Upload
ken-ssd
View
33
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Down Sindrom
Citation preview
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR ISI …………………………………….……………….................................................... ... 1
BAB I PENDAHULUAN ...…………………………………...….......................................... ... 2
BAB II ISI …...……….............................................................................................. ... 3
A. Anamnesis ................................................................................................... 3
B. Pemeriksaan
A. Fisik ................................................................................................... 5
B. Laboratorium ....................................................................................... 8
C. Radiologi ....................................................................................... 9
C. Epidemilogi................................................................................................... 9
D. Etiologi ...................................................................................................
10
E. Faktor resiko ...................................................................................................
12
F. Patogenesis ...................................................................................................
13
G. Menifestasi klinik ....................................................................................... 17
H. Diagnosis kerja .......................................................................................
20
I. Diagnosis banding ....................................................................................... 21
J. Penatalaksanaan ....................................................................................... 31
K. Komplikasi ................................................................................................... 36
L. Prognosis ................................................................................................... 36
M. Pencegahan ...................................................................................................
37
BAB III PENUTUP ..............................……………………………………....................................... 39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia normal memiliki jumlah kromosom 46 xx untuk wanita dan 46 xy untuk pria.
Namun, dalam suatu siklus pembentukan gen, dapat terjadi berbagai macam penyimpangan
yang menimbulkan terjadinya kelainan pada jumlah kromosom atau pada struktur
kromosom yang pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya suatu kelainan atau penyakit
pada manusia.
Sindrom Down merupakan suatu kelainan yang dikarenakan pada kromosom 21
terjadi trisomi atau translokasi pada kromosom 21 dengan kromosom nomor 14 atau 15.
Kelainan ini diuraiakn oleh J. Langdon Down pada tahun 1866. Fenotip penderita sindrom ini
sangat khas, yakni kepala lebar, wajah membulat, mulut selalu terbuka, ujung lidah besar,
hidung lebar dan datar, kedua lubang hidung terpisah lebar, kelopak mata memiliki lipatan
epikantus, dan terdapat satu garis lurus pada tangan (simian crease).1
Penyebab sindrom ini sebagian besar dikarenakan nondisjunction pada kromosom
nomor 21. Kejadian ini akan meningkat dengan peningkatan usia ibu ketika melahirkan,
terutama pada usia diatas 30 tahun. Biasanya penderita sindroma ini mempunyai kelainan
pada jantung dan tidak resisiten terhadap penyakit. Sebagian besar penderita sindrom
Down mengalami kematian yang dikarenakan penyakit jantung yang di deritanya.1
Penanganan pada sindrom Down ini dibutuhkan pengangan yang berkesinambungan
tiap tahun untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. Pada umumnya
penatalaksanaan secara medika sindrom ini dilaksanakan secara simptomatis.
2
BAB II
ISI
A. ANAMNESIS
Anamnesis adalah suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu
percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang
lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta
permasalahan medisnya.
Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau sistematika
yang baku sehingga mudah diikuti. Tujuannya adalah agar selama melakukan anamnesis
seorang dokter tidak kehilangan arah, agar tidak ada pertanyaan atau informasi yang
terlewat. Sistematika ini juga berguna dalam pembuatan status pasien agar memudahkan
siapa saja yang membacanya. Sistematika tersebut terdiri dari data umum pasien, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, serta
riwayat kebiasaan/sosial.
Sepertimana yang telah kita ketahui, sindrom Down ini merupakan suatu kelainan
genetik dan penderitanya dapat mengalami retardasi mental. Jadi, anamnesis dilakukan
melalui orang tua pasien yaitu secara alloanamnesis. Menjadi suatu hal yang penting bagi
kita untuk menanyakan faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan sindrom Down.2
Sejumlah orang tua memiliki kemungkinan lebih tinggi menghasilkan bayi dengan
sindrom Down. Termasuk dalam faktor risiko adalah usia ibu yang sudah lanjut. Kromosom
3
terbagi dengan tidak benar dari waktu ke waktu karena wanita terus memproduksi telur dan
telur tersebut menua. Kemungkinan melahirkan bayi dengan sindrom Down terus
meningkat seiring bertambahnya usia. Mereka yang berusia di bawah 25 tahun memiliki
kemungkinan 1:1400. Pada usia 30 risikonyo 1:1000. Pada usia 35, kemungkinannya
meningkat hingga 1:385. Pada usia 40 tahun, kemungkinannya lebih meningkat 1:106. Pada
usia 45, hampir 1 dari 30 jumlah kelahiran bayi menghasilkan bayi dengan sindrom Down.3
Wanita yang pernah melahirkan anak dengan sindrom Down juga memiliki
kemungkinan 1% akan melahirkan bayi selanjutnya dengan kondisi yang sama. Orang tua
pembawa kelainan genetik sindrom Down juga dapat menurunkan hal ini kepada anak-anak
mereka dengan kemungkinan lebih besar dibandingkan orang tua yang tidak memiliki
kelainan ini.
Wanita pada usia 36 tahun memiliki kemungkinan melahirkan pasien sindrom
Down dengan kemungkinan 1 dari 300 jumlah kelahiran. Pada usia 37 tahun,
kemungkinannya meningkat hingga 1 dari setiap 230 jumlah kelahiran. Pada usia 38 tahun,
risikonya meningkat hingga 1 dari setiap 180 jumlah kelahiran. Pada usia 39 tahun, sekitar 1
dari setiap 135 jumlah kelahiran menghasilkan sindrom Down. Pada usia 46 tahun, 1 dari
setiap 20 jumlah kelahiran menghasilkan bayi dengan sindrom Down. Pada usia 48 tahun, 1
dari 16 jumlah kelahiran menjadi tidak normal. Pada usia 49 tahun, kemungkinannya
meningkat hingga 1 dari 12 jumlah kelahiran.
Wanita yang hamil pada usia 35 tahun atau lebih biasanya diajukan serangkaian
pertanyaan oleh dokter, pertanyaan seperti apakah terdapat cacat lahir di
dalam keluarga atau jika ada anggota keluarga yang khususnya memiliki sindrom Down. Usia
wanita sebenarnya menunjukkan risiko, serta keberadaan sindrom ini di dalam keluarga.
Dokter biasanya merujuk pada risiko yang berkaitan dengan usia dari kelainan kromosom.3
Selain itu, penting juga kita tanyakan tentang perkembangan belajar pasien. Hal ini
karena kanak-kanak dengan sindrom Down secara keseluruhannya mengalami
keterbelakangan perkembangan dan kelemahan akal. Pada peringkat awal pembesaran
mereka mengalami masalah lambat dalam semua aspek perkembangan yaitu lambat untuk
berjalan, perkembangan motor halus dan bercakap. Perkembangan sosial mereka agak
menggalakkan menjadikan mereka digemari oleh ahli keluarga. Mereka juga mempunyai
4
sifat periang. Perkembangan motor kasar mereka lambat disebabkan otot-otot yang lembek
tetapi mereka akhirnya berjaya melakukan hampir semua pergerakan kasar.
Penderita sindrom Down juga dikatakan sering mengalami gangguan pada sistem
kardiovaskular dan gastrointestinal. Jadi, kita bisa menanyakan apakah terdapat tanda-
tanda yang menunjukkan adanya gangguan pada sistem berkenaan. Masalah jantung yang
paling kerap berlaku ialah jantung berlubang seperti Ventricular Septal Defect (VSD) yaitu
jantung berlubang di antara jantung kiri dan kanan atau Atrial Septal Defect (ASD) yaitu
jantung berlubang di antara atrium kiri dan kanan. Masalah lain adalah termasuk salur
ateriosis yang berkekalan (Patent Ductus Ateriosis/PDA). Bagi penderita sindrom Down juga
boleh mengalami masalah jantung berlubang sampai terjadinya sianosis (cyanotic spell) dan
kesukaran bernafas. Antara masalah berkaitan gastrointestinal pula dapat dikesan pada
awal kelahiran seperti:
Saluran esofagus yang tidak terbuka (atresia) ataupun tiada saluran sama sekali di
bahagian tertentu esofagus. Biasanya ia dapat dikesan semasa berumur 1-2 hari di
mana bayi mengalami masalah menelan air liurnya.
Saluran usus rektum atau bagian usus yang paling akhir (dubur) yang tidak terbuka
langsung atau penyempitan yang dinamakan "Hirschprung Disease". Keadaan ini
disebabkan sistem saraf yang tidak normal di bagian rektum. Biasanya bayi akan
mengalami masalah pada hari kedua dan seterusnya selepas kelahiran di mana perut
membuncit dan susah untuk buang air besar.
