Upload
farkhan-kuncoro
View
32
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
cakul farmako
Citation preview
Page 1 of 7
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS An Nur: 30)
DEVISI COLLEGE CAKUL BLOK NEOPLASMA
Analgesik adalah zat2 yg mengurangi rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Nyeri bersifat subyektif dan
ambang toleransi nyeri tiap orang berbeda-beda. Nyeri
untuk suhu konstan, yaitu 44-45oC.
Nyeri berdasarkan lokasi (Thew, Mutschler, Vaupel):
- Nyeri somatik
Nyeri permukaan (misal : tusukan jarum,
cubitan)
Nyeri dalam (berkaitan dg otot, jaringan ikat,
tulang, dan sendi; misal : kejang otot, sakit
kepala)
- Nyeri viseral (berkaitan dg perut, misal: kolik
kantung empedu, nyeri luka lambung)
Rasa nyeri : suatu gejala yg berfungsi sbg isyarat bahaya
adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan,
infeksi jazat renik atau kejang otot. Nyeri disebabkan
oleh rangsangan mekanis, kimiawi, atau fisis -> memicu
pelepasan mediator nyeri (a.l. histamin, bradikinin,
leukotrien, dan prostaglandin).
Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgesik dibagi
menjadi 2:
- Analgesik lemah-sedang : bekerja terutama pada
perifer (non narkotik), sifat antipiretik,
antiinflamasi, dan antireumatik.
- Analgesik kuat (analgesik narkotik) : bekerja pada
pusat (hipoanalgesik, kelompok opioat), untuk
menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fraktura
dan kanker.
Berdasarkan proses terjadinya, analgesik dibagi mjd:
- Analgesik perifer
- Anestesi lokal
- Anestesi konduksi, menghambat penerusan
rangsangan dalam saraf sensoris
- Analgesik kerja sentral, anestesi umum, memblokis
pusat nyeri di SSP.
- Psikofarma (antiepileptika, tranquilizer,
neuroleptika, antidepresiva), mempengaruhi
pengalaman nyeri.
A. ANALGESIK KERJA PERIFER (NON OPIOID)
Secara kimiawi dibagi menjadi:
- Parasetamol
- Salisilat : asetosal,salisilamida,benorilat
- Penghambat
prostaglandin(AINS/NSAID):ibuprofen dll
- Derivat-antranilat: mefenaminat,glafenin
- Derivat-pirazolinan: propilfenazon,isopropilami-
nofenazon & metamizol
- Lain2: benzidamin(tantum)
Untuk nyeri ringan-sedang. Rangsangan di pusat
pengatur kalor di hipothalamus mengakibatkan
vasodilatasi perifer (di kulit), selanjutnya pengeluaran
kalor dan keringat bertambah.
Antiradang (antiflogistis).
Kombinasi dr 2 atau lebih obat analgesik seringkali
digunakan, krn terjadi efek potensiasi, efek samping
masing2 terletak di bidang yg berlainan dpt berkurang,
krn dosis dr masing2 komponennya dpt
diturunkanseringkali digunakan kombinasi kofein &
kodein dlm sediaan parasetamol & asetosal.
Efek samping: gangguan usus lambung, kerusakan
darah, hati, dan ginjal. Penggunaan kontinu tidak
dianjurkan.
Interaksi: memperkuat efek antikoagulansia, kecuali
parasetamol dan glafenin.
Hanya parasetamol yang aman untuk wanita hamil dan
menyusui, walaupun dapat mencapai ASI. Asetosal dan
salisilat, AINS, dan metamizol mengganggu
perkembangan janin.
Co-analgesik : khasiat dan indikasi utama bukanlah
penghalau nyeri, digunakan tunggal atau kombinasi dg
analgesik lain pada keadaan tertentu, misal pada nyeri
neuropatik.
1. AMINOFENAZON
Aminopyrin, amidopirin, pyramidon
Analgesik, antiradang, dan antipiretis.
Resorpsi di usus cepat, kerja sesudah 30-45 menit,
plasma t1/2nya 2-7jam.
Efek samping thd darah sering fatal (agranulositosis,
leukopenia). Kontraindikasi bagi ibu hamil dan laktasi.
2. ASAM ASETILSALISILAT
Asetosal, aspirin, cafenol, naspro
Antidemam kuat; dosis rendah (80mg) menghambat
agregasi trombosit; antiradang.
Resosrpsi cepat; efek analgetik dan antipiretik setelah
30 menit & bertahan 3-6 jam; bersifat asam.
Efek samping : iritasi mukosa lambung; reaksi alergi
kulit, tinitus pada dosis tinggi, sindroma Rye pada anak-
anak.
Ibu hamil tidak dianjurkan, terutama pada triwulan
terakhir dan sebelum persalinan.
Interaksi: memperkuat kerja antikoagulansia, OAD dan
metotreksat. Kerja analgesiknya diperkuat olehkodein
dan d-propoksifen.
