Upload
anggita-nur-aziza
View
97
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
REFERAT
Sindrom Cauda Equina Karena Spinal Anestesi
Nama : Alfian Muhajir
NIM : H1A 005002
PEMBIMBING :
dr. Elya, Sp.An
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK DOKTER MUDA
DI BAGIAN ANESTESI DAN REANIMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP NTB
2011
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini.
Tinjauan pustaka yang berjudul “Sindrom Cauda Equina Karena Spinal Anestesi” ini
merupakan salah satu tugas akademik dalam menjalani Kepanitraan Klinik Dokter Muda di
Bagian Anestesi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/RSUP NTB.
Penulis menyadari bahwa karya ini memiliki kekurangan, oleh karna itu sangat
diharapkan masukan dan saran untuk kesempurnaan karya ini. Besar harapan penulis referat
ini dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya dalam proses pendidikan dokter muda di
Bagian Anestesi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/RSUP NTB.
Mataram, Mei 2011
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul..................................................................................................... i
Kata Pengantar..................................................................................................... ii
Daftar isi.............................................................................................................. iii
Pendahuluan......................................................................................................... 1
Anatomi
Columna Vertebralis dan Vertebral Lumbal........................................ 2
Medula Spinalis dan Meningen............................................................ 3
Nervus Spinalis dan Cauda equina....................................................... 3
Patofisiologi Cauda Equina Syndrome................................................................ 4
Gejala Klinis Cauda Equina Syndrome............................................................... 8
Pemeriksaan Fisik dan Neurologis...................................................................... 9
Pemeriksaan Penunjang....................................................................................... 10
Terapi
Terapi Konservatif................................................................................ 11
Terapi Pembedahan.............................................................................. 12
Daftar Pustaka...................................................................................................... 14
3
PENDAHULUAN
Cauda equina merupakan kumpulan akar saraf intradural pada ujung medulla
spinalis. Cauda merupakan bahasa latin dari ekor, dan equina adalah bahasa latin untuk
kuda, sehingga berarti ekor kuda. Medula spinalis adalah kelanjutan medulla kearah bawah
yang dimulai tepat dibawah foramen magnum dan berakhir pada diskus intervertebralis
antara vertebrae lumbalis pertama dan kedua sebagai struktur yang mengecil yang disebut
conus medullaris, terdiri dari segmen medulla spinalis sakralis. Ini memberi inervasi
sensorik ke “saddle area”, inervasi motorik ke sfingter dan inrevasi parasimpatis ke
kandung kencing dan usus bagian bawah, yaitu dari flexura lienalis kiri ke rektum.
Saraf pada region cauda equina meliputi lumbal bagian bawah dan semua akar saraf
sakralis. Nervus splanchnic pelvicus membawa serat parasimpatis preganglionik dari S2-S4
untuk menginervasi musculus detrusor pada kandung kencing. Sebaliknya lower motor
neuron somatic dari S2-S4 menginervasi otot volunter dari sfingter ani eksterna dan
sfingter uretra ke rektum inferior, dan percabangan perineum dari nervus pudendus. Oleh
karena itu akar saraf region cauda equina membewa sensasi dari ekstremitas bawah,
somatom perineum, dan serta motorik yang keluar ke miotom ekstremitas bawah. Lanjutan
dari conus yag tipis, seperti banang yaitu filum terminale merupakan elemen non neuron
dalam region cauda equina yang meluas ke bawah menuju coccygeus. Sindrom cauda
equina disebabkan oleh hilangnya fungsi 2 atau lebih akar saraf yang membentuk cauda
equina. Ia didefinisikan sebagai kompleks gejala yang meliputi low back pain, siatika
unilateral atau yang lebih khas bilateral, gangguan sensoris “saddle”, dan kehilangan
sensasi motorik dan sensori ekstremitas bawah yang bervariasi, bersama-sama dengan
gangguan kandung kencing, usus dan disfungsi ereksi.
Onset gejala sindrom cauda equina dapat akut atau kadang kronis. Hilangnya
sensasi motorik bervariasi dari kelemahan sampai paralysis flaksid (sesuai waktu) tanpa
tanda-tanda gangguan upper motor neuron. Gejala sensoris meliputi “saddle anesthesia”
dan berbagai gangguan sensoris dan ekstremitas bawah dari nervus L3 sampai coccygeus.
