63
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi Kabupaten Pacitan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Adapun klasifikasi peruntukan lahan di Kabupaten Pacitan berdasarkan rencana pengembangan kawasan lindung dan budidaya terdiri atas: A. Kawasan Lindung, terbagi atas beberapa kawasan berikut: A.1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya, terdiri atas: A.1.1 Kawasan Hutan Lindung A.1.2 Kawasan Karst A.2. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas: A.2.1 Kawasan sempadan pantai A.2.2 Kawasan sempadan sungai A.2.3 Kawasan sekitar mata air A.2.4 Kawasan sekitar SUTT A.3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, terdiri atas: A.3.1. Kawasan cagar alam A.3.2. Kawasan cagar budaya A.4. Kawasan Rawan Bencana Alam, terdiri atas: A.4.1. Kawasan rawan gempa bumi A.4.2. Kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah A.4.3. Kawasan gelombang pasang tsunami A.4.4. Kawasan rawan banjir A.5. Kawasan Lindung lainnya, terdiri atas: A.5.1. Kawasan ruang terbuka hijau A.5.2. Kawasan terumbu karang B. Kawasan Budidaya, terbagi atas beberapa kawasan berikut: B.1. Kawasan peruntukan hutan produksi B.2. Kawasan peruntukan hutan rakyat B.3. Kawasan peruntukan pertanian B.4. Kawasan peruntukan perikanan B.5. Kawasan peruntukan pertambangan B.6. Kawasan peruntukan industri B.7. Kawasan peruntukan pariwisata B.8. Kawasan peruntukan permukiman, terdiri atas: B.7.1 Permukiman Perkotaan B.7.2 Permukiman Pedesaan B.9. Kawasan peruntukan lainnya, terdiri atas: B.8.1 Kawasan andalan B.8.2 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Pangkalan Udara TNI AU Iswahyudi Rencana Penggunaan lahan di Kabupaten Pacitan hingga tahun 2028 sebagian besar diperuntukan sebagai hutan rakyat, hal ini disebabkan Kabupaten Pacitan memiliki kawasan hutan rakyat yang beragam seperti yang telah disebutkan pada pembahasan terdahulu. Penggunaan lahan terbesar selanjutnya adalah fungsi budidaya, yaitu sebagai kawasan ruang terbuka hijau, pertanian dan permukiman, baik permukiman perkotaan maupun pedesaan. Adapun Rencana luasan penggunaan lahan di Kabupaten Pacitan berdasarkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut. Tabel 5. 1 Eksisting Luas Penggunaan Lahan No Penggunaan Lahan Luas (ha) Prosentase (%) 1 Hutan Lebat 573,37 0,41 2 Hutan Belukar 4.583,26 3,30 3 Hutan Buatan 3.377,29 2,43 4 Kebun Rakyat 282,5 0,20 5 Kebun Campuran 34.819,72 25,05 6 Tegalan 70.884,36 51,00 7 Sawah 2x Tanam 9.295,37 6,69 8 Sawah 1x Tanam 378,81 0,27 9 Permukiman 12.979,09 9,34 10 Tanah Rusak 341,43 0,25 11 Sungai 1.375,75 0,99 12 Danau 96,25 0,07 Jumlah 138.987,20 100,00 Sumber: Kompilasi Data (Peta Dasar: Bakosurtanal) Tabel 5. 2 Rencana Luas Penggunaan Lahan No Penggunaan Lahan Luas (ha) Prosentase (%) 1 Kawasan Hutan Rakyat 65.951,00 47,45 2 Cagar Alam/Cagar Budaya 1.254,13 0,9 3 Hutan Produksi 1.484,39 1,07 4 Pertanian 13.033 9,38 5 Permukiman 16.253,31 11,69 6 Ruang Terbuka Hijau/Lahan Cadangan 26.720,37 19,23 7 Lain-lain 14.291,00 10,28 Jumlah 138.987,20 100,00 Sumber: Hasil Analsis, 2008 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LINDUNG Dengan mengacu pada Keppres No. 32 tahun 1990 tentang Pengolahan Kawasan Lindung dan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka kawasan lindung yang akan dimantapkan di wilayah Kabupaten Pacitan yang dinyatakan sebagai kawasan non-budidaya adalah kawasan hutan lindung dan kawasan karst 1 yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dan resapan; kawasan perlindungan setempat yang terdiri atas sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar mata air, kawasan sekitar SUTT; kawasan suaka alam laut serta kawasan rawan bencana alam, yang terdiri atas kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah,

5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 1

Rencana pola ruang bagi Kabupaten Pacitan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Adapun klasifikasi peruntukan lahan di Kabupaten Pacitan berdasarkan rencana pengembangan kawasan lindung dan budidaya terdiri atas:

A. Kawasan Lindung, terbagi atas beberapa kawasan berikut: A.1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan

dibawahnya, terdiri atas: A.1.1 Kawasan Hutan Lindung A.1.2 Kawasan Karst

A.2. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas: A.2.1 Kawasan sempadan pantai A.2.2 Kawasan sempadan sungai A.2.3 Kawasan sekitar mata air A.2.4 Kawasan sekitar SUTT

A.3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, terdiri atas: A.3.1. Kawasan cagar alam A.3.2. Kawasan cagar budaya

A.4. Kawasan Rawan Bencana Alam, terdiri atas: A.4.1. Kawasan rawan gempa bumi A.4.2. Kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah A.4.3. Kawasan gelombang pasang tsunami A.4.4. Kawasan rawan banjir

A.5. Kawasan Lindung lainnya, terdiri atas: A.5.1. Kawasan ruang terbuka hijau A.5.2. Kawasan terumbu karang

B. Kawasan Budidaya, terbagi atas beberapa kawasan berikut: B.1. Kawasan peruntukan hutan produksi B.2. Kawasan peruntukan hutan rakyat B.3. Kawasan peruntukan pertanian B.4. Kawasan peruntukan perikanan B.5. Kawasan peruntukan pertambangan B.6. Kawasan peruntukan industri B.7. Kawasan peruntukan pariwisata B.8. Kawasan peruntukan permukiman, terdiri atas:

B.7.1 Permukiman Perkotaan B.7.2 Permukiman Pedesaan

B.9. Kawasan peruntukan lainnya, terdiri atas: B.8.1 Kawasan andalan B.8.2 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

(KKOP) Pangkalan Udara TNI AU Iswahyudi

Rencana Penggunaan lahan di Kabupaten Pacitan hingga tahun 2028 sebagian besar diperuntukan sebagai hutan rakyat, hal ini disebabkan Kabupaten Pacitan memiliki kawasan hutan rakyat yang beragam seperti yang telah disebutkan pada pembahasan

terdahulu. Penggunaan lahan terbesar selanjutnya adalah fungsi budidaya, yaitu sebagai kawasan ruang terbuka hijau, pertanian dan permukiman, baik permukiman perkotaan maupun pedesaan. Adapun Rencana luasan penggunaan lahan di Kabupaten Pacitan berdasarkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut.

Tabel 5. 1

Eksisting Luas Penggunaan Lahan No Penggunaan Lahan Luas (ha) Prosentase (%) 1 Hutan Lebat 573,37 0,41 2 Hutan Belukar 4.583,26 3,30 3 Hutan Buatan 3.377,29 2,43 4 Kebun Rakyat 282,5 0,20 5 Kebun Campuran 34.819,72 25,05 6 Tegalan 70.884,36 51,00 7 Sawah 2x Tanam 9.295,37 6,69 8 Sawah 1x Tanam 378,81 0,27 9 Permukiman 12.979,09 9,34

10 Tanah Rusak 341,43 0,25 11 Sungai 1.375,75 0,99 12 Danau 96,25 0,07 Jumlah 138.987,20 100,00

Sumber: Kompilasi Data (Peta Dasar: Bakosurtanal) Tabel 5. 2

Rencana Luas Penggunaan Lahan No Penggunaan Lahan Luas (ha) Prosentase (%) 1 Kawasan Hutan Rakyat 65.951,00 47,45 2 Cagar Alam/Cagar Budaya 1.254,13 0,9 3 Hutan Produksi 1.484,39 1,07 4 Pertanian 13.033 9,38 5 Permukiman 16.253,31 11,69 6 Ruang Terbuka Hijau/Lahan

Cadangan 26.720,37 19,23

7 Lain-lain 14.291,00 10,28 Jumlah 138.987,20 100,00

Sumber: Hasil Analsis, 2008

55..11 RREENNCCAANNAA PPEELLEESSTTAARRIIAANN KKAAWWAASSAANN LLIINNDDUUNNGG

Dengan mengacu pada Keppres No. 32 tahun 1990 tentang Pengolahan Kawasan Lindung dan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka kawasan lindung yang akan dimantapkan di wilayah Kabupaten Pacitan yang dinyatakan sebagai kawasan non-budidaya adalah kawasan hutan lindung dan kawasan karst 1 yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dan resapan; kawasan perlindungan setempat yang terdiri atas sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar mata air, kawasan sekitar SUTT; kawasan suaka alam laut serta kawasan rawan bencana alam, yang terdiri atas kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah,

Page 2: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 2

Peta 5. 1 Eksisting Pola Ruang

kawasan rawan banjir, kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami.

Kriteria kawasan lindung di Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut:

1. Kawasan Hutan lindung, ditetapkan dengan kriteria:

kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih;

kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut.

kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik.

2. Kawasan karst (khususnya karst kelas 1), ditetapkan dengan kriteria:

Berfungsi sebagai penyimpan air bawah tanah secara tetap(permanen) dalam bentuk akuifer, sungai bawah tanah, telaga atau danau bawah tanah yang keberadaannya mencukupi fungsi umum hidrologi;

Mempunyai sungai-sungai bawah tanah yang aktif yang kumpulannya membentuk jaringan baik mendatar

Page 3: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 3

maupun tegak yang sistemnya mencukupi fungsi hidrologi dan ilmu pengetahuan;

Gua-guanya mempunyai speleotum aktif atau peninggalan-peninggalan sejarah sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek wisata dan budaya;

Mempunyai kandungan flora dan fauna khas yang memenuhi arti dan fungsi sosial , ekonomi, budaya serta pengembangan ilmu pengetahuan.

3. Kawasan sempadan pantai, ditetapkan dengan kriteria:

daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau

daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.

4. Kawasan sempadan sungai, ditetapkan dengan kriteria:

daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar 3 (tiga) sampai 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;

daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul dengan lebar 10 (sepuluh) sampai 100 (seratus) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan

daratan sepanjang tepian sungai yang terpengaruh pasang surut air laut dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai.

5. Kawasan sekitar mata air, ditetapkan dengan kriteria:

daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi mata air; dan

wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata air.

6. Kawasan sekitar SUTT, ditetapkan dengan kriteria:

daratan di sepanjang SUTT dengan lebar 10 (sepuluh) sampai 50 (lima puluh) meter sebagai ruang terbuka hijau;

7. Kawasan cagar alam, ditetapkan dengan kriteria:

memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistemnya;

memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;

memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum diganggu manusia;

memiliki luas dan bentuk tertentu; atau

memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan konservasi.

8. Kawasan cagar budaya, ditetapkan dengan kriteria:

hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan;

benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

9. Kawasan rawan gempa bumi, ditetapkan dengan kriteria:

berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai dengan XII Modified Mercally Intensity (MMI

10. Kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah, ditetapkan dengan kriteria:

memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah tinggi.

11. Kawasan gelombang pasang tsunami, ditetapkan dengan kriteria:

pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 (sepuluh) sampai dengan 100 (Seratus) kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari.

pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami.

12. Kawasan rawan banjir, ditetapkan dengan kriteria:

diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir.

Page 4: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 4

Peta 5. 2 Rencana Pola Ruang

13. Kawasan peruntukan ruang terbuka hijau, ditetapkan dengan kriteria:

berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur; dan

didominasi komunitas tumbuhan.

14. Kawasan terumbu karang, ditetapkan dengan kriteria:

berupa kawasan yang terbentuk dari koloni masif dari hewan kecil yang secara bertahap membentuk terumbu karang;

terdapat di sepanjang pantai dengan kedalaman paling dalam 40 (empat puluh) meter; dan

dipisahkan oleh laguna dengan kedalaman antara 40 (empat puluh) sampai dengan 75 (tujuh puluh lima) meter.

55..11..11 KKAAWWAASSAANN YYAANNGG MMEEMMBBEERRIIKKAANN PPEERRLLIINNDDUUNNGGAANN KKAAWWAASSAANN BBAAWWAAHHAANNNNYYAA

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya merupakan daerah-daerah yang memiliki kendala fisik tertentu seperti lereng curam, tekstur agak kasar sehingga mudah lepas, rawan longsor dan erosi, batuan permukaan banyak, dan kedalaman efektif agak dangkal hingga dangkal.

Page 5: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 5

5.1.1.1 Kawasan Hutan Lindung Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Sebagian besar hutan di Kabupaten Pacitan merupakan hutan rakyat, kawasan hutan rakyat yang termasuk hutan lindung adalah:

a. kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih;

b. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut.

c. kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik.

Tabel 5. 3 Luas Kawasan dengan Kemiringan > 40%

KECAMATAN

KEMIRINGAN LUAS TOTAL KAW. DG

KEMIRINGAN > 40%

% LUAS

KECAMATAN E (41-60) F (>60)

ARJOSARI 2.948 6.223 9.171 78,34 11.706,3

BANDAR 2.996 2.217 5.213 44,42 11.734,1

DONOROJO 1.543 2.342 3.885 35,61 10.909,2

KEBONAGUNG 3.602 1.331 4.933 39,51 12.484,7

NAWANGAN 4.150 3.360 7.510 60,54 12.405,6

NGADIROJO 2.471 3.555 6.026 62,83 9.590,5

PACITAN 1.318 1.264 2.582 33,49 7.710,8

PRINGKUKU 2.166 1.168 3.334 25,08 13.292,5

PUNUNG 1.114 2.786 3.900 35,84 10.880,7

SUDIMORO 2.384 1.576 3.960 55,11 7.185,6

TEGALOMBO 3.971 6.597 10.568 70,80 14.925,7

TULAKAN 4.965 2.486 7.451 46,10 16.161,5

TOTAL 33.628 34.905 68.533 49,31 138.987,2

Keterangan: E(41-60) = Daerah agak bergunung dengan kemiringan 41-60%

F (>60) = Daerah bergunung dengan kemiringan lebih dari 60%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa wilayah yang termasuk kedalam kriteria kawasan hutan lindung dilihat dari kemiringan lahan lebih dari 40%, terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan, dengan luas total kawasan 68.533 Ha atau 49,31% dari luas total Kabupaten Pacitan (138.987,2 Ha). Kecamatan yang sebagian besar wilayahnya memiliki klerengan lebih dari

40% adalah Kecamatan Arjosari dan Kecamatan Tegalombo, dengan persentase penggunaan lahan di masing-masing kecamatan adalah sebesar 78,34% dan 70,80%.

Untuk melindungi kawasan hutan lindung, maka perlu adanya buffer zone hutan lindung, dengan lebar 500 m (untuk hutan lindung yang telah ditata batasnya) atau 1.000 m (untuk hutan lindung yang belum ditata batasnya).

Sebaran lokasi dengan peruntukan lahan sebagai kawasan hutan lindung dan hutan rakyat dapat dilihat pada peta rencana kawasan hutan lindung dan hutan rakyat.

5.1.1.2 Kawasan Karst Wilayah karst Pacitan ini terbagi menjadi karst barat dan karst timur. Wilayah karst barat merupakan wilayah yang termasuk dalam ekokarst I. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 1456 K/20/MEM 2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst, kriteria Kawasan Karst Kelas I yaitu :

a. Berfungsi sebagai penyimpan air bawah tanah secara tetap(permanen) dalam bentuk akuifer, sungai bawah tanah, telaga atau danau bawah tanah yang keberadaannya mencukupi fungsi umum hidrologi;

b. Mempunyai sungai-sungai bawah tanah yang aktif yang kumpulannya membentuk jaringan baik mendatar maupun tegak yang sistemnya mencukupi fungsi hidrologi dan ilmu pengetahuan;

c. Gua-guanya mempunyai speleotum aktif atau peninggalan-peninggalan sejarah sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek wisata dan budaya;

d. Mempunyai kandungan flora dan fauna khas yang memenuhi arti dan fungsi sosial , ekonomi, budaya serta pengembangan ilmu pengetahuan.

Page 6: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 6

Peta 5. 3 Rencana Kawasan Lindung dan Hutan Rakyat

Wilayah Karst Pacitan Barat yang terletak di wilayah Selatan – Barat merupakan kawasan Karst kelas 1 dengan luas 21.867,80 ha (15,73% dari luas wilayah Kabupaten Pacitan), sehingga di wilayah ini tidak boleh dilakukan kegiatan pertambangan Kawasan Karst diartikan sebagai wilayah singkapan batuan karbonat (batu gamping dan dolomit) yang telah dan sedang mengalami gejala karstifikasi akibat pelarutan oleh air.

Satuan karst menyebar di sepanjang pantai selatan, terutama disusun oleh batugamping, yang setempat

bersifat tufan. Bukit-bukit kecil berjulang antara 20-50 meter di atas muka air laut merupakan bentukan hasil erosi, yang umumnya disusun oleh batugamping terumbu. Sungai besar yang memotong satuan ini adalah S. Baksoko, yang kelurusannya dipengaruhi oleh sistem retakan.

Adapun desa dan kecamatan yang termasuk kawasan karst 1 seperti terlihat pada peta 5.4.

Page 7: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 7

Peta 5. 4 Rencana Kawasan Karst

55..11..22 KKAAWWAASSAANN PPEERRLLIINNDDUUNNGGAANN SSEETTEEMMPPAATT Kawasan perlindungan setempat merupakan suatu upaya dalam melindungi dan melestarikan ruang terbuka hijau di sepanjang atau disekitar kawasan sumberdaya air yang dapat bermanfaat bagi kelesatarian lingkungan. Adapun rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pacitan yang termasuk kedalam kawasan perlindungan setempat, terdiri atas sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar mata air, dan kawasan sekitar SUTT.

5.1.2.1 Kawasan Sempadan Pantai Kawasan sempadan pantai diadakan dengan tujuan untuk melindungi kawasan pantai dari gangguan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Ketentuan kawasan lindung sempadan pantai adalah 100 m dari titik pasang tertinggi. Namun sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur 2005-2020, pantai di Kabupaten Pacitan dimasukan kedalam daerah bahaya I (satu) terhadap bencana tsunami sehingga harus memperhatikan pencegahan bahaya tsunami.

Page 8: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 8

Peta 5. 5 Rencana Kawasan Sempadan Pantai

5.1.2.2 Kawasan Sempadan Sungai Kawasan sempadan sungai diarahkan bagi 5 daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Pacitan, yaitu DAS Grindulu, DAS Baksoko, DAS Lorog, DAS Pagotan dan DAS Bawur. Rencana sempadan sungai yang terletak di lingkungan yang belum terbangun diterapkan secara konsisten, yaitu:

Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Garis sempadan

sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

Garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besar (DAS ≥ 500 km2) ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter, sedangkan pada sungai kecil (DAS<500 km2) ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

Page 9: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 9

Peta 5. 6 Rencana Kawasan Sempadan Sungai

Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman <3 (tiga) meter, ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman 3-20 (tiga sampai duapuluh) meter, ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan dengan kedalaman maksimum >20 (duapuluh) meter, ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

Garis sempadan sungai yang terpengaruh pasang surut air laut ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai.

Daerah Aliran Sungai Grindulu mempunyai wilayah paling besar yaitu meliputi sebagian wilayah 9

Page 10: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 10

kecamatan yaitu Kecamatan Pacitan, Kebonagung, Arjosari, Tulakan, Punung, Pringkuku, Tegalombo, Nawangan dan Bandar. Luas DAS kurang lebih 1.500 km2 dengan panjang kurang lebih 52 km. Saat ini terjadi penurunan kualitas (degradasi) fisik DAS akibat tekanan penduduk setempat berdampak terhadap perubahan tata guna lahan dengan luas lahan tegalan mencapai 80,90%.

Untuk memperbaiki konsidi DAS Grindulu, maka perlu diberlakukan kawasan perlindungan setempat bagi DAS Grindulu selebar 100 m di sepanjang Kecamatan Pacitan, Kebonagung, Arjosari, Tulakan, Punung, Pringkuku, Tegalombo, Nawangan dan Bandar dengan diberlakukannya arahan kegiatan yang dibatasi.

Untuk DAS Baksoko yang terletak di wilayah Kecamatan Donorojo, Kecamatan Punung dan Kecamatan Pringkuku, DAS Bawur yang terletak di wilayahKecamatan Sudimoro, DAS Pagotan yang terletak di wilayah Kecamatan Tulakan dan Kecamatan Ngadirojo, kemudian DAS Lorog yang terletak di wilayah Kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Sudimoro, mendapatkan perlakuan yang sama dengan DAS Grindulu. Dengan maksud disepanjang wilayah yang dilalui oleh DAS-DAS tersebut penggunaan lahannya harus diatur sesuai dengan jenis kegiatan yang diperbolehkan dikembangkan di sepanjang sempadan sungai.

5.1.2.3 Kawasan Sekitar Mata Air Kawasan lindung di sekitar mata air dan air pada sumber air lainnya memiliki maksud untuk melindungi mata air dan air pada sumber air lainnya dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu dan/atau merusak kualitas air serta kelestarian fungsi mata air dan air pada sumber air lainnya. Adapun ketentuan perlindungan kawasan sekitar mata air adalah jari-jari 200 m dari titik mata air. Kabupaten Pacitan memiliki potensi mata air yang cukup banyak, yaitu sebanyak 36 buah mata air seperti pada tabel berikut.

Tabel 5. 4

Rencana Lokasi Kawasan Sekitar Mata Air

NO NAMA MATA AIR DESA KECAMATAN DEBIT (lt/dt)

HUJAN KEMARAU 1 Telaga Hadi Luwih Ngadirejo 4.0 2.0 2 Surupan Plumbungan Kebonagung 20.0 7.0 3 Kali Sobo Ketepung Kebonagung 6.0 1.0 4 Sumber Maron Sugihwaras Nawangan 158.0 70.0 5 Sumber Dung Wil Sugihwaras Nawangan 50.0 23.3 6 Kali Putih I Jati Gunung Tulakan 0.0 0.0 7 Kali Putih II Jati Gunung Tulakan 0.0 0.0 8 Salak Jati Gunung Tulakan 0.0 0.0 9 Jlubang Jlubang Pringkuku 5.0 1.0 10 Kali Bule Candi Pringkuku 250.0 150.0 11 Kali Barong Candi Pringkuku 600.0 400.0 12 Watu lawang Wonodadi Pringkuku 4.0 1.0 13 Kali Cokel Watu Karung Pringkuku 250.0 200.0 14 Kali Sumber Dersono Pringkuku 100.0 70.0 15 Kali Kiman Dersono Pringkuku 0.0 0.0 16 Kali Sirah Dersono Pringkuku 0.0 0.0 17 Dung Wil Sugihwaras Pringkuku 50.0 23.0 18 P2AT Belah Donorojo 18.0 18.0 19 Jenggung Kalak Donorojo 2.0 1.0 20 Ngasem Sendang Donorojo 4.0 2.0 21 Waru Gendaran Donorojo 4.0 2.0 22 Dung Timo I Widoro Donorojo 75.0 70.0

23 Dung Timo II Widoro Donorojo 0.0 0.0 24 Ngoro Dowo Gedompol Donorojo 8.0 2.0 25 Dung Banteng Dolo,Sekar Donorojo 50.0 21.0 26 Gendaran Gendaran Donorojo 0.0 0.0 27 Jumbleng Pager Kidul Sudimoro 10.0 5.0 28 Papringan Pager Kidul Sudimoro 7.0 3.0 29 Joho Pager Kidul Sudimoro 4.0 1.0 30 Ngalian Pager Kidul Sudimoro 20.0 10.0 31 Tlogo Cilik Pager Kidul Sudimoro 6.0 3.0 32 Pakel Pager Kidul Sudimoro 4.0 2.0 33 Pideh Sukorejo Sudimoro 4.0 2.0 34 Dawung Sukorejo Sudimoro 5.0 2.0 35 Ngumbul Sukerejo Sudimoro 20.0 10.0 36 Ngreneng Sukorejo Sudimoro 4.0 2.0

Sumber: BAPPEDA & PM Kabupaten Pacitan, 2008

Page 11: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 11

Peta 5. 7 Rencana Kawasan Sekitar Mata Air

5.1.2.4 Kawasan Sekitar SUTT Dalam penetapan sempadan jaringan listrik, terutama SUTT mengacu pada Permentamben No.01.P/47/MPE/ 1992 tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) untuk Penyaluran Tegangan Listrik untuk sempadan ini ditetapkan 10-50 meter dari titik tengah gawang menara.

