26
60 Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam Dalam 100 g bayam mengandung 426 mg nitrat dan 557 mg fosfor dan konsentrasi nitrat yang optimum dalam perkembangbiakan fitoplankton adalah 0,9-3,5 mg/l sedangkan untuk konsentrasi ortofosfat yang optimum dalam perkembangbiakan fitoplankton adalah 0,27-5,51 mg/l (Mackentum 1969). Sehingga dapat dilakukan estimasi perhitungan sebagai berikut : o Konsentrasi nitrat dalam 100 g bayam dikonversikan dahulu satuannya kedalam satuan g, sehingga didapatkan konsentrasi nitrat sebesar 0,426 g. o Konsentrasi fosfor dalam 100 g bayam dikonversikan dahulu satuannya kedalam satuan g, sehingga didapatkan konsentrasi nitrat sebesar 0,557 g. o Menurut Mackentum 1969, konsentrasi nitrat optimum untuk fitoplankton adalah 0,9-3,5 mg/l dan konsentrasi ortofosfat sebesar 0,27-5,51 mg/l, kemudian satuan mg/l dikonversikan menjadi g/l, sehingga didapatkan nilai konsentrasi sebesar 0,0009-0,0035 g/l untuk nitrat dan didapatkan nilai konsentrasi sebesar 0,00027-0,00551 g/l. o Sehingga dapat ditarik estimasi untuk pemberian konsentrasi ekstrak etanol bayam (unsur nitrat), yakni : 0,0035g/0,426g = 0,008 g (konsentrasi nitrat yang mendekati optimum menurut Mackentum) dan untuk unsur fosfor, yakni : 0,00551g/0,557g = 0,009 g (konsentrasi ortofosfat yang mendekati optimum menurut Mackentum). o Selanjutnya, nilai estimasi konsentrasi ekstrak etanol bayam sebesar 0,008 g dikonversikan menjadi satuan mg, sehingga didapatkan hipotesis konsentrasi ekstrak etanol bayam optimum dalam penelitian ini sebesar 8 mg/l. o Penentuan konsentrasi ekstrak etanol bayam sebesar 8 mg/l sebagai konsentrasi optimum dalam penelitian ini dikarenakan pada konsentrasi 8 mg/l ini mencakup kebutuhan unsur makro meliputi nitrat dan ortofosfat (konsentrasi tidak kurang maupun tidak lebih dalam menunjang perkembangbiakan dari Chlorella sp.

60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

60

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam

Dalam 100 g bayam mengandung 426 mg nitrat dan 557 mg fosfor dan

konsentrasi nitrat yang optimum dalam perkembangbiakan fitoplankton adalah

0,9-3,5 mg/l sedangkan untuk konsentrasi ortofosfat yang optimum dalam

perkembangbiakan fitoplankton adalah 0,27-5,51 mg/l (Mackentum 1969).

Sehingga dapat dilakukan estimasi perhitungan sebagai berikut :

o Konsentrasi nitrat dalam 100 g bayam dikonversikan dahulu satuannya

kedalam satuan g, sehingga didapatkan konsentrasi nitrat sebesar 0,426 g.

o Konsentrasi fosfor dalam 100 g bayam dikonversikan dahulu satuannya

kedalam satuan g, sehingga didapatkan konsentrasi nitrat sebesar 0,557 g.

o Menurut Mackentum 1969, konsentrasi nitrat optimum untuk fitoplankton

adalah 0,9-3,5 mg/l dan konsentrasi ortofosfat sebesar 0,27-5,51 mg/l,

kemudian satuan mg/l dikonversikan menjadi g/l, sehingga didapatkan

nilai konsentrasi sebesar 0,0009-0,0035 g/l untuk nitrat dan didapatkan

nilai konsentrasi sebesar 0,00027-0,00551 g/l.

o Sehingga dapat ditarik estimasi untuk pemberian konsentrasi ekstrak

etanol bayam (unsur nitrat), yakni : 0,0035g/0,426g = 0,008 g (konsentrasi

nitrat yang mendekati optimum menurut Mackentum) dan untuk unsur

fosfor, yakni : 0,00551g/0,557g = 0,009 g (konsentrasi ortofosfat yang

mendekati optimum menurut Mackentum).

o Selanjutnya, nilai estimasi konsentrasi ekstrak etanol bayam sebesar

0,008 g dikonversikan menjadi satuan mg, sehingga didapatkan hipotesis

konsentrasi ekstrak etanol bayam optimum dalam penelitian ini sebesar

8 mg/l.

o Penentuan konsentrasi ekstrak etanol bayam sebesar 8 mg/l sebagai

konsentrasi optimum dalam penelitian ini dikarenakan pada konsentrasi

8 mg/l ini mencakup kebutuhan unsur makro meliputi nitrat dan ortofosfat

(konsentrasi tidak kurang maupun tidak lebih dalam menunjang

perkembangbiakan dari Chlorella sp.

