6
2 Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3 (Suplemen), Januari 2007: 2 - 7 Karakteristik Kasus Akut Karakteristik Kasus Akut Karakteristik Kasus Akut Karakteristik Kasus Akut Karakteristik Kasus Akut Flaccid Paralysis Flaccid Paralysis Flaccid Paralysis Flaccid Paralysis Flaccid Paralysis (AFP (AFP (AFP (AFP (AFP) Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 - 2005 Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 - 2005 Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 - 2005 Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 - 2005 Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 - 2005 Hadia Angriani, Jusli Latar belakang. Latar belakang. Latar belakang. Latar belakang. Latar belakang. Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus polio di Indonesia menunjukkan jumlah kasus polio tahun 2005 sebanyak 303 kasus dan pada tahun 2006 sebanyak 2 kasus. Hal ini menjadi sorotan publik yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan terhadap penularan kepada masyarakat. Polio merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat ditakuti karena dapat mengakibatkan kematian sel motorneuron di medulla spinalis dan batang otak dan dapat mengakibatkan kelumpuhan permanen. Oleh karena itu perlu dicermati secara detail dan disusun suatu rencana pencegahan untuk memutuskan rantai penularan dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio. Tujuan. Tujuan. Tujuan. Tujuan. Tujuan. Memberikan informasi tentang karakteristik kasus AFP dan hasil pelaksanaan putaran Pekan Imunisasi Nasional (PIN) di Propinsi Sulawesi Selatan. Metoda. Metoda. Metoda. Metoda. Metoda. Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif. Data diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2001 sampai 2005 mengenai penderita AFP, umur, jenis kelamin, kabupaten / kota, status imunisasi polio rutin dan imunisasi tambahan (PIN), pemeriksaan spesimen, paralisis residual. Dari Dinas Kesehatan juga dikumpukan data pencapaian target pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) di Sulawesi Selatan selama 5 putaran dan jumlah populasi penduduk di bawah 15 tahun. Hasil. Hasil. Hasil. Hasil. Hasil. Selama kurun waktu tahun 2001 hingga 2005 telah dikumpulkan kasus AFP di Sulawesi Selatan sebanyak 204 anak dengan jumlah terbesar pada tahun 2005 sebanyak 66 kasus. Berdasarkan diagnosis, didapatkan diagnosis terbanyak adalah GBS 88 (43,1 %). Entero virus pada spesimen di dapatkan 1 kasus dengan virus polio P3 Sabin positif pada kedua spesimen di Kabupaten Sidrap dan 1 kasus dengan virus polio Sabin positif tapi negatif pada spesimen II di kabupaten Wajo. Jumlah persentase pencapaian target PIN yang melampaui target 100 % adalah PIN putaran III. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Jumlah kasus AFP di Sulawesi Selatan selama kurun waktu tahun 2001 hingga 2005 sebanyak 204 anak. Berdasarkan jumlah populasi penduduk <15 tahun maka target surveilans AFP dalam satu tahun minimal ditemukan 52 kasus AFP dan dilaporkan bahwa tidak ditemukan kasus polio liar di Sulawesi Selatan. Pada pelaksanaan 5 putaran Pekan imunisasi Nasional (PIN) berhasil mencampai sasaran lebih 100%. Kata kunci: Acute Flaccid Paralysis (AFP), Pekan Imunisasi Nasional (PIN), Sulawesi Selatan. Alamat korespondensi: Dr Hadia Angriani.,SpA. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS Unit Pelayanan Anak RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Jl. Perintis Kemerdekaan KM. XI Tamalanrea Makassar Telp. (0411) 560028, (0411) 584461 Fax. (0411) 590629Email : [email protected] D icanangkannya eradikasi polio global pada tahun 1988 merupakan langkah pertama eliminasi virus polio liar di 125 negara. Pada tahun 2001, jumlah negara yang endemis polio dapat

8-3-1s(1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Citation preview

Page 1: 8-3-1s(1)

2

Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3 (Suplemen), Januari 2007Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3 (Suplemen), Januari 2007: 2 - 7

