10
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No 1 Tahun 2015) ANALISIS PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PERSEDIAAN OBAT UNTUK PASIEN PENGGUNA BPJS (BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL) KESEHATAN DI RSUD (RUMAH SAKIT UMUM DAERAH) KABUPATEN BULELENG 1 Luh Arini, 1 Ni Luh Gd Erni Sulindawati, 2 Nyoman Trisna Herawati Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. E-mail :{[email protected], [email protected], [email protected],}@undiksha.ac.id Abstrak Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu. Adanya perubahan suatu program kesehatan tersebut merupakan suatu kebutuhan mengenai penerapan pengendalian intern yang cukup intensif karena sangat mempengaruhi suatu proses operasional rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan pengendalian intern terhadap persediaan obat untuk pasien pengguna BPJS Kesehatan di RSUD Kabupaten Buleleng. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan data primer dan sekunder. Analisis data yang dilakukan dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : Penerapan pengendalian intern terhadap persediaan obat untuk pasien pengguna BPJS Kesehatan di RSUD Kabupaten Buleleng secara keseluruhan sudah efektif. Kata kunci : Pengendalian Intern, Persediaan, BPJS Kesehatan, Rumah Sakit Abstract Hospital is an institution that provides health services for the society with its special characteristics that are influenced by the development of health knowledge, advances in technology, and the society social economic life. It has to keep being capable of improving its services. A change in the health program calls for an adequately intensive internal control implementation since it largely influences the operational process in the hospital. This study was aimed at analyzing the implementation of the internal control of the stock of drugs for patients of BPJS Kesehatan at RSUD Kabupaten Buleleng. This study used descriptive qualitative method using primary and secondary data. The data analysis was done using descriptive analysis. The results showed that the implementation of the internal control of the stock of drugs for patients of BPJS Kesehatan at RSUD Kabupaten Buleleng is generally effective.

54-5161-1-SM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

OBAT

Citation preview

Page 1: 54-5161-1-SM

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

ANALISIS PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PERSEDIAAN OBAT UNTUK PASIEN PENGGUNA BPJS (BADAN PENYELENGGARA

JAMINAN SOSIAL) KESEHATAN DI RSUD (RUMAH SAKIT UMUM DAERAH) KABUPATEN BULELENG

1Luh Arini,

1 Ni Luh Gd Erni Sulindawati, 2 Nyoman Trisna Herawati

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia.

E-mail :{[email protected], [email protected],

[email protected],}@undiksha.ac.id

Abstrak

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu. Adanya perubahan suatu program kesehatan tersebut merupakan suatu kebutuhan mengenai penerapan pengendalian intern yang cukup intensif karena sangat mempengaruhi suatu proses operasional rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan pengendalian intern terhadap persediaan obat untuk pasien pengguna BPJS Kesehatan di RSUD Kabupaten Buleleng. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan data primer dan sekunder. Analisis data yang dilakukan dengan analisis deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : Penerapan pengendalian intern terhadap persediaan obat untuk pasien pengguna BPJS Kesehatan di RSUD Kabupaten Buleleng secara keseluruhan sudah efektif.

Kata kunci : Pengendalian Intern, Persediaan, BPJS Kesehatan, Rumah Sakit

Abstract

Hospital is an institution that provides health services for the society with its special characteristics that are influenced by the development of health knowledge, advances in technology, and the society social economic life. It has to keep being capable of improving its services. A change in the health program calls for an adequately intensive internal control implementation since it largely influences the operational process in the hospital. This study was aimed at analyzing the implementation of the internal control of the stock of drugs for patients of BPJS Kesehatan at RSUD Kabupaten Buleleng. This study used descriptive qualitative method using primary and secondary data. The data analysis was done using descriptive analysis.

The results showed that the implementation of the internal control of the stock of drugs for patients of BPJS Kesehatan at RSUD Kabupaten Buleleng is generally effective.

Page 2: 54-5161-1-SM

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

Keywords: Internal Control, Stock, BPJS Kesehatan, Hospital.