Page 2: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

61

Lampiran 2. Peralatan yang Digunakan Dalam Penelitian

Tabung reaksi DestilatorMaserator

Toples 2,5 L Oven Ayakan 4/18

Timbangan digital Timbangan analitik Mikroskop cahaya

Pipet tetes Vacum evaporator Alumunium foil

Spekthophotometer Sentrifugator Cuvet

Page 3: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

62

Lampiran 2. Peralatan yang Digunakan Dalam Penelitian (Lanjutan)

Labu erlenmeyer pH meter Hand counter

Haemocytometer Aerator DO meter

Tabung plastik Batu aerasi Gelas ukur

Beaker glass Kertas saring Mortar dan cawan

Page 4: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

63

Lampiran 3. Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian

Bayam Simplisia bayam Etanol 70%

Ekstrak etanol bayam HCl 1% Kaporit

Sampel Chlorella

Pupuk urea Pupuk TSP Pupuk ZA

Aseton 90% Biakan awal Chlorela

Aquadest 15 L

Page 5: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

64

Lampiran 4. Tahapan Penelitian

Penelitian Pendahuluan Untuk mengetahui respon sel Chlorella terhadap EEB

Evaluasi hasil pengamatan penelitian pendahuluan

Penelitian Utama

- Volume total kultur dengan penambahan EEB adalah 1 L.- Aquades dimasukan sampai 2/3 volume total kultur.- Tambahkan EEB sesuai konsentrasi perlakuan.- Aerasi selama 10-15 menit.

- Inokulasi biakan Chlorella hingga volume total kultur 1 L.- Kepadatan awal sel Chlorella sebesar 100.000 sel/ml.- Rumus inokulasi bibit (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995).

- Kultur dibiarkan 1 hari untuk mendapatkan data kelimpahan.- Fotoperioditas (14 jam terang dan 10 jam gelap).- Pemakaian fotoperioditas mengacu pada (Betawati 2005).

- Pengukuran parameter fisik : suhu medium uji.- Pengukuran parameter kimia : pH dan DO medium uji.- Pengukuran parameter biologi : klorofil-a

- Untuk mengetahui pemberian konsentrasi EEB masing-masing perlakuan.- Untuk menenetukan konsentrasi EEB terbaik.

Langkah 1

Langkah 2

Langkah 3

Langkah 4

Tujuan

Page 6: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

65

Lampiran 5. Penghitungan Kelimpahan Sel Chlorella sp.

Pengamatan kelimpahan sel Chlorella sp. dilakukan dengan tiga kali

ulangan. Adapun rumus untuk menghitung kelimpahan sel Chlorella sp. dengan

cara :

Jumlah sel = (A1 + A2 + A3 + A4 + A5) / 5 x 25 x 10.000

Dimana :

A = Jumlah sel dalam chamber.

5 = Jumlah pengambilan data (chamber sedang).

25 = Jumlah chamber sedang.

10.000 = Volume kepadatan chamber (didapatkan dari p x l x t Haemocytometer).

Contoh :

Pengamatan pada kelimpahan sel Chlorella ketika hari kedua (perlakuan

C) didapatkan jumlah sel sebesar : 3, 3, 4, 3, 5 sel.

Penyelesaian :

Jumlah sel = (3 + 3 + 4 + 3 + 5) / 5 x 25 x 10.000

= 800.000 sel/ml.

Page 7: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

66

Lampiran 6. Penghitungan Laju Perkembangbiakan Spesifik Chlorella sp.

Laju perkembangbiakan spesifik () dari Chlorella sp. dihitung dengan

menggunakan rumus menurut Krichnavaruk et al. (2004) sebagai berikut :

ot

t

TTnN

0lnln

Dimana :

Nt = Kepadatan populasi sel pada waktu ke-t.

N0 = Kepadatan populasi sel pada waktu ke-0.

T0 = Waktu awal.

Tt = Waktu pengamatan

Contoh :

Kelimpahan sel Chlorella sp. pada perlakuan C pada hari pertama yakni:

1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml.

Penyelesaian :

Laju perkembangbiakan spesifik () Chlorella sp. hari ke-2 adalah :

12

0,1ln0,8ln 2,07

Page 8: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

67

Lampiran 7. Penghitungan Waktu Lag Phase Sel Chlorella sp.

Perhitungan waktu lag phase adalah dengan cara menghitung regresi linier

selama fase eksponensial (Suminto dan Hirayama 1996) dengan rumus :

Y = Ak + B

Dimana :

Y = Logaritma kelimpahan sel Chlorella pada hari ke-0.

k = Nilai intercept dari regresi linier.

