24
SEBARAN SPASIOTEMPORAL PARAMETER FISIKA DAN KIMIA PERAIRAN PULAU BOKOR, PULAU PAYUNG DAN PULAU PARI DI SEKITAR TELUK JAKARTA Y. Paonganan, Dedi Soedharma, I Wayan Nurjaya, Tri Prartono Abstrak Perairan Teluk Jakarta setiap tahun mendapatkan masukan bahan organik maupun anorganik dari daratan melalui 13 buah sungai yang bermuara di teluk tersebut. Kondisi ini tentunya akan berdampak pada kualitas perairan yang akan memberikan pengaruh terhadap kestabilan ekosistem yang ada terutama beberapa pulau-pulau kecil yang ada disekitranya bahkan sampai ke Kepulauan Seribu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi perairan Teluk Jakarta sudah pada ambang yang memprihatinkan. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2005-2005 menunjukkan hal tersebut. Hasil analisis PCA terhadap 9 variabel parameter fisik – kimia perairan dan 12 observasi (4 musim dan 3 pulau) menunjukkan bahwa sebaran kelompok nutrien dan laju sedimentasi terlihat paling tinggi di Pulau Bokor pada musim Barat hingga pada musim peralihan Barat- Timur, selain itu di Pulau Pari pada musim yang sama juga terlihat tinggi. Sebaliknya salinitas, suhu, intesitas cahaya dan pH terlihat tinggi pada Pulau Payung pada musim Barat. Hasil tersebut juga didukung oleh hasil analisis HSD Tukey menunjukkan bahwa konsentrasi nutrien dan laju sedimentasi berbeda nyata antar pulau dan musim. Konsentrasi nutrien dan laju sedimentasi lebih tinggi di Pulau Bokor pada Musim Barat, namun intensitas cahaya, salinitas, suhu dan pH lebih tinggi di Pulau Payung pada Musim Barat. Kata kunci: Nutrien, sedimentasi, musim PENDAHULUAN Teluk Jakarta adalah perairan yang dibatasi garis bujur 106 o 33’B.T. hingga 107 o 03’ B.T. dan garis lintang 5 o 48’30”L.S. hingga 6 o 10’30”L.S. Secara administrasi, perairan Teluk Jakarta berada dalam wilayan pemerintahan DKI Jakarta. Teluk Jakarta membentang dari Tanjung Kait di bagian Barat hingga Tanjung Karawang di bagian Timur yang mempunyai panjang pantai ±89 km. Sepanjang perairan Teluk Jakarta bermuara beberapa sungai besar, diantaranya Sungai Cisadane di Bagian Barat, Sungai Ciliwung di Bagian Tengah dan Sungai Citarum dan Sungai Bekasi masing-masing di Bagian Timur. Selain itu terdapat beberapa pulau diantaranya Pulau Bidadari, Pulau

59436873-Jurnal-Oseanografi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal

Citation preview

Page 1: 59436873-Jurnal-Oseanografi

SEBARAN SPASIOTEMPORAL PARAMETER FISIKA DAN KIMIA PERAIRAN PULAU BOKOR, PULAU PAYUNG DAN PULAU PARI DI

SEKITAR TELUK JAKARTA

Y. Paonganan, Dedi Soedharma, I Wayan Nurjaya, Tri Prartono

Abstrak

Perairan Teluk Jakarta setiap tahun mendapatkan masukan bahan organik maupun anorganik dari daratan melalui 13 buah sungai yang bermuara di teluk tersebut. Kondisi ini tentunya akan berdampak pada kualitas perairan yang akan memberikan pengaruh terhadap kestabilan ekosistem yang ada terutama beberapa pulau-pulau kecil yang ada disekitranya bahkan sampai ke Kepulauan Seribu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi perairan Teluk Jakarta sudah pada ambang yang memprihatinkan. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2005-2005 menunjukkan hal tersebut. Hasil analisis PCA terhadap 9 variabel parameter fisik – kimia perairan dan 12 observasi (4 musim dan 3 pulau) menunjukkan bahwa sebaran kelompok nutrien dan laju sedimentasi terlihat paling tinggi di Pulau Bokor pada musim Barat hingga pada musim peralihan Barat-Timur, selain itu di Pulau Pari pada musim yang sama juga terlihat tinggi. Sebaliknya salinitas, suhu, intesitas cahaya dan pH terlihat tinggi pada Pulau Payung pada musim Barat. Hasil tersebut juga didukung oleh hasil analisis HSD Tukey menunjukkan bahwa konsentrasi nutrien dan laju sedimentasi berbeda nyata antar pulau dan musim. Konsentrasi nutrien dan laju sedimentasi lebih tinggi di Pulau Bokor pada Musim Barat, namun intensitas cahaya, salinitas, suhu dan pH lebih tinggi di Pulau Payung pada Musim Barat.

Kata kunci: Nutrien, sedimentasi, musim

PENDAHULUAN

Teluk Jakarta adalah perairan yang dibatasi garis bujur 106o33’B.T. hingga

107o03’ B.T. dan garis lintang 5o48’30”L.S. hingga 6o10’30”L.S. Secara administrasi,

perairan Teluk Jakarta berada dalam wilayan pemerintahan DKI Jakarta. Teluk Jakarta

membentang dari Tanjung Kait di bagian Barat hingga Tanjung Karawang di bagian

Timur yang mempunyai panjang pantai ±89 km. Sepanjang perairan Teluk Jakarta

bermuara beberapa sungai besar, diantaranya Sungai Cisadane di Bagian Barat, Sungai

Ciliwung di Bagian Tengah dan Sungai Citarum dan Sungai Bekasi masing-masing di

Bagian Timur. Selain itu terdapat beberapa pulau diantaranya Pulau Bidadari, Pulau

Page 2: 59436873-Jurnal-Oseanografi

Damar, Pulau Anyer, Pulau Rambut, Pulau Untung Jawa, Pulau Lancang, Pulau Bokor,

Pulau Pari dan lain sebagainya.

Secara umum, kondisi perairan Teluk Jakarta dipengaruhi oleh empat musim yaitu

Musim Barat yang mewakili Bulan Desember, Januari dan Februari, Musim peralihan

Barat-Timur mewakili Bulan Maret, April dan Mei, Musim Timur mewakili Bulan Juni,

Juli dan Agustus serta Musim Peralihan Timur-Barat mewakili Bulan September,

Oktober dan November. Selama musim-musim tersebut tejadi perubahan kondisi umum

perairan Teluk Jakarta, baik dari aspek fisik, kimia maupun biologis. Kondisi suhu air

permukaan pada Musim Barat berkisar antara 28.5 oC – 30.0 oC, pada Musim peralihan

Barat-Timur antara 29.5 oC – 30.7 oC, pada Musim Timur suhu berkisar antara 28.5 oC

– 31.0 oC dan pada Musim peralihan Timur Barat berkisar antara 28.5 oC – 31.0 oC.

