7
Page 1 of 7 Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS An Nur: 30) DEVISI COLLEGE CAKUL BLOK NEOPLASMA Analgesik adalah zat2 yg mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri bersifat subyektif dan ambang toleransi nyeri tiap orang berbeda-beda. Nyeri untuk suhu konstan, yaitu 44-45 o C. Nyeri berdasarkan lokasi (Thew, Mutschler, Vaupel): - Nyeri somatik Nyeri permukaan (misal : tusukan jarum, cubitan) Nyeri dalam (berkaitan dg otot, jaringan ikat, tulang, dan sendi; misal : kejang otot, sakit kepala) - Nyeri viseral (berkaitan dg perut, misal: kolik kantung empedu, nyeri luka lambung) Rasa nyeri : suatu gejala yg berfungsi sbg isyarat bahaya adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jazat renik atau kejang otot. Nyeri disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi, atau fisis -> memicu pelepasan mediator nyeri (a.l. histamin, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin). Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgesik dibagi menjadi 2: - Analgesik lemah-sedang : bekerja terutama pada perifer (non narkotik), sifat antipiretik, antiinflamasi, dan antireumatik. - Analgesik kuat (analgesik narkotik) : bekerja pada pusat (hipoanalgesik, kelompok opioat), untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fraktura dan kanker. Berdasarkan proses terjadinya, analgesik dibagi mjd: - Analgesik perifer - Anestesi lokal - Anestesi konduksi, menghambat penerusan rangsangan dalam saraf sensoris - Analgesik kerja sentral, anestesi umum, memblokis pusat nyeri di SSP. - Psikofarma (antiepileptika, tranquilizer, neuroleptika, antidepresiva), mempengaruhi pengalaman nyeri. A. ANALGESIK KERJA PERIFER (NON OPIOID) Secara kimiawi dibagi menjadi: - Parasetamol - Salisilat : asetosal,salisilamida,benorilat - Penghambat prostaglandin(AINS/NSAID):ibuprofen dll - Derivat-antranilat: mefenaminat,glafenin - Derivat-pirazolinan: propilfenazon,isopropilami- nofenazon & metamizol - Lain2: benzidamin(tantum) Untuk nyeri ringan-sedang. Rangsangan di pusat pengatur kalor di hipothalamus mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit), selanjutnya pengeluaran kalor dan keringat bertambah. Antiradang (antiflogistis). Kombinasi dr 2 atau lebih obat analgesik seringkali digunakan, krn terjadi efek potensiasi, efek samping masing2 terletak di bidang yg berlainan dpt berkurang, krn dosis dr masing2 komponennya dpt diturunkanseringkali digunakan kombinasi kofein & kodein dlm sediaan parasetamol & asetosal. Efek samping: gangguan usus lambung, kerusakan darah, hati, dan ginjal. Penggunaan kontinu tidak dianjurkan. Interaksi: memperkuat efek antikoagulansia, kecuali parasetamol dan glafenin. Hanya parasetamol yang aman untuk wanita hamil dan menyusui, walaupun dapat mencapai ASI. Asetosal dan salisilat, AINS, dan metamizol mengganggu perkembangan janin. Co-analgesik : khasiat dan indikasi utama bukanlah penghalau nyeri, digunakan tunggal atau kombinasi dg analgesik lain pada keadaan tertentu, misal pada nyeri neuropatik. 1. AMINOFENAZON Aminopyrin, amidopirin, pyramidon Analgesik, antiradang, dan antipiretis. Resorpsi di usus cepat, kerja sesudah 30-45 menit, plasma t 1/2 nya 2-7jam. Efek samping thd darah sering fatal (agranulositosis, leukopenia). Kontraindikasi bagi ibu hamil dan laktasi. 2. ASAM ASETILSALISILAT Asetosal, aspirin, cafenol, naspro Antidemam kuat; dosis rendah (80mg) menghambat agregasi trombosit; antiradang. Resosrpsi cepat; efek analgetik dan antipiretik setelah 30 menit & bertahan 3-6 jam; bersifat asam. Efek samping : iritasi mukosa lambung; reaksi alergi kulit, tinitus pada dosis tinggi, sindroma Rye pada anak- anak. Ibu hamil tidak dianjurkan, terutama pada triwulan terakhir dan sebelum persalinan. Interaksi: memperkuat kerja antikoagulansia, OAD dan metotreksat. Kerja analgesiknya diperkuat olehkodein dan d-propoksifen. 3. FENIBUTAZON Butazolidin, new skelan, pehazon/forte. Antiradang lebih kuat daripada analgesik -> sering digunakan untuk artritis tertentu, seperti derivat oksifenilbutazon. Efek samping: serius terhadap darah, lambung, kini mulai ditinggalkan. FARMAKOLOGI OBAT ANALGETIKA NON OPIAT: OAINS, OBAT RHEUMATIC, DMRADS, OBAT PIRAI Endang Ediningsih, dr, M,.Kes

7. Farmako Edit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cakul farmako

Citation preview

Page 1: 7. Farmako Edit

Page 1 of 7

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang

demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS An Nur: 30)

DEVISI COLLEGE CAKUL BLOK NEOPLASMA

Analgesik adalah zat2 yg mengurangi rasa nyeri tanpa

menghilangkan kesadaran. Nyeri bersifat subyektif dan

ambang toleransi nyeri tiap orang berbeda-beda. Nyeri

untuk suhu konstan, yaitu 44-45oC.