Karakteristik Kasus Akut Karakteristik Kasus Akut Karakteristik Kasus Akut Karakteristik Kasus Akut Karakteristik Kasus Akut Flaccid ParalysisFlaccid ParalysisFlaccid ParalysisFlaccid ParalysisFlaccid Paralysis (AFP(AFP(AFP(AFP(AFP)))))Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 - 2005Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 - 2005Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 - 2005Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 - 2005Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 - 2005

Hadia Angriani, Jusli

Latar belakang. Latar belakang. Latar belakang. Latar belakang. Latar belakang. Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus polio di Indonesia menunjukkan jumlahkasus polio tahun 2005 sebanyak 303 kasus dan pada tahun 2006 sebanyak 2 kasus. Halini menjadi sorotan publik yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan terhadappenularan kepada masyarakat. Polio merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangatditakuti karena dapat mengakibatkan kematian sel motorneuron di medulla spinalis danbatang otak dan dapat mengakibatkan kelumpuhan permanen. Oleh karena itu perludicermati secara detail dan disusun suatu rencana pencegahan untuk memutuskan rantaipenularan dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio.Tujuan.Tujuan.Tujuan.Tujuan.Tujuan. Memberikan informasi tentang karakteristik kasus AFP dan hasil pelaksanaanputaran Pekan Imunisasi Nasional (PIN) di Propinsi Sulawesi Selatan.Metoda.Metoda.Metoda.Metoda.Metoda. Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif. Data diperoleh dariDinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2001 sampai 2005 mengenai penderitaAFP, umur, jenis kelamin, kabupaten / kota, status imunisasi polio rutin dan imunisasitambahan (PIN), pemeriksaan spesimen, paralisis residual. Dari Dinas Kesehatan jugadikumpukan data pencapaian target pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) diSulawesi Selatan selama 5 putaran dan jumlah populasi penduduk di bawah 15 tahun.Hasil.Hasil.Hasil.Hasil.Hasil. Selama kurun waktu tahun 2001 hingga 2005 telah dikumpulkan kasus AFP diSulawesi Selatan sebanyak 204 anak dengan jumlah terbesar pada tahun 2005 sebanyak66 kasus. Berdasarkan diagnosis, didapatkan diagnosis terbanyak adalah GBS 88 (43,1 %).Entero virus pada spesimen di dapatkan 1 kasus dengan virus polio P3 Sabin positifpada kedua spesimen di Kabupaten Sidrap dan 1 kasus dengan virus polio Sabin positiftapi negatif pada spesimen II di kabupaten Wajo. Jumlah persentase pencapaian targetPIN yang melampaui target 100 % adalah PIN putaran III.Kesimpulan.Kesimpulan.Kesimpulan.Kesimpulan.Kesimpulan. Jumlah kasus AFP di Sulawesi Selatan selama kurun waktu tahun 2001hingga 2005 sebanyak 204 anak. Berdasarkan jumlah populasi penduduk <15 tahunmaka target surveilans AFP dalam satu tahun minimal ditemukan 52 kasus AFP dandilaporkan bahwa tidak ditemukan kasus polio liar di Sulawesi Selatan. Pada pelaksanaan5 putaran Pekan imunisasi Nasional (PIN) berhasil mencampai sasaran lebih 100%.

Kata kunci: Acute Flaccid Paralysis (AFP), Pekan Imunisasi Nasional (PIN), Sulawesi Selatan.

Alamat korespondensi:Dr Hadia Angriani.,SpA. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNHASUnit Pelayanan Anak RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Jl. PerintisKemerdekaan KM. XI Tamalanrea Makassar Telp. (0411) 560028, (0411)584461 Fax. (0411) 590629Email : [email protected]

Dicanangkannya eradikasi polio global padatahun 1988 merupakan langkah pertamaeliminasi virus polio liar di 125 negara. Pada

tahun 2001, jumlah negara yang endemis polio dapat

Page 2: 8-3-1s(1)

3

Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3 (Suplemen), Januari 2007

diturunkan dari 20 menjadi 10 negara. Diakhir tahun2002, virus polio hanya terdapat pada 7 negara; diantaranya adalah Afganistan, India, Mesir, Nigeria,Pakistan, dan Somalia. Di negara – negara tersebut,virus polio diisolasi di daerah yang terbatas.1

