73
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah, salah satu sumber daya alam yang masih banyak cadangannya adalah batubara. Batubara pada saat ini merupakan salah satu energi alternatif yang sangat penting peranannya di muka bumi guna menggantikan minyak bumi dan bahan bakar lainnya. Industri pertambangan batubara di Indonesia, khususnya di Kalimantan Tengah berkembang dengan pesat seiring dengan banyaknya permintaan pasar, baik untuk konsumsi domestik maupun untuk non domestik. PT. Kapuas Tunggal Persada (KTP) merupakan salah satu perusahaan pertambangan yang memanfaatkan sumber daya alam tersebut. Operasi penambangan di PT. Kapuas Tunggal Persada pada saat ini berada di Kecamatan Mandau Talawang dan izin luasan Kuasa Penambangan ±7000 Ha. Kegiatan yang dilakukan baru sebatas kegiatan eksplorasi, meliputi mapping singkapan (outcrop), penentuan batas Kuasa Penambangan (KP) dan kegiatan pengeboran detail. Dalam perencanaan tambang kegiatan pemboran eksplorasi mempunyai peranan yang sangat penting dengan adanya Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 1

64826455 Data Kerja Praktek

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Data Kerja Praktek Lawas

Citation preview

Page 1: 64826455 Data Kerja Praktek

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah,

salah satu sumber daya alam yang masih banyak cadangannya adalah batubara.

Batubara pada saat ini merupakan salah satu energi alternatif yang sangat penting

peranannya di muka bumi guna menggantikan minyak bumi dan bahan bakar

lainnya.

Industri pertambangan batubara di Indonesia, khususnya di Kalimantan

Tengah berkembang dengan pesat seiring dengan banyaknya permintaan pasar,

baik untuk konsumsi domestik maupun untuk non domestik. PT. Kapuas Tunggal

Persada (KTP) merupakan salah satu perusahaan pertambangan yang

memanfaatkan sumber daya alam tersebut.

Operasi penambangan di PT. Kapuas Tunggal Persada pada saat ini berada

di Kecamatan Mandau Talawang dan izin luasan Kuasa Penambangan ±7000 Ha.

Kegiatan yang dilakukan baru sebatas kegiatan eksplorasi, meliputi mapping

singkapan (outcrop), penentuan batas Kuasa Penambangan (KP) dan kegiatan

pengeboran detail. Dalam perencanaan tambang kegiatan pemboran eksplorasi

mempunyai peranan yang sangat penting dengan adanya pemboran maka dapat

diketahui stratigrafi lapisan batuan, gejala-gejala geologi yang terjadi, pola

persebaran batubara, kualitas batubara, ketebalan serta kedalaman batubara. Dari

data hasil pemboran kemudian diolah menjadi data log bor yang menggambarkan

stratigrafi perlapisan dari batuan, dengan adanya data tersebut maka dapat

diketahui jumlah cadangan batubara guna untuk menentukan umur sebuah

tambang. Kontraktor yang melaksanakan kegiatan pemboran di PT. Kapuas

Tunggal Persada yaitu Indonesia Carbon Energi (ICE).

Pemboran merupakan metode yang sangat praktis untuk membuktikan

keberadaan batubara serta pengambilan contoh batubara secara aktual untuk

analisa kualitas dan keperluan analisa geoteknik serta geohidrologi. Berdasarkan

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 1

Page 2: 64826455 Data Kerja Praktek

kegunaannya, pemboran dibagi menjadi 2 kategori yaitu pemboran dangkal dan

pemboran dalam. Pemboran dangkal memiliki total kedalaman < 50 meter,

sedangkan pemboran dalam > 50 meter dengan maksimun 100 meter.

Pengeboran dapat di bagi pula dalam beberapa tahapan, yaitu pengeboran

uji yang di buat dalam jumlah terbatas dengan tujuan untuk mengklarifikasi

beberapa dugaan dari sumberdaya yang ada dan selanjutnya pengeboran secara

sistematik yang dirancang untuk menghasilkan model dari sumberdaya tersebut

bagi perancangan penambangannya nanti.

Pengeboran batubara biasanya dangkal, yaitu 30 - 40 meter, karena sejauh

ini batubara yang ekonomis untuk ditambang adalah batubara yang letaknya tidak

terlalu dalam.

Pemboran dangkal pada umumnya digunakan untuk melakukan pengecekan

keberadaan batubara pada suatu daerah sebagai kelanjutan dari pemetaan geologi

maupun sebagai tambahan data sebelum proses penambangan dimulai.

Pemboran dangkal memiliki kelebihan dari kecepatan dalam perpindahan

tempat tetapi memiliki keterbatasan dalam total kedalaman yang dicapai, sehingga

pemboran dangkal lebih difokuskan pada pekerjaan delineasi subcrop untuk 1

seam, tetapi bila memungkinkan (secara kemiringan Batubara maupun

interburden) dapat meng-cover beberapa seam sekaligus.

Secara kualitas, data kedalaman batubara hasil pemboran dangkal dan dalam

tidak dapat dijadikan referensi utama karena banyaknya faktor keterbatasan

akurasi disebabkan jenis alat yang digunakan memungkinkan lubang bor miring

serta rendahnya core recovery sehingga data pemboran harus dikompilasikan

dengan data logging.

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari Kerja praktik ini adalah sebagai salah satu syarat pada

kurikulum pembelajaran pada program S1 Teknik Pertambangan, Universitas

Palangka Raya (UNPAR), Provinsi Kalimantan Tengah.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 2

Page 3: 64826455 Data Kerja Praktek

Sedangkan tujuan kerja praktik ini sesuai dengan judul yang diambil yaitu

Pengamatan Pengeboran Eksplorasi Batubara Di Blok “Jaliwan” Pada JW-DH-08

dan JW-DH-09 Dengan Metode Touch Core Drilling di Lokasi PT. Kapuas

Tunggal Persada, Kecamatan Mandau Talawang, Kabupaten Kapuas, Provinsi

Kalimantan Tengah antara lain :

a) Untuk mengetahui dan mengenal kegiatan pemboran eksplorasi baik dari

tahap penentuan lubang bor, prosedur pemboran, peralatan yang digunakan,

dan kegiatan pemboran serta pengolahan datanya.

b) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang kegiatan pemboran

eksplorasi di PT. Kapuas Tunggal Persada (KTP)

I.3. Batasan Masalah

Dalam laporan kerja praktik ini penulis memberikan batasan masalah yang

menyangkut masalah pengamatan pengebora eksplorasi batubara di blok jaliwan

dengan metode Touch Core Drilling di Lokasi PT. Kapuas Tunggal Persada,

Kecamatan Mandau Talawang, Kabupaten Kapuasa, Provinsi Kalimantan

Tengah.

I.4. Metode Penelitian

Di dalam melaksanakan permasalahan ini, penulis menggabungkan antara

beberapa metode, yaitu :

a) Metode Observasi (pengamatan)

Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung

dilapangan.

b) Metode Interview (wawancara)

Metode ini dilakukan dengan cara mencari data melalui penjelasan secara

langsung dilapangan dari pihak perusahaan PT. Kapuas Tunggal Persada

(KTP) maupun dari pihak jasa kontraktor pemboran.

c) Metode Pustaka

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 3

Page 4: 64826455 Data Kerja Praktek

Dilakukan dengan cara mencari literatur mengenai kegiatan pemboran

ekspolorasi, baik berupa data yang diberikan pihak perusahaan, maupun

hasil prektek kerja lapangan yang terdahulu.

I.5. Waktu Penelitian

Kegiatan kerja praktik ini dilaksanakan selama 25 hari, mulai tanggal 27

April 2011 sampai 22 Mei 2011 yang dilaksanakan pada daerah pertambangan

PT. Kapuas Tunggal Persada, Kecamatan Mandau Talawang, Kabupaten Kapuas,

Provinsi Kalimantan Tengah.

Tabel 1.1. Waktu Penelitian

Kegiatan Bulan

April Mei Juni

Observasi Lapangan

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Pembuatan Laporan

I.6.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian

Lokasi Kuasa Pertambangan Eksplorasi PT. Kapuas Tungal Persada

terletak secara administratif pada Kecamatan Mandau Talawang, Kabupaten

Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.

Untuk mencapai lokasi Kuasa Pertambangan (KP) PT. Kapuas Tungal

Persada dapat di tempuh melalui jalan darat menggunakan kendaraan bermotor

roda dua dan roda empat, yaitu :

Dari Palangka Raya menuju Desa Dahian Tambuk,

Kecamatan Mihing Raya Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 4

Page 5: 64826455 Data Kerja Praktek

Tengah dengan jarak tempuh ± 125 Km melalui jalan darat dalam waktu ±

3 jam menggunakan kendaraan roda dua dengan kondisi jalan sabagian

besar sudah beraspal.

Kemudian dari Desa Dahian Tamuk Kecamatan

Mihing Raya Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah menuju

Desa sei Ringin Kecamatan Mandau Talawang, kabupaten kapuas, Provisi

Kalimantan Tengah dengan jarak tempuh ± 50 km melalui jalan darat dalam

waktu tempuh ± 2 jam menggunakan kendaraan roda dua pada kondisi jalan

kering dan tidak beraspal.