Nyeri berdasarkan lokasi (Thew, Mutschler, Vaupel):

- Nyeri somatik

Nyeri permukaan (misal : tusukan jarum,

cubitan)

Nyeri dalam (berkaitan dg otot, jaringan ikat,

tulang, dan sendi; misal : kejang otot, sakit

kepala)

- Nyeri viseral (berkaitan dg perut, misal: kolik

kantung empedu, nyeri luka lambung)

Rasa nyeri : suatu gejala yg berfungsi sbg isyarat bahaya

adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan,

infeksi jazat renik atau kejang otot. Nyeri disebabkan

oleh rangsangan mekanis, kimiawi, atau fisis -> memicu

pelepasan mediator nyeri (a.l. histamin, bradikinin,

leukotrien, dan prostaglandin).

Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgesik dibagi

menjadi 2:

- Analgesik lemah-sedang : bekerja terutama pada

perifer (non narkotik), sifat antipiretik,

antiinflamasi, dan antireumatik.

- Analgesik kuat (analgesik narkotik) : bekerja pada

pusat (hipoanalgesik, kelompok opioat), untuk

menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fraktura

dan kanker.

Berdasarkan proses terjadinya, analgesik dibagi mjd:

- Analgesik perifer

- Anestesi lokal

- Anestesi konduksi, menghambat penerusan

rangsangan dalam saraf sensoris

- Analgesik kerja sentral, anestesi umum, memblokis

pusat nyeri di SSP.

- Psikofarma (antiepileptika, tranquilizer,

neuroleptika, antidepresiva), mempengaruhi

pengalaman nyeri.

A. ANALGESIK KERJA PERIFER (NON OPIOID)

Secara kimiawi dibagi menjadi:

- Parasetamol

- Salisilat : asetosal,salisilamida,benorilat

- Penghambat

prostaglandin(AINS/NSAID):ibuprofen dll

- Derivat-antranilat: mefenaminat,glafenin

- Derivat-pirazolinan: propilfenazon,isopropilami-

nofenazon & metamizol

- Lain2: benzidamin(tantum)

Untuk nyeri ringan-sedang. Rangsangan di pusat

pengatur kalor di hipothalamus mengakibatkan

vasodilatasi perifer (di kulit), selanjutnya pengeluaran

kalor dan keringat bertambah.

Antiradang (antiflogistis).

Kombinasi dr 2 atau lebih obat analgesik seringkali

digunakan, krn terjadi efek potensiasi, efek samping

masing2 terletak di bidang yg berlainan dpt berkurang,

krn dosis dr masing2 komponennya dpt

diturunkanseringkali digunakan kombinasi kofein &

kodein dlm sediaan parasetamol & asetosal.

Efek samping: gangguan usus lambung, kerusakan

darah, hati, dan ginjal. Penggunaan kontinu tidak

dianjurkan.

Interaksi: memperkuat efek antikoagulansia, kecuali

parasetamol dan glafenin.

Hanya parasetamol yang aman untuk wanita hamil dan

menyusui, walaupun dapat mencapai ASI. Asetosal dan

salisilat, AINS, dan metamizol mengganggu

perkembangan janin.

Co-analgesik : khasiat dan indikasi utama bukanlah

penghalau nyeri, digunakan tunggal atau kombinasi dg

analgesik lain pada keadaan tertentu, misal pada nyeri

neuropatik.

1. AMINOFENAZON

Aminopyrin, amidopirin, pyramidon

Analgesik, antiradang, dan antipiretis.

Resorpsi di usus cepat, kerja sesudah 30-45 menit,

plasma t1/2nya 2-7jam.

Efek samping thd darah sering fatal (agranulositosis,

leukopenia). Kontraindikasi bagi ibu hamil dan laktasi.

2. ASAM ASETILSALISILAT

Asetosal, aspirin, cafenol, naspro

Antidemam kuat; dosis rendah (80mg) menghambat

agregasi trombosit; antiradang.

Resosrpsi cepat; efek analgetik dan antipiretik setelah

30 menit & bertahan 3-6 jam; bersifat asam.

Efek samping : iritasi mukosa lambung; reaksi alergi

kulit, tinitus pada dosis tinggi, sindroma Rye pada anak-

anak.

Ibu hamil tidak dianjurkan, terutama pada triwulan

terakhir dan sebelum persalinan.

Interaksi: memperkuat kerja antikoagulansia, OAD dan

metotreksat. Kerja analgesiknya diperkuat olehkodein

dan d-propoksifen.

3. FENIBUTAZON

Butazolidin, new skelan, pehazon/forte.

Antiradang lebih kuat daripada analgesik -> sering

digunakan untuk artritis tertentu, seperti derivat

oksifenilbutazon.

Efek samping: serius terhadap darah, lambung, kini

mulai ditinggalkan.

FARMAKOLOGI OBAT ANALGETIKA NON OPIAT: OAINS, OBAT RHEUMATIC, DMRADS, OBAT PIRAI

Endang Ediningsih, dr, M,.Kes

Page 2: 7. Farmako Edit

Page 2 of 7

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang

demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS An Nur: 30)

DEVISI COLLEGE CAKUL BLOK NEOPLASMA

Penggunaan: serangan reuma atau encok oral & rektal

2-3dd 200mg.

4. GLAFENIN

Derivat antranilat, tidak berdaya antipiretik &

antiradang.

Resorpsi di usus cepat & di hati dirmbak menjadi

metabolit aktif (glafeninat) yang berefek sebagai

antinyeri.

Efek samping: gangguan usus lambung, kantuk, pusing,

serius: reaksi anafilaktis, kerusakan hati & anemia

hemolitik.