B. PEMERIKSAAN
a) Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Wajah
Wajah penderita sindrom Down sangat khas. Pada penderita ini akan tampak
kepala lebar, wajah membulat, mulut selalu terbuka, ujung lidah besar, hidung
lebar dan datar, kedua lubang hidung terpisah lebar, jarak antara kedua mata
5
lebar, kelopak mata memiliki lipatan epikantus sehingga mirip dengan orang
oriental.1,5
Mata
Pemeriksaan visus untuk menguji ketajaman penglihatan pada penderita sindrom
Down perlu dilakukan. Pada anak yang sudah cukup besar uji ini dilakukan dengan
papan snellen yang biasa berupa tulisan atau gambar.5
Telinga
Inspeksi
Daun telinga yang kecil terdapat pada sindrom Down.1,5
Pada kelainan yang disebut low set ear posisi daun telinga lebih rendah dari
normal dapat ditemukan pada bayi dengan hidrosefalus, sindrom Apert,
Carpenter, Noonan, Pierre Robin, Turner, William, dan Trisomi 13, 18, dan 21.5
Pemeriksaan ketajaman pendengaran dapat dilakukan dengan menggunakan
garputala dan audiometer. Hal ini dilakukan untuk menetukan apakah terjadi
penurunan ketejaman pendengaran seperti tuli perseptif atau tuli konduktif.
Mulut
Pemeriksaan gigi digunakan untuk mengetahui waktu dan urutan erupsi, jumlah,
karakter, kondisi dan posisi. Perhatikan abnormalitas posisi gigi.6
Makroglosia, lidah yang terlalu besar, terdapat pada hipotiroidisme, simdrom
Down, simdrom Hurler, dan neoplasma lidah seperti limfangioma, hemangioma,
dan rabdomioma.5
2. Jantung
Pemeriksaan fisik pada jantung dilakukan untuk menentukan adanya penyakit pada
kardiovaskuler yang berkaitan dengan keluhan pasien lemah dalam beraktivitas.
Inspeksi
Pada inspeksi dilihat apakah denyut apeks atau iktus kordis dapat terlihat atau tidak.
biasanya sulit dilihat pada bayi dan anak kecil, kecuali pada anak yang sangat kurus
atau bila terdapat kardiomegali.5
Palpasi
6
pemeriksaan palpasi dilakukan untuk menilai teraba tidaknya iktus, dan apabila
teraba dinilai kuat angkat atau tidak, iramanya regular atau tidak, dan frekuensinya.5
Getaran bising (trill) ialah bising jantung yang dapat diraba dengan palpasi ringan.
Getaran bising ini dapat teraba pada fase sistolik dan diastolik dan dapat teraba
apabila terdapat kelainan pada jantung.5
Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan batas jantung.5
Auskultasi
Kegunaan auskultasi ialah untuk memeriksa bunyi jantung, sistol, dan diastol dan
kemudian menentukan adanya bunyi jantung yang normal dan abnormal.5
3. Status mental dan fisik
Pada anak usia 6 – 10 tahun tetapkan orientasi waktu dan tempat, pengetahuan faktual,
dan keterampilan bahasa dan angka. Obsevasi keterampilan motorik yang digunakan
dalam menulis, mengikat tali sepatu, mengancingkan baju, memotong, dan
menggambar.6
4. Anggota gerak
Inspeksi
Tangan dan kaki kelihatan lebar dan tumpul terdapat pada sindrom Down. Selain
itu juga dapat ditemukan Jarak antara jari I dan II, baik tangan maupun kaki agak
besar.1,5
Telapak tangan memiliki garis tangan yang khas abnormal, yaitu hanya
mempunyai sebuah garis mendatar saja (simian crease).5
Tonus otot dinilai dengan memperhatikan gerakan pada otot, dan bila perlu pada
anak besar diminta untuk melakukan gerakan-gerakan normal dengan tahanan dari
pemeriksa. Pada sindrom Down akan didapatkan hipotonia.5
Hipermobilitas sendi yang ditandai oleh hiperrefelsi dan hiperekstensi biasanya
disebabkan oleh relaksasi struktur sekitar sendi. Keadaan ini jelas terlihat pada
sindrom Down, amiotonia kongenital, sindrom Ehlers-Dalos, korea, rakitis, dan
malnutrisi.2
5. Antopometri
7
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian pertumbuhan fisik
antara lain:
o Pengukuran Berat Badan (BB)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan
keadaan gizi.2
o Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan
berbaring., sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri.5
b) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis Down Syndome adalah
pemeriksaan sitogenik. Pemeriksaan karyotipe sangat penting untuk memprediksi
pengulangan pada keturunan berikutnya. Dimana dalam kasus translokasi Down
Syndrome karyotype dari orang tua dan anggota keluarga juga diperlukan untuk
keperluan konseling genetic. Pemeriksaan karyotype ini membutuhkan waktu 2-3
minggu, dimana sample yang diambil berasal dari darah penderita. Pemeriksa
mengambil sek yang terdapat pada darah untuk selanjutnya dikelompokan dan
diatur sehingga dapat terlihat ada atau tidaknya kromosom 21 yang lebih pada anak
tersebut.
FISH (Interphase Fluoresence in situ Hybridation)
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk diagnosis cepat. Pemeriksaan ini juga sukses
untuk pemeriksaan prenatal dan diagnosis pada masa neonatal.
Mocacism untuk trisomi 21 dijelaskan berhubungan dengan riwayat keluarga umtuk
Down Syndrome dan juga resiko terkena Alzheimer. Untuk itu indikasi pemeriksaan
FISH untuk mocacism dilakukan pada seseorang yang mengalami pertumbuhan
terlambat dan onset cepat dari Alzheimer.
Pemeriksaan proporsi sel untuk mozaik trisomi 21:
a. Preparat limfosit
b. Preparat sel mukosa buccal
c. Metodologi FISH
d. Menghitung jumlah sel trisomi
8
Pemeriksaan fungsi tyroid
TSH (Thyroid Stimulating
Factor) dan Thyroxine (T4) harus dipastikan setelah lahir dan diobati.
Pemeriksaan IgG
Pemeriksaan dilakukan untuk mengidentifikasi subclass 2 dan 4. Penurunan kadar
IgG subclass 4 berhubungan dengan infeksi bakteri juga berhubungan dengan
gingivitis dan penyakit periodontal.
Pemeriksaan hematologist (pemeriksaan darah dan sumsum tulang).
Anak-anak dengan sindrom down memiliki peningkatan risiko leukemia berkembang,
termasuk leukemia akut dan leukemia lymphoblastic myeloid. Namun, risiko kanker
pada umumnya tidak meningkat karena kecenderungan berkurang untuk tumor
padat.2-4
c) Pemeriksaan Radiologi
Anomali craniofascial misalnya brachycephalic, microcephalic, dan hipoplastic tulang
wajah dan sinus
Cercical radiografi (posisi lateral dan ekstensi) dilakukan untuk mengukur jarak
atlantoaxial. Pemeriksaan dilakukan pada usia 3 tahun.
Pengurangan sudut iliac dan acetabular dapat terlihat saat masih bayi.
Tangan yang lebih pendek dan jari-jari yang juga lebih pendek, serta clinodactily
dapat terjadi karena hipoplastic segment tengah falang pada jari ke lima.
Echocardiografi
Pemeriksaan ini harus dilakukan pada anak dengan Down Syndrome untuk
mengidentifikasi gangguan jantung.3-4
C. EPIDEMIOLOGI
D. Sindroma Down merupakan kelainan kromosomal autosomal yang banyak terjadi
pada manusia. Diperkirakan angka kejadian yang terakhir adalah 1 - 1,2 per 1000
kelahiran hidup, dimana 20 tahun sebelumnya dilaporkan 1,6 per 1000. Penurunan
ini diperkirakan berkaitan dengan menurunnya kelahiran dari wanita yang
9
berumur. Diperkirakan 20% anak dengan Sindroma Down dilahirkan dari ibu
dengan umur diatas 35 tahun.
E. Sindroma Down dapat terjadi pada semua ras. Dikatakan bahwa angka kejadiannya
pada bangsa kulit putih lebih tinggi dari pada kulit hitam, tapi perbedaannya tidak
bermakna. Insiden Sindrom Down di negara kita tinggi, yaitu satu kasus hagi setiap
660 kelahiran. Risiko mendapat anak Sindrom Down dikaitkan dengan usia ibu
ketika mengandung, terutama jika mengandung pada umur diatas 35.
Kemungkinan mendapat anak Sindrom Down ialah satu kasus bagi setiap 350
kelahiran (jika umur ibu berusia 35 - 45 tahun) dan satu kasus bagi 25 kelahiran jika
usia ibu melebihi 45 tahun.7
F. ETIOLOGI
Semenjak ditemukan adanya kelainan kromosom pada sindrom Down pada tahun
1959, maka sekarang perhatian lebih dipusatkan pada kejadian “nondisjunctional” sebagai
penyebabnya, yaitu: 8
1) Genetik.