3. FENIBUTAZON
Butazolidin, new skelan, pehazon/forte.
Antiradang lebih kuat daripada analgesik -> sering
digunakan untuk artritis tertentu, seperti derivat
oksifenilbutazon.
Efek samping: serius terhadap darah, lambung, kini
mulai ditinggalkan.
FARMAKOLOGI OBAT ANALGETIKA NON OPIAT: OAINS, OBAT RHEUMATIC, DMRADS, OBAT PIRAI
Endang Ediningsih, dr, M,.Kes
Page 2 of 7
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS An Nur: 30)
DEVISI COLLEGE CAKUL BLOK NEOPLASMA
Penggunaan: serangan reuma atau encok oral & rektal
2-3dd 200mg.
4. GLAFENIN
Derivat antranilat, tidak berdaya antipiretik &
antiradang.
Resorpsi di usus cepat & di hati dirmbak menjadi
metabolit aktif (glafeninat) yang berefek sebagai
antinyeri.
Efek samping: gangguan usus lambung, kantuk, pusing,
serius: reaksi anafilaktis, kerusakan hati & anemia
hemolitik.
5. PARASETAMOL
Derivat asetanilida; metabolit dari fenasetin; antipiretik,
analgesik; tanpa antiradang.
Resorpsi di usus cepat. Eksresi dlm bentuk metabolit
toksik lewat kemih.
Efek samping: hipersensitivitas, kelainan darah;
penggunaan kronis 3-4g/hari dapat terjadi kerusakan
hati, dosis >6g mengakibatkan nekrosis hati ireversibel.
Ibu hamil dan laktasi boleh mengunakan parasetamol.
Interaksi : dosis tinggi memperkuat antikoagulansia
tetapi dosis biasa tidak interaktif, masa paruh
kloramfenokol diperpanjang, kombinasi dengan
zidovudin menambah risiko neutropenia.
6. TRAMADOL/tramal/theradol
Efek analgesik 120mg tramadol setara dengan 30-60mg
morfin -> untuk nyeri yang tidak terlalu hebat.
Tidak dianjurkan pada kehamilan dan laktasi.
Dosis:umur 1-14th 3-4dd 1-2mg/kg; lebih dari 14th 3-
4dd 50-100mg, max 400mg/hr.
B. AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)
Analgesik, antipiretik, dan antiradang.
Untuk penyakit reuma (artireumatik, artrosis, &
spondylosis); radang krn trauma; kolik empedu &
kemih, limbago, dysmenore; nyeri kanker akibat
metastase tulang.
Penggolongan:
- Salisilast : asetosal, benorilat & diflunisal. Jarang
digunakan utk reuma karena risiko efek
sampingnya.
- Asetat : diklofenac, indometasin, & sulindec
(clinoril).
- Pripionat:Ibuprofen,Ketoprifen,Flurbiprofen,Napro
ksen & Tiaprofenat
- Oxicam:Piroxicam, Tenoxicam & Meloxicam
- Pirazolon:(oksi)Fenilbutazon & Azapropazon
- Lainnya:Mefenaminat,Nabumeton,Benzidamin &
Bufexamac(parfenac)
1. ASAM MEFENAMINAT / ponstan
Anti nyeri, anti reuma.
Tidak dianjurkan untuk anak
2. CELECOXIB
Menghambat selektif COX-2. Pada dosis biasa COX 1
tidak dirintangi -> PgI2 (proteksi mukosa lambung-usus)
tetap terbentuk -> gangguan iritasi lambung-usus tidka
terjadi.
Efek jantung yang fatal. Hati-hati penggunaan pada
pasien dengan penyakit jantung, hipertensi,
hiperlipidemia, dan diabetes.
3. DIKLOFENAC/ voltaren/ cataflam/ arthrotec
Resorpsi dari usus cepat, lengkap. Ekskresi dalam
bentuk metabolit 60% lewat kemih, 20% lewat empedu
dan tinja.
4. FENIL BUTAZON /
butazolidin/pehazon/newscelan/irgapan
Urikosurik lemah
Resorpsi di usus baik.
Efek samping: supresi sumsung tulang yang hebat,
agranulositosis anemia aplastik, leukopenia, dan
kelainan darah lainnya.
5. IBUPROFEN/ brufen/ arthrofen
Analgesik dan antiradang cukup baik.
Resorpsi dari usus cepat, resorpsi rektal lebih lambat.
Dibagi mjd:
- Ketoprofen/profenid/orudis/oskorel. Efek samping
lebih sering terjadi.
- Flurbiprofen/ ansaid/ froben. Daya antiradang lebih
kuat.
- Asam tiaprofenat/surgam. Analgesik dan
antiradang kuat; gangguan saluran kemih dan
cystits lebih sering terjadi.
6. INDOMETASIN/ confortid/ indocid
Penggunaan : tetes mata untuk mencegah udema macula
lutea; bntuk gel 3% penggunaan lokal efektif untuk
menghilangkan nyeri sendi (jari-jari).