B = Nilai slope dari regresi linier.

A = Estimasi waktu lag phase sel Chlorella (jam).

Catatan :

Penentuan waktu lag phase didasarkan kelimpahan sel yang meningkat

secara drastis pada hari ke 5 hingga hari ke 7 (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995).

Penyelesaian Untuk Waktu Lag Phase Perlakuan A1 Ulangan 1 :

X (Hari) Y (Kelimpahan Sel) X2 Y2 XY

5 14,5 25 210,25 72,5

6 24,0 36 576 144

7 29,5 49 870,25 206,5

X = 18 Y = 68 X2 = 110 Y2 = 1656,65 XY = 423

22 )())((

XXnYXXYnb

=324110.3

68.18423.3 = 7,5

nXbYa

=3

18.5,768 = -22,3

Y = Ak + B

Log 100.000 = A (-22,3) + 7,5

5 = -22,3 A + 7,5 A = 0,11 hari, konversi ke dalam jam = 0,11 x 24 = 2,64 jam.

Page 9: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

68

Lampiran 8. Hasil Uji Fitokimia Pada Bayam

No. Metabolit Sekunder Keberadaan Hasil Pengamatan Gambar

1. Alkaloid +Hasil Positif :

Endapan putih kekuningan

2. Steroid +Hasil Positif :

Terbentuk warna hijau

3. Flavonoid +Hasil Positif :

Terbentuk warna kuning

4. Saponin +Hasil Positif :

Terbentuk busa stagnan

Page 10: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

69

Lampiran 9. Prosedur Pembuatan Pereaksi Meyer

1,36 g HgCl2 + 0,5 g KIO2

Dilarutkan dan diencerkan dengan akuades.

100 ml dalam labu ukur.

Pereaksi tidak berwarna.

Page 11: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

70

Lampiran 10. Penghitungan Nilai Klorofil-a (mg/m3)

Nilai klorofil-a dari sampel Chlorella sp. pada akhir penelitian (10 hari

kultur) dapat menggunakan rumus Vollenweider (1974) sebagai berikut :

LvVCaaKlorofil.

.

Dimana :

Ca = (11,6 . D750) – (1,31 . D665) – (0,14 . D645).

V = Volume aseton yang digunakan (10 ml).

v = Volume air yang tersaring untuk direaksikan (600 ml)

L = Panjang cuvet (3 cm)

Contoh :

Setelah dilakukan pengukuran nilai klorofil-a (perlakuan K ulangan 1) pada

panjang gelombang 750 nm didapatkan nilai klorofil-a sebesar 2,046 Å, panjang

gelombang 665 nm didapatkan nilai klorofil-a sebesar 2,175 Å dan panjang

gelombang 645 nm di didapatkan nilai klorofil-a sebesar 2,571 Å.

Penyelesaian :

Ca = (11,6 . 2,046) – (1,31 . 2,175) – (0,14 . 2,571)

= 23,7336 – 2,84925 – 0,35994

= 20,52

Klorofil-a = 20,52.(3600

10x

)

= 20,52 . 0,0055

= 0,1128 mg/m3.

Page 12: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

71

Lampiran 11. Kelimpahan Sel Chlorella sp. (1x105) Selama Kultur

Perlakuan UlanganHari Ke- Rata-Rata

Ulangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A[EEB]

(2 mg/l)

1 1,0 5,0 6,0 8,5 14,5 24,0 29,5 27,0 26,5 19,0 16,1

2 1,0 5,5 6,5 9,0 21,5 24,5 33,5 30,5 29,0 21,0 18,2

3 1,0 3,5 6,0 8,0 10,5 20,5 28,0 24,5 25,5 17,0 14,4

Rata-RataPerlakuan

1,0 4,6 6,1 8,5 15,3 23 30,3 27,3 27 19 16,2

B[EEB]

(5 mg/l)

1 1,0 10,5 11,0 12,5 18,0 31,0 39,5 32,5 28,5 27,5 21,2

2 1,0 11,0 12,5 13,5 19,5 34,5 46,5 34,5 29,0 28,5 23,0

3 1,0 8,0 10,0 12,0 14,0 28,0 37,5 29,5 28,0 27,0 19,5

Rata-RataPerlakuan

1,0 9,8 11,1 12,6 17,1 31,1 41,1 32,1 28,5 27,6 21,2

C[EEB]

(8 mg/l)

1 1,0 10 11,5 20,5 36,0 67,5 68,5 55,0 53,0 48,0 37,1

2 1,0 8,0 8,5 13,5 21,0 44,5 54,5 50,5 43,5 35,5 28,0

3 1,0 9,0 11.0 14,5 23,0 55,0 68,0 53,5 50,0 46,5 32,0

Rata-RataPerlakuan

1,0 9 10,3 16,1 26,6 55,6 63,6 53 48,8 43,3 32,3

D[EEB]

