6
 BLUD RUMAH SAKIT  Artikel kali ini akan membahas tentang Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Pada beberapa daerah banyak  yang masih keliru memahami BLUD. Ada beberapa pertanyaan yang sering dilontarkan oleh pegawai di daerah  yang mana satuan kerjanya mau dijadikan BLUD . Salah satu pertanyaannya adalah apakah BLUD hanya untuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan apakah BLUD tersebut sama dengan BUMD?  Pengertian BLUD diatur dalam Pasal 1 angka 1 Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelay anan kepada mas yara kat berup a penye diaa n bara ng dan/ ata u jasa yang dijual tanp a meng utamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.  BLUD bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan menc erdas kan kehi dupa n ban gsa deng an memb erika n fleks ibil itas dal am peng elola an keua ngan  berdasarkan p rinsip ekonomi da n produktivit as, dan penera pan praktek bis nis yang sehat .  BLUD menurut jenisnya terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. BLU yang kegi ata nny a me nye dia kan bara ng atau jas a mel ipu ti rumah sakit , lemba ga pen did ika n, pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain; 2. BLU yang keg iata nnya men gelol a wilay ah atau kawa san melip uti otorit a pengemb anga n wilaya h dan kawasan ekonomi terpadu (Kapet); dan 3. BLU yan g kegiata nnya men gelol a dana khus us melipu ti pengelo la dana ber guli r, dana UKM, penerusa n pinjaman dan tabungan pegawai. Pembahasan ini dipersempit menjadi pembahasan mengenai BLUD khusus RSUD tentang pedoman akuntansi dan pelaporan keuangan BLUD. Sebagaimana diatur berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keua ngan Bad an Lay anan Umum, PMK No. 76/P MK.0 5/200 8 tent ang Pedo man Akun tans i Dan Pela poran Keuangan Badan Layanan Umum, dan khus us untu k RSUD, penge lola an keua ngan nya haru s mengacu dan  berdasarkan Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.  RSUD yang tela h menj adi BLUD menggu nakan stan dar pela yan an min imum yang ditet apka n oleh Kepa la Daer ah dan haru s memp ertimban gkan kual itas laya nan, pemer ataa n dan keset araa n laya nan , biay a serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Standar pelayanan minimal tersebut harus memenuhi persyaratan,  yaitu : 1. Fokus pa da jenis pel ayan an, dala m arti meng utamaka n kegiata n pelaya nan yan g menunj ang terwujudnya tugas dan fungsi BLUD; 2. Ter uku r, mer upa ka n keg iat an yan g pen cap aia nny a dap at din ila i ses uai denga n sta nda r ya ng tel ah ditetapkan; 3. Dap at dicapa i, merupa kan kegia tan nyat a yang dapat dih itun g tingka t pencapa iann ya, rasi onal ses uai kemampuan dan tingkat pemanfaatannya; 4. Relev an dan dapa t dianda lkan , merupa kan kegia tan yang seja lan, berk aita n dan dapat diper caya unt uk menunjang tugas dan fungsi BLUD; 5. Tepa t waktu , merupa kan kese suai an jadwal dan kegi atan pel ayan an yang tel ah ditet apka n. RSUD yang telah menjadi BLUD dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif  yang disusun atas dasar perhitungan bia ya per unit layan an atau has il per investasi dana . Tarif layan an diusulka n

54294491-BLUD-RUMAH-SAKIT

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 54294491-BLUD-RUMAH-SAKIT

5/11/2018 54294491-BLUD-RUMAH-SAKIT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54294491-blud-rumah-sakit 1/6

 

BLUD RUMAH SAKIT

 Artikel kali ini akan membahas tentang Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Pada beberapa daerah banyak 

 yang masih keliru memahami BLUD. Ada beberapa pertanyaan yang sering dilontarkan oleh pegawai di daerah

 yang mana satuan kerjanya mau dijadikan BLUD . Salah satu pertanyaannya adalah apakah BLUD hanya untuk 

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan apakah BLUD tersebut sama dengan BUMD? 