Berdasarkan keberadaan atau lokasi Saluran Udara Tegangan Tinggi di Kabupaten Pacitan pada saat

ini, maka ditetapkan bahwa lokasi sepanjang jalur transmisi SUTT 70 KV merupakan kawasan ruang terbuka hijau. Adapun persebaran lokasi yang dinyatakan sebagai ruang terbuka hijau tersebut berlokasi di sebagian wilayah kecamatan berikut ini:

1. Kecamatan Tegalombo, yaitu sepanjang jalur SUTT di Desa Tahunan, Desa Ploso, Desa Kemuning, Desa Kebondalem Kecamatan Bandar, yaitu sepanjang jalur SUTT di Desa Kledung dan Desa Petungsinarang

Page 12: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 12

Peta 5. 8 Rencana SUTT

2. Kecamatan Arjosari, yaitu sepanjang jalur SUTT di Desa Kedunbendo, Desa Mangunharjo, Desa Gegeran, Desa Borang, Desa Gembong, Desa Pagutan, Desa Gunungsari

3. Kecamatan Kebonagung, yaitu sepanjang jalur SUTT di Desa Ketepung

4. Kecamatan Pacitan, yaitu sepanjang jalur SUTT di Desa Purworejo dan Desa Nanggungan.

Dengan adanya rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Desa Sukorejo Kecamatan Sudimoro maka akan ada lokasi yang akan dilalui oleh jalur transmisi SUTT 150 KV sepanjang 45 km mulai dari

PLTU Pacitan tersebut hingga Gardu Induk (GI) di Kecamatan Pacitan. Sepanjang jalur transmisi ini juga ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau yang direncanakan akan melewati sebagian wilayah 5 (lima) Kecamatan dan 14 (14) desa, antara lain:

1. Kecamatan Sudimoro (Desa Sukorejo, Desa Pager kidul dan Desa Pager Lor)

2. Kecamatan Ngadirojo (Desa Bogoharjo, Desa Cangkring dan Desa Tanjung Lor)

3. Kecamatan Tulakan (Desa Ngumbul, Desa Bungur, Desa Tulakan dan Desa Jatigunung)

Page 13: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 13

4. Kecamatan Kebonagung (Desa Ketro dan Desa Ketepung)

5. Kecamatan Pacitan (Desa Purworejo dan Desa Widoro)

Sebagian besar lahan yang dilalui oleh jalur transmisi tersebut adalah lahan hutan milik negara. Fungsi lahan di sempadan jalur SUTT adalah sebagai ruang terbuka hijau.

Pada masa mendatang, perlu diantisipasi bahwa SUTT selain dibangun dari PLTU di Sudimoro hingga ke Gardu Induk Pacitan, juga akan dibangin SUTT dari gardu induk Pacitan ke Ponorogo dan Wonogiri. Lokasi RTH sepanjang jalur SUTT dapat dilihat pada peta rencana kawasan Ruang Terbuka Hijau di sepanjang jalur SUTT.

55..11..33 KKAAWWAASSAANN SSUUAAKKAA AALLAAMM DDAANN CCAAGGAARR BBUUDDAAYYAA

Di Kabupaten Pacitan, kawasan suaka alam dan cagar budaya terdiri dari: 1. Kawasan Cagar Alam 2. Kawasan Cagar Budaya Kawasan cagar alam merupakan kawasan memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistemnya; memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya; memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum diganggu manusia; memiliki luas dan bentuk tertentu; atau memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan konservasi. Adapun kawasan cagar budaya adalah kawasan dan ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi serta mempunyai nilai situs purbakala yang khas. Pada kawasan Cagar Alam dan Cagar budaya dapat dimanfaatkan untuk keperluan:

1. penelitian dan pengembangan; 2. ilmu pengetahuan; 3. pendidikan, pelatihan, penerangan,

penyuluhan; 4. kegiatan penunjang budidaya dan budaya

Berdasarkan tingkat perkembangan kawasan Cagar Alam yang ada di wilayah Kabupaten Pacitan pada tahun 2028 direncanakan mencapai 1.254,13 Ha atau sekitar 0,90% dari luas keseluruhan Kabupaten Pacitan.

5.1.3.1 Kawasan Cagar Alam Kawasan cagar alam dapat pula diartikan sebagai kawasan dengan ciri khas tertentu baik darat maupun pengairan yang memiliki fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistem didalanya, kawasan ini juga berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan. Beberapa kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan cagar alam diantaranya : a. Kawasan cagar alam Hutan Wisata Pacitan Indah

(Kecamatan Pringkuku), b. Kawasan cagar alam Hutan bakau (Kecamatan

Ngadirojo), c. Gua Kalak dan Gua Luweng Ombo (Kecamatan

Donorojo), d. Gua Putri, Gua Gong dan Gua Tabuhan

(Kecamatan Punung), e. Gua Kendil dan Gua Luweng Jaran (Kecamatan

Pringkuku), f. Gua Clangap (Kecamatan Kebonagung), g. Gua Pentung dan Gua Sumopuro (Kecamatan

Tulakan) dan, h. Gua Papringan, Gua Kambil, Sukorejo (Kecamatan

Sudimoro). Disamping itu terdapat pula goa yang merupakan habitat hewan seperti burung walet dan kelelawar. Goa tersebut diantaranya Gua Butun, Gua Kayuaking, Gua Dampar, Gua Bandung, Gua Karangbolong, Gua Grinjing, Gua Ngasinan, Gua Branjang, Gua Bayutarung, Gua Srinten, Gua Guprak, Gua Seropan, Gua Ganjuran, Gua Watukurung, Gua Pandanduwur, Gua Watugudang, Gua Watulumbung, Gua Klamun, Gua Klopan, Gua Wedi Putih, Gua Curi, Gua Klopo, Gua Plantar, Gua Sawo, Gua Temon dan Gua Grebes sedangkan gua dibagian barat yang dihuni burung walet adalah GuaSirondo, Gua Singkil, Gua Princen, Gua Klatakan, Gua Ngandan dan Gua Watusingar.

5.1.3.2 Kawasan Cagar Budaya Kawasan Cagar Budaya adalah kawasan dan ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi serta mempunyai nilai situs purbakala yang khas, memiliki nilai ekonomis sehingga harus dipelihara kelestariannya serta mendapatkan perlindungan.

Page 14: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 14

Peta 5. 9 Rencana Kawasan Cagar Alam

Kawasan yang direncanakan menjadi kawasan cagar budaya di Kabupaten Pacitan dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok kawasan cagar budaya berdasarkan kegiatan budaya (acara adat) kelompok kawasan cagar budaya berdasarkan lokasi yang memiliki nilai bersejarah.

Kegiatan budaya yang berupa acara adat dan seni tradisional terdiri atas:

1. Upacara Ceprotan di Kecamatan Donorojo, 2. Upacara Serumbung Mojo, 3. Upacara Baritan di Kecamatan Kebonagung, 4. Upacara Badut Sinampurno,

5. Upacara Jangkrik Genggong di Kecamatan Ngadirojo,

6. Upacara adat Jrubungmojo di Kecamatan Punung,

7. Seni Tradisional Jaranan Nem/ Geduk di Kecamatan Sudimoro,

8. Seni Tradisional Tari Eklek di Kecamatan Pringkuku,

9. Seni Tradisional Kethek Ogleng di Kecamatan Nawangan,

10. Seni Tradisional Rondo Tetek, 11. Seni Tradisional Kucingan,

Page 15: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 15

12. Seni Tradisional Sentewere, 13. Wayang Beber di Kecamatan Donorojo, 14. Badut Simparno di Kecamatan Tegalombo,

dan 15. Pondok Termas di Kecamatan Arjosari

Kawasan yang direncanakan menjadi kawasan cagar budaya berdasarkan nilai sejarahnya dan berhak mendapatkan perlindungan adalah sebagai berikut: a) Monumen Palagan Tumpak Rinjing (dilokasi

tersebut terjadi perang fisik antara tentara pelajar dan patroli tentara Belanda) yang terdapat di Dusun Palem, Desa Dadapan Kecamatan Pringkuku.

b) Situs Purbakala (Peninggalan yang ditemukan berupa kapak batu, anak panah dan kerangka manusia purba) yang terdapat di Song Keplek, Song Terus, Song Gupuh, Desa Wareng Kecamatan Punung.

c) Monumen, Markas, dan rute Panglima Besar Jenderal Sudirman (digunakan pada saat agresi militer II) yang terdapat di Dusun Sobo Desa Pakis Baru Kecamatan Nawangan.

d) Peninggalan prasejarah Kerajaan Wirati dan Makam Kyai Santri di Desa Punung Kecamatan Punung.

e) Tugu wathu pathok (berupa tugu yang merupakan prasasti dan dipercayai sebagai pathoknya Pulau Jawa) di Desa Watu Pathok Kecamatan Bandar

f) Batu tulis dan Makam Sutononggo di Desa Ngreco Kecamatan Tegalombo

g) Situs Bak Soka di Desa Soka Kecamatan Punung h) Makam-makam kuno: di Kecamatan Pacitan,

terdiri atas Makam Kuno Ki Ageng petung dan Notopuro di Desa Kembang, Makam Kanjeng Jimat di Kelurahan Pacitan; Makam Kuno Buwono Keling di Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung; Makam Kono Astono Genthong di Desa Dadapan Kecamatan Pringkuku; Makam Eyang Putri dan Iro Kombor di desa Bandar serta Makam Mbah Wager di Desa Watupatok Kecamatan Bandar; dan Makam Kanjeng Bayat di Desa Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo.

55..11..44 KKAAWWAASSAANN RRAAWWAANN BBEENNCCAANNAA AALLAAMM Kawasan lindung di Kabupaten Pacitan yang tergolong sebagai kawasan rawan bencana terbagi atas empat jenis kawasan, yaitu kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah, kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami, kawasan rawan banjir.

5.1.4.1 Kawasan Rawan Gempa Bumi Daerah Kabupaten Pacitan yang berada di atas lempeng India-Australia kondisinya saat ini sangat rapat karena mendapat tekanan dari lempeng Eropa-Asia. Berdasarkan hal tersebut maka seluruh wilayah Kabupaten Pacitan termasuk kedalam kawasan rawan gempa bumi.

5.1.4.2 Kawasan Rawan Tanah Longsor/Gerakan Tanah

Adapun kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah di Kabupaten Pacitan merupakan daerah yang memiliki kemiringan lahan lebih dari 40% dan kawasan yang memiliki jenis tanah Redzina dan litosol. Pada kawasan yang memiliki kriteria tersebut penggunaan lahan sedapat mungkin berupa hutan lindung/hutan rakyat.

5.1.4.3 Kawasan Rawan Gelombang Pasang Tsunami

Adapun kecamatan yang merupakan kawasan rawan bencana tsunami dan perlu diatur penggunaan lahannya adalah seluruh wilayah pantai di bagian selatan Kabupaten Pacitan yang memiliki kemiringan landai dan juga wilayah-wilayah yang dilalui oleh sungai-sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

5.1.4.4 Kawasan Rawan Banjir Titik-titik rawan kejadian banjir di wilayah Kabupaten Pacitan sangat erat kaitannya dengan keberadaan sungai - sungai utama yang ada yaitu Sungai Baksoko, Sungai Lorog, Sungai Pagotan, Sungai Bawur dan terutama Sungai Grindulu. Daerah yang masuk kedalam kawasan rawan banjir adalah sebagian wilayah Kecamatan Arjosari, Pacitan dan Kebonagung.

Page 16: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 16

55..11..55 KKAAWWAASSAANN LLIINNDDUUNNGG LLAAIINNNNYYAA

5.1.5.1 KAWASAN RUANG TERBUKA HIJAU Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang pasal 29, disebutkan bahwa yang termasuk ruang terbuka hijau adalah taman kota, taman pemakaman umum, jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai. Selain itu, yang termasuk kedalam kawasan terbuka hijau yang ada di Kabupaten Pacitan dengan melihat standar Permendagri No.1 tahun 2007 pasal 6, adalah taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, hutan kota, hutan lindung, bentang alam seperti gunung bukit lembah, cagar alam, pemakaman umum, lapangan olah raga, lapangan upacara, parkir terbuka, lahan pertanian perkotaan, jalur dibawah SUTT, sempadan sungai dan pantai, jalur pengaman jalan, median jalan, pipa gas, pedestrian, kawasan dan jalur hijau dan daerah penyangga lapangan udara.

Hutan kota diselenggarakan dengan tujuan untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya. Hutan kota berfungsi untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro, nilai estetika dan meresapkan air, serta menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota, serta mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Ruang Terbuka Hijau pada wilayah Kota minimal seluas 30% dari luas kota, dan 20% diantaranya adalah RTH Publik dan sisanya (10%) adalah RTH privat.

Luas Kecamatan Pacitan adalah 7.848 Ha, namun yang memungkinkan untuk berkembang menjadi daerah perkotaan adalah wilayah dengan kemiringan dibawah 40%, yaitu seluas 3717 Ha. Hal ini berarti setidaknya luas ruang terbuka hijau yang seharusnya ada di Kota Pacitan minimal seluas 1115 Ha. Ruang terbuka hijau di wilayah kota, yaitu di Kecamatan Pacitan, diarahkan akan dikembangkan di alun-alun Kota Pacitan, selain itu kawasan terbuka hijau dilakukan dengan bentuk memanjang, antara lain berupa jalur peneduh jalan raya, jalur hijau di sempadan sungai, sempadan pantai dengan memperhatikan zona pengaman fasilitas/instalasi yang sudah ada, antara lain ruang bebas SUTT.

Selain itu berdasarkan Keputusan Bupati Pacitan Tanggal 22 Februari 2007 Nomor 188.45/52/408.11/2007, lokasi hutan kota Kabupaten Pacitan terdiri atas Hutan Kota Teleng Ria

yang berlokasi di pantai Teleng Ria Kabupaten Pacitan dan Hutan Kota Stadion yang berlokasi di sekitar stadion olah raga Kabupaten Pacitan. Adapun luasan yang ditetapkan untuk masing-masing lokasi secara berurutan adalah seluas 0.5 Ha dan 2 Ha.

Pada masa mendatang perlu ada perencanaan kawasan hijau (green area) baik berupa taman kota, taman toga maupun kawasan hayati lainnya yang berfungsi sebagai kawasan pendukung iklim mikro yang disesuaikan antara jumlah “supplier oksigen” dan jumlah penduduk yang mendiami suatu kawasan.

5.1.5.2 KAWASAN TERUMBU KARANG Terumbu karang adalah ekosistem khas daerah tropis dengan produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi. Terumbu karang tersusun atas beberapa jenis karang batu yang di dalamnya hidup beraneka ragam biota perairan. Ekosistem terumbu karang di Kabupaten Pacitan mencakup areal seluas 37 hektar. Adapun lokasi kawasan terumbu karang yang tersebar di pesisir Kabupaten Pacitan dikelompokan menjadi:

1. Persebaran Kawasan terumbu karang, berada di dalam lautan yang termasuk pada wilayah Kecamatan Donorojo dan Kecamatan Pringkuku dalam bentuk luasan-luasan kecil, dengan jenis karang yang terdapat di daerah ini adalah Acropora dan Porites.

2. Persebaran Kawasan terumbu karang, berada di dalam lautan yang termasuk pada wilayah Kecamatan Sudimoro, Kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Tulakan berupa fringgingreef dengan jenis karang Acropora dan Porites. Di sekitar Lorok, Teluk Siwil Desa Sidomulyo Kecamatan Ngadirejo dan di sekitar Tanjung Tiangcentakan merupakan kawasan lindung terumbu karang masing-masing seluas 2.12 Ha dan 3.93 Ha.

Untuk menghindari terjadinya kerusakan ekosistem terumbu karang tersebut, maka lokasi-lokasi perairan yang memiliki ekosistem terumbu karang diarahkan sebagai kawasan lindung lainnya yang berhak mendapatkan perlindungan secara hukum didalam pengelolaanya.

Page 17: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 17

Peta 5. 10 Rencana Kawasan Ruang Terbuka Hijau

55..22 RREENNCCAANNAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN KKAAWWAASSAANN LLIINNDDUUNNGG

Kawasan lindung berfungsi memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, untuk itu menjaga kelestarian fungsi ekologis kawasan lindung merupakan kewajiban yang harus diemban oleh setiap anggota masyarakat.

Pengelolaan kawasan lindung dilakukan dengan adanya pembatasan/pelarangan terhadap aktivitas manusia yang dapat mengganggu kelestarian fungsi ekologis kawasan lindung. Berbagai kawasan lindung, baik dalam bentuk kawasan suaka

alam dan kawasan pelestarian alam maupun bentuk lindung lainnya yang telah ditetapkan, diharapkan akan mendapatkan perlindungan dan perlakuan khusus, sehingga tujuan pembangunan yang berkelanjutan dapat tercapai.

55..22..11 PPEENNGGEELLOOLLAAAANN KKAAWWAASSAANN YYAANNGG MMEEMMBBEERRIIKKAANN PPEERRLLIINNDDUUNNGGAANN KKAAWWAASSAANN DDIIBBAAWWAAHHNNYYAA

5.2.1.1 Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Saat ini sebagian besar hutan di Kabupaten Pacitan merupakan hutan rakyat, yaitu seluas 65.951 Ha dan

Page 18: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 18

terletak pada kelerengan > 40%. Dalam UU No. 41/1999, hutan rakyat dimaksudkan sebagai hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik. Definisi diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara. Dalam pengertian ini, tanah negara mencakup tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat berdasarkan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan adat atau aturan-aturan masyarakat lokal (biasa disebut masyarakat hukum adat).

Hutan rakyat pada saat ini memiliki fungsi sebagai hutan produksi dengan jumlah produksi sebesar 222.462,50 m3 pada tahun 2008. Hutan rakyat ini terletak di kawasan yang seharusnya memiliki fungsi lindung, dilihat dari kemiringan lahan yang lebih dari 40% bahkan lebih dari 60%, kemudian dilihat pula dari struktur tanahnya yang berupa litosol dan redzina yang merupakan lapisan yang rentan dan memiliki tingkat erosi yang tinggi. Hutan lindung mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Perubahan fungsi ini memberikan salah satu dampak yang dirasakan pada musim hujan yaitu banjir, untuk itu seharusnya perlu adanya pengembalian fungsi menjadi fungsi lindung.

Arahan pengelolaan kawasan hutan lindung agar dapat dikembalikan fungsinya sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, tetapi dengan tidak mengorbankan keberadaan kebun/hutan rakyat yang sudah ada antara lain:

a. Hutan rakyat yang berada pada kelerengan > 40% jika memungkinkan dialihkan menjadi milik negara (masyarakat menjual hutan rakyat tersebut ke pemerintah, atau dengan cara lain yang sah). Selanjutnya pemerintah menetapkan lahan tersebut menjadi hutan lindung (mutlak). Selanjutnya diarahkan sebagai berikut:

1) Kawasan hutan lindung yang ada saat ini dipertahankan sebagai kawasan hutan lindung.

2) Kawasan hutan lindung yang pada saat ini masih banyak memiliki lahan terbuka atau sudah tidak berhutan lagi, direkomendasikan untuk segera ditanami kembali dengan sistem

pelibatan masyarakat sekitar di dalam prosesnya sehingga dapat menjaga keutuhan hutan tersebut nantinya.

3) Pelaksanaan rehabilitasi hutan lindung dengan jenis pohon asli setempat. Penanaman dilakukan di sela-sela tanaman yang ada. Jenis pohon yang ditanam merupakan tanaman yang mempunyai tajuk rimbun dan perakaran dalam serta sebagai penghasil produk non kayu. Penggunaan jenis pohon yang diambil kayunya, dikhawatirkan apabila pada saat panen, akan ditebang sehingga menyebabkan fungsi hutan lindung yang diharapkan tidak tercapai. Kegiatan rehabilitasi ini diharapkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan sampai kondisi vegetasi pohon dominan jumlahnya. Disamping itu pemerintah kabupaten harus berupaya keras untuk menumbuhkan sektor-sektor andalan lainnya, yang secara perlahan-lahan dapat menggeser ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan;

4) Pelarangan penebangan pohon dalam kawasan hutan lindung dengan radius atau jarak sampai dengan 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan Hutan Di Propinsi Jawa Timur.

5) Pengendalian terhadap meluasnya perkebunan rakyat di kawasan hutan lindung dengan penegakan hukum, dan dengan melakukan kegiatan pemancangan batas, pemeliharaan batas dan mempertahankan luas dan fungsi.

6) Pemanfaatan hutan lindung dikembangkan produk bukan kayu seperti rotan dan madu yang pengelolaannya dilakukan bersama masyarakat.

7) Untuk mempertahankan fungsi lindung, hendaknya pengembangan infrastruktur di kawasan hutan lindung dibatasi. Sehingga permukiman yang telah ada ataupun kegiatan budidaya lainnya perkembangannya dapat dibatasi.

Page 19: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 19

8) Pada beberapa kawasan hutan yang memungkinkan, diusulkan kegiatan wisata alam, seperti jogging track, hiking, wisata ilmu pengetahuan dan lain-lain.

9) Agar hutan mendapat perlindungan, maka perlu adanya kegiatan sosialisasi/penyuluhan fungsi perlindungan hutan, pembuatan ilaran api, pemeliharaan sekat bakar, pengadaan sarana pemadam kebakaran, pengaturan penggembalaan ternak dalam hutan, pengambilan rumput dan makanan ternak lainnya serta serasah dari dalam kawasan hutan.

10) Sosialisasi kawasan lindung kepada masyarakat sekitar, termasuk pemancangan papan nama dan papan larangan serta sosialisasi tentang resiko bencana.

b. Jika kawasan dengan kriteria hutan lindung telah terpenuhi namun statusnya dimiliki masyarakat, maka diarahkan sebagai berikut:

1) Kegiatan budidaya yang telah ada sebelumnya, baik berupa bangunan, budidaya pertanian, hutan rakyat, dsb, pada prinsipnya harus dikeluarkan dari kawasan dengan kriteria hutan lindung secara bertahap. Bila terpaksa harus dipertahankan keberadaannya, maka harus diupayakan agar kegiatan tersebut tidak mengganggu atau diminimalkan gangguannya terhadap fungsi lindung.

2) Penebangan hasil hutan dilakukan secara terbatas.

3) Pada lahan yang saat ini sudah digunakan sebagai kegiatan pertanian dan perkebunan, Sistem Parak dapat menjadi alternatif. Sistem Parak merupakan sistem pengelolaan hutan dengan menanami kebun pepohonan campuran yang terletak di lereng-lereng di antara desa dan kawasan dengan kriteria hutan lindung. Parak memiliki keanekaragaman spesies dan kerapatan pohon yang tinggi serta dapat menghasilkan hasil hutan yang beragam untuk dijual maupun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

4) Teknik penanaman harus mengikuti kaidah konservasi tanah, yaitu penanaman dilakukan

sejajar kontur agar tidak menyebabkan tingkat erosi yang tinggi.

Gambar 5. 1 Rencana Kawasan Hutan Lindung

Sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan Hutan Di Propinsi Jawa Timur, kegiatan yang dilakukan untuk menjaga keberadaan hutan lindung adalah sebagai berikut:

A. Kegiatan yang terkait dengan usaha mencegah dan menanggulangi gangguan bencana alam terhadap hutan-hutan yang ada di Kabupaten Pacitan meliputi: a. pemantauan

biofisik lingkungan yang berpotensi menimbulkan bencana alam ;

b. pembuatan bangunan yang bersifat sipil teknis ; c. pembinaan kesadaran dan penyuluhan kepada

masyarakat;

GOA DI KAWASAN KARST

KAWASAN KARST

Page 20: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 20

d. penjagaan kelestarian nilai, dan fungsi hutan serta lingkungannya ;

e. penjagaan mutu, nilai, dan kegunaan hutan ;

B. Kegiatan yang terkait dengan usaha mencegah dan menanggulangi gangguan manusia terhadap hutan dilakukan meliputi kegiatan: a. perencanaan pengamanan hutan; b. penyusunan organisasi pengamanan hutan; c. penyediaan sarana dan prasarana; d. pengamanan secara preventif dan atau represif; e. sosialisasi peraturan perundang-undangan di bidang

kehutanan; f. meningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar

kawasan hutan; g. melakukan pengawasan dan pengendalian;

C. Kegiatan yang terkait dengan usaha mencegah dan menanggulangi gangguan ternak terhadap hutan dilakukan : a. penunjukan lokasi penggembalaan ; b. pencarian lokasi penggembalaan ternak yang lebih

menguntungkan masyarakat ; c. pencarian alternatif mata pencaharian masyarakat

5.2.1.2 Pengelolaan Kawasan Karst Kawasan Karst diartikan sebagai wilayah singkapan batuan karbonat (batu gamping dan dolomit) yang telah dan sedang mengalami gejala karstifikasi akibat pelarutan oleh air. Wilayah Karst Pacitan Barat yang terletak di wilayah Selatan – Barat merupakan kawasan Karst kelas 1, sehingga di wilayah ini tidak boleh dilakukan kegiatan pertambangan dan ditetapkan sebagai area konservasi. Karena sifat yang dimilikinya, maka kawasan yang memiliki perbukitan kars mutlak tidak bisa dilakukan eksploitasi dan diperlakukan sebagai kawasan konservasi.