(11 mg/l)

1 1,0 6,5 8,0 10,0 10,5 20,5 19,5 19,0 18,5 15,5 12,9

2 1,0 7,5 9,5 11,5 13,5 28,5 27,5 26,5 24,0 16,5 16,6

3 1,0 8,0 9,5 12,5 16,0 30,0 28,5 26,5 26,0 17,5 17,5

Rata-RataPerlakuan

1,0 7,3 9 11,3 13,3 26,3 25,1 24 22,8 16,5 15,6

K[PA]

(135 mg/l)

1 1,0 5,5 7,0 10,0 14,5 25,0 32,5 40,0 37,5 28,5 20,1

2 1,0 4,5 6,0 9,5 13,5 20,5 32,0 37,5 34,5 27,0 18,6

3 1,0 6,5 9,0 11,0 17,5 35,5 40,0 43,0 39,0 29,0 23,1

Rata-RataPerlakuan

1,0 5,5 7,3 10,1 15,1 27 34,8 40,1 37 28,1 20,6

Page 13: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

72

Lampiran 12. Perhitungan Konsentrasi Fosfor Pada Perlakuan D

Dalam 100 g bayam mengandung 557 mg fosfor dan konsentrasi ortofosfat

yang optimum dalam perkembangbiakan fitoplankton adalah 0,27-5,51 mg/l

(Mackentum 1969). Sehingga dapat dilakukan estimasi perhitungan sebagai

berikut :

o Konsentrasi fosfor dalam 100 g bayam dikonversikan dahulu satuannya

kedalam satuan g, sehingga didapatkan konsentrasi nitrat sebesar 0,557 g.

o Konsentrasi ekstrak etanol bayam pada perlakuan D sebesar 11 mg/l.

Selanjutnya konsentrasi ekstrak etanol bayam dikonversikan satuan

menjadi g/l, sehingga didapatkan nilai konsentrasi ekstrak etanol bayam

sebesar 0,0011 mg/l.

o Menurut Mackentum 1969, konsentrasi ortofosfat sebesar 0,27-5,51 mg/l,

kemudian satuan mg/l dikonversikan menjadi g/l, sehingga didapatkan

nilai konsentrasi fosfor sebesar 0,00027-0,00551 g/l.

o Sehingga dapat ditarik nilai estimasi fosfor pada perlakuan D, yakni :

0,557 g x 0,011 g = 0,006127 g/l.

o Selanjutnya, nilai estimasi fosfor pada perlakuan D sebesar 0,006127 g/l

dikonversikan menjadi satuan mg, sehingga didapatkan estimasi fosfor

pada perlakuan D sebesar 6,127 mg/l.

Page 14: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

73

Lampiran 13. Analisis Data Kelimpahan Sel Dengan Program SPSS

- Uji Levene.

- Uji Tabel Sidik (ANOVA).

- Uji Duncan (Taraf 95%)

Kesimpulan :

HO diterima (Sig 0,476 > 0,05).Artinya :Hipotesis awal diterima.

Kesimpulan :

Sig 0,000 < 0,05Artinya :Pengaruh perlakuan sangat signifikan.(Sangat berpengaruh nyata)

Catatan :

1. Sig 0,05 : tidak nyata.2. Sig < 0,05 : nyata (*).3. Sig < 0,01 : sangat nyata (**)

Catatan :

HO : ragam homogen.H1 : ragam tidak homogen.

a

Notasi

Kesimpulan :

Perlakuan C memberikanhasil kelimpahan selChlorella tertinggi.

ab

bc

Page 15: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

74

Lampiran 14. Laju Perkembangbiakan Spesifik Chlorella sp. Selama Kultur.

Perlakuan UlanganHari Ke- Rata-Rata

Ulangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A[EEB]

(2 mg/l)

1 0 1,60 0,18 0,34 0,53 0,50 0,20 -0,08 -0,01 -0,33 0,325

2 0 1,70 0,16 0,32 0,87 0,13 0,31 -0,09 -0,05 -0,32 0,336

3 0 1,25 0,53 0,28 0,27 0,66 0,31 -0,13 0,04 -0,40 0,312

Rata-RataPerlakuan

0 1,51 0,29 0,31 0,55 0,43 0,27 -0,1 -0,006 -0,35 0,324

B[EEB]

(5 mg/l)