4
ANATOMI
Columna Vertebralis dan Vertebra Lumbal
Columna vertebralis terbentang dari kranium sampai ujung Os coccygeus dan
merupakan unsur utama kerangka aksial. Columna vertebralis menyokong kepala dan
melindungi medulla spinalis. Terdiri dari 33 vertebra yang teratur dalam 5 area yang
berbeda yaitu 7 vertebra cervicalis, 12 vertebra thorakalis, yang berhubungan dengan
costae, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacral yang menyatu membentuk sacrum, 4 vertebra
koksigeal. Columna vertebralis membentuk saluran untuk spinal cord. Spinal cord
merupakan struktur yang sangat sensitif dan sangat penting karena struktur ini
menghubungkan otak dengan sistem saraf perifer(1).
Diantara vertebra terdapat discus intervertebralis yang mempunyai fungsi utama
mengabsorbsi pergerakan yang berat. Vertebra bersama diskus intervertebralis membentuk
columna yang elastis. Columna vertebralis lumbal terdiri dari 5 buah vertebra lumbal yang
menyangga sebagian besar berat badan, karena merupakan columna vertebralis yang
lokasinya di bagian yang lebih bawah dan strukturnya lebih tebal dibandingkan vertebra
lainnya. Akan tetapi dengan struktur yang lebih tebal dalam menyangga sebagian berat
badan, tidak menjamin vertebra lumbalis tersebut dapat terhindar dari kerusakan yang
umumnya terjadi pada daerah ini(1).
5
Gambar 1. Columna Vertebralis
Medulla Spinallis dan Meningen
Medulla spinalis dan meningen terletak di dalam canalis vertebralis merupakan
pusat refleks dan jalur konduksi utama antara tubuh dan otak. Medulla spinalis terlindung
oleh vertebra ligamentum serta ototnya dan cairan serebrospinal (CSS). Medulla spinalis
berawal sebagai lanjutan medulla oblongata, bagian kaudal truncus encephali. Pada orang
dewasa medulla spinalis terbentang dari foramen magnum os occipitale sampai diskus
intevertebralis antara vertebra lumbal I dan vertebral lumbal II, tetapi dapat berakhir pada
vertebra thorac ke XII atau vertebra lumbal III. Dengan demikian medulla spinalis hanya
memenpati bagian dua pertiga kranii canalis vertebralis(1).
6
Nervus Spinalis dan Cauda Equina
Tiga puluh satu pasang saraf spinal (nervus spinalis) dilepaskan dari medulla
spinalis. Terdiri dari 8 pasang nervus servicalis, 5 pasang nervus thorakalis, 5 pasang
nervus lumbalis, 12 pasang nervus sacralis, dan 1 pasang nervus coccygeus. Masing-masing
nervus spinalis hampir langsung terpecah menjadi sebuah ramus anterior dan ramus
posterior. Ramus posterior mempersarafi kulit dan otot-otot punggung dan ramus anterior
mempersarafi extemitas dan bagian batang tubuh lainnya(1).
Karena medulla spinalis dewasa lebih pendek daripada columna vertebralis, akar-
akar saraf melintas secara progresif. Karena jarak antara segma medulla spinalis dan
vertebra yang sesuai makin bertambah panjang, akar-akar saraf pun bertambah secara
progresif kearah ujung kaudal columna vertebralis. Akar-akar saraf lumbal dan sacral
adalah yang terpanjang. Akar-akar ini melintas ke kaudal sampai mencapai foramen
invertebrate yang terpanjang. Akar-akar ini melintas ke kaudal sampai mencapai foramen
intervertebrale di daerah lumbal dan sacral untuk keluar dari canalis vertebralis. kumpulan
akar-akar saraf spinal di spatium subarachnoideum kaudal dari ujung medulla spinalis ini
disebut cauda equina Ujung kaudal medulla spinalis meruncing menjadi conus medullaris.
Dari ujung kaudal bagian ini seutas piamater spinalis yang menyerupai benang yakni filum
terminale menurun antara saraf-saraf cauda equina(1).
7
Gambar 2 . Cauda Equina dalam Columna Vertebralis
8
ANESTESI SPINAL
Anestesi spinal (intratekal, intradural, subdural, subarakhnoid) ialah pemberian obat
anestetika lokal ke dalam ruang subarakhnoid. Anestesi spinal diperoleh dengan cara
menyuntikkan anestetika lokal ke dalam ruang subarakhnoid(2).