Kawasan lindung karst di wilayah Kabupaten Pacitan saat ini sudah banyak yang dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya pertanian dan hutan rakyat. Agar kawasan lindung karst tidak menjadi lebih terganggu ekosistemnya, maka arahan pola pengelolaan kawasan karst di Kabupaten Pacitan adalah:

a. Mengembalikan fungsi kawasan karst sebagai kawasan penyimpan cadangan air tanah dengan melakukan reboisasi dan mengembangkan

penggunaan utama lahan di kawasan ini adalah ekosistem hutan lindung;

b. Untuk merubah fungsi dari pertanian menjadi kawasan lindung, maka perlu dilakukan pembinaan terhadap petani untuk menerapkan sistem pertanian konservasi

c. Potensi ekonomi kawasan karst masih dapat diberdayakan secara terbatas tanpa merusak fungsinya secara keseluruhan;

d. Untuk mempertahankan fungsi lindung, hendaknya pengembangan infrastruktur di kawasan karst dibatasi.

e. Mengembangkan kawasan karst sebagai obyek wisata budaya, serta flora dan fauna khas bernilai ekologi

f. Permukiman pedesaan yang saat ini berada di kawasan ini diupayakan untuk tidak melakukan perkembangan. Disinsentif perlu diberikan dengan meminimalkan pelayanan infrastuktur permukiman.

55..22..22 PPEENNGGEELLOOLLAAAANN KKAAWWAASSAANN PPEERRLLIINNDDUUNNGGAANN SSEETTEEMMPPAATT

5.2.2.1 Pengelolaan Kawasan Sempadan Pantai Berdasarkan ketentuan yang berlaku, yang dimaksud dengan kawasan lindung sempadan pantai adalah 100 m diukur dari garis pantai pada saat titik pasang tertinggi ke arah darat. Untuk kawasan pesisir bukan pantai yaitu pesisir berupa tebing dengan ketinggian tebing minimal 10 m, sempadan pantai yang berlaku juga 100 m untuk menjaga kemungkinan terjadinya longsor.

Namun pantai di Kabupaten Pacitan dimasukan ke dalam daerah bahaya I (satu) terhadap bencana tsunami. Agar kawasan pantai terlindung dari gelombang tsunami dan juga dari gangguan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai, maka penggunaan lahan di kawasan sempadan pantai di Kabupaten Pacitan dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona kawasan mangrove dan vegetasi pantai di sisi terluar, disusul dengan zona perikanan/tambak, dan zona perkebunan. Pengembangan ekosistem mangrove dan tanaman lain memiliki fungsi lain yaitu menjaga kelestarian fungsi pantai dan mengembangkan kegiatan ekonomi wilayah pesisir. Perkecualian untuk daerah pantai yang sudah digunakan untuk

Page 21: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 21

pertahanan dan keamanan serta fasilitas umum penangkapan perikanan masih dapat dipertahankan namun tetap ada pembatasan didalam pengembangannya.

Untuk wilayah pantai barat Pacitan, yang sepanjang pantai sudah ditumbuhi tanaman sebagai Green Belt, sehingga ditetapkan sebagai daerah kawasan lindung dengan batasan lebar 50 m dari tepi hutan menghadap ke arah pantai atau lebar 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan yang diukur dari garis surut terendah dan titik pasang tertinggi, tidak boleh ada perubahan guna lahan di kawasan ini.

Adapun pengelolaan sempadan pantai di sepanjang wilayah selatan Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut: a. Diusulkan pengembangan kegiatan pariwisata

pantai dan laut, namun dengan perencanaan yang mempertimbangkan faktor keselamatan dari kemungkinan terjadinya bencana tsunami.

b. Pembatasan pengembangan infrastruktur disepanjang kawasan ini guna mengendalikan perkembangan wilayah di sepanjang pantai.

c. Kegiatan yang mengakibatkan pengurangan (impound) areal mangrove harus dihentikan atau dialihkan dengan kegiatan lain yang tidak mengakibatkan pengrusakan.

d. Kegiatan yang dapat dikembangkan di pantai yang memiliki hutan bakau adalah tempat pemijahan ikan/udang, filter pencemar, dan penahan ombak/arus laut

e. Kawasan hutan mangrove yang terdegradasi perlu dilakukan rehabilitasi dengan memperhatikan zonasi vegetasi mangrove.

f. Penggunaan lahan terbatas dapat dilakukan di kawasan lindung sempadan pantai dalam bentuk pembangunan pelantar atau dermaga, TPI, fasilitas pelayanan umum lainnya yang mendukung kegiatan pariwisata dan kegiatan penangkapan ikan.

g. Penanaman vegetasi pantai (seperti keben, ketapang, cemara laut, waru laut, dll) disepanjang pantai sebagai upaya perlindungan dari bencana tsunami.

5.2.2.2 Pengelolaan Kawasan Sempadan Sungai Sungai, termasuk anak-anak sungai dan sungai buatan, adalah alur atau tempat atau wadah air berupa jaringan pengaliran air, sedimen, dan ekosistem yang terkait mulai dari hulu dan/atau mata air sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri di sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.

Rencana sempadan sungai yang melintasi wilayah Kabupaten Pacitan harus diterapkan secara konsisten seperti pada pembahasan terdahulu, yaitu terbagi atas tujuh kelompok, diantaranya Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan (sempadan ≥5m), garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan (sempadan ≥3m), garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besar (sempadan ≥100m) dan pada sungai kecil (sempadan ≥50m), garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman <3 (tiga) meter (sempadan ≥10m), garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman 3-20 (tiga sampai duapuluh) meter (sempadan ≥15m), sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan dengan kedalaman maksimum >20 (duapuluh) meter (sempadan ≥30m) serta garis sempadan untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut (sempadan ≥100m).

Gambar 5. 2

Rencana Penetapan Penggunaan Lahan di Sempadan Sungai Besar Tidak Bertanggul

Di Luar Kawasan Perkotaan

Page 22: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 22

Gambar 5. 3 Rencana Penetapan Penggunaan Lahan

Di Sempadan Sungai Kecil/ Kali Tidak Bertanggul Dan Sungai Di Wilayah Terbangun

Kemudian ditetapkan Bantaran sungai harus bebas dari bangunan kecuali untuk pengembangan jalan inspeksi untuk mengendalikan pemanfaatan lahan/ruang di sekitar tepi sungai, pada sempadan sungai ini diupayakan pula penanaman vegetasi dengan perakaran yang kuat.

Terhadap sempadan sungai yang terletak di tengah kawasan terbangun, yang kurang atau tidak memungkinkan segera diterapkan lebar sempadan sungai 10 meter dan jalan inspeksi, perlu dilakukan upaya untuk mencapai tujuan perlindungannya, yaitu melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai, untuk itu langkah prioritas yang diterapkan adalah pembangunan dinding penahan (retaining wall), pelarangan pembuangan sampah dan limbah ke badan sungai.

Pengendalian sungai perlu dilakukan sebagai upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh banjir, pencemaran, kekeringan, erosi, dan sedimentasi. Langkah-langkah kebijakan lainnya guna memberikan perlindungan bagi sungai, diantaranya:

a. Pemulihan fungsi sungai dengan melestarikan fungsi daerah tangkapan air, daerah resapan air, mata air, daerah manfaat sungai, aliran air, muara serta daerah pantai yang terpengaruh oleh aliran sungai/aktivitas daratan, pelestarian keanekaragaman hayati, dengan mempertimbangkan interaksi hulu-hilir, pengendalian

erosi, gerusan dan longsoran tebing serta sedimentasi,

b. Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya

c. Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai. Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di sempadan sungai, diantaranya jalan inspeksi dan bangunan pengolah air

d. Pengamanan daerah aliran sungai dari kegiatan terbangun dan memfungsikannya sebagai hutan lindung.

e. peningkatan kesadaran, kepedulian, partisipasi dan pemberdayaan para pemilik kepentingan dan masyarakat dalam melestarikan sungai dan lingkungannya.

f. Rehabilitasi hutan dan lahan, terutama yang memberikan dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap perubahan fungsi dan kualitas sungai,

g. pengaturan prasarana dan sarana sanitasi di seluruh wilayah Kabupaten Pacitan, terutama di kawasan yang memiliki fungsi budidaya, hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas air sungai.

Pengendalian kegiatan yang ada disekitar sungai dengan memanfaatkan lahan di daerah manfaat sungai dapat diperuntukan bagi kegiatan tertentu sebagai berikut:

a. Kegiatan budidaya pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan; namun lebih diutamakan dilakukan penanaman tumbuhan/ pepohonan berakar dalam guna mencegah terjadinya longsor;

b. Untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan, rambu-rambu pekerjaan/pengamanan, serta sarana bantu navigasi pelayaran;

c. Untuk pemasangan rentang kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air minum;

d. Untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan umum; dan

e. Untuk pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan pembuangan air.

Page 23: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 23

f. Untuk menyelenggarakan kegiatan bagi masyarakat yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan fungsi sungai (dapat digunakan untuk olah raga, rekreasi, parkir dan lain-lain).

g. Untuk pemanfaatan lain yang diatur melalui peraturan daerah sesuai dengan kondisi sungai dan kondisi daerah, serta tetap mempertimbangkan kelestarian dan fungsi sungai.

Sedangkan pemanfaatan badan air sungai dapat diperuntukan bagi kegiatan tertentu sebagai berikut:

a. prasarana angkutan air b. sarana kegiatan pariwisata c. olah raga air d. perikanan e. pembangkit listrik tenaga air (jika memungkinkan) f. penambangan bahan galian (dengan batasan

tertentu, dalam arti kegiatan yang dilakukan tidak mengganggu ekosistem sungai, kelestarian sungai dan kualitas air sungai)

g. kegiatan budaya dan keagamaan

5.2.2.3 Pengelolaan Kawasan Sekitar Mata Air Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 Tahun 1993 Tentang : Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai, untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu dan/atau merusak kualitas air serta kelestarian fungsi mata air, maka ditetapkan perlindungan bagi kawasan sekitar mata air adalah jari-jari 200 m dari titik mata air. Kawasan dengan radius 15 m dari mata air harus bebas dari bangunan kecuali bangunan untuk penyaluran air. Dalam radius kawasan sekitar mata air ini tidak boleh ada alih fungsi lahan.

Sesuai dengan kondisi tanah setempat, mata air yang ada di Kabupaten Pacitan terdapat di 36 (tiga puluh enam) lokasi yang tersebar di 8 Kecamatan di Kabupaten Pacitan, yaitu di Kecamatan Pringkuku, Kecamatan Nawangan, Kecamatan Kebonagung, Kecamatan Donorojo, Kecamatan Punung, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Tulakan dan Kecamatan Sudimoro.

Keberadaan mata air ini sangat bermanfaat bagi penduduk setempat sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan hidup akan air bersih dan sebagai potensi pariwisata. Untuk itu sumber air yang ada perlu tetap dilindungi dengan menjaga sempadan mata air agar tidak berubah fungsi menjadi daerah terbangun yang dapat mengancam sumber air yang ada. Langkah-langkah perlindungan kawasan sempadan mata air, diantaranya adalah:

a. Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya di kawasan sekitar mata air, agar tidak mengganggu fungsi mata air (terutama sebagai sumber air bersih)

b. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada di sekitar mata air (penggunaan lahan yang telah berlangsung lama), agar tidak mengganggu fungsi mata air

c. Pengembalian kawasan hutan di sempadan mata air yang telah mengalami kerusakan melalui program rehabilitasi, reboisasi dan konservasi

d. Melindungi kawasan atasnya sebagai kawasan resapan air untuk mengisi air tanah dan membatasi berkembangnya kegiatan terbangun di kawasan resapan air tanah

5.2.2.4 Pengelolaan Kawasan Sekitar SUTT Rencana penanganan terhadap jaringan SUTT yang melalui Kabupaten Pacitan, baik yang saat ini telah ada maupun untuk yang sedang direncanakan (PLTU Sudimoro) ini meliputi:

a. Pengamanan terhadap tegakan bangunan sebidang tower tegangan tinggi dan kiri kanan bidang sejajar maksimal 10 meter – 50 meter, yaitu sebagai zona penghalang.

b. Penerapan sempadan tersebut hanya bisa diterapkan pada lahan yang masih relatif kosong, sedangkan untuk lahan yang sudah padat perlu sosialisasi dan kearifan daerah didalam penanganannya

c. Penetapan jarak bebas minimum antara penghantar SUTT dengan tanah dan benda lain, dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut ini.

Page 24: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 24

Tabel 5. 5 Jarak Bebas Minimum Antara Penghantar

SUTT Dengan Tanah Dan Benda Lain Lokasi SUTT

66 KV (m) SUTT

150 KV (m) 1. Lapangan terbuka atau daerah terbuka

2. Daerah dengan keadaan tertentu:

- Bangunan tidak tahan api - Bangunan tahan api - Lalu lintas jalan/ jalan raya - Pohon-pohon pada umumnya, hutan,

perkebunan - Lapangan Olah Raga - SUTT lainnya, penghantar udara tegangan

tengah, jaringan telekomunikasi, antena radio, antena televisi dan kereta gantung

- Rel kereta biasa - Jembatan besi, rangka besi penahan

penghantar, kereta listrik terdekat dsb

6.5

12.5 3.5 8

3.5

12.5 3 8 3

7.5

13.5 4.5 9

4.5

13.5 4 9 4

Sumber: Lampiran Permentamben, No:01.P/47/MPE/1992, tanggal 7 Februari 1992

Gambar 5. 4 Rencana Ruang Bebas SUTT 66/150 KVA

Penggunaan lahan di sempadan SUTT adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Antara jaringan SUTT dengan permukiman dibatasi oleh zona penghalang, yaitu berupa pepohonan akar keras dan jalan inspeksi.

Tinggi menara jaringan transmisi listrik di Kabupaten Pacitan dibatasi oleh peraturan mengenai kawasan latihan militer TNI AU Iswahyudi.

55..22..33 PPEENNGGEELLOOLLAAAANN KKAAWWAASSAANN SSUUAAKKAA AALLAAMM DDAANN CCAAGGAARR BBUUDDAAYYAA

5.2.3.1 Pengelolaan Kawasan Cagar Alam Kawasan cagar alam merupakan suatu kawasan karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem

tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

Di Kabupaten Pacitan ada beberapa kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan cagar alam, seperti yang telah diuraikan pada bagian terdahulu. Untuk melindungi kawasan-kawasan cagar alam tersebut harus dilakukan penataan batas kawasan dan penetapan kawasan, oleh karena itu diperlukan rencana-rencana peruntukan ruang bagi kawasan tersebut.

Adapun arahan pengelolaan ruang untuk kawasan cagar alam yang terdapat di Kabupaten Pacitan antara lain: 1. Kawasan ini dapat diperuntukan sebagai objek

wisata alam dengan tingkat intensitas rendah (quota tourism) dan jenis wisata minat khusus, terutama untuk penelitan dan wisata pendidikan.

2. Kawasan ini perlu dipertahankan dengan membatasi skala pengembangan infrastruktur permukiman, kecuali infrastruktur yang mendukung perkembangan pariwisata.

Adapun pemanfaatan kawasan cagar alam yang diperbolehkan adalah sebagai berikut:

1. penelitian dan pengembangan; 2. ilmu pengetahuan; 3. pendidikan, pelatihan, penerangan, penyuluhan; 4. kegiatan penunjang budidaya dan budaya 5. wisata alam

5.2.3.2 Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Setelah menginventarisasi dan menetapkan kawasan cagar budaya, langkah selanjutnya untuk memberikan perlindungan terhadap lokasi-lokasi yang memiliki nilai budaya dan sejarah di Kabupaten Pacitan yang menyebar di berbagai macam lokasi, dengan jenis cagar budaya berupa acara adat dan seni tradisional serta kawasan yang memiliki nilai sejarah, adalah dengan menetapkan luasan dan batas kawasan. Kemudian kawasan dilindungi dengan melakukan penataan lingkungan setempat agar lebih mempunyai nilai estetika. Kawasan cagar budaya dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan ekonomi lokal dengan melibatkan penduduk pada masing-masing daerah, yang ketentuan pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Page 25: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 25

Langkah-langkah pengamanan kawasan cagar budaya di Kabupaten Pacitan, diantaranya:

1. Pengelolaan kawasan cagar budaya sesuai dengan tujuan perlindungannya masing-masing,

2. Pelarangan dilakukannya kegiatan budidaya apapun, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan wisata budaya yang tidak mengubah fungsinya, bentang alam, kondisi penggunaan lahan, bentuk dan arsitektur bangunan serta ekosistem alami yang ada,

3. Melindungi dan mencegah terjadinya pencurian atau pengrusakan terhadap situs-situs peninggalan sejarah,

4. Pemberdayaan masyarakat yang berada di sekitar kawasan cagar budaya untuk secara aktif menjaga dan memelihara seni tradisional dan peninggalan sejarah yang ada

5. Untuk memberikan jaminan hukum terhadap upaya perlindungan kawasan-kawasan cagar budaya perlu dilakukan kegiatan inventarisasi dan penetapan kawasan perkampungan tua dengan Peraturan Bupati

55..22..44 PPEENNGGEELLOOLLAAAANN KKAAWWAASSAANN RRAAWWAANN BBEENNCCAANNAA AALLAAMM

5.2.4.1 Arahan Zona Resiko Bencana Alam

A. Arahan Zona Resiko Bencana Gempa Kawasan Koridor Pansela Jawa yang merupakan bagian dari Lempeng Eurasia di bagian utara garis equator mempunyai potensi zona tumbukan (subduktif aktif) dengan Lempeng Indo-Australia di bagian selatan garis equator di Samudera Hindia. Potensi tumbukan ini dapat menimbulkan gempa tektonik mengingat gerakan alami lempeng menuju garis equator sebagai akibat gaya sentrifugal putaran bola bumi.

Daerah Kabupaten Pacitan yang berada di atas lempeng India-Australia kondisinya saat ini sangat rapat karena mendapat tekanan dari lempeng Eropa-Asia. Kondisi lempeng Jawa Selatan yang rapat dan tertekan itu sewaktu-waktu bisa patah sehingga menimbulkan gempa. Berdasarkan hal tersebut maka seluruh wilayah Kabupaten Pacitan termasuk kedalam kawasan rawan gempa bumi dan perlu adanya

sosialisasi kepada masyarakat tentang managemen resiko bencana dengan mitigasi bencana.

B. Arahan Zona Resiko Bencana Banjir Bahaya bencana banjir selain merupakan bahaya bencana yang disebabkan oleh proses alamiah siklus air, juga banyak dipengaruhi oleh perbuatan manusia dalam mengolah alam dan sumberdayanya yang menyebabkan keseimbangan ekosistem dan alam menjadi tidak stabil. Salah satu penyebab terjadinya banjir yang terjadi di wilayah Kabupaten Pacitan adalah adanya perilaku merusak (vandalism) yang dilakukan oleh manusia antara lain pengrusakan hutan, kawasan penyangga dan daerah aliran sungai mengakibatkan siklus air yang secara alami terjadi menjadi tidak seimbang antara run off dan serapan serta antara hulu dan hilir yang mengakibatkan bencana banjir dan juga tanah longsor.

Titik-titik rawan kejadian banjir di wilayah Kabupaten Pacitan sangat erat kaitannya dengan keberadaan sungai - sungai utama yang ada yaitu Sungai Baksoko, Sungai Lorog, Sungai Pagotan, Sungai Bawur dan terutama Sungai Grindulu. Sungai yang sering mengalami banjir dalam DAS Grindulu adalah Grindulu Hilir, Asem Gandok dan Kebonagung. Di Kecamatan Pacitan, wilayah yang dilalui oleh Kali Bengkal dan Kali Tani yang merupakan anak Sungai Grindulu juga termasuk sebagai Kawasan Rawan Banjir.

Daerah yang masuk kedalam kawasan rawan banjir adalah Kecamatan Arjosari, Pacitan dan Kebonagung. Desa-desa yang termasuk daerah rawan banjir adalah Kelurahan Baleharjo, Desa Sirnoboyo, Desa Kembang, Desa Mentoro, Desa Semanten, Desa Banjarsari, Desa Gembong, Desa Arjosari, Desa Jatimalang, Desa Mlati, Desa Gayuhan, Desa Cangkring, Desa Cokrokembang, Desa Bogoharjo, Desa Hadiwarno dan Desa Hadiluwih.

Saat ini penggunaan lahan di kawasan rawan banjir di Kabupaten Pacitan adalah sebagai kawasan permukiman. Penggunaan lahan di Kawasan yang rawan banjir direncanakan tidak akan berubah, namun untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya banjir adalah dengan meningkatkan luasan ruang hutan kota dan kawasan terbuka hijau, terutama di daerah hulu, guna meningkatkan penyerapan air hujan kedalam tanah dan meminimalkan air limpasan (run off), serta dengan melakukan pengembangan sistem prasarana drainase.

Page 26: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 26

Peta 5. 11 Kawasan Rawan Banjir

Di Kabupaten Pacitan, ada daerah yang belum mengalami banjir namun berpotensi untuk mengalami banjir selain lokasi-lokasi yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu daerah yang memiliki kemiringan lahan yang landai sekitar 0-8%. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya banjir di masa yang akan datang maka daerah resapan air perlu dipertahankan dan dengan perencanaan sistem drainase harus dilakukan sesuai dengan perkembangan wilayah.

C. Arahan Zona Resiko Bencana Longsor/Gerakan Tanah Sesuai dengan pembahasan terdahulu, kawasan yang memiliki kerawanan terhadap bencana longsor ditetapkan

penggunaan lahannya sebagai hutan lindung. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar tanah disekitar daerah rawan longsor menjadi lebih stabil karena diikat oleh akar-akar tumbuhan. Adapun kawasan rawan tanah longsor di Kabupaten Pacitan merupakan daerah yang memiliki kemiringan lahan lebih dari 40%. Daerah yang termasuk kedalam kawasan tanah longsor adalah Kecamatan Arjosari (Desa Mangunharjo dan Desa Temon), Kecamatan Tegalombo (Desa Kebondalem, Desa Ngreco, Desa Tegalombo, Desa Puncangombo bagian Utara, dan Desa Gedangan), Desa Sendang Kecamatan Donorojo, dan Desa Sidoharjo Kecamatan Pacitan.

Page 27: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 27

D. Arahan Zona Resiko Bencana Tsunami Tsunami merupakan gelombang pasang yang disebabkan oleh gempa bumi atau longsoran di lereng dasar laut. Gelombang pasang semacam ini bisa melanda daerah pantai sampai puluhan meter tingginya dan ratusan hingga ribuan meter jauhnya dari pantai, sehingga menyapu dan merusak segala apa yang ada di pantai dan di daratan.

Kabupaten Pacitan terletak di jalur gempa tektonik yang pada akhirnya akan menimbulkan tsunami memanjang di sepanjang pantai selatan Jawa. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa pantai Selatan Kabupaten Pacitan merupakan kawasan rawan bencana tsunami tinggi. Untuk itu penggunaan dan pengembangan lahan di sepanjang pantai Kabupaten Pacitan harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat meminimalkan dampak yang akan terjadi jika ada tsunami.

Sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur 2005-2020, pantai di Kabupaten Pacitan dimasukan kedalam daerah bahaya I (satu) terhadap bencana tsunami sehingga ketentuan pengaturan sempadan harus memperhatikan bahaya tsunami.

Adapun kecamatan yang merupakan kawasan rawan bencana tsunami dan perlu diatur penggunaan lahannya adalah wilayah pantai di bagian selatan Kecamatan Donorojo, Kecamatan Pringkuku, Kecamatan Pacitan, Kecamatan Kebonagung, Kecamatan Tulakan, Kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Sudimoro

Lokasi yang diarahkan penggunaan lahannya sebagai bahaya I tsunami adalah seluruh pantai yang terletak di Kabupaten Pacitan bagian Selatan dengan kemiringan lahan yang landai sekitar 0-15%.

Pantai-pantai tersebut berada di bagian Selatan beberapa kecamatan berikut ini: Pantai Klayar di Kecamatan Donorojo, Pantai Watukarung dan Pantai Srau di Kecamatan Pringkuku, Pantai Tamperan dan Pantai Telengria di Kecamatan Pacitan, Pantai Bakung dan Pantai Wawaran di Kecamatan Kebonagung, Pantai Jetak di Kecamatan Tulakan, Pantai Sidomulyo dan Pantai Taman di Kecamatan Ngadirojo serta Pantai Ngobyok di Kecamatan Sudimoro.

Wilayah yang dilalui sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan masuk kedalam kawasan rawan tsunami adalah sebagai berikut:

1. Wilayah Subdas Baksoko, terdiri atas Desa Sendang Kecamatan Donorojo, Desa Watukarung dan Desa Dersono Kecamatan PringkukuWilayah Subdas Grindulu, terdiri atas Kelurahan Ploso, Desa Kembang, Desa Sirnoboyo, Kelurahan Baleharjo dan Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Pacitan.

2. Wilayah Subdas Pagotan, terdiri atas Desa Sidomulyo Kecamatan Ngadirojo, Desa Padi Kecamatan Tulakan

3. Wilayah Subdas Lorog, terdiri atas Desa Hadiwarno, Desa Hadiluwih dan Desa Tanjungpuro Kecamatan Ngadirojo

4. Wilayah Subdas Bawur, terdiri atas Desa Sukorejo Kecamatan Sudimoro.

5.2.4.2 Arahan Manajemen Resiko Bencana Dalam Pemanfaatan Ruang Wilayah

Kabupaten Pacitan dilihat dari letaknya di atas batas salah satu lempengan bumi merupakan kawasan yang rawan bencana. Berbagai macam bencana yang diprediksikan dapat dialami oleh wilayah Kabupaten Pacitan adalah bencana gempa bumi, tanah longsor dan gelombang pasang tsunami. Kemudian ditambah lagi dengan wilayah yang dilalui oleh 4 DAS, Kabupaten Pacitan memiliki resiko masuk ke dalam kawasan rawan banjir.