Salinitas minimum di perairan Teluk Jakarta yang berkisar antara 25.0 – 32.5‰ terjadi

pada Musim Barat dengan kisaran 29.0 – 32.0‰. Kondisi salinitas maksimum dijumpai

pada Musim peralihan Barat-Timur yaitu berkisar antara 28.0‰ – 32.5‰ serta pada

Musim peralihan Timur-Barat berkisar antara 28.0‰ - 32‰ (Ilahude, 1995).

Menurut Dupra (2002) bahwa ekosistem terumbu karang di Kepulauan Seribu

sudah mengalami peningkatan budget materi organik maupun inorganik terutama yang

berasal dari daratan. Hasil penelitian Damar (2003) menunjukkan estimasi Dissolve

Inorganic Nitroegen (DIN) yang masuk ke perairan Teluk jakarta dari 3 sungai besar

21.260 ton/tahun. Total fosfat yang masuk ke Teluk Jakarta sepanjang tahun adalah

sebesar 6.741 ton/tahun, sedangkan silikat sebesar 52.417 ton/tahun. Materi organik dan

inorganik yang masuk begitu besar ke Teluk Jakarta sepanjang tahun akan berdampak

bagi kerusakan ekosistem laut. Pola penyebaran nutrien di Teluk Jakarta pada setiap

musim menunjukkan kecenderungan terjadi perubahan. Pada Musim peralihan Barat-

Timur kandungan fosfat tertinggi dijumpai di sepanjang pantai yakni pada bagian Barat

Teluk Jakarta mulai dari Tg.Pasir hingga ke muara Bekasi yang mencapai >0.60 µgA-

PO4/l dan semakin ke arah laut lepas konsentrasinya semakin kecil. Sebaliknya pada

Musim Timur dan Musim peralihan Timur- Barat konsentrasi fosfat tertinggi

Page 3: 59436873-Jurnal-Oseanografi

ditemukan di sepanjang pantai Teluk Jakarta bagian Barat dan semakin ke arah laut

lepas mengalami penurunan (Suyarso, 1995).

Nitrogen dalam perairan laut ditemukan dalam bentuk senyawa maupun gas.

Molekul nitrogen (N2) merupakan bentuk nitrogen yang paling banyak di air laut

mencapai 64-95%, namun kondisi tersebut tidak dapat digunakan secara langsung oleh

tumbuhan maupun hewan. Senyawa nitrogen yang ditemukan di laut umumnya dalam

bentuk nitrat (NO3) berkisar antara 0.1 - 600µgA-NO3/l, nitrit (NO2) berkisar antara

0.01 – 50µgA-NO3/l dan amonium (NH4) dengan kisaran 0.35 - 50µgA-NH4/l. Proses

fiksasi nitrogen secara alami di laut relatif rendah dan hanya dilakukan oleh orgnisme

tertentu, namun pada daerah neritik konsentrasi nitrogen relatif tinggi karena

memperoleh masukan dari run-off, sungai, sedimentasi serta fiksasi oleh organisme

fiksator. Organisme laut yang aktif melakukan fiksasi nitrogen adalah bakteri dan alga

hijau-biru. Salah satu hal yang penting dalam siklus nitrogen di laut adalah terjadinya

proses nitrifikasi yang dilakukan oleh beberapa mikroorganisme diantarnya bakteri jenis

Nitrosomonas (NH3 ke NO2 + energi) dan Nitrobacter (NO2 ke NO3 + energi). Proses

denitrifikasi menghasilkan N2 dan NO2 yang dilakukan oleh beberapa jenis bakteri

anaerobik yang hidup dalam sedimen di dasar perairan, (Dawes, 1981).

Tingginya posfat di Teluk Jakarta pada Musim Barat dan peralihan Musim Barat-

Timur diperkirakan berasal dari daratan melalui aktivitas run-off (Suyarso, 1995).

Sementara hasil pengukuran posfat oleh Damar (2003) menunjukkan bahwa pada bulan

Desember 2000 yang mewakili Musim Hujan terlihat bahwa konsentrasi posfat yang

tinggi ditemukan di daerah mulut sungai sebagai akibat aktivitas run-off, sedangkan

pada Bulan Juli 2001 konsentarasi posfat yang tinggi selain di daerah pantai (inshore),

juga ditemukan pada daerah luar (offshore). Hasil penelitian Damar (2003)

menunjukkan bahwa sebaran nitrat di perairan Teluk Jakarta yang diukur selama

setahun ditemukan tertinggi di daerah pantai dengan kisaran konsentrasi antara 0.58

µgA-NO3/l – 35.17 µgA-NO3/l. Terendah ditemukan di daerah offshore yang berkisar

antara 0.02 µgA-NO3/l – 3.62 µgA-NO3/l.

Page 4: 59436873-Jurnal-Oseanografi

Metodologi

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tiga pulau yaitu Pulau Bokor, Pulau Pari dan Pulau

Payung yang terletak di perairan sekitar Teluk Jakarta. Secara adminitrasi lokasi

tersebut masuk kedalam Wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Penelitian

ini berlangsung selama satu tahun yaitu dari bulan Juni 2004 – Mei 2005 yang

mewakili 4 (empat) musim yaitu Musim Timur (Juni, Juli dan Agustus), Musim

Peralihan Timur – Barat (September, Oktober dan November), Musim Barat

(Desember, Januari dan Februari) serta Musim Peralihan Barat - Timur (Maret, April

dan Mei).