Diperkirakan terdapat predisposisi genetik terhadap “nondisjunctional”. Bukti yang
mendukung teori ini adalah berdasarkan atas hasil penelitian epidemiologi yang
menyatakan adanya peningkatan risiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak
dengan sindrom Down.
2) Radiasi.
Radiasi dikatakan merupakan salah satu penyebab terjadinya “nondisjunction” pada
sindrom Down ini. Uchida 1981 menyatakan bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan
anak dengan sindrom Down, pernah mengalami radiasi di daerah perut sebelum
terjadinya konsepsi.
3) Infeksi.
4) Autoimun.
10
Faktor lain yang juga diperkirakan sebagai etiologi sindrom Down adalah autoimun.
Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang berkaitan dengan tiroid. Ada penelitian
yang secara konsisten mendapatkan adanya perbedaan autoantibodi tiroid pada ibu
yang melahirkan anak dengan sindrom Down dengan ibu kontrol yang umurnya
sama.
5) Umur ibu.
Apabila umur ibu di atas 35 tahun, diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang
dapat menyebabkan “nondisjunction” pada kromosom. Perubahan endokrin, seperti
meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron,
menurunnya konsentrasi estradiol sistemik, perubahan konsentrasi reseptor
hormon, dan peningkatan secara tajam kdar LH dan FSH secara tiba-tiba dan selama
menopause, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya “nondisjunction”.
6) Umur ayah.
Selain pengaruh umur ibu terhadap sindrom Down, juga dilaporkan adanya
pengaruh dari umur ayah. Penelitian sitogenetik pada orang tua dari anak dengan
sindrom Down mendapatkan bahwa 20-30% kasus ekstra kromosom 21 bersumber
dari ayahnya. Tetapi korelasinya tidak setinggi dengan umur ibu.
Faktor lain seperti gangguan intragametik, organisasi nukleolus, bahan kimia dan
frekuensi koitus yang masih didiskusikan sebagai penyebab sindrom Down.8
Trisomi merupakan 3 buah salinan kromosom yang berjumlah lebih banyak dari
normal yang seharusnya sepasang. Kebanyakan trisomi pada embrio terjadi pada awal
kehamilan. Kelangsungan hidup embrio dengan trisomi 21 bergantung atas keseimbangan
genetik dari kromosom spesifik yang terlibat. Usia ibu saat kehamilan berperan penting
terhadap terjadinya Trisomi 21. Orang tua pada usia berapapun, yang mempunyai anak
dengan trisomi 21 mempunyai faktor risiko yang signifikan untuk mempunyai anak dengan
kelainan yang sama, risiko rekurensi ditemukan pada ibu berusia di atas 45 tahun.9
Translokasi merupakan perpindahan kromosom yang terjadi pada badan sel.
Sebanyak 5% kasus sindrom Down dihasilkan oleh translokasi seimbang dari salah satu
11
orang tua, pada umumnya translokasi antara kromosom 14 dan 21, dapat pula translokasi
antara kromosom 14 dan 22 meskipun jarang. Bayi dengan sindrom Down tipe translokasi
akan mempunyai 46 kromosom, salah satunya mempunyai badan genetik dari kromosom 14
dan 21. Sindrom Down tipe translokasi tidak berhubungan dengan usia ibu saat kehamilan,
namun akan meningkat risikonya pada orang tua yang merupakan pembawa sifat (sindrom
Down familial).
Mosaicism merupakan tipe yang sangat jarang. Pada tipe ini, embrio memiliki 2
deretan sel dengan kromosom yang berbeda meskipun berasal dari zigot tunggal yang
disebabkan oleh nondisjunction atau lambatnya penyatuan kromosom pada awal
embryogenesis atau pada saat pembelahan sel. Tidak ada peningkatan risiko pada orang tua
dengan autosomal mosaicism untuk melahirkan anak sindrom Down tipe mosaicism pada
kelahiran berikutnya. Namun, bagi orang tua yang memiliki autosomal mosaicism ada risiko
yang sama pada kelahiran berikutnya untuk mendapat anak sindrom Down tipe Trisomi dan
anak dengan non-mosaicism trisomi.9
G. FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko bayi akan memiliki trisomi 21 jenis sindrom Down ,
yang tipe yang paling umum, meliputi:
Ibu berusia di atas 35 tahun memiliki kecenderungan mendapatkan anak dengan
kelainan genetik down syndrome. Resiko ini meningkat sesuai dengan meningkatnya
usia saat hamil.1,2,3,5
Ayah yang berusia lebih dari 40 tahun bila beristrikan wanita berusia lebih dari 35
tahun memiliki resiko 2 kali lipat dibanding biasanya. Akan tetapi bila wanita berada
di bawah usia 35 tahun, usia ayah tidak berpengaruh walaupun Down syndrome
tetap dapat terjadi.
o Dengan usia ibu 35 tahun, risikonya adalah 1 dalam 385.
o Dengan usia ibu 40 tahun, risikonya adalah 1 dalam 106.
o Dengan usia ibu 45 tahun, risikonya adalah 1 dalam 30.4
Wanita yang memiliki riwayat melahirkan bayi down syndrome memiliki resiko
melahirkan bayi dengan down syndrome lainnya sebesar 1/100.
12
Translokasi sindrom Down adalah jenis-satunya yang kadang-kadang langsung
diwariskan. Namun sebagian besar tipe translokasi Down syndrome adalah kasus-
kasus sporadis (acak), dengan tidak diketahui penyebabnya. Translokasi
menyumbang sekitar 4% dari semua kasus sindrom Down.
Kesempatan untuk menyampaikan translokasi tergantung pada jenis kelamin orang
tua yang membawa kromosom disusun ulang 21:
Jika ayah adalah pembawa, risiko adalah sekitar 3 persen.
Jika ibu adalah pembawa, risiko sekitar 12 persen.
Adanya riwayat keluarga yang menderita down syndrome.
Memiliki banyak anak. Resiko ini meningkat apabila telah memiliki 5 anak
sebelumnya dan lebih. Tidak hanya untuk trisomi 21, tetapi resiko untuk trisomi 18
(Edward syndrome) dan trisomi 13 (Patau syndrome) juga meningkat.
Rokok dan kontrasepsi oral meningkatkan resiko melahirkan anak down syndrome
pada wanita berusia kurang dari 35 tahun.1-6
Sitogenetika dan studi molekuler menunjukkan bahwa dup21 (q22.1-22.2) sudah
cukup untuk menyebabkan sindrom Down. DSCR berisi gen yang kode untuk enzim,
seperti superoksida dismutase 1 (SOD1), cystathionine beta-sintase (CBS),
glycinamide ribonucleotide sintase-aminoimidazole ribonucleotide sintase-
glycinamide formil transferase (GARS-mengudara-Garr).4
H. PATOGENESIS
Dari sudut sitologi, dapat dibedakan dua tipe sindrom down :1,2
1. Sindroma Down Triplo 21 atau Trisomi 21, dimana pasien mempunyai kelebihan
sebuah autosom nomor 21 sehingga penderita memiliki 47 kromosom. Penulisan
kromosomnya sebagai berikut :1
1. Penderita laki-laki = 47, XY, + 21
2. Penderita perempuan = 47, XX, +21
Cara penulisan + 21 berarti ada kelebihan autosom nomor 21.
Pada Sindroma Down trisomi-21, nondisjunction dalam miosis 1 menghasilkan ovum
yang mengandung 2 buah autosom nomor 21 dan bila ovum ini dibuahi oleh
13
spermatozoa normal yang membawa autosom nomor 21, maka terbentuklah zigot
trisomi-21
Gambar 1. Skema sindrom Down Trisomi-21
2. Sindrom Down Translokasi.
Translokasi adalah peristiwa terjadinya perubahan struktur kromosom, disebabkan
karena suatu potongan kromosom bersambung dengan potongan kromosom lainnya
yang bukan homolognya.2
Pada sindrom down translokasi, lengan panjang dari autosom nomor 21 melekat
pada autosom lain, kadang – kadang dengan autosom nomor 15, tetapi yang lebih
sering dengan autosom nomor 14. Dengan demikian individu yang menderita
sindroma Down translokasi memiliki 46 kromosom.2
Gambar 2. Individu yang menderita sindrom Down translokasi
14
Kromosom yang mengalami tranlokasi dinyatakan dengan tulisan : t(14q21q) yang
dapat diartikan :2
t : translokasi
14q : lengan panjang dari autosom 14
21q : lengan panjang dari autosom 21
Pada sindrom down translokasi ini dikenal istilah :
a. Translokasi resiprokal : terjadi bila 2 kromosom bertukar sebagai materi
genetik
b. Translokasi robertsonian : jenis translokasi resiprokal tapi batas patahnya
kromosom pada atau dekat centromere (bagian sentral) 2 buah kromosom
jenis akrosentris [jenis kromosom yang lengan pendeknya (p) sangat pendek
dan tidak mengandung gen].