Kemudian dari desa sei ringin kecamatan mandau

talawang, kabupaten kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah menuju PT.

Kapuas Maju Jaya (KMJ) dengan menyebrangi sungai Kapuas

menggunakan kapal feri dengan waktu tempuh ± 15 menit.

Kemudian dari PT. Kapuas Maju Jaya (KMJ),

Kecamatan Mandau Talawang menuju PT. Kapuas Tunggal Persada,

kecamatan Mandau Talawang dengan jarak tempuh ± 60 km melalui jalan

darat dalam waktu tempuh ± 2,5 jam mengunakan kendaraan roda dua pada

kondisi jalan kering dan tidak beraspal.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 5

Page 6: 64826455 Data Kerja Praktek

Gambar 1.1. Peta Kesampaian Daerah

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 6

(Sumber : PT. Kapuas Tunggal Persada)

Page 7: 64826455 Data Kerja Praktek

I.6.2. Keadaan Geologi Daerah Penelitian

Struktur geologi yang dijumpai didaerah penyelidikan (daerah Konsesi KP

Eksplorasi) dan sekitarnya berupa perlipatan yang secara umum berarah

baratdaya-timurlaut. Sesar terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik

yang melibatkan batuan sedimen berumur tersier dan pra-tersier. Kelurusan ini

diduga merupakan jejak/petunjuk sesar dan kekar berarah sejajar dengan struktur

umum. Lipatan berupa sinklin dan antiklin seperti halnya sesar dan kelurusan,

juga berarah sejajar dengan struktur regional, timurlaut-baratdaya. Mengingat

litologi didaerah ini didominasi oleh batuan yang berumur tersier, diduga

kehadiran sesar kelurusan dan lipatan berhubungan erat dengan kegiatan tektonik

yang terjadi pada jaman tersier.

Berdasarkan tatanan tektonik regional daerah penyelidikan merupakan

perbatasan kerangka geologi Cekungan Kutai dengan Cekungan Barito yang

terbentuk pada zaman Tersier atau bisa dikatakan daerah Konsesi KP Eksplorasi

PT.Kapuas Tunggal Persada berada di tepi Cekungan Barito.

Secara stratigrafi daerah penyelidikan ditempati oleh Formasi Tanjung

bagian tengah dan bawah yang diintrusi oleh andesit beberapa kali dan setempat

ditutupi secara tidak selaras oleh tufa. Intrusi yang berlangsung lebih dari sekali

mengakibatkan beberapa seam batubara setempat-setempat mengalami

peningkatan kalori dari 6000 kcal//kg menjadi 7000 kcal/kg. Namun intrusi juga

mengakibatkan struktur geologi komplek dan kedudukan batubara tidak beraturan.

Umumnya jurus perlapisan di daerah penyelidikan berarah Timur laut –

Barat daya dengan besar kemiringan 5˚ – 50˚ mengarah ke tenggara maupun barat

laut. Perlipatan akibat tektonik regional berupa sinklin – antiklin dengan arah

sumbu sama dengan jurus perlapisan yaitu Timur laut – Barat daya. Sesar geser

lokal yang mungkin diakibatkan proses intrusi berarah Barat laut – Tenggara.

Ada dua satuan batuan, urutan dari tua ke muda adalah satuan

Batulempung-Batupasir dan Andesit Porfiri yang telah mengalami ubahan.

a. Batulempung-Batupasir: Satuan ini mempunyai penyebaran paling luas

dibandingkan dengan satuan batuan yang lainnya, tersusun oleh batupasir

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 7

Page 8: 64826455 Data Kerja Praktek

kuarsa, batulempung dengan sisipan batubara. Batupasir kuarsa : warna

segar abu-abu, putih kecoklatan, hitam (karbonan), agak kompak-kompak,

ukuran butir haluskasar, terpilah baik, komposisi utama kuarsa, sedikit

feldspar, setempat berlapis baik, tebal mencapai 200 cm, setempat

berlaminasi dengan lempung.

Batulempung : warna abu-abu, coklat muda, hitam (karbonan), lunak,

kompak, liat, plastis, masif, setempat berlapis.

Batubara : hitam-hitam kecoklatan, gores hitam-kecokiatan, kilap kaca-

tanah, pecahan concoidal, keras-kompak-britle, pengotor pirit, sulfur, damar

setempat oksida besi (umumnya mengisi rekahan).

b. Andesit Porfiri terubahkan: abu-abu kehijauan sampai putih terang, lunak,

masa dasar afanitik dengan fenoknis feldspar segipanjang berukuran 2x1 cm

dan sedikit butir-butir kuarsa, mengalami ubahan lempung jenis ilit sampai

argihik, tersingkap baik di Sungai Mohon. Andesit ini menerobos Satuan

Batulempung-Batupasir dan berumur lebih muda dan batuan yang

diterobosnya.

I.6.3. Keadaan Topografi Daerah Penelitian

Berdasarkan Peta Rupa bumi Indonesia lembar Jangkang yang dikeluarkan

Bakosurtanal Bogor, tahun 1991 serta pengamatan di lapangan, morfologi daerah

penyelidikan berupa perbukitan bergelombang sedang sampai agak kuat.

Perbukitan bergelombang sedang di barat daerah penyelidikan : sudut lereng

<20%, ketinggian 50-152 m diatas permukaan laut, perbukitan ini menempati

70% dan total luas area penyelidikan. Perbukitan bergelombang agak kuat sekitar

30% dan areal penyelidikan dengan ketinggian 75 – 222 m, sudut lereng berkisar

20 sampai 40% yang menempati di timur daerah penyelidikan.

Sungai utama di daerah penyelidikan yaitu Sungai Torung, Bunut dan

Mohon yang semuanya bermuara ke Sungai Kapuas. Sungai Torung dengan anak

sungainya yaitu sungai Sarian, Tohom, Korot dan Beruang berada di sebelah barat

laut daerah KP. Di bagian baratdaya daerah KP yaitu Sungai Bunut dengan

cabangnya Sungai Gubang, sedangkan Sungai Mohon terletak di timur daerah

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 8

Page 9: 64826455 Data Kerja Praktek

konsesi dengan anak sungainya antara lain Sungai Jaliwan di timur laut, Sungai

Boit di timur dan Sungai Monong dengan cabangnya Sungai Panakaranum

terletak di tenggara daerah konsesi KP Ekplorasi.

I.7. Peralatan Yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengeboran ini antara lain:

- Mesin bor (jacro )

- Pipa pemboran

- Mesin pompa air (Dephi Pump)

- Mesin pompa air (Mud Pump)

- Selang air (Polypipe)

- Mata bor ( wings bit, blade bit ,core bit)

- Kunci pipa

- Meteran

- Plastik sample

- Lquid Polymer

- Core Box

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 9

Page 10: 64826455 Data Kerja Praktek

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

II.1. Geologi Regional

Geologi Kalimantan Tengah tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian

yang tak terpisahkan dari kesatuan geologi Kalimantan secara umum. Kalimantan

Tengah terbentuk dari endapan atau batuan yang terjadi dalam cekungan-

cekungan sedimen dan daerah-daerah pegunungan yang terbentuk oleh kegiatan

magma ataupun proses malihan (metamorfosa).

Cekungan-cekungan yang ada di Kalimantan Tengah terdiri dari :

Cekungan Melawi (perbatasan dengan Kalimantan Barat)

Cekungan Barito (bagian Tengah – Selatan - Timur Kalimantan Tengah)

Cekungan Kutai (bagian Utara - Timur Laut Kalimantan Tengah).

Stratigrafi di Kalimantan Tengah, tersusun dari batuan yang berumur tua ke

muda, sebagai berikut:

Batuan Malihan yang terdiri dari filit, sekis, genes, kuarsit dan kristalin.

Batuan ini berumur Paleozoikum – Mesozoikum.

Batuan Beku yang terdiri dari granit, granodiorit, diorit, tonalit, gabro dan

monzonit. Batuan ini berumur Perm – Trias.

Batuan Sedimen yang terdiri dari sedimen klastik pada Formasi Batuayau,

Formasi Tanjung, Formasi Warukin, Formasi Dahor, serta sedimen biotik

seperti batugamping Formasi Berai.

Batuan Vulkanik yang terdiri dari breksi, aliran lava, batupasir tufaan dan

intrusi-intrusi kecil andesit, basaltis.

Alluvial merupakana endapan yang termuda, terdiri dari pasir, lempung,

gambut dan lumpur. Batuan ini berumur Pleistosen – Resen.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 10

Page 11: 64826455 Data Kerja Praktek

Struktur geologi Kalimantan Tengah, khususnya dibagian Tengah - Utara,

mempunyai struktur yang rumit, berupa sesar (patahan), perlipatan dan kekar-

kekar, sedangkan bagian Selatan-Barat Daya relatif stabil.

Berdasarkan tatanan tektonik regional daerah penyelidikan merupakan

perbatasan kerangka geologi Cekungan Kutai dengan Cekungan Barito yang

terbentuk pada zaman Tersier. Atau bisa dikatakan daerah Konsesi KP Eksplorasi

PT.Kapuas Tunggal Persada berada di tepi Cekungan Barito seperti terlihat pada

gambar 2.1. di bawah ini.