5. PARASETAMOL

Derivat asetanilida; metabolit dari fenasetin; antipiretik,

analgesik; tanpa antiradang.

Resorpsi di usus cepat. Eksresi dlm bentuk metabolit

toksik lewat kemih.

Efek samping: hipersensitivitas, kelainan darah;

penggunaan kronis 3-4g/hari dapat terjadi kerusakan

hati, dosis >6g mengakibatkan nekrosis hati ireversibel.

Ibu hamil dan laktasi boleh mengunakan parasetamol.

Interaksi : dosis tinggi memperkuat antikoagulansia

tetapi dosis biasa tidak interaktif, masa paruh

kloramfenokol diperpanjang, kombinasi dengan

zidovudin menambah risiko neutropenia.

6. TRAMADOL/tramal/theradol

Efek analgesik 120mg tramadol setara dengan 30-60mg

morfin -> untuk nyeri yang tidak terlalu hebat.

Tidak dianjurkan pada kehamilan dan laktasi.

Dosis:umur 1-14th 3-4dd 1-2mg/kg; lebih dari 14th 3-

4dd 50-100mg, max 400mg/hr.

B. AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)

Analgesik, antipiretik, dan antiradang.

Untuk penyakit reuma (artireumatik, artrosis, &

spondylosis); radang krn trauma; kolik empedu &

kemih, limbago, dysmenore; nyeri kanker akibat

metastase tulang.

Penggolongan:

- Salisilast : asetosal, benorilat & diflunisal. Jarang

digunakan utk reuma karena risiko efek

sampingnya.

- Asetat : diklofenac, indometasin, & sulindec

(clinoril).

- Pripionat:Ibuprofen,Ketoprifen,Flurbiprofen,Napro

ksen & Tiaprofenat

- Oxicam:Piroxicam, Tenoxicam & Meloxicam

- Pirazolon:(oksi)Fenilbutazon & Azapropazon

- Lainnya:Mefenaminat,Nabumeton,Benzidamin &

Bufexamac(parfenac)

1. ASAM MEFENAMINAT / ponstan

Anti nyeri, anti reuma.

Tidak dianjurkan untuk anak

2. CELECOXIB

Menghambat selektif COX-2. Pada dosis biasa COX 1

tidak dirintangi -> PgI2 (proteksi mukosa lambung-usus)

tetap terbentuk -> gangguan iritasi lambung-usus tidka

terjadi.

Efek jantung yang fatal. Hati-hati penggunaan pada

pasien dengan penyakit jantung, hipertensi,

hiperlipidemia, dan diabetes.

3. DIKLOFENAC/ voltaren/ cataflam/ arthrotec

Resorpsi dari usus cepat, lengkap. Ekskresi dalam

bentuk metabolit 60% lewat kemih, 20% lewat empedu

dan tinja.

4. FENIL BUTAZON /

butazolidin/pehazon/newscelan/irgapan

Urikosurik lemah

Resorpsi di usus baik.

Efek samping: supresi sumsung tulang yang hebat,

agranulositosis anemia aplastik, leukopenia, dan

kelainan darah lainnya.

5. IBUPROFEN/ brufen/ arthrofen

Analgesik dan antiradang cukup baik.

Resorpsi dari usus cepat, resorpsi rektal lebih lambat.

Dibagi mjd:

- Ketoprofen/profenid/orudis/oskorel. Efek samping

lebih sering terjadi.

- Flurbiprofen/ ansaid/ froben. Daya antiradang lebih

kuat.

- Asam tiaprofenat/surgam. Analgesik dan

antiradang kuat; gangguan saluran kemih dan

cystits lebih sering terjadi.

6. INDOMETASIN/ confortid/ indocid

Penggunaan : tetes mata untuk mencegah udema macula

lutea; bntuk gel 3% penggunaan lokal efektif untuk

menghilangkan nyeri sendi (jari-jari).

Resorpsi dari usus cepat dan lengkap.

Efek samping: gangguan lambung-usus, efek-efek

sentral seperti nyeri kepala, perasaan kacau, rasa lelah &

depresi.

7. NAPROKSEN/naxen/naprosyn

Analgesik dan antiradang baik -> untuk serangan encok

akut.

Resorpsi dari usus cepat & lengkap.

8. PIROXICAM/Felden/Brexine

analgesik, antipiretik, antiradang kuat & bekerja

lama (waktu paruh rata-rata 50jam)

Kompleksnya dengan Betadex/cyclodextrin Brexine

lebih cepat resorpsinya di usus, tetapi diperlambat oleh

makanan.

Penggunaan: sering pada nyeri haid & serangan encok

Dosis: oral,rektal & i.m. 1dd 20mg d.c/p.c.

Dysmenorrea primer 1dd 40mg selama 2 hari, lalu bila

perlu 1dd 20mg; Pada serangan encok permulaan 40mg,

lalu 2dd 20mg selama 4-6 hari.

Macam-macamnya antara lain:

a. Tenoxicam/Tilcotil

• Derivat-oxicam juga dengan khasiat &

sifat mirip piroxicam. Plasma waktu

paruhnya lebih panjang (rata 72jam)

• Dosis: oral 1dd 20mg,maintenance 1dd

10mg d.c

b. Meloxicam/Movi-Cox

Page 3: 7. Farmako Edit

Page 3 of 7

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang

demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS An Nur: 30)

DEVISI COLLEGE CAKUL BLOK NEOPLASMA

• Derivat-oxicam yang agak selektif

menghambat COX-2 lebih kuat

daripada COX-1sehingga kurang

iritasi lambung; Plasma waktu paruhnya

20 jam.