1 0 2,35 0,04 0,12 0,36 0,54 0,24 -0,19 -0,13 -0,03 0,366

2 0 2,39 0,12 0,07 0,36 0,57 0,29 -0,29 -0,17 -0,01 0,370

3 0 2,07 0,22 0,18 0,15 0,69 0,29 -0,23 -0,05 -0,03 0,365

Rata-RataPerlakuan

0 2,27 0,12 0,12 0,29 0,60 0,27 -0,23 -0,11 -0,02 0,367

C[EEB]

(8 mg/l)

1 0 2,30 0,13 0,57 0,56 0,62 0,01 -0,21 -0,03 -0,09 0,428

2 0 2,07 0,06 0,46 0,44 0,75 0,20 -0,07 -0,14 -0,20 0,396

3 0 2,19 0,20 0,27 0,46 0,87 0,21 -0,23 -0,06 -0,07 0,426

Rata-RataPerlakuan

0 2,18 0,13 0,43 0,48 0,74 0,14 -0,17 -0,07 -0,12 0,416

D[EEB]

(11 mg/l)

1 0 1,87 0,20 0,22 0,04 0,66 -0,05 -0,02 -0,02 -0,17 0,303

2 0 2,01 0,23 0,19 0,16 0,74 -0,03 -0,03 -0,09 -0,37 0,312

3 0 2,07 0,17 0,27 0,24 0,62 -0,05 -0,07 -0,01 -0,39 0,316

Rata-RataPerlakuan

0 1,98 0,20 0,22 0,14 0,67 -0,04 -0,04 -0,04 -0,31 0,310

K[PA]

(135 mg/l)

1 0 1,70 0,24 0,35 0,37 0,54 0,26 0,20 -0,06 -0,27 0,370

2 0 1,50 0,28 0,45 0,35 0,41 0,44 0,15 -0,08 -0,24 0,362

3 0 1,87 0,32 0,20 0,46 0,70 0,11 0,07 -0,09 -0,29 0,372

Rata-RataPerlakuan

0 1,69 0,28 0,33 0,39 0,55 0,27 0,14 -0,07 -0,26 0,368

Page 16: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

75

Lampiran 15. Perhitungan Konsentrasi N dan P Pada Perlakuan A

Dalam 100 g bayam mengandung 426 mg nitrat dan 557 mg fosfor dan

konsentrasi nitrat yang optimum dalam perkembangbiakan fitoplankton adalah

0,9-3,5 mg/l sedangkan untuk konsentrasi ortofosfat yang optimum dalam

perkembangbiakan fitoplankton adalah 0,27-5,51 mg/l (Mackentum 1969).

Sehingga dapat dilakukan estimasi perhitungan sebagai berikut :

o Konsentrasi nitrat dalam 100 g bayam dikonversikan dahulu satuannya

kedalam satuan g, sehingga didapatkan konsentrasi nitrat sebesar 0,426 g.

o Konsentrasi fosfor dalam 100 g bayam dikonversikan dahulu satuannya

kedalam satuan g, sehingga didapatkan konsentrasi nitrat sebesar 0,557 g.

o Menurut Mackentum 1969, konsentrasi nitrat optimum untuk fitoplankton

adalah 0,9-3,5 mg/l dan konsentrasi ortofosfat sebesar 0,27-5,51 mg/l,

kemudian satuan mg/l dikonversikan menjadi g/l, sehingga didapatkan

nilai konsentrasi sebesar 0,0009-0,0035 g/l untuk nitrat dan didapatkan

nilai konsentrasi sebesar 0,00027-0,00551 g/l.

o Sehingga dapat ditarik estimasi untuk pemberian konsentrasi ekstrak

etanol bayam (unsur nitrat), yakni : 0,426g x 0,002g = 0,000852g dan

untuk unsur fosfor, yakni : 0,557g x 0,002g = 0,0011 g.

o Selanjutnya, nilai estimasi unsur nitrat sebesar 0,000852g dan unsur

ortofosfat sebesar 0,0011g dikonversikan menjadi satuan mg, sehingga

didapatkan konsentrasi nitrat perlakuan A sebesar 0,852 mg/l dan untuk

konsentrasi ortofosfat pada perlakuan A sebesar 1,1 mg/l.

Page 17: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

76

Lampiran 16. Analisis Data Perkembangbiakan Spesifik Chlorella Dengan

Program SPSS

- Uji Tabel Sidik (ANOVA)

- Uji LSD

- Uji Duncan (Taraf 95%)

Kesimpulan :

Sig 0,000 < 0,05 dan sig 0,000 < 0,01.Artinya :Pengaruh perlakuan sangat signifikan.(Sangat berpengaruh nyata)

Catatan :

1. Sig 0,05 : tidak nyata.2. Sig < 0,05 : nyata (*).3. Sig < 0,01 : sangat nyata (**)

Notasi

a

b

c

Kesimpulan :

Perlakuan C memberikanhasil laju

perkembangbiakanspesifik tertinggi.