Gambar 3. Translokasi Robersonian dan resiprokal
15
Sindrom Down translokasi ini termasuk dalam kelainan struktur kromosom, dimana
pada keadaan ini dapat terjadi keadaan yang balans dan tidak balans. Pada
pengaturan yang balans bagian seluruh kromosom lengkap, tidak ada penambahan
atau pengurangan materi genetik. Umumnya kelainan struktur kromosom yang
balans tidak menyebabkan masalah klinik, tetapi seseorang dengan kelainan struktur
kromosom balans berpotensi mempunyai keturunan dengan kelainan struktur
kromosom yang tidak balans.2
Orang tua yang mempunyai kelainan struktur translokasi Robesrtsonian yang balans
maka resikonya berbeda-beda. Misalnya :2
1. Orang tua yang mempunyai kelainan translokasi balans antara kromosom 21
dan 21, artinya kedua kromosom 21 saling melekat sehingga jumlah total
kromosom 45, tetapi jumlah kromosom 21 normal yaitu ada 2 tapi saling
melekat. Keturunan dari orang tua yang mempunyai kelainan ini tidak ada yang
normal. Kemungkinannya hanya trisomi 21 atau monosomi 21.
2. Sementara itu, orang tua yang mempunyai kelainan translokasi robertsonian
balans antara kromosom 14 dan 21. Maka keturunannya bisa:
Monosomi 21 (25%)
Trisomi 21 (25%)
Translokasi balans (25%)
Normal (25%)
Gambar 4.
Kemungkinan pola penurunan kromosom dari orang tua dengan translokasi robertsonian
16
I. MANIFESTASI KLINIS
Sindroma Down memiliki banyak ciri khas pada tubuh yang dapat dengan
mudah mengenalinya. Selain itu, Sindroma Down juga menyebabkan berbagai
gangguan fungsi organ yang dibawa sejak lahir. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai
berikut :
Pertumbuhan : tumbuh pendek dan obesitas terjadi selama masa remaja.
Sistem saraf pusat : retardasi mental sedang sampai berat, dengan IQ 20-85
(rata-rata 50). Hipotonia meningkat sejalan dengan umur. Gangguan
artikulasi. Sleep apnea terjadi ketika aliran udara inspirasi dari saluran napas
atas ke paru mengalami hambatan selama 10 detik atau lebih. Hal itu sering
mengakibatkan hipoksemia atau hiperkarbia.
Tingkah laku : spontanitas alami, sikap yang hangat, menyenangkan, lemah
lembut, sabar, dan toleransi. Hanya sedikit pasien yang mengalami
kecemasan dan keras kepala.
Gangguan kejang : spasme infantil sering terjadi pada masa bayi, sedangkan
kejang tonik-klonik sering pada pasien yang lebih tua.
17
Penuaan dini : berkurangnya tonus kulit, kerontokan atau pemutihan rambut
lebih awal, hipogonadisme, katarak, kehilangan pendengaran, hipotiroidisme
yang berkaitan dengan umur, kejang, keganasan, penyakit vaskular
degeneratif, hilangnya kemampuan adaptasi, dan meningkatnya demensia
tipe Alzheimer.
Tulang tengkorak : brachycephaly, microcephaly, kening melandai, oksiput
datar, fontanela besar dengan penutupan yang lambat, patent metopic
suture, tidak adanya sinus frontalis dan sfenoidalis, dan hipolplasia sinus
maksilaris. Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil dengan bagian
belakang kepalanya mendatar (sutura sagitalis terpisah).
Mata : fisura palpebra yang condong ke depan, lipatan epikantus bialteral,
brushfield spots (iris yang berbintik), gangguan refrakter (50%), strabismus
(44%), nistagmus (20%), blepharitis (31%), konjungtivitis, kongenital katarak
(3%), pseudopapiledema, kekeruhan lensa yang didapat (30-60%), dan
keratokonus pada orang dewasa.
Hidung : tulang hidung hipoplastik dan jembatan hidung yang datar.
Mulut dan gigi : mulut terbuka dengan penonjolan lidah, lidah yang bercelah,
pernapasan mulut dengan pengeluaran air liur, bibir bawah yang merekah,
angular cheilitis, anodonsia parsial (50%), agenesis gigi, malformasi gigi,
erupsi gigi yang terlambat, mikroodonsia (35-50%) pada pertumbuhan gigi
primer dan sekunder, hipoplastik dan hipokalsifikasi gigi, dan maloklusi.
Telinga : telinga kecil dengan lipatan heliks yang berlebihan. Otitis media
kronis dan hilang pendengaran sering terjadi. Telinganya kecil dan terletak
lebih rendah.
Leher : atlantoaksial tidak stabil (14%) dapat menyebabkan kelemahan
ligamen transversal yang menyangga proses odontoid dekat dengan atlas
yang melengkung. Kelemahan itu dapat menyebabkan proses odontoid
berpindah ke belakang, mengakibatkan kompresi medula spinalis.
18
Penyakit jantung bawaan : penyakit jantung bawaan sering terjadi (4050%);
hal itu biasanya diobservasi pada pasien dengan Sindroma Down yang berada
di rumah sakit (62%) dan penyebab kematian yang sering terjadi pada kasus
ini pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyakit jantung bawaan yang sering
terjadi adalah endocardial cushion defect (43%), ventricular septal defect
(32%), secundum atrial septal defect (10%), tetralogy of Fallot (6%), dan
isolated patent ductus arteriosus (4%). Sekitar 30% pasien mengalami cacat
jantung yang berat. Lesi yang paling sering adalah patent ductus arteriosus
(16%) dan pulmonic stenosis (9%). Sekitar 70% dari semua endocardial
cushion defects berhubungan dengan Sindroma Down.
Masalah jantung yang paling kerap berlaku ialah jantung berlubang seperti
Ventricular Septal Defect (VSD) yaitu jantung berlubang diantara bilik jantung
kiri dan kanan atau Atrial Septal Defect (ASD) yaitu jantung berlubang
diantara atria kiri dan kanan. Masalah lain adalah termasuk salur ateriosis
yang berkekalan (Patent Ductus Ateriosis / PDA). Bagi kanak-kanak down
syndrom boleh mengalami masalah jantung berlubang jenis kebiruan (cynotic
spell) dan susah bernafas.
Abdomen : rektum diastasis dan hernia umbilikalis dapat terjadi.
Sistem saluran cerna (12%) : atresia atau stenosis duodenum. Penyakit
Hirschprung (<1%), fistula trakeoesofagus, divertikulum Meckel, anus
imperforata, dan omfalokel juga dapat terjadi.
Saluran urin dan kelamin : malformasi ginjal, hipospadia, mikropenis, dan
kriptorkoidisme.
Skeletal : tangan pendek dan lebar, klinodaktil pada jari ke lima dengan
lipatan fleksi tunggal (20%), sendi jari hiperekstensi, meningkatnya jarak
antara dua jari kaki pertama dan dislokasi panggul yang didapat.
Sistem endokrin : tiroiditis Hashimoto yang menyebabkan hipotiroidisme
adalah gangguan tiroid yang paling sering didapat pada pasien Sindroma
Down. Diabetes dan menurunnya kesuburan juga dapat terjadi.
19
Sistem hematologi : anak dengan Sindroma Down memiliki risiko untuk
mengalami leukemia, termasuk leukemia limfoblastik akut dan leukemia
mieloid. Risiko relatif leukemia akut pada umur 5 tahun 56 kali lebih besar
daripada anak tanpa Sindroma Down. Transient Myeloproliferative Disease
(TMD) adalah abnormalitas hematologi yang sering mengenai bayi Sindroma
Down yang baru lahir. TMD dikarakteristikkan dengan proliferasi mieoblas
yang berlebihan di darah dan sumsum tulang. Diperkirakan 10% bayi dengan
Sindroma Down mengalami TMD.
Imunodefisiensi : pasien Sindroma Down memiliki risiko 12 kali untuk terkena
penyakit infeksi, terutama pneumonia, karena kerusakan imunitas seluler.
Kulit : xerosis, lesi hiperkeratotik terlokalisasi, serpiginosa elastosis, alopesia
areata, vitiligo, dan infeksi kulit berulang.
Tangan dengan telapak yang pendek dan biasanya mempunyai rajah telapak
tangan yang melintang lurus (horizontal/tidak membentuk huruf M), jari
pendek-pendek, biasanya jari ke-5 sangat pendek, hanya mempunyai 2 ruas
dan cenderung melengkung. Tubuh pendek dan cenderung gemuk.
Tangannya pendek dan lebar dengan jari-jari tangan yang pendek dan
seringkali hanya memiliki satu garis tangan pada telapak tangannya. Tapak
tangan ada hanya satu lipatan.
Jarak ibu jari kaki dengan jari kedua lebar. Jari kelingking hanya terdiri dari
dua buku dan melengkung ke dalam (Plantar Crease).
