Upload
mohammad-arif-syah
View
273
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
document
Citation preview
1
PALPITASI
Definisi
Palpitasi adalah menyadari atau merasakan denyutan jantung yang kuat atau keras,
cepat, tidak teratur. Palpitasi dapat disebabkan oleh aritmia. Aritmia adalah irama denyut
jantung yang terlalu cepat, terlalu perlahan atau irregular.
Pada keadaan normal dan istirahat, jantung orang dewasa akan berdenyut secara
teratur antara 60-100 detak/menit. Kecepatan dari denyut jantung ditentukan oleh kecepatan
dari signal listrik yang berasal dari pemacu jantung, SA node. Signal listrik dari SA node
mengalir melalui kedua serambi, menyebabkan kedua serambi berkontraksi mengalirkan
darah ke kedua bilik. Kemudian signal listrik ini mengalir melalui AV node mencapai kedua
bilik. Ini menyebabkan kedua bilik berkontraksi memompa darah keseluruh tubuh dan
menghasilkan denyutan (pulse). Pengaliran listrik yang teratur ini dari SA node ke AV node
menyebabkan kontraksi teratur dari otot jantung yang dikenal dengan sebutan denyut sinus
(sinus beat). Waktu istirahat, kecepatan signal listrik dari SA node adalah perlahan, jadi
denyut jantung juga perlahan. Waktu olah raga atau waktu sangat kegirangan , kecepatan
signal listrik dari SA node menjadi cepat sehingga denyut jantung juga jadi cepat.
2
Etiologi
Palpitasi dapat terjadi disebabkan dari 3 akibat utama, yaitu :
1. Hyperdynamic circulation (inkompetensi katup, tirotoksikosis, hypercapnia, pireksia,
anemia, kehamilan)
2. Cardiac dysrythmia (kontraksi atrial prematur, junctional escape beat, kontraksi
ventrikuler prematur, atrial fibrilasi, supraventricular tachycardia, ventricular
tachycardia, ventrikuler fibrilasi, blok jantung)
3. Sympathetic overdrive (gangguan panik, hipoglikemi, hipoksia, antihistamin
levocetirizine , anemia, gagal jantung )
Klasifikasi
Aritmia dapat diklasifikasikan menurut :
1. Irama
a. Takikardia – irama denyut jantung yang melebihi 100 kali/menit
b. Bradikardia – irama denyut jantung yang kurang dari 60 kali/menit
2. Lokasi
a. Atrial
i. Premature Atrial Contractions (PACs)
ii. Wandering Atrial Pacemaker
iii. Multifocal atrial tachycardia
iv. Atrial flutter
v. Atrial fibrillation (Afib)
b. Aritmia junctional
i. Supraventricular tachycardia (SVT)
ii. AV nodal reentrant tachycardia
iii. Junctional rhythm
iv. Junctional tachycardia
c. Ventrikel
i. Premature Ventricular Contractions (PVC) kadang disebut Ventricular
Extra Beats (VEBs)
ii. Accelerated idioventricular rhythm
iii. Monomorphic Ventricular tachycardia
3
iv. Polymorphic ventricular tachycardia
v. Ventricular fibrillation
d. Blok jantung, juga dikenal sebagai AV blok dan merupakan penyebab
tersering bagi bradikardia
i. First degree heart block ,
ii. Second degree heart block
1. Tipe I , dikenal sebagai Mobitz I atau Wenckebach
2. Tipe II, dikenal sebagai Mobitz II
iii. Third degree heart block , atau complete heart block.
Manifestasi
Seringkali orang dengan palpitasi tidak menyadari apa-apa selain irama jantung
abnormal itu sendiri. Tetapi palpitasi dapat dikaitkan dengan hal-hal terkait lainnya seperti
sesak di dada, sesak napas, pusing atau light – headedness. Tergantung pada jenis masalah
ritme, gejala-gejala ini mungkin hanya sesaat atau lebih lama. Kesalahan nyata atau
pemadaman dekat, palpitasi yang terkait, harus dianggap serius karena mereka sering
menunjukkan adanya penyakit jantung yang mendasarinya penting. Gejala lain adalah nyeri
di lengan atau kaki kadang-kadang berlangsung sepanjang malam setelah palpitasi.
Diagnosis
Langkah pertama dalam mengevaluasi pasien dengan palpitasi adalah menentukan
apakah gejala mereka sebenarnya karena aritmia. Karena pengobatan berbagai jenis aritmia
dapat berbeda, juga penting untuk menentukan jenis aritmia yang terlibat. Karena aritmia
dapat dikaitkan dengan penyakit yang mendasari dari katup jantung, otot jantung, dan arteri
koroner. Tes ini sering dilakukan untuk menyingkirkan kelainan jantung. Tes darah juga
tersedia untuk mengukur natrium darah, kalium, kalsium, magnesium, kadar hormon tiroid,
dan kadar obat (seperti kadar digoxin).
Tes untuk aritmia termasuk elektrokardiogram pada saat istirahat (EKG), pemantauan
irama 24 jam (Holter), dan tes treadmill.
EKG pada saat istirahat adalah perekaman singkat aktivitas listrik dari jantung dan
biasanya dilakukan di ruang dokter. Sebuah EKG adalah hanya berguna jika aritmia yang
menyebabkan palpitasi terjadi ketika EKG dicatat. Sering kali, istirahat EKG tidak dapat
4
menangkap aritmia, dan monitor Holter selama 24 jam diperlukan. Pita Holter 24-jam dipakai
oleh pasien terus menerus selama kegiatan normal. Pasien bersamaan menyimpan log dari
palpitasi atau gejala lain selama masa pendaftaran. Kemudian, gejala palpitasi dapat
dikorelasikan dengan adanya atau tidak adanya aritmia pada rekaman. Jika aritmia belum bisa
direkam oleh monitor Holter 24 jam, monitor kecil dipakai oleh pasien selama 1 sampai 2
minggu.
Pada beberapa pasien, treadmill digunakan untuk mendeteksi aritmia yang terjadi
hanya dengan usaha. Latihan treadmill adalah perekaman EKG terus menerus dari jantung
selama pasien melakukan latihan bertingkat. Selain mendeteksi aritmia, treadmill adalah tes
skrining yang berguna untuk mendeteksi penyempitan arteri koroner yang dapat membatasi
pasokan darah beroksigen ke otot jantung selama latihan.
Echocardiography menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambar
dari ruang jantung, katup dan struktur sekitarnya. Echocardiography bermanfaat dalam
mendeteksi penyakit katup jantung, seperti mitral valve prolapse, mitral stenosis, dan stenosis
aorta (contoh penyakit katup yang dapat menyebabkan aritmia dan palpitasi).
Echocardiography juga berguna dalam mengevaluasi ukuran kamar jantung, dan kesehatan
dan kontraksi otot ventrikel. Menggabungkan ekokardiografi dengan pengujian latihan stres
(stress echocardiography) adalah tes skrining yang akurat untuk penyakit arteri koroner yang
signifikan. Bagian dari ventrikel disuplai oleh arteri yang menyempit tidak kontrak serta sisa
ventrikel selama latihan.
Tes darah dilakukan untuk mengukur kadar hormon tiroid, kalium, magnesium, dan
obat-obatan seperti digoksin. Kelebihan hormon tiroid dapat menyebabkan aritmia cepat
seperti atrial fibrilasi. Kadar kalium dan magnesium yang rendah dapat menyebabkan aritmia
lainnya. Digoxin (Lanoxin) dapat menyebabkan aritmia toksisitas yang serius, seperti
bradikardia, dan takikardia ventrikel. Toksisitas digoksin dapat diperhebat dengan kadar
kalium dan magnesium yang rendah dalam darah.
Penanganan
5
Palpitasi tanpa aritmia terkait dan penyakit jantung mungkin tidak memerlukan
pengobatan khusus. Pasien sering disarankan hanya untuk mengurangi stres emosional dan
fisik sementara memantau gejala mereka.
Palpitasi yang merupakan hasil dari premature contractions (PACs dan VCs) sering tidak
memerlukan perawatan khusus. Frekuensi kontraksi prematur dapat dikurangi dengan
pengurangan stres, berhenti merokok, dan kafein mengurangi, dan konsumsi alkohol. Kadar
adrenalin tinggi dapat menyebabkan premature contractions, sementara mengurangi stres
dapat membantu mengurangi kadar adrenalin. Untuk pasien dengan palpitasi menetap dan
premature contractions, obat-obatan seperti beta-blocker, dapat digunakan untuk memblokir
efek dari adrenalin pada jantung, sehingga mengurangi premature contractions. Contoh dari
beta-blockers termasuk propranolol (Inderal), metoprolol (Lopressor) dan atenolol
(Tenormin).
Pada pasien dengan aritmia yang berhubungan dengan otot jantung yang signifikan
atau penyakit katup, koreksi dari penyakit jantung yang mendasarinya adalah penting. Pasien
dengan stenosis aorta berat dapat berkembang menjadi gagal jantung dan aritmia ventrikel
yang serius. Pengobatan stenosis aorta dengan operasi perbaikan katup (valvuloplasty) atau
operasi penggantian katup dapat memecahkan masalah ini.
6
TREADMILL TEST
Pendahuluan
Merupakan uji latih jantung dengan menggunakan treadmill. Uji latih ini dilakukan
sebagai cara untuk mengetahui adanya gangguan pembuluh darah koroner, gangguan irama
serta menjadi bahan referensi untuk pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui adanya kelainan
jantung.
Sebelum pelaksanaan tes, semua alat dan perlengkapan guna tindakan kedaruratan
harus tersedia dalam jangkauan tenaga pelaksana. Defibrillator, oksigen dan obat-obat untuk
mengatasi terjadinya gangguan pada jantung merupakan hal yang wajib tersedia. Tenaga
yang melaksana harus mengerti tatalaksana tindakan kedaruratan kardiak dan sudah
menjalani pelatihan sebelumnya.
Alat treadmill sebaiknya mempunyai jalur aman disisinya untuk menjaga keamanan
pasien. Lengan pasien juga harus bebas dari alat agar mudah dilakukan pemeriksaan tekanan
darah oleh pemeriksa.
Persiapan sebelum tes
Pasien disarankan untuk tidak makan,minum dan merokok 2 jam sebelum tes.
Lakukan anamnesis tentang riwayat penyakit pasien dan kemampuan aktivitas fisik pasien
terakhir untuk melengkapi status. Laksanakan pemeriksaan awal dalam keadaan istirahat
pada pasien dalam posisi yang nyaman. Semua ini untuk mengetahui apakah pasien memiliki
gejala yang menjadi kontraindikasi mutlak maupun relatif untuk tes ini.
Kontraindikasi uji latih jantung
Mutlak:
Infark miokard akut dalam 2 hari
7
Angina tak stabil yang risiko tinggi
Aritmia jantung tak terkontrol dengan gejala dan gangguan hemodinamik
Stenosis aorta berat dengan gejala
Infark paru atau emboli paru akut
Perikarditis atau miokarditis akut
Diseksi aorta akut
Relatif:
Stenosis di pembuluh koroner left main
Penyakit jantung katup stenosis yang sedang
Gangguan elektrolit
Hipertensi berat
Takiaritmia dan bradiaritmia
Kardiomiopati hipertrofi dan bentuk lain hambatan aliran ke luar jantung
Gangguan fisik dan mental yang menganggu jalannya pemeriksaan
Blok atrioventrikular derajat tinggi
Pelaksana tes wajib mengetahui obat-obat yang dikonsumsi pasien sebelum
melaksanakan tes. Penggunaan obat penghambat B sebaiknya tidak dihentikan bila memang
sangat diperlukan pasien walau dapat mempengaruhi hasil tes. Persiapan juga dilakukan
terhadap kebersihan kulit agar tidak menimbulkan banyak artefak pada rekaman EKG.
Pemeriksaan EKG 12 lead wajib dilakukan sebelum tes baik pada posisi berbaring
dan berdiri. Pemasangan elektroda sebaiknya menghindari daerah lengan agar tidak
menimbulkan gangguan rekaman. Jadi elektrode lengan sebaiknya diletakkan di bahu,
elektrode hijau (ground) di spina pinggang dan untuk kaki kanan di bawah umbilikus, atau
modifikasi lainnya.
Pelaksanaan tes
Komplikasi dapat diketahui segera bila kita tetap melakukan pengawasan pada tekanan darah,
megawasi hasil rekaman EKG, bertanya pada pasien tentang gejala yang dialami dan gejala
keletihan dan melakukan penilaian terhadap semua gejala atau tanda yang muncul saat tes.
8
Selama tes berlangsung sebaiknya lengan pasien tidak memegang dengan kencang pada
tempat pegangan agar tidak menimbulkan hasil yang tidak sesuai dengan kemampuan pasien.
Target frekuensi nadi sebaiknya tidak terlalu bergantung pada umur agar tidak
mengacaukan kemampuan yang dimiliki pasien, karena kemampuan yang ada bersifat
individual. Walau demikian sebagai patokan pencapaian kerja fisik dapat digunakan.
Indikasi menghentikan uji latih
Mutlak
Tekanan darah sistolik turun drastis > 10mmHg dari hasil pemeriksaan sebelum uji
latih disertai bukti lain adanya gejala iskemia
Angina sedang ke berat
Gejala sistem saraf meningkat (seperti ataksia,mengantuk dan gejala sinkop)
Tanda rendahnya perfusi (sianosis dan pucat)
Sulit untuk evaluasi EKG dan tekanan darah
Pasien meminta berhenti
Takikardia ventrikel menetap
Elevasi ST (>1.0mm) tanpa ada diagnosis gelombang Q (selain lead V1 atau aV)
Relatif
Tekanan darah sistolik turun drastis > 10mmHg dari hasil pemeriksaan sebelumnya
namun tanpa disetai gejala iskemia
Perubahan ST dan QRS seperti menurunnya ST (>3mm penurunan segmen ST baik
horizontal maupun downsloping) atau perubahan aksis tetap
Aritmia selain aritmia ventrikel sustained
Lemas, sesak nafas, timbul mengi, kram kaki atau gejala klaudikasio
Terjadi bundle branch block pada konduksi intraventrikuler yang tidak dapat
dibedakan dengan takikardia ventrikel
Nyeri dada yang meningkat
Hipertensi yang meningkat.
Untuk mengetahui kemampuan pasien yang sesungguhnya dapat digunakan skala Borg.
9
Fase pemulihan setelah tes
Setelah mencapai kemampuan maksimal, maka pasien diminta untuk berhenti secara teratur.
Setelah alat treadmill berhenti sempurna, pasien tetap menggerakkan kakinya seperti jalan di
tempat dengan santai. Hal ini untuk mengurangi terjadinya perubahan gambaran EKG.
Setelah dianggap cukup, pasien duduk atau dapat pula berbaring sambil tetap dilakukan
pengawasan dan rekaman 10 detik pertama setelah kaki berhenti. Pengawasan pasca tes
dilakukan selama 5 menit walau terkadang dilakukan lebih lama sampai gejala atau gambaran
perubahan EKG berkurang atau hilang.
Protokol yang digunakan
Ada beberapa macam protokol. Yang sering digunakan adalah protokol Bruce dan Naughton.
Pada metode Bruce, selama menjalani uji latih, pasien akan mendapatkan beban dari alat
dengan menaikkan ban berjalan beberapa derajat disertai penambahan kecepatan setiap
peningkatan stage. Metode Naughton hanya ada peningkatan kecepatan perlahan saja.
Frekuensi nadi
Target denyut jantung yang akan dicapai sebaiknya bukan menjadi masalah untuk tidak
memastikan bahwa hasil tes tidak dapat diolah. Semua hasil tes disimpulkan sesuai dengan
gejala atau gambaran rekaman yang terjadi selama pelaksanaan tes.
Pemulihan denyut jantung
Denyut jantung atau frekuensi nadi akan berkurang dengan cepat setelah tes dihentikan.
Apabila berkurangnya denyut jantung kurang dari 20 kali/ menit pada menit pertama dan
kedua, maka ini menjadi prediktor meningkatnya resiko kematian.
Tekanan darah
Tekanan darah sistolik seharusnya naik saat tes berlangsung. Bila terjadi penurunan tekanan
darah di bawah tekanan darah sebelum tes, bisa menjadi kriteria yang diwaspadai. Bila terjadi
aktivitas yang menyebabkan terjadinya hipotensi, maka dianggap terjadi disfungsi ventrikel
kiri, iskemia atau obstruksi aliran keluar. Peningkatan tekanan darah yang cepat saat tes
berlangsung menjadi penilaian adanya kemungkinan timbulnya iskemia.
Kapasitas fungsional
10
Kemampuan mencapai kapasitas maksimal saat aktivitas menjadi salah satu penilaian. Untuk
mengetahui dapat disesuaikan dengan skala MET.
Interpretasi EKG
Depresi ST segmen menunjukkan iskemia subendokardial. Digunakan gambaran pada
lead V5, serta II dan avf. Gambaran EKG pada kemampuan maksimal(exercise maximal) dan
masa 3 menit saat recovery menjadi waktu yang perlu diwaspadai.
Aktivitas tes yang menimbulkan elevasi atau depresi segmen ST menunjukkan adanya
iskemia. Elevasi menggambarkan terjadinya iskemia transmural yang bersifat aritmogenik,
biasa berhubungan dengan spasme dan lesi yang jelas pada arteri. Elevasi juga bisa menjadi
patokan lokasi lesi. Depresi biasanya berhubungan dengan iskemia subendokardial yang tidak
aritmogenik dan tidak berhubungan dengan spasme maupun lokasi lesi.
11
Uji latih jantung juga dapat menimbulkan timbulnya aritmia. Yang sering terjadi
adalah kontraksi ventrikular prematur(VPC). Biasa terjadi pada orang usia lanjut dengan
penyakit kardiovaskular, PVC saat istirahat maupun akibat iskemia, baik akibat aktivitas
maupun istirahat, PVC menjadi prediktor timbulnya perburukan.
Skor tes aktivitas
ACC/AHA menganjurkan untuk menggunakan skor guna meningkatkan kemampuan tes
untuk mencapai hasil yang sesuai dengan keadaan penyakit pasien. Dapat digunakan
nomogram berikut ini.
12
Skor yang sering digunakan adalah Skor Duke’s.
Skor treadmill=lama exercise (5 kali deviasi ST ( 4 kali indeks angina TM)
Lama exercise dalam menit, deviasi ST dalam mm dan indeks angina TM (treadmill) adalah :
0 untuk tidak ada angina
1 untuk angina yang tidak mempengaruhi exercise
2 untuk angina yang menyebabkan hambatan exercise
Bila skor kurang atau sama dengan -11 maka risiko meningkat. Sedangkan skor lebih atau
sama dengan +5 risiko rendah.
Sebelum melakukan tes aktivitas sebaiknya kita mengetahui kira-kira pasien perlu
menjalani pemeriksaan angiografi atau tidak. Dapat digunakan tabel berikut. Bila pasien telah
menjalani uji latih jantung maka untuk tindakan lanjut yang diperlukan pasien dapat
diprediksi melalui tabel-tabel di bawah ini.
14
EKOKARDIOGRAFI
Pendahuluan
Ekokardiografi merupakan alat diagnostik di bidang kardiovaskular dengan prinsip
dasar gelombang suara frekuensi tinggi. Dengan transmisi gelombang suara, diharapkan
terjadi pantulan gelombang yang akan memberikan kontur yang sesuai dengan jaringan yang
memantulkan transmisi gelombang. Sehingga dengan alat ekokardiografi akan diperoleh
kontur dinding pembuluh darah , ruang-ruang jantung, katup-katup jantung serta selaput
pembungkus jantung. Pencitraan akan tergambar dalam bentuk satu dimensi (m-mode) dua
(2-D) bahkan dimensi 3 (3-D) atau empat (4-D)
Adanya Dopler pada alat eko yang menggunakan prinsip transmisi pantulan
gelombang suara oleh sel darah merah, akan memungkinkan pengukuran kecepatan
(velositas) dan arah aliran darah dalam jantung dan pembuluh. Oleh karena itu dapat dipakai
untuk pengukuran hemodinamik jantung seperti isi sekuncup, curah jantung, tekanan dan
pressure gradient.
Sementara sistem warna pada eko (color flow mapping) memungkinkan untuk
menentukan arah dan sifat aliran darah baik yang stream line atau turbulen. Oleh karena itu
dengan modalitas tersebut pengukuran Dopler dapat diarahkan melalui bimbingan aliran yang
berwarna (color guided dopler), selain dapat dengan mudah melihat adanya aliran-aliran
turbulen akibat regurgitasi, stenosis maupun aliran abnormal melalui defek pada septum atrial
atau ventrikel.
15
Pada awalnya pemeriksaan eko bersifat noninvasif, karena pemeriksaan dilakukan
dengan transduser (sumber:dan penerima gelombang suara) melalui dinding dada, dikenal
sebagai pemeriksaan ekotranstorakal (ETT). Namun ada beberapa keterbatasan ETT pada
keadaan tertentu seperti pasien emfisema, gemuk, serta tidak mampu dalam evaluasi ruang
seperti apendik atrium. Untuk mengatasi hal tersebut belakangan muncul ekotransesofageal
(ETE) yang bersifat invasif, dimana transduser dilekatkan pada ujung alat endoskopi. Dengan
cara ini transduser dimasukkan melalui esofagus sampai ke lambung, dan evaluasi jantung
dilakukan dari belakang, sehingga limitasi TTE dapat diatasi dapat diatasi karena jarak yang
lebih dekat dengan target, serta jaringan pemisah antara transduser dan target dapat
diabaikan.
Selain daripada itu dikenal beberapa prosedur eko invasif yang lain yaitu intraoperatif,
dengan meletakkan transduser langsung ke permukaan jantung pada saat operasi jantung,
serta pemeriksaan eko intravaskular (intra vascular uktrasound=IVUS) dimana transduser
diletakkan pada ujung kateter pada prosedur angigrafi koroner.
Dengan perkembangan teknologi di bidang ultrasound belakangan dikenal pula
pemeriksaan eko dengan kontras untuk melihat adanya defek pada sekat maupun dalam
evaluasi kinesis gerakan dinding jantung , sementara itu pemeriksaan tissue dopler lebih
diarahkan untuk mendeteksi kinesis jantung yang dapat dikaitkan dengan penyakit jantung
iskemia, dan diastologi.
Instrumentasi
Transduser
Merupakan kelengkapan alat eko berupa sumber , gelombang suara ultra yang berasal
dari kristal piezoelektrik, sehingga memungkinkan terjadinya pencitraan. Melalui transduser,
gelombang suara dapat diarahkan secara elektronik atau mekanikal ke arah target sasaran
yang dikehendaki.
Pilihan transduser tergantung dengan frekuensi, semakin tinggi frekuensi semakin
besar kemampuan resolusi (kemampuan memisahkan dua objek yang berdekatan), namun
kedalaman penetrasi akan berkurang. Oleh karena itu dalam pemeriksaan eko diupayakan
menggunakan frekuensi yang paling tinggi tetapi masih mempunyai kemampuan penetrasi
16
yang maksimal. Biasanya pada 1 transduser telah dilengkapi dengan multi frekuensi,
sementara kedalaman dapat diatur.
Dikenal 2 macam transduser yaitu transduser untuk pemeriksaan melalui dinding
toraks, dan transduser untuk pemeriksaan melalui esofagus.
Oskiloskop
Merupakan layar dengan berbagai ukuran, menampilkan hasil proses pegolahan
gelombang suara yang diterima oleh transduser setelah melalui berbagai proses perubahan
sifat gelombang suara, amplifikasi serta prosedur teknis lain.
Printer
Dapat dilakukan dokumentasi dengan printer hitam putih, berwarna, dengan video
maupun sistem digital. Pada rekaman gambar/ foto (stop picture) terdapat beberapa kendala
kelengkapan gambar yang barangkali tidak dianggap penting oleh ekokardiografer. Oleh
karena itu sebaiknya dilakukan dokumentasi dengan video sehingga diperoleh kondisi yang
menyerupai real time, akan tetapi menyita waktu dan terjadi penurunan gradasi kualitas
gambar. Sistem digital dapat mengatasi masalah kualitas gambar sama dengan aslinya dan
memudahkan sistem arsip.
TEKNIK PEMERIKSAAN
Hasil gambar eko sangat subjektif tergantung keterampilan dan pengalaman dari
ekokardiografer. Oleh karena itu ekokardiografer dituntut mempunyai kompetensi
pengetahuan dasar mengenai gelombang suara ultra dan karakteristik kemampuan mesin eko
dalam pengaturan gambar, sehingga dapat dibuat gambar yang standar, informatif dan dapat
diulang dengan kualitas gambar yang sama. Selain itu dibutuhkan pengetahuan anatomi
jantung normal beserta varian normal, kelainan yang berhubungan dengan anatomi maupun
hemodinamik akibat kelainan yang didapat maupun kongenital.
MODALITAS EKO DAN PERANNYA DALAM DIAGNOSIS KARDIOVASKULAR
Ekokardiografi M-Mode
Merupakan eko 1 dimensi, dimana dilakukan pencitraan 1 garis dari anterior sampai
ke posterior bidang jantung yang kemudian dengan waktu akan tampak pada layar sebagai
17
gerakan dari kiri ke kanan (motion mode=M-Mode). Walaupun merupakan modalitas yang
pertama di bidang eko, kemampuan resolusi spatial jelek, namun mempunyai kelebihan
dalam resolusi temporal karena frame rate yang cepat, oleh itu sangat baik untuk objek yang
bergerak.
Agar gambar dan pengukuran akurat dibutuhkan potongan tegak lurus terhadap
struktur yang akan diambil. Saat ini dengan adanya sistem digital, potongan tegak lurus dapat
dilakukan pasca pengambilan gambar, walaupun dengan posisi yang kurang baik.
Beberapa informasi yang dapat diperoleh dengan modalitas M-Mode ini antara lain:
Pengukuran dimensi ventrikel, tebal dinding ventrikel atau septum, atrium, aorta.
Pengukuran fungsi jantung dengan fraksi ejeksi, bila kondisi gambar memungkinkan
untuk melakukan potongan yang perpendikuler.
Estimasi masa ventrikel kiri dengan menggunakan formula, misalnya ”formula Pen”
Gambaran perikardium
Kejadian waktu di jantung, misalnya waktu relaksasi isovolemik, waktu ejeksi
Bersama dengan eko warna dapat menetukan gambaran aliran
Eko Dua Dimensi (Eko 2-D)
Lebih mampu melihat struktur dan fungsi secara real time, mempunyai resolusi
spasial lebih baik dari M-Mode. Target adalah jaringan, sehingga lebih berperan dalam
evaluasi morfologi jantung.
Mencerminkan gerakan dan anatomi jantung
Pengukuran ventrikel kiri dan tebal dinding pada keadaan di mana M-mode tidak
memenuhi syarat.
Pengukuran isi sekuncup
Pengukuran fraksi ejeksi dan volume
Pengukuran area mitral dengan planimetri.
Bidang penyitraan
18
Pengambilan gambar eko dilakukan melalui suatu celah sempit yang disebut acoustic
windows atau jendela eko pada sela iga III garis para sternal kanan, apeks, melalui
suprasternal, atau subkostal.
Pada dasarnya ada 3 bidang utama dalam pengambilan gambar eko:
Long axis (sumbu panjang): merupakan bidang tegak lurus dengan permukaan
anteroposterior dada dan sejajar dengan sumbu panjang jantung. Pada bidang ini
secara anatomi akan tergambar dinding depan ventrikel kanan, ventrikel kanan,
septum ventrikel, ventrikel kiri, serta dinding posterior ventrikel kiri.
Short axis (sumbu pendek): merupakan bidang tegak lurus permukaan anteroposterior
dada dan tegak lurus dengan bidang sumbu panjang jantung. Pada bidang ini akan
tergambar struktur jantung sesuai dengan daerah potongan. Pada dasar jantung akan
tergambar atrium, sekat atrium, pembuluh darah besar, katup trikuspid serta pulmonal.
Pada bagian tengah akan tampak katup mitral, ventrikel kanan, septum ventrikel dan
ventrikel kiri dan katup mitral. Sedangkan potongan setinggi apeks akan
menampilkan ventrikel kiri, septum ventrikel, sebagian ventrikel kanan dan muskulus
papilaris.
19
Apical four chamber (bidang 4 ruang): merupakan bidang sejajar dengan permukaan
anteroposterior melalui potongan dari apeks ke dasar jantung. Pada bidang ini akan
tergambar kedua ventrikel, atrium, sekat atrium dan ventrikel, serta kedua katup
mitral dan trikuspid.
20
Ada juga bidang-bidang lain yang dipergunakan dalam pemeriksaan sehari-hari
seperti bidang 2 ruang yang menggambarkan atrium, katup mitral dan ventrikel kiri. Bidang
lain yang juga sering dipakai adalah bidang 5 ruang sama seperti bidang 4 ruang dengan
tambahan aorta.
Namun adakalanya pada pasien tertentu dibutuhkan posisi lain yang tidak standar
untuk dapat memberikan informasi yang kita kehendaki. Dengan kemajuan di bidang
teknologi (second harmonic imaging), dimungkinkan untuk membuat gambar itu menjadi
lebih baik, sehingga delineasi endokardium menjadi lebih tegas.
Eko Dopler
Konsep Eko Dopler adalah menangkap sinyal yang dipantulkan oleh sel darah merah,
sehingga dapat ditentukan adanya aliran darah, kecepatan dan karakteristik aliran. Dikenal 2
modalitas Dopler yaitu
Dopler Spectrum (spectral dopler) yang terdiri dari pulsed wave dopler dan
continuous wave dopler.
Color flow dopler
21
Pada saat ini satu transduser memiliki kemampuan sebagai pulsed wave dopler,
sekaligus continuous wave dople dan color flow dopler.
Belakangan ini dikenal tissue dopler, bukan seperti dopler yang menangkap pantulan
sinyal sel darah merah tetapi sinyal yang dipantulkan oleh kinesis jaringan, oleh karena itu
dipergunakan untuk mengukur kinesis jaringan.
1. Pulsed Wave Dopler (PW)
Dengan PW transmisi sinyal gelombang suara dikirim dalam bentuk pulsasi. Oleh karena
itu dapat dilakukan pemeriksaan pada area tertentu dari suatu area aliran dengan
menggunakan yang disebut sample volume, yang merupakan marka dari daerah yang
diinginkan, pada alat ekokardiografi ditandai dengan dua garis sejajar.
Informasi yang dapat diperoleh berupa:
Pengukuran fungsi diastolik
Pengukuran area mitral atau orifisium aorta
Pengukuran isi sekuncup dan curah jantung
Mengukur besarnya shunt
22
Pulsed-wave Doppler echocardiogram of the main pulmonary artery (MPA). At the top of the echocardiogram is a still-frame image of the two-dimensional cross-section used to position the Doppler sample volume (white sphere). On the bottom two-thirds of the echocardiogram is the display in white of the instantaneous blood flow velocities (vertical axis) versus time (horizontal axis) occurring in that sample volume. The electro-cardiogram (ECG) is shown for timing purposes. The horizontal line through the base of the Doppler tracing is the baseline (zero flow) for the flow velocities. Flow velocities above this line are positive (i.e., toward the transducer) to a maximum of 68 cm/s. Flow below the line is negative (i.e., away from the transducer) to a maximum of –14 cm/s. (From Cahalan21 )
2. Continuous Wave Dopler (CW)
Transmisi gelombang suara berlangsung kontinu, sehingga spektrum lebih luas dari
semua area yang dilewati gelombang suara. Karena tidak mempunyai sample volume,
tidak bisa melokalisir sinyal aliran sehingga tidak spesifik, dan sering terjadi kontaminasi
aliran dari area yang tidak kita kehendaki. Namur karena gelombang kontinyu dapat
menangkap aliran darah kecepatan tinggi dengan baik tanpa terjadi “aliasing”, yaitu suatu
keadaan gambar dopler terputus akibat terlampaunya batas maksimal kecepatan yang
dapat diukur dengan dopler.
Karena sifatnya, maka CW sangat bermanfaat untuk menangkap sinyal dari aliran
frekuensi tinggi seperti stenosis katup, dan pengukuran semi kuantitatif dari regurgitasi.
23
Transthoracic echocardiography, continuous wave Doppler at the level of tricuspid valve in a patient with tricuspid stenosis
3. Color Flow Dopler
Prinsipnya sama dengan pulsed dopler tetapi menangkap sinyal pada beberapa titik
sepanjang garis penyitraan. Dengan kesepakatan diberikan warna merah untuk aliran
darah yang mendekati transduser, dan warna biru untuk aliran yang menjauhi transduser.
Pada keadaan tertentu di mana aliran bersifat turbulen terjadi campuran warna merah dan
biru atau mosaic. Informasi yang diperoleh:
Menentukan arah dan waktu aliran
Menentukan sifat aliran laminar atau turbulen
3. Tissue Dopler
Dapat dilakukan pengukuran kecepatan dopler dari jaringan miokardium, bukan sel
darah merah seperti pada dopler biasa. Informasi yang dapat diperoleh:
Relaksasi abnormal, pseudonormal dan kondisi rekstriktif dari miokardium.
4. Ekokardiografi Trans Esofageal (ETE)
Dengan ETE, transduser dilengkapi dengan frekuensi yang relatif lebih tinggi, karena
jarak bukan masalah maka kualitas gambar lebih baik dan jendela eko lebih luas. Oleh
karena itu beberapa informasi dapat diperoleh sebagai tambahan terhadap informasi
yang tidak bisa didapat dengan TTE.