Kesimpulan :

A vs B : berbeda nyata.A vs C : berbeda nyata.A vs D ; tidak berbedanyata.

Page 18: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

77

Lampiran 17. Waktu Lag Phase Sel Chlorella sp. Selama Kultur

Perlakuan Ulangan Waktu Lag Phase

A[EEB]

(2 mg/l)

1 2,64 Jam

2 2,4 Jam

3 2,64 Jam

Rata-RataPerlakuan

2,56 Jam

B[EEB]

(5 mg/l)

1 3,84 Jam

2 4,08 Jam

3 3,6 Jam

Rata-RataPerlakuan

3,84 Jam

C[EEB]

(8 mg/l)

1 6,72 Jam

2 4,56 Jam

3 4,8 Jam

Rata-RataPerlakuan

5,36 Jam

D[EEB]

(11 mg/l)

1 12,96 Jam

2 13,92 Jam

3 14,16 Jam

Rata-RataPerlakuan

13,68 Jam

K[PA]

(135 mg/l)

1 3 Jam

2 2,64 Jam

3 2,16 Jam

Rata-RataPerlakuan

2,6 Jam

Page 19: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

78

Lampiran 18. Analisis Data Waktu Lag Phase Dengan Program SPSS

- Uji Tabel Sidik (ANOVA)

- Uji LSD

- Uji Duncan (Taraf 95%)

Kesimpulan :

Sig 0,000 < 0,05 dan sig 0,000 < 0,01.Artinya :Pengaruh perlakuan sangat signifikan.(Sangat berpengaruh nyata)

Catatan :

1. Sig 0,05 : tidak nyata.2. Sig < 0,05 : nyata (*).3. Sig < 0,01 : sangat nyata (**)

Kesimpulan :

A vs B : tidak berbeda nyata.A vs C : berbeda nyata.A vs D ; berbeda nyata.

Notasi

a

Kesimpulan :

Perlakuan A danperlakuan K memberikanwaktu lag phase terbaik.

bc

d

Page 20: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

79

Lampiran 19. Hasil Pengukuran Klorofil-a (mg/m3) Selama Kultur

Perlakuan Ulangan Nilai Klorofil-a

A[EEB]

(2 mg/l)

1 0,1048 mg/m3

2 0,1107 mg/m3

3 0,0952 mg/m3

Rata-RataPerlakuan

0,1035 mg/m3

B[EEB]

(5 mg/l)

1 0,0543 mg/m3

2 0,0601 mg/m3

3 0,0527 mg/m3

Rata-RataPerlakuan

0,0557 mg/m3

C[EEB]

(8 mg/l)

1 0,0299 mg/m3

2 0,0250 mg/m3

3 0,0292 mg/m3

Rata-RataPerlakuan

0,0280 mg/m3

D[EEB]

(11 mg/l)

1 0,0312 mg/m3

2 0,0319 mg/m3

3 0,0406 mg/m3

Rata-RataPerlakuan

0,0345 mg/m3

K[PA]

(135 mg/l)

1 0,1132 mg/m3

2 0,1128 mg/m3

3 0,1144 mg/m3

Rata-RataPerlakuan

0,1134 mg/m3

Page 21: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

80

Lampiran 20. Hasil Pengukuran Nilai pH Selama Kultur

Perlakuan UlanganHari Ke- Rata-Rata

Ulangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A[EEB]

(2 mg/l)

1 7,0 7,03 7,22 7,26 7,41 7,48 7,99 7,66 7,48 7,18 7,37

2 7,0 7,05 7,24 7,31 7,46 7,51 8,12 7,74 7,59 7,25 7,42

3 7,0 7,01 7,16 7,22 7,37 7,41 7,93 7,57 7,36 7,09 7,31

Rata-RataPerlakuan

7,0 7,03 7,20 7,26 7,41 7,46 8,01 7,65 7,47 7,17 7,36

B[EEB]

(5 mg/l)

1 7,0 7,10 7,21 7,29 7,48 7,53 8,05 7,61 7,03 6,85 7,31

2 7,0 7,12 7,26 7,38 7,54 7,66 8,16 7,73 7,16 7,01 7,40

3 7,0 7,08 7,14 7,18 7,32 7,40 7,93 7,49 6,87 6,57 7,19

Rata-RataPerlakuan

7,0 7,10 7,20 7,28 7,44 7,53 8,04 7,61 7,02 6,81 7,30

C[EEB]

(8 mg/l)

1 7,0 7,41 7,39 7,84 7,86 8,01 8,25 7,28 6,24 5,49 7,27

2 7,0 6,97 7,16 7,30 7,44 7,78 8,09 7,16 6,02 5,32 7,02

3 7,0 7,01 7,21 7,45 7,52 7,84 8,15 7,23 6,18 5,35 7,09

Rata-RataPerlakuan

7,0 7,13 7,25 7,53 7,60 7,87 8,16 7,22 6,14 5,38 7,12

D[EEB]

