18
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II Topik : Semen Glass Ionomer Grup : II-3 Tgl. Praktikum : Selasa, 6 November 2011 Pembimbing : Asti Meizarini, drg., MS Penyusun: No. Nama NIM 1. Febtrias Mandrabuti Prasetio 021011084 2. Ayesha Apriliana 021011085 3. Firman Fath Rachmadhan 021011086 4. Raisa 021011089 5. Ismardiyanti Windiaputri P. 021011090 6. Fitransyah Indradi 021011091

75978036 Semen Glass Ionomer

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 75978036 Semen Glass Ionomer

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II

Topik : Semen Glass Ionomer

Grup : II-3

Tgl. Praktikum : Selasa, 6 November 2011

Pembimbing : Asti Meizarini, drg., MS

Penyusun:

No. Nama NIM

1. Febtrias Mandrabuti Prasetio 021011084

2. Ayesha Apriliana 021011085

3. Firman Fath Rachmadhan 021011086

4. Raisa 021011089

5. Ismardiyanti Windiaputri P. 021011090

6. Fitransyah Indradi 021011091

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2011

Page 2: 75978036 Semen Glass Ionomer

1. ALAT dan BAHAN :

1.1 Alat :

a. Pengaduk plastic

b. Paper pad

c. Celluloid strip

d. Plat kaca

e. Cetakan plastic ukuran diameter 5 mm, tebal 2 mm

f. Plastic filling instrument

g. Sonde

h. Kuas

Gambar 2.1 (a) Spatula plastik; (b) Kuas; (c) Sonde; (d) Plastic filling instrument; (e) Plast kaca; (f)

Cetakan; (g) paper pad; (h) satu set materrial glass ionomer

1.2 Bahan :

a. Bubuk dan cairan glass ionomer tipe II

b. Vaselin

2. CARA KERJA :

a. Permukaan cetakan dan celluloid strip diulas vaselin, kemudian cetakan diletakkan di

atas celluloid strip yang telah diletakkan di atas plat kaca.

b. Mengambil bubuk 1 sendok takar, letakkan diatas paper pad

c. Cairan diteteskan sebanyak 1 tetes di atas paper pad.

Page 3: 75978036 Semen Glass Ionomer

d. Waktu awal pencampuran dicatat. Bubuk dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama

dicampur dengan cairan selam 5 detik, kemudian ditambahkan bubuk bagian ke dua

dan diaduk kurang lebih selama 15 detik sampai homogen. Total waktu pencampuran

20 detik.

e. Adonan dimasukkan ke dalam cetakan dengan menggunakan plastic filling instrument

kemudian permukaan diratakan. Permukaan adonan ditutup dengan celluloid strip.

Waktu pengerjaan selam 1.5 menit

f. Selanjutnya celluloid strip dilepas, permukaan GIC ditusuk sonde untuk memeriksa

kekerasan dengan interval waktu tiap 5 detik sampai tidak berbekas.

g. Setelah mengeras sampel dilepas dari cetakan.

h. Setting time dicatatat yang dihitung dari awal pencampuran hingga semen mengeras.

3. HASIL :

Tabel perbandingan setting time Multi Gix dan GoldLabel

No. RasioSetting Time

MultiGix GoldLabel

1 1 : 1 6 menit 15 detik 4 menit 23 detik

2 1 : 1,25 5 menit 6 detik 6 menit 2 detik

3 1 : 0,75 6 menit 25 detik 2 menit 15 detik

4. ANALISIS PERCOBAAN

Pada praktikum kali ini dilakukan manipulasi semen glass ionomer dengan dua merek

dan tanggal kadaluwarsa yang berbeda dan diberi tiga perlakuan dengan rasio w/p yang

bervariasi. Kedua merek semen glass ionomer yaitu Multi Gix dan Gold Label, memiliki

tanggal kadaluarsa yang berbeda, yaitu 12-2008 dan 09-2011. Proses manipulasi untuk

menghitung setting time dilakukan mulai dari proses pencampuran bubuk dan cairan

(mixing time) selama 30-60 detik, dilanjutkan dengan working time, dan setting time.