Anestesi spinal dilakukan dengan injeksi anestetika lokal ke dalam cairan
serebrospinal (CSS) melalui celah antar lumbal. Teknik ini pertama kali dilakukan pada
manusia dan dijelaskan oleh Bier pada tahun 1899. Anestesi spinal masih tetap merupakan
salah satu bentuk yang populer. Pada sebagian besar orang dewasa, medula spinalis
berakhir sebagai konus medularis setinggi lumbal kedua, akar lumbal dan sakral terendam
dalam CSS. Jadi didaerah ini, terdapat volume CSS yang relatif lebih besar untuk tempat
penyuntikan obat, sehingga meminimalkan potensi untuk trauma saraf langsung(2).
Anestesi spinal dilakukan dengan memasukan jarum spinal ke dalam ruang
subarakhnoid dan ketika aliran cairan serebrospinal (CSS) bebas, anestetika lokal langsung
disuntikkan kedalam CSS. Barisitas larutan anestesi lokal menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi penyebaran larutan anestesi lokal yang disuntikkan ke dalam CSS dan
tingkat blok yang diperoleh(2).
Berat jenis cairan serebrospinal (CSS) pada suhu 37° C ialah 1.003-1.008.
Anestetika lokal dengan berat jenis sama dengan CSS disebut isobarik. Anestetika lokal
dengan berat jenis lebih besar dari CSS disebut hiperbarik. Anestetika lokal dengan berat
jenis yang lebih kecil dari CSS disebut hipobarik. Anestetika lokal yang sering digunakan
adalah jenis hiperbarik diperoleh dengan mencampur anestetik lokal dengan dekstrosa
7,5%(2).
Anestesi spinal diindikasikan untuk bedah ekstremitas inferior, bedah panggul,
tindakan sekitar rektum-perineun, bedah obstetri-ginekologi, bedah urologi, bedah
abdomen bawah. Anestesi spinal semakin banyak penggunaannya untuk operasi ortopedi
ekstremitas inferior. Teknik anestesi yang benar sangat penting untuk mendapatkan hasil
yang memuaskan dan aman. Anestetika lokal harus memenuhi syarat-syarat yaitu blokade
sensorik dan motorik yang adekuat, mula kerja yang cepat, tidak neurotoksik, dan
pemulihan blokade motorik yang cepat pasca operasi sehingga mobilisasi lebih cepat dapat
9
dilakukan. Tetapi juga memblok saraf otonom dan yang lebih dominan memblok saraf
simpatis, sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan tekanan darah(2).
Komplikasi Spinal Anestesi
Komplikasi dini(3)
1. hipotensi
2. blok spinal tinggi /total
3. mual dan muntah
4. penurunan panas tubuh
Komplikasi lanjut(3)
1. Post dural Puncture Headache (PDPH)
2. nyeri punggung (Backache)
3. cauda equine sindrom
4. meningitis
5. retensi urine
6. spinal hematom
7. kehilangan penglihatan pasca operasi
10
SINDROMA CAUDA EQUINA SEBAGAI KOMPLIKASI LANJUT DARI
ANESTESI SPINAL
Definisi
Cauda equina merupakan kumpulan akar saraf intradural pada ujung medulla
spinalis. Cauda merupakan bahasa latin dari ekor, dan equina adalah bahasa latin untuk
kuda, sehingga berarti ekor kuda. Sindrom Cauda Equina didefinisikan sebagai kompleks
gejala yang meliputi low back pain, siatika unilateral atau yang lebih khas bilateral,
gangguan sensoris “saddle”, dan kehilangan sensasi motorik dan sensori ekstremitas bawah
yang bervariasi, bersama-sama dengan gangguan kandung kencing, usus dan disfungsi
ereksi(1).
Pada anestesi spinal, Sindrom Cauda Equina terjadi ketika cauda equina terluka atau
tertekan. Penyebabnya adalah trauma dan toksisitas. Ketika terjadi injeksi yang traumatic
intraneural, diasumsikan bahwa obat yang diinjeksikan telah memasuki LCS, bahan-bahan
ini bisa menjadi kontaminan sepeti deterjen atau antiseptic atau bahan pengawet yang
berlebihan(1).
Patofisiologi
Sindrom cauda equina disebabkan oleh penyempitan apapun atau defisit pada
canalis spinalis yang menekan akar saraf di bawah level medula spinalis. Beberapa
penyebab sindrom cauda equina telah dilaporkan, meliputi cedera traumatik, herniasi
diskus, stenosis spinalis, neoplasma spinal, schwannoma, ependimoma, kondisi
peradangan, kondisi infeksi, dan penyebab iatrogenik. Adapun anestesi spinal sebagai
penyebab iatrogenik pada Sindrom Cauda Equina terjadi karena(1,4):
Pedicle screw dan laminar hook yang salah tempat.