Resorpsi dari usus cepat dan lengkap.
Efek samping: gangguan lambung-usus, efek-efek
sentral seperti nyeri kepala, perasaan kacau, rasa lelah &
depresi.
7. NAPROKSEN/naxen/naprosyn
Analgesik dan antiradang baik -> untuk serangan encok
akut.
Resorpsi dari usus cepat & lengkap.
8. PIROXICAM/Felden/Brexine
analgesik, antipiretik, antiradang kuat & bekerja
lama (waktu paruh rata-rata 50jam)
Kompleksnya dengan Betadex/cyclodextrin Brexine
lebih cepat resorpsinya di usus, tetapi diperlambat oleh
makanan.
Penggunaan: sering pada nyeri haid & serangan encok
Dosis: oral,rektal & i.m. 1dd 20mg d.c/p.c.
Dysmenorrea primer 1dd 40mg selama 2 hari, lalu bila
perlu 1dd 20mg; Pada serangan encok permulaan 40mg,
lalu 2dd 20mg selama 4-6 hari.
Macam-macamnya antara lain:
a. Tenoxicam/Tilcotil
• Derivat-oxicam juga dengan khasiat &
sifat mirip piroxicam. Plasma waktu
paruhnya lebih panjang (rata 72jam)
• Dosis: oral 1dd 20mg,maintenance 1dd
10mg d.c
b. Meloxicam/Movi-Cox
Page 3 of 7
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS An Nur: 30)
DEVISI COLLEGE CAKUL BLOK NEOPLASMA
• Derivat-oxicam yang agak selektif
menghambat COX-2 lebih kuat
daripada COX-1sehingga kurang
iritasi lambung; Plasma waktu paruhnya
20 jam.
• Dosis: oral 1dd 7,5-15mg d.c
REUMATIK
• Arthritis Rheumatica/AR/RA/rematik/reuma adalah
penyakit sendi kronis & sistemis yang termasuk
kelompok gangguan autoimunditandai perubahan2
peradangan kronis dari sendi & membrannya
(synovium) & kemudian destruksi tulang rawan
dengan perubahan anatomis. Yang khusus dihinggapi
reuma adalah persendian tangan, kaki, lutut, bahu &
tengkuk.
• RA sebagai penyakit inflamasi sendi dengan efek2
sistemik meningkatkan resiko cardiovascular dengan
hampir 2x
A. Gejala pada Reumatik
• Khas bengkak & nyeri simetris di sendi2 tersebut (nyeri
paling hebat pada wktu bangun pagi berangsur kurang
setelah aktivitas akhirnya sendi jadi kaku pada waktu
pagi (morning stiffness ); juga ada lelah, malaise umum
• Pada 20% pasien terdapat benjolan2 kecil (noduli) di
bawah kulit terutama di jeruji serta pergelangan tangan
& kaki serangan bergelombang progresif
degenerasi tulang rawan & peradangan akibatkan cacat
seperti pada artrose
• Akibat pertumbuhan sendi yg keliru- btk bengkok –
invaliditas – diikuti komplikasi2 extraarticuler pd paru,
cor (jantung), ginjal, kulit & organ2 lain.
B. Diagnosa Reumatik
• Pada reuma permukaan tulang rawan memperlihatkan
bekas2 erosi (bocel2) akibat peradangan ruang antar
sendi menyempit.
• Dari tanda2 tsb dapat dipastikan melalui foto X-ray
pada 6 bulan pertama belum memperlihatkan kelainan
sendi.
• Di dalam darah dengan tes fixasi latex dapat ditentukan
adanya faktor reuma (=IgM); kenaikan laju endap
eritrosit & anemia (ini tak spesifik untuk reuma); lebih
khas yaitu Tes endap mucine dalam cairan sinovial &
pemeriksaan mikroskopik dari noduli subcutan serta
sinovial yang memperlihatkan kelainan tertentu.
• Progres penyakit ditentukan dengan tes C-reactive
protein (CRP) yang nilainya merupakan ukuran bagi
hebatnya inflamasi.
C. Tindakan-tindakan Umum
• Tujuan pertama dari penanganan reuma adalah
menghindari memburuknya kekakuan sendi &
deformitasdengan fisioterapi & latihan2—pembatasan
gerak—menyesuaikan pola hidup—aktivitas sehari-hari
dipelihara—sebanyak & selama mungkin untuk dapat
menjalani kehidupan normal.
D. Pengobatan Reumatik
• Terapi ditujukan pada penekanan gejala2, mengurangi
kehilangan fs & memperlambat progres destruktif
yaitu menghindari kerusakan sendi.