PENDAHULUAN Rumah Sakit adalah suatu fasilitas

umum (public facility) yang berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan meliputi pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pemeliharaan, peningkatan dan pemulihan kesehatan secara paripurna. BPJS Kesehatan tidak untuk seluruh masyarakat Indonesia, namun hanya untuk mereka yang terdaftar sebagai peserta. Dengan adanya Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS Kesehatan bertujuan untuk memberikan perlindungan kesehatan agar setiap peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan. Pengertian definisi jaminan kesehatan, dengan prinsip asuransi sosial berdasarkan kegotongroyongan antara masyarakat kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan muda, serta yang beresiko tinggi dan rendah. Admin, (2014) Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi (1) pelayanan kesehatan tingkat pertama dan (2) pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang merupakan pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup administrasi pelayanan, pelayanan promotif dan preventif, pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis, tindakan medis non operatif, pelayanan obat dan bahan media habis pakai, transfuse darah sesuai dengan kebuthan medis, pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama, dan rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan yang merupakan pelayanan kesehatan mencakup (a) rawat jalan dan (b) rawat inap. Rawat jalan meliputi administrasi pelayanan, pemeriksaan pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis, tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis, pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, pelayanan alat kesehatan implant, pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis, rehabilitasi media, pelayanan darah, pelayanan kedokteran forensik, dan

pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan. Rawat inap meliputi perawatan inap non intensif dan pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Sebagai salah satu Instansi Pemerintah di Kabupaten Buleleng, RSUD memiliki tugas pokok yang wajib dilaksanakan. Peraturan Bupati Buleleng Nomor 60 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng Bagian Organisasi Setda Kabupaten Buleleng Tahun 2008 tersebut adalah “Mempunyai tugas pokok membantu tugas-tugas Bupati dalam bidang pelayanan kesehatan yang meliputi upaya penyembuhan, pemulihan, pencegahan, dan melaksanakan upaya rujukan”.

Selain tugas pokok, RSUD Kabupaten Buleleng memiliki fungsi tersendiri dari dibangunnya sebagai instansi pemerintah. Fungsi RSUD Kabupaten Buleleng (1) perumusan kebijakan teknis dibidang Pelayanan Kesehatan, berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati; (2) menyusun perencanaan yang meliputi usaha pelayanan media, upaya pencegahan akibat penyakit dan peningkatan pemulihan kesehatan, usaha perawatan, usaha pendidikan dan pelatihan serta usaha sistem rujukan; (3) pelaksanaan pelayanan medis, penunjang medis dan non medis, asuhan keperawatan dan rujukan; (4) penyelelnggaraan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan; (5) pelaksanaan pembinaan dan penyuluhan guna peningkatan teknis dibidang kesehatan; (6) penyelenggaraan administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan perlengkapan dilingkungan RSUD; dan (7) pengelolaan tata usaha Rumah Sakit Umum Daerah.

Sebagai suatu instansi pemerintah, RSUD Kabupaten Buleleng memiliki struktur organisasi dan juga dibagian instalasi farmasi yang memberikan ketertiban dalam menjalankan tugas dan meningkatkan kinerja aparatur-aparatur instansi terkait selain itu, merupakan instansi di lingkungan pemerintahan yang dibentuk, untuk dapat memberikan

Page 3: 54-5161-1-SM

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keutungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Terdapat suatu kegiatan utama dalam rumah sakit adalah sebuah pelayanan atau perawatan dimana akan mampu memberikan pelayanan yang maksimal jika persediaan obat yang dimiliki rumah sakit lengkap dan menunjang.

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigm drug oriented ke paradigm baru patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian).

Instansi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian di rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 547/Menkes/SK/VI/1994 dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian Siregar, 2004 dalam skripsi Yans Dwi Putri (2011).

Adapun tugas seorang apoteker di rumah sakit adalah melaksanakan kegiatan kefarmasian seperti mengawasi pembuatan, pengadaan, pendistribusian obat farmasi serta berperan dalam program pendidikan dan penelitian, pembinaan kesehatan masyarakat melalui pemantauan keamanan, efektifitas, efisiensi biaya dan ketepatan penggunaan obat oleh pasien.

Dengan demikian apoteker di rumah sakit dapat membantu tercapainya suatu pengobatan yang aman dan rasional yang berorientasi pada pasien dan bukan hanya berorientasi pada produk.

