6
6 Gangguan Utama Akibat Stroke Penyakit stroke adalah penyakit yang menyerang sistem syaraf. Sistem syaraf merupakan suatu sistem yang mempunyai fungsi mengatur seluruh tubuh dengan melakukan koordinasi dan juga bekerja sama antar sistem tubuh. Sehingga mengakibatkan gangguan yang sangat signifikan terhadap tubuh. Berikut adalah 6 gangguan utama akibat stroke. 1. GANGGUAN KOMUNIKASI Kemampuan manusia berkomunikasi satu sama lain melibatkan bermacam-macam fungsi, yang utama adalah kemampuan berbahasa dan berbicara. Gangguan fungsi bahasa disebut sebagai afasia sedangkan gangguan fungsi bicara disebut disartria. 1. Afasia

6 Gangguan Utama Akibat Stroke

Embed Size (px)

DESCRIPTION

GANGGUAN KOMUNIKASIKemampuan manusia berkomunikasi satu sama lain melibatkan bermacam-macam fungsi, yang utama adalah kemampuan berbahasa dan berbicara. Gangguan fungsi bahasa disebut sebagai afasia sedangkan gangguan fungsi bicara disebut disartria.1. AfasiaAfasia didefinisikan sebagai gangguan untuk memformulasikan dan menginterpretasikan simbol bahasa. Afasia terjadi sebagai akibat adanya lesi pada mekanisme bahasa di sistem saraf pusat, umumnya di hemisfer dominan. Kemampuan berbahasa seseorang dibedakan antara lain: o Kemampuan mengekspresikan bahasa verbal (bicara spontan)o Kemampuan memahami bahasa verbal (pemahaman auditori)o Kemampuan mengekspresikan bahasa melalui tulisan (bahasa simbol)o Kemampuan memahami bahasa tulisan/membaca (pemahamanan visual)o Menamakano Meniru

Citation preview

Page 1: 6 Gangguan Utama Akibat Stroke

6 Gangguan Utama Akibat Stroke Penyakit stroke adalah penyakit yang menyerang sistem syaraf. Sistem syaraf merupakan suatu sistem yang mempunyai fungsi mengatur seluruh tubuh dengan melakukan koordinasi dan juga bekerja sama antar sistem tubuh. Sehingga mengakibatkan gangguan yang sangat signifikan terhadap tubuh.

Berikut adalah 6 gangguan utama akibat stroke.

1. GANGGUAN KOMUNIKASI

Kemampuan manusia berkomunikasi satu sama lain melibatkan bermacam-macam fungsi, yang utama adalah kemampuan berbahasa dan berbicara. Gangguan fungsi bahasa disebut sebagai afasia sedangkan gangguan fungsi bicara disebut disartria.

1. Afasia

Afasia didefinisikan sebagai gangguan untuk memformulasikan dan menginterpretasikan simbol bahasa. Afasia terjadi sebagai akibat adanya lesi pada mekanisme bahasa di sistem saraf pusat, umumnya di hemisfer dominan. Kemampuan berbahasa seseorang dibedakan antara lain:

Page 2: 6 Gangguan Utama Akibat Stroke

o Kemampuan mengekspresikan bahasa verbal (bicara spontan)o Kemampuan memahami bahasa verbal (pemahaman auditori)o Kemampuan mengekspresikan bahasa melalui tulisan (bahasa simbol)o Kemampuan memahami bahasa tulisan/membaca (pemahamanan visual)o Menamakano Meniru

Stroke dapat mengakibatkan gangguan pada salah satu beberapa atau bahkan semua kemampuan berbahaya (afasia global). Secara umum afasia dibedakan menjadi afasia motorik, afasia sensorik, afasia transkortikal sensorik, afasia transkortikal motorik, afasia anomik dan afasia global. Kemampuan pemahaman bahasa menjadi indikator penting untuk kemandirian aktivitas fungsional, artinya semakin berat gangguan afasia sensorik yang diderita, semakin sulit tercapai kemandirian dalam aktivitas sehari-hari. Pasien afasia harus diajak berbicara dengan suara biasa afasia bukan gangguan pendengaran, jadi tidak perlu berteriak keras). Selain itu, jangan terlalu cepat dan dengan kalimat pendek yang mengandung satu informasi saja dalam setiap kalimat. Akan lebih bermanfaat apabila stimulasi auditori (bahasa verbal) yang diberikan secara simultan dengan stimulasi visual (bahasa tulisan atau gambar-gambar). Pasien afasia jangan diajarkan mengeja huruf, karena akan membuat pasien frustasi. Mengeja merupakan fungsi hemisfer kiri yang justru terganggu. Stimulasi melalui lagu, menyanyikan dan menyuarakan syair lagu yang sudah pasien kenal sebelum sakit akan lebih bermanfaat.

