5
Petunjuk Praktikum Ilmu Kesmavet 2015 | 34 PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN ASING (TAMBAHAN) DALAM SUSU Pemberian bahan-bahan tambahan pada susu dilarang menurut Undang-undang. Seringkali susu diberi bahan pengawet untuk meningkatkan daya tahannya terhadap kerusakan (supaya tahan lama dalam keadaan baik). Pemberian bahan-bahan pengawet pada susu diperkenankan hanya pada sampel/monster susu yang untuk pemeriksaannya perlu ditunda. Bahan-bahan yang banyak disalahgunakan untuk susu adalah : - H2O2 - Formalin - Natrium carbonat/Na-bicarbonat dan bahan asing lainnya yang juga sering ditambahkan pada susu adalah gula (air gula pasir/gula tebu). A. Uji Terhadap Bahan-bahan Pengawet Secara Kasar Pada 100 ml susu dibubuhi 1 ml susu “karn” (Churnet milk, sisa cream yang sudah diambil menteganya), kemudian disimpan pada temperatur 35 o C. Bila setelah 24 jam belum terjadi kerusakan atau derajat asamnya tidak meningkat dengan nyata (mencolok), maka dapat dikatakan sudah pasti ada pembubuhan bahan pengawet. Tetapi bila terjadi kerusakan, belum dapat menutup adanya kemuungkinan pembubuhan bahan pengawet yang sedikit. Sering pada susu yang diperdagangkan untuk umum diberi bahan-bahan tambahan untuk mendapatkan berbagai keuntungan yang lebih banyak. B. Pemeriksaan Terhadap Pembubuhan Hidrogenperoksida 1. Dengan Asam Vanadin menurut Arnold dan Mentzel Reagen : - suatu larutan 1 gram asam Vanadin dalam 100 gram sulphuric acid encer (D=1,25) - larutan 0,2% asam Titan dalam sulphuric acid encer. Cara kerja : Pada 10 ml susu dibubuhi 3 atau 10 tetes larutan asam vanadin tersebut di atas. Bila ada Hidrogenperoksida akan terbentuk pewarnaan merah yang setelah beberapa lama didiamkan lambat laun berubah menjadi hijau. Reaksi ini sangat peka. Bila tidak ada asam Vanadin dapat digunakan asam Titan 0,2% dalam asam belerang (sulphuric acid) encer, yang reaksi positif akan timbul pewarnaan yang kuning. 2. Dengan Formalin dan Hidrogenperoksida Reagen : - Formaldehid diencerkan dengan air 3 volume - Hydrochloric acid (D = 1,9) Cara kerja : Pada sejumlah sedikit susu dibubuhi 2 tetes larutan formalin tersebut di atas dan sedikit Hydrochloric acid. Bila ada/terdapat hidrogen peroksida akan timbul warna biru violet (biru ungu) pada waktu pencampurannya. Bila warna tersebut tidak timbul walaupun dengan pemanasan, maka berarti tidak terdapat hidrogenperoksida (H2O2) dalam susu. 3. Dengan Reaksi-reaksi Terhadap Peroksidase Hidrogen peroksida juga dapat ditunjukkan adanya dengan beberapa uji peroksida pada susu mentah (lihat uji-uji peroksida pada susu mentah). Susu mentah dicampur dengan reagensia-reagensia (akseptor oksigen) dan timbulnya suatu pewarnaan menunjukkan adanya hidrogenperoksida. Uji-uji ini tidak begitu peka seperti uji-uji yang terdahulu. Pada hasil uji tidaklah dapat dikatakan bahwa tidak ada pembubuhan hidrogen peroksida. Karena zat tersebut adalah sangat lebih dan di dalam beberapa sampel susu dalam waktu yang singkat akan terurai menjadi air dan oksigen.

7 Pemeriksaan Bahan Tambahan Dalam Susu 34 - 38

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penyakit Canary Pox (Cacar Kenari) disebabkan oleh virus ds DNA berbentuk coccoid dari famili poxviridae, genus avianpoxvirus, tahan selama 30 menit pada suhu 56oC dan

Citation preview

  • Petunjuk Praktikum Ilmu Kesmavet 2015 | 34

    PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN ASING (TAMBAHAN) DALAM SUSU

    Pemberian bahan-bahan tambahan pada susu dilarang menurut Undang-undang. Seringkali susu

    diberi bahan pengawet untuk meningkatkan daya tahannya terhadap kerusakan (supaya tahan lama

    dalam keadaan baik). Pemberian bahan-bahan pengawet pada susu diperkenankan hanya pada

    sampel/monster susu yang untuk pemeriksaannya perlu ditunda.