Metode Penelitian

Konsentrasi nutrien yang dianalisis adalah Nitrat (NO3-), Nitrit (NO2

-) dan

Ammonium (NH4+) serta Fosfat (PO4

-) dan laju sedimentasi serta intensitas cahaya,

salinitas, pH dan suhu. Pengamilan contoh air untuk menetukan konsentrasi nutrien

dilakukan dengan menggunakan botol Van Dorn pada 3 (tiga) titik pada setiap pulau

masing-masing 3 (tiga) ulangan. Contoh air diambil sebanyak 3 (tiga) kali setiap musim,

yaitu awal, pertengahan dan akhir musim. Pengambilan contoh air dilakukan di

permukaan, kolom air dan dasar perairan, lalu dicampurkan selanjutnya di saring

dengan menggunakan kertas saring WHATMAN HAWP berpori 0.45µm dengan

diameter 47mm. Penyaringan dilakukan secepat mungkin dengan bantuan vacum pump,

selanjutnya contoh dimasukkan ke dalam botol kaca berwarna gelap dan dinginkan

dengan es dalam cool box. Contoh air tersebut dibawa ke Laboratoirum Kimia Air P2O

LIPI untuk dianalisis konsentrasi nutriennya. Sedangkan untuk melihat sebaran umum

konsentrasi nutrien permukaan pada Musim Timur dan Musim Barat, mulai dari Teluk

Jakarta sampai pada lokasi penelitian, dilakukan pengambilan contoh air pada beberapa

Page 5: 59436873-Jurnal-Oseanografi

titik (Gambar 1.). Hasil pengukuran konsetrasi nutrien selanjutnya dipetakan dengan

menggunakan software Surfer 7.0, selain itu juga dilakukan analisis PCA untuk melihat

distribusi parameter fisik – kimia di ketiga pulau dalam empat musim serta analisis

HSD Tukey untuk melihat signifikasi dari sebaran parameter tersebut.

Gambar 1. Titik-titik pengambilan contoh air

Pengukuran laju sedimentasi dilakukan dengan memasang sediment trap

mengikuti English et al.(1994) yang dibuat dari pipa paralon yang berdiameter 5 cm

dengan tinggi 10cm yang diletakkan pada rangka besi dengan ketinggian 20 cm dari

dasar (Gambar 6.). Pada masing-masing rangka diletakkan 3 buah sediment trap sebagai

ulangan. Pada setiap pulau diletakkan 2 buah sedimen trap dengan masing-masing 3

ulangan. Pengambilan contoh sedimen yang tertangkap oleh sedimen trap dilakukan

pada setiap akhir musim untuk selanjutnya dilakukan pengukuran berat sedimen di

laboratorium untuk selanjutnya dianalisis laju sedimentasi dalam mg/cm2/hari.

Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer pada setiap titik

pengambilan contoh air. Pengukuran suhu dilakukan pada pagi hari, siang hari dan sore

hari lalu diambil rataan nilai sebagai suhu harian. Pengukuran suhu dilakukan

-6.15

-6.05

-5.95

-5.85

Lint

ang

Sela

tan

106.50 106.60 106.70 106.80 106.90

Bujur Timur

1 2

3

45

6

78

9

1011

12

13

Page 6: 59436873-Jurnal-Oseanografi

bersamaan dengan pengambilan contoh air yaitu pada awal, pertengahan dan akhir

musim. Demikian halnya dengan pengukuran salinitas, diukur dengan menggunkanan

refrakto meter. Pengukuran salinitas juga dilakukan pada pagi hari, siang hari dan sore

hari. Data salinitas diambil bersamaan dengan pengambilan contoh air yaitu pada awal,

pertengahan dan akhir musim. Untuk pengukuran intesitas cahaya dilakukan

menggunakan lux meter dan dilaksanakan bersamaan dengan pengambilan contoh air,

dan diukur pada siang hari, tepatnya pukul 12.00 WIB pada masing-masing titik.

Hasil dan Pembahasan

Hasil analisis PCA terhadap 9 variabel parameter fisik – kimia perairan dan 12

observasi (4 musim dan 3 pulau) menunjukkan bahwa sebagian besar ragam terjelaskan

pada dua sumbu utama pertama F1 (85.03%) dengan nilai akar ciri 7.652, F2 (93.120%)

dengan akar ciri 0.728 dan F3 (96.37%) dengan akar ciri 0.292. Nilai total keragaman

menjelaskan dengan cukup besar dalam dua sumbu utama pertama yaitu 93.120%.

Peranan variabel dalam pembentukan sumbu utama pertama (F1) nampak cukup

seimbang, sedangkan dalam sumbu utama ke 2 (F2) terlihat peranan nitrat, nitrit dan

salinitas lebih berperan ke sumbu F1 dibanding ke sumbu F2, sedangkan fosfat, suhu,

amonium dan intensitas cahaya lebih besar perannya ke sumbu utama F1 dibandingkan

dengan sumbu F2 (Gambar 2). Sebaran kelompok nutrien dan laju sedimentasi terlihat

paling tinggi di Pulau Bokor pada musim Barat (BB) hingga pada musim peralihan

Barat-Timur (BBT), selain itu di Pulau Pari pada musim yang sama juga terlihat tinggi.

Sebaliknya salinitas, suhu, intesitas cahaya dan pH terlihat tinggi pada Pulau Payung

pada musim Barat.

Analisis PCA tersebut menggambarkan bahwa sebaran konsentrasi nutrien dan

laju sedimentasi di ketiga pulau sangat dipengaruhi oleh musim serta jarak dari Teluk

Jakarta. Pada Musim Barat masukan nutrien dan sedimen dari daratan yang masuk ke

Teluk Jakarta relatif sangat tinggi. Nutrien dan sedimen yang masuk ke Teluk Jakarta

akan menyebar ke perairan sekitarnya, tidak terkecuali ke ekosistem terumbu karang

Page 7: 59436873-Jurnal-Oseanografi

yang ada di pulau-pulau kecil disekitarnya. Pulau Bokor dengan jarak relatif lebih dekat

dari Teluk Jakarta mendapat pengaruh lebih besar dibandingkan dengan Pulau Pari dan

Pulau Payung. Hal ini diindikasikan dengan konsentrasi nutrien dan laju sedimentasi

lebih tinggi di Pulau Bokor dibandingkan dengan kedua pulau lainnya. Berbeda dengan

parameter lain seperti intensitas cahaya, suhu, salinitas dan pH pada Musim Barat justru

lebih tinggi di Pulau Payung dibandingkan dengan dua pulau lainnya karena parameter

tersebut cenderung tinggi pada perairan yang relatif lebih jernih.