Namun tidak semua ciri – ciri di atas akan terpenuhi pada penderita penyakit
sindrom down, berdasarkan penelitian terakhir orang dengan penyakit sindrom
down juga dapat mengukir prestasi seperti kebanyakan orang yang normal.1,10
J. DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis dari sindrom Down berdasarkan atas adanya gejala-gejala klinis yang khas,
serta ditunjang oleh pemeriksaan kromosom. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan
20
radiologi pada kasus yang tidak khas. Pada pemeriksaan radiologi,
didapatkan”brachycephalic”, sutura dan fontanela yang terlambat menutup. Tulang
iliaka dan sayapnya melebar disertai sudut asetabular yang lebih lebar, terdapat pada
87% kasus.9
Pemeriksaan kariotipe pada semua penderita sindrom Down adalah untuk mencari
adanya translokasi kromosom. Kalau ada, maka kedua ayah dan ibunya harus diperiksa.
Kalau dari salah satu ayah/ibunya karier, maka keluarga lainnya juga perlu diperiksa, hal
ini sangat berguna untuk pencegahan.9
Kemungkinan terulangnya kejadian sindrom Down yang disebabkan translokasi
kromosom adalah 5-15%, sedangkan kalau trisomi hanya 1%. Diagnosis antenatal
dengan pemeriksaan cairan amnion atau vili korionik, dapat dilakukan secepatnya pada
kehamilan 3 bulan. Dengan kultur jaringan dan pemeriksaan kariotipe 99% sindrom
Down dapat didiagnosis secara antenatal. Diagnosis antenatal perlu pada ibu hamil yang
berumur lebih dari 35 tahun, atau pada ibu yang sebelumnya pernah melahirkan anak
dengan sindrom Down. Bila didapatkan bahwa janin yang dikandung menderita sindrom
Down, maka dapat ditawarkan terminasi kehamilan kepada orang tuanya.
Pemeriksaan sindrom Down secara klinis pada bayi seringkali meragukan, maka
pemeriksaan dermatoglifik (sidik jari, telapak tangan dan kaki) pada sindrom Down
menunjukkan adanya gambaran yang khas. Dermatoglifik ini merupakan cara yang
sederhana, mudah, cepat, serta mempunyai ketepatan yang cukup tinggi dalam
mendiagnosis sindrom Down.9
K. DIAGNOSIS BANDING
Kelumpuhan (palsi) Serebral atau Cerebral Palsy (CP):
Penyakit ini merupakan ensefalopati statis yang mungkin didefinisikan sebagai
kelainan postur dan gerakan non-progresif, sering disertai dengan epilepsi dan
ketidaknormalan bicara, penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau lesi otak yang
sedang berkembang. Seorang ahli bedah ortopedik bernama Little telah mengusulkan
21
bahwa penyebab utama meliputi trauma lahir dan asfiksia, juga prematuritas, dan bahwa
perbaikan perawatan obstetrik akan secara bermakna mengurangi insiden CP.11
CP dapat diklasifikasikan dengan gambaran cacat motorik dalam kaitannya dengan
kategori fisiologis, topografis, dan etiologis dan kapasitas fungsional. CP juga lazim disertai
dengan spektrum kecacatan perkembangan, termasuk retardasi mental, epilepsi, dan
kelainan penglihatan, pendengaran, bicara, kognitif, dan perilaku. Cacat motorik mungkin
merupakan masalah anak yang paling ringan. Bayi yang menderita hemiplegia spastik
mengalami penurunan gerakan spontan pada belahan tubuh yang terkena dan
menunjukkan preferensi tangan pada usia dini. Lengan lebih sering terlibat daripada kaki,
dan kesulitan pada manipulasi tangan nyata pada usia 1 tahun. Berjalan biasanya terlambat
sampai 18-24 bulan, dan gaya berjalan melingkar tampak. Pemeriksaan tungkai dapat
menunjukkan henti pertumbuhan, terutama pada tangan dan kuku ibu jari, terutama jika
lobus parietalis kontralateral abnormal, karena pertumbuhan tungkai dipengaruhi oleh
daerah otak ini. Spastisitas nyata pada tungkai yang terkena, terutama pergelangan kaki,
menyebabkan deformitas equinovarus kaki. Anak sering berjalan pada hujung jari kaki
karena peningkatan tonus dan tungkai atas yang terkena mendapat postur distonik ketika
anak lari. Klonus pergelangan kaki dan tanda Babinski mungkin ada, reflex tendo dalam
meningkat; dan kelemahan tangan dan dorsofleksi kaki nyata. Sekitar sepertiga dengan
hemiplegia spastic menderita gangguan kejang yang biasanya berkembang selama tahun
pertama atau kedua, dan sekitar 25% menderita kelainan kognitif yang termasuk retardasi
mental. CT scan atau MRI dapat memperlihatkan atrofi hemisfer serebri dengan ventrikel
lateral kontralateral dilatasi pada sisi tungkai yang terkena. Tromboembolisme intrauterine
dengan infark serebri setempat merupakan satu etiologi; CT atau MRI saat lahir pada bayi
dengan kejang-kejang setempat sering memperagakan daerah infark.11
Diplegia spastik menunjuk pada spastisitas bilateral kaki. Petunjuk pertama diplegia
spastic sering ditemukan ketika bayi mulai merangkak. Anak ini menggunakan lengan dalam
cara resirokal lebih seperti kemudi (gerakan merangkak komando) bukannya gerakan
merangkak kaki empat normal. Jika spastisitas berat, pemakaian popok sukar karena
adduksi pinggul berlebihan. Pemeriksaan anak menunjukkan spastisitas pada kaki dengan
reflex klonus pergelangan kaki cepat, dan tanda Babinski bilateral. Bila anak digantung pada
aksila, postur menggunting tungkai bawah dipertahankan. Berjalan sangat terlambat; kaki
22
tertahan pada posisi equinovarus, dan anak berjalan pada hujung jari. Diplegia spastik berat
ditandai dengan atrofi karena tidak digunakan dan pertumbuhan tungkai bawah terganggu
dan dengan pertumbuhan yang tidak berimbang dengan perkembangan normal tubuh
bagian atas. Prognosis untuk perkembangan intelektual normal adalah sangat baik pada
penderita ini, dan kemungkinan kejang minimal.11
Kuadriplegia spastik merupakan bentuk CP yang paling berat karena gangguan
motorik yang mencolok semua tungkai dan hubungan yang tinggi dengan retardasi mental
dan kejang. Kesulitan menelan lazim terjadi karena palsi supranuklear bulbar dan sering
mengarah pada pneumonia aspirasi. Pada autopsi, substansia alba sentral terganggu oleh
daerah degenerasi nekrotik yang dapat menyatu menjadi rongga kistik. Pemeriksaan
neurologis memperlihatkan kenaikan tonus dan spastisitas pada semua tungkai,
menurunnya gerakan spontan, refleks yang cepat, dan respons ekstensor plantar.
Kontraktur fleksi pada lutut dan siku sering ada pada masa anak akhir. Kecacatan
perkembangan yang menyertai, termasuk kelainan bicara dan penglihatan, terutama lazim
pada kelompok anak ini. Anak dengan kuadriseps spastik sering mempunyai bukti adanya
atetosis dan dapat diklasifikasikan sebagai CP campuran.
CP athetoid relatif jarang, terutama sejak penemuan manajemen agresif
hiperbilirubinemia dan pencegahan kernikterus. Bayi ini secara khas hipotonik dan memiliki
kontrol kepala yang buruk dan kelambanan kepala yang mencolok. Pemberian makanan
mungkin sulit, dan juluran lidah dan air liur mungkin menonjol. Gerakan atetoid mungkin
tidak menjadi nyata hingga usia 1 tahun dan cenderung terjadi bersama dengan
hipermielinasi ganglia basalis, suatu fenomena yang disebut status marmoratus. Bicara
secara khas terkena karena keterlibatan gangguan otot-otot orofaring. Kalimat-kalimat
tertelan, dan modulasi suara terganggu. Biasanya, tanda neuron motorik atas tidak ada,
kejang tidak lazim, dan intelek dipertahankan pada kebanyakan penderita.11
Bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak flasid dan berbaring
seperti kodok terlentang, sehingga tampak seperti kelainan pada ‘lower motor neuron’.
Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari rendah hingga tinggi.
Bila dibiarkan berbaring tampak flasid dan sikapnya seperti kodok terlentang, tetapi bila
diransang atau mulai diperiksa tonus ototnya berubah menjadi spastis. Kerusakan biasanya
23
terletak di batang otak dan disebabkan oleh asfiksia perinatal atau ikterus. Golongan ini
meliputi 10-20% dari kasus palsi serebral.12
Selain itu ada juga kelainan koreo-atetosis yaitu sikap yang abnormal dengan
pergerakan yang terjadi dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama,
tampak bayi flasid, tapi sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut. Refleks neonatal
menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan
ataksia. Kerusakan terletak di ganglia basalis dan disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus
kern pada masa neonatus.12
Ada juga gangguan koordinasi yang disebut ataksia. Biasanya pasien flasid dan
menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat. Kehilangan keseimbangan tampak
bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung dan
kaku. Kerusaka terletak di serebelum.
