87
Membuahkan Hasil Nyata: Hubungan antara Modalitas Penyaluran Dana dan Kinerja Setiap tahunnya, lebih dari 20% produk domestik bruto Aceh bersumber pada pertanian. Oleh karena itu, BRR menempatkan bidang ini pada prioritas yang tinggi. Lahan pertanian seluas 70 ribu hektare direhabilitasi atau dicetak baru dalam kurun 4 tahun. Foto: BRR/Arif Ariadi Dukungan Eksternal yang Murah Hati Peta bantuan dalam program rekonstruksi Aceh dan Nias termasuk unik karena pemerintah Indonesia hanya menyumbang sekitar sepertiga (tepatnya 31 persen) dari total dana rekonstruksi. Dari dana US$ 6,7 miliar yang dijanjikan, US$ 4,6 miliar berasal dari berbagai donor bilateral dan multilateral, LSM internasional, dan masyarakat. Sumbangan bantuan donor yang sangat luar biasa besarnya ini bukan karena tidak bersedianya pemerintah Indonesia, yang mengeluarkan uang dalam jumlah sangat besar, yaitu US$ 2,1 miliar, tetapi lebih merupakan bukti niat baik masyarakat dalam dan luar negeri. Indonesia beruntung menerima dukungan global yang murah hati karena skala bencana kembar ini sungguh luar biasa sehingga benar-benar di luar kemampuan Indonesia untuk menanggulanginya sendiri. Tanpa bantuan itu, usaha pemulihan bisa lebih lama lagi, kalaupun itu mungkin dilakukan. Seperti dalam setiap situasi yang ada banyak donor, ada banyak cara untuk menyalurkan dana. Satu hal yang mengejutkan bertalian dengan komposisi bantuan di Aceh dan Nias adalah banyaknya LSM yang datang dengan membawa sendiri dana dalam jumlah yang besar. Lebih banyak dana bantuan yang mengalir melalui 992 lembaga donor dan pelaksana yang bekerja di lapangan daripada yang melalui pemerintah. 20 Sekitar separuh dari dana bantuan disalurkan melalui LSM, banyak di antaranya Bagian 4. Membuahkan Hasil Nyata: Hubungan antara Modalitas Penyaluran Dana dan Kinerja 61

7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Membuahkan Hasil Nyata:

Hubungan antara Modalitas Penyaluran Dana dan Kinerja

Setiap tahunnya, lebih dari 20%

produk domestik bruto Aceh

bersumber pada pertanian. Oleh

karena itu, BRR menempatkan

bidang ini pada prioritas yang

tinggi. Lahan pertanian seluas

70 ribu hektare direhabilitasi

atau dicetak baru dalam kurun

4 tahun. Foto: BRR/Arif Ariadi

Dukungan Eksternal yang Murah HatiPeta bantuan dalam program rekonstruksi Aceh dan Nias termasuk unik karena

pemerintah Indonesia hanya menyumbang sekitar sepertiga (tepatnya 31 persen) dari

total dana rekonstruksi. Dari dana US$ 6,7 miliar yang dijanjikan, US$ 4,6 miliar berasal

dari berbagai donor bilateral dan multilateral, LSM internasional, dan masyarakat.

Sumbangan bantuan donor yang sangat luar biasa besarnya ini bukan karena tidak

bersedianya pemerintah Indonesia, yang mengeluarkan uang dalam jumlah sangat

besar, yaitu US$ 2,1 miliar, tetapi lebih merupakan bukti niat baik masyarakat dalam dan

luar negeri. Indonesia beruntung menerima dukungan global yang murah hati karena

skala bencana kembar ini sungguh luar biasa sehingga benar-benar di luar kemampuan

Indonesia untuk menanggulanginya sendiri. Tanpa bantuan itu, usaha pemulihan bisa

lebih lama lagi, kalaupun itu mungkin dilakukan.

Seperti dalam setiap situasi yang ada banyak donor, ada banyak cara untuk

menyalurkan dana. Satu hal yang mengejutkan bertalian dengan komposisi bantuan di

Aceh dan Nias adalah banyaknya LSM yang datang dengan membawa sendiri dana dalam

jumlah yang besar. Lebih banyak dana bantuan yang mengalir melalui 992 lembaga

donor dan pelaksana yang bekerja di lapangan daripada yang melalui pemerintah.20

Sekitar separuh dari dana bantuan disalurkan melalui LSM, banyak di antaranya

Bagia

n 4.

Mem

buah

kan

Hasil

Nya

ta:

Hubu

ngan

ant

ara

Moda

litas P

enya

luran

Dan

a da

n Ki

nerja

61

Page 2: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

beroperasi sebagai pelaksana dan penyandang dana yang sekaligus mendukung LSM-

LSM yang lebih kecil dalam soal dana. Pada gilirannya hal ini menjadi struktur paralel

yang mendukung program rekonstruksi. BRR hanya bisa mengawasi dari jauh melalui

serangkaian rapat dan forum-forum koordinasi.

Para pelaku yang menyalurkan dana tersebut mempunyai beragam pengalaman

dalam hal pencairan dana maupun pelaksanaannya. Mereka juga memberikan hasil

yang berbeda-beda dengan beragam tingkat efektivitas. Bagian-bagian dalam bab

ini berisi analisis tentang efektivitas metode penyaluran dana yang berbeda-beda.

Kesimpulan ditarik dari pengalaman kami memimpin rekonstruksi di Aceh dan Nias, dan

oleh karena itu boleh jadi tidak selalu tepat digunakan secara umum. Setiap rekonstruksi

pascabencana selalu unik dan harus ditangani sesuai dengan keadaannya. Terlebih lagi,

kesimpulan ini didasarkan pada penilaian yang subjektif yang mungkin saja berbeda

dengan cara orang lain melihat realitas yang sama. Namun, kami telah berusaha sebaik

mungkin untuk menarik kesimpulan dan menyampaikannya.

Mendekati Fase Akhir RekonstruksiMenjelang berakhirnya mandat, BRR menyiapkan transisi dana pemerintah Indonesia

ke badan-badan pemerintah yang lain. Mandat BRR hanya empat tahun lamanya, dari

16 April 2005 sampai 16 April 2009, sedangkan menurut Rencana Induk dan revisi

Rencana Induk, keseluruhan usaha rekonstruksi diharapkan makan waktu lima tahun

mulai dari akhir fase darurat pada 26 Maret 2005. Mengingat hal ini, BRR berencana untuk

menyelesaikan semua proyek fisiknya pada akhir 2008, dan perlahan-lahan memasuki

masa transisi menuju penutupan dalam bulan-bulan pertama pada 2009.

Strategi BRR dapat dijalankan dengan baik, seperti tecermin dalam besarnya (96

persen) pencairan dana di bawah kendali pemerintah. Dari US$ 2,1 miliar yang

dialokasikan pada BRR antara 2005 dan 2008, sebanyak US$ 2,0 miliar sudah terpakai.

Dari hasil ini Dewan Perwakilan Rakyat berkesimpulan bahwa BRR sudah melaksanakan

mandatnya dan harus ditutup sesuai jadwal pada 16 April 2009. Tidak akan ada

perpanjangan mandat. Sebagai persiapan, mulai Januari 2009, pekerjaan dan pelaksanaan

yang berhubungan dengan rekonstruksi yang dibiayai oleh pemerintah dipindahkan

ke departemen terkait dan pemerintah setempat di bawah koordinasi Bappenas, sama

seperti sebelum BRR didirikan.

Di pihak lain status dari proyek-proyek donor dan LSM amat bervariasi dan tidak

mudah untuk dibuat ringkasannya. Beberapa di antaranya telah hampir menyelesaikan

proyeknya jauh sebelum 2008 berakhir, seperti pemerintah Jepang dan Jerman.

Sedangkan lainnya masih berkutat dalam pelaksanaan. MDF adalah salah satu contoh

lembaga yang mengundurkan masa baktinya dari 2010 ke 2012 untuk memberikan waktu

yang cukup untuk penyelesaian proyek-proyeknya.

62

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 3: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Gambar 4.1 Mekanisme Penyaluran Dana

Mekanisme Penyaluran Dana Seperti disebutkan di bagian sebelumnya, BRR menyiapkan tiga mekanisme penyaluran

dana atau modalitas, untuk mengakomodasi berbagai keperluan para donor. Ketiganya

secara singkat dirangkum di bawah ini:

On-budget/on-treasury(a) . Di sini, para donor memakai sistem dan peraturan dana

pemerintah untuk menyalurkan dananya. Donor multilateral seperti Bank Dunia

dalam kapasitasnya sebagai administrator MDF dan ADB–keduanya adalah bank

tanpa kemampuan untuk melaksanakan secara langsung–memilih modalitas ini, dan

juga beberapa donor bilateral yang besar.

On-budget/off-treasury.(b) Dana disalurkan di luar Bendahara Negara (KPPN), tetapi

penyalurannya dilaporkan di dalam sistem anggaran nasional. Dengan mekanisme

ini, dana pada mulanya tidak disahkan di dalam dokumen anggaran. Penyaluran

dilakukan langsung dari rekening pemerintah pendonor ke rekening pemerintah

Indonesia, yaitu pada bank yang ditunjuk, dan dari sana pembayaran akan dikucurkan

ke badan pelaksana. Sesudah pengadaan barang atau jasa dilakukan, dana yang

Dan

aPe

rwal

ian

Sum

ber

Pend

anaa

nPe

nyal

uran

Dan

aB

adan

Pela

ksan

aPr

oyek

Lembaga danKomunitas

PemerintahAsing

On-Budget/Ontreasury

RANTF

Off-Budget/Off Treasury

On-Budget/Off treasury

DonorMultilateral

BRR & Satker Pemerintah lainnya Lembaga Pelaksana Lain & LSM

PROYEK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

Mekanisme off-budgetMekanisme on-budget

PemerintahIndonesia

Bagia

n 4.

Mem

buah

kan

Hasil

Nya

ta:

Hubu

ngan

ant

ara

Moda

litas P

enya

luran

Dan

a da

n Ki

nerja

63

Page 4: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

dicairkan dibuatkan pengesahan anggaran melalui daftar isian proyek anggaran

(DIPA). Mekanisme ini digunakan oleh pemerintah Jepang dan Jerman.

Off-budget/off-treasury(c) : Apabila donor tidak menggunakan sistem anggaran

pemerintah Indonesia ataupun menyalurkan dana dari KPPN. Mekanisme ini

dipakai oleh semua lembaga nonpemerintah dan oleh beberapa pemerintah

asing. Donor multilateral seperti ADB dan Bank Dunia yang terkait dengan MDF

juga menggunakan mekanisme ini untuk melengkapi bantuan yang diberikan

melalui mekanisme on-budget. Recovery Aceh-Nias Trust Fund (RANTF), sebuah danad

perwalian yang ditangani oleh BRR dan mewakili donor dari individu, masyarakat dan

pemerintah asing, juga memakai modalitas ini.

Diagram di Gambar 4.1. Memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang

dikerjakan para pelaku sesuai dengan modalitas penyaluran dana yang mereka inginkan.

Efektivitas Pelaku yang Memakai Modalitas On-Budget/On- Treasury

Sejak Deklarasi Paris diumumkan, donor multilateral dan bilateral lebih banyak

menyalurkan bantuan melalui mekanisme on-budget sejalan dengan pelaksanaant

lima prinsip Deklarasi Paris tentang efektivitas bantuan. Mekanisme on-budget

mempromosikan kepemilikan, sinkronisasi, harmonisasi, mengelola untuk memperoleh

hasil dan tanggung jawab bersama dana bantuan dengan mengizinkan pemerintah mitra

untuk memformulasi dan melaksanakan rencana rekonstruksinya sendiri atau rencana

pembangunannya, dengan memakai metode prioritas, perencanaan, dan pelaksanaannya

sendiri.

Dari sudut pandang BRR, dana bantuan on-budget/on- treasury adalah dukungany

eksternal paling fleksibel. Dana tersebut merupakan “dana yang bisa diprogram” yang

bisa diatur untuk mendukung dan melengkapi dana domestik anggaran badan bantuan

tersebut. Oleh karenanya dana jenis ini selalu selaras dengan program rekonstruksi

secara menyeluruh. Kadang-kadang, dana donor on-budget dialokasikan untuk mengisit

kekosongan sektoral atau daerah yang tidak mempunyai dana. Hal ini berbeda

dengan bantuan off-budget, dana biasanya dikaitkan dengan proyek khusus. Realokasit

dana ke proyek lain di dalam atau di luar sektor atau program semula biasanya tidak

dimungkinkan.

Pengalaman-pengalaman Donor dengan Modalitas Ini

Dua donor besar yang memakai modalitas on-budget/on-treasury selama rekonstruksiy

Aceh dan Nias adalah MDF dan ADB. Gabungan sumbangan kedua donor multilateral

berjumlah lebih dari US$ 1 miliar. Donor lain yang menggunakan modalitas ini adalah

pemerintah Italia, yang mengonversi pinjaman pemerintah menjadi bantuan asing

(grant).

64

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 5: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Baik Bank Dunia, sebagai pengurus dan partner terpercaya MDF maupun ADB,

adalah bank pembangunan yang mempunyai kaitan sejarah yang panjang dengan

pemerintah Indonesia. Pada awalnya, Bank Dunia dan proyek ETESP dari ADB mengalami

hambatan yang sama dalam bidang sumber daya manusia dan material. Tapi ketika

program rekonstruksi hampir selesai terdapat perbedaan mencolok antara keduanya.

ETESP mencapai tingkat pencairan dana yang tinggi sebesar 83 persen pada akhir 2008

sedangkan proyek on-budget MDF sebesar 65 persen (Gambar 4.3.).t

Kinerja ADB yang luar biasa adalah karena berbagai terobosan yang mereka ciptakan

untuk mempercepat proses, sambil tetap mempertahankan standar tanggung jawab dan

efektivitas yang tinggi.

Terobosan Apa yang Membuat ADB Sukses?

Tinjauan Pascapelaksanaan (i)

Tinjauan pascapelaksanaan adalah terobosan inovatif yang sangat membantu

percepatan proyek ADB. Menurut butir-butir dalam persetujuan pemberian bantuan,

diperlukan persetujuan ADB untuk semua subproyek. Akan tetapi, disepakati pula

bahwa persetujuan ini dapat dilakukan setelah subproyek itu dikerjakan. Subproyek

bisa langsung dikerjakan segera setelah pemerintah Indonesia (yang diwakili oleh BRR)

menyetujui kontrak. Apabila dalam tinjauan pascapelaksanaan terdapat prosedur baku

yang tidak dijalankan, ADB tidak akan membiayai kontrak tersebut dan karena itu dana

yang sudah dikeluarkan harus ditanggung oleh pemerintah Indonesia. Persetujuan awal

dari ADB hanya diperlukan untuk tiga subproyek pertama dalam sektor yang disepakati

dan untuk subproyek bernilai di atas US$ 500 ribu.

Tinjauan pascapelaksanaan adalah jalan keluar

yang dimungkinkan karena kepercayaan yang

diberikan oleh ADB pada pemerintah Indonesia.

Dengan terobosan ini, pekerjaan proyek jauh

dipercepat sedangkan ADB sebagai donor tetap

terlindungi dari risiko penyelewengan. Ini adalah

mekanisme brilian. Kedua pihak sama-sama

untung, meningkatkan laju pengerjaan proyek

tanpa menghilangkan tali kendali. Dengan

mengandalkan sistem pengadaan barang dan

jasa pemerintah Indonesia-pada hakikatnya, dana

yang disalurkan bukan hanya “on-budget” tetapi

juga “on- procurement”–ADB dengan demikian

membantu memperdayakan unit-unit pelaksana

pemerintah Indonesia di Aceh dan Nias. Hal ini

0

Gambar 4.3 Besaran Pencairan Dana ADB dan MDF Desember 2008

100

MDF ADB

200

300

400

500

600

700

800

10

200

300

400

500

600

700

800

65%

83%

US$

Jut

a

Komitmen

Pencairan

Bagia

n 4.

Mem

buah

kan

Hasil

Nya

ta:

Hubu

ngan

ant

ara

Moda

litas P

enya

luran

Dan

a da

n Ki

nerja

65

Page 6: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

pada gilirannya akan mengembangkan kemampuan mereka dalam mengerjakan proyek

yang sama di hari esok.

Ketika ditanya apakah keputusan untuk memakai tinjauan pascapelaksanaan adalah

keputusan yang baik, Pieter Smidt, Kepala ADB Extended Mission di Sumatera (EMS)

menjawab, “Tentu saja ada risiko bila Anda memakai tinjauan pascapelaksanaan. Ada

beberapa kasus Satker tidak mengikuti prosedur yang telah digariskan oleh pemerintah

sendiri dan karena itu ADB tidak dapat mendanai kontrak-kontrak tersebut. Kami terpaksa

mengumumkan bahwa ada tiga sampai empat juta dollar yang tidak dapat dibayarkan

sebagai dana ETESP dan jumlah ini bisa lebih besar karena kami belum selesai melakukan

tinjauan … tetapi (tinjauan pascapelaksanaan) adalah keputusan yang baik. Keputusan

yang baik.”21

Walaupun uang yang tak dicairkan karena tidak memenuhi syarat tersebut akhirnya

harus dibayar oleh pemerintah Indonesia, kami di pihak BRR menganggap hal itu sebagai

biaya yang pantas dalam berbisnis. Dilihat dari konteks yang lebih luas, manfaat yang

diperoleh karena pelaksanaan proyek yang cepat, jauh lebih besar dari biaya yang

dikeluarkan. Saat ini, banyak sudah yang menikmati hasil dari cepatnya pelaksanaan itu,

sedangkan momentum pemulihan tetap dipertahankan dengan laju yang tinggi.

Pertukaran Hutang Italia“Italia telah menyetujui sebuah kesepakatan yang dimulai pada 2005 dengan pemerintah Indonesia untuk

mendanai tujuh proyek di Aceh di bawah sebuah perjanjian penukaran hutang bilateral. Ketujuh proyek tersebut, dengan nilai lebih dari Rp 150 miliar (US$ 13,6 juta), mencakup konstruksi pembangunan sebuah pelabuhan perikanan, tiga sistem irigasi dan dua ruas jalan, dan sebuah insentif senilai Rp 49,96 miliar untuk suatu kontribusi pendukung rencana pengentasan kemiskinan milik pemerintah dengan nama Program Keluarga Harapan (PKH).

Di bawah persetujuan 2005 tersebut, Italia akan menghapuskan US$ 24,2 juta dan 5,7 juta euro (US$ 7,8 juta)hutang Indonesia dalam kurun waktu lima tahun untuk digunakan sebagai pendanaan proyek rekonstruksi negara di Aceh, yang kini masih mencoba bangkit dari bencana tsunami 2004. Sejauh ini Italia sudah menghapus US$ 5 juta dan 10,74 juta euro melalui pendanaan sepuluh proyek selama kurun waktu 2006-2008.

Sebuah skema penukaran hutang mengizinkan sebuah negara untuk menggeser alokasi anggaran belanja yang seharusnya digunakan untuk membayarhutang asing dan menggunakannya untuk membiayai aktivitas lainnya, dengan persetujuan sang pemberi pinjaman. Aktivitas tersebut dapat mencakup konstruksi prasarana, proyek kesehatan dan pendidikan, atau program pemberdayaan sosial.”

Sumber: The Jakarta Post, 10 Januari 2009

66

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 7: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Pendelegasian Wewenang (Desentralisasi) (ii)

Prinsip lain yang tampak dalam kiprah ADB adalah manfaat desentralisasi dan

kehadiran di lapangan. Inisiatif ADB untuk membuka kantor cabang EMS (extended

mission in Sumatera) sungguh membawa manfaat yang besar. Dengan wewenang untuk

mengambil keputusan, kantor cabang tanggap dan cepat menyesuaikan diri dengan

tuntutan-tuntutan di lapangan. Waktu untuk mempersiapkan proyek, menilai, dan

melaksanakannya dikurangi seminimum mungkin.

Tak dapat disangkal, kecepatan merupakan elemen terpenting dalam rekonstruksi

pascabencana. Korban bencana perlu kembali ke kehidupan normal secepat mungkin.

Lebih lama mereka menunggu, lebih mahal biaya sosial dan ekonominya. Waktu adalah

kemewahan dalam pascabencana. Oleh karena itu perencanaan terperinci sering

terpinggirkan. Niat kuat untuk tetap bekerja cepat harus dipertahankan.

Walaupun orang tahu bahwa kecepatan merupakan elemen penting dalam

penanganan pascabencana, pada praktiknya lebih sulit dilakukan daripada diucapkan.

Ketika waktu sudah berlalu dan berita tentang bencana mulai surut, serta kebutuhan

pokok telah sampai ke tangan korban, adalah manusiawi untuk bersikap “business as

usual”. Dorongan untuk bekerja dalam keterdesakan sedikit demi sedikit menghilang. ”

Dana Multi-DonorDana Multi-Donor untuk Aceh dan Nias (MDF) dibentuk oleh Bank Dunia dan beberapa badan donor lainnya

atas permintaan pemerintah Indonesia pada April 2005. MDF adalah sebuah trust fund yang diatur oleh Bank Dunia sebagai trustee dan terdiri atas dana terkumpul senilai US$ 691,92 juta yang disumbangkan oleh 15 donor: Komisi Eropa, Belanda, Inggris, Bank Dunia, Swedia, Denmark, Norwegia, Jerman, Kanada, Belgia, Finlandia, Bank Pembangunan Asia (ADB), Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Irlandia.

Proposal proyek untuk MDF pada awalnya dikaji oleh BRR, tapi persetujuan harus diberikan oleh sebuah komite pengarah yang dipimpin bersama oleh pejabat dari BRR, Bank Dunia, dan Komisi Eropa sebagai donor terbesar. Karena itu, tidak seperti proyek yang didanai oleh ADB, proyek-proyek MDF tidak dapat dimulai sebelum mendapatkan persetujuan dari komite pengarah untuk koordinasi operasi sehari-hari, Komite pengarah didukung oleh sebuah sekretariat.

MDF memberikan sebuah cara yang mudah untuk mengumpulkan sumber-sumber donor dana bantuan dan membebaskan para donor dari kerepotan membuka berbagai rekening bank dan membentuk berbagai program. Ini secara signifikan mengurangi biaya transaksi penyerahan bantuan. Di antara keuntungan MDF adalah integrasi penuh dengan anggaran belanja pemerintah Indonesia, persiapan untuk laporan tepat dan sesuai waktu akan penyerapan riil yang diambil dari sistem akuntansi pemerintah, dan pengaturan fidusia yang baik untuk menjamin integritas penggunaan dana.

Bagia

n 4.

Mem

buah

kan

Hasil

Nya

ta:

Hubu

ngan

ant

ara

Moda

litas P

enya

luran

Dan

a da

n Ki

nerja

67

Page 8: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Rutinitas datang kembali dan aktivitas dilakukan normal

perti biasa.

Salah satu cara terbaik untuk mempertahankan tingkat

gensi yang tinggi adalah dengan melakukan desentralisasi.

merintah, donor, dan pelaku rekonstruksi yang lain

rus mendelegasikan wewenangnya ke tingkat paling

wah sejauh mereka mampu mengerjakannya. Walaupun

endelegasikan kewenangan risikonya jelas, manajemen

kal untuk rekonstruksi mempunyai banyak keunggulan.

sempatan berinteraksi dan berkolaborasi antara pelaku

konstruksi dan penduduk yang terkena bencana, besar

kali pada tingkat lokal. Dibekali dengan informasi langsung

ntang apa yang terjadi lapangan, masalah apa yang

rlu diselesaikan, aspirasi masyarakat dan kesempatan

emilah-milah di antara sekian banyak pilihan, manajemen

kal biasanya lebih cepat dan lebih jitu dalam mengambil

putusan dibandingkan dengan keputusan yang diambil dari

ak jauh. Kewenangan di tingkat lokal juga menghilangkan

strasi yang mungkin timbul akibat rantai pengambilan

putusan yang berlapis-lapis dari organisasi yang

sentralisasi dan kaku. Oleh karena itu, keputusan ADB untuk

endelegasikan wewenang pada kantor EMS sangat masuk

al.

Hal ini sangat kontras dengan struktur terpusat yang

pakai oleh banyak donor. Pengambilan keputusan diambil

Jakarta, jauh dari hiruk-pikuk di Aceh-Nias, sedangkan

kerjaan rekonstruksi pascabencana ini hanyalah satu dari

nyak “proyek pembangunan” dalam agenda mereka. Jauh

ri suasana darurat yang sehari-hari dijumpai di Aceh dan

as, kurangnya insentif untuk bekerja keras dan cepat seperti

dituntut oleh pekerjaan jenis rekonstruksi pascabencana,

pejabat-pejabat ini tidak memiliki perasaan mendesak seperti yang dirasakan oleh

mereka yang di lapangan. Proses pengambilan keputusan tetap saja melalui saringan

administrasi dan teknis yang ketat yang sering menghambat pelaksanaan. Akhirnya,

kantor mereka di Indonesia sering kurang memiliki wewenang atau kepercayaan diri

untuk mengambil keputusan, bahkan keputusan yang sebenarnya bisa diambil di

lapangan sekalipun, dan harus menunggu instruksi dari kantor pusat mereka. Sering

kali, proyek yang akan dikerjakan, dan juga waktu untuk menyusunnya menjadi sia-sia

apabila kantor pusat mereka tidak sependapat dengan pertimbangan-pertimbangan

yang disampaikan oleh kantor mereka di Indonesia, walaupun kantor pusat mereka

belum tentu tahu tentang apa yang terjadi di lapangan dan karena itu melihatnya dengan

Rut

sep

S

urg

Pem

har

baw

me

lok

Kes

rek

sek

ten

per

me

lok

kep

jara

frus

kep

ters

me

aka

H

dip

di J

pek

ban

dar

Nia

ditu

Bank Pembangunan AsiaBank Pembangunan Asia (Asian Development

Bank, ADB) adalah salah satu yang pertama memberikan respons atas tsunami yang terjadi dengan memberikan dana bantuan yang signifikan bagi program rehabilitasi dan rekonstruksi yang dibentuk pada 7 April 2005. ADB menyetujui sebuah paket pendukung bagi rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias, yang mencakup Proyek Dukungan Keadaan Darurat Gempa Bumi dan Tsunami (Earthquake and Tsunami Emergency Support Project, ETESP) senilai US$ 290 juta, kontribusi pada MDF sebesar US$ 10 juta, dan dana bantuan Proyek Pelayanan Air Bersih dan Kesehatan Masyarakat (Community Water Services and Health Project, CWSHP) sebesar US$ 16,4 juta.

ETESP adalah proyek dana bantuan terbesar sepanjang sejarah ADB dan digunakan untuk memulihkan layanan publik kunci dan membangun kembali prasarana dan mendorong bangkitnya lagi aktivitas ekonomi swasta. Meskipun ETESP disetujui sebelum pembentukan resmi BRR, setelah didirikannya BRR, semua subproyek ETESP dirancang dan dilaksanakan dalam koordinasi dekat bersama BRR sebagai pemimpin rekonstruksi secara keseluruhan. ETESP didanai melalui Dana Tsunami Asia (Asian Tsunami Fund, ATF), sebuah trust fund yang dibentuk oleh ADB setelah tsunami untuk mengumpulkan kontribusi dari ADB dan donor-donor bilateral dan multilateral lainnya.