Keterangan: BB: P. Bokor Musim Barat, BBT: P.Bokor musim Barat-Timur BT:P. Bokor musim Timur, BTB: P. Bokor musim Timur-Barat

PB: P.Pari musim Barat, PBT: P.Pari musim Barat-Timur PT: P. Pari musim Timur, PTB: P. Pari musim Timur-Barat

PyB: P.Payung musim Barat, PyBT: P.Payung musim Barat-Timur PyT: P. Payung musim Timur, PyTB: P. Payung musim Timur-Barat

Gambar 2 Plot variabel dan observasi pada dua sumbu utama F1 dan F2

Hasil pengukuran konsentrasi nitrat di lapisan permukaan pada Musim Timur

mulai dari sekitar Teluk Jakarta hingga ke lokasi penelitian menunjukkan adanya

perbedaan konsentrasi yang semakin jauh dari Teluk Jakarta semakin kecil (Gambar 3).

Pada gambar terlihat bahwa konsetrasi nitrat membentuk gradasi dari Teluk Jakarta

Biplot (axes F1 and F2: 93.12 %)

PyBTPyB

PyTB

PyT

PBT

PB

PTB

PT

BBT

BB

BTB

BT

Posfat

Nitrit

Nitrat

Amonium

Salinitas

SuhuCahaya

pH Sedimen

-2.5

-2

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5

F1 (85.03 %)

F2 (8

.09

%)

Page 8: 59436873-Jurnal-Oseanografi

hingga ke lokasi penelitian yang terjauh (Pulau Payung). Konsentrasi tinggi terlihat di

beberapa mulut sungai yang bermuara di Teluk Jakarta. Terlihat pula bahwa antara

Pulau Bokor dan Pulau Pari terjadi gradasi konsetrasi nitrat. Untuk Pulau Pari dan Pulau

Payung terlihat tidak terbentuk gradasi konsetrasi nitrat. Rendahnya aktivitas run-off

pada Musim Timur menyebabkan nutrien yang ada terakumulasi di Teluk Jakarta.

Penyebaran ke arah laut lepas sangat bergantung kepada pola arus yang menyebabkan

penyebaran nutrien di perairan Teluk Jakarta.

Sebaran konsetrasi nitrat pada Musim Barat (Gambar 4) terlihat tinggi di sekitar

Teluk Jakarta dan terjadi gradasi hingga ke lokasi penelitian. Konsentrasi nitrat di Pulau

Bokor terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Pari. Antara Pulau Pari dan

Pulau Payung terlihat juga terbentuk gradasi konsetrasi nitrat. Kecenderungan yang

nampak bahwa pada Musim Barat konsentrasi nitrat di Teluk Jakarta relatif sangat

tinggi. Konsentrasi nitrat yang tinggi di Teluk Jakarta pada Musim Barat tentunya akan

menyebabkan penyebaran ke arah laut lepas yang ditentukan juga dengan pola arus.

Mengingat jarak dari Teluk Jakarta lokasi penelitian, khusunya Pulau Bokor maka

kecenderungan pengaruh pola arus secara umum tidak terlalu mempengaruhi

penyebaran nutrien yang ada di Teluk Jakarta.

Kecenderungan yang sama juga terlihat pada sebaran konsetrasi nitrit dan

amonium serta fosfat. Konsentrasi nitrat, amonium serta fosfat pada Musim Barat lebih

tinggi dibandingkan pada Musim Timur (Gambar 5 sampai Gambar 10). Sebarannya

terlihat semakin jauh dari Teluk Jakarta semakin kecil, dan membentuk gradasi

konsentrasi. Di Pulau Bokor terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan di Pulau Pari dan

Pulau Payung. Kencederungan ini sesuai dengan hasil analisis PCA yang telah

dijelaskan sebelumnya.

Page 9: 59436873-Jurnal-Oseanografi

Gambar 3 Sebaran nitrat di permukaan perairan Teluk Jakarta dan sekitarnya pada Musim Timur (Data Primer, 2004-2005)

Gambar 4 Sebaran nitrat di permukaan perairan Teluk Jakarta dan sekitarnya pada Musim Barat (Data Primer, 2004-2005)

µg.At-NO3/l

-6.15

-6.05

-5.95

-5.85

LIN

TAN

GS

ELA

TAN

106.50 106.60 106.70 106.80 106.90

BUJUR TIMUR

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

5.50

6.00

6.50

7.00

7.50

8.00

µg.At-NO3/l

-6.15

-6.05

-5.95

-5.85

LIN

TAN

GS

ELA

TAN

106.50 106.60 106.70 106.80 106.90

BUJUR TIMUR

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

5.50

6.00

Page 10: 59436873-Jurnal-Oseanografi

Gambar 5 Sebaran nitrit di permukaan perairan Teluk Jakarta dan sekitarnya pada Musim Timur (Data Primer, 2004-2005)

Gambar 6 Sebaran nitrit di permukaan perairan Teluk Jakarta dan sekitarnya pada Musim Barat (Data Primer, 2004-2005)

µg.At-NO2/l

-6.15

-6.05

-5.95

-5.85

LIN

TA

NG

SE

LAT

AN

106.50 106.60 106.70 106.80 106.90

BUJUR TIMUR

0.45

0.50

0.55

0.60

0.65

0.70

0.75

0.80

0.85

0.90

0.95

-6.15

-6.05

-5.95

-5.85

LIN

TA

NG

SE

LAT

AN

106.50 106.60 106.70 106.80 106.90

BUJUR TIMUR

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

0.45

0.50

0.55

0.60

0.65

0.70

0.75

µg.At-NO2/l

Page 11: 59436873-Jurnal-Oseanografi

Gambar 7 Sebaran amonium di permukaan perairan Teluk Jakarta dan sekitarnya pada Musim Timur (Data Primer, 2004-2005)

Gambar 8 Sebaran amonium di permukaan perairan Teluk Jakarta dan sekitarnya pada Musim Barat (Data Primer, 2004-2005)

µg.At-NH4/l

-6.15

-6.05

-5.95

-5.85

LIN

TA

NG

SE

LAT

AN

106.50 106.60 106.70 106.80 106.90

BUJUR TIMUR

1.52

1.54

1.56

1.58

1.60

1.62

1.64

1.66

1.68

1.70

1.72

1.74

1.76

µg.At-NH4/l

-6.15

-6.05

-5.95

-5.85

LIN

TA

NG

SE

LAT

AN

106.50 106.60 106.70 106.80 106.90

BUJUR TIMUR

1.60

1.64

1.68

1.72

1.76

1.80

1.84

1.88

1.92

Page 12: 59436873-Jurnal-Oseanografi

Gambar 9 Sebaran fosfat di permukaan perairan Teluk Jakarta dan sekitarnya pada Musim Timur (Data Primer, 2004-2005)