Rasio w/p yang digunakan pada percobaan adalah 1:1, 1: 5/4, dan 1: ¾. Penghitungan

setting time dimulai dari proses bercampurnya bubuk dan cairan, kemudian dilanjutkan

dengan pengadukan selama 30 sampai 60 detik menggunakan spatula plastik, lalu waktu

pengerjaan dengan memasukkan adonan ke dalam cetakan, meratakan permukaan, dan

menutup dengan celluloid strip selama 1,5 menit. Kemudian setting time diukur dengan

Page 4: 75978036 Semen Glass Ionomer

cara menggoreskan sonde pada permukaan semen untuk memeriksa kekerasan permukaan

semen dengan interval waktu 5 detik sampai tidak berbekas.

5. PEMBAHASAN

Percobaan ini dilakukan oleh keenam mahasiswa dalam satu kelompok. Jadi

setiap mahasiswa dapat melakukan satu percobaan yang merek dan rasio w/p nya berbeda

satu sama lain. Percobaan pertama pada merek Multi Gix dengan rasio w/p 1:1 pengadukan

dilakukan selama 45 detik, dihasilkan setting time selama 6.15 menit dan Gold Label lebih

cepat yaitu 4.23 menit. Pada merek Multi Gix dengan rasio ini mencapai konsistensi yang

sedikit kental, hal ini dipengaruhi oleh proses pengambilan bubuk menggunakan sendok yang

ditekan sehingga bubuk yang terambil menjadi lebih banyak. Saat proses pengadukan

dirasakan berat sehingga menghasilkan setting time yang lama. Pada merek kedua, rasio w/p

sama dengan merek pertama namun pengadukan masih dirasakan keringanan karena proses

pengambilan bubuk dan cairan tepat.

Percobaan kedua dengan rasio w/p 1: 5/4 didapatkan hasil setting time menit ke- 5.06

pada merek pertama, sedangkan merek kedua lebih lama yaitu menit ke 6.02. Proses

pengadukan pada kedua merek sama-sama dirasakan sangat berat karena konsistensi semen

yang dipakai kental, sehingga pada proses pencampuran memerlukan waktu yang lebih lama

sekitar 45 detik pada kedua percobaan. Hasil percobaan pada rasio yang sama dengan merek

berbeda ternyata memiliki selisih setting time selama 1 menit. Hal ini dikarenakan oleh dua

mahasiswa yang berbeda mulai dalam penakaran rasio w/p semen, pencampuran, pengadukan

bahkan cara menggores menggunakan sonde untuk mengecek kekerasan semen yang

dihasilkan.

Pada percobaan terakhir dengan rasio w/p 1: ¾ didapatkan hasil setting time merek

pertama menit ke 6.25 dan 2.15 pada merek kedua. Konsistensi lebih encer dari kedua

percobaan awal, sehingga pencampuran yang dilakukan mudah dan ringan. Namun pada

hasilnya didapatkan setting time yang berbeda jauh hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh

merek dan tanggal kadaluwarsa dari kedua merek semen. Pada merek pertama memiliki

tanggal kadaluwarsa yang lebih jauh dari waktu saat ini sehingga kemungkinan mengalami

perubahan kondisi pada bubuk dan cairan. Kelembapan bubuk yang meningkat dapat terjadi

sehingga ketika proses pencampuran lebih terasa ringan dan konsistensinya rendah karena

mengikat air.

Pada keenam percobaan ini, terjadi perbedaan mulai dari lamanya proses

pencampuran, teknik dan waktu pengadukan, dan setting time yang dihasilkan pada kedua

Page 5: 75978036 Semen Glass Ionomer

merek yang dikarenakan oleh perbedaan masing-masing perlakuan mahasiswa. Kesalahan

yang sering terjadi adalah ketika menakar bubuk semen dan cairan, cara pengadukan yang

kurang sesuai, salahnya pemberian vaselin pada permukaan kavitas dan cara menggores

menggunakan sonde.