Pada tahun 2003, terjadi penyebaran yang cepatdari Áfrika ke Asia, dan selanjutnya pada tanggal 13Maret 2005 ditemukan pertama kali virus polio liardi Indonesia yaitu di Cihadu, Sukabumi, Jawa Barat.Kejadian ini kemudian menjadi sorotan publik yangmenimbulkan kecemasan kepada masyarakat terhadappenularan dan timbulnya kejadian luar biasa diIndonesia. Pada akhir tahun 2005 dilaporkan 303kasus dan 2 kasus pada tahun 2006.1,2 Dalam upayauntuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio,pemerintah telah melaksanakan Program EradikasiPolio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasipolio secara rutin, imunisasi polio suplemen, surveilansAFP Acute Flaccid Parálisis atau lumpuh layu akut, danmopping up.3-5

Lumpuh layuh akut merupakan kelumpuhan lowermotor neuron (LMN) yang timbul akut <14 hari,flaksid / lemas / layu, kelompok umur <15 thn, dantidak ada riwayat ruda paksa.3,6 Surveilans AFPbertujuan untuk memantau adanya transmisi virus-polio liar di suatu wilayah, sehingga upaya pem-berantasannya menjadi terfokus dan efisien. Padaakhirnya berdasarkan informasi yang didapat darisurveilans ini, Indonesia dapat dinyatakan bebas polio.3

Surveilans AFP pada hakekatnya adalah pengamatanyang dilakukan terhadap semua kasus kelumpuhanyang sifatnya seperti kelumpuhan pada poliomielitsdan terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahundalam upaya untuk menemukan adanya transmisivirus-polio liar.3,5

Polio merupakan salah satu penyakit infeksi yangsangat ditakuti karena dapat mengakibatkan kematiansel motorneuron di medulla spinalis dan batang otak,mengakibatkan kelumpuhan permanen. Oleh karenaitu perlu dicermati secara detail dan disusun suaturencana pencegahan untuk memutuskan rantaipenularan dalam upaya untuk membebaskan Indonesiadari penyakit polio.6,7

Makalah ini akan mendiskripsikan karakteristikkasus AFP dan pelaksanaan putaran Pekan ImunisasiNasional (PIN) di Propinsi Sulawesi Selatan dengantujuan. 1. Memberikan informasi tentang karakteristikkasus AFP di Propinsi Sulawesi Selatan, dan 2.Memberikan informasi tentang hasil pelaksanaan

putaran Pekan Imunisasi Nasional ( PIN ) di PropinsiSulawesi Selatan.

Metoda

Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif.Data diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi SulawesiSelatan tahun 2001 sampai 2005, berupa jumlah kasusAFP, umur, jenis kelamin, kabupaten / kota, statusimunisasi polio rutin dan imunisasi tambahan (PIN),pemeriksaan spesimen, paralisis residual. Dari DinasKesehatan juga dikumpulkan data pencapaian targetpelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) diSulawesi Selatan selama 5 putaran dan jumlah populasipenduduk di bawah 15 tahun. Istilah – istilah yangdipergunakan dalam makalah ini adalah:3-7

1. Lumpuh layuh akut ( acut flaccid paralysis ) adalahkelumpuhan lower motor neuron ( LMN ) yangtimbul secara akut <14 hari bersifat flaccid / layuh/ lemas, terjadi pada anak <15 tahun dan bukankarena ruda paksa.

2. Imunisasi polio rutin dengan trivalent OPV yangberisi galur polio 1,2,3 minimal 4 kali dengan dosisdua tetes per imunisasi.

3. Imunisasi suplemen adalah terdiri dari PIN, subPINdan mopping up merupakan imunisasi tambahanuntuk memutuskan transmisi virus polio liar.

4. Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukanterhadap semua kasus kelumpuhan yang sifatnyaseperti kelumpuhan poliomielitis dan terjadi padaanak berusia <15 tahun dalam upaya untukmenemukan adanya transmisi virus polio liar.

5. Mopping up adalah pemberian imunisasi polio darirumah ke rumah di dasari adanya transmisi polioliar yang terjadi pada wilayah terbatas (lokal)

6. Paralisis residual adalah suatu kelumpuhan yangmasih ada setelah 60 hari atau lebih sejakkelumpuhan dideteksi. Kelumpuhan pada paralisisresidual dapat berupa kelumpuhan total, bila tidakmenggerakkan anggota geraknya yang lumpuh(paralisis) dan paresis bila anggota gerak yangmengalami kelumpuhan tidak berfungsi normalwalaupun sudah ada perbaikan.