Agar Kabupaten Pacitan siap menghadapi bencana alam yang mungkin dapat terjadi, terutama bencana alam, maka perlu adanya penanganan bahaya bencana alam atau sering dikenal dengan mitigasi bencana. Penanganan bahaya bencana alam atau mitigasi bencana alam secara umum dapat dilakukan dengan tindakan preventif – yaitu melalui upaya pencegahan dampak bencana alam; serta tindakan penanggulangan saat terjadi dan pasca kejadian bencana alam. Tujuan utama mitigasi bencana alam adalah untuk mereduksi kerugian dan korban yang diakibatkan terjadinya bencana alam.

Mitigasi bencana yang memiliki tujuan berupa pengurangan risiko bencana di Kabupaten Pacitan, dilakukan dengan mempertimbangkan aspek berkelanjutan dan partisipasi dari semua pihak terkait. Upaya ini dilakukan dengan komitmen yang kuat dengan mengedepankan tindakan-tindakan yang harus diprioritaskan. Penyusunan prioritas ini perlu dilakukan untuk membangun dasar yang kuat dalam melaksanakan upaya pengurangan risiko bencana yang berkelanjutan serta mengakomodasikan kesepakatan internasional dan regional dalam rangka mewujudkan upaya bersama yang terpadu.

Adapun prioritas pengurangan risiko bencana yang harus dilakukan adalah:

Page 28: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 28

1. Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas Kabupaten Pacitan yang pelaksanaannya harus didukung oleh kelembagaan yang kuat

2. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta menerapkan sistem peringatan dini

3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap bencana pada semua tingkatan masyarakat

4. Mengurangi faktor-faktor penyebab risiko bencana 5. Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua

tingkatan masyarakat agar respons yang dilakukan lebih efektif

Dilihat dari upaya penanganan, mitigasi bencana dapat dilakukan dengan penyediaan perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat lunak yang dimaksud antara lain penyediaan perangkat hukum yang mengatur pengelolaan kawasan-kawasan rawan bencana; sedangkan perangkat keras yang dimaksud antara lain penyediaan peralatan dan/atau infrastruktur yang mampu mendeteksi adanya bencana alam dan mereduksi dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam.

Beberapa arahan konsep mitigasi bencana alam yang dapat dilakukan antara lain dengan penyediaan:

1. Perangkat/peralatan untuk mendeteksi adanya gejala bencana alam

Penyediaan perangkat atau peralatan pendeteksi awal adanya gejala bencana alam ditujukan untuk mengetahui kecenderungan perubahan situasi pada kawasan rawan bencana alam. Perangkat yang dimaksud bermacam-macam disesuaikan dengan jenis bahaya dan tingkat kebutuhannya; misalnya detektor tsunami yang dipasang pada pantai-pantai yang mempunyai potensi terjadi tsunami, detektor debit air yang dipasang pada daerah-daerah pengaliran atau menara pengawas pada kawasan-kawasan rawan bencana.

Dengan ketersediaan alat/perangkat pendeteksi bahaya bencana alam tersebut, diharapkan pemerintah dan masyarakat memperoleh gambaran awal mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi selanjutnya untuk dapat melakukan langkah-langkah strategis dengan tujuan mereduksi korban dan kerugian akibat bencana alam.

2. Sistem informasi bahaya bencana alam

Salah satu upaya mitigasi bencana yaitu dengan penyediaan perangkat yang tepat guna terutama dalam meningkatkan kewaspadaan pemerintah dan masyarakat sekitar kawasan

rawan bencana terhadap bahaya bencana alam yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

Perangkat yang dimaksud terkait dengan penyediaan sistem informasi yang jelas dan tepat sasaran. Penyediaan sistem informasi ini dapat berupa selebaran yang dikeluarkan secara periodik, spanduk-spanduk, papan peringatan dan/atau penyiaran melalui media massa (broadcasting). Sistem informasi ini dapat berupa arahan langkah strategis untuk mereduksi kemungkinan kerugian akibat bencana alam dan langkah strategis saat dan pasca terjadi bencana alam.

Dengan demikian diharapkan masyarakat dan pemerintah (daerah) yang selalu mewaspadai kemungkinan bahaya bencana alam yang dapat terjadi setiap saat.

3. Perencanaan yang berbasis pada keselamatan dari bahaya bencana alam

Upaya mereduksi jumlah kerugian dan korban yang diakibatkan oleh adanya bencana alam dapat dilakukan dengan melaksanakan proses perencanaan yang benar, sehingga dalam pelaksanaannya, mengacu pada produk perencanaan tersebut.

Dalam hal ini produk perencanaan tata ruang menjadi perangkat yang vital dalam merencanakan, mengawasi dan mengendalikan pemanfaatan ruang terutama pada kawasan-kawasan rawan bencana.

4. Sosialisasi atau peringatan dini terhadap bahaya bencana alam

Mekanisme peringatan dini yang disosialisasikan kepada seluruh penduduk yang berada pada kawasan rawan bencana sebagai bentuk langkah strategis dalam menghadapi bahaya bencana alam.

Bentuk-bentuk peringatan dini ini dapat disebarkan melalui media massa atau dengan bentuk lain sehingga setiap penduduk yang bermukim atau tinggal pada kawasan yang rawan terkena pengaruh bencana alam mempunyai persiapan dalam mengantisipasi datangnya bencana alam.

Tingkat kesuksesan mekanisme peringatan dini ini juga tergan juga tergantung pada kesiapan aparat, kelengkapan perangkat pendukung dan sistem informasi yang akurat. Tanpa disukung faktor-faktor di atas, kemungkinan keberhasilan mekanisme peringatan dini ini akan menjadi relatif rendah.

Dengan adanya mekanisme peringatan dini ini diharapkan masyarakat dan aparat berwenang dapat merumuskan langkah-langkah strategis/taktis dalam mengantisipasi

Page 29: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 29

datangnya bencana alam sehingga kerugian terutama korban jiwa dapat direduksi.

5. Penanganan saat dan pasca terjadi bencana alam

Langkah terakhir dalam mitigasi bencana alam ini adalah penanganan pada saat dan pasca terjadinya bencana alam. Pada saat kondisi terjadi dan pasca bencana alam perlu adanya penanganan yang sigap dan terpadu antar pihak-pihak terkait baik pemerintah, swasta maupun masyarakat sendiri.

Sasaran utama adalah melakukan langkah-langkah untuk mengurangi jumlah korban jiwa dan kerugian material lainnya. Sedangkan langkah berikutnya adalah melakukan tindakan yang bersifat rehabilitasi pada kawasan yeng terkena dampak bencana alam.

Rehabilitasi ini dapat berupa rehabilitasi fisik yaitu dengan rekonstruksi dan perencanaan kembali kawasan yang terkena dampak terjadinya bencana alam dan rehabilitasi mental/psikhis dengan sasaran untuk mengeliminasi rasa ketakutan dan traumatis bagi penduduk yang terimbas dampak bencana alam

A. Arahan Manajemen Resiko Bencana Gempa Gempa bumi adalah guncangan tiba-tiba yang terjadi akibat proses endogen pada kedalaman tertentu. Kerak bumi tempat kita tinggal ini terdiri dari sejumlah lempeng atau bongkahan besar yang selalu bergerak, pergerakan itu menyebabkan terlepasnya energi yang menimbulkan getaran sehingga dapat mengguncang permukaan bumi.

Pengelolaan Kabupaten Pacitan yang termasuk kedalam kawasan rawan gempa bumi adalah dengan mengembangkan arsitektur bangunan penduduk beserta infrastruktur lainnya yang tahan terhadap gempa.

B. Arahan Manajemen Resiko Bencana Banjir Pada umumnya sungai-sungai yang melalui wilayah Kabupaten Pacitan, yaitu Sungai Grindulu, Sungai Baksoko, Sungai Lorog, Sungai Pagotan dan Sungai Bawur memiliki pola yang hampir sama yaitu airnya meluap pada musim penghujan sehingga menggenangi daerah aliran sungai (DAS). Dari catatan laporan banjir beberapa tahun terakhir diperoleh informasi secara umum sungai yang sering mengalami banjir dalam DAS Grindulu adalah Grindulu Hilir, Asem Gandok dan Kebonagung. Banjir yang terjadi menggenangi sawah, pekarangan, rumah penduduk dan prasarana umum di Kecamatan Arjosari, Pacitan dan Kebonagung.

Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya banjir, maka perlu dilakukan hal-hal berikut ini:

Penanaman kembali tumbuhan dengan akar kuat di daerah hulu sungai untuk mungurangi besaran limpasan air hujan

Mempertahankan fungsi hutan lindung sebagai pengatur tata air dan pencegahan banjir

Menerapkan KDB yang rendah dan tingkat kepadatan rendah di Kawasan rawan banjir agar daya serap terhadap limpasan air hujan menjadi tinggi

Memberdayakan masyarakat akan budaya menanam pohon diperkarangan rumahnya didukung oleh aturan-aturan yang ditetapkan pemerintah daerah.

Diadakannya program yang membuat masyarakat Pacitan peduli terhadap kualitas sungai, sehingga kebersihan sungai-sungai tetap terjaga. Dan program ini perlu didukung dengan peraturan yang tegas terhadap usaha pemeliharaan kualitas sungai.

Angkutan sedimen yang berasal dari DAS dapat menimbulkan dampak pendangkalan pada sungai dan saluran yang berakibat mengurangi kapasitas aliran dan dapat menimbulkan banjir, untuk mereduksi angkutan sediment, maka perlu dibangun dam pengendali sedimen (cek dam) pada alur sungai di bagian hulu. Sedimentasi pada saluran drainase Kota Pacitan utamanya bersumber dari angkutan sedimen di kali Tani dan kali Kunir.

Tanggul pengendali banjir sungai-sungai yang sering meluap pada musim hujan, terutama bagi Sungai Grindulu, perlu ditingkatkan sampai dengan tingkat perlindungan tertentu sehingga masyarakat yang tinggal di lokasi banjir akan merasa aman.

Dilakukan pengamatan muka air pada saat terjadi banjir, rekaman data hujan dan muka air dikirim secara teratur ke instansi yang berwenang untuk antisipasi terjadinya kerusakan yang lebih besar akibat banjir

Peningkatan kapasitas aliran saluran drainase, terutama bagi Kota Pacitan untuk menghindari terjadinya genangan di dalam kota.

Kota Pacitan memiliki permasalahan yang khusus mengenai masalah banjir. Kota ini dilalui oleh sungai Grindulu dan anak-anak sungainya, diantaranya adalah Kali Tani, Kali Blimbing dan Kali Bengkal. Variasi debit air sungai pada musim penghujan tidak tetap, kadang kala pada musim hujan diatas 200 mm dan kondisi ini selalu terulang pada periode 10 - 25

Page 30: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 30

tahun sehingga berakibat banjir. Kali Bengkal dan Kali Tani merupakan sungai sekunder yang berfungsi juga sebagai sistem drainase kota. Sedangkan dimensi sungai itu sendiri saat ini sudah tidak layak lagi menampung air, terutama bila datang musim hujan. Kedua anak sungai tersebut bertemu pada Dam Cuwik, dimana pada bagian hilir dam tersebut dimensinya tidak memenuhi kapasitas daya tampung air

Dengan kondisi wilayah Kota Pacitan baik topografi maupun iklim, maka kejadian banjir yang sering menimpa Kota Pacitan adalah sesuatu hal yang wajar. Drainase kota sudah tidak memungkinkan lagi dialirkan secara bebas ke kali Grindulu, disamping Kali Grindulu sebagai drainase utama (mayor) sering mengalami banjir, hal ini dikarenakan kapasitas tampung sungai yang tidak memadahi, elevasi dasar sungai tidak jauh berbeda dengan elevasi daerah perkotaan dan selalu mengalami agradasi. Permasalahan banjir kota Pacitan ini sangat terkait sekali dengan kondisi DAS Grindulu secara keseluruhan. Tingkat agradasi secara nyata akibat perubahan tata guna lahan dan buruknya tata pengelolaa DAS secara nyata telah berpengaruh terhadap menurunnya daya dukung lahan DAS dalam penyediaan air yang berkelanjutan.

Kali Teleng yang merupakan penyaluran aliran banjir di sebelah barat kota mengalami penyumbatan pada bagian pintu klep dan muara sungai, disamping juga sangat dipengaruhi oleh pasang surut muka air laut. Akibatnya aliran air yang berasal dari Kali Tani, Kali Kunir dan Saluran Bengkal terhambat di wilayah perkotaan dan mengakibatkan banjir.

Penanggulangan banjir di sebelah kiri saluran Bengkal hanya mengandalkan saluran dari Buk Muso sampai klep Pulosari di tanggul Kali Grindulu. Pintu air pada saluran buk Muso tidak dapat berfungsi dengan baik untuk menahan masuknya air dari saluran Bengkal ke daerah yang dilindungi. Pintu klep Pulosari dalam keadaan rusak sehingga tidak berfungsi, akibatnya dapat menambah kemungkinan terjadinya banjir dengan masuknya air kali Grindulu pada saat banjir.

Banjir di sebelah timur Kota Pacitan merupakan dampak dari muka air pembendungan (backwater) banjir Grindulu dan Kali Jelok. Pintu-pintu klep yang dipasang pada tanggul tidak dapat berfungsi dengan sempurna, baik untuk menahan aliran masuk maupun untuk mengalirkan debit keluar. Disamping itu, saluran drainase yang bersal dari wilayah Menadi, Mentoro, Sirnoboyo, Arjowinangun, Purworejo, dan lain-lain menghilang di daerah selatan dekat tanggul sungai.

Banjir di daerah Nanggungan lebih banyak disebabkan karena tidak mampunya saluran Bengkal di sebelah hulu, baik karena

efek pembendungan maupun besarnya debit yang harus dialirkan dari daerah hulu. Saluran Bengkal merupakan satu-satunya saluran pembuang dari daerah Nanggungan. Pintu air yang ada di tepi Jalan Basuki Rahmat hanya dapat berfungsi apabila muka air Grindulu dalam kondisi rendah.

Untuk perencanaan penanggulangan genangan maupun banjir di seluruh wilayah Kota Pacitan, maka sistem drainase Kota Pacitan dibagi dalam 4 (empat) sub sistem yang terdiri dari Sub sistem Nanggungan, Sub sistem Utara, Sub sistem Selatan, dan Sub sistem Timur.

Untuk perencanaan penanggulangan genangan maupun banjir di seluruh wilayah Kota Pacitan, maka system drainase kota Pacitan dibagi dalam 4 (empat) sub system yang terdiri dari Sub sistem Nanggungan, Sub sistem Utara, Sub sistem Selatan, dan Sub sistem Timur. Berikut rencana detail untuk masing-masing Sub sistem.

1. Penanggulangan Masalah Banjir Sub Sistem Nanggungan

Sub sistem Nanggungan meliputi wilayah Desa Nanggungan yang terkurung oleh pegunungan sebelah barat dan tanggul Kali Grindulu di sebelah timur. Banjir yang terjadi banyak disebabkan oleh adanya backwater dari saluran Bengkal. Saluran Bengkal selain berfungsi sebagai pematusan juga berfungsi sabagi suply irigasi pada musin hujan tidak mampu menyalurkan debit. Langkah yang efektif adalah menyalurkan debit yang berasal dari wilayah tersebut langsung ke Kali Grindulu. Berhubung pada waktu banjir muka air Grindulu juga relative tinggi, maka pemasangan pompa di ujung hilir sub sistem merupakan alternatif yang cukup baik.

Disamping untuk penanggulangan banjir di musim hujan dengan memompa air menuju kali Grindulu, pemasangan pompa dapat difungsikan ganda untuk meghisap air Grindulu pada saat dibutuhkan sebagai suply irigasi pada saat dibutuhkan.

2. Penanggulangan Masalalah Banjir Sub Sistem Utara

Saluran-saluran drainase di wilayah sub sistem utara kondisinya cukup baik dengan adanya pelapisan saluran dengan pasangan batu (tahan terhadap arus aliran) dan terjaganya saluran dari endapan sediment Lumpur dan sampah. Penyebab genangan/banjir dari luapan-luapan saluran dikarenakan sistem drainase yang mengumpul (memusat menuju Dam Cuwik) dan tidak berfungsinya beberapa saluran. Prinsip penanggulangan pad sub sistem

Page 31: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 31

ini adalah sedapat mungkin membuang aliran air keluar dari daerah perkotaan dan meningkatkan kapasitas aliran pada saluran drainasenya serta peningkatan kapasitas bangunan-bangunan pengendali banjir, bangunan-bangunan silang, gorong-gorong dan meningkatkan fungsi pintu-pintu pengendali banjir.

Kali Teleng sangat berperan besar sebagai tempat penyaluran debit aliran dari sub sistem utara ini yakni dalam pengendalian elevasi muka air. Disamping lokasi ini masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut, pintu klep yang terletak di Kali Teleng mempunyai ukuran kurang memadai sehingga mudah terjadi penyumbatan aliran dan menimbulkan efek pembendungan sampai di saluran primer. Dampak pembendungan ini adalah sulitnya aliran air drainase wilayah perkotaan masuk ke saluran primer. Oleh karena itu kapasitas aliran kali Teleng melalui klep harus ditingkatkan dengan cara merehabilitasi pintu klep tersebut.

Selain di lengkapi pintu klep, kali Teleng pada bagian muara juga dilengkapi bangunan pelimpah yang berada di sebelah tanggul kiri pintu klep fungsinya untuk melimpahkan kelebihan air, pada musim kemarau untuk menahan intrusi air laut. Namun demikian fungsi sebagai penahan air asin sekarang tidak ada artinya karena telah rusak. Sedangkan fungsi sebagai pelimpah banjir menjadi kurang efektif dan bahkan memberikan dampak negative terhadap penanggulangan banjir dikarenakan elevasi puncak ambang pelimpah relatif tinggi, namun elevasi ini adalah elevasi minimum untuk mengatasi/menahan masuknya air laut pada waktu muka air pasang. Untuk mengatasinya perlu medifikasi struktur pelimpah, sehingga mampu meningkatkan kapasitaas alur aliran dengon menambah lebar pelimpah.

3. Penanggulangan Masalalah Banjir Sub Sistem Selatan

Sistem drainase ini pada wilayah ini alirannya masuk ke saluran Bengkal. Baik yang dari perkotaan maupun dari buangan dari sawah. Terjadinya genangan pada sub sistem ini adalah karena kondisi saluran Bengkal yang tidak mampu menampung aliran tersebut. Penyelesaian ini dapat dilakukan dengan sistem pemompaan untuk membuang air banjir ke kali Grindulu, atau mengatur saluran drainase untuk diarahkan ke saluran Muso yang kemudian dibuang ke pintu air Pulosari atau buk Muso.

4. Penanggulangan Masalalah Banjir Sub Sistem Timur

Wilayah sub sistem wilayah timur ini terletak di sebelah timur kali Grindulu yang kemudian membelok ke kali Jelok. Di beberapa tempat dilengkapi dengan pintu klep otomatis yang terbuat dari kayu sebagai perangkai yang dimaksudkan untuk menahan masuknya air kali Grindulu dan kali Jelok (pengaruh backwater), namun untuk terbukanya pintu klep mememerlukan beda tekanan hidrostatis yang cukup besar antara muka air hulu dan hilir pintu, akibatnya walaupun muka air kali Grindulu dan Jelok telah surut karena pembukaan terlalu kecil akibat berat pintu, maka aliran menjadi lambat. Untuk mempercepat aliran oleh penduduk dengan cara melepas pintu-pintu kelp tersebut.

Untuk menanggulangi banjir pada sub sistem timur ini antara lain dengan penggantian pintu-pintu klep otomatis dari bahan-bahan yang lebih ringan, pemasangan pompa pengendali banjir dan penyempurnaan saluran drainasenya.

C. Arahan Manajemen Resiko Bencana Longsor/Gerakan Tanah Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan tanah longsor, tidak diperkenankan untuk digunakan oleh kegiatan budidaya apapun, karena dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan pada lereng kawasan ini dan menyebabkan terjadinya bencana longsor. Untuk menguatkan tanah-tanah di kawasan ini, maka penggunaan lahannya adalah sebagai kawasan hutan lindung. Namun usaha reboisasi dan mengembangkan ekosistem hutan ini tidak cukup dilakukan di kawasan yang dinyatakan sebagai kawasan rawan longsor saja, namun daerah-daerah sekitarnya pun harus dijadikan kawasan hutan lindung dengan fungsi sebagai kawasan penyangga (buffer zone).

D. Arahan Manajemen Resiko Bencana Tsunami Tsunami adalah gelombang pasang yang disebabkan oleh gempabumi atau longsoran di lereng dasar laut. Gelombang pasang semacam ini bisa melanda daerah pantai sampai puluhan meter tingginya dan ratusan hingga ribuan meter jauhnya dari pantai, sehingga menyapu dan merusak segala apa yang ada di pantai dan di daratan.

Page 32: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 32

Gambar 5. 5 Rencana Pengaturan Ruang Sempadan Pantai

Sebagai Salah Satu Solusi Untuk Menghadapi Bahaya Tsunami

Kabupaten Pacitan dimasukan kedalam daerah bahaya I (satu) terhadap bencana tsunami. Untuk menghindari bahaya dampak tsunami, maka perlu ada penataan ruang khusus di sempadan pantai yang berfungsi memecah gelombang tsunami dan juga memperlambat kecepatan gelombang yang datang. Kebijakan yang diberikan terkait dengan hal tersebut adalah di sepanjang sempadan tersebut dibuat suatu zona-zona khusus yang terdiri aras zona kawasan mangrove, zona perikanan darat/tambak, dan zona perkebunan. Setelah zona-zona tersebut pengembangan zona-zona budidaya lainnya, seperti zona permukiman, baru diijinkan untuk dikembangkan.

Konsep tata ruang dengan membangun zona-zona khusus penahan gelombang ini hanya dapat dilaksanakan bagi wilayah-wilayah pesisir pantai yang belum mengalami perkembangan yang pesat. Untuk wilayah yang telah berkembang dengan kegiatan utama berupa permukiman di pinggir pantai, seperti Kecamatan Pacitan, penerapan zona ini sangat sulit untuk diterapkan. Langkah-langkah yang bisa dilakukan hanyalah dengan penanaman hutan mangrove di sempadan pantai yang belum terbangun, menyiapkan lokasi-lokasi yang dapat dijadikan sebagai tempat berlindung, serta dengan menyiapkan masyarakat untuk menghadapi bahaya tsunami. Pemetaan daerah pengungsian dan jalur-jalur evakuasi yang aman dan tersosialisasi sehingga masyarakat

dapat bergerak cepat mengevakuasi diri ke tempat-tempat tersebut secara spontan.

5.2.4.3 Arahan Ruang Evakuasi Bencana Seluruh penduduk yang berada pada kawasan rawan bencana, harus mengetahui ruang-ruang yang diperuntukan bagi evakuasi penduduk jika bencana terjadi.

Adapun ruang yang diperuntukan bagi ruang evakuasi bencana (terutama menghadapi bencana tsunami dan banjir) adalah ruang-ruang yang memiliki kemiringan lahan lebih dari 15% atau daerah-daerah dengan ketinggian diatas 5 meter. Lokasi tersebut harus ditunjang oleh jalan inspeksi mulai dari lokasi permukiman penduduk sampai ke ruang yang ditetapkan sebagai ruang evakuasi bencana. Secara detail penanganan mengenai ruang evakuasi bencana yang memuat ruang penampungan, alur evakuasi, penyediaan sarana dan pembentukan Tim Satkorlak, disusun didalam rencana detail ruang kota.

55..22..55 PPEENNGGEELLOOLLAAAANN KKAAWWAASSAANN LLIINNDDUUNNGG LLAAIINNNNYYAA

5.2.5.1 PENGELOLAAN KAWASAN RUANG TERBUKA HIJAU

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam, dan termasuk didalamnya adalah hutan kota. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota, hutan kota diselenggarakan dengan tujuan untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya, kemudian hutan kota juga berfungsi untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro, nilai estetika dan meresapkan air, serta menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota, serta mendukung pelestarian keanekaragaman hayati.

Pengelolaan ruang terbuka hijau, diantaranya adalah:

a. Penyediaan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas kawasan perkotaan yang terdiri dari 20 (dua puluh) persen ruang terbuka hijau publik dan 10 (sepuluh) persen ruang terbuka hijau privat

b. Menutup areal yang gundul dengan pepohonan atau rumput-rumputan/ semak belukar

Page 33: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 33

c. Melarang penebangan pohon di kawasan ini tanpa seijin instansi atau pejabat yang berwenang, serta memberikan sangsi yang cukup berat bagi para pelanggarnya

d. Melakukan penguatan dengan menggunakan tanaman keras terhadap tebing-tebing yang lebih tinggi dari 3 meter dengan kemiringan lebih besar dari 20 %

e. Pengembangan jenis tanaman semusim dan dilakukan pengawasan yang cukup ketat agar tidak terjadi penebangan pohon secara liar atau pengembangan kegiatan budidaya

f. Ruang terbuka hijau dapat berfungsi sebagai lahan cadangan untuk pembangunan/pengembangan kegiatan yang mendukung keberadaan ruang terbuka hijau.