Manipulasi

Untuk mencapai restorasi yang tahan lama dan prostesis yang tetap kuat, kondisi-

kondisi untuk GIC berikut harus dipenuhi: (1) permukaan gigi yang disiapkan harus bersih

dan kering, (2) konsistensi campuran semen harus memungkinkan untuk dapat melapisi

seluruh permukaan yang bergelombang dan dudukan prostesis, (3) semen yang berlebih harus

dikeluarkan pada waktu yang tepat, (4) permukaan harus selesai tanpa pengeringan yang

berlebihan, dan (5) perlindungan permukaan restorasi harus dipastikan untuk mencegah retak

atau disolusi. Kondisi-kondisi ini serupa untuk aplikasi luting, tetapi tidak dibutuhkan

finishing permukaan (Anusavice 11th ed, 2009. Pp.476).

Semen Glass Ionomer merupakan sistem bubuk-cairan yang dikemas di dalam botol

atau kapsul. Botol bubuk harus disentak dengan lembut sebelum pengeluaran. Bubuk dan

cairan dikeluarkan pada paper pad atau glass slab. Bubuk dibagi menjadi dua bagian yang

sama. Bagian pertama dari bubuk dicampur dengan spatula kaku ke dalam cairan sebelum

bagian berikutnya ditambahkan. Waktu pencampuran antara 30 hingga 60 detik, tergantung

pada produk. Semen digunakan segera karena working time setelah pencampuran sekitar 2

menit pada 22oC. Pendinginan mixing slab memperlambat setting reaction dan memberikan

tambahan working time. Semen tidak boleh digunakan dalam bentuk ”kulit” pada permukaan

atau ketika konsistensi terasa menjadi lebih tebal. Hindari kontak dengan air selama aplikasi;

ruangan harus diisolasi sepenuhnya. Semen set di dalam mulut sekitar 7 menit dari awal

pencampuran (Powers, 2008. P 145)

P/L Ratio

P/L ratio yang direkomendasikan oleh produsen untuk GIC harus diikuti. Papper pad

cukup untuk melakukan pencampuran. Glass slab yang dingin dan kering dapat digunakan

untuk memperlambat reaksi dan memperpanjang working time. Slab tidak boleh digunakan

jika suhunya dibawah dew point. Bubuk dan cairan tidak boleh dikeluarkan ke slab sebelum

prosedur pencampuran dimulai. Kontak yang terlalu lama dengan atmosfer dapat mengubah

rasio asam/air pada cairan. Untuk aplikasi restoratif, bubuk harus dimasukkan dengan cepat

Page 6: 75978036 Semen Glass Ionomer

ke dalam cairan menggunakan spatula yang kaku dan spatula logam atau plastik untuk

aplikasi luting. Mixing time tidak boleh melebihi 45 hingga 60 detik, tergantung pada produk

masing-masing.. campuran harus memiliki penampilang yang mengilap, yang menunjukkan

bahwa tidak adanya polyacid yang bereaksi di permukaan. Sisa asam di permukaan sangat

berpengaruh pada kekuatan ikat gigi. Penampilan yang kusam menunjukkan bahwa adanya

asam bebas yang tidak adekuat untuk perlekatan (Anusavice, 2009. Pp.477).

Penggunaan sebagai fissure sealant

Saran lain dari penggunaan glass ionomer adalah sebagai fissure sealant. Material dicampur

untuk sebuah cairan yang konsistensinya lebih cair agar dapat mengalir ke kedalaman dari pit dan

fissure pada gigi posterior. Awalnya semen ditemukan cocok sebagai fissure sealant jika fissure

lebarnya kurang dari 100 m. Besarnya partikel glass dari semen dapat mencegah penetrasi yang

adequate dari pola fissure dan itu perlu untuk pertimbangan pembesaran dari fissure dengan bur.