68

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 9: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

perspektif yang berbeda. Keperluan untuk menyampaikan informasi dari kantor mereka

di Indonesia ke kantor pusat juga menambah keterlambatan.

Pemakaian Rekening “Imprest” (iii)

Untuk mempercepat pembayaran, ADB membuat rekening “imprest” di Bank Indonesia

khusus untuk proyek mereka dengan plafon US$ 29 juta yang dikelola dan dimonitor oleh

BRR, serta didukung oleh sebuah kantor manajemen proyek. Departemen-departemen

terkait diberi akses pada subrekeningnya supaya mereka dapat menggunakan dana

tersebut untuk pelaksanaan subproyek. Rekening ini diisi kembali sebagai kompensasi

bila ada dana yang telah dipakai oleh penerima manfaat. Untuk transaksi di bawah US$

100 ribu, cukup diserahkan pernyataan pembelanjaan, atau statement-of-expenditure,

selama kondisi-kondisi yang diperlukan untuk prosedur itu terpenuhi.

Struktur Baru Mendukung UrgensiSaat mengelola sebuah rekonstruksi pascabencana, penting bagi pemerintah dan juga donor untuk mengadopsi

struktur yang kondusif terhadap rasa urgensi yang tinggi ini. Sebuah struktur baru mungkin adalah jalan yang terbaik. Budaya organisasional pemerintah dan donor besar umumnya telah terbentuk untuk menghadapi tantangan pembangunan yang dapat ditebak dan umum dengan jangka waktu yang lebih panjang. Tingkat kecepatan pengambilan keputusan umumnya lambat dan tingkat energi jarang sekali tinggi. Struktur organisasional juga dirancang untuk memfokuskan perhatian ahli pada masalah-masalah teknis dan fungsional yang sempit, terkadang dengan mengorbankan tujuan yang lebih besar. Membangun rasa urgensi yang tinggi dalam organisasi sebesar ini dapat menjadi hal yang sangat sulit dilakukan (Kotter, 1996).

Pendirian BRR sebagai badan pemerintah ad hoc yang lepas mandiri dari badan kementerian mana pun menyediakan suatu stuktur otonomi persis yang diperlukan, tingkat energi dan rasa urgensi yang tinggi dapat dipertahankan hingga detik terakhir. Struktur organisasi datar dengan suasana kerja yang lebih informal yang diadopsi oleh BRR ini juga mendorong pertukaran informasi secara bebas. Para staf terhindar dari pengotak-ngotakan organisasional dan sebaliknya bekerja sama dalam masalah-masalah yang saling terkait untuk mencapai tujuan bersama.

Tingkat perputaran dan perpindahan karyawan yang tinggi dapat diperkirakan akan terjadi dalam lingkungan kerja yang penuh tekanan dan serba cepat ini. Dan memang, sebuah badan dengan masa hidup terbatas seperti BRR tidak dapat diharapkan untuk menghasilkan jalur karier yang stabil. BRR lebih mendekati sebuah organisasi sukarelawan dibanding sebuah badan pemerintah. Setiap individu harus menyadari saatnya untuk berhenti bila kontribusi mereka tidak lagi diperlukan atau stres berlebihan membuat mereka tidak lagi efektif bekerja.

Extended Mission in Sumatera, sebuah unit organisasi lincah yang terpisah dari struktur organisasi utama ADB adalah contoh baik sebuah organisasi ad hoc yang efektif di pihak donor. Dengan kapasitas dan otoritas yang mencukupi, badan ini dapat cepat merespons dan mengambil keputusan tegas akan berbagai permasalahan perencanaan dan pelaksanaan subproyek ETESP tanpa terkendala struktur yang membatasi dalam organisasi bank tersebut.

Bagia

n 4.

Mem

buah

kan

Hasil

Nya

ta:

Hubu

ngan

ant

ara

Moda

litas P

enya

luran

Dan

a da

n Ki

nerja

69

Page 10: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Mekanisme ini sangat membantu mempercepat

pencairan dana bantuan ADB (ADB 2006). Karena

ebagian besar transaksi dilakukan dengan rekening

imprest”, pembayaran langsung hanya perlu diatur untuk

pembayaran kontrak yang benar-benar besar jumlahnya.

Efektivitas Pelaku yang Memakai Modalitas On-budget/Off Treasury

Kebaikan modalitas on-budget/off-treasury adalah bahway

donor mempunyai kemampuan sendiri untuk melaksanakan

pekerjaan. Ini meringankan beban dalam pelaksanaan dari

pemerintah mitra, yang sumber dayanya pada umumnya

erbatas serta tersebar di sektor-sektor dan daerah-daerah

yang tertimpa bencana. Kekurangan modalitas ini adalah

pemerintah mitra tidak bisa berbuat banyak dalam soal

alokasi dana atau pekerjaan proyek. Lembaga-lembaga

donor biasanya datang dengan pemahaman sendiri tentang

enis proyek yang akan didanainya dan bagaimana proyek

ni harus dikerjakan.

Menonjolnya nama donor merupakan sebab utama

mengapa modalitas ini disenangi oleh donor tertentu

dibanding pengaturan secara multilateral. Dengan sistem

bilateral dan off-treasury, hasil bantuan lebih tampak,yy

dapat dihitung dan langsung diketahui siapa donornya. Ini

bisa berguna untuk laporan ke pembayar pajak di negara

asal mereka dan kepada pers. Sementara itu, dengan

memasukkan penyaluran bantuan dalam laporan anggaran

pemerintah, mereka menyelaraskan proyek-proyek mereka

dengan tujuan pemerintah mitra.

Sebab lain mengapa donor bilateral besar lebih

menyenangi modalitas ini dibanding dengan

mengumpulkan dana mereka ke dalam suatu dana

perwalian seperti MDF adalah karena penggabungan dana

eperti itu hampir tidak ada faedahnya bagi pendonor

aksasa. Menggabungkan dana kedalam satu wadah

mengurangi biaya transaksi dalam bentuk informasi,

koordinasi, administrasi, dan berbagai biaya akses melalui

usaha bersama dan pembagian beban secara merata di

antara para pemberi donor. Dengan menggabungkan

umber daya yang ada, para donor bisa menghasilkan

p

s

“i

p

EM

d

p

p

te

y

p

a

d

je

in

m

d

b

d

b

a

m

p

d

m

m

p

s

ra

m

k

u

a

s

Mengurangi Biaya Transaksi Melalui Kerja Sama

Biaya transaksi bukanlah satu-satunya faktor yang dipertimbangkan dalam memutuskan apakah berdiri sendiri atau bergabung dengan sebuah trust fund, juga bukan faktor yang mungkin paling penting. Namun begitu, ada gunanya mengamati sebuah diskusi teori singkat.

Tapscott dan Williams (2006) mengajukan sebuah cara baru untuk menginterpretasikan teorema Coase terkenal yang pertama diajukan oleh pemenang Nobel Ronald Coase: “Haruslah ada sebuah keseimbangan antara biaya-biaya transaksi yang harus dibayar sebuah perusahaan dan kesempatan untuk melakukan semuanya secara mandiri.” Hanya jika biaya melakukan hal-hal secara mandiri lebih tinggi dari melaksanakannya dalam kemitraan dengan yang lainnya, akan lebih baik perusahaan tersebut untuk bekerja sama.

Diaplikasikan pada mekanisme penyaluran dana dalam konteks rekonstruksi pascabencana, kami menyimpulkan aksioma berikut ini: “Selama biaya transaksi dalam menjalankan hal secara mandiri melebihi biaya melakukannya secara kerja sama dalam dana yang dikumpulkan, posisi donor akan lebih baik dengan bergabung.”

Aksioma ini terbukti dalam realita. Pemerintah dan para donor mendapatkan manfaat atas berkurangnya biaya transaksi saat sumber-sumber bantuan pemerintah digabungkan, seperti di bawah BRR, atau seperti yang terjadi pada “one-stop-shop” terintegrasi Tim Terpadu. Dalam kontras, seperti kasus beberapa donor nontradisional di Aceh-seperti Kuwait dan Arab Saudi yang memutuskan untuk tidak menyalurkan dana mereka melalui jalur multilateral atau skema pemberian bantuan multidonor-biaya transaksi yang dihasilkan baik oleh para donor maupun BRR (dengan menghabiskan waktu pengelolaan yang sempit pada kunjungan bilateral, dll) sangat tinggi relatif terhadap kontribusi yang mereka berikan.

70

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 11: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

dampak lebih besar yang tidak mungkin dilakukan oleh para pendonor kecil bila

kontribusinya lebih tersebar. Tapi manfaat ini tidak menarik bagi pendonor besar yang

mampu menyiapkan, mengevaluasi, menyetujui, dan mengerjakan proyeknya sendiri

dalam skala yang amat besar. Bagi pendonor jenis ini, bergabung ke dalam dana

perwalian tidak mengurangi ongkos transaksi tetapi bahkan dapat menambahnya karena

adanya usaha tambahan yang terkait dengan kolaborasi.

Kinerja

Pemerintah Jerman dan Jepang adalah dua di antara pendonor lain yang memilih

modalitas ini.

Pemerintah Jerman(i)

Biasanya, bantuan bilateral dari Jerman dilaksanakan melalui proyek dan program

bantuan. Untuk rekonstruksi Aceh dan Nias, Jerman memberi bantuan khusus sebesar

€ 170 juta, dari jumlah tersebut € 35 juta diberikan melalui German Agency for

Technical Cooperation (GTZ) dan € 135 juta sisanya diberikan melalui German Bank for

Reconstruction and Development (KfW).

Proyek-proyek yang dilaksanakan termasuk rekonstruksi dan perbaikan pelayanan

kesehatan di Aceh, rehabilitasi dan rekonstruksi sekolah kejuruan, sekolah menengah

Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) dibangun KfW di Banda

Aceh, 22 Agustus 2008.

Foto: BRR/Arif Ariadi

Bagia

n 4.

Mem

buah

kan

Hasil

Nya

ta:

Hubu

ngan

ant

ara

Moda

litas P

enya

luran

Dan

a da

n Ki

nerja

71

Page 12: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

ke atas, perumahan dan tempat permukiman,

odernisasi sekolah kejuruan, dukungan

tuk pemerintah lokal, dan rekonstruksi dan

ngembangan sistem mikrofinansial.

Pemerintah Jepang(ii)

Bantuan bilateral Jepang ke program pemulihan

eh-Nias sejumlah ¥ 14,6 miliar, yang dialokasikan

15 proyek yang diatur oleh Japanese International

operation System (JICS) sebagai badan pelaksana ((

ri Japanese International Cooperation Agency

CA).

Proyek yang dilaksanakan termasuk bantuan

tuk pusat-pusat pelatihan kejuruan, sekolah dan

iversitas, rehabilitasi kegiatan penangkapan ikan,

konstruksi rumah yatim piatu, jalan, pasar, klinik

sehatan, obat-obatan, serta pemulihan pengadaan

bersih dan sistem sanitasi.

Secara umum, proyek-proyek bantuan bilateral

ri Jerman dan Jepang berjalan baik, mendekati

nyelesaian pada akhir 2008. Tentu saja ada

berapa hambatan seperti bisa diprediksi

tuk bantuan sebesar itu. Kesalahpahaman

ntang peranan BRR pada bulan-bulan pertama

engganggu koordinasi; ketidakpastian mengenai

osedur pembebasan bea masuk menunda

ngeluaran peralatan sekolah dari Jerman senilai

32 juta,22 sedangkan masalah pembebasan tanah

engancam dibatalkannya proyek rehabilitasi pasar

empat yang dibiayai oleh Jepang.23 Namun,

lepas dari kesulitan-kesulitan kecil tersebut,

aksanaan pada umumnya berjalan lancar.

Efektivitas Pelaku yang Memakai Modalitas Off-Budget/Off- Treasury

Menjamurnya Lembaga-lembaga Bantuan

Keuntungan memakai modalitas off-budget ialah pelaksanaannya yang cepat, sebabt

badan bantuan tidak harusmengikuti siklus anggaran nasional yang lama dan ketat.

Namun, karena secara hukum lembaga-lembaga bantuan tidak bertanggung jawab

kepada pemerintah Indonesia, sulit untuk memonitor dan mengevaluasi sumbangan-

ke a

mo

unt

pen

(ii)

B

Ace

ke

Coo

dar

(JIC((

P

unt

uni

rek

kes

air

S

dar

pen

beb

unt

ten

me

pro

pen

Rp

me

set

terl

pel

Efe

Menghilangkan Kebingungan Para Donor

Kepala BRR, Kuntoro Mangkusubroto, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa para donor sebelumnya sering bingung harus berbicara dengan siapa jika ingin terlibat dalam rekonstruksi pascatsunami. "Sepertinya ada kebingungan di antara pihak-pihak yang ingin turut terlibat dalam usaha rekonstruksi mengenai badan pemerintah mana yang harus mereka hubungi."

"Selalu ada pertanyaan tentang bagaimana caranya turut mengambil bagian dalam proses rekonstruksi. Contohnya, pertanyaan yang kami terima dari pemerintah Jerman. Mereka bingung karena mereka terbiasa menghubungi kementerian di Jakarta sebelum datang ke Banda Aceh."

Sebagai tanggapan, Mangkusubroto mengatakan bahwa ia meminta pemerintah Jerman untuk datang langsung kepadanya atau badan yang dipimpinnya, BRR. "Jika menyangkut koordinasi, kewenangan atas semua aktivitas rekonstruksi di Aceh dan Nias, saya selalu mendorong badan-badan internasional atau LSM untuk pergi langsung ke Banda Aceh. Tidak perlu lagi ke Jakarta."

Menurut Mangkusubroto, satu-satunya badan yang kelihatannya masih bingung adalah JICA dari Jepang. "Kelihatannya mereka tidak mendapat informasi yang cukup menyangkut BRR. Saya harap bahwa begitu mereka mengerti bahwa BRR adalah satu-satunya badan yang telah diberikan kewenangan oleh pemerintah atas pembangunan kembali Aceh dan Nias, mereka akan datang kepada kami untuk mendiskusikan program mereka di Aceh dan Nias."

Sumber: The Jakarta Post, 11 Juni 2005

72

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 13: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

sumbangan mereka. Dalam kasus Aceh dan Nias, lebih sulit lagi karena ada 992 LSM,

badan-badan PBB dan donor bilateral yang memakai off-budget, umumnya mempunyait

sumber dana sendiri. Karenanya mereka tidak terdorong untuk berkerja sama sehingga

kemungkinan besar sumber daya akan berlebih dan mubazir serta kegiatan akan

tumpang-tindih.

Untungnya, meskipun banyak sekali pelaku yang terlibat, sebagian besar dana bantuan

terkonsentrasi hanya pada beberapa LSM dan donor besar, sehingga koordinasi lebih

mudah daripada yang dibayangkan. Ada 15 pelaku utama mencakup 80 persen dari

seluruh dana rekonstruksi. Penyumbang off-budget terbesar termasuk USAID, badan-t

badan PBB, dan Palang Merah Internasional.

Badan-badan Koordinasi

Seperti dikatakan pada bagian sebelumnya, dalam mengoordinasi kegiatan off-budget,t

BRR memakai dua jenis rapat untuk keharmonisan kegiatan dan menyelaraskan proyek

untuk kepentingan rakyat Aceh dan Nias:

Forum Koordinasi untuk Aceh dan Nias (CFAN)(a)

CFAN adalah forum koodinasi tingkat tinggi untuk berkoordinasi, dengan menyertakan

semua mitra pemulihan, baik pemerintah maupun LSM, untuk membicarakan kemajuan

Menteri Keuangan Sri Mulyani

berbicara di depan para peserta

CFAN 3. Jakarta, 24 April 2007.

Foto: BRR/Arif Ariadi

Bagia

n 4.

Mem

buah

kan

Hasil

Nya

ta:

Hubu

ngan

ant

ara

Moda

litas P

enya

luran

Dan

a da

n Ki

nerja

73

Page 14: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

kolektif dan tantangan-tantangan serta untuk menyediakan wadah yang kritis untuk

berbagi informasi dan menciptakan strategi untuk terus maju.

Lokakarya Persetujuan Catatan Konsep Proyek (PCN (b) Workshop).

Untuk koordinasi kegiatan LSM yang lebih baik, BRR mengharuskan pembuatan catatan

konsep proyek (PCN) oleh pengusul proyek. Proyek-proyek LSM tidak bisa bekerja tanpa

terlebih dulu mendapat persetujuan BRR. Lokakarya Persetujuan PCN adalah rapat tingkat

operasional yang diadakan untuk membicarakan dan menetapkan kelayakan proyek

yang diusulkan. Kriteria yang dipakai untuk mengevaluasi proyek termasuk penyelerasan

dengan masterplan dan pandangan sektoral, keikutsertaan masyarakat setempat dan

kelangsungan proyek.

Pada tahap awal pemulihan, lokakarya diadakan seminggu sekali, kemudian setiap

tiga minggu. Akhirnya, ketika jumlah proyek menurun selewat pertengahan 2008, rapat

diadakan sekali sebulan. Rata-rata 40 sampai 50 proyek dapat ditinjau pada setiap

lokakarya. Sebanyak 44 lokakarya yang diadakan BRR, sekitar 1.700 proyek yang ditinjau,

1.540 di antaranya disetujui.

Kinerja

Kinerja proyek yang menyalurkan dana dengan cara off-budget cukup berhasil. Darit

komitmen sebanyak Rp 3,38 triliun, Rp 2,67 triliun (79 persen) sudah dicairkan pada akhir

2008. Sebagian besar dari proyek yang belum selesai sudah berada pada tahap akhir,

dengan 106 (56 persen) dari 190 proyek akan selesai pada 2009.

Pertemuan CFAN Pertemuan CFAN terpusat kepada pencarian solusi masalah-masalah besar yang dihadapi selama masa kerja.

CFAN 1 (Oktober 2005). Membahas kendala serta tantangan. Pendirian Tim Terpadu, sebuah tim antarbadan yang menyatukan berbagai jasa pemerintah dalam satu tempat, merupakan buah hasil yang penting dari pertemuan pertama ini.

CFAN 2 (Mei 2006). Berfokuskan kepada lokalisasi dan pendirian Sekretaris Bersama.

CFAN 3 (April 2007). Diselenggarakan saat pertengahan mandat BRR, pertemuan ini berfokuskan kepada isu tematik dan persiapan laporan tengah masa yang terkonsolidasi.

CFAN 4 (Februari 2009). Pertemuan terakhir, CFAN perayaan yang meliputi pengakuan hasil prestasi, konsolidasi atas pelajaran yang didapatkan, dan masukan bagi kelanjutan koordinasi pasca-BRR.

74

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 15: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

KesimpulanSeperti pepatah Sichuan yang dipopulerkan oleh Deng Xiaoping, “Tidak soal apakah

kucingnya putih atau hitam. Selama dia dapat menangkap tikus, dia adalah kucing yang

baik.” Para donor boleh memilih mekanisme penyaluran dana yang berbeda-beda, tetapi

pada akhirnya mereka bertanggung jawab akan hasilnya. Alasan utama dalam memilih

satu di antara modalitas yang lain adalah efektivitas kinerjanya. Apa pun modalitas yang

dipilih, yang penting buat penyumbang dan penerimanya adalah hasil akhir.

Bagia

n 4.

Mem

buah

kan

Hasil

Nya

ta:

Hubu

ngan

ant

ara

Moda

litas P

enya

luran

Dan

a da

n Ki

nerja

75

Page 16: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2
Page 17: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Meraih dan Mempertahankan Akuntabilitas

Usaha mikro, kecil, dan

menengah (UMKM) di Aceh

kembali menggeliat dalam

waktu yang sangat singkat.

Tidak hanya mendapatkan

bantuan dana pendampingan,

UMKM tersebut juga

mendapatkan bantuan pelatihan

atau konsultasi pengelolaan

bisnis yang baik.

Foto: BRR/Arif Ariadi

Membangun KepercayaanAWALNYA, BRR harus berjuang untuk membentuk kredibilitas dan kepercayaan.

Ketika proses rekonstruksi dan rehabilitasi bergerak maju dan lebih banyak tanggung

jawab datang menghampiri, akuntabilitas muncul sebagai faktor yang kian penting dalam

mempertahankan kredibilitas dan kepercayaan.

Tak seperti sebagian besar badan-badan pemerintah, BRR adalah badan yang dibuat

untuk bertindak cepat dalam kondisi darurat. Faktor penting bagi efektivitas BRR adalah

adanya kapasitas badan ini untuk mampu bersikap responsif, fleksibel, dan berorientasi

pada solusi.

Bab sebelumnya menyorot sejumlah terobosan yang memungkinkan BRR untuk

melakukan pekerjaan mereka dengan lancar. Kebijakan-kebijakan serta prosedur-

prosedur terobosan ini amat bermakna sepanjang ada akuntabilitas dari lembaga

ini untuk mematuhi peraturan-peraturan terkait yang memperbolehkan terobosan

tersebut. Akuntabilitas menjadi lebih efektif ketika organisasi memiliki tanggung jawab

terhadap operasional dan efektivitas program-program dan lembaga-lembaga di bawah

pengawasannya. Memperlihatkan akuntabilitas mensyaratkan pengumpulan informasi

mengenai pencapaian yang akurat dan dilaporkan secara terbuka.

Bagia

n 5.

Mer

aih d

an M

empe

rtaha

nkan

Aku

ntab

ilitas

77

Page 18: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Mandat yang diberikan kepada badan ini menguraikan bahwa BRR memiliki

akuntabilitas secara hukum untuk pelaporan finansial bagi penggunaan dana APBN

yang digunakan. Lembaga ini juga bertanggung jawab atas pencatatan dan koordinasi

atas hasil-hasil rekonstruksi yang diterapkan oleh organisasi lainnya baik internasional

maupun nasional. Kerangka kerja akuntabilitas BRR memerlukan rancangan khusus

guna mewujudkan kebutuhan para mitra yang beragam di dalam struktur peraturan

pembiayaan publik pemerintah RI kepada siapa BRR harus bertanggung jawab. BRR

harus menciptakan kerangka kerja yang mengandung modalitas yang layak dan pilihan

penyaluran dana untuk mempercepat pemberian asupan dan pemberian bantuan bagi

pihak-pihak penerima manfaat yang harus segera ditolong.

Sebagai tambahan, mandat sistem akuntabilitas yang diemban BRR menempatkannya

di jajaran lembaga kementerian, BRR juga ditempatkan serta melaksanakan sistem

akuntabilitas nonmandat yang dikembangkan dari sistem mandat. Sistem-sistem

akuntabilitas nonmandat memiliki bonus tambahan dalam memfasilitasi koordinasi kerja

BRR.

Setiap sistem akuntabilitas memiliki alat dan metode untuk penggunaannya. Bab ini

mendiskusikan sistem pelaporan dan alat yang digunakan BRR untuk memungkinkan

penggunaan akuntansi, hasil-hasil program rekonstruksi, dan pencapaian-pencapaian

yang jelas dan akurat.

Sebuah Catatan mengenai Kepatuhan dan Efektivitas

Pandangan atas kepatuhan terhadap akuntabilitas berakar dari sejarah, teori, serta

praktik dari pemerintah RI. Pandangan mengenai akuntabilitas beranggapan bahwa

operasi yang benar adalah setiap langkah terdokumentasikan dengan baik dan dilakukan

menurut peraturan yang ada untuk memastikan dana digunakan secara benar dan untuk

menyediakan catatan yang lengkap dan akurat mengenai apa yang sudah dicapai.

Akuntabilitas finansial adalah bentuk kepatuhan terhadap akuntabilitas, karena

hal ini berkaitan dengan cara pemerintah menggunakan serta memperlakukan dana

mereka. Apakah dana sudah disalurkan secara jujur? Sudahkah pemerintah bertindak

sesuai dengan harapan? Sudahkah pemerintah memenuhi harapan dengan mematuhi

peraturan? Akuntabilitas finansial bisa diukur melalui kepatuhan terhadap peraturan-

peraturan.

Amatlah penting untuk dipahami, hingga hari ini, belum ada kerangka kerja yang

mengatur manajemen bencana nasional yang bisa akuntabel. BRR karenanya dimintai

akuntabilitasnya terhadap peraturan-peraturan yang diciptakan di bawah kondisi normal,

kebalikan terhadap mandat yang diberikan pada mereka untuk bisa bereaksi secara cepat

dan fleksibel. Sebagai organisasi baru, BRR tidak memiliki prosedur sebelumnya yang

78

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 19: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Kerangka Kerja Hukum

Tipe Laporan Mekanisme Dana IndikatorSumber

InformasiDiberikan

kepada

Presiden PenggantiUU (Perppu)No.2/2005

Finansial

Laporan Anggaran (terdiri atas):1.LRA2. Neraca3. Catatanatas LaporanKeuangan

On-budget/on- treasury &on-budget/off- reasury

• Tingkat Penyaluran • Status Finansial

Laporan Satkerdan KPPN

• Presiden melalui Depkeu•Kewajiban auditoleh BPK

Kinerja

Laporan Kinerja

Semua mekanismedana (On-budget/on-treasury;on -budget/off-treasury,& off-budget/off-treasury Outputs

(Indikator Kinerja)

Laporan SatkerKPPN dan RAN Database

Presiden melalui Depkeu

LAKIPOn-budget/off- treasury Satker dan KPPN MenPAN

Tabel 5.1 Sistem Tanggung Jawab Mandat

sudah siap untuk dijalankan; prosedur-prosedur ini dibuat sepanjang bulan-bulan awal

operasi, di masa BRR berupaya mengarahkan tanggapan guna memenuhi kebutuhan

masyarakat yang terkadang sejumlah peraturan yang diciptakan untuk situasi normal

dapat mengganjal. Dalam kondisi seperti ini, kepatuhan terhadap kerangka kerja hukum

ternyata justru berfungsi untuk membatasi efektivitas organisasi dan waktu untuk

merespons dengan cepat.

Akuntabilitas kinerja berkaitan dengan output, hasil kerja, dan outcome, hasil akhir,

yang diproduksi dari masukan. Apakah organisasi telah mencapai hasil yang diinginkan?

Apakah organisasi telah mampu mencapai target pencapaian yang jelas? Untuk

menciptakan akuntabilitas atas hasil kerja, kita harus membingkai harapan kita dalam arti

hasil-bukan peraturan, regulasi, atau proses. Dalam pengertian ini, akuntabilitas kinerja

bukanlah akuntabilitas dalam bentuk kepatuhan (Behn, 2001). Model yang lebih sesuai

dalam konteks rekonstruksi adalah akuntabilitas yang efektif. Efektivitas adalah alat ukur

terhadap tujuan pencapaian. Program yang efektif mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan jauh sebelumnya (Wolf and Hassel, 2001). Rencana Induk dan revisinya jelas

merinci harapan-harapan dari rekonstruksi, karenanya tanggung jawab pencapaian bisa

diukur dengan membandingkan hasil keluaran dibandingkan rincian harapan-harapan.

Cara ini adalah kebalikan dari mengukur proses yang digunakan untuk menciptakan hasil.

Bagia

n 5.