Gambar 2.1. Peta Geologi Regional Kalimantan

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 11

Page 12: 64826455 Data Kerja Praktek

Batuan dasar Cekungan Barito adalah batuan Pra-Tersier terdiri dari batuan

beku bersifat granitik dan andesitik serta batuan malihan terdiri dari perselingan

batulanau dengan batupasir halus sampai kasar dengan sisipan konglomerat dan

breksi. Diatas batuan Pra-Tersier ini diendapkan batuan sedimen Tersier yang

terdiri dari tua ke muda yaitu Formasi Tanjung (Tet), Formasi Berai (Tomb),

Formasi Warukin (Tmw), Formasi Dahor (TQd) dan Endapan Kuarter (Aluvium).

Kontak antara batuan Pra-Tersier dan batuan sedimen Tersier ialah kontak

ketidakselarasan umur, tetapi di beberapa tempat tertentu terdapat kontak

ketidakselarasan tektonik. Umur dari batuan sedimen Tersier adalah Eosen sampai

Pleistosen formasi yang terdapat pada cekungan barito, yaitu:

Formasi Dahor (TQd) yang terdiri atas batupasir kuarsa dan konglomerat

yang mengandung kepingan kuarsit dan basal, berselingan dengan

batupasir berbutir sedang - sangat kasar, setempat berstruktur silang-siur,

dengan sisipan batulempung setempat karbonan hingga gambut dan

batulempung. Formasi Dahor berumur Plio sampai Plistosen.

Formasi Warukin (Tmw) disusun oleh batupasir kuarsa, batulempung,

batulanau, dan konglomerat di bagian bawahnya serta sisipan batubara dan

lensa batugamping. Formasi Warukin berumur Miosen Tengah sampai

Miosen Akhir.

Formasi Berai (Tomb) yang terdiri atas batugamping, berlapis baik

setempat kaya akan koral, foraminifera, dan ganggang, bersisipan napal,

padat dan berlapis baik, serta batulempung. Formasi Berai berumur

Miosen Awal.

Formasi Tanjung (Tet) yang terdiri atas batupasir kuarsa berselingan

dengan batulempung dengan sisipan batubara. Formasi Tanjung berumur

Eosen.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 12

Page 13: 64826455 Data Kerja Praktek

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 13

?

WARUKIN

ALLUVIUM

KUTAI TARAKAN

KAMPUNGBARU

BALIKPAPAN

GOLOK

PULAUBALANG

SEKERAT

MALUWI

BEBULU

PAMALUAN

MARAH

KARIORANG

ANTAN

BERIUN

?SEMBAKUNGMALIO

BIRANG MAINTUPOMESALI

MANGKABUA

TABALAR

TEMPILAN

SEILOR

SUJAU

WARU BUNYU

DOMARING TARAKAN

SANTULMANUMBAR

LATIH MELIAT

TABUL

ATAS

TENGAH

ATAS

BAWAH

TANJUNG

SW NE W E S N

Awal

Teng

ah

UMUR

KUARTER

PLIOSEN

MIO

SEN

OLIG

OSE

NE

OS

EN

T en

gah

Akh

irA

wal

Akhir

BARITO

Akh

ir

5

10

15

20

25

30

35

40

45

NORTH WEST

JAVA

KUTAI

1

2

3

4

5

6

7

8910

LITOLOGI

Batubara, formasi batupasirserpih dan batupasir

Reef dan Batuan Dasar Karbonat

Batuserpih, Napal, Batulempung

Tuff Volkanik

SEMBULU

PRA-TERSIER

BERAI

MAHAKAM

K A L I M A N T A N

Page 14: 64826455 Data Kerja Praktek

Gambar 2.2. Peta Cekungan Sedimentasi Tersier Kalimantan

Formasi Tanjung (Tet) merupakan formasi paling tua yang terdapat didalam

Cekungan Barito, berumur Eosen yang terdiri dari (atas ke bawah) batulempung,

batulanau, batupasir, batubara dan konglomerat sebagai komponen utama.

Hubungannya tidak selaras dengan batu pra-tersier. Selanjutnya diikuti fase

transgrasi yang menghasilkan Formasi Berai (Tomb). Hasil erosi dari paparan

Sunda dibarat dan Pegunungan Meratus di timur diendapkan dalam cekungan ini

sebagai Formasi Warukin (Tmw) dan Formasi Dahor (TQd).

Secara regional daerah penyelidikan termasuk ke dalam Formasi Tanjung

yang tersusun oleh perselingan batupasir kuarsa, batulempung, batulanau, dengan

sisipan batugamping, konglomerat, grewak dan batubara

II.2. Genesa Batubara

Batubara terbentuk dengan cara yang sangat komplek dan

memerlukanwaktu yang lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) di bawah

pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan geologi. Untuk memahami bagaimana

batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan perlu diketahui dimana batubara

terbentuk dan faktor-faktor yang akan mempengaruhinya, serta bentuk lapisan

batubara.

1. TEMPAT TERBENTUKNYA BATUBARA

Untuk menjelaskan tempat terbentuknya batubara dikenal 2 macam teori:

Teori Insitu

Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara,

terbentuknya di tempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan

demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses

transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses

coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai

penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar abunya relative

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 14

Page 15: 64826455 Data Kerja Praktek

kecil. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan di lapangan

batubara Muara Enim Sumatera Selatan.

Teori Drift

Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara

terjadi ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan

berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media air

dan berakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami

proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai

penyebaran tidak luas, tetapi dijumpai di beberapa tempat, kualitas kurang baik

karena banyak mengandung material pengotor yang terangkut bersama selama

proses dari tempat asal tanaman ketempat sedimentasi. Batubara yang terbentuk

seperti ini di Indonesia didapatkan di lapangan batubara delta Mahakam purba,

Kalimantan Timur.

2. FAKTOR YANG BERPENGARUH

Cara terbentuknya batubara merupakan proses yang sangat kompleks dalam

arti harus di pelajari dari berbagai sudut yang berbeda. Terdapat serangkaian

faktor yang di perlukan dalam pembentukan batubara yaitu:

a. Posisi Geoteknik

Posisi geoteknik adalah suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi oleh

gaya-gaya tektonik lempeng. Dalam pembentukan cekungan batubara, posisi

geoteknik merupakan faktor yang dominan. Posisi ini akan mempengaruhi iklim

lokal dan morfologi pengendapan batubara maupun kecepatan penurunannya.

Pada fase terakhir, posisi geoteknik mempengaruhi proses metamorfosa organik

dan struktur dari lapangan batubara melalui masa setelah pengendapan akhir.

b. Topografi (Morfologi)

Morfologi dari cekungan pada saat pengendapan gambut sangat penting

karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk.

Topografi mungkin mempunyai efek yang terbatas terhadap iklim dan keadaannya

tergantung pada posisi geoteknik.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 15

Page 16: 64826455 Data Kerja Praktek

c. Iklim

Kelembapan memegang peranan penting dalam pembentukan batubara dan

merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai. Iklim

tergantung pada posisi geografi dan lebih luas lagi dipengaruhi oleh posisi

geoteknik. Temperatur yang lembap pada iklim tropis dan subtropics pada

umumnya sesuai untuk pertumbuhan flora dibandingkan wilayah yang lebih

dingin. Hasil pengkajian menyatakan bahwa hutan rawa tropis mempunyai siklus

pertumbuhan setiap 7-9 tahun dengan ketinggian pohon sekitar 30 m. sedangkan

pada iklim yang lebih dingin ketinggian pohon hanya mencapai 5-6 m dalam

selang waktu yang sama

d. Penurunan

Penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik. Jika

penurunan dan pengendapan gambut seimbang akan dihasilkan endapan batubara

tebal. Pergantian transgresi dan regresi mempengaruhi pertumbuhan flora dan

pengendapannya. Hal tarsebut menyebabkan adanya infiltrasi material dan

mineral yang mempengaruhi mutu dari batubara yang terbentuk.

e. Unsur geologi

Proses geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan berbagai

macam tumbuhan. Dalam masa perkembangan geologi secara tidak langsung

membahas sejarah pengendapan batubara dan metamorfosa organic. Makin tua

umur batuan makin dalam umur penimbunan yang terjadi, sehingga terbentuk

batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada batubara yang mempunyai umur

geologi yang lebih tua selalu ada resiko mengalami deformasi tektonik yang

membentuk struktur perlipatan atau patahan pada lapisan batubara. Disamping itu

factor erosi akan merusak semua bagian dari endapan batubara.

f. Tumbuhan

Flora merupakan unsur utama pembentuk batubara. Pertumbuhan darai flora

terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim dan

topografi tertentu. Flora merupakan factor penentu terbentuknya berbagai tipe

batubara. Evolusi dari kehidupan menceritakan kondisi uang berbeda selama masa

sejarah geologi. Mulai dari Paleozoic hingga devon, flora belum tumbuh dengan

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 16

Page 17: 64826455 Data Kerja Praktek

baik. Setelah devon pertama kali terbentuk lapisan batubara di daerah lagon yang

dangkal. Periode ini merupakan titik awal dari pertumbuhan flora secara besar-

besaran dalam waktu singkat pada setiap kontinen. Hutan tumbuh dengan subur

selama masa karbon. Pada masa tersier merupakn perkembangan yang sangat luas

dari berbagai jenis tanaman.

g. Dekomposisi

Dekomposisi flora yang merupakan bagian dari traspormasi biokimia dari

organik merupakan titik awal untuk seluruh alterasi. Dalam pertumbuhan gambut,

sisa tumbuhan akan mengalami perubahan, baik secara fisik maupun kimiawi.