Berdasarkan bentuknya ruang terbuka hijau di Kabupaten Pacitan direncanakan akan terbagi kedalam bentuk-bentuk berikut ini:

a. Bentuk Jalur, yaitu ruang terbuka hijau yang dibangun memanjang antara lain berupa jalur peneduh jalan raya, jalur hijau di sempadan sungai, sempadan pantai dengan memperhatikan zona pengaman fasilitas/instalasi yang sudah ada, antara lain ruang bebas SUTT

b. Mengelompok, yaitu merupakan ruang terbuka hijau yang dibangun dalam satu kesatuan lahan yang kompak.

c. Menyebar, yaitu merupakan ruang terbuka hijau yang dibangun dalam kelompok-kelompok yang dapat berbentuk jalur dan atau kelompok yang terpisah dan merupakan satu kesatuan pengelolaan.

Ruang terbuka hijau yang terdapat di Kabupaten Pacitan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pariwisata alam, rekreasi dan atau olah raga; penelitian dan pengembangan; pendidikan; dan atau budidaya hasil hutan bukan kayu. Kemudian untuk ruang terbuka hijau yang merupakan hutan kota akan dikembangkan di Kabupaten Pacitan dikelompokan menjadi beberapa kelompok berikut ini:

1. Ruang Terbuka hijau yang terletak di Kawasan Permukiman. Tipe ruang terbuka hijau ini adalah ruang terbuka hijau yang dibangun pada areal permukiman, yang berfungsi sebagai penghasil oksigen, penyerap karbondioksida, peresap air, penahan angin, dan peredam kebisingan, berupa jenis komposisi tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan tanaman perdu dan rerumputan. Adapun jenis atau karakteristik pepohonan yang di kembangkan di kawasan ini adalah:

pohon-pohon dengan perakaran kuat, ranting tidak mudah patah, daun tidak mudah gugur.

pohon-pohon penghasil bunga/buah/biji yang bernilai ekonomis.

2. Ruang Terbuka hijau yang terletak di Kawasan Industri, yaitu ruang terbuka hijau yang dibangun di kawasan industri memiliki fungsi untuk mengurangi polusi udara dan kebisingan, yang ditimbulkan dari kegiatan industri. Adapun Karakteristik pepohonannya: pohon-pohon berdaun lebar dan rindang, berbulu dan yang mempunyai permukaan kasar/berlekuk, bertajuk tebal, tanaman yang menghasilkan bau harum.

3. Ruang Terbuka hijau yang memiliki fungsi sabagai kawasan Rekreasi untuk dengan jenis pepohonan yang indah dan unik, dan atau penghasil bunga/ buah (vector) yang digemari oleh satwa, seperti burung, kupu-kupu dan sebagainya.

4. Ruang terbuka hijau dengan tipe pengamanan, yaitu kawasan yang berfungsi untuk meningkatkan keamanan pengguna jalan pada jalur kendaraan dengan membuat jalur hijau dengan kombinasi pepohonan dan tanaman

ALUN - ALUN

JALUR HIJAU

Page 34: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 34

perdu. Adapun karakteristik pepohonannya adalah pohon-pohon yang berakar kuat dengan ranting yang tidak mudah patah, yang dilapisi dengan perdu yang liat, dilengkapi jalur pisang-pisangan dan atau tanaman merambat dari legum secara berlapis-lapis.

5.2.5.2 PENGELOLAAN KAWASAN TERUMBU KARANG

Terumbu karang adalah ekosistem khas daerah tropis dengan produktivitas dan keanekaragam

an yang tinggi. Terumbu karang tersusun atas beberapa jenis karang batu yang di dalamnya hidup beraneka ragam biota perairan. Dari segi ekologi terumbu karang berfungsi sebagai habitat dari berbagai biota yang memiliki nilai ekonomis tinggi bahkan biota yang sudah mulai dilindungi, dan dilihat dari nilai ekologisnya antara lingkungan kehidupan biota dengan lingkungan terumbu karang memiliki saling ketergantungan yang sangat erat. Dari segi keanekaragaman hayati, terumbu karang sangat kaya dengan berbagai jenis ikan, avertebrata serta menjadi lintasan bagi berbagai jenis lumba-lumba dari jenis Tursiops truncatus dan Tursiops aduncus.

Ekosistem terumbu karang di Kabupaten Pacitan mengalami kerusakan yang terjadi sebesar 20% yang disebabkan oleh pencemaran berupa sedimentasi dan penangkapan lobster dengan bahan terlarang seperti potassium. Permasalahan yang ada dalam usaha konservasi terumbu karang, yaitu terbatasnya sarana dan prasarana keamanan laut.

Untuk menjaga kelestarian kawasan terumbu karang, perlu adanya pengelolaan kawasan ini. Beberapa kegiatan yang diarahkan di kawasan ini adalah sebagai berikut:

Kawasan terumbu karang dapat difungsikan sebagai daerah wisata bahari. Selain itu kekayaan dan keanekaragaman biota di sini membentuk panorama bawah air yang merupakan daya tarik tersendiri bagi kegiatan olahraga bahari seperti scuba diving dan skin diving.

Terumbu karang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan pendidikan, penelitian dan bioteknologi kelautan karena merupakan sumberdaya yang penting sebagai substansi bioaktif.

Mempromosikan dan mengontrol kegiatan pariwisata dengan cara memberikan wawasan kepada masyarakat setempat dan wisatawan bahwa terumbu karang merupakan aset nasional yang tidak dapat dinilai dengan uang

Mencari berbagai sumber alternatif bahan konstruksi dan kalsium karbonat (bahan kapur dan semen) untuk mencegah penambangan dan kehilangan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui atau tidak berkelanjutan (non-sustainable). Alternatif yang mungkin dilakukan, yaitu penambangan terumbu karang mati.

Melarang pengerukan atau aktivitas lainnya yang menyebabkan teraduknya sedimentasi dan membuat air keruh atau di arah hulu dari terumbu karang.

Menghindarkan pencemaran dan peningkatan nutrien ke dalam ekosistem terumbu karang dengan menempatkan lokasi industri yang jauh dari letak terumbu karang.

Melarang penggunaan bahan peledak dan bahan beracun sebagai alat penangkap ikan serta memberikan pengarahan kepada masyarakat nelayan mengenai dampak penggunaan bahan peledak terhadap biota laut termasuk didalamnya dalah terumbu karang.

Menetapkan batas maksimum pemanfaatan tahunan terhadap bahan-bahan karang dan species yang berasosiasi dengannya seperti ikan dan karang-karangan.

Melakukan pemantauan secara berkala terhadap ekosistem terumbu karang.

Page 35: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 35

Peta 5. 12 Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung

55..33 RREENNCCAANNAA PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN KKAAWWAASSAANN BBUUDDIIDDAAYYAA

Kawasan budidaya keberadaannya sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat setempat dan ekonomi wilayah Kabupaten Pacitan. Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.

Kawasan budidaya yang mencakup perwilayahan Kabupaten Pacitan terdiri atas kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman, dan kawasan peruntukan lainnya.

Kriteria kawasan budidaya di Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut:

1. Kawasan peruntukan hutan produksi, ditetapkan dengan kriteria:

Page 36: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 36

Kawasan peruntukan hutan rakyat terbatas ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor 125 (seratus dua puluh lima) sampai dengan 174 (seratus tujuh puluh empat).

Kawasan peruntukan hutan rakyat tetap ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat).

Kawasan peruntukan hutan rakyat yang dapat dikonversi ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat); dan/atau merupakan kawasan yang apabila dikonversi mampu mempertahankan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

2. Kawasan peruntukan hutan rakyat, ditetapkan dengan kriteria:

merupakan hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani dengan hak milik

didominasi komunitas tumbuhan tahunan.

wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan permukiman, pertanian, perkebunan, hutan rakyat, maupun kegiatan budidaya yang lain.

3. Kawasan peruntukan pertanian, ditetapkan dengan kriteria:

memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;

mendukung ketahanan pangan wilayah; dan/atau

dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.

4. Kawasan peruntukan perikanan, ditetapkan dengan kriteria:

wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, dan industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau

tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

5. Kawasan peruntukan pertambangan, ditetapkan dengan kriteria:

memiliki sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan peta/data geologi;

merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemusatan kegiatan pertambangan secara berkelanjutan; dan/atau

merupakan bagian proses upaya merubah kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil.

6. Kawasan peruntukan industri, ditetapkan dengan kriteria:

wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri;

tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan/atau

tidak mengubah lahan produktif.

7. Kawasan peruntukan pariwisata, ditetapkan dengan kriteria:

memiliki objek dengan daya tarik wisata; dan/atau

mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.

8. Kawasan peruntukan permukiman, ditetapkan dengan kriteria:

memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau

memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.

9. Kawasan andalan, ditetapkan dengan kriteria:

Kawasan andalan berkembang ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki prasarana berupa jaringan jalan, prasarana listrik, telekomunikasi, dan air baku, serta fasilitas penunjang kegiatan ekonomi kawasan; dan

b. memiliki sektor unggulan yang sudah berkembang dan/atau sudah ada minat investasi.

Kawasan andalan prospektif berkembang ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki prasarana berupa jaringan jalan, dan prasarana lainnya yang belum memadai; dan

b. memiliki sektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan.

10. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Pangkalan Udara TNI AU Iswahyudi, ditetapkan dengan kriteria:

ruang udara yang ditetapkan untuk tujuan keselamatan operasi penerbangan.

Page 37: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 37

Peta 5. 13 Rencana Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

55..33..11 KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN HHUUTTAANN PPRROODDUUKKSSII Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Kawasan peruntukan hutan produksi merupakan kawasan hutan di luar kawasan hutan lindung. Jenis kayu hutan di Kabupaten Pacitan terdiri dari kayu jati, mahoni, pinus, akasia, sanakeling, dan lain-lain. Berdasarkan analisis kesesuaian lahan, arahan lokasi yang digunakan untuk kawasan peruntukan hutan produksi hingga tahun 2028 adalah hutan produksi yang telah berkembang saat ini, yaitu seluas 1.484,39 ha (1,07% dari

luas total wilayah Kabupaten Pacitan), seperti pada tabel Luas Kawasan Hutan Produksi:

Dalam kawasan peruntukan hutan produksi di Kecamatan Pacitan dan Nawangan telah dilakukan reskoring, sehingga sebagian kawasan peruntukan hutan produksi menjadi hutan lindung. Hutan produksi yang direskoring sehingga sebagian kawasannya menjadi hutan lindung tersebut adalah:

1. Hutan produksi di Kecamatan Pacitan pada petak 85d, 87a, 87c, 90b, dan petak 92a.

2. Hutan produksi di Kecamatan Nawangan pada petak 97a, 97b, 97c, 103a, 103b, 104, dan petak 105.

Page 38: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 38

Perkembangan hutan produksi dapat dilakukan di tanah yang rusak/tandus. Pada kawasan tersebut diperbolehkan adanya kegiatan dan bangunan secara terbatas dengan tetap memperhatikan fungsi perlindungan dibawahnya. Kemudian hutan produksi terbatas juga dikembangkan di kawasan karst seperti yang telah diuraikan pada bahasan terdahulu.

Tabel 5. 6 Luas Kawasan Hutan Produksi

No Kecamatan Hutan Produksi (Ha) Persentase

1. Donorojo 77,3 5.21% 2. Punung 9,2 0.62% 3. Pringkuku 377,1 25.40% 4. Pacitan 241,75 16.29% 5. Kebonagung - 0.00% 6. Arjosari 81,5 5.49% 7. Tegalombo 41,1 2.77% 8. Nawangan 212,74 14.33% 9. Bandar 409,4 27.58%

10. Tulakan - 0.00% 11. Ngadirojo 16,3 1.10% 12. Sudimoro 18 1.21%

TOTAL 1.484,39 100 % Sumber: PT. Perhutani

55..33..22 KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN HHUUTTAANN RRAAKKYYAATT Sebagian besar hutan yang ada di Kabupaten Pacitan merupakan hutan rakyat, namun demikian kawasan peruntukan hutan rakyat tersebut berada pada kelerengan > 40% yang pada umumnya dimanfaatkan untuk permukiman, pertanian, kebun/area hutan rakyat, maupun kegiatan budidaya yang lain. Kawasan dengan kemiringan > 40% yang merupakan hutan rakyat yaitu seluas 65.951 Ha (47,45% dari luas total Kabupaten Pacitan). Oleh karena itu, kawasan dengan kemiringan lereng > 40% ini memerlukan penanganan tersendiri (tidak mutlak menjadi hutan lindung, karena lahannya dimiliki masyarakat). Kawasan peruntukan hutan rakyat dengan lokasi yang menyebar pada seluruh wilayah Kabupaten Pacitan.

Sebaran lokasi dengan peruntukan lahan sebagai kawasan hutan lindung dan hutan rakyat dapat dilihat pada peta rencana kawasan hutan lindung dan hutan rakyat (Peta 5.3).

55..33..33 KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN PPEERRTTAANNIIAANN Kawasan peruntukan pertanian di Kabupaten Pacitan dengan luas 13.033 ha (9,38% dari luas wilayah Kabupaten Pacitan), meliputi pertanian dengan pengairan menggunakan irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa/non PU, dan tadah hujan (tabel 5.7). Kawasan peruntukan pertanian yang menggunakan irigasi teknis berlokasi di Kecamatan Punung, Pacitan, Kebonagung, Arjosari, Tegalombo, Nawangan, Tulakang, dan Ngadirojo. Kawasan peruntukan pertanian yang menggunakan irigasi setengah teknis berlokasi di Kecamatan Donorojo, Punung, Pringkuku, Pacitan, Kebonagung, Arjosari, Tegalombo, Nawangan, Bandar, Tulakan, Ngadirojo, dan Sudimoro. Kawasan pertanian yang menggunakan irigasi sederhana berlokasi di Kecamatan Punung, Pringkuku, Pacitan, Arjosari, Tegalombo, Nawangan, Bandar, Tulakan, Ngadirojo, dan Sudimoro. Kawasan peruntukan pertanian yang menggunakan irigasi desa/non PU berlokasi di Kecamatan Pringkuku, Pacitan, Kebonagung, Bandar, Tulakan, Ngadirojo, dan Sudimoro. Kawasan yang menggunakan sawah tadah hujan berlokasi di Kecamatan Donorojo, Punung, Pringkuku, Pacitan, Kebonagung, Arjosari, Tegalombo, Nawangan, Bandar, Tulakan, Ngadirojo, dan Sudimoro. Sesuai dengan Undang-Undang 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, ditetapkan mengenai lahan pertanian berkelanjutan dengan kriteria:

1. Lahan beririgasi; 2. Lahan reklamasi rawa pasang surut dan nonpasang

surut (lebak), dan / atau; 3. Lahan tidak beririgasi.

Perlindungan terhadap lahan pertanian pangan berkelanjutan dilakukan dengan berdasarkan perencanaan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang dilakukan pada:

1. Kawasan pertanian pangan berkelanjutan; 2. Lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan 3. Lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan.

Penetapan lahan peretanian pangan bekerlanjutan dilakukan dengan:

1. Kawasan pertanian pangan berkelanjutan; 2. Lahan pertanian pangan berkelanjutan di dalam dan

di luar kawasan pertanian pangan berkelanjutan; dan

Page 39: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 39

Peta 5. 14 Rencana Kawasan Peruntukan Pertanian

3. Lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan di dalam dan di luar kawasan pertanian pangan berkelanjutan.

Tabel 5. 7 Luas Kawasan Pertanian

No Kecamatan Luas Lahan Pertanian

Irigasi Teknis

Irigasi Setengah teknis

Irigasi Sederha

na

Irigasi Desa/no

n PU

Tadah Hujan

Lainnya

1. Donorojo - 8 - - 83 54

2. Punung 105 55 32 - 562 -

3. Pringkuku - 57 95 11 319 -

4. Pacitan 94 243 190 15 664 -

5. Kebonagung 155 251 - 787 575 -

No Kecamatan Luas Lahan Pertanian

Irigasi Teknis

Irigasi Setengah teknis

Irigasi Sederha

na

Irigasi Desa/no

n PU

Tadah Hujan

Lainnya

6. Arjosari 246 303 86 - 240 -

7. Tegalombo 137 187 165 - 728 -

8. Nawangan 223 294 315 - 848 251

9. Bandar - 460 642 34 277 264

10. Tulakan 157 102 325 15 828 353

11. Ngadirojo 291 165 175 30 75 -

12. Sudimoro - 97 140 15 210 -

TOTAL 1.408 2.222 2.165 907 5.409 922 Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan

Page 40: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 40

Kawasan peruntukan pertanian tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu budidaya tanaman pangan, holtikultura, buah-buahan, dan bio farmaka; budidaya, peruntukan peternakan; dan peruntukan perkebunan.

A. Kawasan Tanaman Pangan dan Holtikultura, Buah-buahan, dan Bio Farmaka

Kawasan budidaya tanaman pangan dan holtikultura dikelompokkan menjadi: kelompok palawija, kelompok hortikultura/sayuran, kelompok pertanian padi sawah, kelompok buah-buahan, dan kelompok bio farmaka. Kawasan pengembangan palawija berada di lahan dataran rendah dengan kemiringan <15%. Sedangkan kawasan pengembangan tanaman sayuran berada di lahan dataran tinggi dengan kemiringan <15% dan berhawa sejuk. Kawasan budidaya pertanian padi sawah berada di dataran datar sampai berombak, yang memilki sumber air mencukupi. Kelompok buah-buahan dan bio farmaka dikembangkan sesuai dengan kemampuan lahan. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan Tanaman pangan dan Holtikultura, Buah-buahan, dan Bio Farmaka adalah: a. Kecamatan Bandar, Nawangan, Tegalombo

diunggulkan untuk pengembangan tanaman pepaya, sawo, nanas, jeruk, durian, jambu biji, rambutan, melinjo, manggis, nangka, alpukat, sirsak, belimbing, mangga, pisang, salak, sukun; jahe gajah (bio farmaka).

a. Kecamatan Ngadirojo, Sudimoro diunggulkan untuk pengembangan tanaman melinjo, durian, dukuh, pepaya, jeruk jambu biji, rambutan, sawo, nanas, manggis, nangka, alpukat, sirsak, belimbing, mangga, pisang, salak & sukun;

b. Kecamatan Pacitan diunggulkan untuk pengembangan tanaman melinjo.

c. Kecamatan Punung, Donorojo, Pringkuku diunggulkan untuk pengembangan tanaman pepaya, sawo, nanas, jeruk, durian, jambu biji, rambutan, melinjo, manggis, nangka, alpukat, sirsak, belimbing, mangga, pisang, salak & sukun.

d. Kecamatan Kebonagung, Arjosari, Tulakan diunggulkan untuk pengembangan tanaman

pepaya, sawo, nanas, jeruk, durian, jambu biji, rambutan, melinjo, manggis, nangka,alpukat, sirsak, belimbing.

B. Kawasan Peruntukan Peternakan

Kawasan peruntukan peternakan menyebar pada seluruh wilayah di Kabupaten Pacitan. Kawasan peruntukan peternakan dikelompokkan menjadi dua kawasan pengembangan, yaitu kawasan pengembangan ternak kerbau dan kawasan pengembangan ternak sapi, kambing, dan domba.

Arahan pemilihan lokasi pengembangan kawasan ternak kerbau adalah di lahan dataran rendah, topografi datar 0-8%, dekat sumber air dan banyak sumber hijauan pakan ternak. Daerah yang memenuhi kriteria tersebut adalah beberapa desa di Kecamatan Donorojo, Kecamatan Pacitan, Kecamatan Punung dan Kecamatan Pringkuku.

Arahan pemilihan lokasi pengembangan kawasan peternakan sapi, kambing, dan domba adalah di lahan kering, hawanya tidak terlalu panas, banyak sumber hijauan pakan ternah dan bukan daerah endemis antrax.

Daerah yang memenuhi kriteria tersebut adalah seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan, kecuali Kelurahan Sidoharjo, Kelurahan Ploso dan Desa Kembang Kecamatan Pacitan, serta Desa Plumbungan Kecamatan Kebonagung.

C. Kawasan Peruntukan Perkebunan Kawasan peruntukan perkebunan menyebar pada seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan. Kawasan ini menempati lereng bergelombang hingga agak berbukit. Lokasi pengembangan kawasan perkebunan adalah meliputi seluruh wilayah Kabupaten Pacitan. Komoditi perkebunan yang ada dan sangat prospektif untuk dikembangkan dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:

a. tanaman semusim: kapas, b. tanaman tahunan: kelapa, panili, cengkeh, kopi,

kakao.

Lokasi pengembangan kawasan perkebunan:

a. Kapas: Donorojo, Punung b. Kelapa, panili, getah pinus: Bandar, Ngadirojo c. Kelapa: Pacitan, Punung, Donorojo, Pringkuku,

Kebonagung, Sudimoro, Arjosari

Page 41: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 41

Peta 5. 15 Rencana Kawasan Peruntukan Perikanan

d. Panili: Nawangan, Sudimoro Getah pinus: Nawangan, Tegalombo

e. Cengkeh: Kebonagung, Tegalombo, Nawangan, Tulakan, Bandar, Ngadirojo, Sudimoro

f. Kopi: Kebonagung, Nawangan, Bandar, Ngadirojo g. Kakao: Kebonagung, Tulakan, Ngadirojo h. Untuk lebih jelasnya, penyebaran kawasan

pertanian dapat dilihat pada peta Rencana Kawasan Pertanian.

55..33..44 KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN PPEERRIIKKAANNAANN Kawasan peruntukan perikanan adalah kawasan tempat budidaya tambak, kolam, karamba, dan jala apung. Arahan Pemilihan lokasi Kawasan Budidaya Perikanan Air Payau terletak di pesisir pantai dan bukan ekosistem hutan bakau. Sedangkan lokasi kawasan Budidaya Air Tawar terletak pada daerah yang mempunyai potensi air yang cukup untuk usaha budidaya, topografi datar, tekstur tanah halus, kualitas air baik.

Page 42: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 42

Kawasan peruntukan perikanan berlokasi di sebagian wilayah Kecamatan Pacitan, Kebonagung, Tulakan, Ngadirojo, Sudimoro, Punung, Donorojo, Arjosari, Pringkuku, Tegalombo dan Bandar.

Pengembangan budidaya perikanan tambak juga dikembangkan disepanjang pantai Kabupaten Pacitan yang termasuk kedalam kawasan sempadan pantai yang termasuk kedalam daerah rawan tsunami. Sedangkan untuk wilayah tangkapan ikan laut terbagi atas dua kelompok wilayah, yaitu tangkapan ikan di

wilayah perairan laut dangkal dan wilayah perairan laut dalam dengan kewenangan Pemerintah Kabupaten Pacitan 4 mil laut. Untuk lebih jelasnya, lokasi penyebaran kawasan perikanan dapat dilihat pada peta Rencana Kawasan Peruntukan Perikanan (peta 5.15).

55..33..55 KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN PPEERRTTAAMMBBAANNGGAANN Potensi bahan tambang dan galian di Kabupaten Pacitan mencapai 85% dari luas Kabupaten Pacitan. Namun dengan tingginya persentase luasan kawasan lindung di Pacitan, menyebabkan terbatasnya lokasi yang diperbolehkan untuk kegiatan tambang. Kawasan peruntukan pertambangan meliputi pertambangan mineral dan pertambangan batu bara. Pertambangan mineral meliputi: 1. Pertambangan mineral radioaktif, meliputi

a. Uranium di Kecamatan Tulakan. 2. Pertambangan mineral logam, meliputi:

a. Timah putih di Kecamatan Ngadirojo. b. Nikel di Kecamatan Ngadirojo. c. Timah hitam di Kecamatan Ngadirojo, Tulakan,

Nawangan. d. Tembaga di Kecamatan Pacitan, Tegalombo,

Tulakan, Ngadirojo. e. Seng di Kecamatan Ngadirojo, Tulakan, Tegalombo. f. Emas di Kecamatan Ngadirojo, Tegalombo, Punung,

Arjosari, Pringkuku, Nawangan, Tulakan, Bandar. g. Pasir besi di Kecamatan Ngadirojo, Donorojo. h. Batu besi di Kecamatan Kebonagung, Pacitan,

Tegalombo. 3. Pertambangan mineral bukan logam, meliputi:

a. Mangaan di Kecamatan Tegalombo, Nawangan, Bandar.

b. Batu gamping di Kecamatan Tulakan, Ngadirojo, Pacitan, Kebonagung, Sudimoro.

c. Dolomit di Kecamatan Kebonagung, Tulakan. d. Gypsum di Kecamatan Tegalombo, Nawangan. e. Bentonit di Kecamatan Donorojo, Punung, Tulakan,

Pringkuku, Tegalombo. f. Kalsit di Kecamatan Pringkuku, Punung, Donorojo. g. Zeolit di Kecamatan Bandar. h. Oker di Kecamatan Bandar, Tegalombo, Tulakan. i. Phospat di Kecamatan Donorojo, Pringkuku,

Ngadirojo. j. Pirophylit di Kecamatan Arjosari, Nawangan. k. Kaolin di Kecamatan Bandar, Punung, Tegalombo,

Pringkuku, Arjosari. l. Feldspar di Kecamatan Sudimoro, Pacitan, Tulakan,

Punung, Arjosari. m. Pasir kuarsa di Kecamatan Tegalombo, Ngadirojo,

Donorojo, Pacitan. n. Toseki di Kecamatan Arjosari, Nawangan. o. Ball clay di Kecamatan Punung, Kebonagung,

Tegalombo, Tulakan, Ngadirojo. p. Fosil kayu di sepanjang sungai di seluruh wilayah

Kabupaten Pacitan. q. Rijang di Kecamatan Punung, Ngadirojo. r. Kalsedon/agate di sepanjang sungai di seluruh

wilayah Kabupaten Pacitan. s. Jasper di Kecamatan Donorojo, Tegalombo,

Pacitan. t. Kristal kuarsa di Kecamatan Nawangan. u. Agat di Kecamatan Tegalombo.

