17
FLOUR ALBUS Oleh L BULY FATRAHADY H1A003027 PEMBIMBING: Dr. Gede Made Punarbawa, SpOG DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI LAB/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSU MATARAM FEBRUARI 2008

7432181 Laporan Kasus Flour Albus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

FLOUR ALBUS

Oleh

L BULY FATRAHADY

H1A003027

PEMBIMBING:

Dr. Gede Made Punarbawa, SpOG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI LAB/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSU MATARAM

FEBRUARI 2008

Page 2: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-

Nyalah sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan dari

Lab/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas

Mataram/RSU Mataram. Dalam penyusunan laporan yang berjudul “Flour albus” ini

penulis memperoleh bimbingan, petunjuk serta bantuan moral dari berbagai pihak.

Adalah tidak mungkin wujud tulisan ini tanpa peran dan bantuan mereka. Untuk itu

melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Dr. Gede Made Punarbawa, SpOG selaku dosen pembimbing

2. Dr. Edi P. Wibowo, SpOG, selaku kepala SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan

RSU Mataram

3. Dr. Agus Thoriq, SpOG, selaku Koordinator Pendidikan

4. Dr. H. Doddy Ario Kumboyo, SpOG (K), selaku supervisor

5. Dr. A. Rusdhy H. Hamid, SpOG selaku supervisor

6. Rekan-rekan dokter muda

7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan

masukan, bantuan dan informasi dalam pengumpulan bahan tinjauan pustaka.

Menyadari masih terdapat banyak kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak demi kesempurnaan laporan kasus ini. Akhir kata, penulis

berharap semoga laporan kasus ini berguna baik dalam bidang pendidikan maupun untuk

menambah pengetahuan masyarakat.

Mataram, Februari 2008

Penulis

2

Page 3: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

PENDAHULUAN

Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang

diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah.

Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang

keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar

Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup

pada vagina yang normal. Pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang

alami dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai

infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau

berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak

mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina

meliputi Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella, Mobiluncuc,

Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam memberikan fungsi

perlindungan yang dihasilkan oleh lactobacilli.(1,2)

Leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita

ginekologik, adanya gejala ini diketahui penderita karena mengotori celananya. Dapat

dibedakan antara leukorea yang fisiologik dan yang patologik. Leukorea fisiologik terdiri

atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan

leukosit yang jarang sedang pada leukorea patologik terdapat banyak leukosit.(2)

Penyebab paling penting dari leukorea patologik ialah infeksi. Disini cairan

mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau,

seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat

menyebabkan leukorea patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul.

Selanjutnya leukorea ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor itu

dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat

genital.(2)

3

Page 4: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

EPIDEMIOLOGI

Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan

yang mengalami flour albus bervariasi antara 1 -15% dan hampir seluruhnya memiliki

aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada

semua umur. Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang

merupakan indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan. Infeksi

yang sering menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis, Vaginosis bacterial, dan

Kandidiasis. Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau

iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi

dan penyebab vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri.

Selain itu vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu

penyebab.(2)

ETIOLOGI

Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah

porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior

vagina.(2)

Fluor albus fisiologik ditemukan pada :

a. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh estrogen

dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.

b. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukore disini

hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.

c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh

pengeluaran transudasi dari dinding vagina.

d. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi

lebih encer.

e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita

dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis

uteri. (1)

Sedang fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh (1)

4

Page 5: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

1. Infeksi :

- Bakteri : Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae, dan

Gonococcus(2,3)

- Jamur : Candida albicans

- Protozoa : Trichomonas vaginalis

- Virus : Virus Herpes dan human papilloma virus

2. Iritasi :

- Sperma, pelicin, kondom

- Sabun cuci dan pelembut pakaian

- Deodorant dan sabun

- Cairan antiseptic untuk mandi.

- Pembersih vagina.

- Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat

- Kertas tisu toilet yang berwarna.

3. Tumor atau jaringan abnormal lain

4. Fistula(3)

5. Benda asing(3)

6. Radiasi

7. Penyebab lain(3) :

- Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik

- Tidak dikatehui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

PATOGENESIS

Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa

dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita

sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun

mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar

dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks,

yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.(2)

5

Page 6: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara

Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan

hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang

toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi

glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH

vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan

bakteri lain.(2)

Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida

sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel

ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang

mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas,

penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak

terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang

tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat

kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral

menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media

bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH

5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi.

Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis. (4,5)

Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone

menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi

pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.(2)

Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh

bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen

itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon

dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen.

Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah

hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi

perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis

dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk

6

Page 7: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel

vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis

bacterial.(2)

Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis,

anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan

keadaan umum yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering

menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.(2)

GEJALA KLINIS

Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina

meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali

muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan

beberapa gejala fluor albus:1

- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.

- Sekret vagina yang bertambah banyak

- Rasa panas saat kencing

- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk

Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga

kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah

hubungan seksual

Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa

dan berbau amis.

Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga

berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada komplikasi

yang serius

Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning

seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :

7

Page 8: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

- Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.

- Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius

- Sitologi vagina

- Kultur sekret vagina

- Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis

- Ultrasonografi (USG) abdomen

- Vaginoskopi

- Sitologi dan biopsy jaringan abnormal

- Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes

- Pemeriksaan PH vagina.

- Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10 % .

- Pulasan dengan pewarnaan gram .

- Pap smear.

- Biopsi.

- Test biru metilen.(1,3)

DIAGNOSIS

Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan

penunjang.

- Anamnesis(3)

Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB kontak

seksual, perilaku, jumlah, bau dan warna leukore, masa inkubasi, penyakit yang diderita,

penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain

- Pemeriksaan Fisis dan Genital (7)

Inspeksi Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus. Inspeksi dan

palpasi genitalia eksterna. Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan serviks, pemeriksaan

bimanual pelvis, palpasi kelenjar getah bening dan femoral.

- Laboratorium (7)

Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas pengukur pH dan pH

diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup spesifik. Cairan juga

dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9%

8

Page 9: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass

ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop. Sel ragi atau pseudohyphae dari candida lebih

mudah didapatkan pada preparat KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih sensitive

disbanding pemeriksaan mikroskopik.

Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari

empat kriteria sebagai berikut, yaitu: (1) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik

sediaan basah, (2) adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina, (3)

duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina lebih dari 4.5

dengan menggunakan nitrazine paper.

PENATALAKSANAAN

Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya

penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan

adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan

berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta

berbau busuk.(8)

Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri

atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan

menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan

dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi

infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit.

Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang

dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan

yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual

dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain

itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan

pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :

1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari

rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.

2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah

penularan penyakit menular seksual.

9

Page 10: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan

tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap

keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut,

pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.

4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan

ke belakang.

5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat

mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum

menggunakan cairan pembersih vagina.

6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah

vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam

perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau

biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.(8)

Tujuan pengobatan

- Menghilangkan gejala

- Memberantas penyebabrnya

- Mencegah terjadinya infeksi ulang

- Pasangan diikutkan dalam pengobatan

Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk

menghilangkan kecemasannya.

Patologi : Tergantung penyebabnya

Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :

1. Candida albicans (3)

Topikal

- Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu

- Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari

- Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari

Sistemik

- Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari

- Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari

10

Page 11: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

- Nimorazol 2 gram dosis tunggal

- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal

Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan

2. Chlamidia trachomatis

- Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)

- Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral

- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila

- Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari

- Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari

- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari

3. Gardnerella vaginalis

- Metronidazole 2 x 500 mg

- Metronidazole 2 gram dosis tunggal

- Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari

- Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

4. Neisseria gonorhoeae

- Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau

- Amoksisiklin 3 gr im

- Ampisiillin 3,5 gram im atau

Ditambah :

- Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau

- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

- Tiamfenikol 3,5 gram oral

- Kanamisin 2 gram im

- Ofloksasin 400 mg/oral

Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase

- Seftriaxon 250 mg im atau

- Spektinomisin 2 mg im atau

- Ciprofloksasin 500 mg oral

Ditambah

11

Page 12: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

- Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau

- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

5. Virus herpeks simpleks

Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas

- Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari

- Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari

- Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder(8)

6. Penyebab lain :

Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative inflammatory

vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.(3)

PROGNOSIS

Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon

terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan

perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif(2)

12

Page 13: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

BAB II

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Ny “S”

Umur : 34 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat :Bayan–Lombok Barat

Bangsa : Indonesia

Status Perkawinan : Kawin

Nama Suami : Ardi

Pekerjaan : petani

Tanggal MRS : -

II. Anamnesis

Keluhan utama : Os mengaku keluar cairan melalui vagina sejak 2 hari yang lalu.

Riwayat penyakit sekarang : Os merupakan kiriman dari poli paru dengan keluar

cairan dari kemaluan sejak 2 hari yang lalu, cairan yang dikeluarkan jumlahnya banyak

berwarna kuning, kental, berbau busuk dan gatal. Os di bagian paru sedang

mengkonsumsi obat TB karena Os menderita TB paru.