2. Disartria

Disartria didefinisikan sebagai gangguan dalam mengekspresikan bahasa verbal, akibat kelemahan, spastisitas dan atau gangguan koordinasi pada organ bicara dan artikulasi. Parameter bicara yang terkena pada disatria antara lain respirasi, fonasi/suara, artikulasi, resonansi dan prosodi. Tergantung letak lesi disatria dibedakan atas disatria flaksid, spastik, ataksik, hipokinetik dan hiperkinetik. Terapi latihan diberikan sesuai dengan penyebab disatria, antara lain untuk memperbaiki kontrol pernapasan, meningkatkan kelenturan dan penguatan organ bicara dan artikulasi termasuk otot wajah, otot leher dan otot pernapasan.

2. GANGGUAN FUNGSI LUHUR

Fungsi kortikal luhur merupakan fungsi yang paling luhur pada manusia, yang membedakan manusia dengan mahkluk Tuhan lainnya. Kerja fungsi ini melibatkan jaringan yang rumit dan kompleks serta sulit untuk dipisahkan karena saling terkait satu sama lain. Untuk memudahkan pemahaman, fungsi kortikal luhur dibedakan menjadi fungsi berbahasa, fungsi memori, fungsi visuospasial, fungsi emosi dan fungsi kognisi. Fungsi kognisi seseorang memerlukan intaknya fungsi kortikal luhur yang lain. Fungsi kognisi antara lain kemampuan atensi, konsentrasi, registrasi, kategorial, kalkulasi, persepsi, proses pikir, perencanaan, tahapan serta pelaksanaan aktivitas/tugas, pertimbangan baik buruk, bahaya tidak bahaya, pemecahan masalah dan lain sebagainya. Pasien stroke disertai gangguan fungsi luhur memerlukan rehabilitasi spesifik (specific rehabilitation). Rehabilitasi (rehabilitation) untuk mengembalikan kemampuan fungsional

Page 3: 6 Gangguan Utama Akibat Stroke

(karena ada gangguan fungsi kognisi) tersebut lebih sulit dan memerlukan waktu lebih lama. Salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah hemi-neglect. Pasien dengan gangguan hemi-neglect umumnya mempunyai lesi di hemisfer kanan dan mengabaikan semua yang berada di sisi kirinya. Pasien tersebut seringkali berjalan menabrak pintu yang ada di sebelah kiri, jatuh tersandung benda yang berada di sisi kiri, atau tidak menyadari ada makanan atau minuman yang diletakkan di sisi kirinya. Gangguan hemi-neglect paling parah adalah ia tidak mengenali tangan kirinya sebagai bagian dari tubuhnya. Gangguan ini tidak sama dengan hemianopsia, dimana lapang pandang pasien menjadi terbatas.

3. GANGGUAN MENELAN

Gangguan menelan disebut sebagai disfagia. Insiden gangguan menelan akibat stroke cukup banyak berkisar antara 30-65%. Sekitar 30% akan pulih dalam 2 minggu, sisanya akan pulih dalam bulan-bulan berikutnya. Disfagia merupakan gejala klinis penting karena menempatkan pasien pada risiko aspirasi dan pneumonia, selain dehidrasi dan malnutrisi. Suara pasien yang serak basah perlu dicurigai adanya gangguan menelan. Mendeteksi adanya disfagia dapat dilakukan melalui pemeriksaan sederhana sebagai berikut:

1. Pasien mampu memahami tujuan tes ini dan kooperatif.2. Posisikan pasien duduk tegak. Apabila belum ada keseimbangan duduk, perlu diberikan

tunjangan bantalan agar dapat mempertahankan posisi duduk dengan baik.3. Berikan satu sendok teh (5 ml) air dingin, minta pasien untuk menelan dengan kepala

sedikit menunduk.4. Perhatikan apakah pasien mampu menutup bibir saat mencoba menelan.5. Lihat atau lakukan palpasi dengan meletakan jari pada laring, rasakan apakah terjadi

elevasi laring yang menunjukan terjadinya proses menelan. Monitor apakah ada keterlambatan atau terjadi proses menelan yang inkomplit.