Anestesi spinal yang dilakukan secara kontinyu.
Injeksi steroid epidural, injeksi lem fibrin, dan penempatan free fat graft
merupakan penyebab yang juga dilaporkan sebagai penyebab sindrom cauda
equina meskipun jarang.
11
Beberapa kasus melibatkan penggunaan lidokain hiperbarik 5%. Rekomendasi
yang ada menyebutkan bahwa lidokain hiperbarik tidak dimasukkan dengan
konsentrasi yang lebih dari 2%, dengan dosis total tidak melebihi 60 mg.
Pada anestesi spinal, dapat terjadi efek neurotoksik sehingga terjadi defisit pada
canalis spinalis yang menekan akar saraf di bawah level medula spinalis. Defisit bisa terjadi
setelah anestesi spinal sebagai hasil dari konsentrasi anestesi yang berlebihan. Pada tahun
1937, Ferguson dan Watkins menggambarkan 14 kasus Sindrom Cauda Equina setelah
penggunaan Durocaine, yaitu campuran 10% prokain dalam 15% etanol, gliserin, dan getah
akasia atau gliadin. Beberapa laporan defisit neurologis yang permanen juga dapat terjadi
akibat dilakukannya injeksi 2-chloroprocaine pada subarachnoid. Efek neurotoksik dari
chloroprocaine kemungkinan hasil dari pH yang relatif rendah. Namun, penelitian
kemudian menunjukkan bahwa toksisitas terkait dengan kombinasi pH rendah dan adanya
natrium bisulfit(4).
Anestesi spinal yang dilakukan secara kontinyu juga berpengaruh pada
kecenderungan terjadinya Sindrom Cauda Equina. Hal ini diakibatkan oleh karena
penggunaan kateter sebagai alat distribusi obat bius. Apabila terjadi maldistribusi pada
pemasangan kateter pertama kali, akang mengakibatkan kesalahan distribusi untuk obat
bius selanjutnya. Hal ini berakibat terjadinya neurotoksik yg berujung pada terjadinya
defisit canalis spinalis(4).
Gejala Klinis
Gejala sindrom cauda equina meliputi(1):
Low back pain
Siatika unilateral atau bilateral
Hipoestesi atau anestesi saddle atau perineal
Gangguan buang air besar dan buang air kecil
Kelemahan motorik ekstremitas bawah dan defisit sensorik
Berkurang atau hilangnya refleks ekstremitas bawah
12
Low back pain dapat dibagi menjadi nyeri lokal dan radikular(1).
Nyeri lokal secara umum merupakan nyeri dalam akibat iritasi jaringan lunak dan
corpus vertebra.
Nyeri radikular secara umum adalah nyeri yang tajam dan seperti ditusuk-tusuk
akibat kompresi radiks dorsalis. Nyeri radikular berproyeksi dengan distribusi
sesuai dermatom.
Manifestasi buang air kecil pada sindrom cauda equina meliput(1)i:
Retensi
Sulitnya memulai miksi
Berkurangnya sensasi urethra
Secara khas, manifestasi buang air kecil dimulai dengan retensi urin dan
kemudian diikuti oleh inkontinensia urin overflow.
Gangguan buang air besar dapat meliputi(1):
Inkontinensia
Konstipasi
Hilangnya tonus dan sensasi anus
Pemeriksaan Fisik Dan Neurologis
Pemeriksaan fisik dari cauda equina sindrom meliputi(1):
Inspeksi : mencari beberapa manifestasi eksternal dari nyeri, seperti : sikap tubuh
yang abnormal, pemeriksaan sikap tubuh dan gaya berjalan untuk mengetahui
kemungkinan dari defek dan adanya kelainan pada tulang belakang
Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan
Kekuatan tonus dan otot ekstremitas bawah
Sensoris ekstremitas bawah
Colok dubur
13
Nyeri dan defisit dengan keterlibatan akar saraf ditunjukkan dalam tabel berikut(1):
Akar saraf Nyeri Defisit sensorik Defisit motorik Defisit refleksL2 Paha bagian
anterior medial Paha bagian atas
Kelemahan slight quadricep; fleksi panggul; aduksi paha
Suprapatella yang sedikit menurun
L3 Paha anterior lateral
Paha bagian bawah
Kelemahan quadricep; ekstensi lutut; aduksi paha
Patella atau suprapatella
L4 Paha posterolateral; tibia anterior
Kaki bagian bawah sebelah medial
Ekstensi lutut dan pedis
Patella
L5 Dorsum pedis Dorsum pedis Dorsofleksi pedis dan ibu jari kaki
Harmstring
S1-2 Pedis bagian lateral
Pedis bagian lateral
Plantar fleksi pedis dan ibu jari kaki
Achilles
S3-5 Perineum Saddle Sfingter Bulbocavernosus; anus
Pemeriksaan Penunjang
Selain riwayat lengkap,pemeriksaan fisik, evaluasi neurologis dan alnalisis
laboratorium dasar, diagnostik workup untuk cauda equina dapat dilihat secara radiologis(1).