    Bahan-bahan yang banyak disalahgunakan untuk susu adalah :

    - H2O2 - Formalin - Natrium carbonat/Na-bicarbonat dan bahan asing lainnya yang juga sering ditambahkan pada

    susu adalah gula (air gula pasir/gula tebu).

    A. Uji Terhadap Bahan-bahan Pengawet Secara Kasar

    Pada 100 ml susu dibubuhi 1 ml susu karn (Churnet milk, sisa cream yang sudah diambil

    menteganya), kemudian disimpan pada temperatur 35oC.

    Bila setelah 24 jam belum terjadi kerusakan atau derajat asamnya tidak meningkat dengan

    nyata (mencolok), maka dapat dikatakan sudah pasti ada pembubuhan bahan pengawet. Tetapi

    bila terjadi kerusakan, belum dapat menutup adanya kemuungkinan pembubuhan bahan

    pengawet yang sedikit. Sering pada susu yang diperdagangkan untuk umum diberi bahan-bahan

    tambahan untuk mendapatkan berbagai keuntungan yang lebih banyak.

    B. Pemeriksaan Terhadap Pembubuhan Hidrogenperoksida

    1. Dengan Asam Vanadin menurut Arnold dan Mentzel Reagen :

    - suatu larutan 1 gram asam Vanadin dalam 100 gram sulphuric acid encer (D=1,25) - larutan 0,2% asam Titan dalam sulphuric acid encer.

    Cara kerja :

    Pada 10 ml susu dibubuhi 3 atau 10 tetes larutan asam vanadin tersebut di atas. Bila ada

    Hidrogenperoksida akan terbentuk pewarnaan merah yang setelah beberapa lama didiamkan

    lambat laun berubah menjadi hijau. Reaksi ini sangat peka. Bila tidak ada asam Vanadin dapat

    digunakan asam Titan 0,2% dalam asam belerang (sulphuric acid) encer, yang reaksi positif

    akan timbul pewarnaan yang kuning.

    2. Dengan Formalin dan Hidrogenperoksida Reagen :

    - Formaldehid diencerkan dengan air 3 volume - Hydrochloric acid (D = 1,9)

    Cara kerja :

    Pada sejumlah sedikit susu dibubuhi 2 tetes larutan formalin tersebut di atas dan sedikit

    Hydrochloric acid. Bila ada/terdapat hidrogen peroksida akan timbul warna biru violet (biru

    ungu) pada waktu pencampurannya. Bila warna tersebut tidak timbul walaupun dengan

    pemanasan, maka berarti tidak terdapat hidrogenperoksida (H2O2) dalam susu.

    3. Dengan Reaksi-reaksi Terhadap Peroksidase Hidrogen peroksida juga dapat ditunjukkan adanya dengan beberapa uji peroksida pada

    susu mentah (lihat uji-uji peroksida pada susu mentah). Susu mentah dicampur dengan

    reagensia-reagensia (akseptor oksigen) dan timbulnya suatu pewarnaan menunjukkan adanya

    hidrogenperoksida. Uji-uji ini tidak begitu peka seperti uji-uji yang terdahulu.

    Pada hasil uji tidaklah dapat dikatakan bahwa tidak ada pembubuhan hidrogen peroksida.

    Karena zat tersebut adalah sangat lebih dan di dalam beberapa sampel susu dalam waktu yang

    singkat akan terurai menjadi air dan oksigen.

  • Petunjuk Praktikum Ilmu Kesmavet 2015 | 35

    C. Pemeriksaan Terhadap Natriumkarbonat (Na2CO3) dan Natrium-bikarbonat (NaHCO3)

    Natriumkarbonat dan natriumbikarbonat dipakai untuk menetalkan asam susu/asam laktat

    yang dibentuk oleh bakteri-bakteri asam susu (bakteri asam laktat, sehingga susu tidak menjadi

    pecah/tidak terjadi penggumpalan-penggumpalan pada waktu susu dipanasi). Karena asam laktat

    terikat (susu tidak menjadi asam), maka kelompok-kelompok bakteri tertentu seperti bakteri-

    bakteri pengurai/pemecah protein menjadi pepton (proteolitik) akan dapat tumbuh dengan baik,

    sehingga akan terjadi proses-proses pembusukan yang sebetulnya tidak akan terjadi bila susu

    menunjukkan/mempunyai tingkat keasaman (derajat asam) tertentu. Pemakaian bahan pengawet

    itu sendiri sebetulnya adalah yang paling tidak mengganggu terhadap kesehatan tubuh manusia

    dari pada bahan-bahan pengawet lainnya, tetapi itu akan menimbulkan gangguan terhadap flora

    bakteriologik susu yaitu ia akan menetralkan asam susu yang dibentuk oleh bakteri asam susu.