Riwayat kontrasepsi : Os menggunakan implan sejak 18 bulan yang lalu.

13

Page 14: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

Riwayat penyakit dahulu : Os beberapa bulan yang lalu menderita batuk lama, os juga

pernah MRS (16-12-07) karena batuk dan mencret bercampur darah, os dirawat kurang

lebih selama 2 minggu.

III. Pemeriksaan Fisik

Status present

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 82x/menit

Nafas : 22x/menit

Suhu : 36,4 0C

Status general

Mata : anemis (-), ikterik (-)

Thorak : Jantung S1,S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Paru vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Status obstetri

Inspekulo : Flour (+)

VT : CU --- sesuai normal

APCD ---- Tidak teraba apa-apa.

IV. Diagnosis

Leukorea ec vaginosis bacterial

V. Pemeriksaan penunjang

Dilakukan pemeriksaan swab vagina untuk mencari etiologi flour albus

VI. Hasil laboratorium

Pemeriksaan mikrobiologi

14

Page 15: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

Bahan : sekret vagina

Gram :

• Cocus gram negatif : -

• Cocus gram positif : -

• Batang gram negatif : +

• Batang gram positif : -

o Lekosit : 2-3

o Epitel : 0-4

GO : tidak ditemukan diplococus gram negatif

Trichomonas : tidak ditemukan trichomonas

Candida : tidak ditemukan yeast cell / hypha / pseudohypae

VII. Penatalaksanaan

Karena penyebabnya adalah bakterial vaginosis maka diberikan pemberian antibiotik

Metronidazole 3 x 500 selama 4 hari.

15

Page 16: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pasien diatas jenis keputihannya merupakan keputihan yang sifatnya

patologis karena sudah mencakup ciri-ciri sekret vaginanya banyak, berwarna kuning,

kental barbau busuk dan gatal, hal ini sesuai dengan ciri-ciri flour albus yang patologis

yaitu sebagai berikut

- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.

- Sekret vagina yang bertambah banyak

- Rasa panas saat kencing

- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk

Pada kasus ini penegakan diagnosa flour albus dilakukan dengan anamnesa dan

pemeriksaan fisik saja, kemudian penegakan etiologi flour albusnya dilakukan dengan

menggunakan swab vagina.

• Pada anamnesa didapat sekret vaginanya banyak, berwarna kuning, kental barbau

busuk dan gatal, pasien ini juga sekarang menggunakan jenis KB implan,

penyakit yang diderita pasien ini yaitu TB Paru dan sekarang sedang mendapat

pengobatan OAT.

o Pada pasien ini kemungkinan faktor yang dapat menimbulkan terjadinya

flour albus adalah pengaruh hormonal (penggunaan alat kontrasepsi

implan), penggunaan OAT, penderita TB.

• Dari hasil pemeriksaan fisik mengunakan spekulum pada alat genital didapatkan

flour albusnya kental dan berwarna kuning, kemudian tidak ditemukan kelaianan

pada organ di vagina dan servik.

• Laboratorium : pada pasien ini menggunakan pemeriksaan swab vagina, dimana

dari hasil pemeriksaan swab vagina tersebut Cuma ditemukan Batang gram

negatif, hal ini menandakan bahwa etiologi dari flour albus ini adalah vaginitis

bakterial.

Penatalaksanaannya

Pada pasien ini terapi yang diberikan adalah metronidazole selama 4 hari, hal ini sesuai

dengan etiologi dari keputihannya yaitu vaginosis bakterial.

16

Page 17: 7432181 Laporan Kasus Flour Albus

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa penyakit

lain pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 1999. Edisi kedua , Cetakan Ketiga.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta

2. Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta

3. Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany,H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan

Ginekologi. 1999. Bagian/SMF Obstetri dn Ginekologi Fakultas Kedokteran Unhas

RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo : Ujung pandang

4. Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis vaginalis

pada akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR. Surabaya.

5. Jarvis G.J. The management of gynaecological infections in Obstetric and

Gynaecology A Critical Approach to the Clinical Problems. 1994. Oxford University

Press : Oxford

6. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. Keputihan In. Kapita

Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. 2001. Media Aesculapius : Jakarta

7. www.google.com. Search : Vaginal discharge, candida albicans. Available at feb 7,

2008

8. www.medikaholistik.com. Search : Vaginitis. Available at feb 7, 2008.

Penelitian Parasit dan Bakteri pada Akseptor KB dan Ibu Hamil yang Menderita Flour

Albus

17