Radiografi
Foto polos harus dilakukan untuk menemukan perubahan destruktif, penyempitan
ruang diskus atau hilangnya alignment spinal.
Myelografi Lumbal
Myelografi tidak lagi dilakuakan secara rutin karena tersedianya MRI. Myelografi dipilih
pada keadaan tertentu dimana MRI menjadi kontraindikasi (misalnya pasien dengan
pacemaker jantung). Obstruksi aliran kontras pada area kompresi membantu untuk
mengkonfirmasi level kondisi patologis yang dicurigai.
14
CT-scan dengan atau tanpa kontras
CT-scan sering lebih mudah didapatkan daripada myelografi lumbal. CT-scan memberi
detail tambahan tentang densitas dan integritas tulang yang membantu dalam rencana
terapi, khususnya pada kasus tulang belakang dan mana instrumen untuk stabilisasi
dibutuhkan setelah agen yang mengganggu dihilangkan dari regio cauda equina. CT-scan
yang dilakukan setelah myelografi dapat menunjukkan blok kontras dan memperjelas
kondisi patologis lebih baik dari yang ditunjukkan denagn CT-scan.
MRI
MRI adalah modalitas yang paling membantu untuk diagnosis kelainan medulla spinalis
dan umumnya menjadi tes yang dipilih untuk membantu dokter dalam mendiagnosis
sindrom cauda equina.
MRI memberikan gambaran jaringan lunak, termasuk struktur neuron dan keadaan
patologis yang terjadi. Ini kurang membantu dibanding dengan CT-scan dalam
mengevalusi arsitektur tulang dan stabilitas medulla spinalis.
Radionuclide scanning
15
Ini merupakan modalitas yang membantu saat berhadapan dengan osteomyelitis dan
infeksi tulang belakang pada kondisi sindrom cauda equina.
Positron emission tomography scan
Positron emission tomography (PET) dalam hubungannya dengan CT-scan dikatakan
sebagai modalitas yang berguna pada penderta sindrom cauda equina dan keganasan
pada tulang belakang.
Pencegahan
Adapun saran-saran berikut dapat mengurangi potensi neurotoksisitas: (a) kateter
harus dimasukkan cukup jauh ke dalam ruang subarachnoid untuk mengkonfirmasi dan
mempertahankan penempatan, ini dapat menurunkan kemungkinan akumulasi obat bius
sakral; (b ) Gunakan konsentrasi efektif terendah untuk anestesi lokal; (c) apabila diduga
terjadi maldistribusi obat bius, lakukan manuver seperti mengubah posisi pasien, mengubah
kelengkungan lumbosakral, menggunakan anestesi lokal yang berbeda, atau memanipulasi
posisi kateter yang digunakan, dan (d) jika manuver tidak dapat memperbaiki masalah,
gunakan tehnik anestesi yang berbeda(4).
Terapi
Terapi Konservatif :
Iskemia akar saraf bertanggung jawab sebagian terhadap nyeri dan berkurangnya
kekuatan motorik yang berhubungan dengan sindrom cauda equina. Hasilnya, terapi
vasodilatasi dapat membantu pada beberapa pasien. Mean arterial blood pressure (MABP)
harus dipertahankan di atas 90 mmHg untuk memaksimalkan aliran darah ke medula
spinalis dan akar saraf(1).
Terapi dengan lipoprostaglandin E1 dan derivatnya telah dilaporkan efektif dalam
meningkatkan aliran darah ke regio cauda equina dan mengurangi gejala nyeri dan
kelemahan motorik. Pilihan terapi ini harus dilakukan untuk pasien dengan stenosis spinal
sedang dengan neurogenic claudication. Tidak ada keuntungan yang telah dilaporkan pada
pasien dengan gejala yang lebih berat atau pasien dengan gejala radikular(1).