    Bakteri-bakteri proteolitik yang akan mengganggu, kebalikan dari bakteri-bakteri asam susu yang

    tidak merugikan/mengganggu kesehatan manusia, akan tumbuh dengan baik. Bahan pengawet

    ini, yang sebetulnya adalah hanya bahan penetral asam susu/asam laktat, akan mempunyai dampak

    pula, bahwa karena susu tersebut mempunyai wujud yang kelihatan seperti susu yang masih dalam

    keadaan baik, maka susu tersebut dapat dijual sebagai susu yang baik.

    1. Karbonat dengan Methanol Reagen :

    - Methanol Alat :

    - tabung reaksi - pipet ukur 10 ml dan 20 ml

    Cara kerja :

    Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 10 ml susu yang akan diperiksa ditambah 15 ml

    methanol ( Susu : Methanol = 2 : 3 ), kemudian dikocok (3 x bolak-balik). Pada susu normal

    dalam beberapa detik/sekejap timbul presipitasi protein kasar dan terjadi/terbentuk serum

    yang relatif jernih yang terpisah. Pada susu yang mengandung karbonat (bikarbonat) akan

    menunjukkan suatu campuran yang hampir homogen, yang setelah beberapa jam didiamkan

    baru menunjukkan presipitasi yang halus.

    2. Uji Karbonat dengan Neutral Red Reagen :

    - alkohol 95% - neutral red 0,1%

    Alat :

    - tabung reaksi - pipet ukur 10 ml

    Cara kerja :

    Pada 5 ml susu di dalam tabung reaksi ditambah 5 ml alkohol 95%, dan diteteskan

    beberapa tetes neutral red (3-5 tetes), kemudian dikocok. Susu normal akan berwarna

    merah/merah muda sedang susu yang mengandung karbonat akan berwarna kuning.

    3. Uji Karbonat dengan Rosolic Acid

    Reagensia :

    - rosolic acid 1% (dalam alkohol 75%) - alkohol 75% Alat :

    - tabung reaksi - pipet ukur 5 ml - pipet tetes

  • Petunjuk Praktikum Ilmu Kesmavet 2015 | 36

    Cara kerja :

    Dimasukkan dengan pipet 3 ml contoh ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 3 ml

    alkohol 75%, ditambahkan 3 tetes Rosolic acid 1%, kocok.

    Merah (+) Positif, Jingga agak coklat (-) Negatif.

    D. Pemeriksaan Terhadap Gula

    Gula (air gula pasir/gula tebu) sering digunakan sebagai pengawet susu, yakni untuk

    memperpanjang masa keasaman.

    Mekanisme :

    Dengan adanya gula dalam susu susu menjadi kental tekanan osmose naik air yang ada

    dalam tubuh bakteri terhisap bakter-bakteri mati masa keasaman diperpanjang.

    Cara kerja :

    1. Masukkan dengan pipet 2 ml sampel susu ke tabung reaksi (pyrex). 2. Tambahkan 2,5 ml larutan schiliwanoff 3. Kocok dan panaskan hingga mendidih selama 30-45 detik.

    Hasil uji : merah (+), Putih/Kuning (-).

    E. Pemeriksaan terhadap penambahan formalin (H-CHO)

    Reagen :

    - ferric chloride (FeCl)1 % - Akuades - sulphuric acid (asam sulfat pekat) H2SO4 - Formalin ( 2 tetes per 100 ml sampel)

    Alat :

    - Tabung reaksi (pyrex) - Pipet ukur 10 ml dan 1 ml

    Cara kerja :

    Sepuluh (10) ml susu ditambah 0.5 ml ferric chloride 1% dan diberi akuades dalam jumlah

    yang sama dengan larutan terdahulu secara perlahan-lahan hingga homogen, asam sulfat pekat

    (10 ml) ditambahkan ke dalam campuran tersebut.