Pengertian BLUD diatur dalam Pasal 1 angka 1 Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit

Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan

mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

 

BLUD bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan

umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan

 berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat.

 

BLUD menurut jenisnya terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau jasa meliputi rumah sakit, lembaga pendidikan,

pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain;

2. BLU yang kegiatannya mengelola wilayah atau kawasan meliputi otorita pengembangan wilayah dan

kawasan ekonomi terpadu (Kapet); dan

3. BLU yang kegiatannya mengelola dana khusus meliputi pengelola dana bergulir, dana UKM, penerusan

pinjaman dan tabungan pegawai.

Pembahasan ini dipersempit menjadi pembahasan mengenai BLUD khusus RSUD tentang pedoman akuntansi

dan pelaporan keuangan BLUD. Sebagaimana diatur berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum, PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan

Keuangan Badan Layanan Umum, dan khusus untuk RSUD, pengelolaan keuangannya harus mengacu dan

 berdasarkan Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum Daerah.

 

RSUD yang telah menjadi BLUD menggunakan standar pelayanan minimum yang ditetapkan oleh Kepala

Daerah dan harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta

kemudahan untuk mendapatkan layanan. Standar pelayanan minimal tersebut harus memenuhi persyaratan,

 yaitu :

1. Fokus pada jenis pelayanan, dalam arti mengutamakan kegiatan pelayanan yang menunjang

terwujudnya tugas dan fungsi BLUD;

2. Terukur, merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan;

3. Dapat dicapai, merupakan kegiatan nyata yang dapat dihitung tingkat pencapaiannya, rasional sesuai

kemampuan dan tingkat pemanfaatannya;

4. Relevan dan dapat diandalkan, merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan dapat dipercaya untuk 

menunjang tugas dan fungsi BLUD;

5. Tepat waktu, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah ditetapkan.

RSUD yang telah menjadi BLUD dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa

layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif 

 yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana. Tarif layanan diusulkan

Page 2: 54294491-BLUD-RUMAH-SAKIT

5/11/2018 54294491-BLUD-RUMAH-SAKIT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54294491-blud-rumah-sakit 2/6

 

oleh RSUD kepada Kepala Daerah dan kemudian ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Tarif layanan yang

diusulkan dan ditetapkan tersebut harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kontinuitas dan pengembangan layanan;

2. Daya beli masyarakat;

3. Asas keadilan dan kepatutan; dan4. Kompetisi yang sehat.

Dengan terbitnya PP No. 23 Tahun 2005, RSUD mengalami perubahan menjadi BLUD. Perubahan ini berimbas

pada pertanggungjawaban keuangan sehingga harus mengikuti standar akuntansi keuangan yang pengelolaannya

mengacu pada prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi dan efisiensi. Anggaran yang akan disusun pun harus

 berbasis kinerja.

 

Penyusunan anggaran rumah sakit harus berbasis akuntansi biaya yang didasari dari indikator input, indikator

proses dan indikator output, sebagaimana diatur berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005 ,PMK No.

76/PMK.05/2008 dan Permendagri No. 61 Tahun 2007. BLUD sebagai satuan kerja atau unit kerja dalam satuan

kerja di lingkungan Pemerintah Daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa

penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan merupakan organisasi

pemerintahan yang bersifat nirlaba. Sesuai dengan Pasal 26 ayat (2) PP No. 23 Tahun 2005 yang menyebutkan

 bahwa “Akuntansi dan laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang

diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia” dan dipertegas lagi dalam pasal 116 ayat (1) Permendagri

61 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa BLUD menyelenggarakan akuntansi dan laporan keuangan sesuai

dengan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia untuk 

manajemen bisnis yang sehat

 

Ketentuan ini menimbulkan inkonsistensi, karena BLUD merupakan satuan kerja pemerintahan yang seharusnya

menggunakan PSAP atau Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana diatur menurut PP No. 24 Tahun 2005

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, namun dalam PP No. 23 Tahun 2005 dan Permendagri No.61 Tahun

2007 menggunakan PSAK (Standar Akuntansi Keuangan) yang berasal dari IAI. Sebagai organisasi

kepemerintahan yang bersifat nirlaba, maka RSUD semestinya juga menggunakan SAP bukan SAK.