(11 mg/l)

1 7,0 6,94 7,14 7,18 7,34 7,79 7,46 7,37 6,88 5,79 7,08

2 7,0 7,02 7,20 7,25 7,41 7,83 7,50 7,43 6,93 5,84 7,14

3 7,0 7,10 7,22 7,31 7,43 7,85 7,53 7,51 7,01 6,09 7,20

Rata-RataPerlakuan

7,0 7,02 7,18 7,24 7,39 7,82 7,49 7,43 6,94 5,90 7,14

K[PA]

(135 mg/l)

1 7,0 7,09 7,23 7,24 7,25 7,29 7,51 7,84 7,58 7,23 7,32

2 7,0 7,02 7,07 7,08 7,13 7,14 7,37 7,45 7,24 7,12 7,16

3 7,0 7,12 7,29 7,48 7,81 7,83 8,16 8,21 8,16 7,65 7,67

Rata-RataPerlakuan

7,0 7,07 7,19 7,26 7,39 7,42 7,68 7,83 7,66 7,33 7,38

Page 22: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

81

Lampiran 21. Analisis Data Nilai Klorofil-a Dengan Program SPSS

- Uji Tabel Sidik (ANOVA)

- Uji LSD

- Uji Duncan (Taraf 95%)

Kesimpulan :

Sig 0,000 < 0,05Artinya :Pengaruh perlakuan sangat signifikan.(Sangat berpengaruh nyata)

Catatan :

1. Sig 0,05 : tidak nyata.2. Sig < 0,05 : nyata (*).3. Sig < 0,01 : sangat nyata (**)

Kesimpulan :

A vs B : berbeda nyata.A vs C : berbeda nyata.A vs D : berbeda nyata.

Kesimpulan :

Perlakuan K memberikannilai klorofil-a terbaikselama 10 hari kultur.

Notasi

abcd

Page 23: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

82

Lampiran 22. Hasil Pengukuran Nilai Suhu (0C) Selama Kultur

Perlakuan UlanganHari Ke- Rata-Rata

Ulangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A[EEB]

(2 mg/l)

1 27,9 27,8 27,5 27,4 27,4 27,3 27,3 27,2 27,2 27,2 27,42

2 28,0 27,8 27,8 27,6 27,6 27,6 27,5 27,2 27,3 27,3 27,57

3 27,9 27,8 27,2 27,2 27,2 27,1 27,1 27,0 27,1 27,1 27,27

Rata-RataPerlakuan

27,9 27,8 27,5 27,4 27,4 27,3 27,3 27,1 27,2 27,2 27,42

B[EEB]

(5 mg/l)

1 28,3 28,0 27,9 27,7 27,7 27,5 27,2 27,2 27,2 27,2 27,59

2 28,3 28,1 28,0 28,1 27,7 27,7 27,2 27,2 27,4 27,7 27,74

3 28,1 27,9 27,9 27,7 27,7 27,2 27,0 27,0 27,1 27,2 27,48

Rata-RataPerlakuan

28,2 28,0 27,9 27,8 27,7 27,4 27,1 27,1 27,2 27,3 27,60

C[EEB]

(8 mg/l)

1 28,6 28,1 28,4 28,1 27,6 27,2 26,8 27,5 27,8 27,9 27,80

2 28,4 28,0 27,7 27,5 27,2 27,1 26,6 26,9 27,2 27,6 27,42

3 28,5 28,0 27,8 27,7 27,4 27,2 26,8 27,3 27,5 27,8 27,60

Rata-RataPerlakuan

28,5 28,0 27,9 27,7 27,4 27,1 26,7 27,2 27,5 27,7 27,60

D[EEB]

(11 mg/l)

1 28,6 28,2 28,0 28,0 27,7 27,7 27,1 27,1 27,2 27,4 27,70

2 28,6 28,3 28,0 28,0 27,8 27,7 27,2 27,2 27,4 27,5 27,77

3 28,9 28,4 28,4 28,1 28,0 27,7 27,4 27,4 27,5 27,7 27,95

Rata-RataPerlakuan

28,7 28,3 28,1 28,0 27,8 27,7 27,2 27,2 27,3 27,5 27,80

K[PA]

(135 mg/l)