    Hasil : Positif (+) ada formalin, maka ada cincin ungu di antara lapisan larutan

    Negatif (-) tidak ada formalin, jika larutan tidak terbentuk cincin ungu

  • Petunjuk Praktikum Ilmu Kesmavet 2015 | 37

    MASTITIS

    Mastitis adalah keradangan kelenjar ambing yang menunjukkan adanya perubahan sakit pada

    jaringan glandulae mammae (kelenjar ambing), sehingga dapat menimbulkan perubahan pada hasil

    sekresinya.

    Mastitis pada sapi perah disebabkan oleh infeksi mikroorganisme yang masuk ke dalam

    ambing lewat saluran puting susu, seperti Staphylococcus sp dan Streptococcus sp.

    Patogenesis dari mastitis dibedakan dalam beberapa fase, yaitu invasi, infeksi dan infiltrasi.

    Fase invasi adalah masuknya mikroorganisme ke dalam puting susu. Kebanyakan proses invasi

    terjadi karena terbukanya lubang saluran puting, terutama sesudah pemerahan. Invasi dipermudah

    oleh lingkungan yang jelek, populasi kuman patogen yang tinggi, adanya lesi pada puting atau karena

    daya tahan sapi menurun. Infeksi yaitu pembentukan koloni oleh mikroorganisme yang dalam waktu

    singkat akan menyebar ke lobuli dan alveoli. Saat mikroorganisme sampai ke mukosa kelenjar, tubuh

    akan bereaksi dengan memobilisasi leukosit, terjadi radang. Adanya radang menyebabkan sel darah

    dicurahkan ke dalam susu, sehingga sifat fisik serta susunan susu mengalami perubahan.

    Secara klinis proses radang ambing dapat berlangsung secara akut, sub akut, dan kronis.

    Mastitis akut ditandai dengan kebengkakan, panas, rasa sakit, warna ambing yang kemerahan serta

    terganggunya fungsi ambing. Mastitis sub akut, perubahan-perubahan radang pada ambing samar-

    samar, tetapi air susunya mengalami perubahan. Kelainan dapat berupa asimetri ambing,

    kebengkakan, lesi pada puting susu dan warna merah pada radang yang hebat. Mastitis kronis terjadi

    bilainfeksi dalam suatu ambing berjalan lama dan ditandai atropi kelenjar. Mastitis subklinis ditandai

    dengan tidak ditemukan gejala-gejala klinis radang pada ambing, namun tersifat dalam sekresi

    susunya. Deteksi terhadap mastitis subklinis dengan menguji sekresi susu pada sapi perah, untuk

    menunjukkan produk-produk inflamasi, seperti leukosit, fibrin, dan serum serta perubahan komposisi

    kimiawi. Ditransfernya sodium klorat dan bikarbonat dari darah ke dalam susu sehingga pH susu

    menjadi alkalis.

    Perubahan fisis susu meliputi warna, bau, rasa dan konsistensinya. Warna yang biasanya

    kekuningan akan berubah menjadi putih atau kebiruan. Rasa yang agak manis akan berubah menjadi

    getir agak asin. Bau harum dari susu dalam keadaan mastitis akan menjadi asam. Konsistensi susu

    yang biasanya cair dengan emulsi merata, menjadi lebih cair dan kadang-kadang disertai jonjot atau

    endapatn fibrin serta gumpalan protein lainnya.

    Untuk mengetahui adanya mastitis dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisis kelenjar susu,

    secara inspeksi dan palpasi. Untuk pemeriksaan fisis terhadap susu dipakai metode Strip Cup Test

    (SCT), White Site Test (WST), California Mastitis Test (CMT), Winconsin Mastitis Test, Uji katalase,

    dan lain-lain. Dengan menggunakan leukocyte count (penghitungan jumlah leukosit) dapat diketahui

    jumlah sel-sel dalam susu. Leukosit merupakan bagian penting dalam pertahanan tubuh terhadap

    agen-agen iritasi. Jumlah leukosit diperkirakan lebih dari pada jumlah sel-sel di dalam susu, dan akan

    bertambah mengikuti invasi bakteri patogen di dalam ambing.

    Metode mikroskopik untuk mengukur jumlah sel-sel somatik (leukosit) per ml susu. Reaksi

    negatif bila jumlah selnya 0 sampai dengan 200.000 per ml susu dengan persentase sel

    polimorfonuklear (PMN) 0 sampai dengan 25%. Trace (T) diperkirakan jumlah selnya adalah

    150.000 sampai dengan 500.000 per ml susu, dengan persentase sel PMN 30 sampai dengan 40%.