Laporan keuangan RSUD yang disusun oleh manajemen sebagai bentuk penyampaian laporan keuangan suatu

entitas. Laporan keuangan tersebut merupakan penyampaian informasi kepada pihak-pihak yang

 berkepentingan terhadap entitas tersebut, sehingga isi pelaporan keuangan RSUD harus mengikuti ketentuan

untuk pelaporan keuangan sebagaimana diatur menurut SAK, yaitu sebagai organisasi nirlaba (PSAK No. 45) dan

menyanggupi untuk laporan keuangannya tersebut diaudit oleh auditor independen.

 

 Adapun Laporan Keuangan RSUD sebagai BLUD yang disusun harus menyediakan informasi untuk:

1. Mengukur jasa atau manfaat bagi entitas yang bersangkutan;

2. Pertanggungjawaban manajemen rumah sakit (disajikan dalam bentuk laporan aktivitas dan laporan

arus kas);

3. Mengetahui kontinuitas pemberian jasa (disajikan dalam bentuk laporan posisi keuangan);

4. Mengetahui perubahan aktiva bersih (disajikan dalam bentuk laporan aktivitas).

Sehingga, laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah mencakup sebagai berikut:

1. Laporan posisi keuangan (aktiva, utang dan aktiva bersih, tidak disebut neraca). Klasifikasi aktiva dan

kewajiban sesuai dengan perusahaan pada umumnya. Sedangkan aktiva bersih diklasifikasikan aktiva

 bersih tidak terikat, terikat kontemporer dan terikat permanen. Yang dimaksud pembatasan permanen

adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh penyumbang. Sedangkan

pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang

Page 3: 54294491-BLUD-RUMAH-SAKIT

5/11/2018 54294491-BLUD-RUMAH-SAKIT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54294491-blud-rumah-sakit 3/6

 

menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai pada periode tertentu atau sampai

dengan terpenuhinya keadaan tertentu;

2. Laporan aktivitas (yaitu penghasilan, beban dan kerugian dan perubahan dalan aktiva bersih);

3. Laporan arus kas yang mencakup arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas

pendanaan;

4. Catatan atas laporan keuangan, antara lain sifat dan jumlah pembatasan permanen atau temporer. danperubahan klasifikasi aktiva bersih.

Dalam hal konsolidasi laporan keuangan RSUD dengan laporan keuangan pemerintah daerah, maka RSUD

sebagai BLUD mengembangkan sub sistem akuntansi keuangan yang menghasilkan Laporan Keuangan sesuai

dengan SAP hal ini dijelaskan dalam Pasal 6 ayat (4) PMK No.76/PMK.05/2008. Berdasarkan PMK No.

76/PMK.05/2008 sesuai pula dengan Pasal 27 PP No. 23 tahun 2005, maka RSUD dalam rangka

pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan dan kegiatan pelayanannya, menyusun dan menyajikan:

1. Laporan Keuangan; dan

2. Laporan Kinerja.

Laporan Keuangan tersebut paling sedikit terdiri dari:

1. Laporan Realisasi Anggaran dan/atau Laporan Operasional;

2. Neraca;

3. Laporan Arus Kas; dan

4. Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan Keuangan RSUD sebelum disampaikan kepada Pemerintah Daerah sebagai entitas pelaporan harus

direviu oleh satuan pemeriksaan intern, namun dalam hal tidak terdapat satuan pemeriksaan intern, reviu

dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah daerah (Inspektorat Daerah). Reviu ini dilaksanakan secara

 bersamaan dengan penyusunan Laporan Keuangan BLUD. Sedangkan Laporan Keuangan tahunan BLUD diaudit

oleh BPK-RI.