• Beberapa tahun belakangan ini telah dianjurkan supaya
sedini mungkin dimulai terapi dengan DMARD’s
(disease modifying antirheumatic drugs) guna
mencegah cacat sendi parah yang irreversibel selama
beberapa tahun pertama
• Bila efek kurang memuaskan dapat ditambahkan
kortikosteroida & untuk menanggulangi gejala nyeri,
peradangan & kekakuan + bersamaan AINS
PILIHAN OBAT REUMATIK
1. AINS (Analgesik Inflamasi Non Steroid)
• Perlu dipertimbangkan respons individu atas variasi
obat. Coba beberapa obat untuk menentukan mana yang
paling efektif bagi pasien tertentu. Setiap obat
hendaknya diminum selama 1minggu.
• Pilihan pertama adalah obat dengan relatif sedikit efek
samping seperti Ibuprofen (4dd 600mg), Naproksen
(2dd 500mg) & Diklofenac (3dd 50mg); atau obat
selektif Nabumeton, Meloxicam, atau Celecoxib.
• Yang ternyata untuk morning stiffness adalah dengan
kerja long-acting yang diminum sebelum tidur, missal
Diklofenac retard 75-100mg. Sebagai obat tambahan
kombinasi Parasetamol dengan Kodein/propoksifen
adakalanya efektif.
• Karena penggunaan jangka panjang AINS, perlu
tambahan suatu penghambat asam lambung
(Omeprazol, Pantoprazol); atau H2blockers (Ranitidin,
Famotidin dll); atau zat pelindung mukosa
(Misoprostol); & sebaiknya dilakukan eradikasi
Bac.Heliocobaster pylori sebelum terapi AINS
2. DMARD’s
• Dulu (=Slow-acting antirheumatic drugs) berdaya
Anti-erosif (=dapat menghentikan atau memperlambat
progres kerusakan tulang rawan); memiliki khasiat
antiradang kuat (tidak hanya bersifat simptomatis tapi
juga menghambat proses memperburuknya penyakit);
Karena tidak memiliki daya analgesik, maka dapat
dikombinasi dengan AINS
• Peraturan terbaru penggunaan DMARD’s sedini
mungkin yaitu: bila pemberian AINS selama 6-12
minggu tidak meringankan penyakit, DMARD’s segera
diberikan supaya menekan progres penyakit sebelum
sendi2 dirusak secara struktural.
• Mulai kerjanya obat2 ini lambat sekali, baru setelah 2-3
bulan & mencapai efek optimalnya sesudah 6 bulan.
Setelah penggunaannya dihentikan efeknya masih
bertahan beberapa waktu.
• Gejala sendi dpt diperbaiki secara dramatis dan disertai
penurunan nilai IgM & Laju Endap Eritrosit.
• Berhub.efek sampingnya, penggunaan DMARD’s harus
disertai kontrol periodik dari fs sumsum tlg, hati &
ginjal.
Page 4 of 7
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS An Nur: 30)
DEVISI COLLEGE CAKUL BLOK NEOPLASMA
• Mekanisme kerjanya belum jelas dimengerti & seperti
AINS seringkali perlu dicoba beberapa obat untuk
menentukan mana yang paling efektif.
• Pada umumnya Penisilamin, Imunosupresiva & TNF-
blockers merupakan obat yg paling efektif; Klorokuin,
sulfasalazin & Auranofin kurang efektif tetapi efek
sampingnya relatif tak begitu berat.
• Pilihan DMARD’s tiap negara berbeda, tergantung
kebiasaan.
Pilihan Preparat DMARD’s
• Sulfasalazin/Hidroksiklorokuin seringkali dianggap
pilihan pertama pada RA yg progresif hebat,
berhub.relatif jarang menimbulkan efek samping pada
penggunaan jangka panjang.Klorokuin juga dapat
digunakan tetapi resiko retinopati lebih besar.
• Emas (Auranofin) & Penisilamin digunakan bila ke2
obat di atas kurang berhasil.
• Imunosupresiva: Metotrexat, azatioprin &
siklofosfamida.Sitostatika ini berkhasiat imunosupresif
& efektif pulaumumnya dipakai sbg obat terakhir pd
kasus parah(vasculitis) yg fatal.
• TNF-alfa-blockers baru digunakan bila obat2 lain tidak
ampuh(lagi)
3. KORTIKOSTEROID
• Amat efektif tetapi seringkali mengakibatkan efek
samping & terapi perlu dihentikan berangsur maka
digunakan bila penyakit parah (exacerbatio) melalui
intra-artikuler kortikosteroida digunakan pada keadaan
kaku & nyeri hebat di sendi
• Terapi kombinasi pada waktu dini yg terdiri dari
sulfasalazin (2g berangsur diturunkan sp
500mg)+metotrexat (1xseminggu 7,5mg)&
prednisolon(dosis menurun dr 60mg ke 7,5mg sehari
dlm6minggu)menghasilkan remisi cepat & menekan
gejala akutkeuntungan besar dr terapi ini adalah
terhindarkan kerusakan irreversibel pd sendi.