    Positif satu, jumlah selnya 400.000 sampai dengan 1.500.000 per ml susu, dengan sel PMN 40

    sampai dengan 60%. Positif dua, jumlah selnya 800.000 sampai dengan 5.000.000 per ml susu,

    dengan persentase sel PMN sejumlah 60 sampai dengan 70%, sedang positif tiga jumlah selnya di

    atas 5 juta, dengan sel PMN 70 sampai dengan 80%.

    Deterjen digunakan sebagai bahan untuk mendeteksi mastitis subklinis, yang diasumsikan

    bahwa deterjen mengandung Alkyl aryl sulfonat, yang merupakan bahan kimia yang terdapat di

    dalam kandungan reagen Schalm Mastitis Test (SMT), dan mengandung pH indikator (brom cresol

    purple). Reaksi antara deterjen dan deoxyribunocleic acid (DNA) dalam inti sel adalah menentukan

    jumlah sel somatik (sel leukosit) di dalam susu. Konsentrasi sel 150.000 sampai dengan 200.000 sel

  • Petunjuk Praktikum Ilmu Kesmavet 2015 | 38

    per ml susu, presipitat mulai terbentuk. Penambahan konsentrasi sel somatik, karena mastitis,

    terbentuk gel yang tersifat.

    Deterjen merupakan derivat Na-sulfonat atau sulfat dari suatu senyawa alifatik/aromatik. Di

    dalam air berefek membersihkan kotoran. Deterjen sebagian besar mengandung surface active agent

    (zat aktif muka) yang secara teknik tersifat mampu untuk membantu menaikkan kebasaan,

    penyebaran penetrasi, pengemulsian, dan daya pembersih, serta pada kondisi tertentu dapat

    melarutkan substansia yang tidak larut. Tegangan muka suatu cairan akan mengecil oleh pelarutan

    suatu zat aktif muka ke dalamnya, namun memperbesar tegangan muka pelarutnya.

    Pada susu mastitis, terjadi penambahan jumlah leukosit, sehingga reaksi pHnya lebih alkalis.

    Peningkatan reaksi tersebut, diduga bila ditambahkan suatu zat aktif muka, misalnya alkyl aryl

    sulfonat, akan bereaksi dengan sel-sel somatik susu, termasuk leukosit. Akibatnya terjadi kenaikkan

    konsentrasi susu menjadi lebih viscous (kental) dan membentuk gel.

    Reaksi antara alkyl aryl sulfonat dengan susu mastitis akan terbentuk gel yang kental. Alkyl

    aryl sulfonat mempunyai sensitivitas yang besar untuk uji terhadap susu mastitis pada pH 7 atau

    lebih besar.

    1. California Mastitis Test (CMT)/Schalm Mastitis Test (SMT) Susu sampel yang diuji dengan reagen SMT, sebanyak lima (5) tetes, diletakkan pada gelas

    arloji, kemudian ditambah 5 tetes reagen SMT, pengadukan dilakukan dengan cepat (4-10 detik)

    dengan menggunakan tusuk gigi. Hasil positif bila terbentuk viscous setelah pengadukan

    dilakukan, bila tidak terbentuk maka hasilnya negatif.

    2. White Side Test (SMT) Pengujian White Side Test menggunakan reagen NaOH 4%, caranya sama dengan uji mastitis

    dengan SMT, perbandingan susu dan reagen 1:1.

    3. Deterjen 5% Pengujian menggunakan deterjen konsentrasi 5%, caranya sama dengan uji mastitis dengan

    SMT, perbandingan susu dengan deterjen 5% 1:1.

    4. Penghitungan Sel Somatik atau Jumlah leukosit Dalam Susu Penghitungan jumlah leukosit dalam susu dilakukan dengan membuat preparat apus dari susu

    sebanyak 0,01 ml, seluas satu cm persegi di atas gelas obyek. Fiksasi dilakukan dengan api

    menyala, selama 1 menit. Methyleneblue 1% diperlukan untuk pengecatan preparat, sebanyak 2

    tetes, kemudian dicuci dengan air mengalir setelah didiamkan selama 1 menit. Setelah itu

    dilakukan pengeringan.

    Penghitungan jumlah leukosit dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan

    pembesaran 100 x 10, pada lima (5) bidang pandangan. Hasil penghitungan dibagi lima,

    kemudian dikalikan dengan faktor pembesaran mikroskop dan faktor pengenceran.

    Rumusnya : Jumlah Leukosit total = X/5 x 100 x 10 x 100

    X = jumlah leukosit lima pandangan, dalam sel/ml.