6. Minta pasien untuk menyuarakan huruf “aaaa.....” Monitor suara yang terdengar kering atau basah/serak.

7. Minta pasien berusaha membatukkan lendir, ulangi menyuarakan huruf “aaa....” Monitor kembali bagaimana suara yang terdengar.

Apabila ternyata pasien tidak dapat menelan atau suara menjadi basah, maka makan dan minum per oral harus dihentikan. Pasien memerlukan pemeriksaan fungsi menelanlebih lanjut dengan VFSS (video fluorosgraphic swallow study) atau FEES (fiberoptic endoscopic evaluation of swallowing).

4. GANGGUAN FUNGSI MIKSI DAN DEFEKASI

Gangguan miksi yang terjadi pada stroke umumnya adalah uninhibited bladder yang menimbulkan inkontinensia urin. Walaupun pasien kelihatannya mampu miksi, namun harus tetap dievaluasi apakah urin keluar tuntas, artinya residu sisa dalam kandung kemih setelah miksi kurang dari 50-80 ml. Sisa urin yang terlalu banyak akan menyebabkan timbulnya infeksi kandung kemih. Pasien inkontinensia karena uninhibited bladder dapat diatasi dengan manajemen waktu berkemih. Catat waktu serta jumlah minum dan urine pada voiding diary selama minimal 3 hari berturut-turut. Berdasarkan voiding diary tersebut dapat ditentukan kapan

Page 4: 6 Gangguan Utama Akibat Stroke

pasien setiap kali harus berkemih dengan pengaturan minum yang sesuai. Apabila frekuensi miksi terlalu sering, obat seperti antikolinergik dapat membantu, namun hati-hati dengan risiko timbulnya retensio urin. Gangguan defekasi pada stroke fase subakut pada umumnya adalah konstipasi akibat immobilisasi. Perlu diingat bahwa diare yang timbul kemudian selain gastroenteritis juga bisa disebabkan oleh adanya skibala, terutama bila didahului oleh obstipasi lama sebelumnya. Sarankan pasien untuk banyak bergerak aktif, berikan cukup cairan (sekitar 40 ml/kg BB ditambah 500 ml air/cairan bila tidak ada kontraindikasi), serta makan makanan berserat tinggi. Bila perlu obat laksatif dapat diberikan.

5. GANGGUAN BERJALAN

Ambulasi jalan merupakan suatu aktivitas komplex yang memerlukan tidak hanya kekuatan otot ekstremitas bawah saja, tetapi juga kemampuan kognitif, persepsi, keseimbangan dan koordinasi. Terapi latihan menuju ambulasi jalan perlu diberikan bertahap, dimulai dari kemampuan mempertahankan posisi duduk statik dan dinamik, keseimbangan berdiri statik dan dinamik kemudian latihan berjalan. Dalam latihan berdiri perlu selalu diperhatikan bahwa panggul harus pada posisi ekstensi 00, lutut mengunci pada posisi ekstensi 00 sedangkan pergelangan kaki dalam posisi netral 900. Pastikan berat badan tertumpu juga pada tungkai sisi yang sakit. Paralel bar yaitu palang dari besi, kayu atau bambu yang dipasang sejajar merupakan tempat latihan jalan yang paling baik. Letakan kaca setinggi tubuh di depan paralel bar agar pasien dapat melihat sendiri postur berdiri serta jalannya dan melakukan koreksi secara aktif. Apabila jalan sudah cukup stabil di dalam paralel bar, maka latihan jalan dapat dilanjutkan dengan memakai tripod, yaitu tongkat yang ujung bawahnya bercabang tiga. Untuk memperbaiki stabilitas jalan, tidak jarang diperlukan perespon splint kaki (dynamic foot orthosis) atau sepatu khusus.

6. GANGGUAN MELAKUKAN AKTIVITAS SEHARI-HARI

Pasien yang telah kembali ke rumah seharusnya dimotivasi untuk mengerjakan semampunya aktivitas perawatan dirinya sendiri. Apabila sisi kanan yang terkena, pasien dapat diajarkan untuk menggunakan tangan kirinya untuk semua aktivitas. Pastikan juga tangan yang sakit diikutsertakan dalam semua kegiatan. Semakin cepat dibiarkan melakukannya sendiri, semakin cepat pula pasien menjadi mandiri. Hanya aktivitas yang dapat menimbulkan risiko jatuh atau membahayakan pasien sendiri yang perlu ditolong oleh keluarga.