Mer

aih d

an M

empe

rtaha

nkan

Aku

ntab

ilitas

79

Page 20: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Akuntabilitas MandatSistem-sistem akuntabilitas adalah cara untuk membuat lembaga-lembaga pemerintah

akuntabel terhadap pencapaian mereka atau melesetnya target pencapaian mereka, dan

untuk penggunaan atau penyalahgunaan dana. Sistem ini membatasi jangkauan BRR

bisa menyimpang dari tanggung jawab mereka sebagaimana yang sudah ditetapkan

oleh Peraturan Presiden Pengganti Undang-Undang No. 2/2005. Dengan beragam

jenis modalitas dan jalur penyaluran dana yang tersedia bagi donor, BRR akuntabel

atas penggunaan dana on-budget APBt N juga terhadap kontribusi dana bilateral

dan multilateral, dan atas pencatatan hasil dana off-budget yang dikelola oleht LSM.

Akuntabilitas mandat BRR terdiri atas dua komponen: finansial dan kinerja.

Akuntabilitas Finansial

Lingkup mandat BRR termasuk manajemen atas mekanisme dana bukan saja kegiatan

rekonstruksi terpusat yang didanai pemerintah RI, melainkan juga dana yang dicairkan

dan diterapkan oleh LSM internasional, dalam negeri, dan donor. BRR bertanggung jawab

secara hukum atas pelaporan finansial dari penggunaan dana on-budget. Bagi proyek-

proyek off-budget, BRR mengandalkan pada mekanisme para mitra untuk melaporkant

keberhasilan finansial mereka.

Bagian ini mengulas laporan pembiayaan proyek-proyek on-budget yang berada dit

bawah tanggung jawab mandat BRR.

Peran Satker di dalam Proses Pertanggungjawaban (a)

BRR melaporkan ribuan proyek yang diterapkan dengan menggunakan dana

pemerintah Indonesia dengan cara menelusuri pencairan dana proyek. Hal ini dilakukan

melalui satuan kerja atau Satker. Satker bertanggung jawab dalam menerapkan dan

melaksanakan proyek-proyek BRR di tingkat kabupaten dan berada di garis depan dalam

melihat pencairan dana.

Sepanjang masa kerja BRR ada lebih dari 900 Satker di seluruh NAD dan Nias. BRR

membuat sistem dan prosedur pelaporan finansial yang ketat bagi pelaksanaan proyek.

Satker di lokasi melaporkan langsung kepada Deputi Keuangan dan Perencanaan. Semua

Satker harus dimintai akuntabilitasnya atas pekerjaan mereka. Sistem akuntabilitas

langsung ini memungkinkan BRR untuk mengawasi penggunaan dana tanpa melewati

administrasi yang berlapis-lapis. Hal ini menciptakan sistem akuntabilitas yang jauh lebih

sederhana.

BRR memonitor sistem ini untuk memastikan agar lembaga itu melaksanakan tugas

sesuai dengan mandat yang diberikan. Setiap Satker melapor secara berkala setiap bulan

kepada Direktorat Akuntansi di bawah Deputi Keuangan dan Perencanaan yang secara

bergiliran memeriksa pengeluaran lalu mengonsolidasikan laporan kepada semua Satker.

BRR melengkapi laporan finansial bulanan yang sudah dikonsolidasikan. Rekonsiliasi

dilakukan dengan Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara-Khusus (KPPN-K) untuk

80

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 21: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Gambar 5.2 Jalur Pelaporan Finansial Organisasi BRR

Gambar 5.1 Struktur Finansial Satker

memungkinkan penghitungan waktu dan perbedaan pencatatan. Laporan disesuaikan

menurut peraturan dan diberikan kepada seluruh partisipan; untuk memastikan

integritas. Setelah laporan diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), laporan-laporan

ini lalu dibuka untuk memperoleh masukan publik.

KETUA SATKER

PPK PEJABAT SPM BENDAHARA

BBerwenang g unttukk

MMen dandatanga ini

konkonkontratratrak ak ak atastastas nana namamama

pempemerierintantahh

MemMemMemberberberikaikaikan on on otortortorisaisaisasisisi

penpenpengelgelgeluaruaruarananan

angangggargarg anan

pempemerierintantahh

BBerwenang g unttukk

MMemproses se itiap

pempempembaybaybayaraaraarannn

ataatas os otortorisaisasisi

PPKPPKPPK dada dan sn sn sesuesuesuaiaiai

aloaloalokaskaskasi ai ai anggnggnggaraaraarannn

pempemp erierintantahh

BeBerwrwenenanangg g ununtutukk

MMemiliilikiki kkewenangan

untuntuntukuk uk menmenmengelgelgelolaolaola

dandana oa operperasiasionaonal dl dariari

SatSatkerker

RegionalI

RegionalII

RegionalIII

RegionalIV

RegionalV

RegionalVI

Kepala Bapel BRR

Deputi Keuangan Deputi Operasi

Deputi Sektoral

Deputi Sektoral

Deputi Sektoral

Deputi Sektoral

Deputi Sektoral

Deputi Sektoral

Deputi Sektoral

SATKER SATKER SATKER SATKER

Bagia

n 5.

Mer

aih d

an M

empe

rtaha

nkan

Aku

ntab

ilitas

81

Page 22: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Menurut peraturan finansial publik, Satker harus mematuhi

peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Proses

nternal, struktur, dan akuntabilitas sebuah Satker diatur

oleh Peraturan Menteri No.66/2005. Meskipun begitu, dalam

konteks penerapan BRR, terdapat sejumlah perbedaan bila

dibandingkan dengan Satker-Satker biasa.

Menurut perubahan yang signifikan tentang peraturan

pengadaan barang dan jasa publik Indonesia, Satker-Satker

BRR diizinkan untuk menunjuk petugas nonsipil untuk menjadi

komite penawaran.24 Tanggung jawab fidusia terletak pada

kepala Satker yang akan melapor secara bergilir kepada

Direktur Keuangan BRR. Pengadaan dilakukan oleh komite

penawaran independen yang ditunjuk oleh Satker. Komite

penawaran ditugaskan untuk mengadakan penyediaan

makanan dan jasa sesuai dengan hukum pemerintah RI

mengenai pengadaan.25 Kotak Akuntansi untuk Pembayaran

Tender menjelaskan sistem akuntabilitas untuk pembayaran

penawaran.

Perbedaan lain adalah, pelaku atau pekerja rekonstruksi

Satker-Satker harus dikontrak hanya selama satu tahun,

dan para pekerja itu sering berasal dari beragam lembaga

pemerintah dan departemen. Tiap kepala Satker dikontrak

untuk menghasilkan hasil kerja yang spesifik dalam satu masa

periode fiskal. Kontrak harus diperbarui atau diselesaikan

di akhir setiap periode fiskal, sementara imbalan diberikan

berdasarkan pencapaian target. Menjelang selesainya proyek, Satker menyerahterimakan

seluruh hasil kerja proyek, dokumen, operasional (contoh: furnitur, peralatan, kendaraan)

dan aset tetap (contoh: jalanan, jembatan, pusat kesehatan) yang dibangun sebagai

bagian proyek BRR, lalu, seluruh karyawan harus disudahi masa kerjanya.

Konsekuensi yang kurang menguntungkan dari kontrak-kontrak jangka pendek

tahunan ini adalah dampak dari memori kelembagaan setiap Satker. Berasal dari beragam

badan pemerintah, karyawan baru Satker belum terbiasa untuk segera bertindak dalam

mengerjakan kebutuhan rekonstruksi dan rehabilitasi. Ketika personel Satker mulai

membina mental siap bertindak, masa periode kontrak yang terbatas mengakhiri

keterlibatan mereka dalam proses rekonstruksi, mengganggu akumulasi dan akulturasi

pengetahuan.

Laporan Finansial (b)

Pencatatan yang lengkap dan akurat seluruh transaksi finansial diperlukan untuk

memperlihatkan bagaimana uang yang berasal dari pembayar pajak digunakan.

p

in

o

k

d

p

B

k

k

D

p

p

m

m

T

p

S

d

p

u

p

d

Akuntansi untuk Pembayaran Tender

Satker, menggunakan technical assistance di mana perlu, mengulas keputusan panitia lelang dan menandatangani kontrak dengan pemenang lelang. BRR membangun dan menerapkan proses verifikasi pembayaran:

Pembayaran pertama biasanya dilakukan pada saat penandatanganan kontrak dan dikeluarkannya surat perintah kerja (SPK). Di Aceh kontrak ini diulas oleh KPPN–K.

Pembayaran wajib ditinjau oleh Satker untuk melihat kemajuan fisik tentang hasil kerja kontraktor, kemudian surat verifikasi dikeluarkan setelah membuktikan kemajuan hasil kerja, yang lalu menjadi dasar bagi kontraktor untuk mengeluarkan faktur (invoice).

KPPN-K saat menerima faktur merujuk kepada database kontraktor, mengulas otorisasi dan verifikasi serta memeriksa apakah masih ada dana yang tersedia guna mengakomodasi pembayaran.

82

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 23: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Definisi tentang transaksi finansial termasuk aliran dana dari APBN, pembelanjaan,

dan juga uang yang dihutang atau dipinjamkan. Berdasarkan periode, transaksi finansial

seharusnya sesuai dengan jumlah anggaran, kecuali bila ada perubahan yang disetujui

sebelumnya.

Saat didirikannya, BRR diberikan mandat dengan Perppu No.2/2005 untuk memberikan

laporan keuangan kementerian/lembaga, sama dengan jajaran kementerian lain.

Laporan pertanggungjawaban finansial mengikuti sistem akuntansi nasional bagi seluruh

pengeluaran dalam APBN, sesuai standar akuntansi pemerintahan (SAP) pemerintah

RI. SAP terdiri atas standar akuntansi yang ada dan dimodifikasi pada 2005 agar bisa

lebih diterima secara meluas. BRR harus menyerahkan laporan finansial pertengahan

tahun, tahunan, dan final kepada Kementerian Keuangan. Kementerian Keuangan

mengonsolidasikan seluruh laporan keuangan kementerian dan provinsi secara bergilir

untuk menciptakan laporan pertanggungjawaban finansial nasional.

Laporan finansial BRR terdiri atas sejumlah komponen. Yang pertama adalah laporanYY

realisasi anggaran (LRA). LRA merinci pencairan dana yang dibuat dibandingkan

dengan komitmen anggaran yang sudah dinyatakan. Laporan ini penting dalam melihat

kapasitas penggunaan yang mencakup dan saling berkaitan dari sebuah organisasi

sepanjang periode waktu kerjanya. Kedua adalah neraca, yang merupakan cuplikan dari

status finansial berdasarkan waktu tertentu. Komponen terakhir adalah catatan atas

laporan keuangan (CALK). Dua komponen pertama memberikan gambaran mengenai

progres gambaran angka, sedangkan CALK memberikan naratif pada angka untuk

membantu menjelaskan

dan mengklarifikasi status

finansial.

Target-target Finansial (c)

Di awal BRR, dana

dialokasikan kepada

kelompok-kelompok

sektoral oleh DPR-RI dimulai

pada akhir 2005, dengan

berkonsultasi dengan BRR,

Bappenas, dan pemerintah

setempat. Perkiraan

rekonstruksi dan rehabilitasi

kerusakan digunakan sebagai

dasar untuk melakukan

alokasi-alokasi. Setelah

ulasan tengah tahun pada

Juni 2007 dan analisis lebih

jauh terhadap permintaan,

Tabel 5.2. Alokasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi per Sektor (Jutaan Rp)

SektorRencana Induk *

Alokasi 2005

Revisi Alokasi Rencana Induk (2008)Termasuk Mekanisme Pendanaan dan Rehabilitasi

Aceh-Nias

APBN Non-APBN Total

Perumahan 579.021 880.454 1.089.411 1.969.865

Infrastruktur 2.208.505 1.423.710 696.452 2.120.162

Masalah Sosial 1.566.021 415.866 1.146.557 1.562.423

Pembangunan Ekonomi

161.182 324.181 482.407 806.588

Pembangunan Institusi

657.096 203.183 300.997 504.180

Manajemen 0 223.846 139.362 363.208

TOTAL 5.171.825 3.417.240 3.855.186 7.272.426

*Alokasi yang dibentuk DPR-RI pada 2005.

Bagia

n 5.

Mer

aih d

an M

empe

rtaha

nkan

Aku

ntab

ilitas

83

Page 24: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Rencana Induk diperbaiki untuk menutup biaya US$ 7,2 miliar dari sebelumnya

US$ 5,2 miliar. Rencana Induk di tahap ini dianggap mewakili kepentingan komunitas

Aceh sepenuhnya. Hasil alokasi dana menurut sektor diperlihatkan di Tabel 5.2.

Peran Audit(d)

Laporan finansial tahunan BRR wajib diaudit oleh BPK. Laporan evaluasi independen

terhadap akurasi pernyataan finansial BRR, dengan objektif menyediakan pendapat bagi

laporan organisasi.

Awal 2006, BRR menyerahkan laporan finansial berkala kepada

BPK, BPK lalu memberikan opini terhadap setiap laporan.26

Audit dilakukan untuk mengevaluasi validitas dan

eliabilitas tentang informasi yang disediakan oleh sistem

organisasi, proses, atau proyek-proyek dan juga menilai sistem

inansial. Sebuah audit memastikan suatu pihak jujur dengan

menggunakan kejujuran sebagai target dan nilai yang bisa

diukur, menggunakan kepatuhan dengan SAP sebagai alat ukur

dari kejujuran. Setiap perselisihan atau hal yang tidak akurat

harus dibahas dan diperbaiki. Biasanya, sebuah audit akan

menunjukkan kesalahan akuntansi yang sederhana. Sementara

tu, di saat lain, bisa juga menunjukkan isu yang lebih serius

seperti penipuan yang mungkin bisa terlihat selama masa audit

berlangsung.

Sebagaimana disebutkan di bab-bab sebelumnya, BRR harus

bekerja cepat di bawah sejumlah kendala dari peraturan-

peraturan umum, yang dirancang bagi kondisi normal, dan

karenanya tidak dapat mengakomodasi konteks pascabencana.

Setelah proses audit laporan finansial BRR 2006, BPK

mengeluarkan pendapat “tidak memberikan pendapat (TMP)”

dalam pengkajian BRR trust fund dan mekanisme penyaluran danad

bagi proyek-proyek tertentu dan menyimpulkan proyek-proyek

tu tidak mematuhi peraturan yang ada. Proyek-proyek tersebut

adalah Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pemukiman Berbasis

Komunitas (ReKompak) yang didanai melalui Unit Manajemen

Proyek; beasiswa bagi kelanjutan pendidikan perawatan

kesehatan di NAD yang disalurkan melalui BRR dan Jurusan

Akademi Keperawatan dari Unsyiah; dan Rekening Komite

Beasiswa Banda Aceh.

Pandangan mengenai ketidakpatuhan berkenaan dengan

pendapat bahwa BRR Trust Fund, ReKompak, dan Rekening Komite

Beasiswa Banda Aceh telah menyimpang dari peraturan normal.

b

p

k

S

m

d

b

it

a

K

P

k

A

B

p

B

BRR Trust FundSeperti disebut di Bab 3, BRR Trust Fund

account dibuat berdasarkan surat otorisasi dari Menteri Keuangan yang memungkinkan dana yang belum digunakan untuk disalurkan ke tahun berikutnya dengan tujuan untuk mengadakan dana bagi proyek-proyek yang tertunda. Proyek-proyek yang didanai melalui trust fund tidak diberikan pengecualian standar nasional dari tanggung jawab dan transparansi; BRR mempertahankan komitmennya untuk mematuhi standar hukum. Rekening dana perwalian ini dibuat untuk menyediakan kecepatan, ketahanan serta fleksibilitas dari proyek-proyek di kawasan pascabencana. Rekening serupa didirikan untuk mempercepat proses pendanaan pascabencana dalam kasus pemulihan gempa bumi Yogyakarta.

B

re

o

fi

m

d

d

h

m

it

s

Pendapat (Opini) BPKUntuk setiap laporan finansial, BPK memberikan

salah satu dari pendapat berikut:

WTP – Wajar Tanpa Pengecualian •

WDP – Wajar Dengan Pengecualian •

TMP – Tidak Memberikan Pendapat •

TW – Tidak Wajar •

84

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 25: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Kondisi ini dirancang dalam merespons kebutuhan rekonstruksi: di kasus pertama,

kebutuhan untuk menjaga dana anggaran yang tersisa dari satu tahun ke yang lain bila

diperlukan dana tambahan di tahun berikutnya, sementara di kasus kedua dan ketiga ada

keperluan akan mekanisme penyaluran dana yang cepat.

Saat itu, peraturan yang ada tidak bisa berfungsi di saat diperlukan tindakan darurat

semasa rekonstruksi berlangsung. Kepatuhan mendapatkan prioritas yang lebih rendah

dibandingkan dengan kebutuhan akan pengerjaan tempo singkat dan fleksibilitas dalam

melaksanakan respons pascabencana.

Kabapel BRR Kuntoro

Mangkusubroto (tengah)

didampingi Deputi Keuangan

dan Perencanaan, Amin Subekti

(kiri), menyaksikan Kepala

kantor perwakilan BPK di Banda

Aceh, Ir. Abdul Rifal Saleh,

menandatangani hasil-hasil Audit

BPK. Banda Aceh, 20 November

2008. Foto: BRR/Arif Ariadi

Opini Jumlah OrganisasiJumlah dana (Rp

juta)Persentasi dari

Dana

WTP 17 89.373.031,22 11,79%

WDP 31 18.279.991,67 2,41%

TMP 37 649.066.668,52 85,66%

TW 1 1.016.011,82 0,13%

Total 86 757.735.703,23 100%

Tabel 5.3 Opini BPK untuk Jajaran Kementerian 2007

Sumber: BPK 2009

Bagia

n 5.

Mer

aih d

an M

empe

rtaha

nkan

Aku

ntab

ilitas

85

Page 26: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Dalam menjaga akuntabilitas kepatuhan, kerangka kerja untuk menjaga akuntabilitas

harus disesuaikan agar sesuai dengan konteks pascabencana. Dalam kondisi seperti

itu, perubahan dari prosedur normal tidak selalu berarti penyalahgunaan. Perubahan

esensial perlu dilakukan. Pendapat BPK mengenai laporan finansial BRR pada 2006

mengimplikasikan prosedur standar pemerintah RI dalam melakukan audit tidak sesuai

diterapkan dalam konteks pascabencana. Setelah pergeseran paradigma sesuai konteks

pascabencana, audit BPK terhadap penggunaan dana BRR Trust Fund mengindikasikand

tidak adanya masalah yang signifikan.

Pada 2007, BRR adalah satu dari 17 di luar 86 jajaran kementerian yang menerima opini

”wajar tanpa pengecualian (WTP)” terhadap laporan keuangan dari BPK (.). Mayoritas

jajaran kementerian (31 badan) menerima ”wajar dengan pengecualian (WDP)” atau

”tidak memberikan pendapat (TMP)” (37 badan). Kontras dengan BRR, banyak dari 17

badan yang menerima WTP sudah lama dibentuk dan mengelola jumlah aset dan dana

yang relatif kecil, sama dengan kira-kira 12 persen dari total APBN (BPK 2009).

Memperoleh WTP atas laporan BRR merupakan pencapaian yang luar biasa, terutama

mengingat badan ini harus mengelola jumlah dana terbesar (US$ 2 miliar untuk

rekonstruksi) dibanding badan-badan lainnya.

Akuntabilitas Kinerja

Komitmen dana oleh pemerintah dan nonpemerintah harus terwujud menjadi hasil

nyata. Sebagaimana dinyatakan pada mandat, BRR diminta bertanggung jawab atas

keberhasilannya di Aceh dan Nias. Untuk mengukur efektivitas kerja BRR, Rencana Induk

yang telah direvisi menguraikan sejumlah target hasil rekonstruksi. Sebagai badan yang

setara dengan kementerian, BRR bertanggung jawab secara hukum untuk melaporkan

hasil kerja tentang penyaluran dana yang disalurkan melalui mekanisme on-budget. Lebih

jauh lagi, peran ganda BRR sebagai badan koordinasi mewajibkan badan ini untuk juga

melaporkan hasil kerja dari penggunaan dana off-budget.

* KPI belum dicapai ketika masa kerja BRR dialihkan ke Rencana Kerja Pemerintah 2009 (lebih

lanjut lihat Bagian 7).

Tabel 5.4 94% dari Keseluruhan Key Performance Indicators (KPI) Telah Tercapai

Sub Sektor

Kategori Pencapaian Persentase

BIRU HIJAU KUNING JINGGA MERAH Total Keseluruhan> 100% 76-99% 51-75% 26%-50% <25%

Infrastruktur 59 6 2 1 3 71

Pengembangan Kelembagaan 106 3 2 111

Pembangunan Ekonomi 125 6 5 8 7 151

Perumahan dan Permukiman 40 2 1 2 45

Agama, Sosial dan Budaya 265 12 8 5 9 299

Persentase 87,89% 4,28% 2,36% 2,36% 3,10% 100.00%

86

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 27: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Tabel 5.5 KPI yang Tercapai pada Sektor Perumahan dan Permukiman

Sub Sektor

Kategori Pencapaian Persentase

BIRU HIJAU KUNING JINGGA MERAH Total Keseluruhan> 100% 76-99% 51-75% 26%-50% <25%

Administrasi Pertanahan

20 1 1 2 24

Perumahan 3 3

Perencanaan Tata Ruang

17 1 19

Total 40 2 1 2 46

Target Kinerja(i)

Di Bab 2, kita membahas perubahan dibuat terhadap Rencana Induk untuk

mengakomodasi kebutuhan lapangan dengan lebih baik. Rencana Induk yang direvisi

berfungsi menjadi kompas untuk mengukur hasil kerja melalui indikator kinerja utama

(key performance indicators-KPI) yang sudah ditetapkan. Indikator-indikator yang telah

ditetapkan ini mencakup pengukuran akuntabilitas pencapaian yang bisa diterima dan

dianggap efektif dari segi upaya oleh BRR dan mitranya. Secara keseluruhan, terdapat 678

KPI di lima sektor-sektor utama.

Sebagai tambahan melaksanakan evaluasi paruh waktu (mid-term review-MTR), BRR

melaksanakan inventarisasi mengukur kemajuan di setiap sektor. Tabel 5.4. adalah contoh

hasil dari proses inventarisasi di dalam sektor perumahan dan tempat tinggal.

Pada awalnya, ditetapkan pencapaian BRR yang dianggap memuaskan adalah bila

mencapai 85-100 persen dari Indeks Kinerja Utama (IKU) keseluruhan. Pada Desember

2008, 94 persen dari KPI Rencana Induk telah tercapai. Inventarisasi KPI memperlihatkan

bahwa melewati proses pencairan dana yang menyakitkan menghalangi dan menggeser

pendekatannya untuk meningkatkan koordinasi, BRR berhasil untuk menjalankan upaya

rekonstruksi sesuai dengan target dari revisi Rencana Induk pemerintah RI.

Proses Pelaporan Pencapaian (ii)

Seperti telah disebut di awal, Satker memainkan peran kunci dalam melaporkan

progres pelaksanaan proyek. Satker bertindak sebagai perpanjangan tangan BRR di lokasi

untuk memonitor dan mencatat output atas dana t on-budget saat digunakan. Sementara t

untuk hasil penggunaan dana off-budget, IKU dicapai oleh t LSM dan mitra pelaksana yang

lain dimonitor melalui RANdatabase.

Laporan Pencapaian(iii)

Menurut Perppu No.2/2005, BRR harus melaporkan laporan akuntabilitas kinerja

tengah tahun, tahunan, dan final. Laporan akuntabilitas kinerja adalah laporan inklusif

Bagia

n 5.

Mer

aih d

an M

empe

rtaha

nkan

Aku

ntab

ilitas

87

Page 28: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

(terbuka/menyeluruh/mencakup seluruhnya) mencakup hasil kerja yang didanai seluruh

mekanisme jalur penyaluran dana. Karena standar nasional bagi laporan hasil kerja hanya

cocok bagi proyek-proyek dengan dana on-budget, BRR ditugaskan untuk membuat t

format laporan yang bisa menunjukkan laporan hasil kerja on dan off-budget. Format

laporan kinerja yang dibuat BRR mencakup perbandingan kemajuan IKU dibandingkan

dengan target dari revisi Rencana Induk. Dalam pelaksanaannya, BRR hanya melaporkan

hasil kerja dari semua partisipan rekonstruksi, bukan hasil akhir.

Membuat laporan pencapaian ini bukanlah tanpa tantangan. Ketika keluaran dari

proyek-proyek on-budget dapat diukur dengan mudah dan setara dengan IKU revisi t

Rencana Induk, sedangkan bagi IKU proyek-proyek off-budget memiliki kisah yang t

berbeda. Tak ada standar yang dapat diterima secara meluas bagi laporan progres dari

off-budget. RANdatabase adalah kunci dalam pencatatan pencapaian finansial dan hasil

kerja, awalnya tidak menerapkan revisi Rencana Induk; belakangan, ketika para mitra

diminta untuk melaporkan IKU mereka, mereka kerap melakukannya sesuai dengan

IKU yang berbeda dari apa yang didefinisikan oleh Rencana Induk. Lebih jauh lagi,

akurasi RANdatabase harus tergantung kepada pelaporan oleh mitra-mitra rekonstruksi.

Sementara Satker di lapangan melaporkan progres pelaksanaan menurut standar

pemerintah, contohnya IKU revisi Rencana Induk. Standar yang berbeda bagi pengukuran

IKU mempersulit proses pelaporan BRR, dan sebagai akibatnya mengompromi

kelengkapan serta akurasi laporan.

LAKIP(iv)

Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) adalah standar pelaporan

nasional setingkat kementerian dan pemerintah daerah. LAKIP melaporkan hasil

kerja yang dihasilkan oleh dana on-budget. Sebagai standar nasional bagi pelaporan

pencapaian, format LAKIP adalah salah satu yang dapat diikuti oleh BRR untuk kegiatan-

kegiatan on-budget. LAKIP dilaporkan setiap tahun kepada Kementerian Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara.

Pengalaman di Aceh dan Nias menunjukkan bahwa LAKIP, sistem pelaporan tanggung

jawab nasional, terlalu sempit bagi lingkup tujuan-tujuan rekonstruksi; sehingga gagal

untuk memasukkan komponen off-budget yang memiliki dampak signifikan pada t

keseluruhan hasil. Pemerintah RI tidak memiliki sistem akuntabilitas yang terintegrasi

bagi hasil on dan off-budget. Sementara BRR yang pertama dari jajaran kementerian yang

diberikan mandat untuk melaporkan hasil kerja dana on dan off-budget, BRR juga bukant

yang terakhir. Sistem akuntabilitas yang terintegrasi dapat mengatasi hasil kerja dari on

dan off-budget dengan standar pencatatan dan pelaporan yang adil diperlukan padat

tingkat nasional.

Penghargaan (v)

Ketika meninjau LAKIP yang dilaporkan, Kementerian Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara membandingkan pencapaian dari setiap badan dengan sejumlah

target yang sudah ditetapkan sebelumnya. Di 2006, BRR menerima penghargaan untuk

88

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 29: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

pencapaiannya di peringkat satu, sebagaimana diperlihatkan dalam LAKIP. Pada 2007,

meski BRR tidak menerima peringkat setinggi badan yang lain, BRR masih memperoleh

penghargaan karena melaporkan LAKIP mereka tepat waktu.

Nilai Tambah Sistem AkuntabilitasBRR menyediakan sistem akuntabilitas bagi partisipan dalam program rekonstruksi

dan rehabilitasi di Aceh dan Nias yang bahkan melampaui hukum Indonesia. Sistem

akuntabilitas ini juga menciptakan transparansi dalam proses rekonstruksi bersama.