• Dosis: oral 1dd 7,5-15mg d.c

REUMATIK

• Arthritis Rheumatica/AR/RA/rematik/reuma adalah

penyakit sendi kronis & sistemis yang termasuk

kelompok gangguan autoimunditandai perubahan2

peradangan kronis dari sendi & membrannya

(synovium) & kemudian destruksi tulang rawan

dengan perubahan anatomis. Yang khusus dihinggapi

reuma adalah persendian tangan, kaki, lutut, bahu &

tengkuk.

• RA sebagai penyakit inflamasi sendi dengan efek2

sistemik meningkatkan resiko cardiovascular dengan

hampir 2x

A. Gejala pada Reumatik

• Khas bengkak & nyeri simetris di sendi2 tersebut (nyeri

paling hebat pada wktu bangun pagi berangsur kurang

setelah aktivitas akhirnya sendi jadi kaku pada waktu

pagi (morning stiffness ); juga ada lelah, malaise umum

• Pada 20% pasien terdapat benjolan2 kecil (noduli) di

bawah kulit terutama di jeruji serta pergelangan tangan

& kaki serangan bergelombang progresif

degenerasi tulang rawan & peradangan akibatkan cacat

seperti pada artrose

• Akibat pertumbuhan sendi yg keliru- btk bengkok –

invaliditas – diikuti komplikasi2 extraarticuler pd paru,

cor (jantung), ginjal, kulit & organ2 lain.

B. Diagnosa Reumatik

• Pada reuma permukaan tulang rawan memperlihatkan

bekas2 erosi (bocel2) akibat peradangan ruang antar

sendi menyempit.

• Dari tanda2 tsb dapat dipastikan melalui foto X-ray

pada 6 bulan pertama belum memperlihatkan kelainan

sendi.

• Di dalam darah dengan tes fixasi latex dapat ditentukan

adanya faktor reuma (=IgM); kenaikan laju endap

eritrosit & anemia (ini tak spesifik untuk reuma); lebih

khas yaitu Tes endap mucine dalam cairan sinovial &

pemeriksaan mikroskopik dari noduli subcutan serta

sinovial yang memperlihatkan kelainan tertentu.

• Progres penyakit ditentukan dengan tes C-reactive

protein (CRP) yang nilainya merupakan ukuran bagi

hebatnya inflamasi.

C. Tindakan-tindakan Umum

• Tujuan pertama dari penanganan reuma adalah

menghindari memburuknya kekakuan sendi &

deformitasdengan fisioterapi & latihan2—pembatasan

gerak—menyesuaikan pola hidup—aktivitas sehari-hari

dipelihara—sebanyak & selama mungkin untuk dapat

menjalani kehidupan normal.

D. Pengobatan Reumatik

• Terapi ditujukan pada penekanan gejala2, mengurangi

kehilangan fs & memperlambat progres destruktif

yaitu menghindari kerusakan sendi.

• Beberapa tahun belakangan ini telah dianjurkan supaya

sedini mungkin dimulai terapi dengan DMARD’s

(disease modifying antirheumatic drugs) guna

mencegah cacat sendi parah yang irreversibel selama

beberapa tahun pertama

• Bila efek kurang memuaskan dapat ditambahkan

kortikosteroida & untuk menanggulangi gejala nyeri,

peradangan & kekakuan + bersamaan AINS

PILIHAN OBAT REUMATIK

1. AINS (Analgesik Inflamasi Non Steroid)

• Perlu dipertimbangkan respons individu atas variasi

obat. Coba beberapa obat untuk menentukan mana yang

paling efektif bagi pasien tertentu. Setiap obat

hendaknya diminum selama 1minggu.

• Pilihan pertama adalah obat dengan relatif sedikit efek

samping seperti Ibuprofen (4dd 600mg), Naproksen

(2dd 500mg) & Diklofenac (3dd 50mg); atau obat

selektif Nabumeton, Meloxicam, atau Celecoxib.

• Yang ternyata untuk morning stiffness adalah dengan

kerja long-acting yang diminum sebelum tidur, missal

Diklofenac retard 75-100mg. Sebagai obat tambahan

kombinasi Parasetamol dengan Kodein/propoksifen

adakalanya efektif.

• Karena penggunaan jangka panjang AINS, perlu

tambahan suatu penghambat asam lambung

(Omeprazol, Pantoprazol); atau H2blockers (Ranitidin,

Famotidin dll); atau zat pelindung mukosa

(Misoprostol); & sebaiknya dilakukan eradikasi

Bac.Heliocobaster pylori sebelum terapi AINS

2. DMARD’s

• Dulu (=Slow-acting antirheumatic drugs) berdaya

Anti-erosif (=dapat menghentikan atau memperlambat

progres kerusakan tulang rawan); memiliki khasiat

antiradang kuat (tidak hanya bersifat simptomatis tapi

juga menghambat proses memperburuknya penyakit);

Karena tidak memiliki daya analgesik, maka dapat

dikombinasi dengan AINS

• Peraturan terbaru penggunaan DMARD’s sedini

mungkin yaitu: bila pemberian AINS selama 6-12

minggu tidak meringankan penyakit, DMARD’s segera

diberikan supaya menekan progres penyakit sebelum

sendi2 dirusak secara struktural.

• Mulai kerjanya obat2 ini lambat sekali, baru setelah 2-3

bulan & mencapai efek optimalnya sesudah 6 bulan.

Setelah penggunaannya dihentikan efeknya masih

bertahan beberapa waktu.

• Gejala sendi dpt diperbaiki secara dramatis dan disertai

penurunan nilai IgM & Laju Endap Eritrosit.