Luting cements mempunyai banyak partikel-partikel glass yang lebih kecil, yang mungkin pilihan

yang mudah dimengerti untuk aplikasi ini. Pembelajaran menunjukkan bahwa sementara retensi dari

glass ionomer fissure sealant umumnya tidak menjadi pembanding yang baik dengan tipe resin,

mereka merupakan efek penghambat yang signifikan. Hal ini dikaitkan dengan adanya fluoride

dengan semen dan dapat mengubah komposisi dari enamel yang dating dalam kontak. (Mc Cabe,

2008, p254-255)

Setting Time

Working time seharusnya selama 30-60 detik dari awal bubuk dan campuran mulai dicampur,

tergantung dari produknya. Semen harus digunakan sesegera mungkin karena working time setelah

dicampur selama 2 menit pada suhu 22C. Pendinginan dari lempeng pencampuran dapat

memperlambat setting reaction dan menyebabkan penambahan waktu dari working time. Semen

seharusnya tidak digunakan pada permukaan berbentuk “kulit” ketika konsistensinya tampak lebih

tipis. Selama aplikasi, kontak dengan air sebaiknya dihindari. Semen akan setting dalam mulut sekitar

7 menit dari proses pencampuran dimulai. (Powers, 2008, 145)

Komposisi

Semen glass ionomer terbentuk ketika bubuk kaca bercampur dengan cairan polyacrilyc

acid yang encer. Semen glass ionomer menjadi sangat terkenal karena sifat fisik dan mekanik

dan performa klinisnya. Terdapat banyak produk di pasaran. Glas ionomer semen yang

pertama kali set melalui reaksi asam-basa seperti sebagian besar semen kedokteran gigi

lainnya. Kita menamakannya semen A/B (asam-basa). “Resin modifikasi” atau produk “resin

Page 7: 75978036 Semen Glass Ionomer

yang memperkuat” telah menjadi lebih terkenal. Mereka set melalui dua reaksi: asam-basa

dan tambahan polimerisasi (Gladwin, 2009, p.97).

Produk dan penggunaan

1. Material Luting

Semen glass ionomer adalah salah satu material yang paling terkenal sebagai luting.

Kedua A/B dan resin-resin menghasilkan adanya kekuatan. Glass ionomer esin

modifikasi telah disebut sebagai pilihan material tentang all-metal dan mahkota

logam-keramik. Produk glass ionomer ini lebih kuat dan keras daripada produk yang

set melalui reaksi asam asam-basa saja (Gladwin, 2009, p 97).

Aktivasi cahaya, material semen glass ionomer memperkuat resin sebagai luting

nampak di pasaran akhir-akhir ini, tetapi masalahnya terletak pada catatan

penggunaan yang segera. Mereka berniat untuk digunakan pada mahkota keramik

yang translusen. Sayang sekali, semen glass ionomer sebagai luting dengan aktivasi

light-cured menyerap air di mulut dan terlalu sering berkembang. Ini dikarenakan

jumlah fraktur pada mahkota yang tidak dapat diterima setelah beberapa minggu atau

bulan penggunaan. Produk ini umumnya tidak lama dipasarkan (Gladwin, 2009,

p.98).s

2. Material Restorasi

Material restorasi glass ionomer memiliki setting reaksi yang sama dengan luting

tetapi materinya lebih tebal, lebih kuat dengan ketebalan lapisan yang lebih tinggi

(Gladwin, 2009, p.98).

3. Materials sebagai basis / liner

Jumlah material A/B pada basis dan lining telah dikembangkan. Dengan pengenalan

semen glass ionomer aktivasi cahaya, resin yang diperkuat dengan glass ionomer

liners, bagaimanapun penggunaan produk A/B sangat dikurangi. Aktivasi cahaya

cukup kuat untuk dipakai sebagai basis yang cukup terkenal. Sewaktu-waktu, dokter

gigi akan menggunakan material restorasi glass ionomer untuk tumpatan sementara

atau basis yang besar (Gladwin, 2009, p.98).

Penanganan Sifat yang Khas

Efek komposisi dari kaca pada proses setting sangat dilafalkan dan sangat penting dalam

menentukan hal yang dapat diterima pada penanganan akhir sifat khas semen. Rasio Al:Si

pada semen glass-ionomer lebih tinggi daripada semen silikat, karena polyacrylic acid dan

Page 8: 75978036 Semen Glass Ionomer

sejenisnya lebih lemah daripada asam fosfor. Satu efek ini meningkatkan rasio yang

mengurangi waktu kerja (van Noort, 2008, p.132).