Pasien cerebral palsy juga didapati mengalami gangguan pendengaran. Gangguan
berupa kelainan neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-
kata. Gangguan ini terdapat pada golongan koreo-atetosis.
Gangguan bicara juga terdapat pada pasien cerebral palsy terutama disebabkan
oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan yang terjadi dengan sendirinya
di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit
membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi. Pada
keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% penderita cerebral palsy
mengalami kelainan mata.12
Hipotiroid:
Hipotiroid merupakan kebalikan dari hipertiroid, yaitu kadar hormon tiroid dalam
darah sangat rendah. Hal tersebut menyebabkan lambatnya proses-proses dalam tubuh
sehingga tubuh menjadi lemah, laju detak jantung rendah, kulit kering, dan ada
penambahan berat badan. Karena kadar hormon tiroid dalam darah rendah, kelenjar tiroid
akan berusaha untuk memproduksinya. Hal tersebut berakibat pada membengkaknya
24
kelenjar tiroid. Hipotiroid pada anak-anak dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan dan
tertundanya pubertas.13
Hipotiroid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah satu
tingkat dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid-”end organ”, dengan akibat terjadinya
defisiensi hormon tiroid, ataupun gangguan respon jaringan terhadap hormon tiroid.
Adapun hipotiroid ini terbagi kepada yang kongenital dan yang didapat.13
TABEL SKOR APGAR PADA BAYI DENGAN HIPOTIROIDISME KONGENITAL
GEJALA KLINIS SKOR
Hernia umbilikalis
Kromosom Y tidak ada (perempuan)
Pucat, dingin, hipotermi
Tipe wajah khas edematous
Makroglosi
Hipotoni
Ikterus lebih dari 3 hari
Kulit kasar, kering
Fontanella posterior terbuka (>3 cm)
BB lahir >3.5 kg
Kehamilan >40 minggu
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
Total 15
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan
pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai
berikut :7
Hipotalamus membuat thyrotropin releasing hormone (TRH) yang merangsang
hipofisis anterior.
25
Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (thyroid stimulating hormone = TSH) yang
merangsang kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (triiodothyronin = T3 dan tetraiodothyronin
= T4 = thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi konsumsi
oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protein, karbohidrat,
lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon lain.
GEJALA PADA NEONATUS DAN BAYI GEJALA PADA ANAK BESAR
Fontanella mayor yang lebar dan
fontanella posterior yang terbuka.
Suhu rektal < 35,5˚C dalam 0-45 jam
pasca lahir.
Berat badan lahir > 3500 gram; masa
kehamilan > 40 minggu.
Suara besar dan parau.
Hernia umbilikalis.
Riwayat ikterus lebih dari 3 hari.
Miksedema.
Makroglosi.
Riwayat BAB pertama > 20 jam
setelah lahir dan sembelit (< 1
kali/hari).
Kulit kering, dingin, dan ”motling”
(berbercak-bercak).
Letargi.
Sukar minum.
Bradikardia (< 100/menit).
Dengan goiter maupun tanpa
goiter.
Gangguan pertumbuhan (kerdil).
Gangguan perkembangan
motorik, mental, gigi, tulang,
dan pubertas.
Ganguan perkembangan mental
permanen terutama bila onset
terjadi sebelum umur 3 tahun.
Aktivitas berkurang, lambat.
Kulit kering.
Miksedema.
Tekanan darah rendah,
metabolisme rendah.
Intoleransi terhadap dingin.
Penyakit Retardasi Mental:
Retardasi mental merupakan bagian dari kategori disabilitas perkembangan yang
luas dan didefinisikan oleh American Association of Mental Defisiency sebagai “… kualitas
terendah yang signifikan, fungsi intelektual umum yang terjadi bersamaan dengan defisit
26
perilaku adaptif dan dimanifestasikan selama periode perkembangan (usia 18 tahun)”.
Perilaku adaptif antara lain, komunikasi, perawatan diri, bekerja, reakreasi, kesehatan, dan
keselamatan anak.13
Diagnosis retardasi mental tidak dapat dibuat hanya berdasarkan pada kemampuan
intelektual saja, harus terdapat baik kerusakan intelektual maupun adaptif (kemandirian
individu dan tanggungjawab sosial). Penyebab retardasi mental adalah kelainan genetik,
biokimia, virus, dan perkembangan. Antara lain dapat berupa infeksi prenatal dan
intoksikasi, trauma atau agen fisik (misalnya kurang oksigen), gangguan metabolik, nutrisi
prenatal yang tidak adekuat, penyakit otak pascanatal makroskopik (misalnya
neurofibromatosis atau sklerosis tuberosa), abnormalitas kromosom, prematuritas, berat
badan lahir rendah, autisme, dan lingkungan yang tidak menguntungkan.
Faktor-faktor terkait pula antara lain adalah gaya hidup ibu (misalnya nutrisi yang
buruk, merokok, dan penyalahgunaan zat), gangguan kromosom (sebagian besar
berhubungan dengan sindrom Down), gangguan spesifik seperti sindrom alkohol janin, dan
paralisis serebral, mikrosefali, atau spasme infantil.13
Tanda dan gejala bervariasi bergantung pada klasifikasi atau derajat retardasi sama
ada ringan, sedang, berat, atau sangat berat.
Ringan (IQ 50-70): 13
Usia prasekolah; anak sering terlihat tidak mengalami retardasi, tetapi lambat untuk
berjalan, bicara, dan makan sendiri.
Anak usia sekolah; anak dapat memerlukan latihan keterampilan, dan belajar
membaca dan berhitung sampai kelas enam dengan kelas pendidikan khusus. Anak
mencapai usia mental 8 sampai 12 tahun.
Dewasa; penderita dewasa biasanya dapat mencapai keterampilan vokasional dan
sosial. Kadang-kadang pengarahan mungkin diperlukan. Penderita dewasa mampu
melakukan perkawinan, tetapi tidak mengasuh anak.
Sedang (IQ 35-55): 13
27
Usia prasekolah; keterlambatan dapat terlihat, terutama tampak jelas pada
kemampuan bicara.
Anak usia sekolah; anak dapat mempelajari komunikasi, perilaku sehat dan aman
yang sederhana, serta keterampilan manual yang sederhana. Penderita mencapai
usia mental 3-7 tahun.
Dewasa; penderita dewasa dapat melakukan tugas-tugas sderhana pada kondisi
yang dimudahkan dan dapat melakukan perjalanan sendiri ke tempat-tempat yang
sudah dikenal. Bantuan dalam perawatan diri biasanya diperlukan.
Berat (IQ 20-40): 13
Usia prasekolah; anak menunjukkan keterlambatan motorik yang khas dan
mempunyai sedikit sampai tidak ada keterampilan komunikasi. Anak dapat
berespons terhadap latihan bantuan diri dasar, seperti makan.
Usia sekolah; anak biasanya berjalan dengan disabilitas. Beberapa pengertian
pembicaraan dan respons dapat terlihat jelas. Anak dapat berespons terhadap
latihan yang dibiasakan dan mempunyai usia mental toddler.
Dewasa; penderita dewasa dapat menyesuaikan diri dengan rutinitas sehari-hari dan
aktivitas yang berulang, tetapi membutuhkan pengarahan dan pengawasan dalam
lingkungan yang dilindungi.
Sangat berat (IQ di bawah 20): 13
Usia prasekolah; retardasi tampak sangat jelas. Anak mempunyai kapasitas untuk
berfungsi dalam area sensorimotorik, tetapi anak memerlukan perawatan total.
Usia sekolah; terdapat keterlambatan yang jelas pada semua area. Anak
menunjukkan respons emosional dasar dan dapat berespons terhadap latihan
keterampilan menggunakan kaki, tangan, rahang. Anak memerlukan pengawasan
yang ketat dan mempunyai usia mental bayi.
28
Dewasa; dapat berjalan tetapi membutuhkan perawatan umum yang lengkap.
Penderita akan mempunyai kemampuan bicara primitif. Aktivitas fisik yang teratur
bermanfaat bagi penderita.
Trisomi 18/ Sindrom Edward15,16
Sindrom Edward adalah trisomi autosomal yang paling sering selepas Sindrom Down
(SD) dengan frequensi 1:3000 kelahiran. Kebanyakan kasus adalah bayi post-matur dengan
berat badan lahir rendah (BBLR). Kebanyakan balita lemah dan memiliki kapasitas yang
terbatas untuk terus hidup. Untuk trisomy 18 ini, angka kematiian bayi memang sangat tinggi,
bahkan bisa dibilang prognosisnya sangat buruk.Median umur untuk terus hidup adalah 3
bulan. Kadar mortality yang tinggi adalah karena malformasi jantung dan ginjal, kesukaran
untuk makan, sepsis dan apnoe oleh karena kelainan susunan saraf pusat (SSP). Malah,
retardasi pertumbuhan dan psikomotor berat turut dilaporkan pada bayi yang mampu hidup
melebihi umur balita.