7. Vaksin polio oral adalah vaksin yang diberikandengan cara meneteskan cairan ke dalam mulutyang mengandung virus hidup yang dilemahkan.Komposisi vaksin tersebut terdiri dari virus poliotipe 1, 2 dan 3.

Page 3: 8-3-1s(1)

4

Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3 (Suplemen), Januari 2007

8. Kelumpuhan secara akut (mendadak) adalahperkembangan kelumpuhan yang berlangsungcepat antara 1 – 14 hari sejak gejala awal lumpuhsampai lumpuhnya maksimal.

9. Sasaran utama surveilans AFP adalah kelompokyang rentan terhadap penyakit poliomielitis, yaituanak di bawah usia 15 tahun.

10. Berdasarkan kriteria klasifikasi-klinis, kasus AFPdidiagnosis sebagai kasus polio apabila memenuhisalah satu dari kriteria sebagai berikut,• Didapatkan virus-polio liar (virus polio yang

bukan berasal dari vaksin polio) padapemeriksaan spesimen

• Tidak didapatkan virus-polio liar padapemeriksaan spesimen karena spesimen tidakadekuat tetapi terdapat paralisis residual padakunjungan ulang 60 hari, setelah terjadinyakelumpuhan meninggal sebelum dilakukankunjungan ulang 60 hari, residual paralisis atautidak jelas keadaan kelumpuhannya, tidakdapat diketahui keadaan kelumpuhannya 60hari setelah kelumpuhan (misalnya tidak dapatdi-follow up karena pindah dan alamat takdiketahui).

11. Kriteria klasifikasi-virologis, kasus AFP didiagnosissebagai kasus polio apabila didapatkan virus-polioliar pada pemeriksaan spesimen.

Hasil

Selama kurun waktu tahun 2001-2005 telahdikumpulkan kasus AFP di Sulawesi Selatan sebanyak204 anak, terdiri dari 128 anak laki-laki (62,7 %) dan76 anak perempuan (37,3%) dengan jumlah terbesar(66 kasus) pada tahun 2005.8 Sebaran kelompok umuradalah 131 anak (64,2%) umur 1-5 tahun, 45 anak(22%) umur >5-10 tahun dan 28 anak (13,6%) umur>10-14 tahun, tertera pada Tabel 2. Enterovirus padaspesimen didapatkan pada 1 kasus dengan virus polioP3 Sabin positif pada kedua spesimen di KabupatenSidrap dan 1 kasus dengan virus polio Sabin positiftapi negatif pada spesimen kedua di kabupaten Wajo.

Pada Tabel 1 tampak bahwa umur terbanyak kasusAFP berumur 1 tahun (19.6%), 2 tahun (18,1%), dankelompok umur paling rendah adalah umur 14 tahun(2,9%).

Tabel 2. Proporsi kasus AFP berdasarkan Kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 – 2005

No. Kabupaten / Kota Frekuensi(n) ( % )

1 Bantaeng 6 2,92 Barru 5 2,53 Bone 9 4,44 Bulukumba 11 5,45 Enrekang 4 2,06 Gowa 19 9,37 Jeneponto 9 4,48 Luwu 18 8,89 Makassar 21 10,310 Mamuju 3 1,511 Parepare 2 1,012 Luwu Utara 7 3,413 Majene 8 3,914 Maros 8 3,915 Pangkep 6 2,916 Pinrang 10 4,917 Polmas 5 2,518 Selayar 2 1,019 Sidrap 14 6,920 Sinjai 4 2,021 Soppeng 5 2,522 Takalar 6 2,923 Tator 14 6,924 Wajo 14 6,9

T o t a l 204 100,0

Tabel 1. Data karakteristik kasus AFP berdasarkan umurdi Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2001 – 2005

Umur (Tahun) Proporsi

(n) ( % )

1 40 19,62 37 18,13 20 9,84 23 11,35 11 5,46 10 4,97 9 4,48 8 3,99 9 4,4

10 9 4,411 8 3,912 7 3,413 7 3,414 6 2,9

Total 204 100,0

Page 4: 8-3-1s(1)

5

Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3 (Suplemen), Januari 2007

Berdasarkan kabupaten/kota ditemukan kasus AFPdi Makassar 21 (10,3 %), Gowa 19 (9,3 %), Luwu 18(8,8 %), Bulukumba 11 (5,4 %), Sidrap, Tator, danWajo : 14 (6,0 %).