4. Obat Alternatif untuk reuma
• Vit.C(1-2dd 1g p.c.)menghambat peradangan &
menginaktifkan radikal bebas; Vitamin lainnya antara
lain d-alfa-tokoferol(1dd 200-400U) & EPA/DHA (2-
3x 500mg) yang menghambat sintesa PgE2.
• Protease bromelain/papain(2dd 100/200mg)berdaya
pada peradangan melalui pelarutan kompleks-imun
antibodi-antigen, obat2 ini dpt diminum sebagai
tambahan (food supplement) pada terapi reguler.
PIRAI/encok/Gout/Arthritis urica
• Encok/gout adalah nama sekelompok gangguan pada
metabolism purin & asam urat, dimana kadar
berlebihan dalam plasma menimbulkan pengendapan
kristal natrium urat di sendi & cairan synovialnya.
• Yang paling terbanyak dijumpai adalah Arthritis-
urica/encok sendi;menyusul encok pd jaringan ikat kulit
(tophy-cellulitis) & ginjal( nefropathy, batu kalsium-
urat/fosfat).
• Seperti reumatik, encok berlangsung bergelombang &
bila tak segera diobati jadi artrose karena tulang
rawan berangsur2 dirusak.
• Faktor resiko: selain hiperurikemia/kadar urat
berlebih, juga faktor genetik; kelamin; kebiasaan makan
& minum; overweight sehingga beban sendi
berlebihan; DM; hipertensi; hiperlipedemi & stress
fisik/mental.
• Pria 10x > dari wanita terserang encok. Mulainya
encok pada pria di usia antara 40-60thn, wanita
umumnya setelah menopause
• Pathogenesisserangan akut diprovokasi oleh endapan
urat yang jarum2 kristalnya merusak sel dengan
menimbulkan nyeri yg hebat sendi bengkak, jadi
panas, merah & amat sakit bila disentuh (dolor, tumor,
kalor & rubor) tersering di jempol kaki atau
pergelangan kaki-tangan & bahu; Seringkali terdapat
pula demam tinggi & pada stadium lanjut to-
phi/benjolan keras di-cuping telinga, kaki/tangan &
jempol kaki
• Peradangan sendi mengakibatkan pelepasan zat2
chemotaxis yg menarik neurofil ke cairan
synovialgranulosit ini memfagositase kristal urat
tetapi sambil melepaskan beberapa zat antara lain
glikoprotein, radikal oksigen & enzim2 lisosomal
(protease, fosfatase), yang bersifat destruktif bagi
tulang rawan
• Disamping glikoprotein yg bersifat destruktif; dibentuk
juga asam laktat yang mempermudah presipitasi urat
selanjutnya karena sifat asamnya; mungkin terjadi
aktivasi sistem prostaglandin sehingga proses
peradangan diperkuat & dipelihara terus menerus.
Nilai urat darah: Normal pria (0,20-0,42 mml/L; Wanita (0,15-
0,36 mml/L)titik jenuh teoritis dari urat dalam plasma dr 37°C
adalah 0,42mml/L (=7mg/100ml); >0,55mml/L (=9ml/100ml)
resiko terserang encok besar sekali, cukup serius untuk diobati.
• Hiperurikemia/encok primer dapat disebabkan oleh
berkurangnya eksresi (pada 80-90% dr kasus) atau oleh
overproduksi urat (10-20%)
• Hiperurikemia/encok sekunder terjadi antara lain
oleh hiperproduksi urat dengan perombakan masal dari
protein inti seperti: selama terapi dengan sitostatika atau
akibat berkurangnya eksresi urat seperti pada
insufisiensi ginjal, penggunaan lama dari diuretika &
setelah pembedahan.
• Obat-obat TBC (INH, Pirazinamida & Ethionamida)
juga dapat meningkatkan kadar urat & memprovokasi
encok; rifabutin dilaporkan juga menimbulkan arthritis
DIAGNOSA PIRAI
• Kadar urat tinggi taklah spesifik bagi encok & tak
begitu sering menimbulkan gejala penderita dengan
hiperurikemia
asimptomatis/”tersembunyi”mempunyai resiko besar
akan kerusakan ginjal.
Page 5 of 7
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS An Nur: 30)
DEVISI COLLEGE CAKUL BLOK NEOPLASMA
• Kristal urat dapat mengendap di jaringan tanpa
diketahui & hanya lebih kurang 30% dari pasien yang
menderita batu ginjal urat.
• Selama seranganpun, pada hampir separuh pasien tidak
ditemukan kadar urat tinggi karenanya hiperurikemia
tidak selalu harus disertai encok tetapi makin tinggi
kadarnya akan memperbesar resiko gejalanya.
Penatalaksanaan
• Preventif kambuhnya serangan encok dengan: pola
hidup tertentu turunkan berat badan; banyak minum
(minimal 2L/harinya); membatasi asupan alkohol/bir;
menghindari stress fisik & mental; serta diet rendah
purin; penggunaan diuretika tiazida harus dihentikan,
ganti antihipertensi lainnya; hindari minum kopi.