Gambar 10 Sebaran fosfat di permukaan perairan Teluk Jakarta dan sekitarnya pada Musim Barat (Data Primer, 2004-2005)

µg.At-PO4/l

-6.15

-6.05

-5.95

-5.85LI

NTA

NG

SE

LATA

N

106.50 106.60 106.70 106.80 106.90

BUJUR TIMUR

0.26

0.32

0.38

0.44

0.50

0.56

0.62

µg.At-PO4/l

-6.15

-6.05

-5.95

-5.85

LIN

TA

NG

SE

LAT

AN

106.50 106.60 106.70 106.80 106.90

BUJUR TIMUR

0.36

0.40

0.44

0.48

0.52

0.56

0.60

0.64

0.68

0.72

0.76

Page 13: 59436873-Jurnal-Oseanografi

Kondisi Fisik – Kimia Perairan

Hasil analisis HSD Tukey menunjukkan hasil yang beragam tentang kondisi aspek

fisik-kimia perairan di lokasi penelitian serta empat musim, (Tabel 1 dan Tabel 2).

Konsentrasi nutrien dan laju sedimentasi berbeda nyata antar pulau dan musim.

Konsentrasi nutrien dan laju sedimentasi lebih tinggi di Pulau Bokor pada Musim Barat,

namun intensitas cahaya, salinitas, suhu dan pH lebih tinggi di Pulau Payung pada

Musim Barat.

Tabel 1 Hasil uji beda rata-rata salinitas, suhu, intesitas cahaya, pH, nutrien dan laju sedimentasi antar lokasi selama penelitian

Parameter P.Bokor P. Pari P. PayungSalinitas (‰) 30 a 33ab 33 b

Suhu °C 28 a 29ab 30 b

Intensitas Cahaya (µmol.m-2 .det-1) 1758 a 1900 a 1967a

pH 7 a 8b 8b

Fosfat (µg.At-PO4.l-1) 0.548a 0.378b 0.308c

Nitrat (µg.At-NO3.l-1) 3.228a 1.008b 0.610b

Nitrit (µg.At-NO2.l-1) 0.492a 0.358b 0.330b

Amonium (µg.At-NH4.l-1) 2.772a 1.640b 0.665c

Laju Sedimentasi (mg.cm-2.hari-1) 2.549a 1.386ab 1.149b

Keterangan : Huruf (superscript) yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan berdasarkan uji HSD Tukey (α = 0.05).

Tabel 2 Hasil uji beda rata-rata salinitas, suhu, intesitas cahaya, pH, nutrien dan laju sedimentasi antar musim selama penelitian

Parameter Timur Timur-Barat Barat Barat-TimurSalinitas (‰) 34c 32b 30a 32b

Suhu °C 31d 29c 27a 29b

Intensitas Cahaya (µmol.m-2 .det-1) 2044b 1967b 1656a 1833ab

pH 8b 7ab 7a 7ab

Fosfat (µg.At-PO4.l-1) 0.307c 0.460ab 0.480a 0.397ab

Nitrat (µg.At-NO34.l-1) 0.733b 1.477ab 2.697a 1.553ab

Nitrit (µg.At-NO2.l-1) 0.323b 0.360b 0.503a 0.387b

Amonium (µg.At-NH4.l-1) 1.187b 1.820ab 2.453a 1.310ab

Laju Sedimentasi (mg.cm-2.hari-1) 0.800b 1.070b 3.190a 1.720ab

Keterangan : Huruf (superscript) yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan berdasarkan uji HSD Tukey (α = 0.05).

Page 14: 59436873-Jurnal-Oseanografi

P. Bokor

P. Pari

P. Payung

25

30

35

Ju

ni

Juli

Ag

ustu

s

Se

pte

mb

er

Okto

be

r

No

ve

mb

er

De

sem

be

r

Ja

nu

ari

Fe

bru

ari

Ma

ret

Ap

ril

Me

i

Timur Timur Barat Barat Barat Timur

Tahun 2004-2005

1) Salinitas

Hasil pengukuran salinitas selama penelitian berkisar antara 32‰ – 35 ‰.

Salinitas cenderung rendah di Pulau Bokor dibandingkan dengan dua pulau lainnya

(Gambar 11). Hasil uji HSD Tukey (α = 0.05) menunjukkan bahwa salinitas di Pulau

Payung berbeda nyata (uji F; P = 0.0000) dan lebih tinggi dibandingkan dengan di

Pulau Bokor dan Pulau Pari (Tabel 1). Hasil uji HSD Tukey (α = 0.05) menunjukkan

bahwa salinitas berbeda nyata (uji F; P = 0.0000) pada lokasi penelitian berdasarkan

musim dan salinitas yang tinggi ditemukan di Musim Timur dan terendah di Musim

Barat (Tabel 2). Hasil ini diduga terkait banyaknya masukan air tawar ke perairan dan

menurunkan nilai salinitas. Namun menurut (Ilahude, 1995) salinitas maksimum

dijumpai pada Musim peralihan Barat-Timur yaitu berkisar antara 28.0 ‰ – 32.5 ‰

serta pada Musim peralihan Timur-Barat berkisar antara 28.0 ‰ – 32 ‰ dan salinitas

minimum di perairan Teluk Jakarta yang berkisar antara 25.0 ‰ – 32.5 ‰ terjadi pada

Musim Barat dengan kisaran 29.0 ‰ – 32.0 ‰.

Gambar 11 Grafik rataan bulanan salinitas di lokasi penelitian

Page 15: 59436873-Jurnal-Oseanografi

P. Bokor

P. Pari

P. Payung

25

27

29

31

33

Jun

i

Juli

Ag

ust

us

Se

pte

mbe

r

Okt

obe

r

Nove

mb

er

De

sem

be

r

Ja

nu

ari

Feb

rua

ri

Ma

ret

Ap

ril

Mei

Timur Timur Barat Barat Barat Timur

Tahun 2004-2005

°C

2) Suhu

Hasil pengukuran suhu selama penelitian berkisar antara 28 °C – 31 °C

(Gambar 12). Uji HSD Tukey (α = 0.05) menunjukkan hasil yang berbeda nyata (uji F;

P = 0.067) dimana suhu di Pulau Payung lebih tinggi dibandingkan dengan di Pulau

Bokor dan Pulau Pari (Tabel 1). Suhu pada lokasi penelitian berdasarkan uji HSD

Tukey (α = 0.05) menunjukkan hasil yang berbeda nyata (uji F; P = 0.067) dimana

suhu yang tinggi ditemukan di Musim Timur dan terendah di Musim Barat (Tabel 2).