Bagaimanapun, semen glass-ionomer sebelumnya cenderung memperpanjang waktu

kerja dan waktu setting. Hal ini tentunya merupakan masalah yang serius dengan formulasi

awal pada semen ini sampai mengatasi inclusion pada konsentrasi asam tartar yang optimal.

Asam tartar dipercaya memiliki fungsi ganda. Pertama, bereaksi cepat dengan ion kalsium

tartrat, yang memiliki efek memperpanjang waktu kerja. Ini diikuti oleh peningkatan tingkat

formasi persilangan aluminium poliakrilat yang meningkatkan kecepatan setting (van Noort,

2008, p. 132).

Oleh manipulasi pada komposisi kaca dan ukuran partikel, dan penggabungan asam

tartar, sifat penanganan menjadi lebih meningkat selama beberapa tahun, dan sekarang jauh

unggul dari produk komersial pertama yang berlaku.

Estetika

Persyaratan utama material restorasi yang berniat digunakan pada gigi anterior adalah

harus berpadu baik dengan jaringan gigi di sekitarnya, supaya hampir tidak dapat dibedakan.

Faktor-faktor yang mengatur ini adalah warna dan translusensi pada material restorasi (van

Noort, 2008,p.133).

Pada semen glass-ionomer warnanya dihasilkan dari kacanya. Ini dapat dikontrol oleh

penambahan pigmen warna seperti Ferri oksida atau karbon hitam (van Noort, 2008, p.133).

Mengingat warna tidak menjadi masalah utama, translusensi dari semen glass-ionomer

sangat tidak cupuk pada material awal, menjadi dapat dibandingan antara dentin dan enamel.

Kekurangan translusensi semen glass-ionomer ini berarti bahwa penampilan estetik semen

glass-ionomer selalu dipertimbangkan lebih rendah dari resin komposit. Semen terlihat pudar

dan kurang hidup, dan ini terbatas dalam aplikasinya dengan material filling untuk perlakuan

lesi erosi dan kavitas kelas III yang non kritis (van Noort, 2008, p.133).

Translusensi (sifat tembus cahaya) pada material restorasi dapat disebut dan diukur oleh

berdasarkan kebalikan opacity. Opacity (sifat tak tembus cahaya) dipengaruhi oleh

penyerapan air, menyebabkan pengurangan opacity. Oleh karena itu, secara klinis restorasi

menjadi gelap ketika kontak dengan saliva (van Noort, 2008, p.134.

Melepas Fluor

Kenyataan bahwa semen kedokteran gigi larut dalam lingkungan mulut biasanya

dianggap sebagai efek samping, karena menyebabkan degradasi bahan. Bagaimanapun,

Page 9: 75978036 Semen Glass Ionomer

florida juga terlepas, dan dipercaya dengan mantab meningkatkan ketahanan terhadap karies

pada batas enamel ke tumpatan (van Noort, 2008, p. 135)

Hal ini menyajikan dilema yang menarik pada dokter gigi dalam menentukan pilihan

antara semen glass-ionomer atau komposit, yang dengan bentuk yang lebih lemah tetapi

memberikan beberapa perlindungan pada jaringan di sekitarnya, dan akhirnya lebih stabil dan

lebih kuat tetapi tidak memberikan perlindungan (van Noort, 2008, p.135).

Dispensing, Mixing dan Insertion

Untuk sistem bubuk-cairan, memiliki perhatian yang besar untuk memastikan jumlah

yang benar pada bubuk yang bercampur dengan cairan. Ini penting bahwa aturan pabrik

diikuti dengan hati-hati (van Noort, 2008, p.138).

Mengetok botol lebih dahulu akan memastikan bahwa bubuk tidak memadat. Setiap

kelebihan bubuk hendaknya dikerok dengan spatula dan tidak melawan sisi botol. Bubuk

harus dispatulasi dengan cepat ke dalam cairan tidak lebih dari dua tahap. Pencampuran

maksimal adalah 20 detik. Gabungan bubuk dalam jumlah yang besar pada awalnya

seharusnya dicegah, karena akan memberikan campuran tebal meskipun bubuk: cairan akan

terlalu rendah (van Noort, 2008, p.138).