• Obat2an pd pirai Terapi serangan akut dpt dilawan
dgn efektif dengan kolkisin (cholchicine) tetapi
diagnosa harus ditentukan tepat; & perlu perhatian, zat
ini mempunyai sifat kumulasi.
• Terapi serangan akut, selain kolkisin yang telah
dibahas semua AINS dalam dosis tinggi
mempunyai keampuhan yang sama dengan kerja
lebih cepat & kurang toksik dibanding kolkisin yang
sering digunakan antara lain diclofenac, naproxen,
piroxicam & indometasin akan manjur bila
diberikan sedini mungkin, bila zat2 ini tidak
menghasilkan efek, biasanya diberikan Kortikosteroid
sampai gejala mereda.
TERAPI PREVENSI PADA PIRAI
• Karena pada encok serangan bergelombang bila
serangan dalam setahunnya 3x/lebih, dapat dijalani
terapi interval segera serangan lewat, agar mengurangi
frekuensi & hebatnya serangan berikutnya, juga
mencegah kerusakan jangka panjang pada sendi &
ginjal.
• Terapi interval ini penting pada hiperurikemia
asimptomatis dengan batu ginjal atau tofi bila kdr
urat darah melebihi 0,55mml/L (>9mg/ml)
Obat terapi prevensi pirai
• Alopurinol bila overproduksi urat; obat ini
menghambat sintesanya & mengakibatkan turunnya
kadar urat darah.
• Urikosurika (Benzomaron,probenesid) bila terdapat
eksresi urat rendah tanpa produksi berlebihan. Obat ini
menghindari resorpsi kembali urat di tubuli proximal,
sehingga eksresinya naik & kadar darahnya menurun.
• Naiknya urat dalam kemih dpt terbentuk batu ginjal
(Ca-urat/fosfat) hindari dengan minum 2L/hari
termasuk 2 gelas larutan Na.sitrat/bikarbonat 1%
kemih alkalis & bantu larutkan as.urat (pH ca 6,5)
• Urikosurika memobilisasi urat dr depotnya di jaringan
sehingga dapat memicu serangan; Untuk mrncegah ini
selama 6minggu pertama harus ditambahkan AINS
dalam dosis rendah.
• Pentakaran juga perlu dimulai rendah dengan
berangsur2 naik berdasarkan hasil lab. kadar urat drh;
tindakan ini juga berlaku untuk alopurinol.
• Dosis: Allopurinol 1dd 100mg p.c kemudian dapat
dinaikkan tiap minggu maksimal 10mg/kgBB/hr; pada
provilaxis dengan sitostatika sampai 600mg/hr dimulai
3hr sebelum terapi.
• Dosis: Fobuxostat merupakan obat baru gout dengan
mekanisme kerja sama dengan alopurinol yaitu
menurunkan asam urat melalui blokade selektif
xanthinoksidase (dosis: 80 & 120mg); untuk efek
samping terutama pada ginjal/hati, keamanan terapi
jangka panjang masih perlu penyelidikan lebih lanjut.
• Dosis: Benzbromaron/Narcarizin oral permulaan 1dd
50mg d.c. kemudian berangsur2 dinaikkan sampai
maksimal 300mg, maintenance 50-200mg/hr. selama
6minggu pertama bersama koilkisin atau AINS untuk
prevensi serangan encok.
• Dosis: Probenesid oral 2dd 250mg d.c. selama 1minggu,
lalu 2dd 500mg, bilaperlu berangsur2dinaikkan sampai
maksimal 2g/hr; Untuk memperpanjang kerja penisilin
4dd 500mg, sebagai adjuvan pada gonore single-dose
1g.
ANALGESIK OPIOID & ANTAGONISNYA
• Adalah kelompok obat yg memiliki sifat seperti opium;
Obat2 ini daya kerjanya meniru(mimic) opioid endogen
dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid (biasanya µ-reseptor)
• Zat2 ini bekerja terhadap reseptor khas di SSP
sehingga persepsi nyeri & respons emosional thd nyeri
berubah/dikurangi.
• Tubuh sendiri dapat mensintesa senyawa2 yg
mengandung peptida disebut Peptida opioid endogen
menggantikan istilah endorfin yg digunakan
sebelumnya, yg bekerja melalui reseptor2 tsb.
• Ada 3 jenis peptida opioid yaitu: enkefalin, endorfin &
dinorfin yang menduduki reseptor berlainan
menimbulkan analgesik
• Ada 3 jenis utama reseptor opioid yaitu: µ(mu), δ( delta)
& К(kappa) reseptor2 ini berpasangan dgn protein G
& memiliki subtipe2.