Transparansi berkaitan dengan keterbukaan. Hal ini menyangkut kemampuan melihat

keputusan-keputusan yang dibuat serta bagaimana keputusan-keputusan itu diambil,

seperti halnya bagaimana dan kapan keputusan-keputusan itu diterapkan setelah

disetujui. Akses terhadap informasi juga penting bagi terjadinya transparansi. Paragraf

berikut memberikan contoh mengenai sistem informasi yang transparan yang diterapkan

BRR untuk menciptakan transparansi pada hasil-hasil kerjanya selama empat tahun.

Pangkalan Data Pemulihan Aceh-Nias

Sebagaimana disebut dalam Bagian 2, Pangkalan Data Pemulihan Aceh-Nias,

RAN Database, dibuat di akhir 2005 untuk mendaftarkan dan memonitor donor dan

program-program LSM, dan untuk memonitor progres fisik serta penerapan finansial

off-budget. Pembangunan-pembangunan dibuat pada sistem memungkinkan terjadinya

pemantauan terhadap komitmen dan penyaluran dana setara dengan output yang

dihasilkan oleh dana dan badan-badan penerapan. Sistem informasi yang padat karya

dan saling tumpang-tindih menciptakan keraguan mengenai akurasi dan kelengkapan

data. Untuk mengatasi hambatan-hambatan, Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) dan

Direktorat Akuntansi dan Manajemen Aset mengambil kegiatan-kegiatan sosialisasi,

atau outreach, untuk menambah tingkat kepatuhan dan memastikan badan-badan

mengonfirmasikan data yang mereka kumpulkan. Saat BRR mengakhiri masa tugasnya,

RANdatabase mencapai tingkat kepatuhan 92 persen dan hampir 70 persen dari

badan-badan yang tercatat telah mengonfirmasikan keberhasilan mereka.27 Pada 2008

RANdatabase menerima penghargaan bergengsi untuk kategori teknologi dari Future

Governance Asia Pacific Consortium.

Sistem Manajemen Aset dan Informasi SIMAS/ SABMN(i)

Sistem Manajemen Aset dan Informasi, SIMAS, dibuat oleh BRR sebagai aplikasi

pendukung bagi sistem manajemen yang sudah ada yang dikenal sebagai Sistem

Akuntabilitas Barang Milik Negara (SABMN), yang dimiliki oleh Menkeu. SABMN mencatat

informasi yang penting seperti lokasi, nomor kontak, tipe-tipe aset, dan pengguna setiap

aset. Rincian ini mengonfirmasikan keberadaan dari aset dan kondisi aset (berdasarkan

pada 11 klasifikasi).

Bagia

n 5.

Mer

aih d

an M

empe

rtaha

nkan

Aku

ntab

ilitas

89

Page 30: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Pada 2008 SIMAS dikembangkan lebih jauh. Sistem ini mengintegrasikan

data dari RANdatabase, untuk membantu BRR (UNDP-MDF) memverifikasikan

pertanggungjawaban keberadaan aset untuk diserahterimakan kepada pemerintah

setempat secara transparan dan dengan cara yang akuntabel. SIMAS menyediakan Dinas

Pengelola Keuangan dan Kekayaan Aceh Tingkat I dan II (DPKKA), Departemen Pekerjaan

Umum Tingkat Provinsi (Tingkat I dan II), Bappeda dan Arsip Provinsi dan Nasional dengan

akses berdasarkan referensi geografis, database aset yang sudah diverifikasikan lewat

foto, dan bisa digunakan bagi manajamen aset dan pelaporan.

SIMBADA and SIMDA(ii)

Karena SIMAS dirancang untuk memfasilitasikan penyerahterimaan aset-aset BRR di

bawah kerangka kerja peraturan Menkeu, maka hanya dapat digunakan bagi tingkatan

DPKKA nasional dan provinsi. Karena itu, untuk mengidentifikasikan kebutuhan DPKKA

tingkat provinsi dan distrik serta departemen sektoral distrik atau dinas, BRR membuat

sistem SIMBADA untuk perencanaan aset dan manajemen dan sistem SIMDA untuk

tingkatan manajemen perencanaan keuangan kabupaten/kota. Pada tingkatan provinsi

dan distrik, manajemen perencanaan finansial dan aset diatur oleh Kementerian Dalam

Negeri.28 Baik sistem SIMBADA maupun SIMDA mematuhi peraturan-peraturan ini dan

berpotensi memberikan alat perencanaan finansial dan aset yang terkomputerisasi,

untuk meningkatkan kemampuan pemerintah setempat dalam membuat rencana dan

membangun anggaran, beroperasi dan menjaga aset-aset publik yang mereka terima.

Pengalihan SIMAS ke otoritas

NAD setempat, 29 Oktober 2008.

Foto: BRR/Arif Ariadi

90

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 31: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Kesimpulan Penting bagi BRR untuk menciptakan dan mempertahankan akuntabilitas kepada para

partisipan dan penerima bantuan dana. Sebagaimana dibahas di atas, hal ini berkaitan

dengan akuntabilitas finansial dan juga kinerja. Dengan kata lain, BRR harus mampu

menjawab apa pun yang menjadi kebutuhan kegiatan-kegiatan mereka.

Untuk hal ini, BRR harus mampu mengukur kemajuannya berhadap-hadapan dengan

target-target mereka. Menetapkan target sejak awal dan disetujui bersama oleh para

partisipan, penting untuk menyediakan alat ukur bagi pencapaian dan tanggung

jawab BRR sepanjang masa tugasnya. Target-target ini, beserta IKU yang relevan untuk

mengukur pencapaian dari target-target tersebut, ditetapkan pada Rencana Induk dan

disempurnakan dalam revisi Rencana Induk.

Secara rinci, pelaporan tepat waktu dari BRR mengenai pencapaian kerja dan

finansialnya dengan jelas mengindikasikan kemajuannya kepada donor dan

memperlihatkan hubungan BRR dengan target-targetnya. Audit dan inisiatif antikorupsi

membantu kecepatan dan kepercayaan atas proses-proses pelaporan ini untuk

memuaskan para mitra dan bagi keuntungan BRR sendiri.

Proses-proses ini membantu pelacakan BRR yang berhasil, menjelaskan dan

bertanggung jawab untuk penggunaan dana serta pencapaian kerja kepada para mitra

dan penerima bantuan—sebagai indikasi dari tanggung jawab. Akhirnya, layak dicatat,

upaya untuk memperlihatkan akuntabilitas BRR menghasilkan nilai tambah, dengan

memproduksi sumber informasi yang bisa digunakan para pelaku.

Ada sejumlah pelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman di Aceh dan Nias.

Akuntabilitas bagi tujuan dengan skala sebesar ini haruslah mencakup semua

partisipan dan mengakomodasi konteks. Tanggung jawab BRR atas dana on dan off-

budget dan hasilnya akan diperkuat oleh keberadaan sistem akuntabilitas nasional t

yang terintegrasi untuk mengukur efektivitas. Sedangkan konteks pascabencana

memerlukan kerangka akuntabilitas kerja yang dapat mengakomodasi kebutuhan

untuk pelaksanaan yang cepat dan memungkinkan fleksibilitas untuk merespons

kebutuhan yang senantiasa berubah.

Bagia

n 5.

Mer

aih d

an M

empe

rtaha

nkan

Aku

ntab

ilitas

91

Page 32: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2
Page 33: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Menjaga Integritas dalam Proses Rehabilitasi dan Rekonstruksi

BRR menempatkan penegakkan

anti-korupsi pada prioritas yang

sangat tinggi dalam Pemulihan

Aceh-Nias. Satuan Anti Korupsi

(SAK) BRR menjadi ujung

tombaknya. Foto: BRR/Arif Ariadi

Satu Insiden, Sederetan Konsekuensi Mematikan

HARI itu menunjukkan pukul 15:27, 15 Januari, 2009. Pesawat US Airways bernomor

penerbangan 1549 baru saja meninggalkan landasan Bandara Internasional LaGuardia,

di New York menuju Charlotte, Carolina Utara. Pesawat jenis Airbus 320 menukik setinggi

3.000 kaki (914 meter) ketika sang pilot, Kapten ”Sully” Sullenberger, membuat panggilan

darurat.

”Di sini Kaktus 1549, menabrak burung-burung, daya pendorong kedua mesin kami

rusak,” Kapten Sully memberi tahu menara kontrol LaGuardia. ”Kami kembali menuju

LaGuardia.”

Menara pengawas segera membuat persiapan untuk mengamankan landasan bagi

pendaratan darurat, namun kurang dari satu menit kemudian, Kapten Sullenberger

melaporkan pesawat tak akan mampu mencapai LaGuardia lagi.

”Kami tak mungkin kembali. Kami mendarat di Sungai Hudson.”

Ketika awak menara pengawas bertanya apakah Sullenberger mau mencoba mencapai

bandara lain yang jaraknya sekitar enam mil di New Jersey, pilot itu menjawab, ”Tidak

mungkin. Kami mendarat di Hudson.”

Bagia

n 6.

Men

jaga

Inte

grita

s dala

m P

rose

s Reh

abilit

asi

dan

Reko

nstru

ksi

93

Page 34: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Dengan kejituan membuat keputusan di saat yang tepat, meski dalam kondisi darurat,

pilot beserta awak pesawat mampu mengadakan pendaratan dengan selamat di Sungai

Hudson. Kondisi pesawat tetap utuh, 155 penumpang dan awaknya selamat.

Bukti-bukti awal mengindikasikan insiden itu disebabkan oleh tabrakan pesawat

dengan sejumlah burung. Seorang penumpang yang duduk di bagian kelas

eksekutif melaporkan ia melihat sekelompok burung menabrak pesawat. Dua radar

FAA menangkap target yang kurang terlihat jelas di jalur mesin yang konsisten

dengan kelompok burung yang digambarkan, sementara baik pilot maupun kopilot

mengonfirmasikan telah melihat sekawanan burung menabrak pesawat tak lama setelah

meninggalkan landasan LaGuardia.29

Insiden serupa ini telah memberikan pelajaran berharga bagi kita semua.

Meski gangguan kecil, seperti seekor burung, mungkin saja menghentikan mesin

secanggih Airbus 320. Sesuatu hal yang tidak dapat diantisipasi mungkin saja

meruntuhkan sebuah organisasi yang kokoh. Dalam sebuah kasus yang digambarkan

majalah Time sebagai “kejahatan abad ini”, Nick Leeson (28 tahun) telah menjadi pelaku

tunggal yang menyebabkan kebangkrutan tempatnya bekerja, Barings Bank, yang

merupakan bank tertua di Inggris Raya. Didirikan pada 1762, bank itu telah membantu

membiayai perang-perang Napoleon, pembelian negara bagian Louisiana, dan

pembangunan Kanal Erie. Barings Bank lalu bangkrut akibat akumulasi kerugian yang

mencapai US$ 1,4 miliar berawal dari serangkaian kegiatan dagang oleh satu orang. Pada

3 Maret 1995, Barings dijual seharga £ 1,00 kepada ING, bank raksasa Belanda.

Dalam kasus lain yang juga banyak disorot, kejatuhan Enron-yang pernah tercatat

sebagai salah satu dari US Fortune Top Ten Company-telah menyebabkan firma akuntansi

global Arthur Andersen dipaksa berhenti beroperasi, sementara reputasinya pun hancur.

Para auditor Andersen telah gagal dalam menyingkapkan penipuan manajemen yang

dilakukan oleh para direktur Enron. Nasib perusahaan itu berakhir ketika sejumlah

pekerjanya menghancurkan setumpuk kertas kerja berhubungan dengan Enron, dan

sebagai akibatnya, menghancurkan sejumlah bukti penting. Ribuan pekerja perusahaan

itu di seluruh dunia menjadi korban akibat kejatuhan perusahaan pada 2001 (Dickstein

dan Flast, 2009).

Rangkaian insiden yang mengakibatkan jatuhnya Penerbangan 1549, Barings,

dan Arthur Andersen adalah contoh-contoh dari risiko operasional yang akut. Risiko

operasional yang akut seharusnya dihindari sebisa mungkin, dengan tolok ukur yang

diletakkan pada tempatnya agar siaga saat kita terlelap di malam hari.

Dari awal, praktik manajemen BRR telah dilengkapi sarana untuk meminimalisasi risiko-

risiko tersebut. Prosedur-prosedur harus diletakkan pada tempatnya untuk mengatasi

kondisi saat risiko muncul. Tugas ini sungguh tak mudah: program rekonstruksi yang

dipimpin oleh BRR amatlah rumit, melibatkan ribuan proyek bernilai jutaan dollar. Selalu

ada ruang bagi terjadinya kesalahan, mulai dari kesalahan yang tidak disengaja saat

94

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 35: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

memberikan pengarahan dana hingga penipuan proyek, dari pengadaan yang tidak

efisien hingga kehancuran reputasi. Insiden-insiden ini dapat mengarah kepada krisis

yang menjadi besar. Bayangkan, sebagai contoh, sejauh apa kehancuran yang dapat

dialami oleh BRR bila ada kasus korupsi dan dilakukan oleh jajaran pekerja seniornya?

Kepercayaan para pemangku kepentingan terhadap BRR pasti akan hilang, reputasi BRR

pun pasti hancur.

Untuk memandu, mengelola, dan menjaga integritas organisasinya, BRR perlu

menciptakan sejumlah praktik prosedural. Dengan kata lain, badan ini perlu mengelola

integritas organisasinya.

Yang dimaksud sebagai integritas di sini adalah kesetiaan pada prinsip-prinsip moral

dan etika; keluhuran karakter moral; dan kejujuran. Definisi kedua tentang integritas

adalah keadaan ketika sesuatu menjadi utuh, keseluruhan, atau tanpa cacat, sebagai

contoh, ”menjaga integritas sebuah kekaisaran atau menjaga integritas sebuah kapal”.

Sebuah organisasi dengan integritas adalah sebuah organisasi yang kokoh yang mampu

menantang bahaya dan risiko yang mungkin dihadapi sepanjang perjalanan.

Bab ini membahas bagaimana BRR mengatasi tantangan-tantangan.

Membangun Integritas Proses Bisnis Dalam membangun integritas organisasi BRR, hal pertama yang perlu dilakukan adalah

membangun lingkungan operasional serta bisnis yang bisa diterima oleh komunitas

internasional yang akan menyalurkan jumlah dana yang signifikan melalui program

rekonstruksi dan rehabilitasi. Firma-firma konsultan global yang terkenal, McKinsey &

Company dan Ernst & Young, dilibatkan untuk membantu terbentuknya model bisnis BRR

dan meletakkan sistem manajemen serta akuntansi pada tempatnya. Keahlian mereka

membantu membimbing BRR menuju adopsi sistem yang transparan dan memasukkan

dukungan unsur checks and balances bagi integritas badan ini.

Menjaga integritas melalui proses bisnis BRR sangat menantang karena sejumlah

alasan, antara lain:

Jumlah besar pengadaan dan kontrak yang diberikan kepada benda-benda dan jasa, 1.

sebagian diberikan atas dasar nonkompetisi berkenaan dengan kondisi darurat;

Lokasi-lokasi penerapan proyek yang terpencil;2.

Rendahnya tingkat kepercayaan dunia internasional karena adanya anggapan umum 3.

mengenai Indonesia sebagai salah satu negara yang paling rawan korupsi di seluruh

dunia, sebagaimana hasil tinjauan oleh Transparency International (TI) dan organisasi-

organisasi internasional lainnya

Untuk mengatasi isu-isu ini serta menjaga integritas dari proses bisnisnya saat

BRR harus menghadapi sejumlah tantangan, badan ini harus membangun sejumlah

mekanisme bagi terjadinya checks and balances. Mekanisme yang digunakan termasuk di

Bagia

n 6.

Men

jaga

Inte

grita

s dala

m P

rose

s Reh

abilit

asi

dan

Reko

nstru

ksi

95

Page 36: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Gambar 6.1 Struktur Integritas BRR

antaranya audit baik secara internal maupun eksternal, sebagaimana inisiatif antikorupsi.

Pengaturan audit yang efisien lintas badan dan sektor publik amatlah penting untuk

menjamin pengelolaan yang baik, transparansi, serta tentu saja integritas. Pengaturan

audit sektor publik mencakup baik fungsi audit eksternal (terpisah dari bagian eksekutif

dan kewajiban melapor kepada bagian legislatif serta fungsi audit internal (hanya

melapor kepada bagian eksekutif ). Kedua tipe audit ini memiliki fungsi yang berbeda

namun saling melengkapi.

Eksternal audit berfungsi sebagai mekanisme bagian luar yang bertanggung jawab

dalam membantu pertanggungjawaban BRR secara hukum kepada publik. Audit internal

berfungsi sebagai semacam pengawasan mandiri yang membantu kepatuhan badan

pada peraturan dan juga legislatif kepada pejabat yang berwenang. Audit internal

dilakukan oleh BRR sendiri bersama dengan BPKP. Hal ini dianggap sebagai bagian dari

sistem kontrol internal BRR, sebuah sistem yang juga membantu mengidentifikasikan

kemungkinan/kesempatan untuk meningkatkan praktik manajemen.

Ringkasnya, mekanisme dan jalur yang digunakan BRR untuk menjamin integritas

antara lain:

Audit internal, dilakukan oleh:1.

Badan Pengawasan BRR

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan ( BPKP)

Gerakan antikorupsi, dilakukan oleh Satuan Antikorupsi BRR2.

Audit eksternal, dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).3.

Satuan Antikorupsi (SAK) BRR menjalankan fungsi audit internal dan eksternal.

SAK menerima dugaan atau keluhan, selanjutnya mengadakan penyidikan internal,

melaporkan kegiatan ilegal bila

ditemukan sesuai dengan ketentuan

hukum yang dijalankan para penegak

hukum. Bagian akhir dari mandat

membedakannya dari audit internal.

Awalnya, SAK melapor langsung

kepada direktur dari Badan Pelaksana

BRR (belakangan kewajiban bagi

pengawasan SAK bergeser ke bagian

Dewan Pengawas). SAK diberikan akses

yang luas ke seluruh area operasional

BRR, sehingga badan ini dapat

memonitor pelaksanaan rehabilitasi

dan rekonstruksi antarorganisasi,

dengan penekanan pada akuntansi

terhadap dana berjumlah besar dan

aset-aset yang terlibat.

Dewan

PenasihatKepala Bapel

Dewan

Pengawas

Badan

Pemeriksa

Keuangan (BPK)

Badan Pengawasan

Keuangan dan

Pembangunan

(BPKP)

DeputiDeputi

Pengawasan

Satuan Anti

Korupsi (SAK)

Komunitas dan Pemegang Kepentingan Lain

Badan Rehabilitasi & Rekonstruksi NAD-Nias (BRR)

96

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 37: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Gambar 6.1 menggambarkan struktur integritas BRR. Mencakup kesadaran publik

mengenai komunitas dan partisipan lainnya di dalam NAD dan Nias sebagai faktor.

Integritas PersonaliaSejak awal disadari bahwa menjaga integritas serta memiliki sikap tegas melawan

korupsi adalah penting bagi reputasi BRR serta kemampuan badan ini untuk berfungsi

secara efektif. Memelihara integritas ditanamkan di dalam semangat pembuatan setiap

rencana manajemen risiko BRR.

Sebagaimana disebutkan di awal, penting bagi BRR untuk membangun kerangka

kerja yang meyakinkan dan menjaga integritas. Tanpa adanya kerangka kerja semacam

itu, tidak akan mungkin BRR menjalankan

mandatnya dengan seharusnya, terutama

seluruh pencarian penting atas benda-

benda yang diperlukan publik dan layanan

bagi kawasan korban tsunami.

Kebijakan-kebijakan serta peraturan-

peraturan yang baik adalah kunci untuk

membangun kerangka kerja dari bawah ke

atas, menciptakan transparansi dan efisiensi,

dan karenanya mampu mengelola risiko.

BRR mampu mengungkapkan peraturan

serta kebijakan yang konsisten, sesuai

dengan kebutuhan untuk membangun niat

politik serta memastikan peraturan dan

kebijakan tersebut dilaksanakan. Hal ini

amat penting; budaya dan kinerja badan-

badan pemerintah, terutama badan-badan

ad hoc seperti Bc RR, sangat dipengaruhi

oleh kebijakan dan peraturan yang berlaku.

Kebijakan dan peraturan yang buruk

menyebabkan perilaku yang tidak konsisten

serta mengganggu dan berakibat hasil akhir

yang buruk pula.

Meski BRR dibuat sebagai badan setingkat

kementerian, badan ini berada di luar

sistem lingkup kerja/perekrutan negara.

Perekrutan dan kompensasi bagi pekerja dan pejabat BRR dilakukan dengan cara serupa

dengan sektor firma swasta yang berfungsi baik, daripada sebuah badan pemerintah yang

birokratis. Sebagai imbal balik, BRR memberi kompensasi berdasarkan pasar. Para pekerja

Pakta Integritas Karyawan BRRSetiap calon karyawan BRR bersedia untuk taat kepada dan untuk

menandatangani Pakta Integritas sepanjang dua halaman dengan lampiran delapan halaman. Selain gaji yang disepakati, halaman pertama secara spesifik menyebutkan 28 hal terkait dengan keuangan yang mesti disepakati oleh para calon karyawan.

Para calon berjanji untuk tidak meminta ataupun menerima uang atau kompensasi lain

untuk hadir di pertemuan•

sebagai honorarium•

sebagai hadiah, sogokan atau bonus•

untuk subsidi transpor •

untuk subsidi kegiatan •

sebagai subsidi beras, dan•

untuk 22 hal lain yang dirinci secara spesifik di halaman • pertama dari Pakta Integritas

Kerangka hukum dan peraturan-perundangan yang mengatur tata pemerintahan yang baik serta prinsip antikorupsi dari BRR, selanjutnya diatur dalam lampiran delapan halaman.

Bagia

n 6.

Men

jaga

Inte

grita

s dala

m P

rose

s Reh

abilit

asi

dan

Reko

nstru

ksi

97

Page 38: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

harus mematuhi kode integritas profesional, termasuk wajib melaksanakan pernyataan

“deklarasi integritas dan kepatuhan”, yang juga disebut sebagai “Pakta Integritas”. Pakta

Integritas yang merupakan bagian dari kontrak kerja seluruh pekerja. Perjanjian itu

menggariskan sejumlah tindakan yang berkaitan dengan definisi korupsi, yang harus

dihindari oleh para pekerja.

Ringkasnya, pemerintah RI memberikan otorisasi bagi BRR untuk menawarkan imbalan

yang lebih tinggi daripada apa yang biasa dibayarkan oleh badan-badan pemerintah.

Namun, sebagai konsekuensinya, para pekerja yang baru direkrut itu harus berjanji

untuk tidak menerima uang atau kompensasi (di luar gaji) untuk kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan pekerjaan yang kerap diterima oleh para birokrat. Tipe kompensasi

ini cenderung mencegah tindak korupsi, konflik kepentingan, serta perilaku yang tidak

patut.

Korupsi di dalam birokrasi Indonesia sangat dikenal dan terdokumentasikan.

Transparency International, telah mempublikasikan negara-negara yang menempati

peringkat korupsi di indeks persepsi korupsi selama lebih dari 14 tahun, menurut “tingkat

yang korupsi dianggap ada di antara pejabat negara dan politisi”. Survei pada 2007

terhadap 179 negara, menempatkan Indonesia pada peringkat 143 di 20 persen paling

bawah.

Integritas personalia yang dihadapi BRR terdiri atas tiga hal:

Bagaimana mencegah korupsi sepanjang pengadaan, manajemen, dan (a)

penggunaan barang-barang serta jasa-jasa bernilai miliaran dollar di kawasan-

kawasan yang terkena dampak tsunami di Aceh dan Nias;

Bagaimana membangun dan menjaga kejujuran di semua aspek operasional BRR(b)

dan

Bagaimana membangun kembali dengan “lebih baik”. Tsunami tak hanya menelan(c)

korban nyawa melainkan juga meruntuhkan infrastruktur ekonomi, sosial, dan

pemerintahan. Bisa dimaklumi, pemerintah belum berpengalaman dan tidak

siap untuk mengatasi bencana berskala luar biasa besar. Tak ada organisasi yang

disiplin serta fungsional dalam memobilisasi sumber daya yang dibutuhkan

pada tingkatan nasional atau lokal. Kapasitas lokal di Aceh telah dilemahkan

oleh perang saudara selama hampir 30 tahun, dan akibat bencana tsunami,

infrastruktur pemerintah juga ikut hancur. Keadaan ini bukanlah lingkungan

yang kondusif dalam membangun kekuatan integritas, justru sebaliknya.

Memperkenalkan komunitas yang telah lama tidak berfungsi dengan baik ini

dengan kemungkinan menjadi kaya adalah resep menuju korupsi.

BRR berhasil menangkal terjadinya korupsi di kawasan-kawasan terpencil yang menjadi

korban tsunami di Aceh dan Nias dikarenakan komitmen BRR terhadap integritas sebagai

alat pelaksanaan manajemen risiko. Menjaga integritas BRR mencakup beragam insiatif

yang keras untuk mencegah korupsi, pengukuran tanggung jawab, standar etika yang

tinggi, dan kejujuran dalam melaporkan serta pelaksanaan seluruh aspek usaha.

98

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 39: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Penegakan Integritas BRR adalah satu-satunya lembaga di pemerintah Indonesian yang memiliki organisasi

audit internal dan unit Satuan Antikorupsi (SAK). Setiap unit adalah bagian penting

dari implementasi BRR, namun keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Audit internal

melapor kepada manajemen tapi tidak memiliki peran penyidikan, sementara SAK

melapor kepada Dewan Pengawas,

dan melaksanakan investigasi serta

angkah-langkah yang diperlukan

untuk melaporkan tindak korupsi

kepada pejabat yang berwenang.

SAK bekerja sama dengan organisasi

udit internal, institusi pemerintah

erta organisasi publik yang lain dalam

menjalankan fungsinya. Termasuk di

ntara organisasi-organisasi ini LSM-

LSM seperti Transparency International

ndonesia (TII), kelompok-kelompok

universitas serta institusi-institusi

nternasional seperti UNDP, Bank

Pembangunan Asia, dan Bank Dunia.

Sosialisasi budaya antikorupsi

oleh KPK bagi aparat

pemerintahan di Simeulue,

14 November 2006.

Foto: BRR/Ira Damayanti

d

la

u

k

S

a

se

m

a

L

In

u

in

P

Faktor ke-1 Berhasilnya Integritas

BRR diciptakan dengan misi khusus sebagai badan terfokus yang setingkat dengan kementerian, dan yang diberikan fleksibilitas dalam organisasinya serta masa kerja yang terbatas empat tahun untuk melaksanakan mandatnya. BRR bertugas untuk merehabilitasi dan merekonstruksi wilayah Aceh dan Nias yang dilanda bencana, sesuai dengan Rencana Induk yang dikembangkan lewat proses mufakat..

Bagia

n 6.