Setelah tumbuhan mati proses degradasi biokimia lebih berperan. Prosses

pembusukan (decay) akan terjadi oleh kerja mikro biologi ( bakteri anaerob).

Bakteri ini terjadi dalam suasana tanpa oksigen menghancurkan bagian yang

lunak dari tumbuhan seperti celulosa, protoplasma, dan pati. Dari proses diatas

terjadi perubahan dari kayu menjadi liknit dan batubara berbitumen. Dalam

suasana kekurang oksigen terjadi proses biokimia yang berakibat keluarnya air

(H2O) dan sebagian unsur karbon akan hilang dalam bentuk karbon dioksida

(CO2), karbon monoksida (CO) dan metan (CH4). Akibat pelepasan unsure atu

senyawa tersebut jumlah relative unsure karbon akan bertambah. Kecepatan

pertumbuhan gambut tergantung pada kecepatan perkembangan tumbuhan dan

proses pembusukan. Bila tumbuhan tertutup oleh air dengan cepat, maka akan

terhindar oleh proses pembusukan, tetapi terjadi proses desintegrasi atau

penguraian oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan yang telah mati terlalu lama berada

di udara terbuka, maka kecepatan pembentukan gambut akan berkurang, sehingga

hanya bagian keras saja tertinggal yang menyulitkan penguaian olh mikrobiologi.

h. Sejarah sesudah pengendapan

Sejarah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisi geotektonik

yang mempengaruhi perkembangan batubara dan cekungan batuara. Secara

singkat terjadi proses geokimia dan metamorfosa organik setelah pengendapan

gambut. Di samping itu sejarah geologi endapan batubara bertanggung jawab

terhadap terbentuknya struktur cekungan batubara, berupa perlipatan, persesaran,

instrusi magmatik dan sebagainya

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 17

Page 18: 64826455 Data Kerja Praktek

i. Struktur cekungan batubara

Terbentuknya batubara pada cekungan batubara pada umumnya mengalami

deformasi oleh gaya tektonik, yang akan menghasilkan lapisan batubara dengan

bentuk-bentuk tertentu. Disamping itu adanya erosi yang intensif menyebabkan

bentuk lapisan batubara tidak menerus.

j. Metamorfosa organik

Tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah penimbunan atau

penguburan oleh sedimen baru. Pada tingkat ini proses degradasi biokimia tidak

berperan lagi tetapi lebih di dominasi oleh proses dinamokimia. Proses ini

menyebabkan terjadinya perubahan gambut menjadi batubara dalam berbagai

mutu. Selama proses ini terjadi pengurangan air lembab, oksigen dan zat terbang

(seperti CO2, CO, CH4 dan gas lainnya) serta bertambahnya prosentase karbon

padat, belerang dan kandungan abu. Perubahan mutu batubara diakibatkan oleh

factor tekanan dan waktu. Tekanan dapat disebabkan oleh lapisan sedimen

penutup yang sangat tebal atau karena tektonik. Hal ini menyebabkan

bertambahnya tekanan dan percepatan proses metamorfosa organik. Proses

metamorfosa organic akan dapat merubah gambut menjadi batubara sesuai dengan

perubahan sifat kimia, fisika dan optiknya.

II.3. Endapan Batubara

Endapan batubara adalah endapan yang mengandung hasil akumulasi

material organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang telah melalui proses

litifikasi untuk membetuk lapisan batubara. Material tersebut telah mengalami

kompaksi, ubahan kimia dan proses metamorfosis oleh peningkatan panas dan

tekanan selama periode geologis. Bahan-bahan organik yang terkandung dalam

lapisan batubara mempunyai berat lebih dari 50% atau volume bahan organik

tersebut, termasuk kandungan lengas bawaan (inherent moisture), lebih dari 70%.

Secara umum batubara di bagi menjadi dua kategori, yaitu :

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 18

Page 19: 64826455 Data Kerja Praktek

1. Batubara Energi Rendah (Brown Coal)

Batubara energi rendah adalah jenis batubara yang paling rendah

peringkatnya, bersifat lunak, mudah di remas, mengandung kadar air yang tinggi

(10-70%), terdiri atas batubara energi rendah lunak (soft brown coal) dan batubara

lignitik atau batubara energi tinggi (lignitic atau hard brown coal) yang

memperlihatkan struktur kayu. Nilai kalorinya = 7000 kalori/gram (dry ash free -

ASTM).

2. Batubara Energi Tinggi (Hard coal)

Batubara energi tinggi adalah semua jenis batubara yang peringkatnya lebih

tinggi dari brown coal, bersifat lebih keras, tidak mudah diremas, kompak,

mengandung kadar air yang relatif rendah, umumnya struktur kayu tidak tampak

lagi, dan relatif tahan terhadap kerusakan fisik pada saat penanganan (coal

handling ). Nilai kalorinya > 7000 kalori/gram (dry ash free-ASTM).

II.4. Sumber Daya Batubara

Sumber daya Batubara adalah bagian dari endapan batubara yang

diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batubara ini dibagi dalam kelas-

kelas sumber daya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara

kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh

jarak titik informasi. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila

setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak.

II.5. Cadangan Batubara

Cadangan batubara adalah bagian dari sumber daya batubara yang telah

diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian

kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang. Kajian kelayakan merupakan suatu

kajian rinci terhadap semua aspek yang bersifat teknis dan ekonomis dari suatu

rencana proyek penambangan. Hasil dari kajian ini dapat digunakan sebagai dasar

untuk menentukan keputusan investasi dan sebagai dokumen yang mempunyai

nilai komersial (bankable document) untuk pendanaan proyek. Kajian ini meliputi

seluruh aspek ekonomi, penambangan, pengolahan, pemasaran, kebijakan

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 19

Page 20: 64826455 Data Kerja Praktek

pemerintah, peraturan/perundang-undangan, lingkungan dan sosial. Proyeksi

anggaran biaya harus akurat dan berdasar serta tidak diperlukan lagi penyelidikan

lanjutan untuk membuat keputusan investasi. Informasi pada kajian ini meliputi

angka cadangan yang didasarkan pada hasil eksplorasi rinci, pengujian model

teknis, dan perhitungan biaya operasional.

II.6. Kegiatan Pengeboran Dalam Industri Pertambangan

Dalam industri pertambangan pekerjaan pemboran dilakukan untuk

penyelidikan subsurface baik tentang keadaan geologi maupun sifat-sifat

keteknikan dari batuannya, yang sangat berguna bagi proses sebuah

penambangan. Kegiatan di awali dengan pengeboran eksplorasi bertujuan untuk

mengetahui lithologi batuan, ketebalan dan kedalaman lithologi, kualitas serta

kalkulasi cadangan kasar/minimum untuk dapat ditambang secara ekonomis serta

mengetahui korelasi lithologi antar lubang bor.

Batuan yang dibor pada eksplorasi batubara lebih lunak dari batuan

vulkanik atau batuan beku, sehingga mempengaruhi dalam pemilihan mata bor

yang di pakai pada kegiatan pengeboran, untuk batuan lunak seperti batuan

sedimen menggunakan mata bor yang terbuat dari baja, sedangkan untuk batuan

keras menggunakan mata bor yang terbuat dari intan industri yaitu intan kecil-

kecil yang di tanam pada mata baja.

Ada 4 komponen fungsional utama. Fungsi ini dihubungkan dengan

penggunaan energi oleh sistem pemboran di dalam melawan batuan dengan cara

sebagai berikut :

Mesin bor, sumber energi adalah penggerak utama, mengkonversikan

energi dari bentuk asal (fluida, elektrik, pnuematik, atau penggerak mesin

combustion) ke energi mekanik untuk mengfungsikan sistem.

Batang bor (rod) mengtransmisikan energi dari penggerak utama ke mata

bor (bit).

Mata bor (bit) adalah pengguna energi didalam sistem, menyerang batuan

secara makanik untuk melakukan penetrasi.

Sirkulasi fluida untuk membersihkan lubang bor, mengontrol debu,

mendinginkan bit dan kadang-kadang mengstabilkan lubang bor.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 20

Page 21: 64826455 Data Kerja Praktek

Ketiga komponen pertama adalah komponen fisik yang mengontrol proses

penetrasi, sedangkan komponen ke empat adalah mendukung penetrasi melalui

pengangkatan cuttings. Mekanisme penetrasi, dapat dikategorikan kedalam 2

golongan secara mekanik yaitu rotasi dan tumbukan (percussion) atau selanjutnya

kombinasi keduanya

Gambaran dari aksi pemboran untuk masing-masing kategori dapat dilihat

pada gambar di bawah ini

Gambar 2.3. Tipe aksi pemboran dalam memecah batuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi unjuk kerja pemboran.

a. Variabel operasi , mempengaruhi ke empat komponen sistem pemboran

(drill, rod, bit dan fluid). Variabel dapat dikontrol pada umumnya dan

mencakup dua kategori dari faktor-faktor kekuatan pemboran : (a) tenaga

pemboran, energi semburan dan frekuensi, kecepatan putar, daya dorong

dan rancangan batang bor dan (b) sifat-sifat fluida dan laju alirnya.

b. Faktor-faktor batuan , faktor bebas yang terdiri dari : sifat-sifat batuan,

kondisi geologi, keadaan tegangan yang bekerja pada lubang bor yang

sering disebut sebagai drillability factors yang menentukan drilling strength

dari batuan (kekuatan batuan untuk bertahan terhadap penetrasi) dan

membatasi unjuk kerja pemboran.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 21

Page 22: 64826455 Data Kerja Praktek

c. Faktor-faktor pelayanan , yang terdiri dari pekerja dan supervisi,

ketersediaan tenaga, tempat kerja, cuaca dan lain-lain, juga merupakan

faktor bebas.