 

Kesimpulan bagi RSUD yang menerapkan BLUD adalah:

1. Membuat standar pelayanan minimal yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah

2. Menyusun standar biaya bagi kegiatan yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah

3. Menyusun laporan keuangan menggunakan dasar accrual yang mengacu kepada PSAK 45 yang

dikeluarkan oleh IAI

4. Untuk konsolidasi laporan keuangan dengan laporan keuangan Pemerintah Daerah, RSUD juga harus

membuat sub sistem akuntansi berdasarkan SAP

5. Laporan Keuangan harus diaudit oleh eksternal auditor dalam hal ini adalah BPK-RI

Demikian pemahaman tentang BLUD khususnya untuk RSUD. Dalam artikel selanjutnya saya akan membahas

pengelolaan keuangan BLUD berdasarkan Permendagri No. 61 Tahun 2007.

Page 4: 54294491-BLUD-RUMAH-SAKIT

5/11/2018 54294491-BLUD-RUMAH-SAKIT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54294491-blud-rumah-sakit 4/6

 

Sebelumnya saya ucapkan terima kasih banyak telah mengakses blog ini dan tidak lupa mengucapkan Dirgahayu

Republik Indonesia Ke 64. Artikel kali ini akan mengulas mengenai pemeriksaan kas sebagai patokan untuk 

menentukan selisih lebih perhitungan anggaran (SILPA).

Terkait dengan dua artikel sebelumnya yang banyak membicarakan kas. Kas dalam akuntansi pemerintahan

identik dengan Silpa. Silpa menjadi acuan dalam penyusunan APBD. Karena Silpa merupakan hal terpenting

dalam laporan keuangan pemerintah daerah maka dalam melakukan pemeriksaan silpa harus mendapatperhatian yang lebih mendalam.

1.

Langkah Pemeriksaan Kas secara sederhana berikut dapat membantu kita untuk menentukan silpa

secara cepat.

2.

Lakukan scanning yaitu melihat sepintas dan menyeluruh laporan keuangan yang disajikan oleh auditee

(Pemerintah Daerah). Hal ini berguna untuk memberikan gambaran umum awal terhadap kondisi

keuangan Pemerintah Daerah;

3.

Lakukan pengecekan hitungan kesamping dan kebawah dari laporan keuangan yang disajikan oleh

auditee. Hal ini untuk memastikan laporan keuangan yang disajikan telah benar dari sisi hitungan yaitu

penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian;

4.

Posisikan berjejeran ketiga laporan keuangan tersebut. Hal ini berguna bagi auditor pemula untuk lebih

memudahkan melihat keterkaitan antara Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Laporan Arus

Kas (LAK) serta melakukan pengujian Silpa;

5.

Lakukan pengujian awal untuk mengetahui silpa yang disajikan telah sesuai. Lihat silpa yang disajikan

dalam LRA harus sama dengan silpa yang disajikan dalam Neraca. Kemudian lanjutkan dengan melihat

 jumlah seluruh kas dalam neraca harus sama dengan saldo akhir kas yang disajikan dalam LAK. Kalau

penyajian nilai-nilai seperti arahan diatas berbeda maka laporan keuangan tersebut PASTI ada

kekeliruan dan lakukan konfirmasi kepada bagian yang menyusun laporan keuangan;

6.

Lakukan pengujian lagi untuk silpa dengan rumusan (Kas di Kasda + Kas Di Bendahara Pengeluaran +

Kas Di Bendahara Penerimaan + Kas Di Badan Layanan Umum (BLU) – Perhitungan Pihak Ketiga –

Pendapatan Yang Ditangguhkan). Jika jumlah dari rumusan silpa tersebut berbeda dengan silpa yang

disajikan dalam laporan keuangan PASTI ada kekeliruan dan lakukan konfirmasi kepada bagian yang

menyusun laporan keuangan;

7.