Berdasarkan diagnosis terbanyak adalah GBS 88(43,1%), diikuti berturut–turut AFP 44 (23,1%),hemiparese 16 (7,9%), paraparese 13 (6,4%),tetraparese 10 (5,0%), dan tidak ada diagnosissebanyak 3 (1,5%).

Berdasarkan jumlah imunisasi rutin 94 (46,0%)mempunyai status imunisasi lengkap, yang tidakpernah di imunisasi 37 (18,1%) dan tidak jelas statusimunisasi 14 (6,9 %).

Berdasarkan imunisasi tambahan PIN 78 (36,3%)anak tidak pernah mendapatkan 1 kali PIN 28(13,7%), 2 kali 39 (19,1%), 4 kali 6 (2,9%), 6 kali 7(3,4%) dan tidak jelas mendapat imunisasi tambahan39 (19,1 %) (Tabel 5).

Berdasarkan hasil kunjungan setelah 60 harikelumpuhan (residual paralysis) didapatkan 189(92,6%) sembuh, GBS 6 (2,9%), paraparese 2 (1,0%),dan 1 (0,5%) masing masing mengalami ensefalopati,hemiplegia, mielitis, neuropati, plegia, AFP dantetraparese.

Berdasarkan hasil pemeriksaan spesimen Ididapatkan 170 (83,3%) negatif, P3-Sabin 1 (0,5 %),Sabin 1 (0,5%) dan spesimen dengan NPEV 32(15,7%). Sedangkan pada spesimen kedua didapatkan171 (83,8%) negatif, P3-Sabin 1 (0,5%), dan spesimendengan NPEV 32 (15,7%).

Pada Tabel 8, tampak PIN III, PIN IV, dan Vmencapai target untuk anak <5 tahun di propinsiSulawesi Selatan.

Tabel 3. Kasus AFP berdasarkan diagnosis di PropinsiSulawesi Selatan Tahun 2001–2005

Diagnosis Frekuensi( Org ) ( % )

AFP 47 23,1Arthritis 2 1,0Hepatitis B 1 0,5Bronkhitis Spesifik 1 0,5Ensefalitis 1 0,5Ensefalopati 2 1,0GBS 88 43,1Hemiparese 16 7,9Mielitis 5 2,5Miopati 2 1,0Monoparese 4 2,0Neuritis 5 2,5Paraparese 13 6,4Neuropati 4 2,0Pasca DBD 1 0,5Tetraparese 10 5,0Tifoid 1 0,5

Total 204 100,0

Tabel 4. Status imunisasi kasus AFP di PropinsiSulawesi Selatan, tahun 2001–2005

Jumlah Imunisasi Frekuensi(n) ( % )

Tidak pernah 37 18,1Satu kali 15 7,4Dua kali 11 5,4Tiga kali 33 16,2Lengkap 94 46,0Tidak Jelas 14 6,9

Total 204 100,0

Tabel 5. Imunisasi PIN kasus AFP di Propinsi SulawesiSelatan, tahun 2001–2005

Jumlah Imunisasi Frekuensi( n ) ( % )

Tidak pernah 74 36,3Satu kali 28 13,7Dua kali 39 19,1Tiga kali 11 5,4Empat kali 6 2,9Tidak Jelas 39 19,1Enam Kali 7 3,4

Total 204 100,0

Tabel 6. Gejala sisa kasus AFP di Propinsi SulawesiSelatan, tahun 2001–2005

Gejala sisa Frekuensi( n ) ( % )

Encepalopati 1 0,5Sindrom Guillain Barre 6 2,9Hemiplegia 1 0,5Mielitis 1 0,5Neuropati 1 0,5Paraparese 2 1,0Plegia 1 0,5AFP 1 0,5Tetraparese 189 92,6Sembuh 1 0,5

Total 204 100,0

Page 5: 8-3-1s(1)