Untuk memilih dan mengevaluasi sistem pemboran yang optimal, ada 4

parameter yang harus diukur atau diperkirakan,yaitu :

a. Energi proses dan konsumsi daya (power)

b. Laju penetrasi

c. Lama penggunaan bit (umur)

d. Biaya (biaya kepemilikan + biaya operasi)

Pemilihan suatu alat produksi haruslah melalui suatu prosedur yang telah

didefinisikan dengan baik. Hal ini merupakan persoalan rancangan rekayasa yang

sebenarnya (true engineering design) yang memerlukan suatu pertimbangan

harga. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Mendeterminasi dan menentukan spesifikasi kondisi-kondisi dimana alat

bor akan digunakan, seperti faktor-faktor yang berhubungan dengan

pekerjaan (pekerja, lokasi, cuaca dan lain-lain) dengan konsiderasi

keselamatan kerja.

b. Menetapkan tujuan untuk fase pemecahan batuan dari siklus operasi

produksi ke dalam tonase, fragmentasi, throw, vibrasi dan lain-lain

(mempertimbangkan batasan pemuatan dan pengangkutan, stabilitas

kemiringan lereng, kapasitas crusher, kuota produksi, dan geometri pit).

c. Atas dasar pada persyaratan peledakan, merancang pola lubang bor

(ukuran dan kedalaman lubang ledak, kemiringan, burden dan spasi).

d. Menentukan faktor drillability untuk jenis batuan yang diantisipasi,

mengindentifikasikan metoda pemboran yang mendekati kelayakan.

e. Menspesifikasikan variabel operasi untuk tiap sistem dibawah

pengamatan, meliputi : mesin bor, batang bor, mata bor dan sirkulasi fluida.

f. Memperhitungkan parameter unjuk kerja, termasuk ketersediaan alat,

biaya dan perbandingan. Mengamati sumber tenaga dan memilih spesifikasi.

Item biaya yang besar adalah mata bor, depresiasi alat bor, tenaga kerja,

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 22

Page 23: 64826455 Data Kerja Praktek

pemeliharaan, energi dan fluida. Umur bit dan biaya merupakan hal yang

kritis namun sulit untuk diproyeksikan.

g. Memilih sistem pemboran yang memuaskan semua persyaratan biaya

keseluruhan yang rendah dan memperhatikan keselamatan kerja.

Kegunaan dari kegiatan pemboran antara lain :

a. Mengambil conto inti bor, kemudian dilakukan pendiskripsian inti

tersebut.

b. Untuk membuat sayatan geologi, berdasarkan korelasi lubang bor.

c. Dapat mengetahui, atau menunjukan adanya suatu gejala struktur geologi

bawah tanah.

d. Mengetahui muka air tanah.

e. Untuk mengadakan percobaan-percobaan di lubang bor, sebagai pekerjaan

ikutan dari kegiatan pemboran.

f. Kemiringan lapisan batuan.

II.7. Klasifikasi Alat Bor

Macam-macam alat bor dapat dibedakan berdasarkan cara kerjanya, jenis

alat pemutarnya serta cara bergerak dan transportasinya.

II.7.1 Berdasarkan Cara Kerjanya

Berdasarkan cara kerjanya dan mekanisme pemboran (metode

pemborannya), alat bor eksplorasi dapat dibedakan menjadi :

a. Metode tumbuk (Percussive Method)

Dioperasikan dengan cara mengangkat dan menjatuhkan alat bor berat

secara berulang-ulang kedalam lubang bor, sehingga lubang bor terbentuk

akibat mekanisme tumbukan dan beban rangkaian bor. Pada metode

tumbuk, yang terjadi adalah proses peremukan (crushing) permukaan batuan

oleh mata bor. Cara ini sesuai digunakan pada yang lunak sampai keras dan

mudah pecah. Frekuensi pukulan normal untuk mesin bor adalah 50

tumbukan/detik.

Adapun jenis dari alat bor dengan metode ini antara lain :

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 23

Page 24: 64826455 Data Kerja Praktek

Bor Tumbuk Kabel, prinsip kerjanya: pipa bor beserta bitnya bekerja

naik turun seperti menumbuk. Kecepatan pemboran sangat tergantung

kemampuan penetrasi mata bor yang dipengarui oleh tinggi dan berat

tumbukannya

Hammer Drill, prinsip kerjanya mata bor berkerja naik turun seperti

menumbuk.

b. Metode Putar (Rotary Method)

Pada metode pemboran ini, lubang bor dibentuk dengan mekanisme

putar dan disertai pembebanan. Pipa bor berputar, bergerak atau menggerus

sehingga batuan menjadi terpotang dan terlepas atau hancur menjadi cutting.

Adapun jenis dari dari alat bor dengan merode ini antara lain :

Bor Putar Hidrolik (Hydraulic rotary drill), digunakan untuk

membuat lubang untuk bukaan dengan diameter 4 – 15 inchi. Untuk

mobilitas yang tingggi, alat ini ditempatkan diatas truck atau trailer.

Bor Intan, cara kerjanya sama dengan sistem rotary drill lainnya, akan

tetapi mata bornya menggunakan intan untuk menembus perlapisan

yang sangat kompak dan keras.

Bor putar spiral (electric auger drill), digunakan untuk operasi

pemboran untuk penambangan atau pengambilan data geologi teknik.

c. Metode Tumbuk-Putar (Rotary-Percussive Drill Method)

Dimana lubang bor dibentuk dari kombinasi antara mekanisme putar

(rotary drill) dengan mekanisme tumbuk (percussive drill). Meknisme ini

cocok digunakan pada perlapisan batuan keras sampai perlapisan yang

sangat keras (kompak).

Adapun jenis dari alat bor dengan metode ini antara lain :

Drifter jack hammer, dipakai untuk pemboran mendatar sehingga

memerlukan penopang (muonting device), sehingga penyangga

disebut jack leg.

Stoper jack hammer, digunakan untuk pemboran dengan arah keatas,

sehingga disangga dengan tekscoping tube. Biasa digunakan pada

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 24

Page 25: 64826455 Data Kerja Praktek

pemboran daitambang bawah tanah, contohnya pembuatan rise

maupun pembuatan shaft dengan arah keatas

Sinker jack hammer, digunakan untuk pemboran dengan arah bawah,

contohnya pembuatan winze maupun pembuatan shaft dengan arah

kebawah.

II.7.2. Berdasarkan Jenis Alat Pemutarnya (Sumber Tenaganya)

Berdasarkan jenis alat pemutarnya, dapat dibedakan menjadi beberapa

macam diantaranya :

a. Spindel, pada pemboran ini, bor dimasukkan kedalam tabung spindel dan

dapat berputar karena dipegang atau di chuck oleh baut yang menekan

didinding luar pipa bor. Metode ini juga biasa digunakan dalam pemboran

inti.

b. Pemutar Rotor (Rotary Top Head) Pipa bor dihubungkan langsung dengan

rotor atau gear box yang diletakkan diatas pipa bor, pipa bor berputar

mengikuti putaran dari gear box. Kecepatan dari gear bok tidak dapat

diubah-ubah.

II.7.3. Berdasarkan Cara Bergerak dan Transportasinya

Berdasarkan cara bergerak dan transportasinya mesin bor digolongkan

menjadi beberapa macam, antara lain :

a. Skid Mounted

Mesin bor diletakkan pada suatu rangkaian pipa besi, dan dipindahkan

secara manual. Alat bor ini sangat cocok digunakan pada medan yang sangat sulit

(pada daerah bergunung dan belum ada akses jalan).

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 25

Page 26: 64826455 Data Kerja Praktek

Gambar 2.4. Skid Mounted

b. Truck Mounted

Mesin bor diletakkan diatas truck, sangat praktis dalam berpindah-pindah

dari suatu lokasi pemboran kelokasi pemboran yang lain. Mempunyai tenaga yang

lebih besar karena sumber tenaga mesin bor bergabung dengan rangkaian truck,

sehingga lubang bor dapat lebih besar dan dalam dibandingkan skid mounted.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 26

Page 27: 64826455 Data Kerja Praktek

Gambar 2.5.Truck Mounted

c. Trailer Mounted

Mesin bor diletakkan diatas trailer sehingga sangat praktis dalam berpindah-

pindah, serta mempunyai sumber tenaga yang lebih besar dari jenis truck mounted

serta hasil kedalaman lubang bor lebih besar dibandingkan truck mounted.

