ingin BAK mereka tidak memanfaatkan toilet yang telah tersedia. Hambatan tersebut cenderung berawal dari kebiasaan anak di rumah pada waktu belum sekolah dan karakter anak yang kurang paham atas penjelasan dan pengarahan guru. Cara guru mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan toilet training pada anak usia 4 -5 tahun di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau yaitu selalu menanyakan anak satu persatu apakah ada yang ingin BAK atau BAB. Jika ada yang ingin BAk atau BAB guru langsung mendampingi untuk pergi ke toilet. Guru selalu berupaya merubah kebiasaan dan perilaku anak yang belum mau memanfaatkan toilet dengan benar secara bijaksana. Pembinaan dan pengarahan dari guru dilakukan dari waktu ke waktu secara perlahan dan penuh kesabaran.

    SaranBerdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dalam penelitian ini dapat

    disarankan, Hendaknya langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan toilet training disosialisasikan melalui buku penghubung kepada orangtua anak sehingga orangtua dapat meneruskannya di rumah sesuai langkah-langkah yang dipraktekkan guru di sekolah. Hendaknya faktor pendukung pelaksanaan toilet trainingtidak membuat guru terlalu yakin anak mengikuti petunjuk dan pengarahan guru dengan benar sehingga tidak melakukan evaluasi untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan toilet training. Oleh karena itu guru perlu melakukan pengawasan dalam bentuk tanya jawab dengan anak dalam proses pembelajaran di ruang kelas. Hendaknya faktor penghambat dijadikan motivasi guru untuk meningkatkan pelaksanaan toilet training di sekolah. Dengan adanya faktor penghambat guru selalu bersikap proaktif mencegah perilaku anak yang kurang sesuai dengan penjelasan dan pengarahan. Hendaknya dalam mengatasi hambatan guru memperhatikan faktor-faktor yang menjadi penghambat anak tidak melaksanakan toilet trainingdengan benar sehingga solusi yang ditempuh demi perbaikannya ke depan tepat dan efektif.

  • DAFTAR RUJUKANAizah, Siti. (2012). Ajarkan Anak Toilet Training.httf//fium. org/index.php?option-

    com_content&view-article&id49:artikel-&catid 10:jurnal_ilmiah&itemi-28(04-05-2013)

    Azwar, Saifudin. (1987).Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka PelajarGilbert, Jane. (2003). Latihan Toilet. Diterjemahkan oleh: Widyananto

    Susanto.Jakarta: Erlangga.Kurniasih, Imas.(2009). Pendidikan Anak Usia Dini Jakarta: EdukasiaListia. (2010). Toilet Training.ceritalistia.wordpress.com.2013/05/03/toilet

    training/.[03-05-2013]Masitoh, dkk. (2007). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.Nawawi, Hadari. (1998).Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gadjah

    Mada University Press.Nazir. (1988). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia IndonesiaSujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

    Jakarta: IndeksSugiyono. (2008).Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.Wantah. Maria J. (2007). Pengembangan Kemandirian Anak Tunagrahita Mampu

    Latih.Jakarta: Depdiknas.Yusuf, Syamsu & Nani M. Sugandhi. (2011). Perkembangan Peserta Didik.

    (Cetakan ke-1). Jakarta: Rajawali Pers.