Men

jaga

Inte

grita

s dala

m P

rose

s Reh

abilit

asi

dan

Reko

nstru

ksi

99

Page 40: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Sebagai tambahan dari para pemangku kepentingan di atas, Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) bekerja sama dengan SAK sebagai mitra kerja untuk mendampingi

langsung program rehabilitasi dan rekonstruksi dan untuk memastikan SAK sendiri

tetap bersih. Kerja sama ini bermaksud tidak hanya menindaklanjuti terjadinya atau

dugaan adanya korupsi dalam pelaksanaan program rehabilitasi dan rekonstruksi oleh

BRR, melainkan juga menyediakan pendidikan serta sosialisasi bagi tindakan preventif

antikorupsi. SAK juga membangun kemitraan kerja dengan Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP).30 Kerja sama ini memungkinkan dukungan dari staf ahli dari

BPKP untuk mendampingi SAK di lapangan.

Lebih jauh lagi, SAK membangun hubungan dengan institusi-institusi pemerintah yang

memiliki otoritas untuk mengejar kasus-kasus korupsi, termasuk Komisi Pemberantasan

Korupsi, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), pemerintah daerah, dan kepolisian.

Institusi-institusi pemerintah ini dapat menyediakan dukungan serta jalur-jalur yang

diperlukan dalam kasus SAK ingin memburu sebuah kasus kriminal.

Tiga Tujuan Utama SAK

Pendekatan yang digunakan oleh SAK dan mandat yang diberikan kepadanya untuk

menghilangkan korupsi dalam program pemulihan digambarkan oleh tiga objektif

prinsipil: pencegahan, penyidikan, dan pendidikan.

Pencegahan, tujuan pertama, mensyaratkan niat politik yang fleksibel dan lingkungan

kerja yang bisa meminimalisasi

praktik korupsi. Tujuan ini

memerlukan dan menerima

komitmen dari manajemen serta

karyawan BRR untuk menghindari

keterlibatan dalam korupsi.

Dalam melaksanakan tujuan

kedua, penyidikan, unit SAK

memfokuskan kepada verifikasi

apakah proses yang beragam

dari program rehabilitasi dan

rekonstruksi memenuhi standar

pelaksanaan otoritas (kewenangan)

yang ditetapkan oleh BRR. SAK

memusatkan titik perhatian pada

pengadaan barang-barang dan

jasa-jasa tertentu. Tujuan ini juga

melakukan investigasi atas dugaan

adanya korupsi yang dilaporkan

oleh komunitas.

2005 2006 2007 2008 2009

Gambar 6.2 Pergerakan Fokus Sasaran Kerja SAK dari Waktu ke Waktu

Pencegahan

Pendidikan

Penyelidikan

100

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 41: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Sejak didirikannya pada September

2005, unit SAK menerima lebih dari

1.500 keluhan dari beragam partisipan

menyangkut beragam hal (Tabel 6.1.),

melalui beragam metode laporan keluhan

(Tabel 6.2.). Mulai dari awal 2006, ketika

kontraktor pembangunan perumahan

mulai bertambah, jumlah keluhan yang

terdaftar ikut meningkat. Pada 2008,

pengadaan perumahan adalah sumber

dari sebagian besar keluhan. Ketika

laporan ini ditulis, nyaris 90 persen

dari 1.500 keluhan telah diinvestigasi

sementara sisanya masih diinvestigasi dan

diproses.

Dari 1.537 keluhan yang dilaporkan, 910

di antaranya, atau 60 persen, ditanggapi

sebagai kasus formal.

Pendidikan, tujuan ketiga SAK adalah

upaya berkelanjutan sejak berdirinya

BRR di 2005. SAK memainkan peran

penting dalam memperkenalkan peran

pelaksanaan kewenangan yang baik, yang

kerap digambarkan sebagai memiliki

empat prinsip fundamental: partisipasi,

tanggung jawab, prediktabilitas, dan

transparansi. Dalam program edukasi,

SAK bekerja sama dengan organisasi-

organisasi yang relevan di bidang masing-

masing untuk mendorong agar komunitas

mengerti dan menolak praktik korupsi.

Sebagaimana disebutkan pada bagian awal, SAK membangun kemitraan kerja

dengan BPKP yang memungkinkan para karyawan BPKP untuk mendukung SAK. Pada

Desember 2008, 22 orang staf BPKP mendampingi SAK dalam menjalankan tiga misinya:

pencegahan, pendidikan, dan penyidikan. Sebagai tambahan, sejumlah karyawan BPKP

membantu SAK dengan menyediakan pemeliharaan data serta laporan manajemen

informasi.

SAK terus memperbaiki prosedur dan praktik kerja BRR, banyak di antaranya memiliki

kekurangan dan potensi untuk disalahgunakan. Dalam melaksanakan tugasnya SAK

berhasil menghentikan sejumlah upaya penipuan saat proses penawaran dan mencegah

terjadinya kerugian finansial yang signifikan.

Jenis KeluhanJumlah Keluhan

2005-2006 2007 2008 Total

Proses Pelanggaran Pengadaan 531 191 87 809

Pelanggaran Administrasi 9 5 0 14

Pelanggaran Pakta Integritas 21 5 1 27

Indikasi Korupsi, Kolusi, danNepotisme

120 38 8 166

Hambatan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

134 20 0 154

Pelanggaran Kewajiban Pembayarankepada Bendahara Negara

2 2 0 4

Tindakan Umum Kriminalitas 4 5 0 9

Lain-lain 255 30 59 344

Total 1.076 296 155 1.527

Metode Laporan Keluhan Jumlah Keluhan

2005-2006 2007 2008 Total

Surat 775 185 83 1.043

Faksimili 8 2 1 11

Email (Surat Elektronik) 13 23 1 37

SMS 92 11 5 108

Kunjungan ke Kantor SAK 78 47 11 136

Telepon 8 1 1 10

Media Massa 102 27 53 182

Total 1.076 296 155 1.527

Tabel 6.1 Jenis Keluhan yang Diterima oleh Satuan Anti-Korupsi (SAK),

September 2005 - Desember 2008

Tabel 6.2 Sumber Keluhan yang Diterima oleh SAK,

September 2005 - Desember 2008

Bagia

n 6.

Men

jaga

Inte

grita

s dala

m P

rose

s Reh

abilit

asi

dan

Reko

nstru

ksi

101

Page 42: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Laporan Proaktif Dugaan Pelanggaran Integritas

BRR telah menggariskan kebijakan-kebijakan dan peraturan yang

elas untuk menjaga integritas dan mengesampingkan godaan

praktik korupsi. Satu dari kebijakan-kebijakan ini adalah untuk

berlaku proaktif dalam melaporkan dugaan adanya korupsi terhadap,

dan melalui kerja sama dengan, BPKP, BPK, KPK, kepolisian serta

badan-badan penegak hukum lainnya.

Dengan lebih dari 96 persen bantuan pemulihan pascatsunami

datang dari komunitas internasional, BRR memiliki tugas fidusia

yang sangat besar, baik secara hukum maupun moral, kepada donor

ndonesia dan kepada penduduk Aceh dan Nias.

Di bawah amendemen Hukum 31/99 mengenai “A“ ntikorupsi”,

partisipasi publik diizinkan dalam upaya antikorupsi Indonesia,

BRR lalu berada di dalam wewenangnya untuk melaporkan

korupsi sementara penegak hukum, termasuk kepolisian, Mahkamah Agung dan

hakim, diizinkan untuk menerima informasi mengenai korupsi dari semua pihak,

termasuk pihak-pihak yang identitasnya tetap dirahasiakan.31

Sejumlah langkah untuk membuka informasi dari pihak pejabat BRR

diperlukan di bawah hukum dan peraturan pemerintah RI, di antaranya adalah

Hukum No. 28/99, “Penyelenggara negara yang bersih dan bebas dari korupsi,

kolusi, dan nepotisme”. Di bawah hukum ini, penyelenggara negara diharuskan untuk

melaporkan kekayaan mereka saat mereka dilantik, sepanjang masa tugas dan di saat

usai tugas. Hukum ini menetapkan mekanisme bagi komisi investigasi, yang diwujudkan

dalam bentuk Komisi Pemberantasan Korupsi. Pejabat pemerintah wajib menjalankan

hukum ini termasuk pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, fungsi

yuridis, ditambah pejabat-pejabat lain yang berfungsi dan memiliki kewajiban utama

yang berhubungan dengan pemerintahan termasuk pejabat BRR.

Semua dugaan korupsi ditanggapi dengan serius, namun korupsi yang terjadi di

saat tekanan ekonomi serta pemulihan dalam situasi bencana alam akan memperoleh

hukuman yang lebih keras. Di bawah Hukum No. 28/99, pejabat pemerintah wajib

diinvestigasi, dituntut, dan dihukum. Hukuman mati mungkin diterapkan bagi mereka

yang terbukti melakukan korupsi lebih dari satu kali, mereka yang terlibat di dalam

kasus-kasus penggelapan uang dan yang mengambil keuntungan dari bencana

nasional, negara saat keadaan darurat, atau krisis ekonomi.

LP

je

p

b

d

b

d

y

In

p

B

Faktor ke-2 Berhasilnya Integritas

BRR merekrut staf profesional yang memiliki kualifikasi yang sesuai dan kemudian mengontraknya selama jangka waktu pendek dengan kompensasi pasar untuk membantu BRR dalam pelaksanaan mandat rehabilitasi dan rekonstruksinya yang amat besar. Hal tersebut adalah suatu strategi sumber daya manusia yang memungkinkan BRR mengikat, menggunakan, dan melepaskan.

102

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 43: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Ulasan Evaluasi Integritas yang KetatBRR mengadopsi sistem yang ketat serta berkesinambungan untuk mengulas sistem

integritas mereka. Badan ini dimonitor oleh bagian audit internal dan evaluasi BPKP

yang berkala. Setiap tahun, BRR wajib untuk diulas oleh auditor eksternal dari pihak

pemerintah. Pernyataan pertanggungjawaban BRR pada 2007 menerima “wajar tanpa

pengecualian” dari BPK.

Sebagai tambahan, BRR wajib atas ulasan dan evaluasi yang independen dan berkala

atas sistem integritasnya yang menyeluruh, termasuk sejumlah kecenderungan ke arah

pernyataan yang menyesatkan atau fakta-fakta yang salah diinterpretasikan. Pada akhir

2006, BRR membuat nota kesepahaman dengan Transparency International Indonesia (TII)

yang bertujuan meningkatkan integritas dari rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh dan

Nias. Kegiatan konkret yang pertama yang dilakukan di bawah nota kesepahaman adalah

undangan dari BRR kepada TII untuk mengadakan evaluasi, lengkap dengan rekomendasi,

dari Sistem Integritas BRR. Evaluasi ini dilakukan oleh TII dengan masukan teknis dari

Kantor Pusat TI di Berlin dan dengan dukungan dari donor bilateral di Inggris dan Amerika

Serikat. Hasil laporan dilengkapi pada Mei 2007 dan dirilis untuk publik. Laporan ini

menyediakan gambaran yang berguna mengenai sistem-sistem kunci di lokasi, termasuk

rekomendasi TI mengenai bagaimana sistem-sistem ini bisa ditingkatkan lebih lanjut.

Saat evaluasi ini dilakukan, pimpinan BRR mengindikasikan bahwa semua rekomendasi

harus dilakukan, sebuah komitmen yang ditekankannya kembali saat hasil-hasil evaluasi

dirilis. Satu dari laporan rekomendasi tersebut berhubungan dengan Satuan Antikorupsi,

SAK.

Sejak didirikannya di September 2005, unit ini telah menjadi bagian dari Badan

Pelaksana (Bapel) BRR dan melapor kepada Kepala Bapel. TII menganjurkan agar SAK

ditempatkan secara langsung di bawah otoritas Dewan Pengawas, karena menyadari

langkah ini memerlukan dukungan formal Dewan Pengawas. Pertemuan bersama antara

Dewan Pengawas dan Bapel BRR dilakukan pada pertengahan Juni di kantor BRR di

Jakarta untuk menimbang rekomendasi sepenuhnya. Setelah diskusi yang rinci mengenai

implikasi serta protokoler tentang transfer, Dewan Pengawas menyetujui perubahan

yang direkomendasikan. Sejak 27 Juni 2007, SAK mulai melapor kepada Dewan Pengawas

bukan lagi ke Bapel BRR.

Perubahan itu memperluas kapasitas Dewan Pengawas melalui keahlian SAK

yang sudah ada, sementara memungkinkan Bapel BRR berkonsentrasi secara lebih

ketat terhadap kepatuhan finansial dan nonfinansial. Secara keseluruhan kondisi ini

menghasilkan dasar yang lebih kuat dalam meningkatkan kepercayaan publik pada

integritas tentang program rehabilitasi serta rekonstruksi di Aceh dan Nias.

Bagia

n 6.

Men

jaga

Inte

grita

s dala

m P

rose

s Reh

abilit

asi

dan

Reko

nstru

ksi

103

Page 44: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2
Page 45: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Mengakhiri Perjalanan dan Meninggalkan Warisan Abadi

Suasana Kota Banda Aceh di

malam hari menunjukkan geliat

kehidupan yang menjanjikan.

Sebuah pertanda bangkitnya

kehidupan masyarakat yang

lebih baik dari sebelumnya.

Foto: BRR/Arif Ariadi

Pilihan Strategis: Menutup atau Memperpanjang BRR?

SEPANJANG empat tahun bekerja menghadang tantangan-tantangan besar,

dinamis, dan kompleks serta menggapai banyak pencapaian telah memberikan banyak

pilihan tentang bagaimana BRR harus mengakhiri semuanya. Dari segi legal, Pasal 26

Undang-Undang BRR dengan tegas mengatakan bahwa BRR bekerja selama empat

tahun dan bisa diperpanjang melalui keputusan presiden. Cermin dari manajemen yang

berorientasi pada rencana dan bersifat dinamis, maka sejak November 2007, proses

transisi dan pembubaran mulai dilakukan.

Tentu banyak alasan mengapa ada keinginan memperpanjang BRR. Pertama, saat

keputusan harus diambil, sepuluh persen mandat yang tertuang di masterplan belum

selesai. Kemudian, banyak yang berpendapat bahwa penyaluran dana yang terus

bertambah selama empat tahun telah menciptakan momentum pertumbuhan ekonomi

di Aceh yang lama tertidur, dan bahwa pembubaran BRR bisa merusak momentum ini.

Kemampuan BRR melayani pemerintah nasional dan masyarakat internasional juga

dianggap terlalu berharga untuk dihentikan.

Bagia

n 7.

Men

gakh

iri P

erjal

anan

dan

Men

ingga

lkan

Waris

an A

badi

105

Page 46: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Gambar 7.1 Dampak Dana Otonomi Khusus pada Pendapatan Aceh

Terlebih lagi, mitra-mitra rekonstruksi dan rehabilitasi, terutama BRR telah bersusah

payah untuk membuat banyak program pengembangan kemampuan bagi pemerintah

pusat dan lokal, kemampuan pemerintah lokal untuk menangani program pembangunan

skala besar yang sedang berjalan masih dipertanyakan. Aceh adalah penerima dana

terbesar dari pemerintah pusat menyusul keputusan untuk mengalokasi dua persen dari

total dana alokasi umum (DAU) nasional sebagai dana otonomi khusus ke Aceh sebagai

pengakuan atas perdamaian yang dicapai setelah perjanjian di Helsinki. Walaupun

demikian, dalam manajemen keuangan dan segi pengeluaran, kinerja Aceh masih

termasuk di antara yang terendah.

Dalam evaluasi mereka terhadap manajemen keuangan publik (public financial

management, t PFM) Aceh, Bank Dunia menemukan bahwa kemampuan manajemen

keuangan sangat berbeda di tingkat provinsi. Aceh Utara memperoleh angka tertinggi

untuk pemerintah lokal (69 persen), 14 daerah lain mencatat angka yang kecil

(Gambar 7.2.). Pemerintah provinsi mencatat angka yang sedang/cukup dapat diterima.

Angka rata-rata adalah 41 persen, umumnya menunjukkan kelemahan utama dalam

bidang akuntansi, pelaporan, manajemen uang kontan, dan audit eksternal. (Gambar

7.3.).

Angka-angka PFM dari penelitian Bank Dunia didukung oleh data BPK untuk

kemampuan belanja pemerintah provinsi pada 2008. Pada tahun itu, Pemerintah Provinsi

Aceh mencairkan hanya 35 persen dari anggaran mereka (Gambar 7.4.).

01999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Total pendapatan dengan dana otonomi khusus Total pendapatan tanpa dana otonomi khusus

Trili

un

ru

pia

h (

ha

rga

-ha

rga

ko

nst

an

20

06

)

Tambahan akibat UUPA

106

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 47: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Gambar 7.2 Skor Manajemen Keuangan Umum untuk 21 Pemerintah Lokal dan Pemerintah Provinsi

Sumber: Bank Dunia 2007

0

20

40

60

80

100

Gambar 7.3 Skor Manajemen Keuangan Publik Rata-rata

Berdasarkan Bidang Strategis

100

80

60

40

20

0

Aceh

Uta

ra

Ban

da A

ceh

Aceh

Bes

ar

Aceh

Tim

ur

Lang

sa

Sim

eulu

e

Sing

kil

NAD

Gay

o Lu

es

Pidi

e

Saba

ng

Aver

age

A Te

ngga

ra

Aceh

Sel

atan

Bire

un

A Ta

mia

ng

Aceh

Bar

at

Aceh

Ten

gah

Nag

ari R

aya

Lhok

seum

awe

Aceh

Bar

at D

aya

Ben

er M

eria

h

Aceh

Jay

a

Dalam melaksanakan proyek, BRR memiliki

keunggulan dibandingkan dengan instansi

pemerintah lain karena dapat melaksanakan

proyeknya pada permulaan tahun, sesuatu

yang jarang terjadi. Biasanya proyek

pemerintah baru mulai ditenderkan pada

Maret atau April setiap tahun. Anggaran

pemerintah lokal lebih jelek lagi, karena

mekanisme politik DPRD, biasanya disetujui

pada pertengahan tahun, jadi sisa hanya

enam bulan untuk pelaksanaan.

Di sisi lain, manajemen BRR, didukung

oleh berbagai pemangku kepentingan,

yakin bahwa menutup BRR adalah jalan

terbaik. Banyak alasan yang mendukung

pilihan ini. Berdasarkan catatan BRR, lebih

dari 90 persen indikator kinerja utama

(key performance indicators, KPI) pekerjaan

rekonstruksi dan rehabilitasi dalam Rencana

Induk sudah selesai pada akhir tahun

fiskal 2008, jadi BRR telah mencapai tujuan

An

gk

a %

PEDOMAN PEMBERIAN ANGKA

81-100% Bagus sekali/Sangat dapat diterima

61-80% Bagus/Secara garis besar dapat diterima

41-60% Sedang/Sebagian dapat diterima

21-40% Lemah/Sebagian besar tidak dapat diterima

0-20% Sangat lemah/tidak dapat diterima

KERANGKKA KERJA

MASALAH PPERATURAA AN

PERENCANAAN &AN

ANGGAGG RAN

MANAJEANAJEMMEN EN DANA

PENGANGADAAN

(BARANG/JAG/JASA)

AKUNTTANTT SI &

PELAPPOORANAUDIT INNTERNAL

HUTANGTT PUBLIKPUB &

INVENVESTATT SI

MANAJEAJEMMEN AEN SET

AUDIT EKSTKS ERNAL &

KEKELIRURUAN

Bagia

n 7.

Men

gakh

iri P

erjal

anan

dan

Men

ingga

lkan

Waris

an A

badi

107

Page 48: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

100%

90%

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%

NADD

Sum

ater

a U

taraa

Sum

ater

a Se

lata

nnSu

mat

era

Bar

aatatR

iauu

Kep

ulau

an R

iauu

Kep

. Ban

gka

Bel

itungg

Jam

bbbibiLa

mpu

nggB

engk

uluu

DK

I Jak

arttaa

Jaw

a B

araaatat

Jaw

a Te

ngahh

TTJa

wa

Tim

uururD

IYog

yaka

rttaa

YYB

ante

nnB

allii

Kal

iman

tan

Bar

aaatatK

alim

anta

nTi

muurur

Kal

iman

tan

Sela

tann

Kal

iman

tan

Teng

ahhTT

Sula

wes

i Uta

raaaSu

law

esi T

engg

arTT

aaSu

law

esi T

enga

hhTT

Sula

wes

i Bar

aatatSu

law

esi S

elat

annG

oron

taloooo

NTTT

NTBBBB

Papu

aaaaPa

pua

Bar

aatatM

aluk

uuM

aluk

u U

tarraa

Gambar 7.4 Laju Penyerapan Anggaran Pemerintah Provinsi sampai 30 November 2008

Sumber: BPK, Menunaikan Amanat Konstitusi, 2009

tanggap darurat secara memuaskan. Program berikutnya adalah pekerjaan pembangunan

yang lebih biasa/normal sifatnya sehingga tidak harus menyertakan BRR.

Terlebih lagi memperpanjang mandat BRR bertolak belakang dengan kebijakan

desentralisasi pemerintah. Perpanjangan BRR dapat mengganggu kebijakan pemerintah

di Aceh, berdampak buruk pada pertimbangan-pertimbangan mengenai anggaran,

dan mematikan motivasi pegawai pemerintah di tingkat provinsi dan juga distrik.

Keberadaannya akan mengurangi modal sosial, kepercayaan, dan pelayanan publik

yang partisipatif dalam sistem demokrasi di Aceh karena BRR pada hakikatnya adalah

badan pemerintah pusat. Sementara itu, kapasitas sumber daya BRR, kompetensinya

dan kemampuan dasarnya untuk melanjutkan operasinya akan tergerus bila mandatnya

diperpanjang, karena setelah berhasil mencapai tujuan personal dan tujuan organisasinya

staf kunci BRR akan mencari kesempatan mengembangkan karier di tempat lain. Biaya

transaksi untuk melaksanakan anggaran pembangunan menjadi lebih besar apabila

pemerintah provinsi dan BRR terlibat.

Setelah melalui perdebatan panjang, pada Oktober 2008, DPRD secara resmi

memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk membubarkan BRR pada April 2009.

108

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 49: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Gambar 7.5 Elemen-elemen untuk Strategi Transisi

s

Tidak ada preseden di Indonesia untuk suatu strategi transisi dan bubar secara efektif

bagi sebuah badan ad hoc pemerintah. Sebaliknya, banyak sekali contoh badan c ad hoc

yang hidup terus, misalnya Badan Koordinasi Keluarga Berencana, Badan Koordinasi

Penanaman Modal dan baru-baru ini Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang

walaupun secara resmi sudah ditutup, menjelma menjadi mini-BPPN yang dinamakan

Perusahaan Pengelola Aset yang bertugas menyelesaikan pekerjaan pendahulunya. BRR

harus inovatif apabila ia benar-benar mau ditutup.

Mengingat hal ini, BRR membuat sebuah strategi berdasarkan kerangka konseptual.

BRR memakai kerangka besar ini untuk menyiasati transisi dan strategi untuk mengakhiri

mandatnya, dengan memperhatikan semua tingkatan dari beragam pemangku

kepentingan. Bila pelimpahan proyek dan program berkenaan dengan kegiatan dan

pelaksanaan menahun, pihak donor diajak berbicara tentang mekanisme yang tepat

untuk melaksanakannya tergantung pada modalitas pelaksanaan pemerintah lokal atau

nasional.

Keadaan

Sekarang

Masalah

-MasalahTindakan Hasil

Partisipasi

Organisasi

Pelatihan

Keterlibatan

Pemangku

Kepentingan

Kepemilikan &

Kesinambungan

Kementerian

Tingkat T Nasional

merintah Provinsi/Pe i/

Harapan H Gubernurr

Pemerintah Tingkat

Distrik/Bupati atauD

Wali Kota

Kekurangan

eahlian & SumberKe r

Daya Manusia

Dialog Langsung

Manajemen aset

dan peralatan

Dialog kebijakan

proyek & kepemilikan

program

Manajemen aset

dan peralatan

Rencana untuk

sarana

Program

Pengembangan

Kemampuan

Kemauan /politik/

organisasi untuk

menyetujui program

Pemilik baru aset-aset, P

proyek-proyek dansprogram-program telah p

menetapkan peranannya m

dan sarana-sarananya

Penerima aset, proyek P

dan program-program

mempunyai kapasitas

yang diperlukan untuk y

mengelola

Bagia

n 7.

Men

gakh

iri P

erjal

anan

dan

Men

ingga

lkan

Waris

an A

badi

109

Page 50: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Museum Tsunami merupakan

salah satu proyek yang didanai

BRR. Mendekati akhir 2008,

para kontraktor bekerja keras

menyelesaikan proyek selama

BRR masih berfungsi, 13 Oktober

2008. Foto: BRR/Arif Ariadi

Prinsip-prinsip Umum DipakaiSeperti disebutkan dalam bab-bab sebelumnya, pembentukan BRR benar-benar

pertama kali bagi pemerintah Indonesia. BRR adalah lembaga pemerintah pusat yang

berlokasi di tingkat provinsi, dengan fungsi ganda untuk membuat anggarannya sendiri

serta mengoordinasi pekerjaan dari beragam badan internasional.

BRR telah berhasil melalui tahap tinggal landas yang sulit. Pencapaian yang nyata

menunjukkan bahwa BRR sangat berhasil. Meskipun demikian, tahap paling sulit masih

berada di depan: proses mendarat ke bumi. Setinggi apa pun pencapaian sebuah

i i bil d d k dil k k h l i b i k lorganisasi, apabila pendaratan darurat terpaksa dilakukan hal itu berarti kegagalan. OOl hleh

karena itu, semua aspek fase akhir harus diukur dengan hati-hati untuk memastikan

“pendaratan” yang mulus. Dalam hal BRR, ini berarti keterlibatan intens dari beragam

pemangku kepentingan untuk menghindari kekacauan informasi atau semacamnya.

Penutupan BRR bukan saja berarti dibubarkannya banyak proyek.32 Tapi juga berarti

surutnya inisiatif tingkat tinggi dari pemerintah nasional, sesuatu yang mungkin menjadi

model untuk intervensi ad hoc di masa depan ketika pemerintah ditantang oleh agenda c

nasional yang besar yang tidak mampu ditangani dengan mekanisme yang biasa.

110

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 51: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Gambar 7.6 Elemen-elemen Pokok dari Pembubaran dan Transisi

Strategi transisi harus diformulasikan agar pelimpahan pekerjaan dapat berjalan

dengan mulus, terutama mengingat belum diselesaikannya 10 persen dari mandat BRR.

Dalam hal ini, transisi dan bubar kurang lebih seperti dua sisi dari mata uang yang sama.

Transisi dan pembubaran harus menjawab tiga elemen penting: pertanggungjawaban,

bagaimana menangani proyek yang sudah selesai, dan bagaimana melimpahkan proyek

yang belum selesai.

Sebenarnya, titik tolak yang baik sudah tersedia seperti dituangkan dalam peraturan-

peraturan tentang BRR terutama pasal 26 yang menyatakan bahwa bila BRR ditutup,

manajemen dan pelaksanaan program pemerintah akan dilimpahkan ke mekanisme

normal. Dengan kata lain, dilimpahkan melalui departemen terkait dan pemerintah

lokal. Pembagian tanggung jawab antara departemen terkait (pemerintah pusat)

dan pemerintah lokal selanjutnya didefinisikan oleh PP 38/2007 tentang Pembagian

Kewenangan antara Pusat dan Daerah. Pemerintah pusat bertanggung jawab

atas infrastruktur nasional, seperti jalan tingkat nasional, sedang pemerintah lokal

bertanggung jawab atas infrastruktur daerah seperti jalan lokal. Khusus untuk Aceh,

undang-undang yang mengatur Aceh (LOGA) juga berlaku. Prinsip-prinsip LOGA sejalan

dengan PP 38/2007. Perbedaannya adalah LOGA diberi otonomi lebih besar pada tingkat

provinsi dibanding dengan tingkat kabupaten yang lebih rendah.