Gambar 2.6.Trailer Mounted

d. Crawler Mounted

Mesin bor diletakkan diatas roda crawler, cocok digunakan pada daerah

yang berbukit-bukit, cukup curam maupun daerah yang becek.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 27

Page 28: 64826455 Data Kerja Praktek

Gambar 2.7. Crawler Mounted

II.8. Metode dan Jenis Pemboran

Metode pengeboran yang sering digunakan dalam kegiatan pemboran

eksplorasi antara lain sebagai berikut :

1. Open Hole yaitu pengeboran langsung dari permukaan awal sampai batas

yang di tentukan tanpa Coring.

2. Touch Coring yaitu open hole pada lapisan non batubara dan Coring pada

lapisan batubara.

3. Full Coring yaitu Coring pada seluruh lapisan batuan baik lapisan non

batubara atau lapisan batubara.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 28

Page 29: 64826455 Data Kerja Praktek

II.9. Pelaksana Pemboran

Tim pelaksana yang melakukan kegiatan ini meliputi driller, wellsite dan

kru pemboran.

II.10. Peralatan Pemboran

II.10.1. Rangkaian Peralatan Pemboran

Alat bor ini dapat dipisahkan dalam komponen-komponen kecil dan dapat di

angkut oleh orang secara manual. Kapasitas alat bor ini dapat menembus lithologi

batuan dengan kedalaman maksimum > 100 meter dengan menggunakan media

air yang berfungsi mengeluarkan cutting dan mempermudah proses pengeboran

tersebut.

Khas dari pengeboran ini untuk mesin penggeraknya menggunakan mesin

diesel jenis Yanmar 155 dan dibandingkan dengan mesin type yang lain mesin ini

lebih unggul dan lebih irit dalam penggunaan bahan bakar, tetapi pada saat

pemindahan (moving) relatif lebih susah karena memiliki ukuran yang besar

dengan berat mencapai 150 kg.

Peralatan yang digunakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemboran ini

meliputi :

Mesin Bor, yaitu mesin yang digunakan untuk mengerakan rangkaian alat

bor guna melakukan kegiatan pemboran. Type mesin bor yang digunakan

adalah tipe Jacro.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 29

Page 30: 64826455 Data Kerja Praktek

Gambar 2.8. Mesin bor type Jacro 200

Batang bor (rod), yaitu pipa yang terbuat dari bahan dasar baja, berbentuk

bulat, memiliki panjang 1,5 m dan berdiameter 4,4 cm. Batang bor (rod)

bagian atas disambungkan dengan stang bor dan bagian bawah disambung

dengan mata bor ( bit) dan core barrel pada saat dilakukan coring.

Gambar 2.9. Pipa pemboran

Tabung Penginti (Core Barrel) merupakan alat yang digunakan untuk

menangkap inti bor (core). Panjang tabung penginti (Core Barrel) adalah

2,06 m dan berdiameter 5,2 cm. Pada bagian dalam tabung penginti (core

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 30

Page 31: 64826455 Data Kerja Praktek

barrel) terdapat split tube yang panjangnya 1,6 m berfungsi untuk mengunci

inti bor (core).

Gambar 2.10. Tabung penginti (core barrel)

Gambar 2.11. Split Tube

Mesin pompa air (Dephi Pump), digunakan untuk meyedot dan mengalirkan

air dari sumber air terdekat yang di alirkan menggunakan sambungan

polypipe ke bak penampungan.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 31

Page 32: 64826455 Data Kerja Praktek

Gambar 2.12. Mesin Dephi Pump

Gambar 2.13. Kolam Penampungan Air

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 32

Page 33: 64826455 Data Kerja Praktek

Gambar 2.14. kolam penampungan cuting

Mesin pompa air (Mud Pump), digunakan untuk meyedot dan

mengalirkan air kedalam pipa bor yang berguna untuk mengangkut cutting

hasil pemboran dan sebagai pelumas untuk mendinginkan mata bor akibat

gesekan dengan batuan.

Gambar 2.15. Mesin Mud Pump

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 33

Page 34: 64826455 Data Kerja Praktek

Selang air (Polypipe), yaitu selang pipa dari sambungan Dephi Pump untuk

mengalirkan air dari sumber ke kolam penampungan.

Gambar 2.16. Polypipe

Mata Bor, digunakan untuk mengerus batuan dan membuat lubang bor.

Dalam kegiatan pemboran ini ada tiga type mata bor yang digunakan,

disesuaikan dengan jenis perlapisan dan kekerasan batuan. Mata bor yang

digunakan untuk soil biasanya digunakan jenis Wing Bit

Gambar 2.17. Wing Bit

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 34

Page 35: 64826455 Data Kerja Praktek

Kunci Pipa, yaitu kunci yang di gunakan untuk mengencangkan atau

mengendurkan drat pipa dengan pipa atau pipa dengan bit dan core barrel.

Gambar 2.18. Kunci Pipa

Meteran, yaitu di gunakan untuk mengukur sisa pipa yang keluar ke

permukaan untuk mengetahui perhitungan kedalaman bor yang telah di

lakukan. Di lakukan apabila pemboran mengenai roof atau floor Batubara.

Gambar 2.19. Meteran

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 35

Page 36: 64826455 Data Kerja Praktek

Plastik Sample, yaitu plastik yang di gunakan untuk menyimpan sample

cutting.

Gambar 2.20. Plastik Sample

Core Box yaitu kotak yang terbuat dari kayu, berguna sebagai tempat

menyimpan sample hasil coring.

Gambar 2.21 Core Box

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 36

Page 37: 64826455 Data Kerja Praktek

Liquid Polymer yaitu cairan kimia yang di gunakan untuk mengentalkan

cutting agar mudah terangkat ke permukaan.

Gambar 2.22. Liquid Polymer

cutting yaitu serpihan atau butiran hasil gerusan dari mata bor (bit) yang naik

ke atas permukaan bersamaan dengan air.

Gambar 2.23. Cutting

core sample yaitu hasil coring yang akan dijadikan sample untuk diuji di

laboratorium.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 37

Page 38: 64826455 Data Kerja Praktek

Gambar 2.24. core sample

II.10.2. Peralatan Penunjang Lain

1 unit mobil medan berat jenis 4x4 untuk tranportasi dan mobilitas

dilapangan.

1 buah GPS untuk penentuan koordinat.

Bahan bakar solar dan Oli mesin

Parang dan kayu

Terpal

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 38

Page 39: 64826455 Data Kerja Praktek

BAB III

SISTEM/IMPLEMENTASI

III.1. Tahapan Kegiatan Pemboran Eksplorasi

III.1.1. Pendahuluan

Tahapan-tahapan secara umum yang dilakukan sebelum kegiatan pemboran

eksplorasi adalah sebagai berikut :

Kajian Peta Geologi dan Struktur Geologi daerah rencana pemboran.

Orentasi/survey lapangan berdasarkan penafsiran dari pemetaan geologi

permukaan, peta topografi ataupun peta geomorfologi yang ada.

Menentukan titik lokasi rencana pemboran dengan cara membuat estimasi

kedalaman batubara main seam dari tafsiran pemetaan geologi dan

penampang/section yang telah dibuat.

Melakukan pemasangan titik-titik pemboran dengan GPS.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 39

Page 40: 64826455 Data Kerja Praktek

Melakukan pembebasan lahan / konpensasi lahan lokasi titik yang akan

dilakukan pemboran.

Pengawasan pemboran, dilakukan baik pada Open Hole maupun Coring

dan hasil pemeriannya dibuat pada Lithology Log (Log Bor)

III.1.2. Penentuan Lokasi Lubang Bor

Untuk menentukan lokasi lubang bor maka seorang geologis mempunyai

peranan tersendiri, yaitu disesuaikan dengan tujuan diadakannya pekerjaan

pemboran. Langkah awal dari penentuan lubang bor berdasarkan peta topografi

dan peta geologi yang telah ada. Hal ini untuk memperjelas keadaan geologi

daerah yang akan dilakukan kegiatan pemboran. Namun prinsip yang digunakan

dalam meletakan lubang bor yaitu bahwa daerah tersebut akan mewakili daerah

yang luas maka hal ini akan lebih mendekati sempurna apabila didasarkan pada

peta topografi dan peta geologi, kemudian langkah selanjutnya yaitu didasarkan

pada maksud keteknikan dari pemboran tersebut.

III.1.3. Prosedur Pemboran

Adapun prosedur kegiatan pemboran, antara lain :

a. Menentukan lokasi daerah yang akan di bor.

b. Mempersiapkan mesin bor, pipa-pipa bor, dan peralatan lain yang dianggap

perlu.

c. Pembuatan bak lumpur/air pemboran dengan ukuran (1m x 1m x 1m) dan bak

cutting dengan ukuran (0,5m x 0,5m x 0,5m).

d. Pipa disambung dengan stang bor pada bagian atas dan pada bagian bawah

disambung dengan bit, dan dimasukkan pada lubang bor.

e. Mengalirkan air pencuci ke lubang bor setelah terlebih dahulu melewati

bagian peyaringan. Air yang telah dialirkan tersebut kebawah setelah

melewati bagian luar dari bit, Fungsi air disini adalah untuk :

Untuk mendinginkan pipa-pipa bor akibat panas yang ditimbulkan

oleh gesekan bit dengan batuan.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 40

Page 41: 64826455 Data Kerja Praktek

Sebagai pelumas bit.