Pelayanan kefarmasian dibagi menjadi bagian yaitu (1) pelayanan farmasi minimal dan (2) pelayanan farmasi klinis. Pelayanan farmasi minimal dalam pelaksanaannya terdiri dari yaitu perbekalan, distribusi, dan administrasi . Perbekalan yang dilaksanakan oleh unit pelaksana IFRS yang meliputi pengadaan dan penyimpanan perbekalan farmasi. Pengadaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan dan anggaran serta menghindari kekosongan obat. Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan kegiatan pengaturan sediaan farmasi di dalam ruang penyimpanan, dengan tujuan untuk menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan dengan sifat obat, misalnya dalam hal suhu dan kelembaban. Distribusi merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan (1) efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada, (2) metode sentralisasi dan desentralisasi (3) sistem floor stock dan resep individu. Distribusi perbekalan farmasi dilakukan untuk melayani distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan dengan sistem persediaan UDD (Unit Dose Dispensing) di ruangan dan sistem resep perorangan. Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan, kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh IFRS. Sistem pelayanan distribusi yaitu sistem resep

Page 4: 54-5161-1-SM

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

perorangan dan sistem amprahan untuk ruangan yaitu pendistribusian perbekalan farmasi yang dilakukan dengan sistem amprahan yang dilakukan oleh ruang perawatan ke instalasi farmasi dengan menggunakan SBBK (Surat Bukti Barang Keluar). Administrasi yang teratur sangat dibutuhkan untuk menjamin terselenggaranya sistem pembukuan yang baik. Oleh karena itu, tugas administrasi di Instalasi Farmasi dikoordinir oleh kordinator yang berrtanggung jawab langsung kepada kepala IFRS. Pelayanan Farmasi Klinis merupakan praktek kefarmasian yang lebih berorientasi kepada pasien daripada orientasi kepada produk dengan penerapan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam membantu memaksimalkan efek obat dan meminimalkan toksisitas bagi pasien secara individual.

Persediaan memegang peranan penting penting agar perusahaan dapat berjalan dengan baik. Persediaan pada suatu perusahaan adalah barang-barang yang harus ada sebelum barang tersebut dibutuhkan dan merupakan salah satu unsur aktiva lancar aktif dalam operasi perusahaan, yang secara kontinyu diperoleh kemudian di jual kembali. Persediaan (inventory) adalah salah satu elemen utama dari modal kerja dan merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, yang secara terus menerus mengalami perubahan. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan berhadapan dengan risiko yaitu perusahaan pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan (Agus, 2003). Dengan kata lain, persediaan adalah kelebihan jumlah yang diadakan di atas jumlah yang digunakan. Selama belum digunakan persediaan itu sebenarnya merupakan sumber daya yang menganggur, namun tidak berarti bahwa sumber daya yang menggangur itu tidak bermanfaat. Persediaan tersebut berguna sebagai alat untuk berjaga-jaga agar tidak ada permintaan atau kebutuhan di masa depan yang tidak dapat terpenuhi (Pontas M. 2005).

Persediaan obat dalam suatu rumah sakit merupakan hal utama karena persediaan obat merupakan suatu hal bagian yang mempengaruhinya suatu

operasional rumah sakit. Berdasarkan uraian tersebut, perlakuan akuntansi tentang persediaan obat harus diterapkan oleh pihak rumah sakit untuk menciptakan suatu kelancaran dalam kegiatan operasional dari rumah sakit. Pengelolaan persediaan obat dimulai adanya pembelian, penyimpanan, prosedur permintaan dan pengeluaran barang, sampai dengan sistem perhitungan dan prosedur pemusnahan persediaan obat.

Penelitian yang mengamati perlakuan akuntansi persediaan oleh Yans Dwi Putri Pamungkas tentang pengendalian intern persediaan obat untuk pasien dinas di rumah sakit tingkat II DR. Soedjono Magelang tahun (2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan sudah sesuai dengan unsur pengendalian intern. Eka Saputra (2007) meneliti perlakuan akuntansi persediaan obat-obatan dan alat kesehatan pada rumah sakit Panti Waluyo Surakarta. Dari hasil penelitian Eka sesuai dengan PSAK No. 14. Penelitian yang dilakukan oleh Petty Aprilia Sari (2013) tentang Analisis Pengendalian Intern Persediaan Obat untuk Pasien Umum di Klinik Ibu Tanjungpinang hasil penelian menunjukkan efektif.