6

Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3 (Suplemen), Januari 2007

Diskusi

Kasus AFP (tersangka polio – suspected polio case) adalahsemua anak berusia kurang dari 15 tahun dengankelumpuhan yang bersifat flaccid (layuh), akut(mendadak) dan bukan disebabkan oleh ruda paksa.Di Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2001 – 2005didapatkan 204 kasus AFP yang terdiri atas laki-laki128 anak (62,7%) dan perempuan 76 anak (37,3%)dengan umur terbanyak umur 1 tahun 40 orang(19,6%) dan 2 tahun 37 orang (18,1%), dengansebaran umur 131 anak (64,2%) kelompok umur 1-5tahun, 45 anak (22 %) umur >5-10 tahun dan 28 anak(13,6%) umur >10-14 tahun. Dari data nasional padatahun 2001, 2002, 2003, dan 2004 jumlah kasus AFPdi Indonesia adalah berturut turut 656, 840, 2004,744, dan 782 kasus.

Di Sulawesi Selatan, kira – kira 10% kasuspoliomielitis terjadi pada anak-anak berusia di bawah2 tahun dan 70% di bawah umur 10 tahun, dilaporkanjuga adanya kejadian infeksi pada masa neonatal.Hortmann7 melaporkan kejadian polio paralitik pada90% anak di bawah usia 5 tahun, kemudian terjadipergeseran ke usia lebih tua, puncak kejadian

Tabel 7. Spesimen pada kasus AFP di Propinsi SulawesiSelatan tahun 2001–2005

Spesimen 1 Spesimen 2

Hasil Frekuensi ( % ) Hasil Frekuensi ( % )( n ) ( n )

Negatif 170 83,3 Negatif 171 83,8NPEV* 32 15,7 NPEV 32 15,7P3- Sabin 1 0,5 P3 - Sabin 1 0,5Sabin 1 0,5

Total 204 100,0 Total 204 100,0

* NPEV (Non polio entero virus)

Tabel 8. Data sasaran pencapaian Pekan ImunisasiNasional ( PIN ) di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun2005-2006

Putaran PIN Sasaran Hasil ( % )

I, Agustus 2005 805.769 753.753 93,54II, September 2005 805.769 792.251 98,32III, November 2005 805.769 819.257 101,67IV, Februari 2006 818.291 823,128 100,59V, April 2006 818.291 846.704 103,47

ditemukan pada usia 5 – 14 tahun dan peningkatanpada usia dewasa muda. Infeksi polio lebih jarangditemukan pada anak laki-laki daripada wanita.

Penyakit AFP terdiri atas AFP oleh karena viruspolio liat, AFP oleh karena vaksin polio, polio like illness,sindrom Guillain-Barre, mielitis transversa akut, danneuritis traumatik.6,7,9,10 Penyebab AFP oleh karenavaksin polio sangat jarang, rata – rata 3 kasus per 1juta dari vaksinasi oral, timbul 6 - 30 hari pascavaksinasi oral dan bagi yang kontak erat 6 - 60 hari.Terutama menyerang anak-anak dengan daya tahantubuh rendah seperti anak yang sedang menderitaleukemia, limfogranuloma, AIDS. Sifat - sifat AFPpada umumnya sama seperti polio biasa, dengan tekniklaboratorium yang canggih virus vaksin dapat diisolasidari tinja dan cairan likuor.6,7,9-11,14-17

Dari 204 kasus didapatkan 1 orang anak denganhasil spesimen positif P3 Sabin dan 1 anak, masing–masing di kabupaten Wajo dan Sidrap, namun setelahkunjungan rumah pada hari ke-60, pasien telahsembuh.12 Pada kejadian luar biasa polio di Indonesiatahun 2005 -2006 ditemukan 305 anak dari 10propinsi, masing-masing adalah 6 kasus di PropinsiAceh, 10 kasus di Sumatra utara, 3 kasus di Riau, 5kasus di Sumatra Selatan, 26 kasus di Lampung, 4kasus di Jakarta, 161 kasus di Banten, 59 kasus diJawa Barat, 20 kasus di Jawa Tengah, dan 11 kasus diJawa Timur.2