4. Kawasan potensial pertambangan mineral batuan, meliputi: a. Batu pasir di Kecamatan Arjosari. b. Lempung (tanah liat) di Kecamatan Tegalombo,

Tulakan, Pacitan, Kebonagung. c. Batuan beku di Kecamatan Nawangan, Ngadirojo,

Pacitan, Tulakan, Bandar. d. Sirtu di sepanjang Sungai Grindulu, Brongkah,

Pacitan, Watugaleng, Tumpuk, Guyangan, Lorok, Ngroto, Bawur.

e. Marmer di Kecamatan Tulakan Kebonagung, Sudimoro.

f. Trass di Kecamatan Kebonagung, Tulakan. 5. Pertambangan batu bara meliputi:

a. Batubara di Kecamatan Tulakan (Desa Jatigunung, Desa Gasang, dan Desa Kalikuning), Kebonagung (Desa Ketepung), Punung (Desa Mendolo Kidul).

Page 43: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 43

Peta 5. 16 Rencana Kawasan Peruntukan Pertambangan

Saat ini kegiatan pertambangan di Kabupaten Pacitan telah mendapatkan ijin untuk beroperasi ada sebanyak 44 Lokasi yang menyebar di Kecamatan Pacitan, Kecamatan Arjosari, Kecamatan Tegalombo, Kecamatan Nawangan, Kecamatan Tulakan, Kecamatan Sudimoro, Kecamatan Pringkuku dan Kecamatan Kebonagung.

55..33..66 KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN IINNDDUUSSTTRRII Industri yang prospektif dikembangkan di Kabupaten Pacitan adalah industri yang mendukung kegiatan pertanian (terutama di kawasan agropolitan), pariwisata, perikanan, pertambangan dan industri rumah tangga.

Lokasi yang diperbolehkan untuk dibangun sebagai kawasan peruntukan industri adalah daerah yang memiliki kemiringan lereng sekitar 0-8% dari kecamatan-kecamatan berikut ini:

a. Kecamatan Ngadirojo dan Sudimoro, dengan salah satu industri yang prospektif dikembangkan adalah industri produksi sale pisang dan batik tulis.

b. Kecamatan Donorojo dengan salah satu industri yang prospektif dikembangkan adalah industri produksi sale pisang, produksi Batu Aji/Batu Mulia, dan industri gula merah, pengolahan hasil tambang.

Page 44: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 44

Peta 5. 17 Rencana Kawasan Peruntukan Industri

c. Kecamatan Punung dengan salah satu industri yang prospektif dikembangkan adalah industri produksi sale pisang produksi mainan anak yang terbuat dari kayu jati, pengolahan hasil tambang.

Kecamatan Kebonagung dengan salah satu industri yang prospektif dikembangkan adalah industri produksi sale pisang, produksi keramik/gerabah seni dan industri gula merah

d. Kecamatan Pacitan dan Ngadirojo dengan industri yang prospektif dikembangkan adalah industri

produksi sale pisang, Batik Tulis, industri pengolahan ikan.

e. Kecamatan Nawangan dengan salah satu industri yang prospektif dikembangkan adalah industri pendukung hasil pertanian dan produksi sale pisang serta produksi anyaman bambu.

f. Kecamatan Arjosari dengan salah satu industri yang prospektif dikembangkan adalah industri pendukung hasil pertanian, pengolahan hasil tambang.

Untuk lebih jelasnya, lokasi penyebaran industri dapat dilihat pada peta Rencana Kawasan Peruntukan Industri.

Page 45: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 45

Peta 5. 18 Rencana Kawasan Peruntukan Pariwisata

55..33..77 KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN PPAARRIIWWIISSAATTAA Kawasan ini merupakan kawasan yang berpotensi wisata seperti obyek wisata pantai, goa, sejarah dan arkheologis, budaya, dan obyek wisata pemandian sebagaimana telah disebutkan dalam Bab 2.

Rencana perwilayahan kawasan pengembangan pariwisata di Kabupaten Pacitan adalah:

1. Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) A Pusat pelayanan terletak di Kecamatan Punung, dengan cakupan wilayah Kecamatan Donorojo, Punung (bagian barat), Pringkuku (bagian barat).

Dengan tema pengembangan wisata: “Kelautan dan Ekowisata Alam/Ekowisata Karst”

2. Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) B Pusat pelayanan terletak di Kecamatan Pacitan, dengan cakupan wilayah Kecamatan Pacitan, Punung (bagian timur), Pringkuku (bagian timur), Arjosari (bagian barat), Kebonagung (sebagian kecil wilayah barat).

Dengan tema pengembangan wisata “Kelautan, Budaya, and Wisata Kota

3. Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) C

Page 46: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 46

Pusat pelayanan terletak di Kecamatan ngadirojo, dengan cakupan wilayah Kecamatan kebonagung, Sudimoro, Tegalombo (bagian selatan), Arjosari (bagian selatan dan timur), Tulakan, Ngadirojo, serta Pacitan (sebagian kecil wilayah timur). Dengan tema pengembangan wisata “Kelautan, Alam, dan Wisata Budaya”.

4. Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) D Pusat pelayanan terletak di Kecamatan Nawangan, dengan cakupan wilayah Kecamatan Nawangan, Tegalombo (bagian utara), Bandar, dan Arjosari (bagian utara). Dengan tema pengembangan wisata “Benda-Benda Buatan Manusia, Wisata Sejarah, dan Agrowisata”. Untuk jelasnya dapat dilihat peta Rencana Pengembangan Kawasan pariwisata.

55..33..88 KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN PPEERRMMUUKKIIMMAANN Rencana kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Pacitan saat ini berkembang mengikuti struktur jalan di Kabupaten Pacitan, dan diprediksikan akan tetap seperti itu

permukiman dengan luas 16.253,31 ha (11,69% dari luas wilayah Kabupaten Pacitan). Kawasan permukiman adalah suatu kawasan yang dimanfaatkan untuk tempat tinggal dan kegiatan masyarakatnya. Arahan Pemilihan lokasi Kawasan Permukiman untuk Kabupaten Pacitan adalah memiliki bentuk wilayah relatif datar (lereng<15%), tidak ada bahaya banjir, ada sumber air bersih dan terdapat sarana dan prasarana jalan.

Kecamatan yang diarahkan akan dikembangkan sebagai daerah permukiman hingga tahun 2028 adalah Kecamatan Pacitan, Kecamatan Sudimoro (dengan adanya kegiatan PLTU), serta lokasi sepanjang jalan Kecamatan Pringkuku, Kecamatan Punung dan Kecamatan Ngadirojo. Namun demikian tidak menutup kemungkinan pengembangan permukiman di sekitar permukiman yang telah ada.

Permukiman dibagi menjadi dua kelompok, yaitu permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan. Permukiman perkotaan merupakan permukiman yang sebagian besar kegiatannya bukan pertanian dan ini terletak di Kecamatan Pacitan.

Permukiman lainnya selain Kecamatan Pacitan, saat ini merupakan permukiman pedesaan. Namun hingga tahun

2028 diperkirakan ada beberapa kecamatan yang permukimannya akan bergeser menjadi permukiman perkotaan, diantaranya adalah permukinan disepanjang jalur kolektor primer. Selain itu juga diperkirakan adanya desa-desa yang akan tumbuh pesat akibat adanya pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) yaitu desa-desa yang dilalui oleh JLS.

Permukiman pedesaan sebagian besar tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan dengan pengelompokan skala kecil. Permukiman pedesaan yang tersebar di wilayah Kabupaten Pacitan lokasinya menyebar yang disebabkan terbatasnya lahan di Kabupaten Pacitan yang dapat atau layak digunakan sebagai permukiman. Penyebaran lokasi permukiman pedesaan, juga menyebabkan permukiman pedesaan tidak dapat dilayani prasarana permukiman secara merata.

Pemenuhan pelayanan prasarana bagi permukiman pedasaan dilakukan dengan alternatif penggunaan teknik yang lebih sederhana. Lokasi permukiman dapat dilihat pada peta rencana kawasan permukiman.

Hal lain yang perlu diperhatikan pada masa mendatang adalah, seiring dengan semakin berkembangnya pembangunan, maka perlu penyediaan ruang untuk kegiatan sektor informal, terutama di kawasan perkotaan dan ibukota kecamatan.

55..33..99 KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN LLAAIINNNNYYAA

5.3.9.1 Kawasan Andalan Merujuk pada RTRW Nasional, wilayah Madiun dan sekitarnya (termasuk didalamnya Kabupaten Pacitan) telah ditetapkan sebagai kawasan andalan nasional untuk Pertanian, Industri Pengolahan, Perikanan, Perkebunan, Pariwisata.

Dengan penetapan tersebut, maka berdasarkan potensi yang dimiliki dan peluang pengembangannya, kawasan andalan di Kabupaten Pacitan ditetapkan terdiri dari:

1. Kawasan andalan pertanian, meliputi kawasan peruntukan pertanian di seluruh wilayah Kabupaten Pacitan dengan konsentrasi pada kawasan strategis ekonomi (kawasan agropolitan) di Kecamatan Nawangan dan Kecamatan Bandar.

Page 47: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 47

Peta 5. 19 Rencana Kawasan Peruntukan Permukiman

2. Kawasan andalan perikanan, meliputi kawasan peruntukan perikanan di Kecamatan Donorojo, Kecamatan Punung, Kecamatan Pringkuku, Kecamatan Pacitan, Kecamatan Kebonagung, Kecamatan Arjosari, Kecamatan Tegalombo, Kecamatan Bandar, Kecamatan Tulakan, Kecamatan Ngadirojo, dan Kecamatan Sudimoro dengan konsentrasi pada perikanan laut di Kecamatan Donorojo, Kecamatan Pringkuku, Kecamatan Pacitan, Kecamatan Kebonagung, Kecamatan Tulakan, Kecamatan Ngadirojo, dan Kecamatan Sudimoro.

3. Kawasan andalan pariwisata, meliputi kawasan peruntukan pariwisata di seluruh wilayah Kabupaten Pacitan.

5.3.9.2 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Pangkalan Udara TNI AU Iswahyudi

KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan) secara umum meliputi ruang udara di wilayah Kabupaten Pacitan. Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan dijelaskan

Page 48: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 48

pada pasal 11, bahwa Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di sekitar bandar udara meliputi:

a. kawasan pendaratan dan lepas landas; b. kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan; c. kawasan di bawah permukaan horizontal-dalam; d. kawasan di bawah permukaan horizontal-luar; e. kawasan di bawah permukaan kerucut; f. kawasan di bawah permukaan transisi; dan g. kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi

penerbangan.

KKOP yang terkait dengan ruang wilayah Kabupaten Pacitan yang dikemukakan tersebut akan mempengaruhi prinsip penetapan ketinggian bangunan maksimal di Kabupaten Pacitan.

55..44 RREENNCCAANNAA PPEENNGGEELLOOLLAAAANN KKAAWWAASSAANN BBUUDDIIDDAAYYAA

Kegiatan budidaya yang direncanakan akan berkembang di Kabupaten Pacitan terdiri atas kawasan peruntukan hutan produksi, pertanian, perikanan, pertambangan, industri, pariwisata, kawasan peruntukan permukiman, kawasan peruntukan ruang terbuka hijau, dan kawasan peruntukan lainnya.

55..44..11 PPEENNGGEELLOOLLAAAANN KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN HHUUTTAANN PPRROODDUUKKSSII

Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.18/Menhut-II/2004 dijelaskan bahwa kawasan hutan produksi adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Hutan Produksi juga merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan yang letaknya di luar kawasan hutan lindung.

Di Kabupaten Pacitan pengelolaan hutan produksi diarahkan

untuk:

Menyediakan kebutuhan domestik akan kayu bangunan. Melakukan reboisasi pada areal-areal yang gundul. Mencegah dan mengendalikan perambahan hutan. Melakukan penghijauan dengan menanam jenis-jenis

kayu hutan guna mengendalikan erosi Melakukan pembinaan pengrajin mebel sehingga hasil

kayu yang dipasarkan sudah memiliki nilai tambah. Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor

4 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan Hutan Di Propinsi Jawa Timur untuk menjaga keberlanjutan hutan yang digunakan sebagai hutan produksi, maka perlu dilakukan rehabilitasi hutan dan lahan diselenggarakan melalui kegiatan reboisasi, penghijauan, penanaman dan pemeliharaan, pengayaan tanaman; atau penerapan teknik rehabilitasi lahan dan konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis, pada lahan kritis dan tidak produktif.

Kegiatan pemanfaatan hasil hutan wajib melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a. mengikuti aturan teknis yang berlaku; b. setiap produksi yang dihasilkan wajib dilaporkan kepada

Bupati melalui Dinas; c. setiap yang diproduksi dan atau yang akan diangkut

wajib dilakukan pemeriksaan berupa pengukuran dan atau pengujian hasil hutan oleh petugas yang berwenang;

d. terhadap setiap hasil hutan yang diangkut, dimiliki, dan atau dikuasai wajib disertai dengan bukti legalitas hasil hutan berupa Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH) atau Surat Angkutan Tumbuhan dan Satwa (SATS);

e. khusus bagi Pengusaha Industri Pengolahan Hasil Hutan wajib mendaftarkan dan melaporkan kepada Bupati melalui Dinas mengenai keberadaannya serta penerimaan hasil hutan sebagai bahan baku, hasil produksi, dan pemasaran serta hasil hutan yang diterima berasal dari sumber-sumber yang sah.

VEGETASI ASLI GOA GONG SONGGUPUH ARTEFAK KELELAWAR

Page 49: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 49

Kegiatan pengamanan hutan dilakukan oleh polisi hutan yang berwenang untuk:

a. melakukan kegiatan dan tindakan dibidang kehutanan yang bersifat preventif dan represif;

b. mengadakan patroli di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya;

c. memeriksa surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan hasil hutan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya;

d. menerima laporan tentang telah terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan dan kehutanan;

e. mencari keterangan dan barang bukti terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan ;

f. dalam hal tertangkap tangan, berwenang menangkap dan menahan tersangka beserta barang bukti dan dalam waktu yang secepatnya menyerahkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk ditindak lanjuti sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

g. membuat dan menandatangani laporan tentang terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

55..44..22 PPEENNGGEELLOOLLAAAANN KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN HHUUTTAANN RRAAKKYYAATT

Saat ini sebagian besar hutan di Kabupaten Pacitan merupakan hutan rakyat, yaitu seluas 65.951 Ha. Dalam UU No. 41/1999, hutan rakyat dimaksudkan sebagai hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik. Hutan rakyat pada saat ini memiliki fungsi sebagai hutan produksi dengan jumlah produksi sebesar 222.462,50 m3 pada tahun 2008. Hutan rakyat ini terletak di kawasan yang seharusnya memiliki fungsi lindung, dilihat dari kemiringan lahan yang lebih dari 40% bahkan lebih dari 60%, kemudian dilihat pula dari struktur tanahnya yang berupa litosol dan redzina yang merupakan lapisan yang rentan dan memiliki tingkat erosi yang tinggi.

Arahan pengelolaan kawasan peruntukan hutan rakyat yang sudah ada antara lain:

1) Kegiatan budidaya yang telah ada sebelumnya, baik berupa bangunan, budidaya pertanian, hutan rakyat, dsb, bila terpaksa harus dipertahankan keberadaannya dan harus diupayakan agar kegiatan tersebut tidak

mengganggu atau diminimalkan gangguannya terhadap fungsi lindung.

2) Penebangan hasil hutan dilakukan secara terbatas/bertahap.

3) Pada lahan yang saat ini sudah digunakan sebagai kegiatan pertanian dan perkebunan, dapat menggunakan Sistem Parak. Sistem Parak merupakan sistem pengelolaan hutan dengan menanami kebun pepohonan campuran yang terletak di lereng-lereng di antara desa dan kawasan hutan. Parak memiliki keanekaragaman spesies dan kerapatan pohon yang tinggi serta dapat menghasilkan hasil hutan yang beragam untuk dijual maupun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

4) Teknik penanaman harus mengikuti kaidah konservasi tanah, yaitu penanaman dilakukan sejajar kontur agar tidak menyebabkan tingkat erosi yang tinggi.

5) Agar hutan mendapat perlindungan, maka perlu adanya kegiatan sosialisasi/penyuluhan fungsi perlindungan hutan, pembuatan ilaran api, pemeliharaan sekat bakar, pengadaan sarana pemadam kebakaran, pengaturan penggembalaan ternak dalam hutan, pengambilan rumput dan makanan ternak lainnya serta serasah dari dalam kawasan hutan.

55..44..33 PPEENNGGEELLOOLLAAAANN KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN PPEERRTTAANNIIAANN

Pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten Pacitan diarahkan melalui pendekatan pembangunan sistem dan usaha agribisnis. Pembangunan sistem agribisnis dapat diartikan sebagai cara pandang dengan menekankan kepada tiga hal, yaitu Pertama, melalui pembangunan agribisnis, pendekatan pembangunan pertanian ditingkatkan dari pendekatan produksi ke pendekatan yang berdasarkan bisnis. Dengan orientasi kepada bisnis, maka pembangunan usaha bisnis yang berdaya saing dan berkelanjutan menjadi dasar pertimbangan utama. Kedua,

Page 50: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 50

dalam pembangunan agribisnis pembangunan pertanian bukan semata pembangunan sektoral namun juga terkait/ditentukan oleh agroindustri hilir, agroindustri hulu dan lembaga jasa penunjang. Dan Ketiga, pembangunan pertanian bukan sebagai pembangunan parsial pengembangan komoditas, melainkan sangat terkait dengan pembangunan wilayah, khususnya pedesaan yang berkaitan erat dengan upaya-upaya peningkatan pendapatan masyarakat pertanian.

Pembangunan pertanian dalam kerangka system agribisnis merupakan suatu rangkaian dan keterkaitan dari: (1) Sub agribisnis hulu (upstream agribusiness) yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi bagi pertanian primer (usahatani), yang dapat berupa pupuk, benih, pestisida, infrastruktur, saprodi; (2) Sub agribisnis usahatani (on-farm agribusiness) atau pertanian primer, yaitu kegiatan yang menggunakan sarana produksi untuk menghasilkan komoditas pertanian primer, yang dapat berupa petani, kelompok tani, budidaya. (3) Sub agribisnis hilir (down-stream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik bentuk produk antara (intermediate product) maupun bentuk produk akhir (finished product), yang dapat berupa agroindustri, pemasaran; dan (4) Sub jasa penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di atas, yang dapat berupa KUD, perbankan, pendidikan dan pelatihan.

Pengembangan usaha agribisnis merupakan upaya meningkatkan kuantitas, kualitas menajemen, dan kemampuan untuk melakukan usaha secara mandiri, dan memanfaatkan peluang pasar dari pelaku agribisnis. Pelaku utama agribisnis adalah petani dan dunia usaha meliputi usaha rumah-tangga, usaha kelompok, koperasi, usaha menengah, maupun usaha besar. Pelaku agribisnis tersebut merancang, merekayasa dan melakukan kegiatan agribisnis itu sendiri mulai dari identifikasi pasar yang kemudian diterjemahkan kedalam proses produksi. Pemerintah memberikan fasilitas dan mendorong berkembangnya usaha-usaha agribisnis tersebut.

Kawasan Peruntukan pertanian menyebar di berbagai tempat di Kabupaten Pacitan, dengan pusat pengembangan potensi pertanian di Kecamatan Nawangan dan Kecamatan Bandar. Kegiatan pertanian di Kabupaten Pacitan terbagi atas tiga jenis kegiatan pertanian, yaitu

tanaman pangan dan holtikultura, peternakan dan perkebunan.

1. Kawasan Tanaman Pangan dan Holtikultura, Buah-buahan, dan Bio Farmaka Kawasan budidaya tanaman pangan dan holtikultura dikelompokkan menjadi: kelompok palawija, kelompok hortikultura/sayuran, kelompok pertanian padi sawah, kelompok buah-buahan, dan kelompok bio farmaka. Kawasan pengembangan palawija berada di lahan dataran rendah dengan kemiringan <15%. Sedangkan kawasan pengembangan tanaman sayuran berada di lahan dataran tinggi dengan kemiringan <15% dan berhawa sejuk. Kawasan budidaya pertanian padi sawah berada di dataran datar sampai berombak, yang memilki sumber air mencukupi. Kelompok buah-buahan dan bio farmaka dikembangkan sesuai dengan kemampuan lahan. a. Adapun arahan Pengembangan Tanaman Palawija

adalah sebagai berikut:

Palawija dikembangkan sebagai tanaman tumpangsari dengan tanaman perkebunan (dibawah kelapa dan cengkih).

Palawija dikembangkan untuk meningkatkan Indek Pertanaman (IP) di lahan sawah irigasi dan tadah hujan.

b. Arahan Pengembangan Tanaman Sayuran:

Tanaman sayuran terdiri atas bawang daun, kentang, wortel, tomat dan kacang merah

Tanaman sayuran dikembangkan sebagai tanaman pokok di dataran tinggi.

Pengembangan tanaman sayuran harus disertai dengan tindakan konservasi tanah dan air.

Pengembangan tanaman sayuran secara berangsur dikembangkan kearah sistem pertanian organik .

Perlu adanya pasar dan laboratorium ekolabeling. Perlu dikombinasikan dengan usaha peternakan,

sehingga limbahnya dapat didayagunakan secara imbal balik.

c. Arah Pengembangan Tanaman Padi Sawah:

Debit air perlu diatur secara teratur. Perlu menjaga sumber air untuk menjaga

kelangsungan irigasi.

Page 51: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 51

Mengendalikan alih fungsi lahan irigasi dengan mengarahkan pembangunan permukiman kearah lahan kering, sehingga ada lahan irigasi permanen (sawah status S1).

Sedangkan arahan untuk seluruh jenis tanaman pertanian adalah pengembangan pertanian dilakukan pada lahan-lahan saat ini dan lahan-lahan yang sesuai untuk dikembangkan pertanian sekaligus diupayakan menunjang pengembangan kegiatan pariwisata. Maksud dari lahan saat ini adalah lahan-lahan yang sudah diusahakan sebagai lahan kegiatan pertanian, termasuk yang berada di kawasan sempadan sungai. Sementara yang dimaksud dengan “lahan yang sesuai untuk dikembangkan pertanian” adalah lahan-lahan yang kandungan kimiawi dan struktur tanahnya dinyatakan sesuai bagi pengembangan kegiatan pertanian.

Dengan memperhatikan arahan yang akan dituju, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

Perlunya pengaturan pemupukan yang ramah lingkungan, terutama bagi lahan-lahan pertanian yang berada di kawasan sempadan sungai

Bagi kegiatan pertanian di perbatasan atau di dalam kawasan lindung, pengembangannya dilakukan terbatas dengan tidak mengubah fungsi lindungnya. Arti terbatas disini adalah bahwa luasan yang diusahakan saat ini tidak dapat diperluas.

Pengembangan pertanian di kawasan sempadan sungai (bibir sungai) khususnya dapat dilakukan dengan menggunakan pengairan yang terkontrol pada satu sistem irigasi dan penggunaan pestisida yang terkontrol

Pengembangan paket wisata pertanian (agro-tourism) dengan memanfaatkan kegiatan tani sebagai obyek wisata yang dapat dinikmati oleh para wisatawan, misalnya: o Kegiatan panen o Kegiatan persemaian o Kegiatan pemerahan susu

2. Kawasan Peruntukan Peternakan

Kawasan budidaya peternakan dikelompokkan menjadi dua kawasan pengembangan, yaitu kawasan pengembangan ternak kerbau dan kawasan pengembangan ternak sapi, kambing, dan domba. Kawasan peternakan merupakan kawasan yang

diperuntukkan bagi kegiatan peternakan. Untuk meningkatkan produksi peternakan, maka kegiatan peternakan yang dikembangkan di Kabupaten Pacitan perlu dilakukan dengan teknologi tinggi. Teknologi tinggi ini juga akan menyebabkan tidak adanya bau dan limbah dari kegiatan perternakan yang dapat mengganggu lingkungan setempat. Untuk meningkatkan produksi peternakan yang di kelola oleh masyarakat, perlu diupayakan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan dan instansi terkait melalui penyediaan fasilitas dan prasarana penunjang kegiatan ini, pemberiaan bantuan modal usaha secara bergulir, pemberdayaan sumber daya peternak/para petugas melalui pembinaan dan penyuluhan, serta mendorong terbentuknya pola kemitraan antara para peternak dengan peternak besar/swasta, terutama dalam hal pengembangan teknologi peternakan, penyediaan/pengembangan bibit unggul dan bantuan pemasaran.