Pengendalian intern bagi suatu perusahaan atau instansi merupakan suatu keharusan. Bersamaan dengan kewajiban audit laporan keuangan, direksi wajib memberikan pernyataan tentang kecukupan sistem pengendalian perusahaan yang dikelolanya serta model/framework mana yang diadopsi (atau sepenuhnya didesain sendiri), dan wajib diaudit oleh auditor ekstern. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2001) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa pengendalian intern adalah Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan untuk (1) keandalan pelaporan keuangan, (2) efektivitas dan efesiensi operasi, dan (3) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Faktor-faktor yang menyebabkan makin pentingnya sistem pengendalian intern yaitu perkembangan kegiatan dan skalanya menyebabkan kompleksitas struktur, sistem

Page 5: 54-5161-1-SM

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

dan prosedur suatu organisasi semakin rumit. Untuk dapat mengawasi operasi organisasi, manajemen hanya mengandalkan kepercayaan atas berbagai laporan dan analisa.

Sistem dibuat untuk mencapai tujuan tertentu dan tujuan dibuat melalui berbagai penerapan strategi alokasi sumber ekonomi secara efektif dan efisien. Efektivitas mengukur kesesuaian antara keluaran sistem dengan tujuan sedangkan efisiensi menjelaskan rasio antara masukan dan keluaran sistem tersebut. Dengan demikian suatu sistem pengendalian yang baik harus mampu mengendalikan operasi perusahaan secara efektif dan efisien.

RSUD Kabupaten Buleleng merupakan salah satu Rumah Sakit di Bali Utara yang menjadi pilihan utama masyarakat. RSUD Buleleng memiliki beberapa poli, yaitu poli penyakit dalam, poli kebidanan, poli anak, poli jantung, poli jiwa, poli kulit dan kelamin, poli syaraf, poli mata, poli THT, poli gigi, poli paru, VCT, UGD, selain itu memiliki beberapa kamar Rawat Inap dimulai dari kelas 2 sampai Kamar Rawat Inap VIP. RSUD Buleleng mengemban tugas abdi Negara bertekad dan berjanji setia memberi pelayanan yang nyata serta menyehatkan generasi untuk Membangun Buleleng. Rumah sakit umum daerah memiliki persediaan antara lain BHP dan persediaan obat, salah satunya persediaan obat. Terdapat 3 jenis pengadaan persediaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten Buleleng yang dibedakan menurut jenis pasien meliputi persediaan obat untuk pasien BPJS Kesehatan, persediaan obat untuk pasien Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dan untuk pasien Umum.

Dengan adanya suatu pergantian nama dari suatu program kesehatan yaitu bermula askes menjadi BPJS Kesehatan merupakan suatu inovasi bagi penulis. Program ini merupakan bukan hal yang pertama dialami pihak rumah sakit di dalam melayani pasien dengan jenis program terbaru yaitu BPJS Kesehatan. Mengenai program sebelumnya yaitu askes dalam menjalankan operasionalnya, pihak rumah sakit kemungkinan mengalami suatu perubahan yang drastis mengenai pengendalian intern di masing-masing

program yang dijalankan. Program BPJS Kesehatan ini yaitu program yang cukup luas dalam arti bukan hanya untuk penerima upah tetapi untuk non penerima upah juga bisa ikut serta dalam program ini. Adanya perubahan program pemerintah tersebut merupakan suatu kebutuhan mengenai penerapan pengendalian intern yang cukup intensif karena sangat mempengaruhi suatu proses operasional rumah sakit.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah penerapan pengendalian intern terhadap persediaan obat untuk pasien pengguna BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng ? METODE

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Analisis penelitian dilakukan dengan metode deskriptif yang memiliki tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian ini dimulai dari melakukan verifikasi data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, tulisan/artikel. Kemudian peneliti juga melakukan data primer yaitu mengunjungi lokasi penelitian untuk melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci yang berkompeten dan telah menguasai dalam bidang pengelolaan persediaan obat untuk pasien pengguna BPJS Kesehatan. Pemilihan informan bertujuan untuk mendapatkan jawaban utama dari masalah-masalah yang ada.