Malangnya trend ini berulang. Memiliki anak dengan kelainan trisomy sebelumnya
akan meningkatkan resiko memiliki anak berikutnya dengan trisomy 18 juga. Yang juga
menjadi faktor resiko adalah usia ibu.
Gambar 3: Clenched hands: jari keempat
overriding jari tengah; jari kelima overriding jari keempat
29
Gambar 4: manifestasi klinis sindrom Edwards.
Antara gejala Sindrom Down yang turut ada pada Sindrom Edward adalah:
Low-set dan malformasi telinga
Mental deficiency
Pertumbuhan terhambat
Microphthalmia, epicanthal folds, fissure palpebra yang pendek
Kepala kecil (microcephaly)
Penyakit jantung congenital terutama defek septal ventrikel dan patent ductus
arteriosus (PDA)
Abduksi pinggul yang terbatas.
Gejala lain pada Sindrom Edward.
Rahang kecil (micrognathia)
30
Clenched hands: jari keempat overriding jari tengah; jari kelima overriding jari
keempat
Crossed legs (preferred position)
Feet with a rounded bottom (rocker-bottom feet)
berat badan lahir rendah (BBLR)
Elongated skull/ tulang tengkorak yang panjang
Kemampuan menghisap yang lemah.
Kuku yang tidak tumbuh dengan baik/Underdeveloped fingernails
Undescended testicle
Kelainan bentuk dada (pectus carinatum)/ shield-shape chest
L. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling
efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap perkembangannya penderita Down
syndrom juga dapat mengalami kemunduran dari sistim tubuhnya. Dengan demikian
penderita harus mendapatkan support maupun informasi yang cukup serta
kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan
kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Hal yang dapat dilakukan
antara lain :
1) Medikamentosa :
Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk
mengatasi kelainan ini. Pengobatan hanya bersifat simptomatik. Pada tahap
perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat mengalami kemunduran
dari sistim penglihatan, pendengaran maupun kemampuan fisiknya mengingat
31
tonus otot-otot yang lemah. Dengan demikian penderita harus mendapatkan
dukungan maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan
sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan
baik fisik maupun mentalnya. Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita
untuk mengoreksi adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar
penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung
tersebut. Dengan adanya leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan
terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta pemberian
terapi pencegah infeksi yang adekuat.
Tidak ada pengobatan untuk memperbaiki sindroma down. Prinsip pengobatan
medis digunakan untuk memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia
penderita dengan cara:
- Pencegahan terhadap infeksi
- Rehabilitasi medis
- Alat bantu pendengaran bila didapatkan gangguan pendengaran
- Pengobatan dan pelatihan perilaku dilakukan jika ada kelainan psikiatri
- Hormon tiroid diberikan bila didapatkan tanda-tanda hipotiriod, untuk
mencegah terjadinya deteorisasi intelektual dan memperbaiki
kemampuan individual
Pengobatan/therapi
Yang tersedia adalah berbagai macam antibiotika, maka usia mereka kini
dapat diperpanjang.
Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi
adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih
cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut.
Pemeriksaan Dini :
32
- Pendengaran. Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran
sejak awal kelahiran, sehingga dilakukan pemeriksaan secara dini
sejak awal kehidupannya. Pendengarannya : sekitar 70-80% anak
syndrom down terdapat gangguan pendengaran dilakukan tes
pendengaran oleh THT sejak dini.
- Penyakit jantung bawaan : 30-40% anak dengan Sindrom Down
disertai penyakit jantung bawaan. Mereka memerlukan
penanganan jangka panjang oleh seorang ahli jantung anak.
- Penglihatan. Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan secara rutin oleh dokter ahli mata.
- Nutrisi. Pada perkembangannya anak dengan sindrom down akan
mengalami gangguan pertumbuhan baik itu kekurangan gizi pada
masa bayi dan prasekolah ataupun kegemukan pada masa sekolah
dan dewasa, sehingga perlu adanya kerjasama dengan ahli gizi.
- Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal
paha/ketidakstabilan atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini
sampai menimbulkan medula spinalis atau bila anak memegang
kepalanya dalam posisi seperti tortikolit, maka perlu pemeriksaan
radiologis untuk memeriksa spina servikalis dan diperlukan
konsultasi neurologis.
- Lain-lain. Aspek medis lainnya yang memerlukan konsultasi
dengan ahlinya, meliputi masalah imunologi, gangguan fungsi
metabolisme atau kekacauan biokomiawi.
2) Non medikamentosa :
Terapi Wicara. Suatu terapi yang di pelukan untuk anak DS atau anak
bermasalah dengan keterlambatan bicara, dengan deteksi dini di
perlukan untuk mengetahui seawal mungkin menemukan gangguan
33
kemampuan berkomunikasi, sebagai dasar untuk memberikan pelayanan
terapi wicara.
Terapi Okupasi. Terapi ini di berikan untuk dasar anak dalam hal
kemandirian, kognitif/pemahaman, dan kemampuan sensorik dan
motoriknya. Kemandirian diberikan kerena pada dasarnya anak
"bermasalah" tergantung pada orang lain atau bahkan terlalu acuh
sehingga beraktifitas tanpa komunikasi dan memperdulikan orang lain.
Terapi ini membantu anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi,
dengan atau tanpa menggunakan alat.
Terapi Remedial. Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan
akademis skill, jadi bahan bahan dari sekolah bias dijadikan acuan
program.
Terapi kognitif. Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan
kognitif dan perceptual, missal anak yang tidak bias berkonsentrasi, anak
yang mengalami gangguan pemahaman, dll.
Terapi sensori integrasi. Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami
gangguan pengintegrasian sensori, misalnya sensori visual, sensori taktil,
sensori pendengaran, sensori keseimbangan, pengintegrasian antara otak
kanan dan otak kiri, dll.
Terapi snoefzelen. Snoezelen adalah suatu aktifitas terapi yang dilakukan
untuk mempengaruhi CNS melalui pemberian stimulasi pada system
sensori primer seperti visual, auditori, taktil. Taste, dan smell serta system
sensori internal seperti vestibular dan proprioceptif dengan tujuan untuk
mencapai relaksasi dan atau aktifiti. Snoezelen merupakan metode terapi
multisensories. Terapi snoefzelen Anak di ajarkan berprilaku umum
dengan pemberian system reward dan punishment. Bilan anak melakukan
apa yang diperintahkan dengan benar, makan diberikan pujian. Jika
sebaliknya anak dapat hukuman jika anak melakukan hal yang tidak
benar. Dengan perintah sederhana dan yang mudah di mengerti anak.
34
Terapi snoefzelen. Terapi ini di berikan pada anak yang mengalami
gangguan perkembangan motorik, misalnya anak yang mengalami
keterlambatan berjalan. Semua terapi ini dilaksanakan sesuai dengan
rekomendasi dari tim dokter yang telah memeriksa anak yang mengalami
gangguan.
Cara medik tidak ada pengobatan pada penderita ini karena cacatnya
pada sel benih yang dibawa dari dalam kandungan. Pada saat bayi baru
lahir, bila diketahui adanya kelemahan otot, bisa dilakukan latihan otot
yang akan membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Penderita ini bisa dilatih dan dididik menjadi
manusia yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya
sehari-hari seperti berpakaian dan buang air, walaupun kemajuannya
lebih lambat dari anak biasa. Bahkan, beberapa peneliti mengatakan,
dengan latihan bisa menaikkan IQ sampai 90. Dari beberapa penelitian
diketahui bahwa anak-anak penderita Sindrom Down yang diberi latihan
dini akan meningkat intelegensianya 20% lebih tinggi dibandingkan
dengan pada saat mereka mulai mengikuti sekolah formal. Latihan ini
harus dilestarikan, walaupun anak sudah dewasa. Bila bayi itu beranjak
besar, maka perlu pemeriksaan IQ untuk menentukan jenis
latihan/sekolah yang dipilih. Pemeriksaan lain yang mungkin dibutuhkan
adalah pemeriksaan jantung karena pada penderita ini sering mengalami
kelainan jantung.
Penyuluhan kepada orang tua
Diharapkan penjelasan pertama kepada orang tua singkat, karena kita
memandang bahwa perasaan orang tua sangat beragam dan kerena
kebanyakan orang tua tidak menerima diagnosa itu sementara waktu, hal
ini perlu disadari bahwa orang tua sedang mengalami kekecewaan.