Lakukan pengujian Kas di Kasda dengan langkah:

Page 5: 54294491-BLUD-RUMAH-SAKIT

5/11/2018 54294491-BLUD-RUMAH-SAKIT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54294491-blud-rumah-sakit 5/6

 

Dapatkan Daftar SP2D yang dikeluarkan dan daftar STS, Nota kredit bank yang diterima oleh Bagian

Perbendaharaan (Kuasa BUD);

Mintalah rekening koran seluruh rekening bank yang menjadi rekening kas daerah. INGAT rekening

 bank yang menjadi rekening kas daerah harus didukung oleh Surat Keputusan (SK) Kepala Daerah dan

  jangan lupa minta bank statement (pernyataan bank) bahwa rekening bank yang dimiliki oleh

Pemerintah Daerah telah sesuai dengan SK Kepala Daerah;

Buku Kas Umum, Buku Bantu Pajak, Buku Bantu Potongan IWP harus dimiliki oleh Kuasa BUD;

Pastikan Kuasa BUD tidak menyimpan uang diluar rekening bank dan jika ada menyimpan uang tunai

di Brankas, lakukanlah penghitungan jumlah dan nilainya serta tanyakan sumber uang tersebut;

Total nilai SP2D diluar SP2D Nihil harus sama dengan mutasi debet rekening koran dan jika berbeda

konfirmasi ke Kuasa BUD, hal umum terjadi biasanya ada pengeluran tanpa menggunakan SP2D;

Total nilai STS dan Nota Kredit Bank diluar bunga bank harus sama dengan mutasi kredit rekening

koran dan jika berbeda konfirmasi ke Kuasa BUD, hal umum terjadi biasanya ada penerimaan yang

 belum dicatat;

Saldo Buku Bantu Pajak dan Buku Bantu Potongan IWP harus sama dengan Bukti Setoran Pajak dan

Setoran IWP dan jika berbeda harus sama dengan PFK di Kuasa BUD;

Saldo Buku Kas Umum harus sama dengan Saldo Rekening Koran ditambah dengan Kas Tunai yang

dimiliki Kuasa BUD.

Lakukan pengujian Kas di Bendahara Pengeluaran dengan langkah:

Daftar SP2D yang diterima oleh Bendahara Pengeluaran harus sama dengan yang dikeluarkan oleh

Bagian Perbendaharaan (Kuasa BUD);

Page 6: 54294491-BLUD-RUMAH-SAKIT

5/11/2018 54294491-BLUD-RUMAH-SAKIT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/54294491-blud-rumah-sakit 6/6

 

Buku Kas Umum Pengeluaran, Buku Bantu Pajak harus dimiliki oleh Bendahara Pengeluaran;

Total nilai SP2D yang diterima oleh Bendahara Pengeluaran harus dicocokan dengan total belanja (SPJ)

 yang dibuatnya dan selisihnya harus sama Uang Untuk Dipertanggungjawabkan (UUDP);

Buku Bantu Pajak harus sama dengan Setoran Pajak dan jika berbeda harus sama dengan PFK di

Bendahara Pengeluaran;

Saldo Buku Kas Umum harus sama dengan Kas di Bendahara Pengeluaran.

Lakukan pengujian Kas di Bendahara Penerimaan dengan langkah:

Total nilai STS dalam daftar STS yang dibuat Bendahara Penerimaan harus cocok dengan daftar STS

 yang diterima oleh Bagian Perbendaharaan (Kuasa BUD) dan jika terjadi selisih maka nilainya harus

sama dengan nilai Pendapatan Yang Ditangguhkan yang tersaji dalam neraca.

Buku Kas Umum Penerimaan harus dimiliki oleh Bendahara Penerimaan.

Saldo Buku Kas Umum Penerimaan harus sama dengan Kas Di Bendahara Penerimaan.

Lakukan pengujian kas di BLU dengan langkah:

Mintalah Laporan Keuangan BLU;

Langkah yang dilakukan sama dengan pemeriksaan kas di Kas Daerah secara umum;

Kas di Neraca BLU harus sama dengan nilai Kas di BLU yang disajikan dalam Neraca Konsolidasian.

Demikian langkah pemeriksaan kas sebagai patokan penentuan silpa. Semoga artikel diatas yang berisi langkah

sederhana dalam pemeriksaan kas dapat bermanfaat. Karena BLU memiliki karakteristik berbeda dengan unit

kerja yang lain, dalam artikel berikutnya akan dibahas mengenai pemahaman terhadap BLU