Teknik analisis data dilakukan dengan mereduksi data-data yang terkumpul, baik dari hasil wawancara maupun catatan tertulis di lapangan. Kemudian penyajian data dilakukan dan dilanjutkan dengan menarik kesimpulan. Teknik ini mengikuti teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dengan model interaktif dalam Putra (2011, 204) yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan menarik kesimpulan (verifikasi) yang merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dan bisa

Page 6: 54-5161-1-SM

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

berlangsung sampai mendapatkan hasil penelitian akhir, yang bersifat sarat makna dan holistik, dalam konteks pemberian jawaban terhadap masalah yang dikaji..

HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur RSUD Kabupaten Buleleng

RSUD kabupaten Buleleng adalah salah satu organisasi sektor publik. Struktur organisasi yang dimiliki oleh Rumah Sakit sama halnya dengan organisasi sektor publik lainnya, yaitu birokratis dan bertingkat. Setiap bidang dikepalai oleh satu wadir. Selanjutnya masing-masing wadir yang ada akan dibagi ke dalam beberapa seksi yang nantinya akan mempertanggungjawabkan tugasnya kepada wadir. Kemudian kepala bidang wadir akan menyampaikan hasilnya dan bertanggung jawab kepada Direktur.

Struktur organisasi Rumah Sakit Umum Daerah terdiri dari Direktur, Wadir Pelayanan, Wadir Sumber Daya Manusia, Wadir Keuangan. Wadir dan seksinya masing-masing akan menyusun program kerja sesuai dengan bidanganya. Mengkhusus di bagian instalasi farmasi struktur organisasi terdiri dari Direktur, Wadir Pelayanan. KA Farmasi, Kaur Gudang, Kaur Distribusi, Kaur Farmasi Klinik dan Kaur Pengendalian Mutu.

Dalam penelitian dilakukan wawancara dan klarifikasi mengenai pengendalian intern terhadap persediaan obat untuk pasien pengguna BPJS Kesehatan. Dalam hal ini, yang menjabat sebagai Kepala Instalasi Farmasi adalah Dra. Anak Agung Rai Suci, Apt sedangkan untuk Kaur Gudang bernama Wayan Sadia, S.Si.,Apt dan Kepala Umum dan SDM bernama I Gede Sumertha S.Sos. Bagian Umum & SDM (Sumber Daya Manusia)

Bagian ini bertanggung jawab memberikan informasi mengenai hal-hal yang mengenai ketentuan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng baik mengenai dari hal tata tertib, tugas pokok di masing- masing kedudukan dan ketentuan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan operasional rumah sakit yang mampu menciptakan kondisi yang sesuai dari tujuan yang ditentukan.

Bagian Gudang dan Pengadaan Perlengkapan

Bagian ini bertanggungjawab mengenai pengelolaan persediaan obat untuk pasien pengguna BPJS Kesehatan. Persediaan obat untuk pasien penggunna BPJS Kesehatan berasal dari Fornas (Formularium Nasional). Obat diterima oleh bagian gudang yang dilanjutkan dengan pengecekan apakah obat yang diterima sesuai dengan transaksi selanjutnya petugas menerima obat-obatan tersebut dengan membubuhkan tandatangan sebagai tanda bahwa telah diterima dan dicek oleh bagian gudang. Metode yang digunakan dalam penyimpanan persediaan obat menggunakan 2 metode FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) dan pencatatan dilakukan di kartu stock untuk memudahkan dalam pengecekan.

Pengeluaran obat dilakukan atas permintaan apotik. Petugas apotik menyusun daftar obat apa saja yang diperlukan di dalam buku permintaan obat lalu menyerahkan buku kepada petugas bagian gudang. Bagian gudang melakukan pengecekan terhadap persediaan obat apakah tersedia atau tidak, jika tersedia dilanjutkan dengan pencatatan dalam buku keluar obat yang keluar dari gudang dan ditandatangani oleh petugas yang mengambil obat tersebut, jika obat yang diperlukan tidak tersedia, maka petugas bagian gudang membuat daftar obat tersebut dan melaporkannya ke bagian perlengkapan. Stock opname dilakukan setiap satu bulan sekali untuk memudahkan dalam pengecekan obat dalam masa pakainya. Bagian Apotik

Bagian ini bertanggungjawab dalam melayani permintaan obat yang ditujukan untuk pasien sesuai dengan resep dari dokter atau permintaan, baik untuk pasien rawat jalan dan rawat inap. Mengenai prosedur secara rinci pula dijelaskan oleh Sadia yang merupakan kepala gudang yang selalu berkaitan langsung dengan bagian apotik.