Strategi pembubaran dan transisi juga terdapat dalam PP 2/2006 mengenai

Penatausahaan Hibah dan Pinjaman Luar Negeri. Peraturan ini mengatur bahwa semua

bantuan asing harus disalurkan melalui pemerintah pusat sebelum dikirim ke pemerintah

lokal melalui mekanisme on granting dan on lending.33 Akan tetapi, peraturan-peraturan

tentang pelaksanaan mekanisme on granting ini belum dibentuk. Juga sebagian besar

pemerintah lokal belum mampu menangani administrasi bantuan asing dengan baik.

Kedua peraturan pemerintah, PP 2/2006 dan PP 38/2007, berlaku untuk pekerjaan

proyek apa pun modalitas penyaluran dana yang dipakai, dengan sedikit perbedaan

Penyelesaian Mandat BRR

Pertanggungjawaban

Perlakuan Terhadap Proyek-Proyek yang Sudah Selesai

Perlakuan TerhadapProyek-Proyek yang Belum Selesai

Bagia

n 7.

Men

gakh

iri P

erjal

anan

dan

Men

ingga

lkan

Waris

an A

badi

111

Page 52: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

antara berbagai jenis proyek. Untuk proyek yang disalurkan melalui pemerintah misalnya,

on-budget/on-treasury dan y on-budget/off-treasury, prinsip ini berlaku tanpa kecuali. yy

Seperti sudah dikatakan, proyek-proyek jenis ini biasanya didanai oleh pemerintah

maupun badan-badan bilateral dan multilateral.

Akan tetapi beberapa penyesuaian berlaku untuk proyek off-budget/off-treasury yang y

dilaksanakan langsung oleh badan-badan seperti PBB, Palang Merah, dan LSM. Seperti

disebutkan di Bab 6, BRR, meskipun ikut dalam proses penyetujuan dan pendanaan

proyek-proyek seperti ini (yaitu bertindak sebagai Balai Kliring untuk pelimpahan aset

mereka), memainkan peran yang lebih kecil pada proyek-proyek off-budget/off-treasury.

Dari segi waktu, strategi transisi dibagi kedalam tiga fase utama: fase persiapan

sebelum November 2008, periode yang disebut fase soft closing yang memungkinkan

BRR menyelesaikan urusannya dan melapor ke Presiden dan DPR, dan fase terakhir grand

closing, Presiden akan membubarkan usaha koordinasi dan rehabilitasi pemulihan yang

sangat berhasil.

Penyerahan Proyek yang Sudah SelesaiSecara sederhana, BRR membuat aset untuk dipakai orang. Tidak ada aset yang dibuat

hanya untuk keperluan BRR semata. Demikian juga, BRR mengoordinasi dan mencatat

aset yang dibuat dengan off-budget/off-treasury melalui LSM internasional dan nasional. y

Penyerahan aset tersebut adalah “akhir permainan”.

Di samping tanggung jawab BRR untuk mengalihkan aset yang sudah selesai ke

penerima manfaat, ia mempunyai tanggung jawab tambahan untuk memastikan bahwa

pengakuan aset dialamatkan kepada pemberi dan penyandang dana aset tersebut.

DonorPenyaluran

DanaPeranan BRR

Penerima Proyek-Proyek yang Sudah

Selesai

Penanggung Jawab berikutnya atas Proyek-

Proyek yang Belum Selesai

MDF, ADB,PemerintahIndonesia

On-budget on-treasury

• Melaksanakan• Pelimpahan aset

• Pemerintah lokal• Departemen terkait

• Pemerintah lokal untukpendanaan rupiah

• Departemen terkait untukpendanaan eksternal

Jerman (KfW), Jepang (JICS)

On-budget off-treasury

Menyetujui proyek• Data-data di anggaran

pemerintah sesudah proyek selesai

• Balai Kliring untuk aset

• Pemerintah lokal• Departementerkait

• Pemerintah lokal untukpendanaan rupiah

• Departemen terkait untukpendanaan eksternal

PBB, Palang Merah, LSM

Off-budget off-treasury

• Menyetujui proyek• Balai Kliring untuk aset

• Pemerintah lokal• Departemen lerkait

Dilakukan oleh badan atau mitra pelaksana

Tabel 7.1 Strategi Transisi dari Berbagai Pelaku

112

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 53: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Gambar 7.7 Tanggal-tanggal Penting Jadwal Transisi

1 JAN 2008 31 DES 2008

• MenyusunKeputusan Presiden tentang penyesuaian master plan

• PengumumanRKP 2009

•MenyusunKeputusanPresiden tentang Pedoman PMT & kelanjutan RR

•PengumumanRKAKL 2009

•Penanda-tangananMoU antaraKementerianterkait dan Donor

•Evaluasi RKAKL2009

•PengumumanDepartementerkait 2009 & Kelompok Kerja Pemerintah Lokal

•PenyelesaianPembayaranProyek

•Finalisasi AP3D•Menulis Laporan

Kelompok Kerja

Laporan Keuangan pendahuluan

Proses Penutupan BRR

Audit oleh udBPK

30 JUN 2008

Persiapan akhirKeputusanPresiden tentang penyesuaianPerpresPerubahanRencana Induk

Persetujuan BPKP ataspertanggungjawaban BRR

10 AGU 2008

Persiapan akhirKeputusanPresiden tentang Pedoman PMT & kelanjutan rehab-rekon

1 NOV 2008

Penyelesaiankonstruksi fisikprogram & proyek

27 FEB 2009

Penyerahan Laporan Kinerja & Keuangan yang belum diaudit

3 APR 2009

Penyerahan Laporan Kinerja& Keuangan yang sudah diaudit kepada Presiden

16 APR 2009

Persiapan akhirKeputusan Presiden tentang pembubaran BRR

Klariikasi Dana BPK

Koordinasi tentang kelanjutan nasi tentang kerehab-rrekon oleh appenas,Ba

Pelaksanaan oleh Departemennaan oleh DepTerkait & Pemerintah Lokalt & Pemerinta

Konstruksi fisik BRR did Aceh-Nias selesai

Aset tidak hanya dibuat dan diserahkan begitu saja; ada prosedur dan peraturan yang

harus diikuti. Prosedur ini bersifat resmi dan memberikan rincian tentang bagaimana

penyerahan harus dilakukan. Hukum yang mancakup manajemen, pemeliharaan,

dan penyerahan aset negara adalah Hukum Keuangan Negara 17/03 dan Hukum

Kebendaharaan Negara 01/04. Menteri Keuangan mengeluarkan dua peraturan

pelaksanaan tentang delegasi wewenang, yaitu Peraturan Menteri Keuangan 96/07 dan

Peraturan Menteri Keuangan 62/08 tentang Prosedur-prosedur untuk Manajemen BRR

tentang Aset Milik Negara.

Untuk menaati pedoman-pedoman ketat yang digariskan undang-undang, BRR

mengadakan persiapan-persiapan untuk memastikan penyelesaian transisi aset

berlangsung dengan baik. Langkah pertama adalah mengadakan identifikasi aset dan

verifikasi keberadaannya. Diperlukan data dasar aset seperti biaya konstruksi, sumber

dana, dan pemakai fasilitas.

Penutupan

Awal

Penutupan

Akhir

Bagia

n 7.

Men

gakh

iri P

erjal

anan

dan

Men

ingga

lkan

Waris

an A

badi

113

Page 54: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Ketika sistem data BRR dibuat, tidak terpikirkan bahwa akan diperlukan sumber data

bersifat rahasia untuk mencatat barang-barang on-budget dant off-budget. Kebutuhan

ini hanya disadari kemudian. Kalau saja BRR sadar tentang apa yang bakal diperlukan

kemudian dalam proses rekonstruksi dan rehabilitasi, pendekatan manajemen sumber

data akan berbeda. Kenyataannya, bermacam-macam jenis data dipakai termasuk

sistem untuk off-budget dan lainnya untuk t on-budget. Ini berarti bahwa pengumpulan

dan verifikasi data dasar adalah pekerjaan yang padat karya dan merupakan proses yang

rumit.

Kebijakan BRR untuk proyek yang sudah selesai dan aset yang dihasilkannya akan

diserahkan ke pemerintah kabupaten sebagai pilihan dan penerima pertama. Pilihan

kedua, penerima adalah pemerintah provinsi. Apabila gagal diberikan kepada kedua

penerima ini dalam periode mandat BRR (April 2005-April 2009), aset akan diserahkan

kepada departemen terkait yang relevan, dan Departemen Keuangan sebagai pihak

penerima tahap terakhir.

Aset negara dari donor bilateral dan multilateral dan juga LSM internasional dan

nasional harus ada surat penyerahan resmi yang ditandatangani ke BRR. BRR kemudian

memberikan kepada penerima aset ini surat resmi penyerahan yang telah ditandatangani.

Pengalihan aset-aset ke

pemerintahan setempat di

Nias dan Nias Selatan. Ketika

sistem data BRR dibangun,

belum terduga bahwa BRR akan

memerlukan basis data tersendiri

yang dapat merekam pokok-

pokok on-budget dan off-budget.

Kebutuhan ini baru muncul

belakangan, 28 Februari 2008.

Foto: BRR/Bodi CH

114

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 55: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Gambar 7.8 Peranan BRR sebagai Balai Kliring untuk Aset

Beberapa aset hasil pekerjaan rehabilitasi dan rekonstruksi tidak diserahkan kepada

pemerintah provinsi maupun kabupaten. Aset ini adalah aset yang dikategorikan

oleh undang-undang negara sebagai kepemilikan strategis nasional seperti bandara,

pelabuhan, dan jalan-jalan utama. Kepemilikan dan juga kelanjutan operasional dan

tanggung jawab pemeliharaannya diserahkan langsung ke departemen terkait.

Semua aset yang dibuat melalui program dan proyek yang diperoleh atau dibangun di

bawah pengawasan mandat rekonstruksi dan rehabilitasi BRR, baik dari on-budget (t APBN,

DIPAPP , pinjaman, hibah) maupun dana off-budget (LSM internasional, donor, LSM nasional) t

dianggap sebagai aset nasional yang akan dikelola oleh Menteri Keuangan (Direktorat

Jenderal Manajemen Aset).

Dalam menyerahkan aset-aset ini, Wakil Ketua Keuangan dan Perencanaan BRR

(Direktorat Manajemen Aset) bertanggung jawab atas:

Inventarisasi aset1. off-budget (memvalidasi keberadaan, kelengkapan,t

fungsionalitas, dan kepemilikan);

Mengoptimalkan penggunaan aset oleh badan-badan pemerintah yang relevan2.

Memastikan bahwa dokumentasi lengkap dan sah 3.

Strategi BRR adalah membuat inventaris aset on dan off-budget bersama-sama dengan

tim pemerintah kabupaten/kota (Pemda TK II34dan Kantor Wilayah BRR). Hasil inventaris

BRR Regional

LSSMM

PeemmeerinntahhInndoonnessia && DDonooor

Angggaaraan NNeggarraa

Deputi Sektoral

DirektoratAkuntansidan Manajemen Aset

BBBiiillliiikkk KKKllliiirriiinnggg BBBRRRRRR

Pemerintah Lokal/Daerah

/Departemen Terkait/Badan

Komunitas Masyarakat

Usaha Milik Pemerintah

Bagia

n 7.

Men

gakh

iri P

erjal

anan

dan

Men

ingga

lkan

Waris

an A

badi

115

Page 56: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

aset tingkat distrik diperiksa oleh tim provinsi (pemerintah lokal provinsi, BRR, dan Kanwil

I DJKN35) dan untuk persiapan pelimpahan kepada pemerintah provinsi.

Bila dirasakan ada masalah dengan aset tersebut, aset kemudian dibukukan dan

diserahkan dari pemerintah kabupaten/kota kepada Tim Penuntasan BRR (terdiri atas

Kantor Regional BRR, Kedeputian Sektor dan Direktorat Akuntansi dan Manajemen Aset)

untuk dicarikan penyelesaiannya kemudian diserahkan kembali kepada pemerintah

kabupaten/kota untuk penyerahan awal.

Sistem Manajemen Aset yang Terkomputerisasi

Seperti sudah disebutkan ada beragam sistem data yang dibuat oleh divisi dan seksi-

seksi yang bekerja di bawah divisi. Melihat ke belakang, seharusnya sistem data dibuat

berbeda, tetapi ketika penekanan dan tuntutannya adalah pelaksanaan yang mendesak

untuk rakyat yang tak mempunyai rumah, makanan dan pekerjaan, sumber data tidaklah

prioritas utama.

Sumber untuk data aset inventaris on-budget adalah sistem akuntansi Departement

Keuangan (SABMN) yang mencatat pengeluaran BRR dan diaudit oleh berbagai badan

audit yang lain (BPK, BPKP, dan pengaudit eksternal).

Sumber informasi aset off-budget adalah laporan donor/LSM ke sumber datat

RAN milik BRR yang dicocokkan dengan nota konsep proyek (PCN), kontrak-kontrak

dan dokumen lain dari pihak donor/LSM sendiri pada laporan akhir mereka ke BRR.

Pertanggungjawaban dan verifikasi kepemilikan aset didukung oleh UNORC.36

Satu tugas utama yang timbul dari konsolidasi adalah penggabungan data. Karena

setiap indikator kinerja utama bisa mempunyai beberapa input dari beragam sumber, sulitt

mengabungkan catatan keuangan karena beragamnya sumber pendanaan dari setiap

input–on-budget/on-treasury, yy on-budget/off-treasury, dan yy off-budget/off-treasury.

Sebuah sistem informasi dan manajemen aset (SIMAS) dibuat dengan bantuan AusAID

dan GTZ untuk membantu pelimpahan aset publik ke pemerintah lokal. Sistem ini

memetakan aset berdasarkan platform sistem informasi geografis (GIS) untuk mencatat

aset beserta: pencitraan satelitnya, peta geospasial setiap aset, dan informasi berupa teks

dari setiap aset.

SIMAS menggabungkan sejumlah sumber data yang ada (seperti disebutkan di atas)

yang dipakai untuk laporan keuangan dan catatan operasional aset on dan off-budget

yang dikembangkan oleh berbagai divisi dan seksi di dalam divisi BRR. Ia memasukkan

hasil-hasil dari inventarisasi, referensi-geo, aset foto, dan pencitraan satelit dari publik on

dan off-budget.

SIMAS memfasilitasi usaha-usaha BRR untuk mencatat eksistensi dan georeferensi dari

setiap on dan off-budget aset tetap secara transparan dan bertanggung jawab untuk t

dilimpahkan ke pemerintah lokal. SIMAS bersama dengan sistem akuntansi pemerintah

116

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 57: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

(SABMN/SIMBADA) memberi informasi operasional dan pemeliharaan berikut pada

pemakai akhir:

Departemen Keuangan

Kantor Gubernur

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Manajemen Aset (Kanwil I DJKN)

Kantor Wali Kota/Kabupaten dan Dinas Keuangan dan Kekayaan Daerah

Kantor Wali Kota/Kabupaten dan Kantor Provinsi Pekerjaan Umum

Bappeda,37 dan

Departemen-departemen Sektor Operasional pada Tingkat Distrik dan Provinsi,

terutama Kesehatan dan Pendidikan.

Sesudah invetarisasi, validasi dan penyerahan pendahuluan dilakukan baik untuk aset

on dan off-budget dan hasil konsolidasi melalui sistem SIMt AS, penyerahan formal dari BRR

kepada pengendali sistem akan dilakukan pada akhir mandat BRR pada April 2009.

Penyerahan Proyek-proyek yang Belum SelesaiWalaupun sebagian besar mandat sudah tercapai dan komitmen terlaksana, beberapa

proyek dan komitmen dana perlu diteruskan selama 2009. Situasi unik ini timbul dari

persimpangan antara keharusan taat hukum untuk menutup BRR pada 16 April 2009 dan

keharusan meneruskan pekerjaan di lapangan.

Dalam hubungan ini, BRR harus mempertimbangkan beberapa skenario penyerahan:

Apa yang harus dilakukan terhadap proyek yang akan memakan waktu bertahun-

tahun dan akan selesai jauh sesudah BRR ditutup dan bagaimana pendanaannya?

Bagaimana BRR merangkum dan menilai usaha kolektif semua kontributor dengan

mandat target rekonstruksi dan rehabilitasi?

Jenis persoalan apa yang akan disisakan atau kegiatan yang mungkin akan

ditinggalkan sesudah BRR ditutup, dan bagaimana cara menangani dan

mendanainya dalam situasi normal?

Ketika BRR bersiap menutup kantornya, proyek portofolio mereka bisa dikategorikan

sebagai berikut dalam hubungannya dengan skenario pelimpahan: proyek tahun jamak

(dari IRFF, APBN, dan sumber keuangan lain); proyek-proyek yang selesai pada atau sekitar

31 Desember 2008 seperti rencana; aset off-budget yang dibuat oleh LSM bilateral dan

internasional dan nasional; dan proyek-proyek yang masuk ke kuartal pertama 2009

ditambah dengan sejumlah kecil proyek-proyek yang dihapus dari program empat tahun

rekonstruksi dan rehabilitasi BRR, termasuk proyek yang belum selesai terutama karena

soal-soal kontrak, kualitas atau pertikaian antarpenerima manfaat.

Bagia

n 7.

Men

gakh

iri P

erjal

anan

dan

Men

ingga

lkan

Waris

an A

badi

117

Page 58: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Gambar 7.9 Pembuatan Anggaran 2009

222 M (RM) 415 M (RM)

3.673 T

1.788 T (PHLN) 1.663 T (RM)

RKP 2009

Deconsentrations Fund/Tugas Perbantuan

Apa yang Harus Dilakukan dengan Proyek-proyek Tahun Jamak? 38

Proyek-proyek yang “memang direncanakan tidak selesai” adalah proyek-proyek tahun

jamak yang dilaksanakan melebihi satu tahun anggaran dan tak dapat diselesaikan

dalam masa mandat BRR. Orang dapat berkesimpulan bahwa dari namanya saja “tahunan”

adalah proyek yang besar dan masuk kategori “proyek infrastruktur besar dan strategis”.

Pendanaan proyek-proyek menahun berasal dari beragam sumber: pemerintah Indonesia

(melalui APBN), MDF (ditangani oleh Bank Dunia).

ADB, AFD39 dan JBIC.40 Proyek-proyek ini memerlukan kewenangan dan mekanisme

baru untuk menyelesaikan proyek sesudah penutupan BRR.

Untuk menghadapi soal ini, pemerintah menyiapkan sebuah anggaran untuk periode

transisi dalam tahun fiskal 2009. Ini akan didanai melalui tiga jalur sebagai berikut:

BRR : untuk biaya-biaya umum dan administrasi serta

proyek diselesaikan

Pemerintah Lokal : untuk kelanjutan proyek didanai oleh pemerintah

Indonesia

Departemen Terkait : untuk kelanjutan proyek yang didanai oleh hibah

dan pinjaman

Biaya Umum & Administrasi

Penyelesaian Rekonstruksi BRR

Penerusan Pekerjaan Rekonstruksi oleh Departemen dan Pemerintah

Lokal

Kementrian/Lembaga Pemerintah Daerah

DINAS DINAS DINAS DINAS DINAS DINAS

Dinas di Bawah Pemerintah Lokal Aceh dan Nias

Catatan untuk Kementerian/LembagaDiatur dengan Peraturan Pemerintah PP No. 8 Tahun 2006Badan Pelaksana adalah kementerian/lembaga yang relevan

118

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 59: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

BRR mengadakan persetujuan dengan MDF untuk bersama-sama mendanai

pembangunan infrastruktur yang besar dan aset strategis melalui dua jalan: Program IRFF

(Infrastructure Reconstruction Financing Facility) yang didanai oleh MDF dan dikelola

oleh Bank Dunia, dan Proyek IREP (Infrastructure Reconstruction Enabling Project) yang

mendukung IRFF dengan penekanan pada pengembangan kapasitas pada tingkat lokal.

Program IRFF ini adalah program kemitraan tunggal yang paling penting yang

pernah dilakukan oleh BRR dalam arti program ini berkonsentrasi pada proyek-proyek

infrastruktur yang besar dan merupakan program sektoral terbesar yang pernah

dilaksanakan oleh BRR di samping proyek perumahan dan permukiman. Proyek-proyek

IRFF secara kolektif mencakup 34 persen dari semua proyek infrastruktur pada 2008 dan

30 persen dari semua proyek selama BRR berdiri.

Pelaksanaan program IRFF yang penuh dengan negosiasi yang kompleks dan

berlarut-larut, ditambah dengan modalitas pengadaan barang/jasa yang jelimet, telah t

memperlambat subproyek infrastruktur yang akan didanai.

Proyek tersebut dimaksudkan untuk menyuntik dana sebesar US$ 300 juta ke usaha-

usaha rekonstruksi dan rehabilitasi yang didanai bersama oleh pemerintah Indonesia

dan MDF serta dikelola oleh Bank Dunia. Pengalokasian dananya adalah 70 persen oleh

pemerintah Indonesia (senilai US$ 200 juta) dan 30 persen oleh MDF (senilai US$ 100

juta).

Program IRFF dicetuskan pada Januari 2006 dan dalam waktu enam bulan nota konsep

proyek (PCN) dibuat untuk proyek-proyek prioritas dan terpilih. Proyek-proyek ini akan

menjadi penting dan terpandang bagi rakyat Aceh dan Nias. Harapannya adalah bahwa

pengerjaan konstruksi proyek akan dimulai pada Januari 2007.

Karena negosiasi yang berlarut-larut, pengambilan keputusan tingkat tinggi yang

memerlukan persetujuan dari kantor pusat Bank Dunia di Washington DC, perubahan

personel di kantor Bank Dunia di Jakarta dan tertundanya modalitas pengadaan barang/

jasa Bank Dunia, perjanjian hibah baru ditandatangani pada 15 Januari 2007 dan 18 bulan

setelah PCN dikeluarkan barulah konsultan desain dan pengawasan mulai bekerja.

Sementara itu, karena siklus anggaran pemerintah Indonesia dan tekanan masyarakat

untuk melakukan sesuatu, BRR terpaksa menggunakan dana mitranya yang dialokasikan

untuk program ini. Apabila BRR gagal menggunakan dana ini, aliran anggaran ini akan

terputus pada akhir tahun dan alokasi dana tadi akan hangus. Pada hakikatnya, BRR

memakai dana mitranya (sekitar US$ 15l juta) untuk mendanai proyek-proyek prioritas

dan mendesak di bawah program yang memakai dana pemerintah Indonesia 100 persen.

Hal ini mengakibatkan terganggunya rasio pendanaan 70 persen pemerintah Indonesia,

30 persen MDF. Urutan peristiwa ini terlihat di Gambar 7.9.

Ini berarti bahwa BRR harus menegosiasikan pengaturan pendanaan yang baru dengan

MDF melalui sekretariat dan badan pengawasnya, yaitu Bank Dunia. Negosiasinya

kemudian menjadi berlarut-larut dan sampai 31 Desember 2008, yaitu tanggal

Bagia

n 7.

Men

gakh

iri P

erjal

anan

dan

Men

ingga

lkan

Waris

an A

badi

119

Page 60: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Gambar 7.10 Jadwal Proyek IRFF

pelimpahan, perubahan perjanjian hibah masih belum dilaksanakan 41—hal ini terjadi

meskipun adanya persetujuan antara semua pihak (Bank Dunia, MDF, Departemen

Keuangan, Bappenas, dan departemen terkait) pada 3 Juli 2008 tentang pengaturan

keuangan dan konsep Perubahan Persetujuan Hibah No. 2.

Mekanisme pendanaan merupakan landasan untuk penyerahan proyek-proyek

tahunan ke departemen terkait, seperti Pekerjaan Umum, dan setiap penundaan dalam

pengaturan ini akan menghambat persiapan akhir untuk pelimpahan.

BRR mengusulkan pengaturan pendanaan transisi yang diterima oleh semua pihak

pada Juli 2008 untuk membuat mekanisme yang memastikan pendanaan proyek-proyek

tahunan sampai selesai. Rasio 70 persen ke 30 persen diganti menjadi:

Pemerintah Indonesia = US$ 126,5 juta atau 55 persen

MDF = US$ 99,91 juta atau 45 persen

Dana ini berlaku pada proyek-proyek berikut (total 59 paket):

Pelabuhan - 5 Paket

Air & Sanitasi - 8 Paket

Pengadaan Air - 5 Paket

Jalan Raya - 8 Paket

Jalan Provinsi - 10 Paket

Jalan Distrik - 23 Paket

Proyek IRFF yang 100 persen dibiayai oleh pemerintah Indonesia

US$ 151 Juta US$ 226 Juta

Proyek IRFF

JAN 2006200Diskusi dimulai

JUNI 2006I 200PCN terbit

DES 2007S 200

15 JAN 2007AN 20Perjanjian Hibah ditandatanganig

OKT 2007T 200Konsultan

dimobilisasiobilisa

DES 2008200

120

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 61: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Demikian pula, ada strategi-strategi tersendiri dalam berurusan dengan proyek-proyek

tahunan dari ADB, AFD, dan JBIC. BRR terlibat penuh dalam menyusun proyek-proyek

anggaran pendanaan 2009 dengan departemen terkait.

Transisi proyek-proyek infrastruktur ini setiap saat dinegosiasikan dengan departemen

terkait, Departemen Pekerjaan Umum mengambil peran utama sebagai badan pelaksana

untuk sebagian besar program/proyek dan Bappenas menjadi badan pelaksana untuk

program-program ADB dan proyek-proyek yang erat kaitannya dengan Departemen

Pekerjaan Umum.

Semua proyek infrastruktur yang didanai oleh MDF/ADB/AFD/JBIC ada di bawah satu

badan pelaksana di Departemen Pekerjaan Umum dengan Unit Manajemen Proyek (PMU)

yang didedikasikan penuh tambahan pula, beberapa dari mereka akan mempunyai Unit

Pelaksana Proyek (PIU) yang berdedikasi di departemen terkait lain, misalnya semua

proyek pelabuhan IRFF akan dikelola oleh Departemen Perhubungan melalui sebuah PIU.

Pengaturan untuk Proyek-proyek Bank Pembangunan Asia (ADB)

Program pelimpahan ADB relatif lebih santai dengan dialog yang konstruktif dan

terbuka selama masa transisi.

Gambar 7.11 Pengaturan Transisi

PROYO EK MDFDILIMPAHKAN KE

(KEMENTERIAN/LEMBAGA)

Proyek Sistem Administrasi Pertanahan Aceh (RALAS)

Dukungan terhadap Daerah Miskin dan Terkebelakang

Proyek Pengembangan dan Penghidupan Nias (Nias LEDP)

Fasilitas Pendanaan Pengembangan Ekonomi (EDFF)

Pemulihan dan Perencanaan Berbasis Kecamatan Nias

Program Pemberdayaan Rekonstruksi Infrastruktur

Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur

Proyek Rekonstruksi dan Rehabilitasi Berbasis Komunitas Pemukiman (ReKompak)

Pemulihan Komunitas melalui Pemulihan Kota (UPP)

Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Departemen Pengembangan Daerah Terkebe-lakang (KPDT)

Departemen Dalam Negeri

Departemen Pekerjaan Umum

Bagia

n 7.