Untuk menjaga kelestarian kawasan lindung di Kabupaten Pacitan, pengembangan kawasan peternakan di Kabupaten Pacitan sebaiknya dibuat dengan luasan yang tidak terlalu besar dengan luasan maksimal 100 Ha. Selain itu untuk menjaga lingkungan agar tetap higienis, peternak wajib menyediakan pengolahan limbah buangan untuk di treatment sesuai ambang batas minimum yang dapat ditolerir. Dengan demikian keberadaan peternakan ini tidak mengganggu lingkungan sekitarnya, terutama bagi masyarakat secara luas. Apabila kewajiban ini tidak dapat dipenuhi oleh para peternak, perlu adanya pengenaan sanksi berupa denda yang tinggi atau dihentikan kegiatan usahanya.

3. Kawasan Peruntukan Perkebunan Kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pertanian tanaman tahunan/perkebunan dengan jenis komoditi utama berupa hasil perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan pangsa pasar yang baik. Agar jenis tanaman ini mempunyai nilai ekonomis tinggi perlu dilakukan upaya penguasaan teknologi perkebunan, baik melalui pelatihan, bimbingan atau studi banding. Untuk itu diperlukan peran aktif Pemerintah terutama dalam membangun tempat pelatihan bagi para petani guna meningkatkan kemampuan untuk menguasai teknologi pertanian.

Page 52: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 52

Untuk meningkatkan nilai jual hasil tani di Kabupaten Pacitan seperti melinjo, kemiri, sukun, nangka dan tanaman lainnya, perlu adanya pengembangan industri pengolahan dan industri kemasan hasil perkebunan. Kawasan budidaya perkebunan dikembangkan di seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan. Arahan pengembangan kawasan perkebunan adalah sebagai berikut:

Pemilihan jenis komoditi disesuaikan dengan agroekosistem (kesesuaian lahan).

Komoditi yang dikembangkan berorientasi pasar. Manajemen pengelolaan bersifat agribisnis.

55..44..44 PPEENNGGEELLOOLLAAAANN KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN PPEERRIIKKAANNAANN

Wilayah Pesisir Kabupaten Pacitan tersebar di 7 kecamatan. Panjang Pantai di Kabupaten Pacitan 70,709 km, membentang dari Kecamatan Sudimoro hingga Kecamatan Donorojo. Wilayah pesisir diarahkan kepada pengembangan kegiatan budidaya air payau dan perikanan tangkap. Di wilayah yang dialiri aliran sungai, diarahkan untuk pengembangan perikanan budidaya, yaitu untuk budidaya ikan air tawar.

Komoditas air payau yang dikembangkan adalah udang vanname dan bandeng, sedangkan untuk budidaya air tawar dikembangkan budidaya lele, nila, tombro, tawes dan gurami. Untuk budidaya air laut di Kabupaten Pacitan dikembangkan rumput laut. Komoditi perikanan tangkap yang menonjol adalah tuna/baby tuna, cakalang, tongkol, dorang, kembung, tengiri, layur, kakap, pari, cucut, runang, lemuru, tiga waja, manyung, kuwe, petek, rebon, julung dan teri.

Memperhatikan arah pengembangan diatas terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

Upaya peningkatan produksi perikanan tangkap hendaknya didukung dengan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia nelayan, peningkatan teknologi penangkapan ikan serta penguatan modal usaha.

Akses pasar yang lebih memberikan peluang bagi nelayan dan pengusaha perikanan di Kabupaten Pacitan seyogyanya menjadi salah satu prioritas dalam pengembangan usaha perikanan tangkap. Demikian pula aspek pengelolaan hasil produksi,

sehingga masyarakat nelayan mempunyai peluang untuk memperoleh nilai tambah dari hasil produksinya.

Pengawasan dan pengendalian dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan perlu mendapat perhatian semua pihak, mengingat sumberdaya ikan bukan merupakan sumberdaya yang tidak dapat habis. Pengawasan terhadap aktivitas penangkapan ikan yang menggunakan teknik dan alat yang dapat merusak ekosistem perairan hendaknya ditingkatkan, sebagai upaya untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan biota lainnya sehingga tetap lestari.

Untuk kegiatan perikanan yang berdekatan dengan lokasi obyek wisata dapat dikembangkan sebagai paket wisata yang dapat dikembangkan sebagai paket wisata perikanan (fisheries tourism) dengan memanfaatkan kegiatan meliputi: pembibitan ikan, penen ikan, pemberian pakan, penambahan jumlah ikan dan pemancingan.

Untuk menjaga ekosistem laut, maka perlu adanya pelarangan penangkapan ikan laut dengan bahan peledak, potas, serta alat tangkap pukat harimau.

55..44..55 PPEENNGGEELLOOLLAAAANN KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN PPEERRTTAAMMBBAANNGGAANN

Potensi tambang di Kabupaten Pacitan terdiri atas bahan tambang dan galian klasifikasi A, klasifikasi B dan Kalsifikasi C yang tersebar di 85% wilayah Kabupaten Pacitan. Namun potensi ini tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, karena kondisi fisik Pacitan yang tidak memungkinkan. Berdasarkan hal tersebut maka arahan pengelolaan potensi pertambangan adalah sebagai berikut:

Penetapan Wilayah Pertambangan (WP) yang meliputi Wilayah Usaha Pertambangan (WUP); Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR); dan Wilayah Pencadangan Negara (WPN).

Agar perkembangan kawasan pertambangan tidak merusak lingkungan, kegiatan ini perlu diawasi secara ketat perkembangannya dan dibuat aturan yang mengharuskan para investor ini untuk menguruk bekas galiannya agar tidak meninggalkan lubang-lubang bekas galian yang dapat menimbulkan dampak negatif/kerusakan terhadap lingkungan.

Page 53: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 53

Arahan jenis tambang yang dikembangkan di Kabupaten Pacitan adalah yang mempunyai nilai ekonomis dan diterima pasar.

Sejumlah bahan tambang telah dieksplorasi oleh beberapa pihak. Bahan galian atau sumber daya mineral yang telah dieksplorasi pada tahun 2007 adalah batu bara di Kecamatan Tulakan seluas 0,56 ha; mangan di Kecamatan Tegalombo 2 KP ( 0,54 ha dan 1,2 ha ) dan di Kecamatan Bandar 2 KP ( 3,06 ha dan 2,74 ha); emas di Kecamatan Nawangan seluas 5.612 ha; batu gamping di Kecamatan Pringkuku sebanyak 2 SIPD (1,87 dan 0,5 ha); bentonit di Kecamatan Pringkuku, Desa Pelem sebanyak 4 SIPD (49,375 ha,0,72 ha,0,77 ha, dan 1,45 ha) dan Desa Tamanasri 1 SIPD (0,92 ha); zeloit di Kecamatan Bandar 1 SIPD (0,32 ha); lempung di Kecamatan Tegalombo sebanyak 1 SIPD (0,04 ha); feldspar di Kecamatan Arjosari 1 SIPD (0,45 ha) dan di Kecamatan Tulakan 1 SIPD (0,10 ha), batuan breksi di Kecamatan Nawangan Desa Jetis Lor 4 SIPD (0,27 ha,1,60ha,0,38 ha,0,5 ha), di Desa Nawangan 1 SIPD (1,69 ha), di Desa Tokawi 2 SIPD (0,93 ha dan 2,42 ha), di Kecamatan Pacitan 2 SIPD (0,51 ha dan 1,40 ha), di Kecamatan Bandar 1 SIPD (0,67 ha); dasit, basalt, andesit, dan granit di Kecamatan Pacitan sebanyak 1 SIPD (0,87 ha) dan di Kecamatan Tegalombo 1 SIPD (1,23 ha); serta sirtu di aliran sungai Grindulu Kecamatan Pacitan 15 SIPD (9,02 ha) dan Kecamatan Arjosari 9 SIPD (8,405 ha), di aliran sungai Lorok Kecamatan Ngadirojo 2 SIPD (1,10 ha) dan Kecamatan Kebonagung 1 SIPD (0,27 ha). Pemegang ijin pertambangan tersebut wajib melaksanakan reklamasi pada kawasan hutan bekas areal pertambangan sesuai dengan tahapan kegiatan pertambangan.

Setiap pengajuan ijin pertambangan yang rencana kegiatannya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan wajib melengkapi dengan AMDAL atau UKL-UPL yang direkomendasi instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup.

55..44..66 PPEENNGGEELLOOLLAAAANN KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN IINNDDUUSSTTRRII

Kawasan peruntukan industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang diperuntukan bagi kegiatan

industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan.

Sebagian besar jenis industri yang ada di Kabupaten Pacitan merupakan industri kecil. Kegiatan industri yang prospektif dikembangkan hingga tahun 2028 adalah jenis industri yang mendukung perkembangan potensi daerah, yaitu industri yang menudukung kegiatan pertanian, pariwisata, perikanan dan pengolahan hasil galian di Kabupaten Pacitan. Industri yang dikembangkan ini harus dapat memanfaatkan secara optimal sumber daya manusia, alam, dan sumber daya teknologi.

Untuk mewujudkan tertib ruang dalam pengembangan kegiatan industri di Kabupaten Pacitan, perizinan investasi industri harus diarahkan ke kawasan peruntukan industri yang telah ditetapkan. Sedangkan lokasi industri yang sudah ada dan berada di luar kawasan peruntukan industri yang telah ditetapkan dan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Pacitan, terutama yang terindikasi dan/atau berpotensi mencemari lingkungan harus dipindahkan secara bertahap ke kawasan peruntukan industri yang sudah di tetapkan dalam tata ruang Kabupaten Pacitan ini. Langkah ini perlu diambil untuk memudahkan kontrol dan pengawasan, menghindari terjadinya konflik kepentingan dengan

Page 54: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 54

lingkungan sekitarnya, mengurangi tingkat pencemaran yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitarnya, serta untuk menjaga tingkat kenyamanan dan keindahan Kabupatan Pacitan.

Industri yang diperkirakan akan berdampak pada lingkungan, harus menggunakan teknologi yang ramah lingkungan sehingga limbah industri yang dihasilkan memenuhi baku mutu lingkungan yang berlaku. Kualitas lingkungan sekitar industri tersebut harus tetap dapat terjaga dan melengkapi usaha dengan dokumen/formulir studi lingkungan yang direkomendasi instansi yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup, yaitu AMDAL atau UKL-UPL.

Agar kegiatan industri yang akan dikembangkan ini dapat memberi manfaat terhadap masyarakat setempat serta berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dilakukan upaya pemberdayaan dan peningkatan ketrampilan bagi masyarakat setempat yang berminat bekerja di sektor ini, meningkatkan produktivitas tenaga kerja serta usaha untuk meningkatkan penguasaan teknologi, baik melalui transfer teknologi atau melalui peningkatan kemampuan terhadap teknologi yang digunakan. Selain itu, untuk menunjang pengembangan kegiatan industri perlu pula ditunjang kelengkapan sarana dan prasarana pendukungnya, seperti peningkatan aksessibilitas yang baik, serta suplai air, listrik dan telekomunikasi yang memadai.

55..44..77 PPEENNGGEELLOOLLAAAANN KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN PPAARRIIWWIISSAATTAA

Kegiatan pariwisata yang akan dikembangkan di Kabupaten Pacitan dititikberatkan pada kegiatan wisata budaya, wisata alam dan wisata bahari, dengan target market tidak hanya penduduk Kabupaten Pacitan dan sekitarnya saja tetapi juga untuk menarik minat wisatawan manca negara berkunjung di kabupaten ini. Agar pariwisata dapat berkembang, maka rencana pengembangan kegiatan pariwisata diarahkan pada pengembangan pusat-pusat informasi obyek wisata,

maksimalisasi daya tarik panorama alam dan melestarikan bangunan bersejarah dengan melibatkan peran aktif masyarakat setempat.

Arahan-arahan sebagaimana tersebut di atas dapat diwujudkan dengan memperhatikan beberapa hal, seperti:

Pengembangan produk kepariwisataan Kabupaten Pacitan melalui strategi pengembangan tematik kepariwisataan terpadu dalam satu kesatuan Kawasan Pengembangan Pariwisata.

Pengembangan produk kepariwisataan mengacu pada pendekatan koridor wisata terpadu lintas batas wilayah (borderless tourism).

Pengembangan kepariwisataan Kabupaten Pacitan berbasis wisata alam dan wisata budaya melalui pengembangan paket-paket wisata yang kreatif dan inovatif.

Kegiatan wisata yang berada di kawasan lindung dapat dipertahankan dan tetap ditingkatkan kualitas pelayanannya untuk wisatawan/pengunjung dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan tetap menjaga kebersihan lingkungan di sekitarnya.

Obyek wisata alam sebaiknya membatasi jumlah bangunan dan dikonsentrasikan pada lokasi yang sesuai

Untuk kegiatan wisata sejarah, bangunan bersejarah yang ada dipertahankan dengan: o Mengembalikan fungsinya sebagai bangunan

bersejarah dan obyek wisata. o Merenovasi bangunan yang sudah tua dan rusak o Mempertahankan dan menambah nuansa budaya

di lingkungan sekitar obyek wisata bersejarah. o Penataan fisik lingkungan di sekitar obyek wisata

bersejarah, dengan fokus pada obyek wisata tersebut.

o Jika bangunan bersejarah di pinggir jalan, sebaiknya disediakan lahan parkir dan tempat beristirahat yang cukup, sehingga tidak mengganggu lalu lintas.

Kawasan karst yang merupakan salah satu kawasan yang

Page 55: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 55

dapat dimanfaatkan sebagai obyek pariwisata, perlu dikembangkan potensinya, dilestarikan dan mendapatkan perlindungan agar tidak mengakibatkan bencana untuk wilayah disekitarnya. Untuk itu diperlukan beberapa kebijakan pembangunan di kawasan kars, diantaranya adalah perlindungan kawasan hutan lindung, pengembangan daerah tangkapan mata air dan sungai bawah tanah, pengelolaan sempadan pantai, pengelolaan sempadan mata air dan pengelolaan gua.

55..44..88 PPEENNGGEELLOOLLAAAANN KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN PPEERRMMUUKKIIMMAANN

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan Permukiman, Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Kawasan permukiman merupakan kawasan yang dimanfaatkan untuk tempat tinggal dan kegiatan masyarakatnya. Pada prinsipnya pengembangan permukiman dapat dialokasikan pada lahan yang kurang produktif dan memiliki kemiringan lereng dibawah 15%. Direncanakan pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Pacitan yang saat ini mengikuti pola jalan dan diprediksikan akan terus berkembang seperti itu. Pengembangan kegiatan permukiman harus dibarengi dengan pelengkapan sarana dan prasarana.

Pola pengembangan kegiatan permukiman ini harus saling terintegrasi antara permukiman baru yang akan dikembangkan dengan permukiman penduduk yang sudah ada, sehingga tercipta keserasian dan dapat dihindari tumbuhnya kerawanan sosial akibat adanya kesenjangan. Khusus untuk pengembangan kawasan permukiman di lokasi yang saat ini berlokasi di daerah yang rawan terhadap bencana, diarahkan pada permukiman dengan perumahan berkepadatan rendah.

Setiap pusat permukiman (yang mengarah menjadi kota) diarahkan untuk mampu berfungsi sebagai pusat wilayah belakangnya, terutama dalam kegiatan perdagangan dan pemasaran bagi produk-produk yang dihasilkan oleh hutan lindung disamping memberikan pelayanan sosial dan jasa.

Kecamatan yang berfungsi sebagai pusat permukiman yang skala luas adalah Kecamatan Pacitan. Arahan fungsi kota/pusat permukiman yang mengarah menjadi status kota untuk Kecamatan Pacitan dalam kurun waktu 20 tahun (Th. 2028) tidak saja ditetapkan oleh kecenderungan perkembangan fungsi kota tetapi ditentukan berdasarkan atas peluang-peluang ekonomi maupun rencana-rencana pengembangan sektoral wilayah hinterland dari rencana pengembangannya itu sendiri.

Kecamatan Donorojo, Pringkuku, Pacitan, Tulakan, dan Ngadirojo diprediksikan menjadi lokasi yang memiliki jumlah permukiman paling banyak dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Hal ini dikarenakan lima kecamatan tersebut memiliki sarana dan prasarana lingkungan yang cukup memadai serta telah terlayani listrik, air bersih dan dilalui oleh Jaringan jalan. Selain itu apabila melihat topografinya, kecamatan-kecamatan tersebut terletak di kawasan berkemiringan 0-8 % yang cocok menjadi kawasan permukiman. Untuk Kecamatan Tulakan, walupun kecenderungan penduduknya tumbuh sangat cepat, sebaiknya di masa yang akan datang lebih dikendalikan. Karena sebagian besar wilayah Kecamatan Tulakan memiliki fungsi sebagai kawasan lindung. Untuk mengendalikan pertumbuhan yang terlalu cepat, mengingat adanya keterbatasan ruang, maka perlu diadakannya disinsetif berupa pembatasan pelayanan sarana dan prasarana serta adanya arahan pengembangan permukiman yang diijinkan.

Adapun arahan pengembangan kawasan peruntukan permukiman adalah sebagai berikut:

Perlu memperhatikan tata air, budaya lokal serta kepentingan umum.

Pada permukiman/perumahan nelayan harus dilakukan upaya penataan dan perbaikan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kawasan. Penempatan perumahan nelayan baru hendaknya disesuaikan dengan potensi sumber daya sekitar dan “market” hasil budidaya perikanan.

Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan untuk kawasan peruntukan permukiman yang telah ada antara lain: revitalisasi/penataan bangunan, penyediaan utilitas, penanganan sarana air bersih, air limbah dan persampahan, serta pemeliharaan drainase.

Page 56: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 56

Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan untuk kawasan peruntukan permukiman baru antara lain: penataan bangunan, pengaturan pengambilan air tanah, reklamasi, pengaturan batas sempadan bangunan, program penghijauan sempadan, dll.

Penetapan kawasan peruntukan permukiman dilakukan dengan menegaskan kembali fungsi dan peran kawasan lindung (seperti kawasan sempadan, hutan, dan cagar alam) serta dalam hal pengaturan bangunan serta tata lingkungan yang dapat mendukung daya tarik wisata.

Pengaturan KDB, KLB, ketinggian bangunan berdasarkan peruntukan lahannya.

Permukiman yang saat ini tersebar di berbagai wilayah memiliki sistem pengelolaan yang berbeda:

a. Permukiman yang saat ini berada di kawasan lindung, tidak diperkenankan untuk berkembang lagi. Permukiman yang ada tetap diberi pelayanan infrastruktur, namun untuk mencegah terjadinya perluasan kawasan permukiman maka peningkatan pelayanan infrastruktur dilakukan hanya untuk memenuhi permintaan pelayanan permukiman saat ini.

b. Permukiman yang terletak di kawasan budidaya (non pertanian) mendapatkan insentif pengembangan dengan meningkatkan pelayanan infrastruktur.

Untuk mewujudkan lingkungan permukiman yang baik, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

a. Untuk bangunan di sempadan sebaiknya tidak ada penambahan bangunan baru, ketinggian bangunan tidak melebihi ketinggian bangunan di daerah yang lebih tinggi (+ 2 lantai), sistem pembuangan domestik (cair dan padat) diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kualitas air

b. Jika permukiman yang saat ini telah berkembang di kawasan lindung (hutan), maka kegiatan budidaya masyarakat perlu diatur agar tidak mengganggu fungsi lindung sebagai catchment area.

c. Untuk bangunan/permukiman di sepanjang jalan utama arsitektur bangunan diatur dengan rapi dan indah dengan mencirikan kekhasan masyarakat

setempat, kepadatan bangunan dijaga untuk jangan sampai berubah agar tidak menambah beban jalan, dikembangkan alternatif pembangunan jalan lingkungan sekunder yang melayani pergerakan antar perumahan agar tidak perlu melalui jalan utama.

Tabel 5. 8 Rencana Penataan Bangunan Permukiman Perkotaan

Kemiringan

Permukiman Perkotaan 0 - 15%

15 – 30 % 30 - 40 % Kepadatan Tinggi

Kepadatan Sedang

Kepadatan Rendah

KDB Maks (dalam Blok Peruntukan)

80 % 70 % 60 % 50 % 50 %

Kepadatan Bangunan Maksimum

50 rumah/Ha

25 rumah/Ha

17 rumah/Ha

2 rumah/

Ha

1 rumah/

Ha

Klasifikasi Kepadatan

Sedang Rendah Rendah Sangat Rendah

Sangat Rendah

Sumber: Hasil Analisis 2008

Tabel 5. 9 Rencana Penataan Bangunan Permukiman Perdesaan

Kemiringan Permukiman Perdesaan

0 - 8 % 8 - 15% 15 - 30% 30 – 40 %

KDB Maks (dalam Blok Peruntukan)

60 % 50 % 40 % 40 %

Kepadatan Bangunan Maksimum

5 rumah/Ha

3 rumah/ Ha 2 rumah/Ha -

Klasifikasi Kepadatan

Sangat Rendah

Sangat Rendah

Sangat Rendah

Sangat Rendah

Sumber: Hasil Analisis 2008

Pengembangan permukiman diikuti dengan pengembangan sarana lingkungan sesuai kebutuhan yang meliputi fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, dan fasilitas ekonomi sebagai berikut:

A. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Pacitan adalah rumah sakit umum, puskesmas, puskesmas pembantu, praktek dokter, balai pengobatan, dan posyandu. Jumlah rumah sakit yang ada saat ini adalah 1 buah yang terletak di Kecamatan Pacitan. Seiring pertambahan penduduk berdasarkan proyeksi hingga tahun 2028, Kabupaten Pacitan membutuhkan 2 buah rumah sakit umum. Jadi hanya dibutuhkan penambahan rumah sakit umum serta peningkatan kualitas rumah sakit yang telah ada.

Page 57: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 57

Untuk pelayanan puskesmas, di Kabupaten Pacitan pada saat ini memiliki unit puskesmas sebanyak 24 yang tersebar di seluruh kecamatan. Berdasarkan prediksi perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Pacitan hingga tahun 2028, diketahui bahwa hampir seluruh kecamatan tidak memerlukan penambahan unit puskesmas, kecuali untuk Kecamatan Tulakan.

Setiap puskesmas membawahi 5 puskesmas pembantu di setiap kecamatan. Fasilitas posyandu sama halnya dengan fasilitas puskesmas, telah tersebar diseluruh kecamatan bahkan untuk fasilitas posyandu pelayanan telah sampai kepelosok desa, dengan jumlah pelayanan posyandu pada saat ini sebanyak 753 unit. Hingga tahun 2028 direncanakan penambahan fasilitas posyandu hanya untuk Kecamatan Nawangan, Bandar dan Sudimoro dengan masing-masing penambahan posyandu sebanyak 8 unit, 2 unit dan 2 unit.

Tabel 5. 10 Rencana Kebutuhan Fasilitas Kesehatan

Lokasi Tahun

2008 2013 2018 2028 RUMAH SAKIT (Kabupaten Pacitan) 2 2 2 2

PUSKESMAS (Kecamatan)

Donorojo 2 2 2 2 Punung 2 2 2 2 Pringkuku 2 2 2 2 Pacitan 2 2 2 2 Kebonagung 2 2 2 2 Arjosari 2 2 2 2 Nawangan 2 2 2 2 Bandar 2 2 2 2 Tegalombo 2 2 2 2 Tulakan 2 2 2 3 Ngadirojo 2 2 2 2 Sudimoro 2 2 2 2

Jumlah 24 24 24 25 Sumber: Hasil Analisis 2008

Posyandu adalah salah satu bentuk dari Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang lebih mengedepankan langkah preventif dan promotif. Ini berbeda fungsi dengan Puskesmas yang merupakan institusi milik Pemerintah yang memiliki 4 fungsi sekaligus yaitu preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif. Institusi milik masyarakat yang memiliki fungsi lengkap (4 fungsi) yang mirip Puskesmas di tingkat desa adalah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) yang sekarang sedang dikenalkan dengan program Desa Sinaga. Institusi lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah Pondok Bersalin Desa dengan tenaga Bidan di desanya yang merupakan aparat kesehatan Pemerintah paling bawah yang

bersentuhan langsung dengan masyarakat desa dan permasalahan kesehatan di tingkat desa.

Tabel 5. 11 Rencana Kebutuhan Fasilitas Kesehatan (Posyandu)

Kecamatan Tahun

2008 2013 2018 2028 Donorojo 66 66 66 66 Punung 45 45 45 45 Pringkuku 51 51 51 51 Pacitan 102 102 102 102 Kebonagung 81 81 81 81 Arjosari 60 60 60 60 Nawangan 51 51 54 59 Bandar 48 48 48 50 Tegalombo 56 56 56 56 Tulakan 97 97 97 97 Ngadirojo 64 64 64 64 Sudimoro 32 32 32 34 Jumlah 753 753 756 765

Sumber: Hasil Analisis 2008

Jumlah tempat praktek dokter yang telah beroperasi pada saat ini adalah sebanyak Terdapat 39 praktek dokter yang tersebar di kecamatan-kecamatan dengan jumlah dokter terbanyak di Kecamatan Pacitan, yaitu sebanyak 20 dokter. Pada tahun 2008 hingga tahun 2013 jumlah kebutuhan praktek dokter meningkat menjadi 117 buah, pada tahun 2018 kebutuhan akan pelayanan dokter meningkat kembali menjadi 121 dan pada tahun 2028 kebutuhannya menjadi 133 buah praktek dokter. Jumlah penambahan dokter hingga tahun 2028 terjadi di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Pacitan, dengan jumlah penambahan dokter sekitar 5-17 praktek dokter. Kebutuhan tertinggi akan praktek dokter adalah Kecamatan Tulakan.