Page 7: 54-5161-1-SM

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

Pengendalian Intern terhadap Persediaan Obat untuk Pasien pengguna BPJS Kesehatan Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian persediaan obat pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng di analisa dan evaluasi berdasarkan faktor-faktor yang menyusun lingkungan pengendalian dari instansi meliputi (1) nilai integritas dan etika, di RSUD integritas dan etika yang diterapkan sudah efektif dapat dilihat dengan adanya berbagai aturan dari aturan absen, pakaian dan aturan lainnya yang dinyatakan bagian Umum dan SDM oleh Sumertha dalam rangka menunjang disiplin kerja pegawai (absensi, apel, pakaian dan jam kerja, serta disiplin administrasi, diharapkan kepada Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Kontrak di Lingkungan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng untuk mengikuti pelaksaan absensi sidik jari (elektronik), absensi manual harian, apel harian pagi, apel krida, apel paripurna dan pelaksanaan kerja harian di masing-masing bagian, unit serta ruangan, (2) dalam Komitmen terhadap Kompetensi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng dalam pengrekrutan atau penerimaan pegawai sebagian merupakan keputusan pusat dengan suatu tes atau bisa disebut melalui prosedur yang di dalamnya terdapat berbagai ketentuan yang sesuai dengan posisi, kedudukan serta kemampuan di masing-masing individu dan tentu menghasilkan suatu komitmen terhadap kompetensi yang efektif. Dikuatkan dengan adanya surat tugas Nomor, 800 / 1064 / RSUD (3) dewan komisaris dan komite Audit, secara periodik pihak dari dinas kesehatan melakukan pemeriksaan dengan istilah “Pengawasan Medik” sebagai upaya pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan operasional di RSUD di Kabupaten Buleleng, (4) filosofi dan gaya manajemen operasi, filosofi manajemen yang diterapkan di RSUD Kabupaten Buleleng, mengkhusus di bagian farmasi yang dalam hal ini bertanggung jawab atas keluar masuknya obat mendukung dalam menciptakan lingkungan pengendalian yang memadai, yang dapat dilihat dengan adanya keseriusan petugas dalam

mengupayakan kebutuhan terhadap seluruh obat maupun alat kesehatan yang diperlukan oleh pasien pengguna BPJS Kesehatan, gaya operasi manajemen menekankan pentingnya laporan-laporan yang menunjukkan informasi yang benar/wajar tentang transaksi yang berhubungan dengan persediaan obat untuk pasien pengguna BPJS Kesehatan, baik laporan pengeluaran, laporan penerimaan obat, laporan stock opname. Dalam hal ini laporan-laporan tersebut dihasilkan melalui prosedur-prosedur yang telah ditetapkan serta sudah mendukung oleh bukti-bukti kompeten yang cukup, sehingga tercipta lingkungan pengendalian yang efektif, (5) struktur organisasi, struktur organisasi di RSUD Kabupaten Buleleng, khususnya bagian instalasi farmasi telah dirancang dan disusun dengan baik sesuai dengan unsur-unsur struktur organisasi meliputi spesifikasi aktivitas, standarisasi aktivitas, koordinasi aktivitas, sentralisasi aktivitas, dan ukuran unit kerja, (6) pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab, yang merupakan pengembangan dari struktur organisasi, yang secara garis besar di wujudkan dalam bentuk pemisahan fungsi-fungsi. Sesuai dengan Peraturan Bupati Buleleng Nomor 60 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng Bagian Organisasi Setda Kabupaten Buleleng Tahun 2008. Dengan adanya pemisahan fungsi pada RSUD Kabupaten Buleleng dan khususnya pada farmasi, maka manajemen pada tingkat yang lebih tinggi dapat menilai bagian-bagian yang dipimpinnya, apakah setiap staf atau karyawan melaksanakan tugasnya dengan baik dan sesuai fungsinya, (7) metode manajemen merupakan metode yang digunakan oleh manajemen untuk memantau aktivitas setiap fungsi, disini kepala farmasi melakukan pengecekan terhadap transaksi yang terjadi yang dilengkapi dengan bukti-bukti yang terkait dengan transaksi berlangsung. Bukti berupa transaksi yaitu berupa contoh resep yang digunakan oleh pasien dalam memesan obat yang nantinya diotorisasi langsung oleh Kepala Instalasi farmasi dan dilakukan penyimpanan arsip tersebut yang berwarna kuning untuk