Men

gakh

iri P

erjal

anan

dan

Men

ingga

lkan

Waris

an A

badi

121

Page 62: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

ADB melaksanakan proyek-proyek dengan bekerja sama

BRR senilai US$ 294,50 juta; ini di luar kontribusi ADB

ke MDF sebesar US$ 10 juta. Kontribusi ini dialokasikan

kepada berbagai area seperti tertera di Tabel 7.2. di

samping ini.

Pengaturan transisi diberikan kepada Bappenas yang

akan menjadi badan pelaksana dan wadah untuk kantor

manajemen proyek. Hanya sebagian dari program

yang belum selesai pada saat BRR ditutup. Program ini

mencakup pembangunan jalan dan jembatan, pengadaan

air bersih di daerah pedalaman serta sanitasi, pendidikan,

dan komponen fidusia.

Jalan dan jembatan diklasifikasikan sebagai infrastruktur

dan oleh karena itu akan dilaksanakan oleh Departemen

Pekerjaan Umum, yang sudah ditunjuk sebagai badan

pelaksana untuk proyek-proyek MDF. Satuan kerja akan

didirikan untuk proyek-proyek ADB. Pengadaan air bersih

untuk daerah pedalaman dan sanitasi akan dilaksanakan

oleh Departemen Kesehatan. PIU lain akan didirikan dan

yang akan melapor ke PMU di Bappenas. Komponen pendidikan akan dilaksanakan oleh

Departemen Pendidikan Nasional, PIU tambahan akan didirikan dan melapor ke PMU di

Bappenas. Bappenas akan mempertahankan PIU untuk Komponen Pengawasan Fidusia.

Pengaturan-pengaturan untuk Proyek-proyek Agence Française de Développement (AFD) dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC)

Seperti ADB, pelimpahan proyek-proyek ini relatif lancar karena mereka diklasifikasi

sebagai infrastruktur dan dilimpahkan kepada Badan Pelaksana Departemen Pekerjaan

Umum di bawah kendali PMU yang baru didirikan.

Manajemen Risiko – Memastikan Bahwa Proses Tetap pada Jalurnya

Pada tahun terakhirnya BRR memperkenalkan manajemen risiko untuk memonitor dan

mengevaluasi proses menuju transisi dan pembubaran. Model manajemen risiko berikut

dipakai (Gambar 7.13.). Sejak Juli 2008, diadakan rapat manajemen dua mingguan yang

melibatkan setiap orang di BRR untuk mengevaluasi keadaan terkini dengan memakai

model transisi dan manajemen.

KomponenAlokasi

(US$ Juta)

1 Pertanian 35,0

2 Perikanan 28,0

3 Pengusaha Kecil & Mikro 15,0

4 Kesehatan 13,0

5 Pengadaan Air Pedesaan & Sanitasi 7,0

6 Pendidikan 17,5

7 Perumahan 70,8

8 Irigasi 30,0

9 Perencanaan Ruang & Lingkungan 17,0

10 Jalan dan Jembatan 37,0

11 Listrik 9,7

12 (a) Pengawasan Pengelolaan Anggaran (AFT) 11,0

(b) Pengawasan Pengelolaan (Belanda 3,5

Total 294,5

Tabel 7.2 Alokasi-alokasi Proyek ADB ETESP

122

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 63: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

BRR mengevaluasi empat bidang manajemen risiko:

Risiko Operasional 1.

Mempertahankan komitmen terhadap kualitas–Balai Kliring melaporkan

kesulitan-kesulitan yang dijumpai.

BRR harus memastikan bahwa segala sesuatu selesai pada waktunya dan

dilaksanakan pada masa BRR masih berdiri.

Risiko Keuangan2.

Melapor–memastikan ketaatan pada pertanggungjawaban (dibahas lengkap di

Bab 5).

Audit–menyiapkan auditor dengan waktu yang cukup untuk melihat semua

catatan dan memfasilitasi jalan keluar untuk persoalan-persoalan audit (dibahas di

Bab 6).

Pendanaan–menerima

janji-janji bantuan, dan

mengubahnya menjadi

komitmen dan pencairan

dana untuk mencapai tujuan-

tujuan (seperti diulas secara

mendalam di Bab 1 dan 2)

Risiko Legal 3.

Pengadaan–memastikan

ketaatan baik sebelum

penilaian dan sesudah

pelaksanaan, semua tunduk

pada pedoman pengadaan

(barang/jasa) pemerintah

Indonesia yang telah

dimodifikasi oleh presiden

untuk dilaksanakan BRR.

Lingkungan–memastikan

ketaatan pada semua

pedoman yang ada.

Risiko Politik4.

Internasional–BRR harus

memastikan dialog dan

forum yang terbuka untuk

memastikan suara-suara pihak donor didengar dan sebaliknya bahwa pandangan-

pandangan pemerintah Indonesia dan strategi-strateginya diberi tempat pada

tingkat yang sesuai.

Nasional–BRR harus mempertimbangkan implikasi-implikasi dari lingkungan

politik antara pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Ada beberapa

Gambar 7.13 Model Manajemen Risiko

PemahamanEvaluasi

Prioritas

Iden

titas

Pengelolaan

Meninjau Kembali

Bagia

n 7.

Men

gakh

iri P

erjal

anan

dan

Men

ingga

lkan

Waris

an A

badi

123

Page 64: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

persilangan pendapat dan BRR harus mengidentifikasi hal itu dan melakukan

manuver di antara konflik-konflik tersebut.

Lokal–Karena kebijakan desentralisasi dan otonomi khusus pemerintah, BRR

berada dalam situasi harus meladeni perbedaan-perbedaan persepsi tentang

bagaimana kebijakan-kebijakan ini dimengerti pada tingkat lokal. Transisi yang

mulus, bersih, dan efektif mempunyai risiko yang besar karena pemerintah

provinsi terutama mempunyai visi yang berbeda tentang pasca-BRR dengan

pemerintah pusat dan bahkan dalam BRR sendiri. Terlebih lagi, pemerintah lokal

berusaha memakai pendekatan selektif dalam menerima aset-aset yang sudah

selesai, menunda-nunda keputusan tentang siapa yang akan mengelola proyek

tersebut sesudah pelimpahan kepemilikan

Kesimpulan dan Pencapaian Sejak awal ditetapkan bahwa BRR punya waktu empat tahun untuk melaksanakan

mandatnya. Pasal-pasal yang jelas menyebutkan masa akhir berdirinya BRR penting

untuk mencegah agar lembaga ad hoc ini tidak akan berdiri lagi setelah dibubarkan.c

Keterlibatan BRR setelah fase rekonstruksi selesai akan sangat merugikan kepemilikan

pemerintah lokal. Transisi yang menyeluruh dan strategi penutupan harus diformulasikan.

Investasi yang dibuat oleh mitra dari seluruh dunia perlu dipelihara dalam jangka

panjang untuk memungkinkan pemulihan ekonomi Aceh dan Nias. Pada fase akhir

berdirinya, BRR memulai dialog teknis dan politik yang tidak pernah terjadi sebelumnya

dengan pihak mitra pada tingkat internasional, nasional, dan lokal untuk memastikan

transisi yang mulus, bersih, dan efektif. Departemen terkait dan pemerintah lokal

diikutkan dalam mendesain proyek, mengidentifikasi dan mendesain mekanisme

pendanaan, dan organisasi pelaksanaan proyek untuk proyek-proyek yang akan selesai

sesudah 2008.

Mengidentifikasi strategi untuk program-program yang akan diserahkan ke mitra-mitra

pemerintah lokal atau pusat dan lembaga-lembaga terkait hanyalah langkah pertama

dalam melestarikan hasil fisik rekonstruksi. Penyerahan pengetahuan, pengendapan

memori lembaga, dan proses-proses yang diambil BRR untuk melaksanakan dan

mengoordinasi sama pentingnya, kalau tidak demikian maka pelajaran yang sudah

diperoleh akan sia-sia. Selama rekonstruksi, BRR memberikan kesempatan untuk

belajar sambil mengalami melalui partisipasi mitra lokal dalam proses tersebut.

Dibukanya kantor-kantor BRR di daerah, misalnya, membuka jalan untuk kolaborasi dan

pengikutsertaan pemerintah lokal. Pertukaran pengetahuan yang diperoleh dalam proses

ini adalah batu loncatan untuk mengelola pembangunan ini.

Pada semua tahap proses bisnis yang dipakai BRR, termasuk pembuatan proses

bisnisnya, membuat mekanisme koordinasi, melaksanakan program-program dan

proyek-proyek, mengelola keuangannya dan akhirnya mendesain dan melaksanakan

124

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 65: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

transisi dan strategi untuk bubar, BRR meminta tuntunan dan petunjuk dari badan-badan

ternama di dunia, perusahaan-perusahaan konsultan dan para ahli untuk memastikan

manajemennya mendapat nasihat terbaik sebelum mengambil keputusan final. Hal ini

memastikan bahwa BRR akan memelihara integritasnya dan akuntabilitasnya selama BRR

berdiri, meninggalkan warisan yang abadi.

Bagia

n 7.

Men

gakh

iri P

erjal

anan

dan

Men

ingga

lkan

Waris

an A

badi

125

Page 66: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Catatan1. Menurut Koalisi Evaluasi Tsunami-Tsunami Evaluation Coalition (TEC)-jumlah

janji pemberian dana untuk Aceh kurang dari US$ 9,0 miliar janji pemberian dana saat Hurricane Mitch di 1998, dan US$ 8,2 juta janji pemberian dana untuk Afghanistan periode 2004–2007 serta US$ 9,4 miliar bagi Irak di 2004 (TEC 2006). Irak memperoleh hampir US$ 15 miliar dari OfficialDevelopment Aid dari para anggota OECD DAC sebagai pembebasan hutang di 2005, sementara hanya setengah dari jumlah ini yang terwujud menjadi dana untuk tsunami di tahun yang sama. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)mengimbau bantuan untuk tsunami adalah yang terbesar ketiga setelahPBB mengimbau untuk Sudan (2005) dan Irak (2003).

2. Berdasarkan penilaian Bank Dunia terhadap pendapatan kotor per kapita, 2007.

3. Indonesia ditangguhkan membayar hutang sebesar US$ 2,7 miliar.Pembayaran hutang, yang jatuh tempo pada 2005, ditunda selama lima tahun dengan masa tenggang satu tahun. Pemerintah Indonesia beserta parlemen setuju bahwa US$ 2,1 miliar akan dialokasikan untuk rekonstruksi di tahun anggaran 2005 sedangkan sisa US$ 600 miliar dialokasikan kelain tempat.

4. Wawancara bersama kontributor, 2008.5. Laporan Scanteam mengenai Multi-Donor Trust Funds di seluruh dunia.

Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun Bank Dunia bertindak sebagaipengurus.

6. Institute of Development Studies, http://www.ids.ac.uk7. Dalam praktiknya, kelengkapan dan akurasi dari RANdatabase berkatian

dengan kedisiplinan para mitra untuk melaporkan perkembangan terkini dalam database tersebut; memantau aliran dana dan hasil fisikmenimbulkan pekerjaan tambahan bagi sistem yang sudah padat karya. Awalnya rendah, tingkat kepatuhan pelaporan mencapai 92 persen pada Desember 2008.

8. www.niasisland.com, 2006. 9. BBC News Asia, “Aceh Restoration ‘Close to Zero,” 9 Mei 2005.10. Keputusan KPPN No. 13/2003 mengenai mekanisme anggaran.11. Menurut peraturan perpajakan, hibah asing dibebaskan dari pajak selama

digunakan oleh penerima yang ditentukan atau diserahkan ke pemerintah saat proyeknya selesai, namun akan terkena pajak apabila selanjutnya diserahkan ke sektor swasta.

12. BRR 200813. “Kapasitas serap” adalah istilah yang dipakai dalam ekonomi pembangunan

untuk menggambarkan kapasitas ekonomi untuk menyerap tambahan danadari luar yang berasal dari investasi asing atau bantuan.

14 Tidak semua dana yang tak terpakai dipindahkan, hanya dana yang terkait pada proyek yang belum selesai. Alokasi untuk pengeluaran rutinadministrasi pada umumnya tidak dipindahkan.

15 No. S - 9255/Pb/2006 22 Desember 2006

126

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 67: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

16 Perdirjen No. 03 /PB/200717 Perdirjen No. 70/PB/2007/0/200518 Dengan peraturan ini, hanya barang dan jasa yang diberikan oleh kontraktor

utama dari dana rekonstruksi bantuan asing yang mendapat pembebasandari pajak pertambahan nilai (PPN). Pembebasan pajak tak berlaku bagi subkontraktor dan proyek-proyek yang dibiayai oleh hibah dalam negeri.

19 WFP Shipping Service, Project Appraisal Document II, June 2006.20 Hanya LSM yang terdaftar dalam Pusdatin yang masuk dalam hitungan ini.

Angka sebenarnya lebih tinggi21 Wawancara oleh kontributor, Desember 2008.22 Serambi Indonesia, 16 October 200823 Serambi Indonesia, 30 September 2007.24 Melalui amendemen terhadap Peraturan Presiden No. 70/05.25 Sebagaimana diuraikan di dalam Keppres 80/03, dan disetujui oleh

Peraturan Presiden No. 70/05 untuk pengadaan dari Barang-barang danJasa-jasa.

26 BPK memulai audit laporan finansial dari jajaran kementerian pada 2006.Sebelumnya, BPK hanya meninjau laporan pertanggungjawaban finansial nasional oleh Menteri Keuangan.

27 Meski telah berupaya untuk menjangkau seluruh organisasi, kebanyakanpartisipan telah melengkapi program-program mereka di Aceh dan Nias,menjadikannya sulit bagi Pusdatin Outreach Team untuk mengontak mereka dan meminta konfirmasi.

28 Permendagri No. 17/2007 (SIMBADA- Aset) dan Permendagri No. 59/2007(SIMDA - Finansial).

29 CNN, www.cnn.com, 17 Januari 2009.30 BPKP adalah aparat negara yang melapor langsung kepada presiden dan

bertanggung jawab atas audit dari kegiatan yang spesifik didanai olehanggaran pemerintah pusat dan provinsi. BPKP telah menciptakan sebuah“strategi antikorupsi nasional” berdasarkan studi yang berlangsung selamadua tahun tentang korupsi di Indonesia.

31 Hukum No. 20/2001 mengembangkan hukum antikorupsi awal di 1999.32 Definisi ADB (Pedoman Laporan Penyelesaian Proyek ): Sebuah proyek

dianggap selesai bila fasilitas dan komponen-komponennya padadasarnya telah selesai dan siap dioperasikan (terlepas dari selesainyapertanggungjawaban keuangannya).Definisi Bank Dunia (Pedoman Fasilitas Lingkungan Global): Sebelum proyek ditutup, diadakan kunjungan akhir ke lapangan untuk memonitor keadaan.Kunjungan ini boleh ditiadakan apabila proyek tersebut sudah pernahdimonitor dan terbukti telah mengikuti peraturan-peraturan secara baik.Definisi Bank Dunia (Pemulihan Tsunami di Sri Lanka): Sebuah fasilitas yang baru dibangun atau direnovasi telah mencapai tahap akhir, terkadang disebut penempatan bermanfaat, bila dianggap layak untuk penempatan secara penuh dan operasi aktif yang total.

33 On granting adalah sebuah proses hibah yang diterima oleh pemerintah gpusat dihibahkan lagi ke pemerintah lokal yang melaksanakan proyek. On lending adalah mekanisme serupa yang diberlakukan pada pinjaman.

34 Pemerintah Lokal Tingkat Distrik.

127

Page 68: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

35 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bendahara Nasional pada tingkat provinsi.

36 Kantor Koordinator Pemulihan PBB.37 Badan perencanaan tingkat provinsi.38 BRR mendefinisikan proyek tahunan sebagai proyek-proyek yang sudah

dimulai atau ditenderkan dan dikontrak oleh BRR, tetapi sesuai rencana,akan dilaksanakan sesudah BRR ditutup pada 16 April 2009.

39 Agence Française de Développement (AFD)40 Japan Bank for International Cooperation (JBIC)41 Ringkasan tentang penilaian MDF dapat diperoleh dari Dr. Kuntoro

Mangkusubroto’s “Appraising the MDF’s Contribution to the Reconstructionof Aceh and Nias” yang disampaikan kepada rapat Dewan Pengarah MDF pada 18 Desember 2008 di Jakarta.

128

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 69: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Bagian 1Bappenas. The Master Plan for the Rehabilitation and Reconstruction of Aceh

and Nias – Main Book. Jakarta: Bappenas, Jakarta, 2005.

Harford, T, Hadjimichael, B and Klein, M. The Supply of Aid: How Are DonorsGiving, and to Whom?, Public Policy for the Private Sector. http://rru.worldbank.org (2004): Note Number 276 pp 1-4.

Hurley R. Managing Yourself: The Decision to Trust’, Harvard Business Review, September 2006.

Kim, W.C and Mauborgne, R. ‘Fair Process: Managing in the KnowledgeEconomy’, Harvard Business Review, July-August 1997.

Masyrafah, Harry and McKeon, Jock. Post-Tsunami Aid Effectiveness inAceh: Proliferation and Coordination in Reconstruction. Washington DC:Wolfhensohn Center for Development, 2008.

Scanteam. Review of Post-Crisis Multi-Donor Trust Funds. Olso: Scanteam, 2007

TEC. Joint Evaluation of the International Response to the Indian Ocean Tsunami: Synthesis Report. London: Tsunami Evaluation Coalition, 2006.

Transparency International. Corruption Perception Index 2004.

Bagian 2Acharya, Fuzzo, and Moore 2004 as cited in Masyrafah, H and McKeon, M.

Post-Tsunami Aid Effectiveness in Aceh: Proliferation and Coordination inReconstruction, Washington DC: Wolfhensohn Center for Development, 2008.

Acharya, Lima, and Moore. Proliferation and fragmentation: Transactions costs and the value of aid. The Journal of Development Studies 42(1), (2006):1–21.

Bappenas and International Community. Indonesia: Preliminary Damage and Loss Assessment; The December 26, 2004 Natural Disaster, Indonesia:Bappenas, 2005.

Birdsall (2005) as cited by Roodman, D. Competitive Proliferation of Aid Projects:A Model, Center for Global Development Working Paper Number 89 ( June2006).

Cialdini, R. Harnessing the Science of Persuasion, Harvard Business Review 79 no. 9 (2001).

Conger, J. A. The Necessary Art of Persuasion, Harvard Business Review 76 w(1998): 84-96.

Bibliografi

129

Page 70: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Hayek cited by Petsoulas, Christian. Hayek’s Liberalism and Its Origins: His Ideaof Spontaneous Order and the Scottish Enlightenment.Routledge, 2001-2.

Masyrafah, Harry and McKeon, Jock. Post-Tsunami Aid Effectiveness in Aceh: Proliferation and Coordination in Reconstruction. Washington DC:Wolfhensohn Center for Development, 2008.

Roodman, D. Competitive Proliferation of Aid Projects: A Model, Center for Global Development Working Paper, Number 89, June 2006.

TEC. Joint Evaluation of the International Response to the Indian OceanTsunami: Synthesis Report. London: Tsunami Evaluation Coalition, 2006.

Bagian 3BRR and International Partners. Aceh and Nias One Year After the Tsunami,

December 2005.

Emerson Communications Consultant. BRR NAD Aceh Reflections in the Media,January 2006.

Nazara, Suahasil and Resosudarmo, Budy. Aceh-Nias Reconstruction and Rehabilitation: Progress and Challenges at the End of 2006, ADBIDiscussion Paper, June 29, 2007.

Tuckman, Bruce. Development seqyunce in small group, Psychological Bulletin63 (1965): 384-399.

Zeithaml, Valarie A., Berry Leonard L. and Parasuraman A. The Nature andDeterminants of Customer Expectations of Service, Journal of the Academy of Marketing Science no. 21 Winter (1993): 1-12.

Bagian 4Masyrafah, Harry and McKeon, Jock. Post-Tsunami Aid Effectiveness in

Aceh: Proliferation and Coordination in Reconstruction. Washington DC:Wolfhensohn Center for Development, 2008

Kotter, John P. Leading Change, Harvard Business School Press, January 15,1996.

Tapscott, Don and Williams, Anthony D. Wikinomics: How Mass Collaboration Changes Everything. Penguin Portfolio, 2006.

Bagian 5Behn, Robert D. Rethinking Democratic Accountability, Brookings Institution

Press, 2001

Wolf, Patrick J. and Hassel, Bryan C. Effectiveness and Accountability (Part 1): Alternatives to the Compliance Model,Progressive Policy Institute publication.Progressive Policy Institute, May (2001): 53-76.

Bagian 6Dickstein, Dennis I. and Flast, Robert H. No Excuses, A Business Process

Approach to Managing Operational Risk, Wiley Publishing, January 2009.

130

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 71: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Daftar Singkatan

Singkatan Inggris Indonesia

ADB Asian Development Bank Bank Pembangunan Asia

AIPRD Australia-Indonesia Partnership forReconstruction and Development

Kemitraan Australia-Indonesia untukRekonstruksi dan Pembangunan

APBD Government of Indonesia’s Regional Annual Budget

Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah

APBN Government of Indonesia’s National Annual Budget

Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara

ASEAN Association of South East Asia Nations

Perhimpunan Negara-Negara AsiaTenggara

Bakornas (PBP)

National Coordination Agency (for Disaster Mitigation and Refugees),now has became National Agency for Disaster Mitigation

Badan Koordinasi Nasional (Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi), sekarang bernama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Bapel Executing Agency Badan Pelaksana

Bappeda Agency for the Planning of RegionalDevelopment

Badan Perencanaan PembangunanDaerah

Bappenas National Development Planning Agency

Badan Perencanaan PembangunanNasional

BLM Direct Community Assistance Bantuan Langsung Masyarakat

BPK Supreme Audit Agency Badan Pemeriksa Keuangan

BPS Statistic Center Bureau Badan Pusat Statistik

BRR Agency for the Rehabilitation and Reconstruction of the Regions and Community of Nanggroe AcehDarussalam and the Nias Island of theProvince of North Sumatera

Badan Rehabilitasi dan RekonstruksiWilayah dan Kehidupan MasyarakatProvinsi Nanggroe Aceh Darussalamdan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara

CFAN Coordination Forum for Aceh and Nias Forum Koordinasi untuk Aceh danNias

Dana Otsus Special Autonomy Fund Dana Otonomi Khusus

DAU General Allocation Fund Dana Alokasi Umum

DIPA Issuance of Spending Authority Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Dirjen Directorate General Direktorat Jenderal

DPR House of Representative Dewan Perwakilan Rakyat

DPRD House of Regional Representative Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

131

Page 72: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Singkatan Inggris Indonesia

DRR disaster risk reduction pengurangan risiko bencana

ETESP Earthquake and Tsunami Emergency Sector Project funded by AsianDevelopment Bank (ADB)

Proyek Sektor Bantuan DaruratGempa Bumi dan Tsunami yang dibiayai oleh Asian Development Bank(ADB)

GAM Free Aceh Movement Gerakan Aceh Merdeka

GDP Gross Domestic Product Produk Domestik Bruto (PDB)

GOI Government of Indonesia Pemerintah Republik Indonesia

Inpres Presidential Instruction Instruksi Presiden

INTOSAI International Organization of Supreme Audit Institutions

Organisasi Tertinggi BPK-BPK se-Dunia

IREP Infrastructure ReconstructionEnabling Program

Program Pemampuan Rekonstruksi Prasarana

IRFF Infrastructure ReconstructionFinancing Facilitiy

Sarana Pendanaan RekonstruksiPrasarana

JICS Japan International CooperationSystem

Badan Jepang mengenai Sistem Kerja Sama Internasional

K/L Ministry/Institution Kementerian Negara/Lembaga

Kabapel Head of Implementing Agency Kepala Badan Pelaksana

KfW Kreditanstalt fur Wrederaubau is aGerman Development Bank acting as the funding management manager onbehalf of German Government.

Kreditanstalt fur Wrederaubau adalahBank Pembangunan Jerman yang berperan sebagai pengelola dana atas nama pemerintah Jerman.