• Berhub.efek sampingnya, penggunaan DMARD’s harus

disertai kontrol periodik dari fs sumsum tlg, hati &

ginjal.

Page 4: 7. Farmako Edit

Page 4 of 7

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang

demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS An Nur: 30)

DEVISI COLLEGE CAKUL BLOK NEOPLASMA

• Mekanisme kerjanya belum jelas dimengerti & seperti

AINS seringkali perlu dicoba beberapa obat untuk

menentukan mana yang paling efektif.

• Pada umumnya Penisilamin, Imunosupresiva & TNF-

blockers merupakan obat yg paling efektif; Klorokuin,

sulfasalazin & Auranofin kurang efektif tetapi efek

sampingnya relatif tak begitu berat.

• Pilihan DMARD’s tiap negara berbeda, tergantung

kebiasaan.

Pilihan Preparat DMARD’s

• Sulfasalazin/Hidroksiklorokuin seringkali dianggap

pilihan pertama pada RA yg progresif hebat,

berhub.relatif jarang menimbulkan efek samping pada

penggunaan jangka panjang.Klorokuin juga dapat

digunakan tetapi resiko retinopati lebih besar.

• Emas (Auranofin) & Penisilamin digunakan bila ke2

obat di atas kurang berhasil.

• Imunosupresiva: Metotrexat, azatioprin &

siklofosfamida.Sitostatika ini berkhasiat imunosupresif

& efektif pulaumumnya dipakai sbg obat terakhir pd

kasus parah(vasculitis) yg fatal.

• TNF-alfa-blockers baru digunakan bila obat2 lain tidak

ampuh(lagi)

3. KORTIKOSTEROID

• Amat efektif tetapi seringkali mengakibatkan efek

samping & terapi perlu dihentikan berangsur maka

digunakan bila penyakit parah (exacerbatio) melalui

intra-artikuler kortikosteroida digunakan pada keadaan

kaku & nyeri hebat di sendi

• Terapi kombinasi pada waktu dini yg terdiri dari

sulfasalazin (2g berangsur diturunkan sp

500mg)+metotrexat (1xseminggu 7,5mg)&

prednisolon(dosis menurun dr 60mg ke 7,5mg sehari

dlm6minggu)menghasilkan remisi cepat & menekan

gejala akutkeuntungan besar dr terapi ini adalah

terhindarkan kerusakan irreversibel pd sendi.

4. Obat Alternatif untuk reuma

• Vit.C(1-2dd 1g p.c.)menghambat peradangan &

menginaktifkan radikal bebas; Vitamin lainnya antara

lain d-alfa-tokoferol(1dd 200-400U) & EPA/DHA (2-

3x 500mg) yang menghambat sintesa PgE2.

• Protease bromelain/papain(2dd 100/200mg)berdaya

pada peradangan melalui pelarutan kompleks-imun

antibodi-antigen, obat2 ini dpt diminum sebagai

tambahan (food supplement) pada terapi reguler.

PIRAI/encok/Gout/Arthritis urica

• Encok/gout adalah nama sekelompok gangguan pada

metabolism purin & asam urat, dimana kadar

berlebihan dalam plasma menimbulkan pengendapan

kristal natrium urat di sendi & cairan synovialnya.

• Yang paling terbanyak dijumpai adalah Arthritis-

urica/encok sendi;menyusul encok pd jaringan ikat kulit

(tophy-cellulitis) & ginjal( nefropathy, batu kalsium-

urat/fosfat).

• Seperti reumatik, encok berlangsung bergelombang &

bila tak segera diobati jadi artrose karena tulang

rawan berangsur2 dirusak.

• Faktor resiko: selain hiperurikemia/kadar urat

berlebih, juga faktor genetik; kelamin; kebiasaan makan

& minum; overweight sehingga beban sendi

berlebihan; DM; hipertensi; hiperlipedemi & stress

fisik/mental.

• Pria 10x > dari wanita terserang encok. Mulainya

encok pada pria di usia antara 40-60thn, wanita

umumnya setelah menopause

• Pathogenesisserangan akut diprovokasi oleh endapan

urat yang jarum2 kristalnya merusak sel dengan

menimbulkan nyeri yg hebat sendi bengkak, jadi

panas, merah & amat sakit bila disentuh (dolor, tumor,

kalor & rubor) tersering di jempol kaki atau

pergelangan kaki-tangan & bahu; Seringkali terdapat

pula demam tinggi & pada stadium lanjut to-

phi/benjolan keras di-cuping telinga, kaki/tangan &

jempol kaki

• Peradangan sendi mengakibatkan pelepasan zat2

chemotaxis yg menarik neurofil ke cairan

synovialgranulosit ini memfagositase kristal urat

tetapi sambil melepaskan beberapa zat antara lain

glikoprotein, radikal oksigen & enzim2 lisosomal

(protease, fosfatase), yang bersifat destruktif bagi

tulang rawan

• Disamping glikoprotein yg bersifat destruktif; dibentuk

juga asam laktat yang mempermudah presipitasi urat

selanjutnya karena sifat asamnya; mungkin terjadi

aktivasi sistem prostaglandin sehingga proses

peradangan diperkuat & dipelihara terus menerus.

Nilai urat darah: Normal pria (0,20-0,42 mml/L; Wanita (0,15-

0,36 mml/L)titik jenuh teoritis dari urat dalam plasma dr 37°C

adalah 0,42mml/L (=7mg/100ml); >0,55mml/L (=9ml/100ml)

resiko terserang encok besar sekali, cukup serius untuk diobati.