Hal ini diduga sebagai akibat tingginya curah hujan pada Musim Barat sehingga

mengurangi pemanasan akibat pencahayaan matahari yang berkurang dan

mempengaruhi suhu. Menurut (Ilahude, 1995) kondisi suhu di Teluk Jakarta pada

Musim Barat berkisar antara 28.5 °C – 30.0 oC, pada Musim peralihan Barat-Timur

antara 29.5 °C – 30.7 oC, pada Musim Timur suhu berkisar antara 28.5 °C – 31.0 oC dan

pada Musim peralihan Timur Barat berkisar antara 28.5 °C – 31.0 oC.

Gambar 12 Grafik rataan bulanan suhu di lokasi penelitian

Page 16: 59436873-Jurnal-Oseanografi

P. Bokor

P. Pari

P. Payung

1100

1400

1700

2000

2300

Jun

i

Juli

Ag

ustu

s

Se

pte

mbe

r

Okto

be

r

No

vem

be

r

De

sem

be

r

Jan

uari

Feb

rua

ri

Ma

ret

Ap

ril

Mei

Timur Timur Barat Barat Barat Timur

Tahun 2004-2005

µm

ol m

-2 s

-1

3) Intensitas Cahaya

Hasil pengukuran intensitas cahaya selama penelitian berkisar antara 1300

µmol.m-2.det-1 – 2100 µmol.m-2.det-1 (Gambar 13). Intensitas cahaya cenderung

seragam pada semua pulau, berdasarkan hasil uji HSD Tukey (α = 0.05) menunjukkan

bahwa intensitas cahaya tidak berbeda nyata (uji F; P = 0.067) pada semua pulau

(Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa intesitas cahaya pada semua pulau cenderung

sama. Uji HSD Tukey (α = 0.05) terhadap intensitas cahaya pada lokasi penelitian

berdasarkan musim, berbeda nyata (uji F; P = 0.014) dimana intensitas cahaya yang

tinggi ditemukan di Musim Timur dan terendah di Musim Barat (Tabel 2). Hal ini

diduga sebagai akibat tingginya curah hujan dan sedimentasi pada Musim Barat

sehingga mengurangi pencahayaan matahari dan mempengaruhi intensitas cahaya,

namun berdasarkan pernyataan Adey and Geortemiller (1987) yang mengatakan bahwa

puncak produksi biomassa makroalga pada intensitas cahaya matahari antara

1400 µmol.m-2.det-1 – 1700 µmol.m-2.det-1. Hal ini berarti bahwa kondisi cahaya di

semua lokasi penelitian masih berada pada kisaran yang baik untuk pertumbuhan

makroalga.

Gambar 13 Grafik rataan bulanan Intensitas Cahaya

Page 17: 59436873-Jurnal-Oseanografi

P. Bokor

P. PariP. Payung

5.00

7.00

9.00

Jun

i

Juli

Agu

stu

s

Se

pte

mb

er

Okto

ber

No

ve

mber

De

sem

ber

Ja

nua

ri

Fe

bru

ari

Mare

t

April

Mei

Timur Timur Barat Barat Barat Timur

Tahun 2004-2005

4) pH

Hasil pengukuran pH selama penelitian berkisar antara 6.5 – 8, pH cenderung

lebih rendah di Pulau Bokor dibanding dua pulau lainnya (Gambar 14). Hasil uji HSD

Tukey (α = 0.05) menunjukkan hasil yang berbeda nyata (uji F; P = 0.0003) dimana pH

di Pulau Payung dan Pulau Pari lebih tinggi dibandingkan dengan di Pulau Bokor

(Tabel 1). Uji HSD Tukey (α = 0.05) terhadap pH pada lokasi penelitian berdasarkan

musim menunjukan hasil yang berbeda nyata (uji F; P = 0.0410) dimana pH tinggi

ditemukan di Musim Timur dan terendah di Musim Barat (Tabel 2). Hal ini diduga

terkait dengan tingginya masukan air tawar dari daratan pada Musim Barat sehingga

menurunkan nilai pH.

Gambar 14 Grafik rataan bulanan pH

5) Nutrien (Fosfat, Nitrat, Nitrit dan Amonium)

Hasil pengukuran fosfat selama penelitian berkisar antara 0.130 µg.At-PO4.l-1 -

0.700 µg.At-PO4.l-1 . Konsentrasi fosfat cenderung lebih tinggi di Pulau Bokor

dibanding dua pulau lainnya (Gambar 15). Uji HSD Tukey (α = 0.05) menunjukkan

hasil berbeda nyata (uji F; P = 0.0000) dimana fosfat di Pulau Bokor lebih tinggi

dibandingkan dengan di Pulau Pari dan Pulau Payung (Tabel 1). Uji HSD Tukey (α =

Page 18: 59436873-Jurnal-Oseanografi

P. Bokor

P. Pari

P. Payung

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

Juni

Juli

Agu

stus

Sep

tem

be

r

Oktob

er

No

vem

ber

De

sem

ber

Janu

ari

Fe

brua

ri

Ma

ret

April

Me

i

TIMUR TIMUR - BARAT BARAT BARAT - TIMUR

Tahun 2004-2005

µg

.At-

PO

4.l-1

0.05) menunjukkan hasil yang berbeda nyata (uji F; P = 0.0005) dimana fosfat tinggi

ditemukan di Musim Barat dan terendah di Musim Timur (Tabel 2).

Gambar 15 Grafik rataan bulanan konsentrasi fosfat (PO4-3)

Tingginya fosfat di Teluk Jakarta pada Musim Barat dan peralihan Musim Barat-

Timur diperkirakan berasal dari daratan melalui aktivitas run-off (Suyarso, 1995).

Sementara hasil pengukuran fosfat oleh Damar (2003) menunjukkan bahwa pada bulan

Desember 2000 yang mewakili Musim Hujan terlihat bahwa konsentrasi fosfat yang

tinggi ditemukan di daerah mulut sungai sebagai akibat aktivitas run-off, sedangkan

pada Bulan Juli 2001 konsentarasi fosfat yang tinggi selain di daerah pantai (inshore),

juga ditemukan pada daerah luar (offshore). Pola penyebaran nutrien di Teluk Jakarta

pada setiap musim menunjukkan kecenderungan terjadi perubahan. Pada Musim

peralihan Barat-Timur kandungan fosfat tertinggi dijumpai di sepanjang pantai yakni

pada bagian Barat Teluk Jakarta mulai dari Tanjung Pasir hingga ke muara Bekasi yang

mencapai >0.60 µgA-PO4.l-1 dan semakin ke arah laut lepas konsentrasinya semakin

kecil. Sebaliknya pada Musim Timur dan Musim peralihan Timur- Barat konsentrasi

fosfat tertinggi ditemukan di sepanjang pantai Teluk Jakarta bagian Barat dan

semakin kearah laut lepas mengalami penurunan (Suyarso, 1995).