16
Pilihan terapi medis lain berguna pada pasien-pasien tertentu, tergantung penyebab
yang mendasari sindrom cauda equina. Obat anti inflamasi dan steroid dapat efektif pada
pasien dengan proses inflamasi, termasuk spondilitis ankilosa(1).
Pasien dengan sindrom cauda equina akibat penyebab infeksius harus mendapat
terapi antibiotik yang sesuai. Pasien dengan neoplasma spinal harus dievaluasi untuk
kecocokan terhadap terapi kemoterapi dan radioterapi(1).
Kita harus berhati-hati dalam semua bentuk manajemen medis untuk sindrom cauda
equina. Pasien dengan sindrom cauda equina yang sebenarnya dengan gejala saddle
anerthesia dan/atau kelemahan bilateral ekstremitas bawah atau hilangnya kontrol untuk
buang air besar dan buang air kecil harus menjalani terapi medis awal tidak lebih dari 24
jam. Jika tidak ada perbaikan gejala selama periode tersebut, dekompresi bedah segera
adalah hal yang diperlukan untuk meminimalkan kesempatan terjadinya kerusakan saraf
permanen(1).
Terapi Pembedahan
Pada banyak kasus sindrom cauda equina, dekompresi emergensi pada canalis
spinalis merupakan pilihan terapi yang sesuai. Tujuannya adalah untuk mengurangi tekanan
pada saraf di cauda equina dengan menghilangkan agen yang mengkompresi dan
memperluas ruang canalis spinalis. Sindrom cauda equina telah dipikirkan sebagai
emergensi bedah dengan dekompresi bedah yang diperlukan dalam 48 jam setelah onset
gejala(1).
Untuk pasien di mana herniasi diskus merupakan penyebab sindrom cauda equina,
direkomendasikan laminotomi atau laminektomi untuk memungkinkan dekompresi canalis
spinalis. Kemudian, tindakan ini diikuti dengan retraksi dan discectomy(1).
Banyak laporan klinis dan eksperimental telah menunjukkan data outcome
fungsional berdasarkan timing dekompresi bedah. Beberapa peneliti melaporkan tidak ada
perbadaan yang bermakna dalam perbaikan derajat fungsional sebagai fungsi timing
dekompresi bedah. Bahkan dengan temuan-temuan ini, sebagian besar peneliti
17
merekomendasikan dekompresi bedah sesegera mungkin setelah onset gejala untuk
menawarkan kesempatan terbesar untuk perbaikan neurologis yang komplit(1).
Para peneliti telah mengusahakan untuk mengidentifikasi kriteria khusus yang
dapat membantu dalam memprediksi prosgnosis pasien dengan sindrom cauda
equina:
Pasien dengan siatika bilateral telah dilaporkan memiliki prognosis yang lebih
buruk dibandingkan pasien dengan nyeri unilateral.
Pasien dengan anestesia perineum komplit lebih mungkin untuk mengalami
paralisis kandung kencing yang permanen.
Luasnya defisit sensorik perineum atau saddle telah dilaporkan sebagai
prediktor yang terpenting untuk kesembuhan. Pasien dengan defisit unilateral
memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan defisit bilateral.
Wanita dan paien dengan gangguan buang air besar telah dilaporkan memiliki
outcome pasca operasi yang lebih buruk.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Yudiari, D. (2007). “Cauda Equina Syndrome”. Denpasar: Lab/Smf Ilmu Bedah Rsup
Sanglah/Fk Unud.
2. Yuliantika, RA. (2010). Skripsi: “Perbandingan Penurunan Tekanan Darah Antara
Lidokain 5% Hiperbarik Dengan Bupivakain 0,5% Hiperbarik Pada Anestesi Spinal
Untuk Operasi Ekstremitas Inferior di RSO. Prof. Dr. R. Soeharso surakarta”.
Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah.
3. Rigler, ML, et. al. (1991). “Cauda Equina Syndrome After Continuous Spinal
Anesthesia”. Anesth Analg: 1991;72:27581.
4. Fikih, M. (2010). “Spinal Anestesi” Avaiable:
http://karikaturijo.blogspot.com/2010/04/spinal-anestesi.html. Accesed: 2011, May 9.
19