• Hiperurikemia/encok primer dapat disebabkan oleh

berkurangnya eksresi (pada 80-90% dr kasus) atau oleh

overproduksi urat (10-20%)

• Hiperurikemia/encok sekunder terjadi antara lain

oleh hiperproduksi urat dengan perombakan masal dari

protein inti seperti: selama terapi dengan sitostatika atau

akibat berkurangnya eksresi urat seperti pada

insufisiensi ginjal, penggunaan lama dari diuretika &

setelah pembedahan.

• Obat-obat TBC (INH, Pirazinamida & Ethionamida)

juga dapat meningkatkan kadar urat & memprovokasi

encok; rifabutin dilaporkan juga menimbulkan arthritis

DIAGNOSA PIRAI

• Kadar urat tinggi taklah spesifik bagi encok & tak

begitu sering menimbulkan gejala penderita dengan

hiperurikemia

asimptomatis/”tersembunyi”mempunyai resiko besar

akan kerusakan ginjal.

Page 5: 7. Farmako Edit

Page 5 of 7

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang

demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS An Nur: 30)

DEVISI COLLEGE CAKUL BLOK NEOPLASMA

• Kristal urat dapat mengendap di jaringan tanpa

diketahui & hanya lebih kurang 30% dari pasien yang

menderita batu ginjal urat.

• Selama seranganpun, pada hampir separuh pasien tidak

ditemukan kadar urat tinggi karenanya hiperurikemia

tidak selalu harus disertai encok tetapi makin tinggi

kadarnya akan memperbesar resiko gejalanya.

Penatalaksanaan

• Preventif kambuhnya serangan encok dengan: pola

hidup tertentu turunkan berat badan; banyak minum

(minimal 2L/harinya); membatasi asupan alkohol/bir;

menghindari stress fisik & mental; serta diet rendah

purin; penggunaan diuretika tiazida harus dihentikan,

ganti antihipertensi lainnya; hindari minum kopi.

• Obat2an pd pirai Terapi serangan akut dpt dilawan

dgn efektif dengan kolkisin (cholchicine) tetapi

diagnosa harus ditentukan tepat; & perlu perhatian, zat

ini mempunyai sifat kumulasi.

• Terapi serangan akut, selain kolkisin yang telah

dibahas semua AINS dalam dosis tinggi

mempunyai keampuhan yang sama dengan kerja

lebih cepat & kurang toksik dibanding kolkisin yang

sering digunakan antara lain diclofenac, naproxen,

piroxicam & indometasin akan manjur bila

diberikan sedini mungkin, bila zat2 ini tidak

menghasilkan efek, biasanya diberikan Kortikosteroid

sampai gejala mereda.

TERAPI PREVENSI PADA PIRAI

• Karena pada encok serangan bergelombang bila

serangan dalam setahunnya 3x/lebih, dapat dijalani

terapi interval segera serangan lewat, agar mengurangi

frekuensi & hebatnya serangan berikutnya, juga

mencegah kerusakan jangka panjang pada sendi &

ginjal.

• Terapi interval ini penting pada hiperurikemia

asimptomatis dengan batu ginjal atau tofi bila kdr

urat darah melebihi 0,55mml/L (>9mg/ml)

Obat terapi prevensi pirai

• Alopurinol bila overproduksi urat; obat ini

menghambat sintesanya & mengakibatkan turunnya

kadar urat darah.

• Urikosurika (Benzomaron,probenesid) bila terdapat

eksresi urat rendah tanpa produksi berlebihan. Obat ini

menghindari resorpsi kembali urat di tubuli proximal,

sehingga eksresinya naik & kadar darahnya menurun.

• Naiknya urat dalam kemih dpt terbentuk batu ginjal

(Ca-urat/fosfat) hindari dengan minum 2L/hari

termasuk 2 gelas larutan Na.sitrat/bikarbonat 1%

kemih alkalis & bantu larutkan as.urat (pH ca 6,5)

• Urikosurika memobilisasi urat dr depotnya di jaringan

sehingga dapat memicu serangan; Untuk mrncegah ini

selama 6minggu pertama harus ditambahkan AINS

dalam dosis rendah.

• Pentakaran juga perlu dimulai rendah dengan

berangsur2 naik berdasarkan hasil lab. kadar urat drh;

tindakan ini juga berlaku untuk alopurinol.

• Dosis: Allopurinol 1dd 100mg p.c kemudian dapat

dinaikkan tiap minggu maksimal 10mg/kgBB/hr; pada

provilaxis dengan sitostatika sampai 600mg/hr dimulai

3hr sebelum terapi.

• Dosis: Fobuxostat merupakan obat baru gout dengan

mekanisme kerja sama dengan alopurinol yaitu

menurunkan asam urat melalui blokade selektif

xanthinoksidase (dosis: 80 & 120mg); untuk efek

samping terutama pada ginjal/hati, keamanan terapi

jangka panjang masih perlu penyelidikan lebih lanjut.

• Dosis: Benzbromaron/Narcarizin oral permulaan 1dd

50mg d.c. kemudian berangsur2 dinaikkan sampai

maksimal 300mg, maintenance 50-200mg/hr. selama

6minggu pertama bersama koilkisin atau AINS untuk

prevensi serangan encok.

• Dosis: Probenesid oral 2dd 250mg d.c. selama 1minggu,

lalu 2dd 500mg, bilaperlu berangsur2dinaikkan sampai

maksimal 2g/hr; Untuk memperpanjang kerja penisilin

4dd 500mg, sebagai adjuvan pada gonore single-dose

1g.