1 28,3 28,2 28,0 27,7 27,7 27,7 27,5 26,8 27,0 27,1 27,60

2 28,3 28,1 28,0 27,7 27,7 27,7 27,5 26,7 27,0 27,0 27,57

3 28,3 28,3 28,0 28,1 27,7 27,7 27,7 27,1 27,0 27,1 27,70

Rata-RataPerlakuan

28,3 28,2 28,0 27,8 27,7 27,7 27,5 26,8 27,0 27,0 27,62

Page 24: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

83

Lampiran 23. Hasil Pengukuran Nilai DO (mg/l) Selama Kultur

Perlakuan UlanganHari Ke- Rata-Rata

Ulangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A[EEB]

(2 mg/l)

1 7,2 7,2 7,2 7,3 7,4 7,5 7,6 7,3 7,2 7,1 7,30

2 7,3 7,4 7,4 7,5 7,6 7,8 7,8 7,5 7,4 7,2 7,49

3 7,0 7,0 7,1 7,1 7,3 7,5 7,5 7,1 7,0 7,0 7,16

Rata-RataPerlakuan

7,16 7,2 7,23 7,3 7,43 7,6 7,63 7,3 7,2 7,1 7,31

B[EEB]

(5 mg/l)

1 7,0 7,2 7,2 7,4 7,4 7,7 7,7 7,1 7,0 6,7 7,24

2 7,2 7,3 7,4 7,5 7,7 7,8 7,9 7,4 7,1 7,0 7,43

3 6,8 7,0 7,2 7,3 7,4 7,5 7,7 6,9 6,4 6,3 7,05

Rata-RataPerlakuan

7,0 7,16 7,26 7,4 7,5 7,66 7,76 7,13 6,83 6,66 7,24

C[EEB]

(8 mg/l)

1 7,2 7,4 7,4 7,7 7,9 8,1 8,3 7,0 6,1 5,7 7,28

2 6,3 6,7 7,1 7,2 7,3 7,6 7,7 6,2 5,4 5,1 6,66

3 6,5 6,9 7,1 7,5 7,6 7,7 8,0 6,6 5,8 5,2 6,89

Rata-RataPerlakuan

6,66 7,0 7,20 7,46 7,6 7,8 8,0 6,6 5,76 5,33 6,94

D[EEB]

(11 mg/l)

1 6,4 6,6 6,7 6,9 7,3 7,5 7,3 6,8 6,7 6,2 6,84

2 6,5 6,8 6,9 7,0 7,4 7,5 7,4 6,9 6,8 6,3 6,95

3 6,7 6,9 6,9 7,3 7,5 7,6 7,6 7,1 6,9 6,4 7,09

Rata-RataPerlakuan

6,53 6,76 6,83 7,06 7,4 7,53 7,43 6,93 6,8 6,3 6,96

K[PA]

(135 mg/l)

1 7,1 7,1 7,1 7,2 7,3 7,5 7,7 7,8 7,4 7,2 7,34

2 6,8 6,9 7,0 7,1 7,1 7,2 7,3 7,4 7,1 7,0 7,09

3 7,3 7,4 7,4 7,4 7,6 7,7 7,9 7,9 7,5 7,4 7,55

Rata-RataPerlakuan

7,06 7,13 7,16 7,23 7,33 7,46 7,63 7,7 7,33 7,2 7,32

Page 25: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

84

Lampiran 24. Analisis Korelasi Antara pH dan DO Dengan Klorofil-a

Dengan Program SPSS

Keterangan :

Jika angka koefesien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel

mempunyai hubungan semakin kuat.

Analisis Ragam Klorofil-a Dengan DOANOVA

Sum of Squares DfMean

Square F Sig.

Regression .009 1 .009 11.700 .005

Residual .010 13 .001Total .019 14The independent variable is DO.

Keterangan :

Sig 0,005 < 0,05. Hal ini menandakan beda nyata.

Regresi Linier Antara Klorofil-a Dengan DO

Analisis Korelasi Antara Klorofil-a Dengan DO

Variabel r R2 Persamaan Garis P Value

Klorofil-a 0,688 0,474 DO = 6,838 + 4,756*Klorofil-a 0,005

Page 26: 60 - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_l_6052.pdf · 1,0 x 105 sel/ml, kelimpahan pada hari kedua yakni : 8,0 x 105 sel/ml. ... Setelah dilakukan

85

Lampiran 24. Analisis Korelasi Antara pH dan DO Dengan Klorofil-a

Dengan Program SPSS (Lanjutan)

Analisis Ragam Klorofil-a Dengan pHANOVA

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

Regression .009 1 .009 11.212 .005Residual .010 13 .001Total .019 14The independent variable is pH.

Keterangan :

Sig 0,005 < 0,05. Hal ini menandakan beda nyata.

Regresi Linier Antara Klorofil-a Dengan pH

Analisis Korelasi Antara Klorofil-a Dengan pH

Variabel r R2 Persamaan Garis P Value

Klorofil-a 0,680 0,463 pH = 7,057 + 3,082*Klorofil-a 0,005