Kebijakan surveilans AFP adalah memantaupenyebaran virus-polio liar melalui pengamatan pasienAFP pada anak usia <15 tahun, dalam satu tahunminimal menemukan 2 kasus AFP di antara 100.000anak usia <15 tahun, dan satu kasus AFP merupakansuatu KLB.3,12 Di Sulawesi Selatan jumlah populasipenduduk <15 tahun adalah 2.378.356 orang, makatarget surveilans AFP dalam satu tahun minimalmenemukan 52 kasus AFP.12

Kesimpulan

Jumlah kasus AFP di Sulawesi Selatan selama kurunwaktu tahun 2001 hingga 2005 sebanyak 204 anak.Berdasarkan jumlah populasi penduduk <15 tahunmaka target surveilans AFP dalam satu tahun minimalmenemukan 52 kasus AFP dan dilaporkan bahwa tidakditemukan kasus polio liar di Sulawesi Selatan.Pelaksanaan 5 putaran Pekan imunisasi Nasional (PIN)berhasil mencapai sasaran lebih.

Page 6: 8-3-1s(1)

7

Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3 (Suplemen), Januari 2007

Daftar Pustaka

1. UNICEF: A world without polio. http://www.unicef.org/

polio/. Accessed on 27 th march 2003.

2. Amari S. Dalam: Epidemiologi KLB Indonesi 2005;

Subdit Surveilans Epidemiologi, Dit.SEPIM-KESMA,

Ditjen.PPM&PL, Depkes. Jakarta 2006.

3. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular

dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman: Petunjuk

teknis Surveilans Acute Flaccid Paralysis. Depkes

RI,1999. h. 1- 15.

4. Ismoedijanto. Dalam: Kejadian luar biasa kelumpuhan

akibat VDPV di Madura; Pertemuan Nasional DSA &

DSS. Jakarta 2006.

5. Pertemuan Nasional DSA & DSS. Dalam: Polio eradi-

cation update; orientation meeting for clinicians, Jakarta.

April 24th 2006.

6. Nara P, Lumbangtobing SM. Dalam: Poliomielitis; Buku

Ajar Neurologi Anak, Cetakan ke-2. Ikatan Dokter Anak

Indonesia, Jakarta. 2000. h. 276 – 7.

7. Poorwo Soedarmo S, Garna H, Hadinegoro SR. Dalam:

Poliomielitis ; Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak ; Infeksi

dan Penyakit Tropis.Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Jakarta, 2002. h. 209-22.

8. Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Lingkungan Pemukiman, Dinas Kesehatan Propinsi

Sulawesi Selatan: Data Kasus AFP di Propinsi Sulawesi

Selatan Tahun 2001 – 2005. Juni 2006.

9. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS. Protokol

penatalaksanaan penyakit bagian ilmu kesehatan anak.

Makassar: BIKA FK UNHAS /RSWS. 2006

10. Behrman RE, Kliegmen RM, Arvin AM, penyunting.

Dalam: Poliomyelitis. Nelson textbook of pediatrcs.

Edisi ke-17. Philadelphia: WB Saunders Co, 2000.

h.1036-42.

11. Schwartz MW. Dalam: Pedoman klinis pediatric.

Cetakan I terjemahan Indonesia EGC, Jakarta, 2005.

12. Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan, Dalam: Data

surveilans AFP dan pelaksanaan Pekan Imunisasi

Nasional di Sulawesi Selatan Makassar 2006.

13. Judarwanto W. Dalam: Permasalahan imunisasi polio,

www.pasifincom.net. Accessed on August 20th 2006.

14. Public Health Agency of Canada. Dalam: Stool cultures

for acute flaccid paralysis surveillance; file://H:?Stool or

http://www.phac-aspc.gc.ca/publicat/ccdr-. Accessed on 11th

June 2006.

15. Ostrom N. Dalam: Will the poliovirus eradication pro-

gram rid the world of childhood paralysis ?. file://H:/

AFP.htm. Accessed on 11th June 2006.

16. Kapoor A, Ayyagiri A, Dhole TN. Dalam: The role of

enteroviruses in acute flaccid paralysis. File://H:/

NPEV.htm. Accessed on 11th June 2006.

17. National Polio Surveillance Project. Dalam: Components

of AFP surveillance; case and laboratory investigation.

File ://H:/National Project.htm. Accessed on 11th June

2006.