Mengangkut potongan-potongan batuan (cutting) ke atas permukaan

tanah.

Pelepasan air ini diatur sesuai dengan kebutuhan dari pemboran untuk

menghasilkan inti sebaik mungkin baik pada open hole maupun coring.

Karena terlalu banyak air yang dipakai justru akan merusak batuan inti dan

bahkan terusak oleh core catcher sendiri.

f. Kemudian selanjutnya yaitu pengambilan hasil pemboran, pada kedalaman

tertentu, kemudian hasil pemboran didiskripsi sifat batuannya.

III.1.4. Pelaksanaan Pemboran

Kegiatan pelaksanaan pemboran meliputi :

1. Melakukan pemboran open hole dari permukaan sampai dengan estimasi

kedalaman roof dan floor batubara atau sampai ditemukannya tanda-tanda

batubara. Untuk pemboran dangkal gunakan mata bor (wing bit) dan pipa

NQ sampai kedalaman < 50 meter.

2. Perpindahan mesin bor ke lokasi berikutnya.

3. Reklamasi lokasi pemboran, meliputi : penutupan bak lumpur dan bak

cutting.

4. Hasil cutting ditulis berdasarkan kode lokasi dan kedalaman bor .

III.1.5. Perlakuan Terhadap Cutting Sample

Perlakuan terhadap cutting sample meliputi :

Cutting sample diambil dari gerusan (cutting) hasil pemboran

Cutting sample diambil tiap 0,5 meter dan dimasukkan dalam

plastik sampel.

Tiap plastik sample diberi kode lokasi bor dan interval kedalaman

bor.

Diletakkan pada tempat yang bersih, aman, rapi atau diletakkan

pada tempat yang telah disediakan.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 41

Page 42: 64826455 Data Kerja Praktek

Peletakannya disusun berurutan dari kedalaman top sampai

kedalaman bottom.

III.1.6. Perlakuan terhadap Cutting Batubara

Cutting batubara diambil dari gerusan (cutting) hasil pemboran apabila

mengenai roof batubara

Cutting batubara dimasukkan dalam plastik sample dan diberi kode lokasi

bor dan interval kedalaman lithologi

Diletakkan pada tempat yang bersih, aman, rapi atau diletakan pada tempat

yang telah disediakan

Peletakannya disusun berdasarkan kedalaman apabila mengenai roof

batubara sampai ke floor batubara.

III.1.7. Perlakuan terhadap Core Sample

Setelah dikeluarkan dari core barell, core sample diletakan diatas pipa

paralon ukuran 3 inci yang dilapisi dengan plastik sample dengan posisi

miring.

Core sample disiram dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran berupa

pasir dan tanah.

Core sample didiamkan selama ± 15 menit agar kering.

Core sample diukur dengan meteran

Core sample dibungkus dengan plastik sample kemudian dimasukan

kedalam core box.

Tugas Wellsite dilapangan adalah melakukan pemeriksaan dan pengamatan

atas hasil bor serta melaporkan pada kantor penentu kebijakan (geologis).

Kemudian Wellsite akan menerima perintah untuk melanjutkan pengeboran sesuai

dengan rencana dan perubahan sehingga kegiatan pengeboran harus dihentikan

atau ditunda sementara waktu sampai ada kebijakan lebih lanjut dari pihak

geologis.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 42

Page 43: 64826455 Data Kerja Praktek

BAB IV

PEMBAHASAN

VI.1. Tahapan Kegiatan Pemboran

Pada saat kerja praktik dilaksanakan pemboran pada blok “Jaliwan” daerah

kuasa pertambangan PT. Kapuas Tunggal Persada dengan target kedalaman 60

meter untuk coring. Lubang bor pada satu lokasi titik bor di buat 2 buah yaitu

untuk pilot hole dan side hole. Pilot hole merupakan lubang bor yang pertama di

buat di lokasi titik pengeboran menggunakan metode open hole dengan target

kedalaman 100 meter dan selanjutnya pada lubang bor ini diambil data lithologi

berdasarkan cutting yang keluar dari lubang bor. Side hole merupakan lubang bor

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 43

Page 44: 64826455 Data Kerja Praktek

kedua yang dibuat di lokasi titik pengeboran menggunakan metode touch core

dengan target kedalaman 60 meter, berjarak ± 2 meter dari pilot hole dan

selanjutnya diambil datanya berdasarkan cutting dan coring. Guna dibuatnya

lubang pilot hole adalah untuk menentukan start coring pada side hole.

Pengamatan kegiatan pemboran dilakukan di 2 lokasi lokasi titik pemboran

yaitu JW-DH-08 dan JW-DH-09. Kegiatan pemboran untuk 2 lokasi titik bor ini

berlangsung dari tanggal 27 April sampai 22 Mei 2011. Peta titik bor ditampilkan

pada lampiran.

Kegiatan diawali dengan pembersihan lahan untuk lokasi titik pengeboran

lubang bor pertama yaitu pilot hole dan lubang bor kedua yaitu side hole yang

telah ditentukan oleh project geologist. Tahapan selanjutnya adalah membuat bak

cutting dan bak lumpur pengeboran sebagai tempat tampungan air untuk persiapan

pengeboran dengan memperhatikan topografi lokasi pengeboran dan letak sumber

air.

Setelah itu merangkai peralatan pemboran untuk pelaksanaan pemboran

yang terdiri dari mesin bor Jacro, menyambung pipa pemboran dengan mata bor

(bit) dan dimasukkan pada lubang bor, mengalir air dari sumber air menggunakan

mesin pompa air dan selang menuju bak lumpur pengeboran yang dicampur

dengan liquid polymer kemudian dialirkan menggunakan mesin pompa lumpur

pemboran melalui pipa pemboran menuju lubang bor yang berfungsi untuk

mendinginkan pipa bor akibat panas yang ditimbulkan oleh gesekan bit dengan

batuan serta sebagai pelumas bit dan mengangkut hasil gerusan (cutting) ke atas

permukaan tanah kemudian selanjutnya pengambilan hasil pemboran untuk open

hole dengan interval kedalaman yang bervariasi serta mendeskripsikan sifat

batuannya yang dimasukkan kedalam plastik sampel (pada sampel tersebut diberi

keterangan kode lokasi dan interval kedalamannya) selama kegiatan pemboran

berlangsung.

Hasil pemboran (cutting sample) diambil tiap 0,5 meter dan mengamati

perubahan lithologi yang terjadi pada interval kedalaman tertentu yang

peletakannya disusun berurutan dari kedalaman top sampai bottom. Coring

batubara diambil dari hasil pemboran apabila mengenai roof batubara yang

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 44

Page 45: 64826455 Data Kerja Praktek

selanjutnya hasil coring diangkat dan diletakkan diatas pipa paralon yang sudah di

belah dengan panjang 1,6 meter selanjutnya hasil coring di deskripsi berdasarkan

lithologi dan dihitung core recoverynya. Setelah pendeskripsian dan perhitungan

core recovery selanjutnya hasil coring dibungkus dengan plastik warp kemudian

dimasukkan ke dalam core box dengan diberi kode lokasi, nomor sampel dan

interval kedalaman batubara kemudian peletakannya disusun berdasarkan

kedalaman dari roof batubara sampai ke floor batubara.

Setelah kegiatan pemboran selesai, selanjutnya melakukan perpindahan

(moving) mesin bor ke lokasi berikutnya serta reklamasi lokasi pengeboran

meliputi penutupan bak lumpur pengeboran, bak cutting dan lubang bor.

IV.2. Hasil Pengamatan Per Lokasi Titik Bor

IV.2.1. Titik JW-DH-08

Lokasi pengeboran berada didaerah kuasa pertambangan PT. Kapuas

Tunggal Persada dengan kordinat E 183°40’44” N 98°90’55”. Pemboran yang

dilakukan dilokasi titik JW-DH-08 dengan total kedalaman pemboran 60 meter.

Morfologi daerah ini merupakan daerah dengan lereng bergelombang serta

merupakan daerah perbukitan dengan elevasi 77 meter dari permukaan laut.

Pemboran yang dilakukan di lokasi titik JW-DH-08 ditemukan 4 lapisan

batubara pada kedalaman 10,25 meter, 27,00 meter, 35 meter, 44, dengan

ketebalan lapisan berkisar dari 1,2 – 1,5 meter dan lapisan seam yang paling tebal

ditemukan pada kedalaman 27 meter dengan ketebalan 1,9 meter. Batubara

dilokasi ini berwarna hitam keras, gores hitam kecoklatan dan kilap (70% bright,

30% dull). Log bor untuk titik JW-DH-08 ditampilkan pada lampiran.

Satuan lithologi didominasi oleh batu pasir, batulempung, lempung pasiran

dan lempung karbonan yang di dalamnya terdapat fragmen batubara. Lapisan

lempung karbonan di lokasi ini berwarna abu-abu kehitaman. Ketebalan

lapisannya tergolong tebal karena pada kedalaman 11,60 meter dengan ketebalan

mencapai 7,53 meter. Lapisan lempung pasiran di lokasi ini di temukan pada

kedalaman 28,9 meter dengan ketebalan 6,1 meter. Lapisan lempung pasiran

dilokasi ini berwarna abu-abu keputihan, ukuran butir halus dan lunak. Lapisan

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 45

Page 46: 64826455 Data Kerja Praktek

batupasir yang paling tebal ditemukan pada kedalaman 46,40 meter dengan

ketebalan 13,60 meter.