ANALGESIK OPIOID & ANTAGONISNYA

• Adalah kelompok obat yg memiliki sifat seperti opium;

Obat2 ini daya kerjanya meniru(mimic) opioid endogen

dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor

opioid (biasanya µ-reseptor)

• Zat2 ini bekerja terhadap reseptor khas di SSP

sehingga persepsi nyeri & respons emosional thd nyeri

berubah/dikurangi.

• Tubuh sendiri dapat mensintesa senyawa2 yg

mengandung peptida disebut Peptida opioid endogen

menggantikan istilah endorfin yg digunakan

sebelumnya, yg bekerja melalui reseptor2 tsb.

• Ada 3 jenis peptida opioid yaitu: enkefalin, endorfin &

dinorfin yang menduduki reseptor berlainan

menimbulkan analgesik

• Ada 3 jenis utama reseptor opioid yaitu: µ(mu), δ( delta)

& К(kappa) reseptor2 ini berpasangan dgn protein G

& memiliki subtipe2.

• Suatu opioid dapat berfungsi dgn potensi yg berbeda

sbg suatu agonis, agonis parsial, atau antagonis pada

lebih dari 1 jenis reseptor atau subtipe reseptor maka

senyawa tg tergolong opioid dpt memiliki efek

farmakologik yg beragam

• Opium sendiri berasal dari getah Papaver somniferum

yg mengandung lebih kurang 20 jenis alkaloid

diantaranya morfin, kodein, tebain & papaverin

• Analgesik opioid terutama digunakan untuk meredakan

rasa nyeri, walau memperlihatkan efek2

farmakodinamika yg lain.

• Dulu dikatakan sebagai analgesik narkotika, tetapi

karena analgesia yg ditimbulkannya dpt tanpa

menyebabkan tidur atau menurunnya kesadaran maka

istilah ini menjadi kurang tepat.

Page 6: 7. Farmako Edit

Page 6 of 7

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang

demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS An Nur: 30)

DEVISI COLLEGE CAKUL BLOK NEOPLASMA

• Yg termasuk golongan opioid adalah: alkaloid opium;

derivat semisintetik alkaloid opium; senyawa sintetik

dengan sifat farmakologisnya mirip morfin.

• Obat yg mengantagonis efek opioid disebut antagonis

opioid (mis. Nalokson)

• Reseptor µ memperantarai efek analgesia mirip morfin

(euforia, depresnafas, miosis, berkurangnya motilitas

saluran cerna)

• Reseptor К diduga memperantarai analgesia seperti

yang ditimbulkan pentazosin (sedasi, miosis & depresi

nafas yang tidak sekuat agonis µ

• Reseptor δ memegang peranan dalam menimbulkan

depresi pernafasan yg ditimbulkan opioid.

ANALGESIK OPIOID (hipnoanalgesik,opioid)

• Berdsrkan kerja umum pd reseptor opioid

Merupakan analgesik kerja kuat profil kerja

analgesik obat2 gol. ini sangat miripterdpt terutama

juga di antara komponen2 kerja tunggal dengan

perbedaan kuantitatif.

• Kerja sentral hipnoanalgesik menurunkan rasa nyeri

dengan cara stimulasi reseptor opioid (kerja analgetik)

sebaliknya tdk mempengaruhi kualitas indra lain pada

dosis terapi mengurangi aktifitas kejiwaan (kerja

sedasi)

• meniadakan rasa takut & rasa bermasalah (Kerja

trankuilansia), menghambat pusat pernafasan & pusat

batuk (Kerja depresi pernafasan & kerja antitusiva),

seringkali mula2 menyebabkan mual & muntah akibat

stimulasi pusat muntah (kerja emetika) selanjutnya

menyebabkan inhibisi pusat muntah (kerja

antiemetika) menimbulkan miosis (kerja miotika)

• meningkatkan pembebasan ADH (kerja antidiuretika),

dan pada pemakaian berulang kebanyakan

menyebabkan terjadinya toleransi & sering juga

ketergantungan.

Kerja perifer opioid

• Memperlambat pengosongan lambung dengan

mengkonstriksi pilorus,

• Mengurangi motilitas & meningkatkan tonus

saluran cerna(obstipasi spastik),

• Mengkonstriksi sfinkter dalam saluran empedu,

• Meningkatkan tonus pembuluh darah dgn bahaya

reaksi ortostatik, dan menimbulkan pemerahan

kulit,urtikaria,rangsang gatal, pad pasien asma

suatu bronkospasmusakibat pembebasan histamin

Berdasarkan cara kerjanya, obat2 ini dapat dibagi dlm 3

kelompok, yaitu:

1.Agonis Opioid:

*Alkaloid candu: morfin,kodein,heroin,nikomorfin.

*Zat2 sintetis:metadon &

derivatnya(dekstromoramida,propoksifen,bezitramida),petidin &

derivatnya(fentanil,subfentanil) & tramadol

Cara kerja obat2 ini=morfin,hanya berlainan mengenai potensi &

lama kerjanya; efek samping dan risiko akan kebiasaan dgn

ketergantungan fisik

2. Antagonis Opioid:nalokson,nalorfin,pentazosin &

buprenorfin/temgesic.Bila digunakan sbg analgetikum,obat2 ini

dpt menduduki salah satu reseptor.

3.Campuran: nalorfin,nalbufin(Nubain)zat2 ini bekerja dgn

kerja campuran juga mengikat pada reseptor-opioid,ttp tdk/hanya

sedikit mengaktivasi daya kerjanya; Kurva dosis/efeknya

memperlihatkan plafon,sesudah dosis tertentu, peningkatan dosis

tdk memperbesar lagi efek analgesiknya. Praktis tdk menimbulkan

depresi pernafasan.