Sifat

Ketebalan

Ketebalan semen glass ionomer kurang lebih sama dengan semen zinc fosfat dan

cocok untuk sementasi. (JM Powers, 2002, p. 615)

Kekuatan

Kekuatan kompresif 24 jam semen glass ionomer berkisar antara 90 hingga 230

MPA, hal ini lebih besar daripada semen zinc fosfat. Tidak seperti semen zinc poliakrilat,

semen glass ionomer mengalami kegagalan yaitu mengalami kerapuhan dalam tes kompresi

diameter. Rigidity (Kekerasan atau kekakuan) semen glass ionomer ditingkatkan oleh

partikel kaca dan sifat ionik ikatan antara rantai polimer. Kekuatan kompresi semen glass

ionomer meningkat antara 24 jam hingga 1 tahun. Semen glass ionomer diformulasi sebagai

bahan pengisi mengalami peningkatan 160-280 MPa selama periode ini. Kekuatan semen

glass ionomer akan meningkat lebih cepat apabila semen diisolasi dari kelembapan (basah)

selama proses restorasi. (JM Powers, 2002, p. 615)

Page 10: 75978036 Semen Glass Ionomer

Kekuatan ikatan

Semen glass ionomer yang berikatan dengan dentin memiliki nilai-nilai kekuatan

untuk saling mengikatantara1 sampai 3 MPa. Kekuatan ikatan semen glass ionomer tidak

terlalu kuat, mungkin karena sensitivitas semen glass ionomer pada kelembapan selama

proses setting. Kekuatan ikatan ditingkatkan dengan memperlakukan dentin dengan

kondisioner asam diikuti oleh sebuah aplikasi dari larutan berair encer FeC1. Semen glass

ionomer berikatan dengan baik dengan enamel, stainless steel, tin oxide-plated platinum dan

gold alloy. (JM Powers, 2002, p. 615)

Kelarutan

Nilai kelautan pada semen glass ionomer yang diukur dalam air menunjukkan jauh

lebih tinggi daripada yang diukur pada semen lainnya. ANSVADA Specification No. 96

menentukan laju erosi asam maksimum sebesar 0.0 j mm/hr. Spesifikasi ini juga mengatur

batas-batas kandungan larutan arsenik dan kandungan timbal. (JM Powers, 2002, p. 616)

Sifat-sifat biological

Semen luting glass ionomer dapat menyebabkan hipersensitivitas luting

berkepanjangan, bervariasi dari ringan sampai parah. Isolasi yang baik muncul ketika semen

glass ionomer digunakan. Penggunaan bubuk yang tepat / rasio cair dan penerapan basis

kalsium hidroksida di area terdekat dengan pulpa direkomendasikan. (JM Powers, 2002, p.

616).

Surface Treatment

Salah satu sifat yang paling penting dari bahan GIC adalah kemampuan mereka untuk

memperkuat pelekatan antara enamel dan dentin, meskipun mekanisme dari perikatan yang

tepat masih belum jelas. Salah satu teori mengutarakan bahwa ikatan ini terjadi karena ikatan

dari molekul polyacid chelate dengan kalsium di permukaan gigi. Mekanisme ini berasal dari

pembentukan garam kalsium poli-alkenoat pada antar permukaan akan melibatkan reaksi

yang serupa dengan yang terjadi selama setting time semen. Secara signifikan, kekuatan

ikatan yang lebih besar akan dicapai oleh enamel bila dibandingkan oleh dentin, ini

menunjukkan bahwa yang terlibat dalam pembentukan ikatan adalah kalsium substansi gigi.

Teori lain mengutarakan bahwa lapisan luar yang apatit pada permukaan gigi menjadi

terlarut dengan adanya asam. Sebagai apatit maka lapisan ini mudah larut sementara itu

semen mulai mengatur peningkatan pH. Hal ini dapat menyebabkan pengendapan dari

Page 11: 75978036 Semen Glass Ionomer

campuran kompleks kalsium fosfat (dari apatit) dan kalsium garam polyacid tersebut ke

permukaan gigi. Jadi rantai polyacid akan terikat dengan lapisan yang telah mengendap pada

permukaan gigi. Mekanisme ini dapat terjadi pada enamel atau permukaan dentin sehingga

dengan demikian bisa juga didukung oleh kekuatan perlekatannya. Dalam kasus dentin ada

juga suatu kemungkinan terjadinya beberapa ikatan antara gugus asam karboksilat dari semen

dan kelompok reaktif dalam kolagen, baik oleh ikatan hidrogen atau ion logam. (Mc Cabe,

p.249-250)

Berbagai surface treatments telah digunakan dalam upaya untuk meningkatkan

kekuatan dan keandalan dari ikatan antara semen ionomer kaca dan dentin. Salah satu fitur

yang dapat dibuat pada dentin adalah adanya smear-layer. Namun banyak surface treatments

menyarankan untuk menghapus atau melarutkan smear-layer untuk memberikan perikatan

dengan dentin yang lebih baik. biasanya digunakan larutan asam sitrat untuk 'membersihkan

rongga', dan secara otomatis akan merusak smear-layer yang ada. Penggunaan asam sitrat

tidak menghasilkan suatu perbaikan perlekatan, mungkin karena fakta kekuatan bahwa

permukaan dentin sebagian mengalami demineralisasi dan kurangnya kalsium yang

diperlukan untuk pembentukan ikatan. Surface treatment yang dianjurkan yaitu dengan

larutan asam poliakrilat untuk meningkatkan efektivitas kekuatan ikatan. Upaya lain untuk

meningkatkan kekuatan ikatan dengan dentin yaitu dengan meningkatkan kandungan mineral

pada permukaan dentin dengan pemberian calcium-phospate solutions atau calcium-sulphate

solutions yang akan mengkristal untuk memberikan lapisan permukaan yang lebih reaktif

terhadap polyacids. (Mc Cabe, p.249-250)

Dentine Surface Treatment

GIC sering digunakan pada bagian non-undercut, penempatan ini didasarkan pada

karakteristik perekatan mereka untuk memastikan retensi yang ada. Permukaan dentin yang

mengilap maupun dentin dekat permukaan enamel yang terkontaminasi dengan saliva tidak

akan membentuk ikatan. Transient-wetting dengan saliva selama preparasi kavitas akan

menghambat pembentukan ikatan yang baik. Sehingga permukaan harus disiapkan dengan

menghilangkan atau mengendapkan protein saliva . Berbagai bahan telah digunakan,

termasuk asam sitrat. Bahan paling efektif tampaknya adalah 10-15% asam poliakrilik,

penerapannya pada permukaan gigi selama 30 detik kemudian dicuci dan gigi dikeringkan

namun tidak secara maksimal untuk membentuk permukaan ikatan reseptif. (Mc Cabe. p.253)

Page 12: 75978036 Semen Glass Ionomer

6. KESIMPULAN1. Rasio w/p dalam manipulasi semen glass ionomer di dasarkan pada tujuan

penggunaannya

2. Konsistensi semen glass ionomer yang kental cepat setting daripada konsistensi encer

3. Konsistensi glass ionomer yang rendah lebih rapuh

7. DAFTAR PUSTAKAAnnusavice, Kenneth J 2003, Phillip’s Science of Dental Materials 11th Edition.

Saunders Company, Pennsylvania.

Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C., 2004, Dental Materials Properties

and Manipulation 9th Edition. Mosby Elsevier, Missouri.

McCabe, John F., Walls, Angus W., 2008, Applied Dental Materials 9th Edition.

Blackwell Publishing, Oxford.

Gladwin, Marcia A, Bagby, Michael D., 2009, Clinical Aspects of Dental Materials 3rd

Edition. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.

Van Noort, Richard. 2007. Introduction to Dental Materials 3rd Ed. China: Mosby,

Elsevier.

Anusavice, KJ, PhD, DMD. Phillips Science of Dental Materials 11th edition. 2009. India:

Elsevier, Inc.

Powers, JM., Wataha, JC. Dental Materials: Properties and Manipulation 9th edition.

2008. Missouri: Mosby.”

Mc Cabe. applied dental material 9th edition. p.249-250