• Suatu opioid dapat berfungsi dgn potensi yg berbeda
sbg suatu agonis, agonis parsial, atau antagonis pada
lebih dari 1 jenis reseptor atau subtipe reseptor maka
senyawa tg tergolong opioid dpt memiliki efek
farmakologik yg beragam
• Opium sendiri berasal dari getah Papaver somniferum
yg mengandung lebih kurang 20 jenis alkaloid
diantaranya morfin, kodein, tebain & papaverin
• Analgesik opioid terutama digunakan untuk meredakan
rasa nyeri, walau memperlihatkan efek2
farmakodinamika yg lain.
• Dulu dikatakan sebagai analgesik narkotika, tetapi
karena analgesia yg ditimbulkannya dpt tanpa
menyebabkan tidur atau menurunnya kesadaran maka
istilah ini menjadi kurang tepat.
Page 6 of 7
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS An Nur: 30)
DEVISI COLLEGE CAKUL BLOK NEOPLASMA
• Yg termasuk golongan opioid adalah: alkaloid opium;
derivat semisintetik alkaloid opium; senyawa sintetik
dengan sifat farmakologisnya mirip morfin.
• Obat yg mengantagonis efek opioid disebut antagonis
opioid (mis. Nalokson)
• Reseptor µ memperantarai efek analgesia mirip morfin
(euforia, depresnafas, miosis, berkurangnya motilitas
saluran cerna)
• Reseptor К diduga memperantarai analgesia seperti
yang ditimbulkan pentazosin (sedasi, miosis & depresi
nafas yang tidak sekuat agonis µ
• Reseptor δ memegang peranan dalam menimbulkan
depresi pernafasan yg ditimbulkan opioid.
ANALGESIK OPIOID (hipnoanalgesik,opioid)
• Berdsrkan kerja umum pd reseptor opioid
Merupakan analgesik kerja kuat profil kerja
analgesik obat2 gol. ini sangat miripterdpt terutama
juga di antara komponen2 kerja tunggal dengan
perbedaan kuantitatif.
• Kerja sentral hipnoanalgesik menurunkan rasa nyeri
dengan cara stimulasi reseptor opioid (kerja analgetik)
sebaliknya tdk mempengaruhi kualitas indra lain pada
dosis terapi mengurangi aktifitas kejiwaan (kerja
sedasi)
• meniadakan rasa takut & rasa bermasalah (Kerja
trankuilansia), menghambat pusat pernafasan & pusat
batuk (Kerja depresi pernafasan & kerja antitusiva),
seringkali mula2 menyebabkan mual & muntah akibat
stimulasi pusat muntah (kerja emetika) selanjutnya
menyebabkan inhibisi pusat muntah (kerja
antiemetika) menimbulkan miosis (kerja miotika)
• meningkatkan pembebasan ADH (kerja antidiuretika),
dan pada pemakaian berulang kebanyakan
menyebabkan terjadinya toleransi & sering juga
ketergantungan.
Kerja perifer opioid
• Memperlambat pengosongan lambung dengan
mengkonstriksi pilorus,
• Mengurangi motilitas & meningkatkan tonus
saluran cerna(obstipasi spastik),
• Mengkonstriksi sfinkter dalam saluran empedu,
• Meningkatkan tonus pembuluh darah dgn bahaya
reaksi ortostatik, dan menimbulkan pemerahan
kulit,urtikaria,rangsang gatal, pad pasien asma
suatu bronkospasmusakibat pembebasan histamin
Berdasarkan cara kerjanya, obat2 ini dapat dibagi dlm 3
kelompok, yaitu:
1.Agonis Opioid:
*Alkaloid candu: morfin,kodein,heroin,nikomorfin.
*Zat2 sintetis:metadon &
derivatnya(dekstromoramida,propoksifen,bezitramida),petidin &
derivatnya(fentanil,subfentanil) & tramadol
Cara kerja obat2 ini=morfin,hanya berlainan mengenai potensi &
lama kerjanya; efek samping dan risiko akan kebiasaan dgn
ketergantungan fisik
2. Antagonis Opioid:nalokson,nalorfin,pentazosin &
buprenorfin/temgesic.Bila digunakan sbg analgetikum,obat2 ini
dpt menduduki salah satu reseptor.
3.Campuran: nalorfin,nalbufin(Nubain)zat2 ini bekerja dgn
kerja campuran juga mengikat pada reseptor-opioid,ttp tdk/hanya
sedikit mengaktivasi daya kerjanya; Kurva dosis/efeknya
memperlihatkan plafon,sesudah dosis tertentu, peningkatan dosis
tdk memperbesar lagi efek analgesiknya. Praktis tdk menimbulkan
depresi pernafasan.
Mekanisme kerja
• Mekanisme kerja sesungguhnya belum benar2 jelas
Peptida opioid endogen bekerja dgn jalan menduduki
reseptor2 nyeri di SSP, shg perasaan nyeri dpt diblokir.
• Khasiat analgesik opioid berdsrkan kemampuannya
akan menduduki sisa reseptor2 yg belum diduduki
peptida opioid endogen. Tetapi bila analgesik tsb
digunakan terus-menerus pembentukan reseptor2
baru distimulasi & produksi peptida opioid endogen
di ujung saraf otak dirintangiAkibatnya terjadilah
kebiasaan & ketagihan.