Mekanisme kerja

• Mekanisme kerja sesungguhnya belum benar2 jelas

Peptida opioid endogen bekerja dgn jalan menduduki

reseptor2 nyeri di SSP, shg perasaan nyeri dpt diblokir.

• Khasiat analgesik opioid berdsrkan kemampuannya

akan menduduki sisa reseptor2 yg belum diduduki

peptida opioid endogen. Tetapi bila analgesik tsb

digunakan terus-menerus pembentukan reseptor2

baru distimulasi & produksi peptida opioid endogen

di ujung saraf otak dirintangiAkibatnya terjadilah

kebiasaan & ketagihan.

INDIKASI

• Analgesik opioid diindikasi pd kondisi nyeri yg sangat

kuat yg jika tidak, tak cukup utk dipengaruhi.di sini

termasuk terutama Nyeri akibat kecelakaan;Nyeri stl

operasi;& Nyeri tumor.

• Pd kerja analgesia terlibat pengaruh besar dari

pengalaman nyeri, pasien masih dpt menunjukkan

tempat nyeri & intensitasnya,ttp nyeri tdk lagi dirasakan

sbg sesuatu yg membahayakan & tak

mengenakkan(perubahan kualitatif pengalaman

nyeri).

• Hipnoanalgesik opioid selanjutnya digunakan pd Infark

jantung & odema paru2 akutberdsrkan kerja psiko-

sedasi(kerja trankuilansia) dlm hal ini analgesik tsb

meniadakan circulus vitiosussukar bernafas,

takut,memburuknya efisiensi jantung krn stimulasi

simpatikus,membesarnya odema paru2

EFEK SAMPING

• Supresi SSP:mis.sedasi;menekan pernafasan &

batuk;miosis;hipotermia;& perub.suasana

jiwa/moodselain itu akibat stimulasi CTZ timbul mual

& muntahpd dosis tinggi mengakibatkan menurunnya

aktivitas mental & motorik

• Saluran nafas:Bronkokonstriksi,pernafasan jadi lebih

dangkal & frekuensinya menurun.

• Sistem sirkulasi:vasodilatasi perifer;pd dosis tinggi dpt

terjadi hipotensi & bradikardia

• Sal.Cerna:motilitas berkurang(obstipasi),kontraksi

sfingter kandung empedu(kolik batu empedu), sekresi

pankreas,usus & empedu berkurang.

• Saluran-urogenital:retensi urin (karena naiknya tonus

dr spinkter kandung kemih),motilitas uterus berkuran

(waktu persalinan diperpanjang)

• Histamin liberator:urtikaria & gatal2 karena

menstmulasi pelepasan histamin’

Page 7: 7. Farmako Edit

Page 7 of 7

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang

demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS An Nur: 30)

DEVISI COLLEGE CAKUL BLOK NEOPLASMA

• Kebiasaan dgn resiko adiksi pd penggunaan lama.Bila

terapi dihentikan dpt terjadi gejala abstinensi Pada

sebagian besar pemakai penggunaan utk jangka wkt

lama menimbulkan kebiasaan & ketergantungan.

Penyebabnya mungkin resorpsi opioid atau

perombakan/eliminasinya yg dipercepat; atau bisa juga

krn penurunan kepekaan jaringanobat menjadi kurang

efektif,shg diperlukan dosis yang lebih besar untuk

mencapai efek semula disebut toleransi

(menurunnya respons) dimana dosis tinggi dapat lbh

baik diterima tanpa menimbulkan efek intoksikasi.

• Ketergantungan fisik lazimnya lenyap 2 minggu

setelah penggunaan obat dihentikan. Disamping

Ketergantungan fisik tsb terdapat pula

Ketergantungan psikis, yaitu Kebutuhan mental akan

efek psikotrop (euforia,rasa nyaman & segar).

Ketergantungan psikis seringkali sangat erat, maka

pembebasan yg tuntas sukar sekali dicapai.

• Opioida dapat melintasi plasenta, tetapi dapat digunakan

sampai beberapa waktu sebelum persalinan. Bila

diminum terus-menerus zat ini merusak janin akibat

depresi pernafasan & memperlambat persalinan. Bayi

dari ibu yg ketagihan menderita gejala abstinensi.

• Selama laktasi ibu dpt menggunakan opioid karena

hanya sedikit terdapt dlm ASI

• Gejala abstinensi(withdrawal syndrome) yaitu

selalu timbul bila penggunaan obat dihentikan dengan

mendadak ditandai dgn semula dpt berupa

menguap,berkeringat hebat & air mata mengalir,tidur

gelisah & kedinginanlalu timbul

muntah2,diare,tachycardia.mydriasis,tremor, kejang

otot, peningkatan tensi yg dpt disertai dgn reaksi psikis

hebat(gelisah,mudah marah, kekhawatiran mati)

Antagonis Morfin : adalah zat2 yg dpt melawan efek samping

opioid tertentu tanpa mengurangi kerja analgetisnya.

• Yang paling terkenal adalah nalokson, naltrekson &

nalorfin

• Obat2 ini terutama digunakan pd overdose &

intoksikasi; Khasiat antagonisnya diperkirakan

berdsrkan penggeseran opioid dr tempatnya di reseptor2

otak.

• Antagonis morfin ini sendiri juga berkhasiat Analgesik,

tetapi tak digunakan dlm terapi krn khasiatnya lemah &

efek samping tertentu mirip morfin.