Setelah orang tua merasa bahwa dirinya siap menerima keadaan
anaknya, maka penyuluhan yang diberikan selanjutnya adalah bahwa
anak dengan sindrom down itu juga memiliki hak yang sama dengan anak
normal lainnya yaitu kasih sayang dan pengasuhan. Pada pertemuan
35
selanjutnya penyuluhan yang diberikan antra lain : Apa itu sindrom down,
karakteristik fisik dan antisipasi masalah tumbuh kembang anak. Orang
tua juga harus diberi tahu tentang fungsi motorik, perkembangan mental
dan bahasa. Demikian juga penjelasan tentang kromosom dengan istilah
yang sederhana, informasi tentang resiko kehamilan berikutnya.
Pendidikan Khusus (SLB-C)
Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan
kesenangan. Selain itu mengasah perkambangan fisik, akademis dan
kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan menjalin hubungan baik.
Taman bermain
Misal dengan peningkatan keterampilan motorik kasar dan halus melalui
bermain dengan temannya, karena anak dapat melakukan interaksi sosial
dengan temannya.
Intervensi dini.
Pada akhir – akhir ini terdapat sejumlah program intervensi dini yang dipakai sebagai
pedoman bagi orang tua untuk memberikan lingkungan bagi anak dengan sindrom down.
Akan mendapatkan manfaat dari stimulasi sensori dini, latihan khusus untuk motorik halus
dan kasar dan petunjuk agar anak mau berbahasa. Dengan demikian diharapkan anak akan
mampu menolong diri sendiri, seperti belajar makan, pola eliminasi, mandi dan yang lainnya
yang dapat membentuk perkembangan fisik dan mental.7,14
M. KOMPLIKASI
Penyumbatan jalan nafas selama tidur
Cedera kompresi pada tulang belakang
Endocarditis
Masalah mata seperti katarak, glaukoma, myopi, astigmat, nystagmus, dan
konjungtivitis.
Gangguan pendengaran, infeksi telinga, sinusitis, nasofaringitis.
Masalah jantung (ASD, VSD), hipertensi pulmonal, gagal jantung.
Gastrointestinal penyumbatan, Gastroesofageal Reflux, celiac disease, obesitas.
36
Kelemahan tulang belakang di bagian atas leher
Hipotiroid, hipertiroid, diabetes melitus.
Transient myeloproliferative disorder (TMD), acute megakaryoblastic leukemia
(AML), and acute lymphoblastic leukemia (ALL). Leukemia limfblastic akut lebih
sering terjadi pada anak diatas usia 1 tahun sedangkan leukemia myelogenus
akut lebih sering terjadi pada bayi.1,2,3,4,6
N. PROGNOSIS
4% kasus dengan sindrom Down hidup sampai 60 tahun, dan 14% sampai umur 68
tahun. Berbagai faktor berpengaruh terhadap harapan hidup penderita sindrom Down
ini. Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini,
mengakibatkan 80% kematian.8 Namun, saat ini dengan tersedianya berbagai macam
antibiotika, maka usia mereka kini dapat diperpanjang.1
Keadaan lain yang mempengaruhi harapan hidup penderita ini adalah meningkatnya
nagka kejadian leukimia pada sindrom Down, sekitar 15 kali dari populasi normal.
Timbulnya penyakit alzheimer yang lebih dini pada kasus ini, akan menurunkan harapan
hidup setelah umur 44 tahun.8
O. PENCEGAHAN
Tidak ada obat untuk sindrom Down, juga tidak ada pencegahan untuk kecelakaan
kromosom yang menyebabkan sindrom Down. Namun, studi baru-baru ini menunjukkan
bahwa beberapa wanita yang telah melahirkan seorang bayi dengan sindrom Down
memiliki kelainan pada bagaimana metabolisme tubuh mereka (proses) vitamin B asam
folat. Jika benar, temuan ini dapat memberikan alasan lain mengapa semua wanita yang
mungkin hamil harus diberi multivitamin harian yang mengandung 400 mikrogram asam
folat (yang telah terbukti mengurangi risiko cacat lahir tertentu dari otak dan sumsum
tulang belakang).3
Terhadap orang tua :
37
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom
melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan
awal kehamilan (lebih dari 3 bulan). Terlebih lagi ibu hamil yang pernah
mempunyai anak dengan Down syndrome atau mereka yang hamil di atas
usia 35 tahun harus dengan hati-hati dalam memantau perkembangan
janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan Down
syndrome lebih tinggi. Down Syndrome tidak bisa dicegah, karena Down
Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah
kromosom. Jumlsh kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3.
Konseling genetik juga menjadi alternatif yang sangat baik, karena dapat
menurunkan angka kejadian sindrom down. Dengan Gene targeting atau
Homologous recombination gene dapat dinon-aktifkan. Sehingga suatu
saat gen 21 yang bertanggung jawab terhadap munculnya fenotip
sindrom down dapat di non aktifkan.
Genetic counseling :
1. Jangan mengandung ≥ 35 tahun → untuk menghindari terjadinya
trisomi 21 tipe komplit dan trisomi 21 tipe mosaik.
2. Jangan punya anak lagi → untuk menghindari terjadinya trisomi 21
tipe translokasi.
3. Abortus medicinalis → ditujukan untuk bayi dengan trisomi 21 dalam
kandungan.
Para ibu dianjurkan untuk tidak hamil setelah usia 35 tahun.
Berkonsultasi ke dokter bila pernah mengalami keguguran atau
melahirkan anak yang cacat karena mungkin wanita tersebut memerlukan
pemeriksaan-pemeriksaan tertentu untuk mencari penyebabnya. Bila
sudah terjadi kehamilan pencegahan bisa dilakukan dengan pemeriksaan
darah dan atau kromosom dari cairan ketuban atau ari-ari.10
38
BAB III
Penutup
Sindrom down merupakan salah satu penyakit yang diakibatkan karena kesalahan
jumlah dalam kromosom khususnya kromosom 21. Penyakit ini dapat terjadi akibat
berbagai faktor antara lain faktor usia ibu, faktor kesalahan pembelahan kromosom dan
faktor translokasi robertsonian. Sindrom down memiliki banyak manifestasi klinik tetapi
memiliki kekhasan dalam wajah yang disebut mongolodi face atau wajah khas sindrom
down.
Penyakit ini tidak ada disembuhkan tetapi dapat diobati manifestasi klinik yang ada
seperti kelainan jantung bawaan. Dengan berkembangnya ilmu medis sindrom down yang
tadinya hanya bertahan dalam 1 tahun pertama sekarang sudah dapat bertahan sampai 50
tahun. Sindrom down ini dapat dideteksi dengan berbagai skrining semasa kehamilan
dengan menggunakan teknik aminosentesis, chorrionic villus sampling, dll.
39
Daftar Pustaka
1. Suryo. Genetika manusia. Yogyakakrta: Gajah Mada Press; 2003.h.259-72.2. Kenneth J. Leveno, F. Gary Cunningham, Noeman F. Gant, James M. Alexander, Steven L.
Bloom, Brian M. Casey, et al. Skrining pada cacat Neural-tube dan sindrom Down. Williams Manual of Obstetrics. Edisi 21. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004. Hal 91.
3. Faktor risiko sindrom Down. 2011. Diunduh dari
http://doktermu.com/Kesehatan-anak/faktor-risiko-sindrom-down.html, 25 September 2011.
4. Wong L. Donna. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jilid 1 ed. 6. Jakarta : EGC; 2002.h. 713-714.
5. Latief A, Tumbuleka AR, Matondang CS, Chair I, Bisanto J, Abdoerrachman MH, et all. Diagnosis fisis pada anak. Jakarta: CV Sagung Seto; 2009.h.3-8, 29-36, 51-67, 83-95.
6. Bickley LS. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.300-50.
7. Fadhli Aulia. Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Anggrek; 2010.h. 33-39.
8. Soetjiningsih. IG. N. Gde Ranuh (editor). Sindrom Down. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995. Hal 211-20.
9. Janti Sudiono. Sindrom Down (trisomi 21). Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007. Hal 84-91.
10. Selikwitz, Mark. 2001. Mengenal Sindrom Down. Jakarta : EGC.
11. Rusepno Hassan, Husein Alatas. Cerebral Palsy. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Hal 884-88.
12. Muhammad Faizi, Netty EP. Hipotiroid. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya.
13. Mary E. Muscari. Alfrina Hany (alih bahasa). Retardasi mental. Lippincott’s Pediatric. Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001. Hal 420-22.
14. Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Penyakit ed. 6 vol 1. Jakarta : EGC.
15. H Chen. Trisomy 18. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/943463-overview#a0199 ,2001, diunduh pada Sept 2011.
16. Trisomy 18 Edward Syndrome. Diunduh dari http://en.wikinoticia.com/lifestyle/beauty/80535-trisomy-18--edwards-syndrome-de ,2011,diunduh pada Sept 2011.
40
41