Page 19: 59436873-Jurnal-Oseanografi

Hasil pengukuran Nitrat selama penelitian berkisar antara 0.22 µg.At-NO3.l-1 -

4.79 µg.At-NO3.l-1. Konsentrasi nitrat cenderung lebih tinggi di P. Bokor dibanding dua

pulau lainnya (Gambar 16). Hasil uji HSD Tukey (α = 0.05) menunjukkan bahwa Nitrat

di Pulau Bokor berbeda nyata (uji F; P = 0.0000) yang lebih tinggi dibandingkan dengan

di Pulau Pari dan Pulau Payung (Tabel 1). Hasil uji HSD Tukey (α = 0.05)

menunjukkan bahwa nitrat pada lokasi penelitian berdasarkan musim, nitrat yang tinggi

ditemukan di Musim Barat yang berbeda nyata (uji F; P = 0.0146) dan terendah di

Musim Timur (Tabel 2). Hal ini diduga terkait dengan tingginya aktifitas run-off dari

daratan khususnya di Teluk Jakarta pada Musim Barat yang banyak membawa nutrien

kedalam perairan sehingga mempengaruhi nitrat perairan pada ketiga lokasi penelitian.

Hasil penelitian Damar (2003) menunjukkan bahwa sebaran nitrat di perairan Teluk

Jakarta yang diukur selama setahun ditemukan tertinggi di daerah pantai dengan kisaran

konsentrasi antara 0.58µg.At-NO3.l-1 – 35.17 µg.At-NO3.l

-1. Nilai terendah ditemukan

di daerah offshore yang berkisar antara 0.02 µg.At-NO3.l-1 – 3.62 µg.At-NO3.l

-1.

Hasil pengukuran nitrit selama penelitian berkisar antara

0.110µg.At-NO2.l-1 - 0.660µg.At-NO2.l

-1. Konsentrasi nitrit cenderung lebih tinggi di P.

Bokor dibanding dua pulau lainnya (Gambar 17). Hasil uji HSD Tukey (α = 0.05)

menunjukkan bahwa nitrit di Pulau Bokor berbeda nyata (uji F; P = 0.0007) yang lebih

tinggi dibandingkan dengan di Pulau Pari dan Pulau Payung (Tabel 1). Hasil uji HSD

Tukey (α = 0.05) menunjukkan bahwa Nitrit pada lokasi penelitian berdasarkan musim,

nitrit yang tinggi ditemukan di Musim Barat yang berbeda nyata (uji F; P = 0.0021) dan

terendah di Musim Timur (Tabel 2). Hal ini diduga terkait dengan tingginya aktifitas

run-off dari daratan khususnya di Teluk Jakarta pada Musim Barat yang banyak

membawa nutrien kedalam perairan sehingga mempengaruhi nitrit perairan pada ketiga

lokasi penelitian.

Page 20: 59436873-Jurnal-Oseanografi

P. Bokor

P. Pari

P. Payung

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

Juni

Juli

Agustus

Septem

ber

Oktober

Novem

ber

Desem

ber

Januari

Februari

Maret

April

Mei

TIMUR TIMUR - BARAT BARAT BARAT - TIMUR

Tahun 2004-2005

µg

.At-

NO

3.l-1

P. Bokor

P. Pari

P. Payung

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

Juni

Juli

Agustus

Septem

ber

Oktober

Novem

ber

Desem

ber

Januari

Februari

Maret

April

Mei

TIMUR TIMUR - BARAT BARAT BARAT - TIMUR

Tahun 2004-2005

µg

.At-

NO

2.l-1

Gambar 16 Grafik rataan bulanan konsentrasi Nitrat (NO3-)

Gambar 17 Grafik rataan bulanan konsentrasi nitrit (NO2-)

Hasil pengukuran amonium selama penelitian berkisar antara

0.89 µg.At-NH4.l-1 - 3.15µg.At-NH4.l

-1. Konsentrasi amonium cenderung lebih tinggi di

Pulau Bokor dibanding dua pulau lainnya (Gambar 18). Hasil uji HSD Tukey

Page 21: 59436873-Jurnal-Oseanografi

P. Bokor

P. Pari

P. Payung

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

Juni

Juli

Ag

ustus

Se

ptem

ber

Oktob

er

Nove

mb

er

Dese

mb

er

Janu

ari

Feb

ruari

Maret

Ap

ril

Mei

TIMUR TIMUR - BARAT BARAT BARAT - TIMUR

Tahun 2004-2005

µg

.At-

NH

4.l-1

(α = 0.05) menunjukkan bahwa Amonium di Pulau Bokor berbeda nyata

(uji F; P = 0.0014) yang lebih tinggi dibandingkan dengan di Pulau Pari dan Pulau

Payung (Tabel 1). Hasil uji HSD Tukey (α = 0.05) menunjukkan bahwa amonium pada

lokasi penelitian berdasarkan musim, amonium yang tinggi ditemukan di Musim Barat

yang berbeda nyata (uji F; P = 0.0403) dan cenderung sama pada tiga musim lainnya

(Tabel 2). Hal ini diduga terkait dengan tingginya aktifitas run-off dari daratan

khususnya di Teluk Jakarta pada Musim Barat yang banyak membawa nutrien kedalam

perairan sehingga mempengaruhi amonium perairan pada ketiga lokasi penelitian.