Page 8: 54-5161-1-SM

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

memudahkan melakukan pengecekan setiap transaksi, (8) kebijakan dan praktik sumber daya manusia, penerimaan karyawan di RSUD Kabupaten Buleleng merupakan perekrutan yang ditentukan oleh pusat karena sebagian merupakan PNS, Kontrak dan sejenisnya. Mengenai hal ini penulis tidak memperoleh informasi secara detail. Penilaian Risiko RSUD Kabupaten Buleleng menilai persediaan farmasi atau obat-obatannya khusus untuk pasien pengguna BPJS Kesehatan dengan memperhatikan masa pakainya karena persediaan obat merupakan barang yang harus digunakan sebelum tanggal penggunaannya. Apabila tiba masa kadaluarsa dari obat tersebut, akan mengakibatkan risiko dengan menimbulkan kerugian bagi intansi terkait. Untuk mengatasi hal tersebut, pihak farmasi membuat suatu kebijakan yang biasa disebut dengan stock opname yang dilakukan sekali dalam sebulan dan menggunakan 2 metode dalam hal ini yaitu FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out)yang sesuai dengan kondisi dari situasi dari keterangan obat(kadaluarsanya). Serta terdapat pula ungkapan dari bagian Kepala Farmasi oleh Anank Agung yaitu “Penentuan risiko persediaan obat, dilakukan atas pertimbangan masa kadaluarsa obat, yang diatasi dengan melaksanakan metode FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) dalam penyimpanan obat-obatan, sehingga resiko kadaluarsa dapat diperkecil. Serta sebelum minimnya persediaan sudah dilakukan pemesanan oleh bagian gudang ke bagian pengadaan perlengkapan mengenai persediaan obat pasien pengguna BPJS Kesehatan untuk menjaga adanya keterlambatan dalam menangani pemesan obat oleh pasien. Untuk maximalnya agar tidak terjadi penumpukan persediaan obat yang mengakibatkan risiko dalam persediaan”. Informasi dan Komunikasi

Sistem informasi dan komunikasi yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng khususnya bagian instalasi farmasi sudah efektif. Hal

ini dapat terlihat dari penyusunan prosedur yang jelas termasuk prosedur pengawasan persediaan obat, khususnya untuk pasien pengguna BPJS Kesehatan, yang melibatkan beberapa fungsi terkait, dokumen dan catatan yang diperlukan serta laporan yang dihasilkan dan pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus di dasarkan atas laporan sumber yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang diotorisasi oleh pihak yang memiliki wewenang tersebut. Adapun uraian prosedurnya yang terdapat dalam Standar prosedur Operasional meliputi Pasien Rawat Inap dan Paien rawat Jalan yaitu Nomor Dokumen 440/0031/MPO/RSUD, Nomor Revisi 01, Halaman 1/3 dan Nomor Dokumen 440/0032/MPO/RSUD, Nomor Revisi 01, Halaman 1/3.

Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian persediaan obat untuk pasien pengguna BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng dianalis dengan 4 unsur yaitu (1) review kinerja ditujukan untuk menilai sejauh mana keberhasilan pelaksanaan suatu pekerjaan, sesuai dengan yang diteliti oleh penulis dengan waktu yang bisa dikatakan singkat secara garis besar, kinerja yang dilaksanakan di Instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng sudah efektif yaitu adanya laporan stock opname tiap bulannya, (2) pengendalian pengelolaan informasi meliputi organisasi pusat pengolahan data, prosedur, dan standar untuk perubahan program, pengembangan sistem dan pengoperasian fasilitas pengolahan data. Pada RSUD Kabupaten Buleleng mengenai pengendalian pengelolaan informasi sudah berjalan baik yaitu pengoperasian fasilitas pengolahan data dengan menggunakan sistem manual terdapat pula sistem komputer yang difasilitas untuk menunjang kinerja dalam setiap posisi, (3) pengendalian Fisik, Sesuai yang diteliti oleh penulis untuk penyimpanan dokumen dan catatan penting di Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten Buleleng khususnya bagian instalasi farmasi terdapat beberapa almari di setiap bagian tertentu untuk dokumen 1 atau dokumen yang lainnya. Ini dilakukan