Lapisan batulempung yang ditemukan pada lokasi ditemukan dengan

ketebalan 4-7 meter dengan lithologi berwarna abu-abu cerah dan lunak.

IV.2.2. Titik JW-DH-09

Lokasi pengeboran berada didaerah kuasa pertambangan PT. Kapuas

Tunggal Persada dengan kordinat, E 183°50’20” N 98°90’8,6”. Pemboran yang

dilakukan di titik JW-DH-09 dengan total kedalaman pemboran 60 meter.

Morfologi daerah ini merupakan daerah dengan lereng yang cukup curam hingga

bergelombang serta merupakan daerah perbukitan dengan elevasi 76 meter dari

permukaan laut.

Pemboran yang dilakukan di lokasi titik JW-DH-09 ditemukan 4 lapisan

batubara pada kedalaman 11,50 meter, 28 meter, 36,75 meter, 47 meter, dengan

ketebalan lapisan seam berkisar dari 0,9 - 2 meter dan lapisan seam yang paling

tebal ditemukan pada kedalaman 28 meter dengan tebal Batubara 2,2 meter.

Batubara dilokasi ini berwarna hitam keras, gores hitam kecoklatan dan kilap

(70% bright, 30% dull). Log bor untuk titik JW-09 ditampilkan pada lampiran.

Satuan lithologi didominasi oleh batulempung, batupasir dan lempung

karbonan. Lapisan batupasir yang tebal pada lokasi ini ditemukan pada kedalaman

47,90 meter dengan tebal lapisan 12,10 meter. Lapisan batupasir dilokasi ini

berwarna putih keabu-abuan, ukuran butir halus sampai kasar, dan agak keras.

Lapisan batulempung yang tebal ditemukan pada kedalaman 30,90 meter

dengan ketebalan 6,55 meter. Batulempung berwarna abu-abu cerah, ukuran butir

dari halus sampai sedang, dan keras. Lapisan lempung karbonan dilokasi ini

berwarna abu-abu kehitaman. Ketebalan lapisannya bervariasi dari 4 – 5,5 meter.

IV.3. Hasil Pemboran di PT. Kapuas Tunggal Persada

Dari kegiatan pemboran yang dilaksanakan pada blok “Jaliwan” Kuasa

Pertambangan PT. Kapuas Tunggal Persada, seluruh lokasi dapat mencapai target

yang dinginkan yaitu melakukan pemboran untuk pengambilan sampel coring

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 46

Page 47: 64826455 Data Kerja Praktek

menggunakan metode touch core drilling mencapai kedalaman 60 meter dengan

jumlah seam pada tiap lokasi pengeboran ± 4 dan ketebalan batubara 1-2 meter.

IV.4. Kendala Pemboran

Kendala pemboran yang dihadapi pada saat pemboran berjalan biasanya

berupa gangguan karena alat, kondisi geologi, keadaan teknik dan juga pengaruh

cuaca atau iklim. Gangguan tersebut antara lain :

1. Kendala yang disebabkan karena alat biasanya berupa :

Lambat lajunya pemboran yang disebabkan kesalahan

dalam pemilihan mesin bor, sehingga tidak sesuai dengan kekerasan

batuan yang ditembus.

Kerusakan pada alat bor dan tidak bisa diperbaiki

secepatnya karena kurangnya suku cadang.

Pemakaian peralatan yang tidak sesuai dengan standar.

Untuk mengatasi hal tersebut diatas harus diupayakan :

Mesin bor yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi

lapangan yang akan dilakukan kegiatan pemboran.

Suku cadang agar dapat diperbanyak jumlahnya, mengingat suku

cadang alat bor tidak bisa didapatkan didaerah setempat.

Alat yang digunakan seperti mesin bor, pompa fluida, sebelum

dipakai sebaiknya terlebih dahulu diservis dan dicek, bila perlu

dipergunakan alat yang baru.

2. Kendala karena kondisi geologi diantaranya :

Karena kerasnya batuan penyusun didaerah setempat.

Adanya rekahan, rongga, dan juga pasir louse sehingga akan

mengakibatkan hilangnya air pembilas (water louse).

Kondisi morfologi berupa perbukitan dan juga lembah yang

curam akan mempersulit pengangkutan alat, apabila melakukan

pemindahan titik bor yang satu ke yang lain (moving).

Untuk mengatasi kendala tersebut diatas maka perlu diperhatikan :

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 47

Page 48: 64826455 Data Kerja Praktek

Penggunaan mata bor (bit) yang sesuai dengan batuan yang

akan ditembus, serta pelaksanaan teknis dilapangan yang cermat.

Menggunakan larutan aqua Jelly berupa Bentonit, Ismat,

dan juga melakukan pembuatan casing agar lapisan batuan tidak

runtuh khususnya pada bagian rekahan, juga rongga dan juga pasir

louse.

Pembuatan jalan rintisan yang akan dilewati dengan

memilih jalan yang agak datar.

3. Kendala Teknis yang dihadapi pada saat pemboran bisa terjadi

yaitu :

Mata bor (bit) telepas dari batang bor, karena getaran mesin

dan juga pemasangan mata bor yang kurang baik.

Mata bor (bit) terjepit, karena dasar lubang bor dipenuhi

pecahan sisa pemboran (cutting) yang tidak terangkat akibat

kurangnya tekanan air pembilas.

Batang Bor (Rod) lepas, jatuh dan juga patah didalam lubang

bor,atau juga pipa yang jatuh dalam lubang bor pada saat melepas

sambungan.

Upaya mengatasi masalah teknis tersebut dapat digunakan beberapa cara

antara lain sebagai berikut :

Menggunakan Dongkrak atau untuk menarik mata bor (bit)

yang terjepit.

Sirkulasi air yang terus menerus untuk menggerakan batang

bor (rod) yang terjepit oleh serpihan cutting yang tidak terangkat

akibat kurangnya tekanan air.

4. Kendala cuaca biasanya berupa hujan yang mengakibatkan

rusaknya jalan transportasi ke lokasi pemboran dan biasanya mengakibatkan para

pekerja harus standby di camp menunggu perbaikan jalan. Upaya yang harus

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan cara rutin

memperhatikan perawatan dan perbaikan jalan transportasi tersebut.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 48

Page 49: 64826455 Data Kerja Praktek

BAB V

KESIMPULAN

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, pada kegiatan pemboran eksplorasi di Blok

”Jaliwan” JW-DH-08 dan JW-DH-09 daerah kuasa pertambangan PT. Kapuas

Tunggal Persada (KTP) dari 2 titik bor yang diamati dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

Metode pemboran yang digunakan adalah dengan metode Touch Core Drilling

pada lapisan non batubara serta roof dan floor lapisan batubara.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 49

Page 50: 64826455 Data Kerja Praktek

Target pada kegiatan pemboran eksplorasi ini adalah seam dengan ketebalan seam

lebih dari 3 meter.

Ketebalan lithologi batuan di formasi ini bervariasi dan hampir semuanya

ditemukan di semua lokasi titik bor. Dari hasil pengamatan log bor, lithologi-

lithologi tersebut ada yang mengalami penipisan dan penebalan, begitu juga

dengan lapisan batubara tersebut.

Litologi yang berkembang didaerah pengamatan adalah batulempung dan

batupasir. dengan ketebalan lapisan yang bervariasi.

Selama kegiatan pemboran terjadi beberapa kendala yang menghambat kegiatan

pemboran baik dari segi teknis, alat dan cuaca.

V.2. Saran

Pada kegiatan pemboran eksplorasi di Blok ”Jaliwan” JW-DH-08 dan JW-

DH-09 daerah kuasa pertambangan PT. Kapuas Tunggal Persada dari lokasi

pemboran yang diamati dapat diberikan beberapa saran agar kegiatan pemboran

dapat lebih efisien dan efektif, sebagai berikut :

Perbaikan jalan seharusnya rutin dikerjakan supaya transportasi berjalan

lancar dan aman.

Sarana untuk kegiatan pemboran diharapkan untuk tetap stand by di lokasi

agar mobilisasi dapat berjalan dengan lancar.

Diharapkan kru bor memiliki keterampilan dan pengalaman yang baik

dalam melaksanakan kegiatan pemboran.

Tersedianya cadangan spare part alat bor agar kerusakan alat bor dapat

segera diperbaiki.

Peralatan P3K harus selalu tersedia di lokasi pemboran.

Peralatan sarana komunikasi Handy Talky (HT) harus ada dan dipergunakan

dengan baik sesuai dengan kebutuhan pada setiap titik bor supaya lebih

mudah penyampaian informasi.

Pembersihan lokasi (land clearig) harus dilakukan dengan benar, misalnya

pohon-pohan besar yang ada di sekitar lokasi pemboran sebaiknya ditebang

lebih dahulu, sebelum dilakukan kegiatan pemboran.

Sebaiknya ada mekanik mesin bor di lapangan.

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 50

Page 51: 64826455 Data Kerja Praktek

Laporan Kerja Praktik – Jurusan Teknik Pertambangan UNPAR 51