Gambar 18 Grafik rataan bulanan konsentrasi amonium (NH4+)

6) Laju Sedimentasi

Hasil pengukuran laju sedimentasi selama penelitian berkisar antara

0.420 mg.cm-2.hari-1 – 5.360 mg.cm-2.hari-1. Laju sedimentasi cenderung lebih tinggi di

Pulau Bokor dibanding dua pulau lainnya (Gambar 19). Hasil uji HSD Tukey (α = 0.05)

menunjukkan bahwa laju sedimentasi di Pulau Bokor berbeda nyata (uji F; P = 0.02641)

yang lebih tinggi dibandingkan dengan di Pulau Pari dan Pulau Payung (Tabel 1). Hasil

uji HSD Tukey (α = 0.05) menunjukkan bahwa laju sedimentasi pada lokasi penelitian

berdasarkan musim, laju sedimentasi lebih tinggi di Musim Barat yang berbeda nyata

Page 22: 59436873-Jurnal-Oseanografi

P. Bokor

P. Pari

P. Payung

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Timur Timur Barat Barat Barat Timur

Tahun 2004 - 2005

mg

.cm

-2. h

ari

-1

(uji F; P = 0.0078) dibandingkan pada tiga musim lainnya (Tabel 2). Hal ini diduga

terkait dengan tingginya aktifitas run-off dari daratan khususnya di Teluk Jakarta pada

Musim Barat yang banyak membawa partiekl – partikel sedimen kedalam perairan

sehingga mempengaruhi laju sedimentasi pada ketiga lokasi penelitian.

Gambar 19 Grafik rataan bulanan laju sedimentasi

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisik-kimia perairan di lokasi penelitian

selama empat musim memiliki kecenderungan yang berbeda. Adanya perbedaan ini

diduga dipengaruhi oleh letak lokasi penelitian yang masih berada disekitar perairan

Teluk Jakarta. Tingginya aktifitas run-off yang masuk ke Teluk Jakarta setiap tahun

relatif sangat tinggi tentunya memberikan pengaruh yang negatif terhadap kondisi

perairan. Aktifitas run-off umumnya membawa berbagai macam buangan dari daratan,

seperti buangan aktivitas pertanian berupa pestisida, pupuk yang banyak mengandung

nutrien serta sedimentasi. Selain itu aktivitas industri yang melakukan pembuangan

limbah cair dan padat ke aliran sungai juga akhirnya masuk kedalam perairan Teluk

Page 23: 59436873-Jurnal-Oseanografi

Jakarta. Belum lagi buangan limbah rumah tangga yang banyak mengandung limah

organik maupun anorganik.

Kecenderungan konsentrasi nutrien dan sedimentasi pada lokasi penelitian yang

lebih dekat ke Teluk Jakarta (P. Bokor) secara statistik menunjukkan lebih tinggi

dibanding dengan dua pulau lainnya (P. Pari dan P. Payung) yang jaraknya relatif lebih

jauh dari Teluk Jakarta. Hal ini juga berpengaruh ke beberapa parameter lain seperti

intensitas cahaya, suhu, pH dan salinitas. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Suyarso,

(1995) yang menyatakan bahwa pola penyebaran nutrien di Teluk Jakarta pada setiap

musim menunjukkan kecenderungan terjadi perubahan. Pada Musim peralihan Barat-

Timur kandungan fosfat tertinggi dijumpai di sepanjang pantai yakni pada bagian Barat

Teluk Jakarta mulai dari Tg.Pasir hingga ke muara Bekasi dan semakin ke arah laut

lepas konsentrasinya semakin kecil. Sebaliknya pada Musim Timur dan Musim

peralihan Timur- Barat konsentrasi fosfat tertinggi ditemukan di sepanjang pantai

Teluk Jakarta bagian Barat dan semakin kearah laut lepas mengalami penurunan .

Hasil ini didukung juga dari hasil analisis PCA (Analisis Komponen Utama) terhadap

parameter fisik-kimia yang terukur dalam peneltian ini. Hasil analisis menunjukkan

bahwa konsentrasi nutrien dan laju sedimentasi ditemukan tinggi di P. Bokor

dibandingkan dengan dua pulau lainnya dan cenderung lebih tinggi di Musim Barat

dibandingkan dengan ketiga musim lainnya.

Pustaka

Adey, W.H. and Goertemiller, T. 1987. Coral reef algal turf: master producers in nutrient poor seas. Phycologia 26:374-386

A.G. Ilahude 1995. Sebaran suhu, salinitas, siqma-T, oksigen dan Zat hara di perairan Teluk Jakarta in: Suyarso (ed) Atlas oseanologi Teluk Jakarta. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia P3O, Jakarta

Atkinson, M.J. 1988. Are coral reefs nutrien limited?. Proc 6th Int.Coral Reef Symp Publ 1 : 157-166.

Page 24: 59436873-Jurnal-Oseanografi

Bird, K.T. 1976. Simultaneous assimilation of ammonium and nitrate by Gelidium nudifrons (Gelidiales: Rhodophyta). J. Phycol. 12:238-241.

Damar, A. 2003. Effect of enrichment on nutrient dynamics, phytoplankton dynamics and productivity in Indonesian tropical waters:a comparison between Jakarta Bay, Lampung Bay and Semangka Bay (in English). Dissertation zur erlangung des doktorgrades der mathematisc-natuwissenschaftlichen fakultat der Christian-Alberchts Universitat. On line dissertation http//:e-diss.uni-kiel.de/diss_702/d702.pdf dikunjungi tanggal 16 September 2003.

Dupra, V. 2002. Biogeochemical modeling of carbon, nitrogen and phosphorous through the estuarine coastal system of east and southeast asia. www.survas. mdx.ac.uk. Dikunjungi 10 Mei 2003.

English, S.,C. Wilkinson and V. Baker 1994. Survey manual for tropical marine resources. AIMS, Townsville.

Grasshoff,K., M.Erhardt and Kremling 1983. Methods of seawater analysis. Weinheim Chemie.

Hutagalung, H.P. Pencemaran laut oleh logam berat. P2O LIPI , Jakarta.

Legendre, L. dan P. Legendre. 1998. Numerical ecology. Second edition. Elsevier Science B. V., Amsterdam.

Millero, F.J. 1996. Chemical Oceanography 2nd. Ed. CRC Press, New York.

Riley, J.P. and G. Skirrow. 1965. Chemical Oceanography. Academic Press, London and New York.

Robertson, L.S., and F.J.Pierce.1988. Understanding sediments: problem and solutions. Ext.Bulletin WQ-08, Michigan State University Extension:1-5.

Suyarso 1995. Data dan analisis data oseanologi Teluk jakarta in: Suyarso (ed) Atlas oseanologi Teluk Jakarta. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia P3O, Jakarta.

UNESCO. 1997. The missing islands of Pulau Seribu (Indonesia). www.unesco.org/ csi/act. Dikunjungi 13 November 2002.

UNESCO. 1998. Activities in Seribu Islands and in Jakarta Bay. www.unesco.or.id/ prog/science. Dikunjungi 13 November 2002.