INDIKASI
• Analgesik opioid diindikasi pd kondisi nyeri yg sangat
kuat yg jika tidak, tak cukup utk dipengaruhi.di sini
termasuk terutama Nyeri akibat kecelakaan;Nyeri stl
operasi;& Nyeri tumor.
• Pd kerja analgesia terlibat pengaruh besar dari
pengalaman nyeri, pasien masih dpt menunjukkan
tempat nyeri & intensitasnya,ttp nyeri tdk lagi dirasakan
sbg sesuatu yg membahayakan & tak
mengenakkan(perubahan kualitatif pengalaman
nyeri).
• Hipnoanalgesik opioid selanjutnya digunakan pd Infark
jantung & odema paru2 akutberdsrkan kerja psiko-
sedasi(kerja trankuilansia) dlm hal ini analgesik tsb
meniadakan circulus vitiosussukar bernafas,
takut,memburuknya efisiensi jantung krn stimulasi
simpatikus,membesarnya odema paru2
EFEK SAMPING
• Supresi SSP:mis.sedasi;menekan pernafasan &
batuk;miosis;hipotermia;& perub.suasana
jiwa/moodselain itu akibat stimulasi CTZ timbul mual
& muntahpd dosis tinggi mengakibatkan menurunnya
aktivitas mental & motorik
• Saluran nafas:Bronkokonstriksi,pernafasan jadi lebih
dangkal & frekuensinya menurun.
• Sistem sirkulasi:vasodilatasi perifer;pd dosis tinggi dpt
terjadi hipotensi & bradikardia
• Sal.Cerna:motilitas berkurang(obstipasi),kontraksi
sfingter kandung empedu(kolik batu empedu), sekresi
pankreas,usus & empedu berkurang.
• Saluran-urogenital:retensi urin (karena naiknya tonus
dr spinkter kandung kemih),motilitas uterus berkuran
(waktu persalinan diperpanjang)
• Histamin liberator:urtikaria & gatal2 karena
menstmulasi pelepasan histamin’
Page 7 of 7
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS An Nur: 30)
DEVISI COLLEGE CAKUL BLOK NEOPLASMA
• Kebiasaan dgn resiko adiksi pd penggunaan lama.Bila
terapi dihentikan dpt terjadi gejala abstinensi Pada
sebagian besar pemakai penggunaan utk jangka wkt
lama menimbulkan kebiasaan & ketergantungan.
Penyebabnya mungkin resorpsi opioid atau
perombakan/eliminasinya yg dipercepat; atau bisa juga
krn penurunan kepekaan jaringanobat menjadi kurang
efektif,shg diperlukan dosis yang lebih besar untuk
mencapai efek semula disebut toleransi
(menurunnya respons) dimana dosis tinggi dapat lbh
baik diterima tanpa menimbulkan efek intoksikasi.
• Ketergantungan fisik lazimnya lenyap 2 minggu
setelah penggunaan obat dihentikan. Disamping
Ketergantungan fisik tsb terdapat pula
Ketergantungan psikis, yaitu Kebutuhan mental akan
efek psikotrop (euforia,rasa nyaman & segar).
Ketergantungan psikis seringkali sangat erat, maka
pembebasan yg tuntas sukar sekali dicapai.
• Opioida dapat melintasi plasenta, tetapi dapat digunakan
sampai beberapa waktu sebelum persalinan. Bila
diminum terus-menerus zat ini merusak janin akibat
depresi pernafasan & memperlambat persalinan. Bayi
dari ibu yg ketagihan menderita gejala abstinensi.
• Selama laktasi ibu dpt menggunakan opioid karena
hanya sedikit terdapt dlm ASI
• Gejala abstinensi(withdrawal syndrome) yaitu
selalu timbul bila penggunaan obat dihentikan dengan
mendadak ditandai dgn semula dpt berupa
menguap,berkeringat hebat & air mata mengalir,tidur
gelisah & kedinginanlalu timbul
muntah2,diare,tachycardia.mydriasis,tremor, kejang
otot, peningkatan tensi yg dpt disertai dgn reaksi psikis
hebat(gelisah,mudah marah, kekhawatiran mati)
Antagonis Morfin : adalah zat2 yg dpt melawan efek samping
opioid tertentu tanpa mengurangi kerja analgetisnya.
• Yang paling terkenal adalah nalokson, naltrekson &
nalorfin
• Obat2 ini terutama digunakan pd overdose &
intoksikasi; Khasiat antagonisnya diperkirakan
berdsrkan penggeseran opioid dr tempatnya di reseptor2
otak.
• Antagonis morfin ini sendiri juga berkhasiat Analgesik,
tetapi tak digunakan dlm terapi krn khasiatnya lemah &
efek samping tertentu mirip morfin.