KPI Key Performance Indicator Indikator Kinerja Utama

KKN Corruption, Collusion, and Nepotism Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

KPA Budget Authority Officer Kuasa Pengguna Anggaran

KP4D The Village Committee for Housing and Settlement DevelopmentAcceleration

Komite Percepatan PembangunanPerumahan dan Permukiman Desa

KPK Corruption Eradication Commission Komisi Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi

KPPN Office for State Services and Treasury Kantor Pelayanan danPerbendaharaan Negara

KPPN-K Special Office for State Services and Treasury

Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara-Khusus

LAKIP Performance Accountability Report Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

LOGA Law on Governing Aceh Undang-Undang Pemerintahan Aceh(UUPA)

LSM Non-governmental Organization (NGO) Lembaga Swadaya Masyarakat

132

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 73: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Singkatan Inggris Indonesia

MAK Account Code in Indonesian Budgetary System

Mata Anggaran Kegiatan

MDF Multi-Donor Fund Dana Multi-Donor

MenPAN Ministry of State Apparatus Empowerement

Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

MOF Ministry of Finance Departemen Keuangan (Depkeu)

MTR Mid-Term Review Evaluasi Paruh Waktu

MPR People’s Consultative Assembly Majelis Permusyawaratan Rakyat

NAD Nanggroe Aceh Darussalam Nanggroe Aceh Darussalam

NISM Nias Islands Stakeholder Meeting Pertemuan pemangku kepentinganKepulauan Nias

NGO Non-Governmental Organization Organisasi nonpemerintah/ Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

PAD Regional Income Pendapatan Asli Daerah

PBB United Nations (UN) Perserikatan Bangsa-Bangsa

PCN Project Concept Note Nota-Konsep Proyek

PDB Gross National Product (GNP) Produk Domestik Bruto

PDRB Regional Gross Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto

Pemda Regional Government Pemerintah Daerah

Pemkab District Government Pemerintah Kabupaten

Pemprov Province Government Pemerintah Provinsi

Perpres Presidential Regulation Peraturan Presiden

Perppu Government Regulation in Lieu of Law Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

PHLN Foreign Soft Loans/ grant Pinjaman/Hibah Luar Negeri

PMT Exit Strategy Pengakhiran Masa Tugas

PMU Project Management Unit Unit Manajemen Proyek

PNPM National Programme of Community Development

Program Nasional Pengembangan Masyarakat

PP Government Regulation Peraturan Pemerintah

PPK Contract Preparation Officer Pejabat Pembuat Komitmen

PSD Basic Infrastructure and Facilities Prasarana dan Sarana Dasar

PU Public Works Pekerjaan Umum

Pusdatin Center for Data and Information Pusat Data dan Informasi

RAND Recovery Aceh-Nias Database Basis-data Pemulihan Aceh-Nias

RANTF Recovery Aceh-Nias Trust Fund Dana Perwalian Pemulihan Aceh-Nias

ReKompak Community-based Rehabilitation andReconstruction of Settlements

Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pemukiman Berbasis Komunitas

133

Page 74: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Singkatan Inggris Indonesia

RI Republic of Indonesia Republik Indonesia

RKP Government Work Plan Rencana Kerja Pemerintah

RM Pure Indonesian State Budget Rupiah Murni

Rp Rupiah (Indonesian currency) Rupiah

RPJM Mid-term Development Plan Rencana Pembangunan JangkaMenengah

SAK Anti-corruption Unit Satuan Antikorupsi

Satker Project Implementing Unit Satuan Kerja

Satkorlak Unit for Coordinating Implementersof Disaster and Displaced PersonsManagement

Satuan Koordinasi PelaksanaPenanggulangan Bencana danPenanganan Pengungsi

Satlak Implementer Unit Satuan Pelaksana

SK Decree Surat Keputusan

SP2D Fund Disbursement Order Letter Surat Perintah Pencairan Dana

SPM Management Control System Sistem Pengendalian Manajemen

TA Fiscal YearYY Tahun Anggaran

TNI Indonesian National Army Tentara Nasional Indonesia

UKM Small and Medium Enterprise (SME) Usaha Kecil dan Menengah

UN United Nations Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

UNDP United Nations Development Programme

Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

UNORC United Nations Office of the RecoveryCoordinator for Aceh and Nias

Badan Perserikatan Bangsa-BangsaKoordinator Pemulihan khusus untuk Aceh dan Nias

UU Law Undang-Undang

UUPA Law on the Governing of Aceh Undang-Undang tentangPemerintahan Aceh

Wanrah Advisory Board Dewan Pengarah

Wanwas Supervisory Board Dewan Pengawas

WB World Bank Bank Dunia

134

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 75: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

LEMBAR FAKTA

Page 76: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Tabel LF.2 Kebutuhan PendanaanRekonstruksi 2005-2009

TahunAnggaran

RevisiRencana Induk

PerPres47/2008

Komitmen Donor

Off-Budget

On-Budget Komitmen Pemerintah

APBN Kebutuhan On-Budget

(APBN)

Komitmen On-Budget

(APBN)

KekuranganOn-Budget

(APBN) (Non-APBN) RM PHLN

1 2 4 5 6 7 8 9 = (8 - 7)

2005 66.993.387,00 10.472.599,00 2.497.146,00 - 2.497.146,00 2.497.146,00 -

2006 4.727.294,00 6.954.455,00 937.591,00 7.892.046,00 7.892.046,00 -

2007 1.278.811,00 7.842.029,00 3.286.635,00 11.128.664,00 11.128.664,00 -

2008 7.390.948,00 7.523.541,00 2.487.540,00 10.011.081,00 7.000.401,00 (3.010.680,00)

2009 7.390.948,00 3.834.851,00 - 3.834.851,00 - (3.834.851,00)

TOTAL 66.993.387,00 31.630.599,00 28.652.022,00 6.711.766,00 35,363.788,00 28.518.257,00 (6.845.531,00)

Tabel LF.1 Penaksiran Awal Kerusakan dan Kerugian (Sumber: Bappenas 2005)

Dampak Total Kekayaan

Kerusakan Kerugian Total Pribadi Umum

Sektor Sosial 1.674,9 65,8 1.740,7 1.440,6 300,1

Perumahan 1.398,3 38,8 1.437,1 1.408,4 28,7

Pendidikan 110,8 17,6 128,4 9 119,4

Kesehatan 82,5 9,4 91,9 23,2 68,6

Budaya dan Agama 83,4 83,4 83,4

Infrastruktur 636 240,8 876,8 325,9 550,8

Trasportasi 390,5 145,4 535,9 165,8 370,1

Komunikasi 18,9 2,9 21,8 8,6 13,2

Energi 67,8 0,1 67,9 1,1 66,9

Air Bersih & Sanitasi 26,6 3,2 29,8 18,3 11,4

Pengendalian Banjir, Irigasi dan Perlindungan Laut

132,1 89,1 221,2 132,1 89,1

Sektor Produktif 351,9 830,2 1.182,1 1.132 50,1

Pertanian dan Peternakan 83,9 140,9 224,8 194,7 29,9

Perikanan 101,5 409,4 510,9 508,5 2,5

Perusahaan 166,6 280 446,6 428,9 17,7

Lintas Sektor 257,6 394,4 652 562,9 89,1

Lingkungan 154,5 154,5 548,9

Pemerintahan dan Administrasi 89,1 89,1 89,1

Perbankan dan Keuangan 14 14 14

Dampak Total 2.920,4 1.531,2 4.451,6 3.461,4 9.90,1

136

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 77: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Tabel LF. 3 – Pendanaan Tahunan untuk Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Aceh dan Nias

SektorRencana

Induk

APBN

2005 2006 2007 2008 2009 Total

5.384.900 64.399 2.259.255 3.264.490 1.752.436 847.645 8.188.225

Infrastruktur 21.208.700 96.042 1.827.479 2.884.490 3.413.532 5.018.964 13.240.507

Sosial 14.564.000 152.055 1.223.192 1.399.755 882.908 209.649 3.867.559

PengembanganEkonomi

1.499.200 24.631 964.253 1.104.581 235.942 685.425 3.014.832

PengembanganInstitusi 6.111.000

28.075 898.421 719.135 133.227 110.751 1.889.609

Manajemen 49.461 465.410 866.899 689.175 10.825 2.081.770

Total 48.767.800 414.663 7.638.014 10.239.350 7.107.220 6.883.260 32.282.507

Gambar LF.1– Perincian Presentase Komitmen dari Kelompok Pelaku Rekonstruksi

(Miliar US$)

Lem

bar F

akta

137

Page 78: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Tabel LF.4 – Alokasi dan Realisasi Proyek MDF per Desember 2008 (Sumber: MDF 2009)

No ProyekLembaga

MitraLembaga Pelaksana

Proyek On-Budget

1 Reconstruction of Aceh Land Administration System Project (RALAS) Bank Dunia BPN

2Community Recovery Through The Kecamatan Development Project(KDP)

Bank Dunia Departemen Dalam Negeri

3 Community Recovery Through the Urban Poverty Program (UPP) Bank Dunia Departemen Pekerjaan Umum

4Community-Based Settlement Rehabilitation and ReconstructionProject (REKOMPAK)

Bank Dunia Departemen Pekerjaan Umum

5 Infrastructure Reconstruction Enabling Program Bank Dunia BRR/ Departemen Pekerjaan Umum

6 Nias Kecamatan-Based Recovery and Planning Project Bank Dunia Departemen Dalam Negeri

7 Support for Poor and Disadvantaged Areas Bank DuniaKementrian Pengembangan DaerahTertinggal

8 Infrastructure Reconstruction Financing Facility World Bank BRR/ Departemen Pekerjaan Umum

Proyek Off-Budget

9 Technical Support for Badan Rehabilitasi Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias UNDP UNDP/BRR

10 Tsunami Recovery Waste Management Programme UNDP UNDP/Dinas

11Support to Strengthen the Role and Capacity of CSOs in the Recovery of Aceh

UNDP UNDP

12 Capacity Building for Local Resource-based Rural Roads UNDP ILO

13 Sea Delivery and Logistics Program WFP WFP

14 Aceh Forest and Environment Project Bank DuniaLeuser International Foundation/ Fauna and Flora International

15 Tsunami Recovery Port Redevelopment Programme UNDP UNDP

16 Banda Aceh Flood Mitigation Project Bank Dunia Muslim Aid

17 Lamno-Calang Road Maintenance Project UNDP UNDP

18 Aceh Government Transformation Programme UNDP UNDP

Total Alokasi ke Proyek-Proyek

Disaster Risk Reduction-Aceh

Economic Development Financing Facility

Aceh Government Transformation Programme

Sustainable Recovery of Smallholder Farmers Livelihoodsand Improved Forest Conservation in Aceh

Nias Livelihoods and Economic Development Program

Sea Delivery and Logistics Program

Support for Poor and Disadvantaged Areas

Total Realisasi ke Proyek

Total Dana yang Belum Teralokasi dan Belum Dikomitmenkan

Total Dana yang Belum Teralokasi ke Proyek Baru**

Total Kontribusi oleh Donor

* Realisasi di tabel ini dapat mengacu pada dana yang telah dialihkan ke Lembaga Pelaksana walaupun belum dibelanjakan** Total dana belum teralokasi dapat berfluktuasi tergantung nilai tukar, nilai investasi dan biaya administrasi, pernilaian, dan pengawasan

138

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 79: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

US$ juta

Alokasi Realisasi*Persentase

Teralokasi(%)Proyek dimulai Proyek diakhiri

28,50 11,70 41 Jun ‘05 Des ‘08

64,70 64,70 100 Ags ‘05 Des ‘08

17,96 17,90 100 Ags ‘05 Des ‘09

85,00 81,66 96 Okt ‘05 Feb ‘09

42,00 14,13 34 Jul ‘06 Sep ‘09

25,75 10,15 39 Nov ‘06 Des ‘09

25,00 4,08 16 Feb ‘07 Jun ‘10

100,00 19,57 20 Jul ‘06 Des ‘09

22,48 22,48 100 Jul ‘05 Mei ‘09

24,41 19,43 80 Sep ‘05 Des ‘10

6,00 6,00 100 Des ‘05 Feb ‘10

11,80 11,80 100 Jan ‘06 Des ‘09

24,70 24,70 100 Mar ‘06 Feb ‘10

17,53 8,42 48 Feb ‘06 Jun ‘10

3,78 3,78 100 Des ‘05 Des ‘07

4,50 2,05 46 Apr ‘06 Jun ‘09

1,46 1,46 100 Okt ‘06 Des ‘07

9,92 9,92 100 Mei ‘08 Des ‘09

515,49 333,92 65

9,87

50,00

4,06

4,99

20,00

0,33

0,60

89,85

89,23

179,08

691.92

Lem

bar F

akta

139

Page 80: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Tabel LF.5– Realisasi ADB per Desember 2008

Sektor Alokasi Komitmen Kontrak Pembayaran

USD (000) USD (000) % USD (000) % USD (000) %

Pertanian 35.000 36.505 104,30% 31,940 91,26% 31,555 90%

Perikanan 30.000 36.783 122,61% 25,747 85,82% 25,656 86%

UKM 13.500 14.377 106,49% 13,877 102,79% 5,944 44%

Kesehatan 13.000 14.236 109,51% 10,803 83,10% 9,392 72%

Pendidikan 16.000 21.035 131,47% 11,041 69,01% 11,174 70%

Pengadaan Air Bersih 7.000 7.636 109,09% 6,005 85,78% 4,949 71%

Perumahan 73.000 74.636 102,24% 67,671 92,70% 49,348 68%

Irigasi 30.000 35.321 117,74% 29,669 98,90% 27,577 92%

Tata Ruang 16.000 16.055 100,34% 15,980 99,87% 11,170 70%

Jalan dan Jembatan 37.000 45.721 123,57% 32,683 88,33% 24,177 65%

Listrik 9.500 11.900 125,26% 9,347 98,39% 8,922 94%

Pengawasan Fidusier 14.500 14.500 100,00% 12,318 84,95% 10,831 75%

Total 294.500 328.704 111,61% 267,080 90,69% 220,695 75%

Gambar LF.2 – Perbandingan Tingkat Realisasi Anggaran melalui Mekanisme Penyaluran Dana yang Berbeda

US$US$US$ 66 6,7 M7 M7 Millillilliariariar

OnOn-BBUDUDGEGETT(DaD(Da(Da(Danananana PPemPemPemPem ierierierieri tntantantantah)h)h)h)h)

On-TREASURY

Off-TREASURY

Total Dana : US$ 3,0 MiliarGoI : US$ 2,1 MiliarDonor : US$ 0,9 Miliar(MDF, WB, ADB, IDB, JBIC)DB, JBIC)

Total Realisasi:

Total funds : US$ 0,32 Milliar(JICS and KfW)

Total Realisasi:

Total Dana : US$ 0,34 Miliar(PBB, LSM, Swasta, dan lain-lain)a, dan lain-lain)

Pencairan Total:

US$ 2,5 Miliar(~83%)

US$ 0,29 Mlliar(~90%)

US$ 2,7 Miliar(~79%)

OfOff-f BUBUDGDGETET(Da(Da(Da(Danananana NNonNonNonNon P-Pe-Pe-Pe-Pemermermermeri tintintintint h)ah)ah)ah)ah)

Tidak dapatditerapkan

140

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 81: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Tabel LF. 7 - GOI`s Annual Disbursement Rates Amount to 96%

No Anggaran Kategori RM (Rupiah Murni)

1 DIPA 2005 Realisasi 414.662.762.597,00

2 DIPA-L 2006 Realisasi 2.082.482.891.058,00

3 DIPA 2006 Realisasi 4.746.492.669.712,00

4 Trust Fund BRR Realisasi 1.948.851.905.202,00

5 DIPA 2007 Realisasi 5.212.003.413.219,00

Total 14.404.493.641.788,00

No DIPA Kategori RM (Rupiah Murni)

6 DIPA-L 2008 Realisasi 2.154.096.450.550.00

7 DIPA 2008 Realisasi 3.685.356.419.040,00

Total 5.839.452.869.590,00

+23,83 T

UntUntUntntukkuk 20020020099, 9, PemPemerierintantaah Ih Indonndonesenesiaia telteltelahahah menmmene lgalgalgal kokaokaoka iksiksiksikananan ddandandana sa sa s bebeebeebesarsarsar RRpRp Rpp2 82 82.82.83 t3 t3 t3 t ilrilrilriliiuniuniun (R(R (R(( M)M)M) )) tuntuntu kukuk penpenpen lyelyelesaesaianian kke ke igiagiatantan re rekkonkonstrstr kuksuksiii

96%

113%

20.243.946.511.378,00

Tabel LF 6. Jumlah Komitmen dan Realisasi melalui Tiga Mekanisme Penyaluran Dana

(dalam jutaan)

MEKANISME PENYALURAN DANA & SUMBER DANA

KOMITMEN REALISASI%

(US$) (US$)

ON-BUDGET & ON-TREASURY

- Pemerintah Indonesia 2.100,00 2,024.30 96,40%

- BILATERAL & MULTILATERAL 920,15 471,00 51.19

ON-BUDGET & OFF-TREASURY

- BILATERAL & MULTILATERAL 321,14 288,00 89,68%

OFF-BUDGET & OFF-TREASURY

- BILATERAL & MULTILATERAL 1.169,54 654,00 55,92%

- LSM, Swasta, dan lain-lain 2.209,17 2.022,00 91,53%

TOTAL 6.720,00 5.459,30 81,24%

Lem

bar F

akta

141

Page 82: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Tabel LF.8 – 94% dari Indikator Kinerja Utama (KPI) Telah Tercapai per Desember 2008

BIDANG

KATEGORI PERSENTASE PENCAPAIAN

BIRU HIJAU KUNING JINGGA MERAHTOTAL

> 100% 76-99% 51-75% 26%-50% <25%

INFRASTRUKTUR 59 6 2 1 3 71

KELEMBAGAAN 106 3 2 111

PEREKONOMIAN 125 6 5 8 7 151

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN 40 2 1 2 45

SOSIAL KEMASYARAKATAN 265 12 8 5 9 299

PERSENTASE 87,89% 4,28% 2,36% 2,36% 3,10% 100,00%

Tabel LF.9 - Indikator Kinerja Utama yang Telah Tercapai di Sektor Perumahan dan Permukiman

BIDANG

KATEGORI PERSENTASE PENCAPAIAN

BIRU HIJAU KUNING JINGGA MERAHTOTAL

> 100% 76-99% 51-75% 26%-50% <25%

PERTANAHAN 20 1 1 2 24

PERUMAHAN 3 3

TATA RUANG 17 1 19

TOTAL 40 2 1 2 46

Tabel LF.10 - Indikator Kinerja Utama yang Telah Tercapai di Sektor Infrastruktur

BIDANG

KATEGORI PERSENTASE PENCAPAIAN

BIRU HIJAU KUNING JINGGA MERAHTOTAL

> 100% 76-99% 51-75% 26%-50% <25%

BANGUNAN PUBLIK 6 6

ENERGI DAN KELISTRIKAN 16 1 2 19

Infrastructure Reconstruction Enabling Project (IREP)

5 5

JALAN DAN JEMBATAN 1 2 2 1 6

PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR 7 7

TRANSPORTASI 5 1 6

POS DAN TELEKOMUNIKASI 7 1 1 9

SUMBERDAYA AIR 7 7

TERMINAL DAN LLAJ 5 1 6

TOTAL 59 6 2 1 3 71

142

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 83: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Tabel LF.11 – Indikator Kinerja Utama yang Telah Tercapai di Sektor Pembangunan Ekonomi

BIDANG

KATEGORI PERSENTASE PENCAPAIAN

BIRU HIJAU KUNING JINGGA MERAHTOTAL

> 100% 76-99% 51-75% 26%-50% <25%

INDUSTRI 13 13

KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN 14 1 2 1 18

KETENAGAKERJAAN 6 1 7

PARIWISATA 9 1 10

PERDAGANGAN 20 1 1 22

PERIKANAN 20 2 2 3 28

PERKEBUNAN 9 1 2 12

PERTANIAN 20 2 2 24

PETERNAKAN 14 1 1 2 18

TOTAL 125 6 5 8 7 152

Tabel LF.12 - Indikator Kinerja Utama yang Telah Tercapai di Sektor Pembangunan Kelembagaan

BIDANG

KATEGORI PERSENTASE PENCAPAIAN

BIRU HIJAU KUNING JINGGA MERAHTOTAL

> 100% 76-99% 51-75% 26%-50% <25%

HUKUM 19 2 21

KEAMANAN, KETERTIBAN DAN KETAHANAN MASYARAKAT

57 1 1 59

KELEMBAGAAN DAERAH 30 1 31

TOTAL 106 3 2 111

Tabel LF.13 - Indikator Kinerja Utama yang Telah Tercapai di Sektor Agama, Sosial, Budaya

BIDANG

KATEGORI PERSENTASE PENCAPAIAN

BIRU HIJAU JINGGA MERAHTOTAL

> 100% 76-99% 51-75% 26%-50% <25%

AGAMA 18 5 3 2 2 30

BUDAYA 32 1 1 34

KESEHATAN 34 34

PEMBINAAN OLAH RAGA 25 25

PEMUDA 9 1 2 12

PENDIDIKAN 72 5 4 3 2 86

PERAN PEREMPUAN DAN ANAK 30 1 31

SOSIAL 45 2 47

Total 265 12 8 5 9 299

Lem

bar F

akta

143

Page 84: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Gambar LF.4 - Proses Pengumpulan Aset Off-Budget per Desember 2008

* - termasuk lembaga pelaksana tingkat satu seperti kontraktor

Total1021024 L4 Lembembagaaga**

(Pe(P(Pe(Pe ddndandanaanaa &n&&n& P lPPelPelaksaksaksanaananaana))))))

PCNPCNN+/- Rp.34 T

Realisasiasiil+/- Rp.27 Tp

TinTindakdak La Lanjunjutt513513513 Le Le Lembambambagagaga

AseAset tt termermasuasuk Kk KPIPI363363363 Le Le Lembambambagagaga

DihDihubuubungingi317317317 Le Le Lembambambagagagaa

Mengisi formulir aset dalam proses86 8686 LemLemLembagbaggaa

TidTidagag g MenMengisgisii ForForFormulmumuliririr AseAseAsettt9393 LemLembagbagaa

TidTidTidak ak aka bisbisbisa da dihuihubunbungigi36 Lembaga

AsetAsetAset tid tidtidak taak ttermaermasuk suk KPIPKPI

150 LeL bmbagga

EstEstimasi NonN Aset +/-+/-+/ Rp Rp Rp 13.13.13 10.1010 T T T

Estimasi Aset +/+/+/-+/+// RRpRp Rp Rp 1414.14.14 9090.90.90.90 TT T T

73, 83% Nilai Aset RpRpRp.111111.000000 TTT

Sudah menyerahkan forforformulmulmulirir ir aseaseasett t

148148148148 LeLeLe Lembambambambagagagagag

18,000,000,000,00

16,000,000,000,00

14,000,000,000,00

12,000,000,000,00

10,000,000,000,00

8,000,000,000,00

6,000,000,000,00

4,000,000,000,00

2,000,000,000,00

0

Gambar LF.3 - Nilai Aset On-Budget per Desember 2008

ASETOPERASIONAL

ASETPROGRAM

PERUMAHAN BELUMSELESAI

TOTAL ASET

ASET PUBLIK

ASET NON-PUBLIK

TOTAL ASET

BELUM SERAH TERIMA

135.839.230.828

-

135.839.230.828

135.839.230.828

9.505.213.815,1

-

9.505.213.815,1

5.339.202.652.,3

-

4.546.164.852,2

4.546.164.852,2

-

3.262.221.801,6

-

3.262.221.801,6

3.262.221.801,6

12.903.274.847,0

4.546.164.825,2

17.449.439.672,0

8.737.263.684,9

144

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 85: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Gambar LF.6 - Struktur Organisasi BRR Menjelang Penutupan

KepKepalaalaBadBadBadBadBadananananan PelPelPelPelPelaksaksaksaksaksanaanaanaana

WakWakil il KepKepalaalaKBadBadBadBadBadananananan PelPelPelPelPelaksaksaksaksaksanaanaaanaanaeeeee

SekSekSeS retretariarissBadBadan an PelPelaksaksanaan

DepDepDeputiutiuti PePe Pengangangawaswaswasanananti Pengawasan

DepDepDeputiutiutii Ke KeK uanuannganganga da dan n PerPerencencanaanaanan

StaStaS f Af Ahlihlih iBadBadanan PelPelaksaksanaana

PenPene asiasihathataBadBadanan PelPelaksaksanaana

StaStStaS f Kf KhushusususKepKepalaala Ba Bapelpel

DepDeputiuti Ag Agamaama,SosSosSosialialial B, B, Budaudaudayayaya

DepDeputiuti Ek Ekonoonomimi dandandan Us Us Usahaahaaha

Deputi Perumahan dan

PerPermukmukimaimannDeputi OpperasiO

Depputi Pendidilan,Kesehatan dan

PerPeran an PerPerempempuanuan

DepDeputi Infrastruktur dan Lingkungan

HidHidupup

Deputi Kelembagaan dan

HRDHRD

KepKepalaala Ka Kantontorr PPerPerPer kwakwakwa ilailila In In I

KepKepalaala Ka Kantontorr PerPerPerwakwakwakilalilailan IIn In II

KepKepalaala Ka Kantontor r PPerPePer kwakwakakililaila In In IIIIIII

KepKepalaala Ka Kantontorr PPerPerPerwakkwakwa ililaila Vn Vn V

KepKepalaala Ka Kantontorr PerPerPerwakwakwakilailai Vn Vn Vn III

Gambar LF.5 - Nilai Aset Off-Budget per Desember 2008

Lem

bar F

akta

145

Page 86: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Deputi Keuangan dan Perencanaan

Wakil Deputi Keuangan dan Perencanaan

Direktur Hubungan Donor Internasional

Direktur Keuangan

Kepala Keuangan Kepala Pelaporan dan Pertanggung Jawaban

Kepala Pengawasan dan Evaluasi

Kepala Serah Terima Aset

Kepala Akutansi Aset

Kepala Akutansi dan Keuangan

Kepala PendanaanKepala HubunganPemerintah Pusat

Direktur Pelaporan dan Hubungan Pemerintah Pusat

Direktur Akutansi dan Managemen Aset

Tim Pengakhiran Masa Tugas (PMT)

Gambar LF. 7 Bagan Organisasi Deputi Keuangan dan Perencanaan BRR menjelang Penutupan

146

KEUA

NGAN

: Tuju

h Ku

nci

Peng

elolaa

n Da

na B

antu

an ya

ng E

fekt

if

Page 87: 7 Kunci Pengelolaan Dana Bantuan Yang Efektif Part 2

Tabel LF.14 – Undang-Undang dan Peraturan

UU / Peraturan Nomor Tanggal Explanations

Peraturan Presiden No. 47/2008 4-Juli-2008Peraturan Presiden tentang Revisi terhadap Peraturan Presiden No. 30/2005 (Rencana Induk)

Keputusan Presiden No. 86/M/2006 29-Agustus-2006 Salinan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 86/M /2006

Peraturan Presiden No. 76 /2006 19-Juli-2006Peraturan Presiden tentang Revisi terhadap Peraturan Presiden No. 34 /2005 mengenai Struktur Organisasi, Rencana Kerja, danPertanggungjawaban Keuangan BRR NAD-Nias

Peraturan Presiden No. 8 /2006 20-Maret-2006Peraturan Presiden No. 8 /2006 tentang Perubahan Keempat atas Keputusan Presiden No. 80 /2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Peraturan Presiden No. 83/2005 18-Januari-2006Peraturan Presiden No. 83 /2005 tentang Badan Koordinasi NasionalPenanganan Bencana

Undang-Undang UU No. 10 /2005 18-November-2005Undang-Undang tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti UUNo. 2 /2005 tentang BRR Wilayah dan Kehidupan Masyarakat ProvinsiNAD-Nias menjadi Undang-Undang

Peraturan Presiden No. 69 /2005 18-November-2005Peraturan Presiden tentang Peran Serta Lembaga/Perorangan Asing dalam rangka Hibah untuk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD-Nias

Peraturan Presiden No. 70 /2005 18-November-2005Peraturan Presiden tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Presiden No. 80 /2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Surat KeputusanSekretariat DewanPengarah BRR

KEP. 34 /MENKO/POLHUKAM/06/2005

14-Juli-2005

Keputusan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan KeamananSelaku Ketua Dewan Pengarah Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalamdan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara tentang Pembent

Peraturan Presiden No. 34 /2005 29-April-2005

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 34 /2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja serta Hak Keuangan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD danKepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara

Keputusan Presiden NO 63/M /2005 29-April-2005

Keanggotaan Dewan Pengarah dan Dewan Pengawas serta Pejabat Badan Pelaksana Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan KehidupanMasyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan NiasProvinsi Sumatera Utara

Peraturan Presiden No. 30/2005 18-April-2005Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan KehidupanMasyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara

Peraturan PemerintahPengganti Undang-Undang

No. 2/2005 15-April-2005Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara

SK Deputi Bidang Otonomi Daerah danPengembangan Regional

KEP.003/D.3/04/2005 1-April-2005Pembentukan Sekretariat Tim Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Aceh dan Nias Sumatera Utara

InPres No.1/2005 2-Maret-2005

Kegiatan Tanggap Darurat dan Perencanaan serta Persiapan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Alam Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Provinsi Sumatera Utara

SK Deputi Bidang Otonomi Daerah danPengembangan Regional(Revisi)

Kep.001/D.3/02/2005 11-Februari-2005Pembentukan Sekretariat Tim Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat Aceh dan Sumatera Utara

SK Meneg. PPN/Ketua Bappenas

Kep.001/M.PPN/01/2005 10-Jan-2005Pembentukan Tim Koordinasi Perencanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat Aceh dan Sumatera Utara

Keputusan Presiden Kepres No. 80 Tahun2003

3 November 2003 Keputusan Presiden tentang pedoman pelaksanaan pengadaaan barang/jasa pemerintah

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 21-November-2001Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang No.18/2001 9-Agustus-2001Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh Sebagai ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam

SK Meneg. PPN/KepalaBappenas

Kep.007/M.PPN/02/2005 1-Februari-2001Pembentukan Tim Koordinasi Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyakarat Aceh dan Sumatra Utara (R3MAS)

Lem

bar F

akta

147