Page 9: 54-5161-1-SM

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

disamping untuk aman dapat membantu kinerja untuk lebih efektif dan efisien dalam mencari suatu dokumen yang diperlukan dalam waktu tertentu, (4) pemisahan Tugas, di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng khususnya bagian instalasi farmasi, mengadakan pemisahan tugas sudah efektif mengenai persediaan obat khususnya pasien pengguna BPJS Kesehatan sesuai dengan ungkapan pleh bagian gudang, dalam setiap unit/tugas memiliki penetapan dan tanggungjawab masing-masing, yang merupakan suatu entitas yang kita jalankan dimana untuk menciptakan tanggung jawab yang sesuai dalam hal ini mengkhusus dalam persediaan obat. Penetapan dan tanggungjawabnya sangat baik bilamana dilihat dari segi dimasing-masing tugas sudah ditangani oleh masing-masing generation yang berkecimpung dengan keahliannya. Pemantauan

Pemantauan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng khususnya dibagian instalasi farmasi, sehubungan dengan keluar masuknya obat dengan memantau dan memeriksa secara rutin pelaksanaan kerja dari fungsi-fungsi yang terkait yang dilakukan oleh bagian gudang dan bagian pengadaan perlengkapan apabila adanya pemesan dari pihak gudang akan dilaksanakan oleh pihak pengadaan perlengkapan untuk memesan obat yang diperlukan oleh pihak gudang. Pemantauan atas persediaan obat untuk pasien pengguna BPJS Kesehatan secara khusus meliputi penilaian dan penganalisaan laporan stock opname

setiap bulannya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat

agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dan dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, perlu mengatur Rumah Sakit dengan Undang-Undang. Sehingga, akan ditemukan hal-hal khusus dalam perlakuan akuntansi sebagai instrumen untuk mewujudkan pengendalian intern rumah sakit.

Dari hasil penelitian, analisis dan pembahasan maka dari penulisan skripsi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, penerapan pengendalian intern terhadap persediaan obat untuk pasien pengguna BPJS Kesehatan di RSUD Kabupaten Buleleng secara keseluruhan dilaksanakan dengan baik sesuai dengan unsur-unsur dari pengendalian intern berdasarkan refensi yang ada, namun secara periodik memiliki Pengawasan Medik (pihak kesehatan) untuk melakukan pemeriksaan sebagai upaya pengawasan terhadap pelaksanaan operasional di RSUD kabupaten Buleleng.

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada RSUD Kabupaten Buleleng khususnya bagian farmasi instansi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng kedepannya perlu adanya pembentukan Dewan Komisaris dan Komite Audit agar terciptanya kualitas pengawasan baik secara internal dan eksternal lebih ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Admin BPJS. 2014. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan. Tersedia di: http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/12. [Diakses tanggal: 28 Januari 2015, waktu 19:10 Wita].

Ahyari, Agus. 2003. Efisiensi Persediaan Bahan. Yogyakarta: BPFE.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Page 10: 54-5161-1-SM

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No 1 Tahun 2015)

Pamungkas, Yans Dwi Putri. 2011. Pengendalian Intern Persediaan Obat untuk Pasien Dinas di Rumah Sakit Tingkat II DR. Soedjono Magelang. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran.

Pardede, Pontas M. 2005. Manajemen Operasi dan Produksi: Teori, Model dan Kebijakan. Yogyakarta: Andi.

Putra, Nusa. 2011. Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks.

Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan, No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit 2004.

-------. 2009. Undang-Undang No, 44 tahun

2009 tentang Rumah Sakit 2009.

Saputra, Eka. 2007. Perlakuan Akuntansi Persediaan Obat-obatan dan Alat-alat Kesehatan pada Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas Slamet Riyadi.

Sari, Petty Aprilia. 2013. Analisis Pengendalian Intern Persediaan Obat-obatan untuk Pasien Umum di Klinik Ibumas Tanjungpinan. Skripsi. Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji.