32
1 PALPITASI Definisi Palpitasi adalah menyadari atau merasakan denyutan jantung yang kuat atau keras, cepat, tidak teratur. Palpitasi dapat disebabkan oleh aritmia. Aritmia adalah irama denyut jantung yang terlalu cepat, terlalu perlahan atau irregular. Pada keadaan normal dan istirahat, jantung orang dewasa akan berdenyut secara teratur antara 60-100 detak/menit. Kecepatan dari denyut jantung ditentukan oleh kecepatan dari signal listrik yang berasal dari pemacu jantung, SA node. Signal listrik dari SA node mengalir melalui kedua serambi, menyebabkan kedua serambi berkontraksi mengalirkan darah ke kedua bilik. Kemudian signal listrik ini mengalir melalui AV node mencapai kedua bilik. Ini menyebabkan kedua bilik berkontraksi memompa darah keseluruh tubuh dan menghasilkan denyutan (pulse). Pengaliran listrik yang teratur ini dari SA node ke AV node menyebabkan kontraksi teratur dari otot jantung yang dikenal dengan sebutan denyut sinus (sinus beat). Waktu istirahat, kecepatan signal listrik dari SA node adalah perlahan, jadi denyut jantung juga perlahan. Waktu olah raga atau waktu sangat kegirangan , kecepatan signal listrik dari SA node menjadi cepat sehingga denyut jantung juga jadi cepat.

75987205-Palpitasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

document

Citation preview

1

PALPITASI

Definisi

Palpitasi adalah menyadari atau merasakan denyutan jantung yang kuat atau keras,

cepat, tidak teratur. Palpitasi dapat disebabkan oleh aritmia. Aritmia adalah irama denyut

jantung yang terlalu cepat, terlalu perlahan atau irregular.

Pada keadaan normal dan istirahat, jantung orang dewasa akan berdenyut secara

teratur antara 60-100 detak/menit. Kecepatan dari denyut jantung ditentukan oleh kecepatan

dari signal listrik yang berasal dari pemacu jantung, SA node. Signal listrik dari SA node

mengalir melalui kedua serambi, menyebabkan kedua serambi berkontraksi mengalirkan

darah ke kedua bilik. Kemudian signal listrik ini mengalir melalui AV node mencapai kedua

bilik. Ini menyebabkan kedua bilik berkontraksi memompa darah keseluruh tubuh dan

menghasilkan denyutan (pulse). Pengaliran listrik yang teratur ini dari SA node ke AV node

menyebabkan kontraksi teratur dari otot jantung yang dikenal dengan sebutan denyut sinus

(sinus beat). Waktu istirahat, kecepatan signal listrik dari SA node adalah perlahan, jadi

denyut jantung juga perlahan. Waktu olah raga atau waktu sangat kegirangan , kecepatan

signal listrik dari SA node menjadi cepat sehingga denyut jantung juga jadi cepat.

2

Etiologi

Palpitasi dapat terjadi disebabkan dari 3 akibat utama, yaitu :

1. Hyperdynamic circulation (inkompetensi katup, tirotoksikosis, hypercapnia, pireksia,

anemia, kehamilan)

2. Cardiac dysrythmia (kontraksi atrial prematur, junctional escape beat, kontraksi

ventrikuler prematur, atrial fibrilasi, supraventricular tachycardia, ventricular

tachycardia, ventrikuler fibrilasi, blok jantung)

3. Sympathetic overdrive (gangguan panik, hipoglikemi, hipoksia, antihistamin

levocetirizine , anemia, gagal jantung )

Klasifikasi

Aritmia dapat diklasifikasikan menurut :

1. Irama

a. Takikardia – irama denyut jantung yang melebihi 100 kali/menit

b. Bradikardia – irama denyut jantung yang kurang dari 60 kali/menit

2. Lokasi

a. Atrial

i. Premature Atrial Contractions (PACs)

ii. Wandering Atrial Pacemaker

iii. Multifocal atrial tachycardia

iv. Atrial flutter

v. Atrial fibrillation (Afib)

b. Aritmia junctional

i. Supraventricular tachycardia (SVT)

ii. AV nodal reentrant tachycardia

iii. Junctional rhythm

iv. Junctional tachycardia

c. Ventrikel

i. Premature Ventricular Contractions (PVC) kadang disebut Ventricular

Extra Beats (VEBs)

ii. Accelerated idioventricular rhythm

iii. Monomorphic Ventricular tachycardia

3

iv. Polymorphic ventricular tachycardia

v. Ventricular fibrillation

d. Blok jantung, juga dikenal sebagai AV blok dan merupakan penyebab

tersering bagi bradikardia

i. First degree heart block ,

ii. Second degree heart block

1. Tipe I , dikenal sebagai Mobitz I atau Wenckebach

2. Tipe II, dikenal sebagai Mobitz II

iii. Third degree heart block , atau complete heart block.

Manifestasi

Seringkali orang dengan palpitasi tidak menyadari apa-apa selain irama jantung

abnormal itu sendiri. Tetapi palpitasi dapat dikaitkan dengan hal-hal terkait lainnya seperti

sesak di dada, sesak napas, pusing atau light – headedness. Tergantung pada jenis masalah

ritme, gejala-gejala ini mungkin hanya sesaat atau lebih lama. Kesalahan nyata atau

pemadaman dekat, palpitasi yang terkait, harus dianggap serius karena mereka sering

menunjukkan adanya penyakit jantung yang mendasarinya penting. Gejala lain adalah nyeri

di lengan atau kaki kadang-kadang berlangsung sepanjang malam setelah palpitasi.

Diagnosis

Langkah pertama dalam mengevaluasi pasien dengan palpitasi adalah menentukan

apakah gejala mereka sebenarnya karena aritmia. Karena pengobatan berbagai jenis aritmia

dapat berbeda, juga penting untuk menentukan jenis aritmia yang terlibat. Karena aritmia

dapat dikaitkan dengan penyakit yang mendasari dari katup jantung, otot jantung, dan arteri

koroner. Tes ini sering dilakukan untuk menyingkirkan kelainan jantung. Tes darah juga

tersedia untuk mengukur natrium darah, kalium, kalsium, magnesium, kadar hormon tiroid,

dan kadar obat (seperti kadar digoxin).

Tes untuk aritmia termasuk elektrokardiogram pada saat istirahat (EKG), pemantauan

irama 24 jam (Holter), dan tes treadmill.

EKG pada saat istirahat adalah perekaman singkat aktivitas listrik dari jantung dan

biasanya dilakukan di ruang dokter. Sebuah EKG adalah hanya berguna jika aritmia yang

menyebabkan palpitasi terjadi ketika EKG dicatat. Sering kali, istirahat EKG tidak dapat

4

menangkap aritmia, dan monitor Holter selama 24 jam diperlukan. Pita Holter 24-jam dipakai

oleh pasien terus menerus selama kegiatan normal. Pasien bersamaan menyimpan log dari

palpitasi atau gejala lain selama masa pendaftaran. Kemudian, gejala palpitasi dapat

dikorelasikan dengan adanya atau tidak adanya aritmia pada rekaman. Jika aritmia belum bisa

direkam oleh monitor Holter 24 jam, monitor kecil dipakai oleh pasien selama 1 sampai 2

minggu.

Pada beberapa pasien, treadmill digunakan untuk mendeteksi aritmia yang terjadi

hanya dengan usaha. Latihan treadmill adalah perekaman EKG terus menerus dari jantung

selama pasien melakukan latihan bertingkat. Selain mendeteksi aritmia, treadmill adalah tes

skrining yang berguna untuk mendeteksi penyempitan arteri koroner yang dapat membatasi

pasokan darah beroksigen ke otot jantung selama latihan.

Echocardiography menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambar

dari ruang jantung, katup dan struktur sekitarnya. Echocardiography bermanfaat dalam

mendeteksi penyakit katup jantung, seperti mitral valve prolapse, mitral stenosis, dan stenosis

aorta (contoh penyakit katup yang dapat menyebabkan aritmia dan palpitasi).

Echocardiography juga berguna dalam mengevaluasi ukuran kamar jantung, dan kesehatan

dan kontraksi otot ventrikel. Menggabungkan ekokardiografi dengan pengujian latihan stres

(stress echocardiography) adalah tes skrining yang akurat untuk penyakit arteri koroner yang

signifikan. Bagian dari ventrikel disuplai oleh arteri yang menyempit tidak kontrak serta sisa

ventrikel selama latihan.

Tes darah dilakukan untuk mengukur kadar hormon tiroid, kalium, magnesium, dan

obat-obatan seperti digoksin. Kelebihan hormon tiroid dapat menyebabkan aritmia cepat

seperti atrial fibrilasi. Kadar kalium dan magnesium yang rendah dapat menyebabkan aritmia

lainnya. Digoxin (Lanoxin) dapat menyebabkan aritmia toksisitas yang serius, seperti

bradikardia, dan takikardia ventrikel. Toksisitas digoksin dapat diperhebat dengan kadar

kalium dan magnesium yang rendah dalam darah.

Penanganan

5

Palpitasi tanpa aritmia terkait dan penyakit jantung mungkin tidak memerlukan

pengobatan khusus. Pasien sering disarankan hanya untuk mengurangi stres emosional dan

fisik sementara memantau gejala mereka.

Palpitasi yang merupakan hasil dari premature contractions (PACs dan VCs) sering tidak

memerlukan perawatan khusus. Frekuensi kontraksi prematur dapat dikurangi dengan

pengurangan stres, berhenti merokok, dan kafein mengurangi, dan konsumsi alkohol. Kadar

adrenalin tinggi dapat menyebabkan premature contractions, sementara mengurangi stres

dapat membantu mengurangi kadar adrenalin. Untuk pasien dengan palpitasi menetap dan

premature contractions, obat-obatan seperti beta-blocker, dapat digunakan untuk memblokir

efek dari adrenalin pada jantung, sehingga mengurangi premature contractions. Contoh dari

beta-blockers termasuk propranolol (Inderal), metoprolol (Lopressor) dan atenolol

(Tenormin).

Pada pasien dengan aritmia yang berhubungan dengan otot jantung yang signifikan

atau penyakit katup, koreksi dari penyakit jantung yang mendasarinya adalah penting. Pasien

dengan stenosis aorta berat dapat berkembang menjadi gagal jantung dan aritmia ventrikel

yang serius. Pengobatan stenosis aorta dengan operasi perbaikan katup (valvuloplasty) atau

operasi penggantian katup dapat memecahkan masalah ini.

6

TREADMILL TEST

Pendahuluan

Merupakan uji latih jantung dengan menggunakan treadmill. Uji latih ini dilakukan

sebagai cara untuk mengetahui adanya gangguan pembuluh darah koroner, gangguan irama

serta menjadi bahan referensi untuk pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui adanya kelainan

jantung.

Sebelum pelaksanaan tes, semua alat dan perlengkapan guna tindakan kedaruratan

harus tersedia dalam jangkauan tenaga pelaksana. Defibrillator, oksigen dan obat-obat untuk

mengatasi terjadinya gangguan pada jantung merupakan hal yang wajib tersedia. Tenaga

yang melaksana harus mengerti tatalaksana tindakan kedaruratan kardiak dan sudah

menjalani pelatihan sebelumnya.

Alat treadmill sebaiknya mempunyai jalur aman disisinya untuk menjaga keamanan

pasien. Lengan pasien juga harus bebas dari alat agar mudah dilakukan pemeriksaan tekanan

darah oleh pemeriksa.

Persiapan sebelum tes

Pasien disarankan untuk tidak makan,minum dan merokok 2 jam sebelum tes.

Lakukan anamnesis tentang riwayat penyakit pasien dan kemampuan aktivitas fisik pasien

terakhir untuk melengkapi status. Laksanakan pemeriksaan awal dalam keadaan istirahat

pada pasien dalam posisi yang nyaman. Semua ini untuk mengetahui apakah pasien memiliki

gejala yang menjadi kontraindikasi mutlak maupun relatif untuk tes ini.

Kontraindikasi uji latih jantung

Mutlak:

Infark miokard akut dalam 2 hari

7

Angina tak stabil yang risiko tinggi

Aritmia jantung tak terkontrol dengan gejala dan gangguan hemodinamik

Stenosis aorta berat dengan gejala

Infark paru atau emboli paru akut

Perikarditis atau miokarditis akut

Diseksi aorta akut

Relatif:

Stenosis di pembuluh koroner left main

Penyakit jantung katup stenosis yang sedang

Gangguan elektrolit

Hipertensi berat

Takiaritmia dan bradiaritmia

Kardiomiopati hipertrofi dan bentuk lain hambatan aliran ke luar jantung

Gangguan fisik dan mental yang menganggu jalannya pemeriksaan

Blok atrioventrikular derajat tinggi

Pelaksana tes wajib mengetahui obat-obat yang dikonsumsi pasien sebelum

melaksanakan tes. Penggunaan obat penghambat B sebaiknya tidak dihentikan bila memang

sangat diperlukan pasien walau dapat mempengaruhi hasil tes. Persiapan juga dilakukan

terhadap kebersihan kulit agar tidak menimbulkan banyak artefak pada rekaman EKG.

Pemeriksaan EKG 12 lead wajib dilakukan sebelum tes baik pada posisi berbaring

dan berdiri. Pemasangan elektroda sebaiknya menghindari daerah lengan agar tidak

menimbulkan gangguan rekaman. Jadi elektrode lengan sebaiknya diletakkan di bahu,

elektrode hijau (ground) di spina pinggang dan untuk kaki kanan di bawah umbilikus, atau

modifikasi lainnya.

Pelaksanaan tes

Komplikasi dapat diketahui segera bila kita tetap melakukan pengawasan pada tekanan darah,

megawasi hasil rekaman EKG, bertanya pada pasien tentang gejala yang dialami dan gejala

keletihan dan melakukan penilaian terhadap semua gejala atau tanda yang muncul saat tes.

8

Selama tes berlangsung sebaiknya lengan pasien tidak memegang dengan kencang pada

tempat pegangan agar tidak menimbulkan hasil yang tidak sesuai dengan kemampuan pasien.

Target frekuensi nadi sebaiknya tidak terlalu bergantung pada umur agar tidak

mengacaukan kemampuan yang dimiliki pasien, karena kemampuan yang ada bersifat

individual. Walau demikian sebagai patokan pencapaian kerja fisik dapat digunakan.

Indikasi menghentikan uji latih

Mutlak

Tekanan darah sistolik turun drastis > 10mmHg dari hasil pemeriksaan sebelum uji

latih disertai bukti lain adanya gejala iskemia

Angina sedang ke berat

Gejala sistem saraf meningkat (seperti ataksia,mengantuk dan gejala sinkop)

Tanda rendahnya perfusi (sianosis dan pucat)

Sulit untuk evaluasi EKG dan tekanan darah

Pasien meminta berhenti

Takikardia ventrikel menetap

Elevasi ST (>1.0mm) tanpa ada diagnosis gelombang Q (selain lead V1 atau aV)

Relatif

Tekanan darah sistolik turun drastis > 10mmHg dari hasil pemeriksaan sebelumnya

namun tanpa disetai gejala iskemia

Perubahan ST dan QRS seperti menurunnya ST (>3mm penurunan segmen ST baik

horizontal maupun downsloping) atau perubahan aksis tetap

Aritmia selain aritmia ventrikel sustained

Lemas, sesak nafas, timbul mengi, kram kaki atau gejala klaudikasio

Terjadi bundle branch block pada konduksi intraventrikuler yang tidak dapat

dibedakan dengan takikardia ventrikel

Nyeri dada yang meningkat

Hipertensi yang meningkat.

Untuk mengetahui kemampuan pasien yang sesungguhnya dapat digunakan skala Borg.

9

Fase pemulihan setelah tes

Setelah mencapai kemampuan maksimal, maka pasien diminta untuk berhenti secara teratur.

Setelah alat treadmill berhenti sempurna, pasien tetap menggerakkan kakinya seperti jalan di

tempat dengan santai. Hal ini untuk mengurangi terjadinya perubahan gambaran EKG.

Setelah dianggap cukup, pasien duduk atau dapat pula berbaring sambil tetap dilakukan

pengawasan dan rekaman 10 detik pertama setelah kaki berhenti. Pengawasan pasca tes

dilakukan selama 5 menit walau terkadang dilakukan lebih lama sampai gejala atau gambaran

perubahan EKG berkurang atau hilang.

Protokol yang digunakan

Ada beberapa macam protokol. Yang sering digunakan adalah protokol Bruce dan Naughton.

Pada metode Bruce, selama menjalani uji latih, pasien akan mendapatkan beban dari alat

dengan menaikkan ban berjalan beberapa derajat disertai penambahan kecepatan setiap

peningkatan stage. Metode Naughton hanya ada peningkatan kecepatan perlahan saja.

Frekuensi nadi

Target denyut jantung yang akan dicapai sebaiknya bukan menjadi masalah untuk tidak

memastikan bahwa hasil tes tidak dapat diolah. Semua hasil tes disimpulkan sesuai dengan

gejala atau gambaran rekaman yang terjadi selama pelaksanaan tes.

Pemulihan denyut jantung

Denyut jantung atau frekuensi nadi akan berkurang dengan cepat setelah tes dihentikan.

Apabila berkurangnya denyut jantung kurang dari 20 kali/ menit pada menit pertama dan

kedua, maka ini menjadi prediktor meningkatnya resiko kematian.

Tekanan darah

Tekanan darah sistolik seharusnya naik saat tes berlangsung. Bila terjadi penurunan tekanan

darah di bawah tekanan darah sebelum tes, bisa menjadi kriteria yang diwaspadai. Bila terjadi

aktivitas yang menyebabkan terjadinya hipotensi, maka dianggap terjadi disfungsi ventrikel

kiri, iskemia atau obstruksi aliran keluar. Peningkatan tekanan darah yang cepat saat tes

berlangsung menjadi penilaian adanya kemungkinan timbulnya iskemia.

Kapasitas fungsional

10

Kemampuan mencapai kapasitas maksimal saat aktivitas menjadi salah satu penilaian. Untuk

mengetahui dapat disesuaikan dengan skala MET.

Interpretasi EKG

Depresi ST segmen menunjukkan iskemia subendokardial. Digunakan gambaran pada

lead V5, serta II dan avf. Gambaran EKG pada kemampuan maksimal(exercise maximal) dan

masa 3 menit saat recovery menjadi waktu yang perlu diwaspadai.

Aktivitas tes yang menimbulkan elevasi atau depresi segmen ST menunjukkan adanya

iskemia. Elevasi menggambarkan terjadinya iskemia transmural yang bersifat aritmogenik,

biasa berhubungan dengan spasme dan lesi yang jelas pada arteri. Elevasi juga bisa menjadi

patokan lokasi lesi. Depresi biasanya berhubungan dengan iskemia subendokardial yang tidak

aritmogenik dan tidak berhubungan dengan spasme maupun lokasi lesi.

11

Uji latih jantung juga dapat menimbulkan timbulnya aritmia. Yang sering terjadi

adalah kontraksi ventrikular prematur(VPC). Biasa terjadi pada orang usia lanjut dengan

penyakit kardiovaskular, PVC saat istirahat maupun akibat iskemia, baik akibat aktivitas

maupun istirahat, PVC menjadi prediktor timbulnya perburukan.

Skor tes aktivitas

ACC/AHA menganjurkan untuk menggunakan skor guna meningkatkan kemampuan tes

untuk mencapai hasil yang sesuai dengan keadaan penyakit pasien. Dapat digunakan

nomogram berikut ini.

12

Skor yang sering digunakan adalah Skor Duke’s.

Skor treadmill=lama exercise (5 kali deviasi ST ( 4 kali indeks angina TM)

Lama exercise dalam menit, deviasi ST dalam mm dan indeks angina TM (treadmill) adalah :

0 untuk tidak ada angina

1 untuk angina yang tidak mempengaruhi exercise

2 untuk angina yang menyebabkan hambatan exercise

Bila skor kurang atau sama dengan -11 maka risiko meningkat. Sedangkan skor lebih atau

sama dengan +5 risiko rendah.

Sebelum melakukan tes aktivitas sebaiknya kita mengetahui kira-kira pasien perlu

menjalani pemeriksaan angiografi atau tidak. Dapat digunakan tabel berikut. Bila pasien telah

menjalani uji latih jantung maka untuk tindakan lanjut yang diperlukan pasien dapat

diprediksi melalui tabel-tabel di bawah ini.

13

14

EKOKARDIOGRAFI

Pendahuluan

Ekokardiografi merupakan alat diagnostik di bidang kardiovaskular dengan prinsip

dasar gelombang suara frekuensi tinggi. Dengan transmisi gelombang suara, diharapkan

terjadi pantulan gelombang yang akan memberikan kontur yang sesuai dengan jaringan yang

memantulkan transmisi gelombang. Sehingga dengan alat ekokardiografi akan diperoleh

kontur dinding pembuluh darah , ruang-ruang jantung, katup-katup jantung serta selaput

pembungkus jantung. Pencitraan akan tergambar dalam bentuk satu dimensi (m-mode) dua

(2-D) bahkan dimensi 3 (3-D) atau empat (4-D)

Adanya Dopler pada alat eko yang menggunakan prinsip transmisi pantulan

gelombang suara oleh sel darah merah, akan memungkinkan pengukuran kecepatan

(velositas) dan arah aliran darah dalam jantung dan pembuluh. Oleh karena itu dapat dipakai

untuk pengukuran hemodinamik jantung seperti isi sekuncup, curah jantung, tekanan dan

pressure gradient.

Sementara sistem warna pada eko (color flow mapping) memungkinkan untuk

menentukan arah dan sifat aliran darah baik yang stream line atau turbulen. Oleh karena itu

dengan modalitas tersebut pengukuran Dopler dapat diarahkan melalui bimbingan aliran yang

berwarna (color guided dopler), selain dapat dengan mudah melihat adanya aliran-aliran

turbulen akibat regurgitasi, stenosis maupun aliran abnormal melalui defek pada septum atrial

atau ventrikel.

15

Pada awalnya pemeriksaan eko bersifat noninvasif, karena pemeriksaan dilakukan

dengan transduser (sumber:dan penerima gelombang suara) melalui dinding dada, dikenal

sebagai pemeriksaan ekotranstorakal (ETT). Namun ada beberapa keterbatasan ETT pada

keadaan tertentu seperti pasien emfisema, gemuk, serta tidak mampu dalam evaluasi ruang

seperti apendik atrium. Untuk mengatasi hal tersebut belakangan muncul ekotransesofageal

(ETE) yang bersifat invasif, dimana transduser dilekatkan pada ujung alat endoskopi. Dengan

cara ini transduser dimasukkan melalui esofagus sampai ke lambung, dan evaluasi jantung

dilakukan dari belakang, sehingga limitasi TTE dapat diatasi dapat diatasi karena jarak yang

lebih dekat dengan target, serta jaringan pemisah antara transduser dan target dapat

diabaikan.

Selain daripada itu dikenal beberapa prosedur eko invasif yang lain yaitu intraoperatif,

dengan meletakkan transduser langsung ke permukaan jantung pada saat operasi jantung,

serta pemeriksaan eko intravaskular (intra vascular uktrasound=IVUS) dimana transduser

diletakkan pada ujung kateter pada prosedur angigrafi koroner.

Dengan perkembangan teknologi di bidang ultrasound belakangan dikenal pula

pemeriksaan eko dengan kontras untuk melihat adanya defek pada sekat maupun dalam

evaluasi kinesis gerakan dinding jantung , sementara itu pemeriksaan tissue dopler lebih

diarahkan untuk mendeteksi kinesis jantung yang dapat dikaitkan dengan penyakit jantung

iskemia, dan diastologi.

Instrumentasi

Transduser

Merupakan kelengkapan alat eko berupa sumber , gelombang suara ultra yang berasal

dari kristal piezoelektrik, sehingga memungkinkan terjadinya pencitraan. Melalui transduser,

gelombang suara dapat diarahkan secara elektronik atau mekanikal ke arah target sasaran

yang dikehendaki.

Pilihan transduser tergantung dengan frekuensi, semakin tinggi frekuensi semakin

besar kemampuan resolusi (kemampuan memisahkan dua objek yang berdekatan), namun

kedalaman penetrasi akan berkurang. Oleh karena itu dalam pemeriksaan eko diupayakan

menggunakan frekuensi yang paling tinggi tetapi masih mempunyai kemampuan penetrasi

16

yang maksimal. Biasanya pada 1 transduser telah dilengkapi dengan multi frekuensi,

sementara kedalaman dapat diatur.

Dikenal 2 macam transduser yaitu transduser untuk pemeriksaan melalui dinding

toraks, dan transduser untuk pemeriksaan melalui esofagus.

Oskiloskop

Merupakan layar dengan berbagai ukuran, menampilkan hasil proses pegolahan

gelombang suara yang diterima oleh transduser setelah melalui berbagai proses perubahan

sifat gelombang suara, amplifikasi serta prosedur teknis lain.

Printer

Dapat dilakukan dokumentasi dengan printer hitam putih, berwarna, dengan video

maupun sistem digital. Pada rekaman gambar/ foto (stop picture) terdapat beberapa kendala

kelengkapan gambar yang barangkali tidak dianggap penting oleh ekokardiografer. Oleh

karena itu sebaiknya dilakukan dokumentasi dengan video sehingga diperoleh kondisi yang

menyerupai real time, akan tetapi menyita waktu dan terjadi penurunan gradasi kualitas

gambar. Sistem digital dapat mengatasi masalah kualitas gambar sama dengan aslinya dan

memudahkan sistem arsip.

TEKNIK PEMERIKSAAN

Hasil gambar eko sangat subjektif tergantung keterampilan dan pengalaman dari

ekokardiografer. Oleh karena itu ekokardiografer dituntut mempunyai kompetensi

pengetahuan dasar mengenai gelombang suara ultra dan karakteristik kemampuan mesin eko

dalam pengaturan gambar, sehingga dapat dibuat gambar yang standar, informatif dan dapat

diulang dengan kualitas gambar yang sama. Selain itu dibutuhkan pengetahuan anatomi

jantung normal beserta varian normal, kelainan yang berhubungan dengan anatomi maupun

hemodinamik akibat kelainan yang didapat maupun kongenital.

MODALITAS EKO DAN PERANNYA DALAM DIAGNOSIS KARDIOVASKULAR

Ekokardiografi M-Mode

Merupakan eko 1 dimensi, dimana dilakukan pencitraan 1 garis dari anterior sampai

ke posterior bidang jantung yang kemudian dengan waktu akan tampak pada layar sebagai

17

gerakan dari kiri ke kanan (motion mode=M-Mode). Walaupun merupakan modalitas yang

pertama di bidang eko, kemampuan resolusi spatial jelek, namun mempunyai kelebihan

dalam resolusi temporal karena frame rate yang cepat, oleh itu sangat baik untuk objek yang

bergerak.

Agar gambar dan pengukuran akurat dibutuhkan potongan tegak lurus terhadap

struktur yang akan diambil. Saat ini dengan adanya sistem digital, potongan tegak lurus dapat

dilakukan pasca pengambilan gambar, walaupun dengan posisi yang kurang baik.

Beberapa informasi yang dapat diperoleh dengan modalitas M-Mode ini antara lain:

Pengukuran dimensi ventrikel, tebal dinding ventrikel atau septum, atrium, aorta.

Pengukuran fungsi jantung dengan fraksi ejeksi, bila kondisi gambar memungkinkan

untuk melakukan potongan yang perpendikuler.

Estimasi masa ventrikel kiri dengan menggunakan formula, misalnya ”formula Pen”

Gambaran perikardium

Kejadian waktu di jantung, misalnya waktu relaksasi isovolemik, waktu ejeksi

Bersama dengan eko warna dapat menetukan gambaran aliran

Eko Dua Dimensi (Eko 2-D)

Lebih mampu melihat struktur dan fungsi secara real time, mempunyai resolusi

spasial lebih baik dari M-Mode. Target adalah jaringan, sehingga lebih berperan dalam

evaluasi morfologi jantung.

Mencerminkan gerakan dan anatomi jantung

Pengukuran ventrikel kiri dan tebal dinding pada keadaan di mana M-mode tidak

memenuhi syarat.

Pengukuran isi sekuncup

Pengukuran fraksi ejeksi dan volume

Pengukuran area mitral dengan planimetri.

Bidang penyitraan

18

Pengambilan gambar eko dilakukan melalui suatu celah sempit yang disebut acoustic

windows atau jendela eko pada sela iga III garis para sternal kanan, apeks, melalui

suprasternal, atau subkostal.

Pada dasarnya ada 3 bidang utama dalam pengambilan gambar eko:

Long axis (sumbu panjang): merupakan bidang tegak lurus dengan permukaan

anteroposterior dada dan sejajar dengan sumbu panjang jantung. Pada bidang ini

secara anatomi akan tergambar dinding depan ventrikel kanan, ventrikel kanan,

septum ventrikel, ventrikel kiri, serta dinding posterior ventrikel kiri.

Short axis (sumbu pendek): merupakan bidang tegak lurus permukaan anteroposterior

dada dan tegak lurus dengan bidang sumbu panjang jantung. Pada bidang ini akan

tergambar struktur jantung sesuai dengan daerah potongan. Pada dasar jantung akan

tergambar atrium, sekat atrium, pembuluh darah besar, katup trikuspid serta pulmonal.

Pada bagian tengah akan tampak katup mitral, ventrikel kanan, septum ventrikel dan

ventrikel kiri dan katup mitral. Sedangkan potongan setinggi apeks akan

menampilkan ventrikel kiri, septum ventrikel, sebagian ventrikel kanan dan muskulus

papilaris.

19

Apical four chamber (bidang 4 ruang): merupakan bidang sejajar dengan permukaan

anteroposterior melalui potongan dari apeks ke dasar jantung. Pada bidang ini akan

tergambar kedua ventrikel, atrium, sekat atrium dan ventrikel, serta kedua katup

mitral dan trikuspid.

20

Ada juga bidang-bidang lain yang dipergunakan dalam pemeriksaan sehari-hari

seperti bidang 2 ruang yang menggambarkan atrium, katup mitral dan ventrikel kiri. Bidang

lain yang juga sering dipakai adalah bidang 5 ruang sama seperti bidang 4 ruang dengan

tambahan aorta.

Namun adakalanya pada pasien tertentu dibutuhkan posisi lain yang tidak standar

untuk dapat memberikan informasi yang kita kehendaki. Dengan kemajuan di bidang

teknologi (second harmonic imaging), dimungkinkan untuk membuat gambar itu menjadi

lebih baik, sehingga delineasi endokardium menjadi lebih tegas.

Eko Dopler

Konsep Eko Dopler adalah menangkap sinyal yang dipantulkan oleh sel darah merah,

sehingga dapat ditentukan adanya aliran darah, kecepatan dan karakteristik aliran. Dikenal 2

modalitas Dopler yaitu

Dopler Spectrum (spectral dopler) yang terdiri dari pulsed wave dopler dan

continuous wave dopler.

Color flow dopler

21

Pada saat ini satu transduser memiliki kemampuan sebagai pulsed wave dopler,

sekaligus continuous wave dople dan color flow dopler.

Belakangan ini dikenal tissue dopler, bukan seperti dopler yang menangkap pantulan

sinyal sel darah merah tetapi sinyal yang dipantulkan oleh kinesis jaringan, oleh karena itu

dipergunakan untuk mengukur kinesis jaringan.

1. Pulsed Wave Dopler (PW)

Dengan PW transmisi sinyal gelombang suara dikirim dalam bentuk pulsasi. Oleh karena

itu dapat dilakukan pemeriksaan pada area tertentu dari suatu area aliran dengan

menggunakan yang disebut sample volume, yang merupakan marka dari daerah yang

diinginkan, pada alat ekokardiografi ditandai dengan dua garis sejajar.

Informasi yang dapat diperoleh berupa:

Pengukuran fungsi diastolik

Pengukuran area mitral atau orifisium aorta

Pengukuran isi sekuncup dan curah jantung

Mengukur besarnya shunt

22

Pulsed-wave Doppler echocardiogram of the main pulmonary artery (MPA). At the top of the echocardiogram is a still-frame image of the two-dimensional cross-section used to position the Doppler sample volume (white sphere). On the bottom two-thirds of the echocardiogram is the display in white of the instantaneous blood flow velocities (vertical axis) versus time (horizontal axis) occurring in that sample volume. The electro-cardiogram (ECG) is shown for timing purposes. The horizontal line through the base of the Doppler tracing is the baseline (zero flow) for the flow velocities. Flow velocities above this line are positive (i.e., toward the transducer) to a maximum of 68 cm/s. Flow below the line is negative (i.e., away from the transducer) to a maximum of –14 cm/s. (From Cahalan21 )

2. Continuous Wave Dopler (CW)

Transmisi gelombang suara berlangsung kontinu, sehingga spektrum lebih luas dari

semua area yang dilewati gelombang suara. Karena tidak mempunyai sample volume,

tidak bisa melokalisir sinyal aliran sehingga tidak spesifik, dan sering terjadi kontaminasi

aliran dari area yang tidak kita kehendaki. Namur karena gelombang kontinyu dapat

menangkap aliran darah kecepatan tinggi dengan baik tanpa terjadi “aliasing”, yaitu suatu

keadaan gambar dopler terputus akibat terlampaunya batas maksimal kecepatan yang

dapat diukur dengan dopler.

Karena sifatnya, maka CW sangat bermanfaat untuk menangkap sinyal dari aliran

frekuensi tinggi seperti stenosis katup, dan pengukuran semi kuantitatif dari regurgitasi.

23

Transthoracic echocardiography, continuous wave Doppler at the level of tricuspid valve in a patient with tricuspid stenosis

3. Color Flow Dopler

Prinsipnya sama dengan pulsed dopler tetapi menangkap sinyal pada beberapa titik

sepanjang garis penyitraan. Dengan kesepakatan diberikan warna merah untuk aliran

darah yang mendekati transduser, dan warna biru untuk aliran yang menjauhi transduser.

Pada keadaan tertentu di mana aliran bersifat turbulen terjadi campuran warna merah dan

biru atau mosaic. Informasi yang diperoleh:

Menentukan arah dan waktu aliran

Menentukan sifat aliran laminar atau turbulen

3. Tissue Dopler

Dapat dilakukan pengukuran kecepatan dopler dari jaringan miokardium, bukan sel

darah merah seperti pada dopler biasa. Informasi yang dapat diperoleh:

Relaksasi abnormal, pseudonormal dan kondisi rekstriktif dari miokardium.

4. Ekokardiografi Trans Esofageal (ETE)

Dengan ETE, transduser dilengkapi dengan frekuensi yang relatif lebih tinggi, karena

jarak bukan masalah maka kualitas gambar lebih baik dan jendela eko lebih luas. Oleh

karena itu beberapa informasi dapat diperoleh sebagai tambahan terhadap informasi

yang tidak bisa didapat dengan TTE.