Tabel 5. 12 Rencana Kebutuhan Fasilitas Kesehatan (Praktek Dokter)

Kecamatan Tahun

2008 2013 2018 2028 Donorojo 8 8 8 9 Punung 7 7 8 9 Pringkuku 6 6 7 7 Pacitan 20 20 20 20 Kebonagung 9 9 9 10 Arjosari 8 8 8 9 Nawangan 10 10 10 11 Bandar 8 8 9 10 Tegalombo 10 10 10 12 Tulakan 16 16 17 19 Ngadirojo 9 9 9 11 Sudimoro 6 6 6 6 Jumlah 117 117 121 133

Sumber: Hasil Analisis 2008

Kabupaten Pacitan juga memerlukan fasilitas kesehatan berupa apotek. Berdasarkan proyeksi penduduk, pada tahun 2008 kebutuhan apotek adalah sebanyak 53 buah yang

Page 58: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 58

tersebar di tiap kecamatan dan meningkat menjadi 61 unit apotek pada tahun 2028. Tiap apotek harus dapat melayani masyarakat dengan radius 1500 meter.

Tabel 5. 13 Rencana Kebutuhan Fasilitas Kesehatan (Apotik)

Kecamatan Tahun

2008 2013 2018 2028 Donorojo 4 4 4 4 Punung 3 3 4 4 Pringkuku 3 3 3 3 Pacitan 6 6 7 8 Kebonagung 4 4 4 5 Arjosari 4 4 4 4 Nawangan 5 5 5 5 Bandar 4 4 4 5 Tegalombo 5 5 5 6 Tulakan 8 8 8 9 Ngadirojo 4 4 4 5 Sudimoro 3 3 3 3 Jumlah 53 53 55 61

Sumber: Hasil Analisis 2008

B. Fasilitas Pendidikan Berdasarkan proyeksi penduduk, jumlah fasilitas pendidikan untuk TK dan SMU yang ada hingga tahun 2008 dirasa kurang memenuhi kebutuhan yang ada. Jumlah kebutuhan fasilitas pendidikan pada tahun 2013 sebesar 723 sekolah yang terdiri dari TK, SD, SLTP, dan SLTA. Sedangkan pada tahun 2018 jumlah kebutuhan tersebut meningkat kembali menjadi 757 dan pada tahun 2028 menjadi 834. Penambahan jumlah kebutuhan ini perlu diiringi dengan peningkatan kualitas fasilitas pendidikan.

Adapun jenis fasilitas sekolah yang direncanakan akan dikembangkan di Kabupaten Pacitan adalah:

SD meliputi SD negeri, SD swasta, madrasah ibtidaiyah negeri, dan madrasah ibtidaiyah swasta.

SLTP meliputi SLTP negeri, SLTP swasta, madarasah tsanawiyah negeri dan swasta.

SLTA meliputi SLTA negeri, SLTA swasta, madrasah aliyah negeri, dan madrasah aliyah swasta..

Penambahan TK di Kabupaten pacitan hingga tahun 2028 mencapai lebih dari 200% dari jumlah yang telah ada saat ini. Kebutuhan tertinggi terhadap fasilitas Taman Kanak-Kanak terdapat di Kecamatan Tulakan, yang membutuhkan penambahan fasilitas sebanyak 57 unit.

Rencana pengembangan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar berdasarkan proyeksi perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Pacitan hingga tahun 2028 tidak membutuhkan peningkatan. Jumlah yang ada saat ini telah mencukupi kebutuhan fasilitas pendidikan dasar hingga tahun 2028.

Meskipun jumlah SD tidak memerlukan penambahan jumlah yang signifikan, namun ada hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu kualitas pendidikan SD yang telah ada apakah sudah memenuhi standar kualitas pendidikan atau perlu ditingkatkan.

Dengan menggunakan standar minimal pelayanan fasilitas SLTP sebanyak 1 unit untuk setiap 25.000 penduduk, maka jumlah fasilitas pendidikan yang diperlukan hingga tahun 2028 adalah berjumlah 27 unit fasilitas, ini berarti jumlah fasilitas yang ada saat ini telah mencukupi kebutuhan hingga tahun 2028.

Disamping itu juga dikembangkan sarana pendidikan setingkat perguruan tinggi dimana pada tahun 2008 terdapat perguruan tinggi swasta.

Tabel 5. 14 Rencana Kebutuhan Fasilitas Pendidikan (Setingkat TK-SD)

Kecamatan TK SD

2013 2018 2028 2013 2018 2028

Donorojo 43 44 48 7 7 8 Punung 41 41 46 7 7 8 Pringkuku 34 36 39 6 6 6 Pacitan 68 72 82 11 12 14 Kebonagung 47 49 54 8 8 9 Arjosari 42 44 48 7 7 8 Nawangan 52 54 59 9 9 10 Bandar 45 47 50 7 8 8 Tegalombo 52 55 60 9 9 10 Tulakan 82 86 95 14 14 16 Ngadirojo 47 50 56 8 8 9 Sudimoro 31 32 35 5 5 6 Jumlah 584 611 672 97 102 112

Sumber: Hasil Analisis 2008

Tabel 5. 15 Rencana Kebutuhan Fasilitas Pendidikan (Setingkat SLTP-SLTA)

Kecamatan SLTP SLTA

2013 2018 2028 2013 2018 2028

Donorojo 2 2 2 1 1 2 Punung 2 2 2 1 1 2 Pringkuku 1 1 2 1 1 1 Pacitan 3 3 3 2 2 3 Kebonagung 2 2 2 2 2 2 Arjosari 2 2 2 1 1 2 Nawangan 2 2 2 2 2 2 Bandar 2 2 2 1 2 2 Tegalombo 2 2 2 2 2 2 Tulakan 3 3 4 3 3 3 Ngadirojo 2 2 2 2 2 2 Sudimoro 1 1 1 1 1 1 Jumlah 23 24 27 19 20 22

Sumber: Hasil Analisis 2008

Page 59: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 59

C. Fasilitas Ekonomi

Fasilitas ekonomi saat ini yang terdapat di Kabupaten Pacitan adalah koperasi, pasar milik PEMDA, pertokoan, warung/kios, dan sebagainya. Pada tahun 2013 dan 2018 peningkatan jumlah kebutuhan warung dan pertokoan secara berturut-turut adalah sebanyak 2321 dan 2684 untuk warung, 225 dan 236 untuk pertokoan. Pada tahun 2028 kebutuhan pelayanan akan warung di lingkungan mencapai 2.684 unit, sedangkan pertokoan 265 unit.

Untuk pelayanan perekonomian skala pasar, berdasarkan standar minimal tersedia 1 buah pasar untuk setiap 30.000 penduduk, maka jumlah pasar yang seharusnya tersedia di seluruh Kabupaten Pacitan adalah sebanyak unit 19 pasar pada tahun 2013, 20 unit pada tahun 2018 dan 22 unit pada tahun 2028. Berikut tabel prediksi kebutuhan fasilitas ekonomi di setiap kecamatan hingga tahun 2028.

Tabel 5. 16 Rencana Kebutuhan Fasilitas Ekonomi

Kecamatan Warung Pertokoan 2008 2013 2018 2028 2008 2013 2018 2028

Donorojo 167 170 177 193 16 17 17 19

Punung 153 156 164 182 15 15 16 18

Pringkuku 133 136 142 154 13 13 14 15

Pacitan 264 271 288 327 26 27 28 32

Kebonagung 186 189 197 215 18 18 19 21

Arjosari 163 166 174 192 16 16 17 19

Nawangan 202 206 216 237 20 20 21 23

Bandar 176 179 186 201 17 17 18 20

Tegalombo 205 209 219 241 20 20 21 24

Tulakan 322 328 345 381 32 32 34 38

Ngadirojo 184 188 199 223 18 18 19 23

Sudimoro 121 123 128 138 12 12 12 13

Jumlah 2276 2321 2435 2684 223 225 236 265

Sumber: Hasil Analisis 2008

Adapun yang terkait dengan sektor informal, direncanakan sebagai berikut:

Kegiatan sektor informal secara umum dapat dialokasikan di kawasan peruntukan permukiman, khususnya pada kawasan perdagangan dan jasa.

Kegiatan sektor informal yang diperkirakan memberikan dampak lingkungan diarahkan untuk dialokasikan pada kawasan peruntukan ruang terbuka hijau/lahan cadangan, atau disesuaikan antara jenis kegiatan informal dengan jenis rencana peruntukan lahannya.

Kegiatan sektor informal harus tetap memperhatikan kenyamanan dan keamanan lingkungan.

55..44..99 PPEENNGGEELLOOLLAAAANN KKAAWWAASSAANN PPEERRUUNNTTUUKKAANN LLAAIINNNNYYAA

5.4.9.1 Pengelolaan Kawasan Andalan Pengelolaan kawasan andalan pertanian, perikanan, dan pariwisata diatur sebagai berikut:

1. Rencana pengelolaan kawasan andalan pertanian merujuk pada rencana pengelolaan kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Sub Bab 5.4.3 dan rencana pengelolaan kawasan strategis ekonomi (kawasan agropolitan) sebagaimana dimaksud dalam Sub Bab 6.3.

2. Rencana pengelolaan kawasan andalan perikanan merujuk pada rencana pengelolaan kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Sub Bab 5.4.4 dan rencana pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam Sub Bab 5.5.

3. Rencana pengelolaan kawasan andalan pariwisata merujuk pada rencana pengelolaan kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Sub Bab 5.4.7 dan rencana pengelolaan kawasan strategis sosio-kultural (kawasan pariwisata) sebagaimana dimaksud dalam Sub Bab 6.2.

5.4.9.2 Pengelolaan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Pangkalan Udara TNI AU Iswahyudi

Arahan ketinggian bangunan terkait dengan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) sekitar Pangkalan Udara, sebenarnya banyak ditentukan oleh fungsi atau kegiatan pemanfaatan ruangnya.

Rekomendasi arahan ketinggian bangunan perlu diperhitungkan secara lebih seksama dalam rencana detail/rencana teknik, dengan memperhatikan:

ketinggian tempat/lokasi secara lebih akurat (dengan alat altimeter dan GPS), di mana selisih antara ketinggian lokasi dengan KKOP merupakan ketinggian yang dimungkinkan;

KKOP yang terkena pada lokasi yang bersangkutan, di mana untuk KKOP yang merupakan bidang datar (PHD, PHL) perhitungan selisih ketinggian dapat dihitung langsung, tetapi untuk KKOP yang merupakan bidang miring (PPLL, PT, PK) selisih ketinggian harus dihitung sesuai dengan jarak lokasi dari Pangkalan Udara;

Page 60: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 60

fungsi/kegiatan pada lokasi tersebut (berkaitan dengan land value); aspek urban design dan/atau keindahan kota.

55..55 RREENNCCAANNAA PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN WWIILLAAYYAAHH PPEESSIISSIIRR DDAANN PPUULLAAUU--PPUULLAAUU KKEECCIILL

Dalam mengelola kelautan, wilayah pesisir, dan pulau-pulau kecil diperlukan adanya suatu perencanaan yang matang dalam mengalokasikan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki. Dalam setiap perencanaan diperlukan adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antar sektor-sektor terkait, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat lokal.

Wilayah pesisir rmerupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai. Menurut kriteria tersebut, maka secara administratif Kabupaten Pacitan memiliki 7 kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Donorojo, Pringkuku, Pacitan, Kebonagung, Tulakan, Ngadirojo, Sudimoro dan 26 desa pesisir. Adapun pembagian kewenangan ke arah laut adalah:

0-4 mil laut : kewenangan Pemerintah Kabupaten Pacitan 4-12 mil laut : kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur 12-200 mil laut : kewenangan Pemerintah Pusat

Pada wilayah Kabupaten Pacitan, terdapat 6 buah gugusan batu terpisah dari daratan yang menyerupai pulau kecil dengan karakteristik:

Terpisah dari pulau induk (mainland) namun jaraknya sangat dekat dengan pulau induk (< 100m)

Terdapat beberapa vegetasi yang hidup di atasnya Penghuni hanya binatang sejenis burung, kelelawar, dan

terkadang jika air surut terjadi migasi kera dari pulau induk Tidak ada penduduk yang melakukan aktivitas di atasnya

karena kondisi pulau yang sangat terjal dan berupa bebatuan

Luas pulau suah memenuhi kriteria sebagai pulau kecil (< 2000 km2)

Konsep pengembangan tata ruang pesisir Kabupaten Pacitan terdiri atas SWP-Pesisir Pusat, SWP-P Barat dan SWP-P Timur. Hal ini mengacu kepada:

1. Kelestarian Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Tujuan utama dari pengelolaan pesisir terpadu adalah untuk dapat dimanfaatkannya sumberdaya pesisir dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat

dan pelaksanaan pembangunan nasional, dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya pesisir di dalam memenuhi kebutuhan baik untuk generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang. Untuk itu, laju pemanfaatan sumberdaya pesisir harus dilakukan kurang atau sama dengan laju regenerasi sumberdaya hayati atau laju inovasi untuk menemukan substitusi non-hayati. Dalam hal ketidakmampuan manusia mengantisipasi dampak lingkungan di pesisir akibat berbagai aktivitas, maka setiap pemanfaatan harus dilakukan dengan hati-hati. Untuk menjaga keseimbangan ekologi, pemanfaatan lahan untuk kawasan lindung dan konservasi harus mendapat perhatian khusus, setelah kawasan ini terpenuhi baru ditentukan kawasan budidaya.

2. Kesesuaian Lahan Aktivitas yang akan ditempatkan pada suatu ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus memperhatikan kesesuaian antara kebutuhan (demand) dengan kemampuan lingkungan menyediakan sumberdaya (carrying capacity). Dengan mengacu kepada keseimbangan antara demand dan supply, maka akan dicapai suatu optimasi pemanfaatan ruang antara kepentingan masa kini, masa datang serta menghindari terjadinya konflik pemanfaatan ruang. Kesesuaian lahan tidak saja mengacu kepada kriteria biofisik semata, tetapi juga meliputi kesesuaian secara sosial ekonomi dan sosial.

3. Keterkaitan Kawasan. Interaksi antar beberapa aktivitas pada wilayah pesisir dengan kawasan daratan akan tercipta dan memungkinkan terjadinya perkembangan yang optimal antar unit-unit kawasan maupun dengan kawasan sekitarnya. Untuk itu penyusunan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dibuat sedemikian rupa sehingga kegiatan-kegiatan antar kawasan dapat saling menunjang dan memiliki keterkaitan dengan kawasan yang berbatasan. Agar dapat menempatkan berbagai kegiatan pembangunan di lokasi sesuai secara ekologis, maka kelayakan biofisik (biophysical suitability) di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus diidentifikasi lebih dahulu.

Page 61: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 61

Peta 5. 20 Rencana Pengelolaan Kawasan Budidaya

Pendugaan kelayakan biofisik ini dilakukan dengan cara mendefinisikan persyaratan biofisik (biophysical requirements) setiap kegiatan pembangunan, kemudian dipetakan. Dengan cara ini dapatlah ditentukan kesesuaian penggunaan setiap unit (lokasi) wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

55..55..11 RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG SSAATTUUAANN WWIILLAAYYAAHH PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN PPEESSIISSIIRR ((SSWWPP--PP)) PPUUSSAATT SWP-P Pusat meliputi 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Pacitan dan Kecamatan Kebonagung. Pelingkupan kedua kecamatan ini ke dalam satu wilayah

SWP-P mengingat kedua kecamatan ini mengelilingi Teluk Pacitan dan aktifitas beberapa nelayan di kedua kecamatan berada di Teluk Pacitan serta memiliki potensi dan karakteristik sumberdaya yang mengarah ke pusat pengembangan ekonomi pesisir.

Secara umum sektor-sektor perekonomian di SWP-P ini dibagi menjadi kelompok sektor utama dan sektor pendukung. Sektor utama yang akan dikembangkan adalah perikanan dan pariwisata. Sektor perikanan yang dikembangkan adalah perikanan tangkap di wilayah perairan laut sepanjang pesisir Kecamatan Pacitan dan Kecamatan Kebonagung sampai jarak 4 mil dari pantai.

Page 62: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 62

Pusat pendaratan berada di dua lokasi, yaitu pelabuhan pendaratan ikan (PPI) bagi nelayan yang menangkap di Teluk Pacitan dan TPI wawaran bagi nelayan yang menangkap ikan di Teluk Wawaran. Seperti halnya sektor perikanan, aktivitas pariwisata juga harus mendukung upaya pelestarian lingkungan, yang berarti akan turut menjaga stok ikan diperairan laut, khususnya di Kawasan Teluk Pacitan. Lokasi pariwisata berada di dua tempat, yaitu Pantai Teleng Ria dan Pantai Ngambur.

Sektor-sektor pendukung yang direncanakan dikembangkan adalah sektor industri penyedia sarana perikanan dan pemanfaatan hasil perikanan, pabrik es, pabrik kapal, sentra pengolahan hasil perikanan, kemudian sektor perdagangan dan jasa, sektor permukiman, sektor pertanian dan kehutanan. Adapun lokasi dan peruntukan lahan di SWP-P Pusat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. 17

Rencana Pengembangan SWP-Pesisir Pusat No Lokasi Kawasan Lindung Kawasan Budidaya 1 Desa Kembang,

Kecamatan Pacitan Sempadan Pantai Sempadan S.

Grindulu Tebing Pantai

Perikanan: Tambak udang swasta, TPI Kembang

Pemukiman penduduk Public area

2 Desa ploso, Kecamatan Pacitan

Sempadan pantai

Pemukiman penduduk Public area

3 Pantai Teleng Ria, Kecamatan Pacitan

Sempadan pantai

Tebing pantai

Pengembangan sektor pariwisata berupaL panorama sisi pantai teleng ria, wisata air, sarana olah raga, restoran dan kios cinderamata, hotel dan fasilitas umum lainnya

4 Pantai Tamperan, Kecamatan Pacitan

Sempadan pantai

Sempadan Sungai Teleng

Tebing pantai

Perikanan: PPI Temperan, tambak percontohan, tambak udang swasta

Pariwisata: kompleks pantai teleng ria

Pemukiman penduduk Public area

5 Teluk Wawaran, Desa Wawaran Kecamatan Kebonagung

Sempadan pantau

Sempadan Sungai JEtak

Tebing pantai

Perikanan: TPI Wawaran, Pemukiman Nelayan dan industri kapal fiber

Sumber: Hasil Analsis 2008

55..55..22 SSAATTUUAANN WWIILLAAYYAAHH PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN PPEESSIISSIIRR ((SSWWPP--PP)) BBAARRAATT Wilayah SWP-P Barat meliputi Kecamatan Donorojo dan Kecamatan Pringkuku. Wilayah pesisir di kedua

kecamatan ini memiliki potensi pariwisata yang baik dan berpeluang untuk berkembang. Sesuai dengan SWP-P Pusat, sektor-sektor perekonomian di SWP-P Barat juga dibagi menjadi kelompok sektor utama dan sektor pendukung. Sektor utama yang dikembangkan di SWP-P ini adalah pariwisata dengan lokasi-lokasi wisata pesisir berupa Pantai Srau, Pantai Watukarung dan Pantai Klayar. Sedangkan untuk sektor pendukung terdiri atas sektor perikanan tangkap baik ikan maupun biota non ikan, permukiman, pertanian dan kehutanan. Adapun lokasi dan peruntukan lahan di SWP-P Barat adalah sebagai berikut.

Tabel 5. 18 Rencana Pengembangan SWP-Pesisir Barat

No Lokasi Kawasan Lindung Kawasan Budidaya 1 Desa Candi,

Kecamatan Pringkuku

Sempadan Kali Srau dan Kali Blue

Sempadan Pantai Srau

Perairan Srau (Terumbu Karang)

Hutan Lindung

Pariwisata Perikanan: Tambak udang swasta dan TPI Kembang

Pemukiman penduduk Public area

2 Desa Watukarung, Kecamatan Pringkuku

Sempadan pantai Watukarung

Perairan Watukarung (Terumbu karang)

Perlindungan danau dan sekitarnya

Perikanan: TPI Watukarung, Pengendalian pangkalan ubur-ubur

Pariwisata Pemukiman penduduk Public area

3 Desa Sendang,

Kecamatan Donorojo

Sempadan pantai Klayar

Tebing pantai Perairan Pantai Klayar (terumbu karang)

Hutan Lindung Perlindungan kawasan mata air

Perlindungan danau dan sekitarnya

Pariwisata: panorama pantai klayar, fasilitas umum lainnya

Perikanan: penangkapan lobster

Pertanian dan perkebunan

Permukiman penduduk Public area

4 Desa Widoro Kecamatan Donorojo

Tebing pantai Hutan Lindung Perlindungan danau dan Sekitarnya

Pemukiman penduduk Public area

5 Desa Kalak, Kecamatan Donorojo

Tebing pantai Hutan Lindung Perlindungan danau dan Sekitarnya

Pariwisata goa kalak Pemukiman penduduk Public area

Sumber: Hasil Analisis 2008

55..55..33 SSAATTUUAANN WWIILLAAYYAAHH PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN PPEESSIISSIIRR ((SSWWPP--PP)) TTIIMMUURR Wilayah SWP-P Timur meliputi 3 (tiga) kecamatan yang berada di pesisir timur Kabupaten Pacitan. Ketiga kecamatan tersebut adalah Kecamatan Sudimoro, Ngadirojo dan Tulakan. Letak kota yang tidak terlalu jauh

Page 63: 5.1 RENCANA PELESTARIAN KAWASAN LIINDUNGkabpacitan.jdih.jatimprov.go.id/download/Peraturan Daeran Kabupaten...RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5-1 Rencana pola ruang bagi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN 5 - 63

dari pantai menyebabkan Kecamatan Ngadirojo ditetapkan sebagai pusat SWP-P Timur. Karakteristik potensi wilayah ini adalah sektor perikanan, sehingga aktivitas perikanan tangkap dan budidaya di SWP-P ini ditetapkan menjadi sektor utama dengan jenis biota yang dapat dibudidayakan di lokasi ini adalah udang, lobster, ikan kerapu, rumput laut dan lain-lain.

Sektor-sektor pendukung yang dapat dikembangkan di SWP-P Timur adalah sektor pariwisata, jasa dan perdagangan, permukiman, sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan. Adapun lokasi dan peruntukan lahan di SWP-P Timur adalah sebagai berikut.

Tabel 5. 19 Rencana Pengembangan SWP-Pesisir Timur

No Lokasi Kawasan Lindung Kawasan Budidaya 1 Pantai Teluk Soge,

Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirejo

Sempadan Pantai Sempadan Sungai

Areal tambak udang ramah lingkungan (200 ha)

Kawasan wisata pantai tawang/ teluk soge

2 Teluk Siwil, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo

Kawasan revitalisasi/ reboisasi mangrove (4ha) jenis Rhizophora, sp.

3 Teluk Anakan Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadiarojo

Sempadan pantai Tebing pantai

TPI Tawang Budidaya Jaring Apung, Lobster dan Budidaya Rumput Laut

4 Pantai Taman, Desa Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo

Sempadan Sungai Lorok yang menjadi sumber sedimentasi Teluk Anakan

Perlindungan Sempadan Pantai

Pertambakan ramah lingkungan pada areal perkebunan kelapa

5 Tanjung tiangcentakan, Desa Pagerkidul Kecamatan Sudimoro

Kawasan tebing/ bukit dengan tanaman akasia (penghijauan)

Spot-spot terumbu karang

6 Pesisir Bawur, Desa Sukerejo, Kecamatan Sudimoro

Sempadan pantai Tebing pantai Sempadan sungai bawur

Pertambakan udang ramah lingkungan

Areal publik untuk taman wisata pesisir

Sumber: Hasil Analisis 2008

Pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil setiap orang secara langsung dan tidak langsung dilarang:

Menambang terumbu karang yang menimbulkan kerusakan ekosistem terumbu karang

Mengambil terumbu karang di kawasan konservasi

Menggunakan bahan peledak, bahan beracun, dan/atau bahan lain yang merusak ekosistem terumbu karang

Menggunakan peralatan, cara, dan metode lain yang merusak ekosistem terumbu karang

Menggunakan cara dan metode yang merusak ekosistem mangrove yang tidak sesuai dengan karakteristik wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

Melakukan konversi ekosistem mangrove di kawasan atau zona budidaya yang tidak memperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis pesisir dan pulau-pulau kecil

Menebang mangrove di kawasan konservasi untuk kegiatan industri, permukiman, dan/atau kegiatan lain

Menggunakan cara dan metode yang merusak padang lamun

Melakukan penambangan pasir, minyak, gas, dan mineral pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial, dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaran lingkungan dan/atau merugikan masyarakat sekitarnya

melakukan pembangunan fisik yang menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau merugikan masyarakat sekitarnya.